III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Teluk Youtefa yang menerima beban limbah domestik, pertanian, dan peternakan melalui 4 sungai yang bermuara ke Teluk Youtefa. Pemilihan Teluk Youtefa sebagai obyek penelitian didasarkan atas: (1) permasalahan pencemaran air di Teluk Youtefa telah menjadi isu daerah Kota Jayapura; (2) Teluk Youtefa telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan daerah obyek wisata; (3) aktivitas di hulu dan di Teluk Youtefa terus meningkat disertai peningkatan beban pencemaran akibat limbah antropogenik yang dihasilkan; (4) tanpa tindakan pengelolaan Teluk Youtefa beresiko terhadap penurunan daya dukungnya. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2011, lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 12. Sumber: BPDAS Mambramo-Papua, 2009 Kondisi umum fisik perairan Teluk Youtefa Kondisi batimetri Teluk Youtefa (Gambar 13) seperti yang ditunjukkan oleh garis isobath (garis khayal yang menghubungkan kedalaman perairan yang sama) umumnya mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 6 meter. Mulut teluk memiliki kedalaman berkisar antara 2 – 3 meter, di sekitar dermaga Youtefa Gambar 12 Peta Teluk Youtefa
15
Embed
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat penelitian · 3.4. Tehnik sampling kualitas air . 3.4.1. Penentuan stasiun pengamatan . Penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
65
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Teluk Youtefa yang menerima beban limbah
domestik, pertanian, dan peternakan melalui 4 sungai yang bermuara ke Teluk
Youtefa. Pemilihan Teluk Youtefa sebagai obyek penelitian didasarkan atas: (1)
permasalahan pencemaran air di Teluk Youtefa telah menjadi isu daerah Kota
Jayapura; (2) Teluk Youtefa telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan daerah
obyek wisata; (3) aktivitas di hulu dan di Teluk Youtefa terus meningkat disertai
peningkatan beban pencemaran akibat limbah antropogenik yang dihasilkan; (4)
tanpa tindakan pengelolaan Teluk Youtefa beresiko terhadap penurunan daya
dukungnya.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Maret sampai bulan
Agustus 2011, lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 12.
Sumber: BPDAS Mambramo-Papua, 2009
Kondisi umum fisik perairan Teluk Youtefa
Kondisi batimetri Teluk Youtefa (Gambar 13) seperti yang ditunjukkan
oleh garis isobath (garis khayal yang menghubungkan kedalaman perairan yang
sama) umumnya mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 6 meter. Mulut teluk
memiliki kedalaman berkisar antara 2 – 3 meter, di sekitar dermaga Youtefa
Gambar 12 Peta Teluk Youtefa
66
kedalamannya berkisar 3 meter, di Abe Pantai dan Nafri kedalamannya berkisar 4
– 6 meter, di Enggros dan Tobati kedalamannya berkisar 1 – 2 meter, sedangkan
di sekitar Entrop kedalamannya berkisar 0.5 – 1 meter.
Penampang melintang arah barat – timur dari batimetri (Gambar 14)
menunjukkan bahwa di bagian Barat Teluk Youtefa kemiringan lereng pantainya
sangat curam, sedangkan makin ke timur tingkat kecuraman lereng pantainya
semakin berkurang hingga menuju landai
sangat curam sedangkan semakin ke timur, tingkat kecuraman lereng
Gambar 13. Kontur batimetri Teluk
Youtefa
Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA,
(2006)
75
63
50
38
25
13
0
Leb
ar
(x 1
00 m
0 10 20 30 40 50 Panjang (1x100 m)
0 5 10 15 20 15 30 15
Kedalaman
Panjang (1 x 100 m)
Enggros
Abepantai
Nafri
Tobati
Entrop
Vim
67
Keberadaan gosong pasit ini diduga merupakan kontribusi sedimen pantai
Holtekam akibat arus menyusur pantai (longshote current) serta kondisi
magnitudo arus pasang surut yang lemah sehingga kemampuan untuk membawa
sedimen tersebut meninggalkan teluk relatif lemah.
3.2. Diagram alir rancangan penelitian
Data parameter fisika – kimia merupakan input untuk menghitung beban
pencemaran, indeks pencemaran dan kapasitas asimilasi. Kapasitas asimilasi,
termasuk dalam teknik hard system methodology (HSM). Hasil wawancara dengan
pakar diinput pada tool ISM untuk mendapatkan elemen kunci kelembagaan
pengelola Teluk Youtefa dan hal ini termasuk dalam teknik SSM ( soft system
methodology).
Penampang melintang batimetri Teluk Youtefa (Barat-Timur)
0
5
10
1 5
Kedalaman (m)
0 10 20 30 40 50 Panjang (x100 m)
-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 Kedalaman
75 63 50 38 25 13 0
Lebar (x 100 m)
Gambar 14 Penampang melintang batimetri
Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA, (2006)
68
3.3. Alat dan bahan
Pengambilan contoh air menggunakan perahu motor tempel. Parameter yang
diukur meliputi parameter fisika dan kimia, dengan alat dan bahan sbb :
Tabel 5. Parameter fisika – kimia air No Parameter Satuan Alat Metode
Fisika
1 Suhu 0C Termometer Hg In situ
2 TSS mg/L
Penyaring Laboratorium
Kimia
3 pH --
pH meter Potensiometrik, In situ
4 DO mg/L
DO meter Titrasi winker, lab/ In situ
5 BOD5 mg/L
Peralatan titrasi Titrasi, laboratorium
6 COD mg/L
Peralatan titrasi Titrasi, laboratorium
7 Nitrat (NO3) mg/L
Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium
8 NH3 mg/L
Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium
9 PO4 mg/L
Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium
10 Salinitas g/kg atau Promil (0
/00) Salinometer In situ
Gambar 15. Diagram alir rancangan penelitian
DATA FISIK-KIMIA
1. KONDISI EKSISTING
2. STATUS PENCEMARAN
3. TINGKAT PENCEMARAN
4. BEBAN PENCEMARAN
5. KAPASITAS ASIMILASI
6. DEBIT SUNGAI
7. SUMBER PENCEMAR
Mangrove
SISTIM FISIK-KIMIA
ANALISIS
WAWANCARA PAKAR
ELEMEN KUNCI
SUB ELEMEN
SISTEM SOSBUD INTERPRETATIVE
STRUCTURAL
MODELING INSTITUSI PENGELOLA
MODEL DINAMIK:
VALIDASI, VERIFIKASI MODEL, SKENARIO,
INTERVENSI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL
ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF
REKOMENDASI
69
3.4. Tehnik sampling kualitas air
3.4.1. Penentuan stasiun pengamatan
Penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel yang
dilakukan dengan pertimbangan dapat mewakili aktivitas di daratan, dan aktivitas di
perairan. Pengambilan sampel dilakukan pada kondisi pasang dan surut masing-
masing sebanyak 9 sampel. Lokasi sampling ditentukan secara sengaja (purposive
sampling). Wilayah pengamatan ada tiga wilayah (stasiun 1,2,3 di wilayah entrop;
stasiun 4,5,6 wilayah pantai abe, dan stasiun; 7,8,9 di abe pantai/nafri). Tehnik
sampel campuran (composite sample). Penentuan tempat stasiun sampling ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa stasiun tersebut (9 stasiun) merupakan
kawasan yang dipengaruhi aktifitas dari hulu maupun aktifitas di Teluk Youtefa.
Stasiun 1,2, dan 4 merupakan stasiun yang relatif dekat dengan ke 4 sungai yang
mengalir ke perairan Teluk Youtefa.
3.4.2 Pengambilan sampel air
Sampel air diambil secara komposit dengan menggunakan botol sampel, dan
botol yang digunakan disesuaikan dengan sampel yang akan dianalisis (khusus BOD
menggunakan botol BOD). Selanjutnya sampel air dimasukkan ke dalam cool box
untuk dibawa ke laboratorium guna keperluan analisis. Waktu pengambilan sampel
air bersamaan dengan waktu pengambilan beberapa parameter langsung dilapangan
yaitu: suhu, pH, dan DO, secara in situ dengan menggunakan alat DO meter untuk
mengukur suhu dan DO, sedangkan mengukur derajat keasaman digunakan pH
meter. Kemudian sampel air dianalisis di laboratorium kesehatan daerah Jayapura.
Tabel 6. Lokasi pengukuran parameter kualitas air laut perairan Teluk Youtefa
No Kawasan Pengamatan Stasiun Pengamatan
Ket
1 Entrop 1,2,3
(st 1,2,3)
1
02034‟34,7” LS
140042‟04,8” BT
2
02035‟15,6 LS
140042‟10,4” BT
3
02035‟31,3 LS
140042‟27.1” BT Sampling
pada saat
air
Pasang
dan surut
2 Pantai Abe 1,2,3
(st 4,5,6)
4
02036‟47,7 LS
140041‟13,1” BT
5
02036‟45,3 LS
140041‟38,5” BT
6
02036‟36,5 LS
140042‟42,3” BT
3 Abepantai Nafri 1,2,3
(st 7,8,9)
7
02036‟49,4 LS
140043‟01,7” BT
8
02037‟03,0 LS
140042‟49,6” BT
9
02037‟23,7 LS
140042‟08,7” BT
70
3.5. Rancangan Penelitian
3.5.1. Analisis kualitas air, status pencemaran air Teluk Youtefa dengan metode
STORET dan tingkat pencemaran.
3.5.1.1. Analisis kualitas air
Parameter kualitas air dianalisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas
air mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut.
3.5.1.2. Analisis status kualitas air
Secara prinsip bahwa metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas
air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya untuk
menentukan status mutu air secara keseluruhan dari suatu perairan (Kepmen LH No.
115 tahun 2003)
1. Tujuan penelitian: mengetahui status pencemaran teluk Youtefa
2. Metode pengumpulan data: In situ dan laboratorium
3. Variabel yang diamati: parameter maksimum, minimum dan rata-rata
4. Metode analisis data:
Untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari
US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi 4 kelas. Metode
analisis menggunakan sistem pembobotan terhadap data kualitas air dengan
klasifikasi sebagai berikut:
1. Kelas A: Kualitas air disebut sangat baik (exellent water quality) atau tidak
tercemar bila seluruh parameter memenuhi baku mutu, mempunyai total skor = 0
2. Kelas B: Kualitas air disebut baik (good water quality) atau tercemar ringan,
mempunyai total skor antara -1 sampai -10
3. Kelas C: Kualitas air disebut cukup (fair water quality) atau tercemar sedang,
mempunyai total skor antara -11 sampai -30
4. Kelas D: Kualitas air disebut buruk (poor water quality) atau tercemar berat,
mempunyai total skor ≤ -31
71
Tabel 7. Penentuan nilai skor derajat mutu air
Jumlah contoh air Nilai Parameter
Fisika Kimia Bakteriologi
< 10
Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
≥ 10
Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber: Center, (1977) dalam Kep-Men LH No. 115 tahun 2003.
Pemahanan dari pembobotan metode tersebut adalah:
1. Bila standar bakteriologis tidak memenuhi, maka dianggap 3 kali lebih penting
dibandingkan bila parameter kimia tidak terpenuhi. Bila standar kimia tidak
terpenuhi, maka dianggap 2 kali lebih penting dibandingkan bila parameter fisika
tidak terpenuhi. Dengan menggunakan nilai numerikal negatif, maka
pembobotan tersebut dapat dihitung
2. Bila nilai rata-rata parameter tidak memenuhi standar, maka dianggap 3 kali lebih
penting dibanding bila nilai maksimum atau minimum tidak memenuhi standar.
Sehingga nilai negatif numerik rata-rata diberi 3 kali lebih tinggi dibanding nilai
maksimum atau minimum
3. Titik (stasiun) sampling yang mempunyai data 10 titik atau lebih diberi bobot 2
kali lebih penting dibanding titik dengan data kurang dari 10. Dengan demikian
nilai bobot negatif yang diberikan pada stasiun dengan 10 data atau lebih adalah 2
kali lebih tinggi dibanding stasiun dengan data yang kurang dari 10
3.5.1.3. Penentuan tingkat pencemaran.
Penentuan tingkat pencemaran air di Teluk Youtefa terhadap parameter
kualitas air yang diijinkan mengacu pada KepMen Lingkungan Hidup Nomor 115
tahun 2003, yaitu menggunakan metode indeks pencemaran (IP). Metode ini dapat
langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya air
Teluk Youtefa dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-
parameter tertentu. Pada penelitan ini parameter kualitas air yang digunakan untuk