III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Penentuan Lokasi Penelitian Berdasarkan pra survei diperoleh data bahwa Desa Margamukti merupakan desa dengan kepemilikan populasi sapi perah dan peternak paling banyak di KPBS Pangalengan. Desa Margamukti terdiri dari lima Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) : Cipanas II, Los Cimaung I, Los Cimaung II, Pangkalan, dan Rancamanyar. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara memilih dua TPK yang memiliki anggota (peternak) dan populasi ternak paling banyak yaitu Los Cimaung I dan Los Cimaung II (lihat Tabel 6). 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage random sampling. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel terdiri dari empat tahap. Tahap pertama yaitu menentukan sampel unit. Paturochman (2012) menjelaskan mengenai ketentuan yang harus diperhatikan dalam penentuan jumlah sampel dari suatu populasi yaitu sebagai berikut :
14
Embed
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110141_3_9870.pdf · 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Penentuan Lokasi Penelitian ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung
dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Penentuan Lokasi Penelitian
Berdasarkan pra survei diperoleh data bahwa Desa Margamukti
merupakan desa dengan kepemilikan populasi sapi perah dan peternak paling
banyak di KPBS Pangalengan. Desa Margamukti terdiri dari lima Tempat
Pelayanan Koperasi (TPK) : Cipanas II, Los Cimaung I, Los Cimaung II,
Pangkalan, dan Rancamanyar. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara memilih
dua TPK yang memiliki anggota (peternak) dan populasi ternak paling banyak
yaitu Los Cimaung I dan Los Cimaung II (lihat Tabel 6).
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage random
sampling. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel terdiri dari empat tahap.
Tahap pertama yaitu menentukan sampel unit. Paturochman (2012) menjelaskan
mengenai ketentuan yang harus diperhatikan dalam penentuan jumlah sampel dari
suatu populasi yaitu sebagai berikut :
23
1). Jika anggota suatu populasi (N) cukup besar (1.000-10.000), maka
persentase sampel (n) sebesar 0,1%-1%.
2). Jika anggota suatu populasi (N) relatif sedang (200-500), maka persentase
sampel (n) sebesar 10%-20%.
3). Jika anggota populasi relatif kecil, misalnya 40-50 unit ambil semuanya.
4). Jumlah sampel yang harus diambil harus lebih banyak dari 30 unit.
5). Jumlah sampel yang diambil harus disesuaikan dengan anggaran biaya
yang tersedia, batas waktu yang telah ditentukan, dan tenaga kerja yang
ada.
Los Cimaung I beranggotakan 87 peternak dan Los Cimaung II
beranggotakan 113 peternak, maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak
200 peternak. Anggota populasi peternak sapi perah Los Cimaung I dan Los
Cimaung II masuk dalam kategori anggota populasi relatif sedang, maka dalam
penentuan persentase sampel penelitian menggunakan 20% dari populasi yang
ada, yaitu :
𝑛 = 200 𝑥 20%
= 40
Jadi, jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 orang.
Tahap dua yaitu mengalokasikan sampel yang diperoleh masing-masing
TPK dengan persamaan :
𝑛i =𝑁𝑖𝑁𝑥 𝑛
24
Klasifikasi usaha peternakan rakyat berdasarkan jumlah kepemilikan sapi
betina produktif, yaitu Skala Usaha I (1-3 ekor), Skala Usaha II (4-6 ekor), Skala
Usaha III ( > 7 ekor) (Suryadi, dkk. 1989). Tahap tiga menentukan jumlah
responden di setiap TPK pada berbagai skala usaha, dengan persamaan :
𝑛𝑖′ =𝑁𝑖′
𝑁𝑖𝑥 𝑛𝑖
Keterangan :
N : Total populasi
Ni : Populasi pada TPK i
Ni’ : Populasi pada skala usaha ‘ TPK i
n : Total responden penelitian
ni : Responden penelitian pada TPK i
ni’ : Responden penelitian pada skala usaha ‘ TPK i
Berikut hasil perhitungan penarikan sampel disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian di TPK Los Cimaung I dan Los
Cimaung II per Skala Usaha
Skala Usaha TPK (orang) Total
Los Cimaung I Los Cimaung II
I 12 10 22
II 4 8 12
III 2 4 6
Jumlah 18 22 40
Tahap empat memilih sampel atau responden pada masing-masing TPK
dilakukan dengan teknik simple random sampling, angka acak diperoleh
menggunakan fungsi RAND pada microsoft excel. Daftar responden terpilih dapat
dilihat pada Lampiran 1.
25
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari responden penelitian melalui pengamatan
langsung dan wawancara dengan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah
disiapkan. Kuesioner dibuat dengan berpedoman pada Guide to Good Dairy
Farming Practice yang diterbitkan oleh FAO dan IDF tahun 2011, serta faktor-
faktor penentu teknis sapi perah (impact point) Direktorat Jenderal Peternakan
tahun 1983. Data sekunder diperoleh dari database KPBS Pangalengan dan kantor
Desa Margamukti.
3.3. Operasionalisasi Varibel
3.3.1. Good Dairy Farming Practice (Variabel X)
Good Dairy Farming Practice yang merupakan variabel x terdiri dari tujuh
sub variabel, diantaranya : reproduksi ternak, kesehatan ternak, higien pemerahan,
nutrisi (pakan dan air), kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen sosial
ekonomi. Penilaian GDFP berdasarkan poin-poin yang terdapat pada Guide to
Good Dairy Farming Practice yang diterbitkan oleh FAO dan IDF tahun 2011,
serta faktor-faktor penentu teknis sapi perah (impact point) Direktorat Jenderal
Peternakan tahun 1983.
Nilai maksimum variabel GDFP adalah 100 % dan nilai setiap sub variabel
diberikan secara proportional yaitu sebesar 14,29 % (100% dibagi jumlah sub
variabel). Definisi setiap sub variabel adalah sebagai berikut :
26
1). Reproduksi ternak, identifikasi performa-performa reproduksi yang terdiri
dari umur beranak pertama, kawin pertama setelah beranak, selang
beranak, service per conception, pengetahun birahi, dan cara kawin.
2). Kesehatan ternak (animal health), mendeskripsikan GDFP untuk
menjamin ternak yang memproduksi susu adalah ternak yang sehat dan
terdapat program kesehatan ternak yang efektif di dalam peternakan.
3). Higien pemerahan (milking hygiene), mendeskripsikan GDFP untuk
menjamin proses produksi susu di bawah kondisi higienis dan peralatan
yang digunakan terpelihara dengan baik.
4). Nutrisi (Nutrition, feed and water), mendeskripsikan GDFP untuk
tatalaksana nutrisi ternak yang di dalamnya termasuk pakan dan air
minum.
5). Kesejahteraan ternak (animal welfare), mendeskripsikan mengenai lima
kebebasan yang harus didapatkan oleh ternak diantaranya ternak terbebas
dari rasa haus, lapar, ketidaknyamanan, penyakit, takut, dan dapat
bergerak sesuai dengan perilaku normalnya.
6). Lingkungan (environment) mendeskripsikan langkah penerapan sistem
peternakan yang ramah lingkungan dan sistem pengolahan limbah untuk
menjamin peternakan sapi perah tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan.
7). Manajemen sosial ekonomi (socio economic management) yang meliputi
manajeman sumber daya manusia yang efektif dan efisien, menjamin
27
seluruh pekerjaan dalam peternakan dilakukan secara aman dan kompeten
serta harus memiliki sistem untuk mengelola keuangan.
(satuan yang digunakan adalah persen)
3.3.2. Pendapatan Peternak (Variabel Y)
Pendapatan peternak merupakan variabel y diukur menggunakan metode
Income Over Feed Cost (IOFC) yang diperoleh berdasarkan penjualan susu dan
pengeluaran biaya pakan.
1). Produksi susu harian, merupakan total produksi dari seluruh sapi laktasi
(lt/hari).
2). Harga jual susu, merupakan harga susu per kg pada masing-masing
peternak yang ditetapkan oleh koperasi, berdasarkan kualitas susu, TPC,
dan berat jenis (Rp/lt).
3). Biaya pakan, merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh peternak atas
pengadaan pakan hijauan dan konsentrat (Rp).
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1. Analisis Penerapan Good Dairy Farming Practices
Analisis mengenai penerapan GDFP menggunakan metode Analytic
Hierarchy Process (AHP). Ranking seluruh prioritas (skala prioritas)
menggunakan Pairwise Comparison (perbandingan berpasangan). Analytic
Hierarchy Process (AHP) merupakan alat pengambil keputusan yang
menguraikan suatu permasalahan kompleks dalam struktur hirarki dengan banyak
tingkatan yang terdiri dari tujuan, kriteria dan alternatif (Suyatno dkk., 2011).
28
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan
AHP, meliputi :
1). Menyusun hirarki yang terdiri dari unsur tujuan, kriteria dan sub kriteria.
Ilustrasi 2. Struktur Kriteria Model AHP Good Dairy Farming Practice
(Keterangan dapat dilihat pada Lampiran 2)
2). Melakukan pembobotan kuesioner. Tujuh aspek GDFP terdiri dari
sejumlah sub aspek. Poin-poin pada sub aspek memiliki beberapa alternatif
jawaban, jumlah alternatif jawaban yang dipilih oleh responden
dipersentasikan dengan bobot poin tersebut sehingga diperoleh skor dari
setiap poin. (lihat Lampiran 2).
3). Menyusun perbandingan berpasangan. Membandingkan nilai yang
diperoleh setiap aspek ke dalam bentuk berpasangan, perbandingan
tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan