II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Usaha kecil dan menengah (UKM) memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Usaha kecil atau mikro adalah usaha dengan jumlah total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar. Usaha menengah yaitu usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp. 1 milyar - Rp. 50 milyar. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menegkop & UKM), usaha kecil termasuk usaha rumah tangga atau mikro pada tahun 2000 meliputi 99,9 % dari total usaha-usaha yang ada di Indonesia, sedangkan usaha menengah meliputi 0,14 % dari total jumlah usaha kecil di Indonesia. Selain penciptaan lingkungan bisnis yang kondusif, program-program pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driven strategy sebaiknya mulai ditinggalkan, sebagai pengganti dari arah program ini yakni pengembangan program UKM yang berorientasi pasar yang didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan UKM (market oriented, demand driven programs). Fokus dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisien ditentukan oleh pertumbuhan produktivitas UKM yang berkelanjutan, dan nantinya akan mendorong pertumbuhan UKM yang berkelanjutan. Secara lebih spesisfik Ratna (2007) membagi fokus pengembangan UKM baru yang berorientasi pasar tersebut dalam empat unsur pokok, yaitu: (1) pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM; (2) pengembangan lembaga-lembaga finansial yang bisa memberikan akses kredit yang lebih mudah kepada UKM atas dasar transparansi; (3) pelayanan jasa-jasa pengembangan bisnis non-finansial kepada UKM yang lebih efektif; dan (4) pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha besar di Indonesia atau di luar negeri. Kriteria usaha menengah sebagai berikut (INPRES No 10,1999) : a) Memiliki kekayaan bersih lebih besar dan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp l0.000.000.000.00 (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
24
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA · sejenis premium, solar dan pertamax. SPBU merupakan usaha yang membutuhkan modal investasi besar, dengan pendapatan yang besar dan bersifat likuid. Modal ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Usaha kecil dan menengah (UKM) memegang peranan penting dalam
ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun
dari segi penciptaan lapangan kerja. Usaha kecil atau mikro adalah usaha dengan
jumlah total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar. Usaha
menengah yaitu usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp. 1
milyar - Rp. 50 milyar. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor
Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menegkop &
UKM), usaha kecil termasuk usaha rumah tangga atau mikro pada tahun 2000
meliputi 99,9 % dari total usaha-usaha yang ada di Indonesia, sedangkan usaha
menengah meliputi 0,14 % dari total jumlah usaha kecil di Indonesia.
Selain penciptaan lingkungan bisnis yang kondusif, program-program
pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driven strategy sebaiknya mulai
ditinggalkan, sebagai pengganti dari arah program ini yakni pengembangan
program UKM yang berorientasi pasar yang didasarkan atas pertimbangan
efisiensi dan kebutuhan UKM (market oriented, demand driven programs). Fokus
dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisien ditentukan oleh
pertumbuhan produktivitas UKM yang berkelanjutan, dan nantinya akan
mendorong pertumbuhan UKM yang berkelanjutan. Secara lebih spesisfik Ratna
(2007) membagi fokus pengembangan UKM baru yang berorientasi pasar tersebut
dalam empat unsur pokok, yaitu: (1) pengembangan lingkungan bisnis yang
kondusif bagi UKM; (2) pengembangan lembaga-lembaga finansial yang bisa
memberikan akses kredit yang lebih mudah kepada UKM atas dasar transparansi;
(3) pelayanan jasa-jasa pengembangan bisnis non-finansial kepada UKM yang
lebih efektif; dan (4) pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya
atau dengan usaha besar di Indonesia atau di luar negeri.
Kriteria usaha menengah sebagai berikut (INPRES No 10,1999) :
a) Memiliki kekayaan bersih lebih besar dan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp l0.000.000.000.00 (sepuluh miliar
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
6
b) Milik warga negara Indonesia;
c) Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik langsung maupun tidak Iangsung
dengan usaha besar;
d) Berbentuk usaha orang perseorangan. badan usaha yang tidak berbadan hukum
dan atau badan usaha yang berbadan hukum.
2.2. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum)
SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan
prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna
memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar
sejenis premium, solar dan pertamax. SPBU merupakan usaha yang
membutuhkan modal investasi besar, dengan pendapatan yang besar dan bersifat
likuid. Modal yang dibutuhkan tergantung pada lahan calon lokasi SPBU dan
rencana bisnis yang akan dilaksanakan. Kontrak kerjasama berlaku selama
minimal 15 tahun, dengan masa pembaruan kontrak setiap 5 tahun sekali. Pola
baru kemitraan yang ditawarkan Pertamina seperti ditunjukkan Gambar 1 adalah
saling menguntungkan kepada semua pihak. Prinsip keterbukaan, kecepatan dan
kualitas pelayanan, dan proyeksi keuntungan yang atraktif menjadi falsafah.
Sumber: Pola Kerja Sama Pertamina, 2007
Gambar 1. Pola Kerjasama SPBU-Pertamina
Bentuk kerjasama yang di tawarkan oleh Pertamina dapat dibedakan atas :
- DODO (Dealer Owned Dealer Operated), SPBU DODO PT. Pertamina adalah
SPBU milik swasta, baik lahan, investasi, maupun operasionalnya.
PERTAMINA SPBU
Biaya Jasa
Dukungan Bisinis
7
- CODO (Company Owned Dealer Operated), SPBU CODO PT. Pertamina
merupakan SPBU sebagai bentuk kerjasama antara PT. Pertamina dengan
pihak-pihak tertentu. Antara lain kerjasama pemanfaatan lahan milik
perusahaan ataupun individu untuk di bangun SPBU PT. Pertamina.
Dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari
letak lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan
dibangun SPBU terletak di jalan besar/utama, maka luas lahan yang harus dimiliki
minimal 2500 m². SPBU dibedakan atas 5 tipe yaitu tipe A,B,C,D dan E seperti
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tipe SPBU
KOMPONEN TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D TIPE E
Minimal Ukuran Lahan (m²) 2500 1600 1225 900 700
Min Lebar Muka Jalan (m) 50 40 35 30 20
Selang (Jumlah) Min. 26 20 – 25 16 - 20 10 - 16 Max 10
Kapasitas Tangki Min (kl) Min. 160 kl Min. 140 kl Min. 100 kl Min. 80 kl Min. 60 kl
Tabel 3 menunjukkan bahwa setiap 5 tahun SPBU harus membayar Initial
Fee ke Pertamina yang jumlah nya berdasarkan perkiraan volume penjualan yang
telah disepakati. Jumlah Initial Fee telah ditetapkan oleh Pertamina berdasarkan
tipe SPBU .
Tabel 3. Biaya Initial Fee SPBU
TYPE SPBU PERKIRAAN VOLUME PENJUALAN INITIAL FEE (Rp.)
SPBU TYPE A Volume Penjualan > 35 kl 800.000.000,-
SPBU TYPE B 25 kl < Volume Penjualan < 35 kl 650.000.000,-
SPBU TYPE C 20 kl < Volume Penjualan < 25 kl 500.000.000,-
SPBU TYPE D 15 kl < Volume Penjualan < 20 kl 350.000.000,-
SPBU TYPE E Volume Penjualan < 15 kl 250.000.000,-
Sistem informasi SPBU merupakan program aplikasi komputer untuk bisa
mengotomasikan sistem pelaporan SPBU. Baik laporan harian maupun
rekapitulasi bulanan yang menyangkut kondisi stok BBM per jenis (premium,
8
pertamax dan solar) yang diperoleh dari kalkulasi data meteran dan pengukuran
volume tangki. Dengan sistem itu, petugas SPBU hanya perlu memasukkan data
meteran awal dan meteran akhir setiap pompa (per shift atau per hari). Lalu sistem
akan otomatis menghitung jumlah pengeluaran yang dilakukan, untuk selanjutnya
dicetak ke dalam bentuk laporan harian. Selain informasi stok BBM, dapat pula
diketahui berapa deviasi antara stok berdasarkan catatan/meteran dan stok
berdasarkan pengukuran fisik. Dengan demikian, rekapitulasi penjualan BBM
selama satu bulan dibandingkan dengan jumlah stok BBM yang dimiliki serta
harga pokok penjualannya (HPP) dan margin laba/rugi bisa terkelola dengan baik.
(Pertamina 2009)
Melalui model matematis yang dianalisis, diketahui bahwa dengan margin
keuntungan yang berlaku sekarang (5%), belum dapat secara keseluruhan
memberi nilai keekonomian yang baik pada bisnis penyaluran BBM SPBU. Untuk
bertahan pada margin 5% tersebut, sebuah SPBU harus mengembangkan sumber
pendapatan lain (non BBM) agar dapat memberi nilai ekonomi yang baik. Margin
5% hanya dapat memberi nilai ekonomi yang baik bagi SPBU yang didirikan
dekat jalan tol dengan tambahan pendapatan (non BBM) dari pengoperasian
“Convinience Store Bright Pertamina” dan atau “Pertamina Service Speed
Station”, dua konsep bisnis yang ditawarkan Pertamina sebagai bisnis pendukung
SPBU. Margin yang memberikan nilai ekonomi yang baik tanpa adanya usaha
tambahan untuk SPBU dekat area perumahan besarnya 10%, SPBU dekat pusat
perbelanjaan besarnya diatas 10%, dan SPBU dekat lintas provinsi besarnya
>10 % (Maya, 2006).
2.3. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bahan bakar minyak (BBM) adalah bahan bakar yang diproses dari
pengilangan minyak bumi maupun minyak yang berasal dari nabati. Produk yang
dikategorikan sbagai BBM adalah prduk seperti bensin, minyak diesel (solar),
minyak tanah, avtur dan avigas. BBM adalah satu-satunya komoditas yang
mendapatkan perlakuan khusus, di mana harga BBM terus disubsidi agar dapat
terjangkau oleh masyarakat luas dan ketersediaannya di seluruh pelosok tanah air
dijamin oleh pemerintah. (Siahaan, 2008). BBM yang dipasarkan di Indonesia
diantaranya, yaitu :
9
2.3.1. Bahan Bakar Bensin
Jenis bahan bakar minyak bensin merupakan nama umum untuk beberapa
jenis BBM yang diperuntukkan kepada mesin dengan pembakaran menggunakan
perapian. Di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis bahan bakar bensin yang
memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini
dihitung berdasarkan RON (Research Octane Number). Berdasarkan nilai
tersebut BBM bensin yang ada di Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu ;
RON 88, RON 92, dan RON 95.
Bahan bakar RON 88 adalah bahan bakar minyak jenis destilat berwarna
kekuningan yang jernih. Penggunaan bahan bakar premium pada umumnya adalah
bahan bakar kendaraan bermotor bermesisn bensin antara lain : mobil, motor, dan
motor tempel. Bahan bakar ini juga sering disebut gasoline atau petrol. Bahan
bakar RON 88 ini di Indonesia hanya dijual oleh pihak SPBU Pertamina yaitu
dengan nama premium.
2.3.2. Bahan Bakar Pertamax
Bahan bakar yang memiliki RON 92 adalah bahan bakar yang ditujukan
untuk kendaraan bermotor yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar
beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Bahan bakar RON 92 ini dikeluarkan
oleh pihak Pertamina dengan nama pertamax di SPBU Petronas dengan nama
Primax 92 dan SPBU Shell dengan nama Shell Super.
Bahan bakar yang memiliki RON 95 merupakan jenis BBM yang telah
memenuhi standar World Wide Fuel Charter (WWFC) ditujukan untuk kendaraan
yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar
beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamaxplus sangat direkomendasikan
untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio lebih dari 10.5 dan juga
menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing
Intellegent (VVTi), Variable Timing Intellegent (VVTi), Turbochargers dan
catalytic converters. Bahan bakar RON 95 ini dikeluarkan SPBU PERTAMINA
dengan nama Pertamax Plus, SPBU Petronas dengan nama Primax 92 dan SPBU
Shell dengan nama Shell Super Extra.
10
2.3.3. Bahan Bakar Solar
Minyak Solar (HSD), High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis
solar yang memiliki angka performa octane number mencapai 45, jenis BBM ini
umumnya digunakan untuk mesin transportasi diesel yang umum dipakai dengan
sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan electronic injection. Jenis
BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor transportasi dan mesin
industri. Minyak solar atau Automotive Diesel Oil (ADO) sebagai salah satu hasil
kilang minyak merupakan bahan bakar destilasi menengah (middle destilate) yang
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi khususnya bahan bakar minyak
(BBM) untuk bahan bakar di sektor transportasi, industri dan kelistrikan di
Indonesia. Sekitar 10 tahun terakhir dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2004,
penggunaan minyak solar diperkirakan mencapai rata-rata lebih 41 persen dari
total penggunaan BBM dalam negeri.
Minyak solar sebenarnya adalah BBM yang diperuntukkan untuk sektor
transportasi. Namun dalam kenyataannya bahan bakar tersebut banyak pula yang
dipergunakan untuk sektor-sektor lainnya seperti sektor industri dan pembangkit
listrik. Selama sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan tahun
2004 total kebutuhan minyak solar untuk semua sektor meningkat dengan
pertumbuhan rata-rata sekitar lima persen per tahun, sehingga total kebutuhan atau
penggunaan minyak solar tersebut meningkat lebih dari 1,5 kali lipat selama
periode tersebut. Sesuai dengan peruntukkannya, sebagian besar dari dari minyak
solar dipergunakan untuk sektor transportasi, disusul untuk sektor industri dan
pembangkit listrik. Meskipun pangsa penggunaan minyak solar untuk sektor
pembangkit listrik paling kecil, namun kebutuhan minyak solar pada sektor
tersebut yang paling pesat pertumbuhannya, yaitu meningkat lebih dari sembilan
persen per tahun, sedangkan kebutuhan minyak solar pada sektor transportasi dan
industri, masing-masing hanya meningkat 4,26 persen dan 4,69 persen per tahun.
Sahlan (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengukuran
kapasitas bahan bakar pada tangki pendam di sebuah SPBU seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3, merupakan suatu hal mutlak yang harus
dilakukan, yaitu untuk mengetahui persediaan bahan bakar dalam tangki.
Pengukuran bahan bakar yang dilakukan saat ini kurang efisien, hal ini
11
dikarenakan pengukuran kapasitas bahan bakar dalam tangki pendam SPBU
dilakukan manual. Pengukuran dengan menggunakan sensor merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan dalam proses pengukuran kapasitas tangki. Salah
satu sensor yang dapat digunakan dalam pengukuran kapasitas bahan bakar dalam
tangki pendam SPBU yaitu dengan menggunakan potensiometer yang hasilnya
ditampilkan secara visual secara ke dalam layer. Ukuran tangki pendam BBM
SPBU disajikan pada Tabel 4.
Sumber : CV.Sinar Baru Perkasa
Gambar 2. Tangki Pendam BBM SPBU
Sumber : CV.Sinar Baru Perkasa
Gambar 3. Standard Tangki SPBU Pertamina
12
Tabel 4. Ukuran Tangki Pendam SPBU Pertamina
Sumber : CV.Sinar Baru Perkasa
Kamarga (2008) mengungkapkan bahwa SPBU juga menimbulkan polusi
udara akibat penguapan bensin yang terjadi pada tangki timbun maupun dispenser.
Polusi udara tersebut dapat menimbulkan bahaya kebakaran, bahaya kesehatan,
maupun kerugian ekonomi. Untuk itu, perlu dikembangkan sebuah sistem vapor
recovery yang dapat mengurangi polusi udara sekaligus me-recover kehilangan
akibat penguapan bensin yang tidak terkendali tersebut.
2.4. Persediaan
Inventory atau persediaan adalah barang-barang yang berada di gudang
atau dalam proses produksi (Work in Process) yang digunakan untuk mendukung
kesuksesan manufaktur sebuah produk dan mendistribusikannya ke konsumen.
Inventory dapat berupa produk jadi yang siap dijual, produk pelengkap atau
produk pendukung, produk setengah jadi atau dapat juga berupa bahan mentah
(Fogarty, 1991).
Inventory pada kenyataannya memakan tempat untuk penyimpanan,
memerlukan perlakuan tertentu atau handling, dapat menjadi usang dan
mengalami penurunan, memerlukan asuransi, dikenakan beban pajak, dan
terkadang juga dapat hilang atau dicuri. Dan pada kasus tertentu inventory hanya
akan meningkatkan biaya tanpa meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu
dibutuhkan Inventory Management, yaitu suatu pendekatan untuk mengatur aliran
produk dalam sebuah supply chain dan mendapatkan level pelayanan yang
dibutuhkan dengan biaya yang dapat diterima. Pergerakan dan aliran produk
adalah kunci dari konsep inventory management dan juga pada seluruh supply
13
chain, sehingga bila aliran itu terhenti, maka biaya akan bertambah. Oleh karena
itu bila memungkinkan, maka inventory akan dibuat sekecil mungkin.
Mulyana (2007) menyatakan bahwa, persediaan adalah bahan atau barang
yang disimpan untuk digunakan memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat
berbentuk bahan mentah, bahan penolong, barang dalam proses maupun barang
jadi. Sebagai salah satu asset penting perusahaan pengelolaan persediaan pun
memperoleh perhatian dari manajemen. Tanpa persediaan sama sekali adalah
tidak baik dan persediaan banyak sekali juga itu tidak baik. Unsur biaya yang
terdapat dalam persediaan diklasifikasikan menjadi tiga.yaitu biaya pemesanan,
biaya penyimpanan dan biaya kekurangan persediaan. Biaya pemesanan
dikeluarkan terkait aktifitas pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan
pemesanan sampai tersedia di gudang. Dalam kegiatan produksi biaya pemesanan
ini disebut set up costs atau biaya untuk menyiapkan mesin-mesin proses
manufaktur dari suatu rencana produksi. Selain biaya pemesanan dalam
persediaan pun terkandung biaya penyimpanan. Yang termasuk dalam biaya