GAMBARAN KARAKTERISTIK PADA ANAK USIA PRASKEOLAH (3-6) TAHUN DENGAN KARIES GIGI DI CIPUTAT TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Disusun oleh: NURFAUZIA NIM : 1113104000001 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1438 H
122
Embed
iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36151/1/... · Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil ... UKGS : Usaha Kesehatan ... Masalah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GAMBARAN KARAKTERISTIK PADA ANAK USIA
PRASKEOLAH (3-6) TAHUN DENGAN KARIES GIGI DI
CIPUTAT TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun oleh:
NURFAUZIA
NIM : 1113104000001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017/1438 H
iii
iv
v
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, Mei 2017
Nurfauzia, NIM : 1113104000001
Description Characteristic in Preschool Children (3-6 ) Years with Caries In
Dental caries is often experienced by preschoolers. The impact of dental caries is to make the child's mastication function decrease which will affect the growth of the child, speech function is disturbed, affect the aesthetics of mouth, and will even result in the permanent dentition of the child. This study aims to determine the characteristic description of preschoolers (3-6) years old with caries in East Ciputat. The type of this research is descriptive quantitative with total sampling (48 respondents). Data analysis using univariate analysis. The results showed the characteristics of respondents majority of female gender and majority age 5 years. Highest percentage of Bouttle Mouth in drinking milk in the age of ≥3-6 years category never (29.2%), and drinking milk before bedtime until the highest category never reached (39.6%). The highest percentage of cariogenic food (carbohydrate) consumption was frequent category (39.6%) and consumption of sweet foods category occasionally (33.3%) .The highest fluorine category was always (89.6%). Control to the highest dentist category never (60.4%). While the percentage of habit of brushing teeth with
47.9% routine category, while the category is not routine 52.1%.
Keyword : Characteristic, Preschool, Caries
Reference : 57 (2006-2015)
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi, Mei 2017
Nurfauzia, NIM: 1113104000001
Gambaran Karakteristik pada Anak Usia praskeolah (3-6) Tahun dengan
Karies di Ciputat Timur
xix + 75 Halaman +8 Tabel + 2 Bagan + 8 Lampiran
ABSTRAK
Karies gigi sering dialami oleh anak usia prasekolah. Dampak karies gigi
yaitu menjadikan fungsi pengunyahan anak menurun yang akan berdampak pada pertumbuhan anak, fungsi bicara terganggu, mempengaruhi estetika anak, dan bahkan
akan berakibat pada pertumbuhan gigi permanen anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pada anak usia prasekolah (3-6) tahun dengan karies di Ciputat Timur. Jenis penelitian ini adalah deskripitif kuantitatif dengan total
sampling (48 responden). Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden mayoritas jenis kelamin perempuan
dan mayoritas usia 5 tahun. Persentase tertinggi Bouttle Mouth pada minum susu di usia ≥3-6 tahun kategori tidak pernah (29,2%), dan minum susu jelang tidur hingga tertidur tertinggi kategori tidak pernah (39,6%). Persentase tertinggi konsumsi
makanan kariogenik (karbohidrat) yaitu kategori sering (39,6%) dan konsumsi makanan manis kategori kadang-kadang (33,3%). Pemberian fluor tertinggi kategori
selalu (89,6%). Kontrol ke dokter gigi tertinggi kategori tidak pernah (60,4%). Sedangkan persentase kebiasaan menggosok gigi dengan kategori rutin 47,9 %, sedangkan kategori tidak rutin 52,1 %.
Kata Kunci : Karakteristik, Usia Prasekolah, Karies Daftar Bacaan : 57 (2006-2015)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurfauzia
Tempat, Tanggal Lahir : Sinjai, 08 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl.Gunung Merbabu, Komplek Mabad 124 No 184,
2. Konsumsi Makanan Kariogenik 3. Pemberian Fluor (Penggunaan
pasta gigi) 4. Kebiasaan Menggosok Gigi 5. Kontrol Ke Dokter Gigi 6. Jenis Kelamin 7. Usia
41
B. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
I 1.
Dependen Karies Gigi
Yaitu suatu proses patologis berupa kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi; yaitu email, dentin dan sementum dan merupakan pula penyakit kronis yang pada umumnya diderita oleh anak usia prasekolah sehingga memerlukan perhatian khusus.
Melalui observasi dan pemeriksaan langsung terhadap objek peneliti pada saat penelitian dilakukan.
Kaca mulut dan Sonde
(1)Ada karies (0)Tidak ada karies
Nominal
II 1.
Independen Bouttle Mouth
Adalah kebiasaan buruk pada anak menyusu ataupun meminum minuman saat sedang tertidur. Botol yang dimaksud yaitu botol apapun,baik botol the use a sippy or no-spill cup.
Wawancara Kuesioner
(1)Tidak Pernah (2)Jarang (3)Kadang-kadang (4)Sering (5)Selalu
Ordinal
42
2. Konsumsi makanan kariogenik
Adalah kecenderungan anak mengonsumsi makanan yang mengandung gula (kariogenik) seperti permen,coklat,biscuit,roti dan karbohidrat lain yang difermentasikan, dimana makanan ini akan mendukung pembentukan asam yang menyebabkan proses demineraliasi karies terjadi.
wawancara kuesioner (1)Tidak Pernah (2)Jarang (3)Kadang-kadang (4)Sering (5)Selalu
Nominal
3. Pemberian flour
Adalah pemberian fluor pada anak yang dilakukan secara topikal (dioleskan pada gigi anak) secara rutin serta penggunaan pasta gigi yang mengandung fluorida. Dikatakan rutin jika dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Wawancara Kuesioner (1)Selalu (2)sering (3)kadamg-kadang (4)Jarang (5)Tidak Pernah
Nominal
4. Kebiasaan menggosok gigi
Adalah kebiasaan anak menggosok gigi minimal dua kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) guna mencegah makanan menempel pada gigi yang nantinya akan menyebabkan terbentuknya plak.
Wawancara Kuesioner 1.Rutin = skor ≥ mean 2.Tidak rutin = skor < mean (mean= 18.25)
Nominal
5. Kontrol ke dokter gigi
Adalah waktu kunjungan ke dokter gigi yang dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Adalah klasifikasi jenis seksual yang dimilki responden. Lama hiudup responden yang telah dilalui, ditemui sejak lahir sampai ulang tahun terakhir saat mengisi kuesioner
Melalui observasi langsung wawancara
Kuesioner kuesioner
(1)Laki-laki (2)Perempuan
Usia respondne pada saat pengisin akuesionet
Nominal Interval
44
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan penelitian yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2013). Desain penelitian pada
penelitian ini adalah deskriptif analitik. Deskriptif mengandung makna
peneliti ingin melihat gambaran proporsi atau rerata suatu variabel dimana
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena atau
variabel-variabel dalam penelitian (Dahlan, 2013). Variabel dalam
penelitian ini meliputi kebiasaan yang mempengaruhi terjadinya karies
gigi (Bouttle Mouth, konsumsi makanan kariogenik, pemberian fluor,
kebiasaan menggosok gigi, kontrol ke dokter gigi, jenis kelamin dan usia)
.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017
.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Play Group dan TK Hom Pim Pa karena
berdasarkan hasil observasi langsung dan tidak langsung didapatkan
bahwa di lokasi tersebut insidensi karies gigi sangat tinggi yaitu sebesar 89
% (49 orang) dari total siswa-siswi 55 orang.
45
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan
diduga (Sumantri, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa-siswi di Play Group dan TK Hom Pim Pa yang mengalami karies
gigi yairtu sebesar 48 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan responden
atau bagian dari populasi yang akan diselidiki atau diukur. Sampel dapat
diambil dari sebagian populasi ataupun keseluruhan populasi (Sumantri,
2011). Pada penelitan ini karena jumlah populasi hanya 48 anak, maka
sampel yang diambil adalah seluruh populasi tersebut (total sampling).
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimaa jumlah sampel
sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2007).Satu orang anak masuk
dalam kriteria ekslusi (berhalangan hadir saat pengambilan data) karena
sebelumnya jumlah populasi ada 49 anak. Kriteria sampel terbagi jadi dua;
Kriteria Inklusi dan Eksklusi.
a. Kriteria inklusi : Anak usia 3-6 tahun yang mengalami karies gigi
dan siap menjadi responden di Play Group dan TK Hom Pim Pa di
Ciputat Timur, Tangerang Selatan yang mengalami karies gigi
46
b. Kriteria ekslusi : Anak yang tidak bersedia dijadikan responden dan
anak yang sedang dalam perawatan (Hospitalisasi) atau berhalangan
hadir.
47
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah adalah suatu proses pendekatan kepada
subjek dan proses pegumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam
penelitian (Nursalam, 2011). Pengumpulan data dilakukan secara langsung
dan tidak langsung melalui wawancara dan kuesioner yang berisi
pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian karies gigi di Play Group dan TK Homp Pim Pa.
1. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengedarkan satu daftar pertanyaaan yang berupa formulir (Setiadi,
2013). Penelitian akan menggunakan lembar kuesioner yang berisikan
pernyataan yang disusun berdasarkan teori yang ada dan harus dijawab
oleh responden. Pernyataan yang diajukan dengan menggunakan skala
Likert. Instrumen yang digunakan berisi dua bagian:
a. Bagian (A) berupa data demografi (data umum) meliputi identitas
responden.
b. Bagian (B) berisi pernyataan mengenai kebiasaan yang mempengaruhi
terjadinya karies gigi berdasarkan teori. Kuesioner ini berisi lima belas
pernyataan. Variabel bouttle mouth mewakili dua pernyataan, konsumsi
makanan kariogenik dua pernyataan, pemberian fluor satu pernyataan,
kebiasaan menggosok gigi sembilan pernyataan, dan kontrol ke dokter gigi
satu pernyataan. Sedangkan variabel jenis kelamin akan dilakukan dengan
48
observasi secara langsung. Adapun mengenai variabel dependennya
(karies gigi) akan dilakukan observasi langsung dengan menggunakan alat
(sonde dan kaca mulut).
2. Uji validitas dan Reliabilitas
Setelah instrumen penelitian selesai disusun, maka selanjutnya
akan dilakukan uji validitas dan reabilitas. Validitas adalah indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.
Sedangkan reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sumantri, 2011). Untuk
mengetahui kevaliditasan suatu instrumen (kuesioner) dilakukan dengan
cara melakukan korelasi antara skor masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Suatu variabel dikatakan valid jika skor variabel tersebut
memiliki korelasi secara signifikan dengan skor totalnya (Hastono, 2011).
Uji intrumen ini akan dilakukan di tempat yang memiliki kesamaan
karakterstik dengan yang akan dijadikan objek penelitian (TK 17 Agustus
Rempoa) pada 30 responden. Uji validitas instrumen akan dilakukan
dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Kuesioner dikatakan
valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,361).
Hasil uji kuesioner memperlihatkan bahwa pada variabel pemberian
fluor ditemukan satu pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r tabel
(0,361) yaitu 0.214 sehingga dikatakan tidak valid. Pertanyaan yang tidak
valid tersebut dikeluarkan dari kuesioner.
49
Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reabilitas
dengan tujuan untuk mengetahui kehandalan suatu instrumen yang akan
digunakan. Instrumen dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan yang diajukan konsisten dari waktu ke waktu. Uji reabilitas
dilakukan dengan rumus crombach alpha dan kuesioner dikatakan reliabel
jika hasil dari crombach alpha ≥ 0,6 (Hastono, 2011). Dari hasil uji reliabel
didapatkan hasil bahwa 15 pertanyaan yang sudah valid adalah reliabel
karena nilai alpha ≥ 0,6.
F. Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu:
1. Setelah proposal penelitian disetujui, selanjutnya akan dilakukan uji
validitas dan reabilitas instrumen yang akan akan digunakan (kuesioner).
2. Setelah uji validitas dan reabilitas, dilanjutkan dengan mengajukan surat
permohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
UIN syarif hidayatullah jakarta ke TK Hom Pim Pa sehari sebelum
pengambilan dat serta menjelaskan secara singkat mekanisme penelitian
yang akan dilakukan.
3. Peneliti mendatangi Play Group dan TK Hom Pim pa dengan menjelaskan
maksud dan tujuan kepada para responden serta menjelaskan mekanisme
pengambilan data yang akan dilakukan saat itu
4. Peneliti melakukan pemeriksaan gigi satu persatu kepada semua siswa di
TK tersebut.
50
5. Siswa dan siswi yang ditemukan ada karies, akan diberikan kuesioner oleh
peneliti dan selanjutnya akan dilakukan wawancara kepada para responden
didampingi oleh orang tua atau wali mereka masing-masing. Wawancara
tersebut mengenai pertanyaan instrumen “kebiasaan yang mempengaruhi
kejadian karies gigi”.
6. Memerhatikan kembali setiap kuesioner apakah semua pertanyaan sudah
terjawab.
7. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian akan dilakukan pengolahan
data dan analisa data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Pengolahan Data
a. Editing data
Editing adalah proses mengoreksi kembali jawaban yang telah diberikan
responden kemudian dilakukan kelengkapan data jika masih ada jawaban
yang kurang lengkap, kurang jelas, kurang relevan, dan jawaban yang
tidak konsisten. Editing akan dilakukan di tempat pengumpulan data,
sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengsian
data dapat dilengkapi dengan segera.
b. Coding data
Coding yaitu suatu cara untuk menyederhanakan jawaban (data) dengan
memberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing jawaban. Pada
penelitian ini pengkodean dengan menggunakan angka, misalnya ada
51
karies dinyatakan dengan angka (1) dan dikatakan tidak ada karies dengan
angka (0).
c. Entry data
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan telah dilakukan pengkodean,
maka langkah selanjutnya yaitu memproses data agar dapat dianalisis
dengan diolah secara elektronis (komputer).
d. Cleaning data
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah diolah apakah ada kesalahan atau tidak (Hastono, 2006).
H. Analisa Data
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Variabel yang dijadikan fokus penelitian yaitu
kebiasaaan yang mempengaruhi kejadian karies gigi (Bouttle Mouth,
konsumsi makanan kariogenik, pemberian fluor, kebiasaan menggosok gigi,
kontrol ke dokter gigi, dan jenis kelamin). Pada penelitian ini menggunakan
jenis data kategorik, oleh karena itu akan menggunakan nilai proporsi atau
persentase dalam menjelaskan setiap karakteristik.
I. Alat Pengumpulan Data
Alat ukur yang akan digunakan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner
tersebut akan diisi oleh masing-masing responden dan dibantu oleh orang tua
mereka sebagai pendamping.
52
1. Kuesioner Demografi
Kusioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden
yang meliputi nama, jenis kelamin, dan usia.
2. Kuesioner data khusus
Kuesioner data khusus berisikan pernyataan berdasarkan variabel yang
akan diteliti (Bouttle Mouth, konsumsi makanan kariogenik, psemberian
fluor, kebiasaan menggosok gigi, dan kontrol ke dokter gigi) dengan jumlah
pernyataan lima belas. Variabel bouttle mouth mewakili dua pernyataan,
konsumsi makanan kariogenik dua pernyataan, pemberian fluor satu
pernyataan, kebiasaan menggosok gigi 9 pernyataan, dan kontrol ke dokter
gigi satu pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut bertujuan untuk
mengetahui gambaran kebiasaan yang mempengaruhi kejadian karies gigi.
J. Etika Penelitian
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan kepada reponden sebelum dilakukan
penelitian. Tujuan informed consent adalah agar responden memahami
maksud dan tujuan dari peneliti. Jika subjek bersedia, maka dianjurkan
untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat,
2007). Pada penelitian ini, akan diberikan lembar persetujuan menjadi
53
responden kepada para siswa yang mengalami karies gigi dengan
tujuan untuk mengetahui kesediaan siswa tersebut menjadi responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity merupakan masalah etika keperawatan yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur tetapi hanya dengan menulis kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). Pada
penelitian ini, hanya mengnjurkan responden menulis nama dengan
menggunakan inisial.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-maslaah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). Data yang didapatkan oleh
peneliti, akan dijaga kerahasiannya.
K. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara dalam penarikan sampel
yang sekiranya mampu mewakili dari keseluruhan populasi dengan
maksud memberi kemudahan peneliti dalam melakuan penelitian di
populasi yang besar dan tidak membutuhkan waktu yang lama (Sumantri,
54
2011). Jumlah populasi hanya 48 anak, maka sampel yang diambil yaitu
keseluruhan populasi (total sampling).
55
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Responden Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin
(n=48)
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin
perempuan yang mengalami karies gigi memiliki jumlah yang lebih besar
yaitu 26 orang (54,2 %), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki
adalah sebanyak 22 orang (45,8%).
2. Umur (Th) Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Responden Karies Gigi Berdasarkan Umur
(n=48)
variabel Mean ± SD Min Max 95% CI
Umur (Th) 4,92 0,871 3-6 4,66-5,17
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden
karies gigi adalah 5 tahun dengan confident interval 95% diyakini bahwa rata-
rata usia berada pada rentang 4,66-5,17 dan standar deviasi (standar
penyimpanan data terhadap nilai rata-rata) 0,871. Umur paling muda adalah 3
tahun dan umur yang paling tua adalah 6 tahun..
Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 22 45,8
Perempuan 26 54,2
Total 48 100
56
B. Gambaran Karakateristik Karies Gigi
1. Bouttle Mouth
Tabel 3.3
Distribusi Responden Berdasarkan “Boutle Mouth”
(n=48)
Bouttle Mouth
Jumlah (n) dan Persentase (%) Total
Selalu Sering Kadang Jarang TP n %
n % n % n % n % n %
Minum susu/minuman
manis di usia ≥ 3-6 th
13 27,1 9 18,8 9 18,8 3 6,2 14 29,2 48 100
Minum susu/minuman
manis jelang tidur hingga tertidur di
usia ≥ 3-6 th
7 14,6 11 22,9 8 16,7 3 6,2 19 39,6 48 100
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan meminum minuman susu atau minuman manis di usia ≥
3-6 tahun dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori tidak pernah
sebanyak 14 orang (29,2 %). Sedangkan persentase paling rendah yaitu
pada kategori sering dan kadang-kadang berjumlah masing-masing 9 orang
(18,8%).
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan meminum susu atau minuman manis jelang tidur hingga
anak tertidur dengan persentase paling tinggi juga pada kategori tidak
pernah sebanyak 19 orang (39,6 %). Sedangkan persentase paling rendah
yaitu pada kategori selalu dengan jumlah 7 orang (14,6%).
57
2. Konsumsi Makanan Kariogenik
Tabel 3.4
Distribusi Responden Berdasarkan “Konsumsi Makanan Kriogenik”
(n=48)
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan konsumsi makanan karbohidrat dengan persentase
paling tinggi yaitu pada kategori sering berjumlah 19 orang (39,6%) dan
persentase terendah yaitu pada kategori jarang berjumlah 2 orang (4,2 %).
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis dengan persentase paling
tinggi yaitu pada kategori kadang-kadang berjumlah 16 orang (33,3%), dan
persentase terendah yaitu pada kategori selalu berjumlah 4 orang (8,3%).
konsumsi
Makanan Kariogenik
Jumlah (n) dan Frekuensi (%) Total
Selalu Sering Kadang Jarang TP n %
n % n % n % n % n %
Jenis makanan karbohidrat
7 14,6 19 39,6 13 27,1 2 4,2 7 14,6 48 100
Jenis minuman manis
4 8,3 12 25 16 33,3 7 14,6 9 18,8 48 100
58
3. Penggunaan Pasta Gigi
Tabel 3.5
Distribusi Responden Berdasarkan “Penggunaan Pasta Gigi”
(n=48)
Jumlah (n) dan Persentase (%) Total
Selalu Sering Kadang Jarang TP n %
n % n % n % n % n %
Menggosok gigi
menggunakan pasta gigi
43 89,6 3 6,2 2 4,2 0 0 0 0 48 100
Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki
kebiasaan pemberian fluor melalui penggunaan pasta gigi dengan
persentase paling tinggi yaitu pada kategori selalu berjumlah 43 orang
(89,6%), sedangkan persentase terendah yaitu pada kategori kadang-kadang
berjumlah 2 orang (4,2%).
4. Kontrol Ke Dokter Gigi
Tabel 3.6 Distribusi Responden Berdasarkan “Kontrol Ke dokter Gigi”
(n=48)
Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki
kebiasaan berkunjung ke dokter gigi dengan persentase paling tinggi yaitu
pada kategori tidak pernah berjumlah 29 orang (60,4%), sedangkan
persentase terendah yaitu pada kategori sering berjumlah 1 orang (2,1%).
Kontrol Ke Dokter Gigi
Jumlah (n) dan Persentase (%) Total
Selalu Sering Kadang-kadang
Jarang Tidak
Pernah n %
n % n % n % n % n % Berkunjung ke
dokter gigi meski tidak ada keluhan
2 4,2 1 2,1 3 6,2 13 27,1 29 60,4 48 100
59
5. Kebiasaan menggosok gigi
Tabel 3.7
Distribusi Responden Berdasarkan “Gosok Gigi”
(n=48)
Gosok Gigi Jumlah (n) Persentase (%)
Rutin 23 47,9
Tidak rutin 25 52,1
Total 48 100
Berdasarkan tabel 3.7 dapat dietahui bahwa jumlah responden yang
memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan kategori rutin adalah 23 orang
(47.9%) sedangkan yang tidak rutin 25 orang (52,1%).
60
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai interpretasi hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil
penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka dan
penelitian sebelumnya sedangkan keterbatasan peneliti akan memaparkan
keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian.
A.Karakteristik Responden
1. Karakteris tik Responden Beradasarkan Jenis Kelamin
Responden yang terlibat dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin
adalah laki-laki dengan jumlah 22 orang (45,8%) dan perempuan 26 orang
(54,2%). Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan, hal ini
sesuai dengan jumlah siswi Play Group dan TK Hom Pim Pa yang didominasi
oleh perempuan berjumlah 30 orang, sedangkan laki-laki 26 orang. Pada
penelitian susi (2012) juga menyatakan bahwa tedapat 14 orang perempuan
(56,0 %) dan 11 orang anak laki-laki (44,0%) yang mengalami karies gigi.
Sedangkan Kiswaluyo (2010) menyatakan bahwa karies gigi siswa berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan adanya persentase yang hampir sama, yaitu sebesar
48,45% pada laki-laki dan sebesar 43,45% pada perempuan.
Proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut berdasarkan Riskesdas 2007
dan 2013 lebih tinggi perempuan daripada laki-laki. Hal ini juga ditunjang
61
dalam sebuah referensi bahwa wanita berisiko sedikit lebih tinggi daripada laki-
laki (Putri, 2015). Pernyataan ini setara dengan pernyataaan dalam sebuah literatur
Velker (1973) mengatakan bahwa prevalensi karies gigi wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi karies
gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal
ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak
laki-laki.
Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan
tingkat keparahan karies yang lebih tinggi daripada laki-laki. Kontribusi gen
pada anak perempuan diduga mempengaruhi risiko terjadinya karies. Gen
amelogenin pada perempuan dan produk protein yang dihasilkan berperan
dalam pembentukan enamel. Protein amelogenin terdiri dari 90% matrix
enamel. Jika terjadi gangguan pada gen atau berkurangnya produksi protein
amelogenin, maka pembentukan enamel akan terganggu sehingga kerentanan
karies akan meningkat. Sedangkan Gen amelogenin pada laki-laki akan
memberikan mekanisme kompensasi terhadap gangguan yang terjadi pada
kromosom X melalui produksi 10% protein amelogenin yang sama dengan
kromosom X. Protein ini tidak dijumpai pada perempuan
.
2.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas usia
responden adalah usia 5 tahun dengan jumlah 21 orang (43,8 %). Usia 3
tahun berjumlah 3 orang (6,2 %). Usia 4 tahun berjumlah 11 orang (22,9 %).
62
Sedangkan usia 6 tahun berjumlah 13 orang (27,1 %). Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan di Israel didapatkan sebanyak 72,30% usia 5 tahun
yang mengalami karies dan yang dilakukan di Kenya didapatkan 50 % anak
usia 5 tahun yang mengalami karies gigi. Pada penelitian Utami (2013)
ditemukan mayoritas kejadian karies gigi pada anak usia 5 tahun yaitu
sebanyak 318 (54,5%). Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian
Kiswaluyo (2010) yang menyatakan bahwa karies gigi siswa berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan adanya persentase yang hampir sama, yaitu
sebesar 48,45% pada laki-laki dan sebesar 43,45% pada perempuan.
Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi usia prasekolah (3-
6) tahun. Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah literatur bahwa memasuki usia
prasekolah risiko anak mengalami karies sangat tinggi (Wong, Donna
L.2008). Anak-anak rentan terkena masalah gigi berlubang karena sikap
maupun sifat yang dimiliki anak-anak belum mengetahui tentang pentingnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut (Mamengko, 2016). Secara anatomi, gigi
sulung yang memiliki email yang lebih tipis dibandingkan pada gigi
permanen juga memberi pengaruh pada terjadinya karies di usia prasekolah
(Achmad, 2015). Prasekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan
terhdap karies gigi, karena pada usia ini anak-anak masih memiliki pola
makan yang buruk , tingkat pengetahuan terhadap kesehatan gigi masih
rendah, serta anak masih tergantung pada orang tuanya dalam hal
pemeliharaan gigi dan mulut (Depkes RI,1991 dalam Supariani, 2013).
63
B. Karakteristik yang Mempengaruhi Kejadian Karies Gigi
1. Bouttle Mouth
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki kebiasaan meminum minuman susu atau minuman manis di
usia ≥ 3-6 tahun dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori tidak
pernah sebanyak 14 orang (29,2 %). Sedangkan persentase paling rendah
yaitu pada kategori sering dan kadang-kadang berjumlah masing-masing 9
orang (18,8%).Penelitian yang dilakukan oleh (Supariani, Artawa, &
Wirata, 2013) dikatakan bahwa sebagian besar anak Play Group Kuncup
Mekar menderita karies botol yaitu sebesar 55,6% sedangkan anak bebas
karies hanya 44,4%. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho (2012), ditemukan mayoritas anak prasekolah
yang meminum susu menggunakan botol dengan kategori ≤ 3 hari yaitu
berjumlah 36 (61,0%), sedangkan yang >3 kali sehari hanya berjumlah 23
orang (39,0%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Supariani (2013), menyatakan bahwa anak yang mengonsumsi susu
menggunakan botol dengan kategori ≤ 3 hari jauh lebih tinggi dengan
jumlah 47 orang (87,0 %), sedangkan yang mengonsumsi >3 kali sehari
hanya berjumlah 7 orang (13,0 %). Pada peneltian Sutjipto (2014)
mengatakan bahwa dari 65 responden didapatkan 92,3 % orang tua
membiarkan anaknya mengonsumsi minuman manis atau susu pada malam
hari hingga tertidur pulas.
64
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan meminum susu atau minuman manis jelang tidur
hingga anak tertidur dengan persentase paling tinggi juga pada kategori
tidak pernah sebanyak 19 orang (39,6 %). Sedangkan persentase paling
rendah yaitu pada kategori selalu dengan jumlah 7 orang (14,6%).Hasil ini
ditunjang dalam penelitian Nugroho (2012) ditemukan mayoritas
responden meminum susu menggunakan botol menjelang tidur hingga
anak tertidur berjumlah 33 orang anak (56,0 %) dan yang tidak sampai
menjelang tidur sebanyak 26 orang anak (44,0 %). Pada penelitian
(Sutjipto, 2014) ditemukan sebanyak 92,3% orang tua membiarkan
anaknya mengonsumsi minuman manis atau susu pada malam hari hingga
anak tertidur pulas.
Bouttle mouth dianggap mempengaruhi terjadinya karies pada usia
prasekolah karena pada usia tersebut masih ditemukan banyak anak yang
meminum minuman manis menggunakan dot atau botol dalam keadaan
berbaring atau menjelang tidur bahkan sampai tertidur. Pemberian susu
pada anak menjelang tidur akan berisiko anak tersebut mengalami nursing
bottle syndrome (sindrom botol susu). Pada umumnya, gigi yang sering
terkena kerusakan akibat bouttle mouth adalah gigi bagian depan. Pada
saat tidur, gigi-gigi rahang bawah akan tertutup lidah , sehingga genangan
air susu akan lebih mengenang di gigi bagian atas (Nugroho, 2012).
65
2. Konsumsi Makanan Kariogenik
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan konsumsi makanan karbohidrat (Roti, biskuit, krius-
krius, kue, dll) dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori sering
berjumlah 19 orang (39,6%) dan persentase terendah yaitu pada kategori
jarang berjumlah 2 orang (4,2 %). Hasil ini ditunjang dalam penelitian
Anggraeni (2007) dikatakan bahwa distribusi frekuensi makan makanan
kariogenik ≥ 3x sehari berjumlah 54 orang (79,41%) dan yang <3x dalam
sehari hanya berjumlah 14 orang (20,59 %). Dalam penelitian Widayati
(2014), juga dikatakan bahwa sebagian besar orang tua memiliki kebiasaan
memberikan makanan karbohidrat yang bersifat lengket dan manis yaitu
sebanyak 39 orang anak (79,6 %), sedangkan responden yang memiliki
kebiasaan pemberian makanan manis dan lengket sebanyak 10 orang (20,4%).
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis (permen, coklat, ice cream, dll)
dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori kadang-kadang
berjumlah 16 orang (33,3%), dan persentase terendah yaitu pada kategori
selalu berjumlah 4 orang (8,3%). Pada penelitian Suratri (2014), dikatakan
bahwa anak usia kanak-kanak dengan kategori sering mengonsumsi makanan
manis di provinsi Banten, tepatnya di kota Serang sebanyak 69,7 % dan
Kabupaten Serang sebanyak 73 %. Peneltian dinyatakan bahwa jajanan
kariogenik tertinggi pada anak pasekolah yaitu permen dnegan persentase
99,5 % kemudian diikuti oleh konsumsi coklat dengan persentase 71,4%
66
Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung karbohidrat
fermentasi (laktosa, fruktosa, sukrosa, dll) sehingga menyebabkan penurunan
PH plak menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies.
Konsumsi makanan kariogenik yang dapat menyebabkan terjadinya karies
yaitu bukan dilihat dari banyaknya yang dikonsumsi, namun dilihat pada
frekuensinya atau keseringan anak tersebut mengonsumsi makanan
kariogenik (Guyton & Hall, 2008). Hal ini sesuai dengan pendapat Zr.Be
Kien Nio (1984) yang menyatakan bahwa kebiasaan makan makanan
kariogenik dengan frekuensi ≥3 kali perhari, maka kemungkinan kejadian
karies jauh lebih besar dibandingkan dengan mengonsumsi <3 kali perhari
(Rosidi, 2012). Frekuensi sangat mempengauhi proses demineralisasi dan
remineralisasi. Frekuensi mengonsumsi makanan kariogenik yang sangat
tinggi menyebabkan lebih banyak proses demineralisasi dibandingakn
remineralisasi. Ketidakseimbangan antara proses demineralisasi dan
remineralisasi menyebabkan terjadinya karies (Wright JT 2010 dalam
Mamengko 2016).
Makanan karogenik (permen, coklat, kue, serta biskuit) akan mudah
menempel pada sela-sela gigi dan sepanjang garis gusi. Hal ini yang akan
membentuk suatu substrat ideal tempat tumbuhnya bakteri dan terbentuknya
plak gigi (Sodikin, 2012). Makanan yang menempel tersebut juga akan
meningkatkan produksi asam sehingga bakteri Streptococcus Mutans (SM)
yang merupakan bakteri penyebab karies sangat menyukai lingungan asam
(Putri, 2015). Gula yang dikonsumsi akan dimetabolisme sedemikian rupa
67
sehingga terbentuk polisakarida yang memungkinkan bakteri melekat pada
permukaan gigi, selain itu juga akan menyediakan makanan cadangan energi
bagi metabolisme karies selanjutnya serta bagi perkembangbiakan kariogenik
(Ford PJR 1993 dalam Ramayanti 2013).
Faktor kebiasaan makan makanan kariogenik ini dianggap sebagai
faktor yang paling sering terjadi pada usia prasekolah. Ditunjang dalam
penelitian Sri ramayanti (2013) dikatakan bahwa makanan kariogenik
merupakan makanan utama pencetus terjadinya karies gigi. Hal tersebut
didukung oleh Rimm (2003) bahwa usia anak prasekolah pada umumnya
menyukai makanan manis. Kebiasaan ini terbentuk karena pengetahuan para
ibu mengenai diet yang baik bagi anak masih tergolong rendah, sehingga
mereka telah memperkenalkan makanan manis pada anak sejak balita
(Mustika, 2014). Selain itu, faktor lingkungan sekolah sangat
mempengaruhi perilaku anak dalam mengonsumsi karbohidat atau gula.
Kebiasaan mengonsumsi jajanan baik makanan maupun minuman pada
manusia terlebih pada anak-anak merupakan kegiatan yang fenomenal,
artinya meskipun orang tua atau anak itu sendiri telah mengatahui dampak
dari keseringan mengonsumsi makanan atau minuman manis, tapi jumlah
anak yang mengonsumsi jajanan semakin besar. Hal ini mungkin juga
disebabkan oleh karena semakin banyaknya variatif jajanan yang akan
membuat daya tarik anak semakin meningkat dalam hal jajanan. Didukung
pula oleh mudahnya mendapatkan jajanan kariogenik di warung-warung
68
serta dapat memberi rasa kenyang sehingga disukai oleh anak-anak
(Mamengko, 2016).
3. Pemberian Fluor (Penggunaaan Pasta Gigi)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan pemberian fluor melalui penggunaan pasta gigi dengan
persentase paling tinggi yaitu pada kategori selalu berjumlah 43 orang
(89,6%), sedangkan persentase terendah yaitu pada kategori kadang-kadang
berjumlah 2 orang (4,2%). Menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluorida selain membantu untuk membersihkan gigi dengan baik, berperan
juga untuk melindungi gigi dari karies. Penggunaan pasta gigi yang
mengandung fluor sacara teratur dapat menurunkan insidensi karies gigi
sebesar 15%-30% (Sariningsih, 2012). Hasil penilitian ini ditunjang dalam
sebuah penelitian Sari (2014) dikatakan bahwa sebnayak 95,1 % anak dengan
kategori sering menggosok gigi menggunakan pasta gigi (odol), kadang-
kadang 3,7%, jarang 1,2 % dan yang tidak pernah tidak ada.
Fluor merupakan unsur kimiawi yang berfungsi terhadap ketahanan
gigi dari terbentuknya karies. Selain itu, fluor berfungsi menghambat enzim
pembentukan asam oleh bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut,
serta membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan
dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi, obat kumur, dan tablet fluor.
Fluor dapat menjadikan gigi tiga kali lebih tahan terhadap timbulnya karies
daripada gigi tanpa fluor (Guyton & Hall, 2008).
69
4. Kontrol ke Dokter Gigi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kebiasaan berkunjung ke dokter gigi dengan perentase paling tinggi
yaitu pada tidak pernah berjumlah 29 orang (60,4%), sedangkan persentase
terendah yaitu pada kategori sering berjumlah 1 orang (2,1%). Penelitian ini
ditunjang dalam penelitian Widayati (2014), menyatakan bahwa sebagian
orang tua yang masih dalam kategori kurang dalam hal memeriksakan gigi
anaknya secara rutin ke dokter gigi jauh lebih tinggi yaitu 42 orang (85,7 %)
dibandingkan dengan kategori baik yaitu 7 orang (14,3 %).
Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut anaknya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
membawa anaknya ke dokter gigi meskipun anak tidak sedang ada keluhan.
Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan untuk membiasakan anak
melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan agar anak terbiasa berhadapan
dengan dokter gigi yang nantinya akan memberikan efek psikologis yang
baik pada anak terhadap dokter gigi sebelum anak-anak memerlukan
perawatan gigi (Maulani, 2005).
5. Kebiasaan Menggosok Gigi
Berdasarkan penelitian yang terdiri dari 2 kategori yaitu rutin dan tidak
rutin ditemukan 23 orang anak (47,9%) yang memiliki kebiasaan menggosok
gigi dengan rutin dan 25 orang anak (52,1%) yang tidak rutin. Dapat diartikan
bahwa kebiasaan yang tidak rutin dalam hal kebiasaan menggosok gigi
70
masih lebih banyak dibandingkan yang rutin. Pada penelitian
Kusumaningrum (2014) menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam dalam
perawatan gigi pada anak toddler sebagian besar dalam kategori kurang baik
sebanyak 33 orang (52,4%) dan kategori baik sebanyak 30 orang (47,6%).
Pada penelitian Rossyana (2015) menyatakan menggosok gigi di malam hari
sebelum tidur hanya terkadang dilakukan dan sebagian kecil responden
menyatakan kadang menggosok gigi di pagi hari setelah sarapan.
Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan,
bakteri dan plak. Sisa makanan bila tidak dibersihkan akan mengalami
pembusukan. Penyebab utama pembusukan adalah bakteri yang mendapatkan
makanan dari partikel makanan yang tertinggal pada gigi akibat cara
menyikat gigi yang salah (Rosdahl, 2015). Oleh karena itu, dalam
membersihkan gigi tidak hanya memperhatikan waktu menggosok gigi dan
bentuk sikat gigi yang digunakan, namun juga perlu diperhatikan tata cara
menggosok gigi yang baik dan benar. Menggosok gigi dengan baik penting
untuk memelihara mulut yang sehat dan mencegah gigi busuk (Rosdahl,
2015). Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan pada
anak disegala umur.anak di bawah umur 5 tahun tidak dapat menjaga
kebersihan mulutnya secara benar dan efektif, maka orang tua harus
melakukan penyikatan gigi anak setidaknya sampai berumur 6 tahun
kemudian mengawasi prosedur ini secara teru-menerus (Angela, 2005).
Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan PH 5 menjadi normal (6-
7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.
71
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Instrumen dalam penelitian ini, peneliti buat sendiri berlandaskan teori
yang ada dan dibuat dalam bentuk pernyataan atau sejenis dengan
pertanyaan tertutup. Sehingga bisa jadi pernyataan yang ada dalam
instrumen tersebut belum mewakili untuk setiap variabelnya.
2. Faktor langsung yang mempengaruhi karies gigi tidak dijadikan sebagai
variabel penelitian karena adanya kesulitan dalam pengambilan data.
72
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data di Paly Group dan
TK Hom Pim Pa dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh
perempuan berjumlah 26 orang (54,2%) dan laki-laki berjumlah 22 orang
(45,8%).
2. Karakteristik responden bedasarkan usia didominasi oleh usia 5 tahun
dengan jumlah 21 orang (43,8%) dan paling sedikit usia 3 tahun berjumlah
3 orang (6,2%).
3. Gambaran karakteristik Bouttle Mouth:
a) Meminum susu atau minuman manis di usia ≥ 3-6 tahun dengan persentase
persentase tertinggi yaitu kategori tidak pernah 14 orang (29,2 %) dan
terendah yaitu kategori sering dan kadang-kadang berjumlah masing-
masing 9 orang (18,8%).
b) Meminum susu atau minuman manis jelang tidur hingga anak tertidur
dengan persentase tertinggi yaitu tidak pernah sebanyak 19 orang (39,6
%). Sedangkan persentase terendah kategori selalu dengan jumlah 7 orang
(14,6%).
4. Gambaran karakteristik konsumsi makanan kariogenik:
a) Konsumsi makanan karbohidrat (Roti, biskuit, krius-krius, kue, dll)
dengan persentase tertinggi yaitu kategori sering berjumlah 19 orang
73
(39,6%) dan persentase terendah yaitu kategori jarang berjumlah 2 orang
(4,2 %).
b) Konsumsi makanan manis (permen, coklat, ice cream, dll) dengan
persentase tertinggi yaitu kategori kadang-kadang berjumlah 16 orang
(33,3%), dan persentase terendah yaitu kategori selalu berjumlah 4 orang
(8,3%).
5. Gambaran karakteristik pemberian fluor melalui penggunaan pasta gigi
dengan persentase tetinggi yaitu pada kategori selalu berjumlah 43 orang
(89,6%) dan terendah yaitu pada kategori kadang-kadang berjumlah 2
orang (4,2%).
6. Gambaran karakteristik berkunjung ke dokter gigi dengan perentase
tertinggi yaitu kategori tidak pernah berjumlah 29 orang (60,4%),
sedangkan persentase terendah yaitu kategori sering berjumlah 1 orang
(2,1%).
7. Gambaran kebiasaan menggosok gigi untuk kategori rutin berjumlah 23
orang (47,9 %), dan yang tidak rutin berjumlah 25 orang (52,1 %).
B. Saran
1. Bagi Instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based bagi
pengembangan ilmu keperawatan , khususnya mengenai pentingnya
perawatan kesehatan gigi dan mulut.
74
2. Bagi Instansi Sekolah
Meningkatkan minat guru dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi
dan mulut siswa siswi di sekolah dengan menjalin kerja sama antar
puskesmas setempat.
3. Bagi penelitian selanjutnya
a. Diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan mencari hubungan
setiap variabel dengan responden tidak hanya berfokus pada
kelompok kasus (karies gigi) saja tapi juga mengambil responden
yang tidak mengalami karies sebagai bahan perbandingan.
b. Diharapkan dapat menjadikan faktor langsung penyebab karies
sebagai variabel penelitian
c. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperluas variabel yang
diduga dapat mempengaruhi karies.
4. Bagi Puskesmas Setempat
Diharapkan petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan
masyarakat dengan tetap memberikan edukasi pada orang tua
khususnya ibu dalam mencegah kejadian karies pada anak prasekolah.
Petugas kesehatan di Puskesmas setempat juga hendaknya lebih
meningkatkan edukasi kepada anak sekolah mengenai kesehatan mulut
dalam upaya pencegahan karies gigi dengan rutin melakukan
kunjungan di setiap sekolah.
75
5. Bagi Orang Tua
Diharapkan pada orang tua, khususnya ibu agar senantiasa selalu
berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. (2015). Karies dan Perawatan Pulpa pada Gigi Anak . Jakarta: Sagung Seto.
Adams, et al. (2014). Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Angela, A. (2005). Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko KariesTinggi. Majalah
Kedoktean Gigi.Vol.38 No. 130-134.
Anggraeni, Dian. 2007. Hubungan antara Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Penyakit Karies Gigi pada
Anak Prasekolah di TK ABA 52 Semarang.
Asse R. (2010). Kesehatan Gigi dan Dampak Sosialnya (Catatan dari Maratua).
From Kesehatan,.Kompasiana.com.
Best Practice Approach. (2011). Prevention and Control of Early Childhood
Tooth Decay. Astdd: Where Oral Health Live, hal. 1-32.
Hidayat, Aziz A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Jenatu, Susilo & Wijayanti. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Timbulnya Karies Gigi pada Siswa-Siswi di SD Inpres Tenda-Ruteng Kabupaten Manggarai tahun 2013,STIK Carolus, Jakarta.
Kemenkes RI. (2014). Pusat Data dan Informasi:Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta.
Khotimah, Purnomo & Suhadi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak 6-12 Tahun di SDN Karangayu 03 Semarang.
Kiswaluyo. Hubungan Karies dengan Umur dan Jenis Kelamin Siswa SD di
Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas Payakumbuh Kabupaten Jember. Stomatognatic.Vol 7 No.1,2010:26-30.
Kusumaningrum W. (2014). Gambaran perilaku Orang Tua dalam Perawatan Gigi Karies Anak Toddler di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
Machfoeds. (2008). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu
Hamil.Yogyakarta: Fitramaya.
Mamengko W, Shirley & Krista. (2016). Gambaran Konsumsi Jajanan dan Status
Karies pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Jurnal e-GiGi (eG). Vol.4 No.1 : 17-21.
Maulani. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Mustika, Carabelly & Cholil. (2014). Insidensi Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah di TK Merah Mandiangin Martapura Periode 2012-2013. Dentino. Vol II No.2:200-204.
Muttaqin, Arif & Sari Kumala. (2011). Gangguan Gastroinestinal:Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
78
Ngantung, Gunawan & Pangemanan. (2014). Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Karies Anak di TK HangTuah Bitung. Jurnal e-Gigi. Vol 3 No.2:542-548.
Nugroho, Kusumawati & Raharjo. Hubungan Tingat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua Tentang Pemberian Susu Botol dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa Prasekolah.Jurnal Kesehatan. Desember 2012,Vol 5 No. 2:165-174.
Oktriananda, Bedi. Hubungan Waktu, Teknik Menggosok Gigi dan Jenis Makanan yang Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi pada Murid SDN Payakumbuh di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Payakumbuh Tahun 2011. UNAND,Padang.
Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Priyanto, A. (2008). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Putri, M.H. (2015). Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
Ramayanti & Purnakarya. (2013). Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7 No.2.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 200.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Rossyana, S dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan mulut Anak Usia Prasekolah di Pos PAUD Perlita Vinolia Kelurahan Mojolangu.
Jurnal Keperawatan. Vol 6 No.2:132-141.
Scanlon,VC & Sanders T. (2007). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:
EGC.
Sheiham. (2006). Dental Caries Affects Body Weight,Growth and Quality of Life
in Preschool Children. British Dental Journal. Vol 201 No.10:625-626.
Sloane, E. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal
Murid SD Kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang tahun 2009. Jurnal Kesehatan Bina Husada, Vol 6 No.1:12-17.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.
79
Sundoro, EH. (2007). Serba-Serbi Ilmu Konservasi Gigi.Jakarta:UI Press.
Supariani, Artawa & Wirata. (2013). Hubungan Karbohidrat pada Susu yang
Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi Botol pada Anak Play Group. Jurnal Kesehatan Gigi.Vol.1 No.1.
Suratri, Andayasari & Sintawati. (2006). Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia TK di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Banten Tahun 2014. Media Litbangkes.Vol 26 No 2, 119-126.
Susi, Hafni Bachtiar & Ummul Azmi. (2012). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Karies pada Gigi Sulung Anak Umur 4 dan 5 tahun. Majalah
Kedokteran Andalas. Vol 36 No.1. 96-105.
Sutjipto Rahel , Herawati & Kuntari. (2014). Prevalensi Early Childhood Caries and Savere Early Childhood Caries pada Anak Praseoklah di Gunung Anyar Surabaya. Dental. Vol 47 No.4:186-189.