Prima Jiwa Osly/A353060101 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata World Trade Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai ”the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes” atau segala macam aktivitas dari manusia yang melakukan perjalanan dan menetap di sebuah tempat selain lingkungan tempat hidupnya selama tidak lebih dari satu tahun untuk keperluan mengisi waktu senggang, bisnis dan atau keperluan lainnya. Definisi wisata menurut Swabrooke et al., 2003 adalah “Tourism can be defined as the theories and practice of travelling and visiting places for leisure related purpose” atau pariwisata dapat diartikan sebagai teori dan praktek dari perjalanan mengunjungi obyek-obyek tertentu untuk mendapatkan kesenangan. UU nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sehingga berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa seluruh jenis perjalanan yang dilakukan dapat dikatakan sebagai wisata apabila dalam melakukan perjalanan tersebut seseorang mendapatkan kesenangan. Secara relasional, pariwisata merupakan hubungan antara obyek dan manusia. Obyek memberikan sesuatu yang dapat mengakibatkan manusia terpuaskan hasrat keinginannya, manusia akan memberikan sesuatu pula terhadap obyek tersebut. Berdasarkan pengertian diatas maka pariwisata mempunyai ciri-ciri (1) pelaku (individu atau kelompok), (2) yang melakukan perjalanan, (3) bersifat sementara, (4) untuk mencari kebahagian, kepuasaan atau kenikmatan. Sehingga, secara kontekstual, perjalanan yang dilakukan manusia dari tempat asal menuju tempat- tempat yang disukai dalam waktu sementara dengan tujuan rekreasi dan bersenang-senang identik dengan kegiatan wisata.
21
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Prima Jiwa Osly/A353060101 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pariwisata
World Trade Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai ”the
activities of persons travelling to and staying in places outside their usual
environment for not more than one consecutive year for leisure, business and
other purposes” atau segala macam aktivitas dari manusia yang melakukan
perjalanan dan menetap di sebuah tempat selain lingkungan tempat hidupnya
selama tidak lebih dari satu tahun untuk keperluan mengisi waktu senggang,
bisnis dan atau keperluan lainnya. Definisi wisata menurut Swabrooke et al., 2003
adalah “Tourism can be defined as the theories and practice of travelling and
visiting places for leisure related purpose” atau pariwisata dapat diartikan sebagai
teori dan praktek dari perjalanan mengunjungi obyek-obyek tertentu untuk
mendapatkan kesenangan. UU nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan
mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata. Sehingga berdasarkan definisi diatas dapat diartikan
bahwa seluruh jenis perjalanan yang dilakukan dapat dikatakan sebagai wisata
apabila dalam melakukan perjalanan tersebut seseorang mendapatkan kesenangan.
Secara relasional, pariwisata merupakan hubungan antara obyek dan manusia.
Obyek memberikan sesuatu yang dapat mengakibatkan manusia terpuaskan hasrat
keinginannya, manusia akan memberikan sesuatu pula terhadap obyek tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas maka pariwisata mempunyai ciri-ciri (1) pelaku
(individu atau kelompok), (2) yang melakukan perjalanan, (3) bersifat sementara,
(4) untuk mencari kebahagian, kepuasaan atau kenikmatan. Sehingga, secara
kontekstual, perjalanan yang dilakukan manusia dari tempat asal menuju tempat-
tempat yang disukai dalam waktu sementara dengan tujuan rekreasi dan
bersenang-senang identik dengan kegiatan wisata.
Prima Jiwa Osly/A353060101 7
Potensi dan Pasar Wisata
Kriteria Penilaian Potensi
Skala perencanaan untuk wisata dapat dibedakan atas tiga skala, yaitu: (1)
skala situs (site scale); (2) skala daerah tujuan wisata (destination scale); dan (3)
skala regional (regional scale). Skala situs berhubungan dengan pengalokasian
ruang daerah-daerah tujuan wisata sesuai dengan tujuan obyek wisata seperti
tempat parkir, taman, ruang peristirahatan, hotel, restoran, obyek wisata utama
dan pelengkap. Skala destinasi melihat keterkaitan antara beberapa obyek wisata
di suatu daerah tujuan wisata yang saling melengkapi dan menunjang dalam
memberikan variasi wisata, sedangkan skala regional melihat keterpaduan
kawasan wisata dalam lingkup yang lebih luas misalnya dalam satu propinsi.
Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu
mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan mengukur
potensi wisata. Elemen pengembangan pariwisata terdiri dari atraksi, transportasi,
akomodasi, fasilitas pendukung dan infrastruktur. Pemetaan dan overlay peta
menjadi alat yang penting untuk menampilkan potensi-potensi tersebut sehingga
layak untuk dikembangkan.
Kriteria penilaian potensi obyek wisata bersifat obyektif yang berarti
heterogenitas wilayah akan menentukan obyek-obyek wisata yang dapat
dikembangkan pada wilayahnya masing-masing. Kriteria-kriteria penilaian
potensi obyek wisata ini dikembangkan oleh para ahli dengan penelitian dan studi
kasus. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah yang dikembangkan oleh Coppock et al. (1971), Swarbrooke et al. (2003),
White (2004) dan Erik and Usul (2004).
Coppock et al. (1971) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-
faktor bentang alam, air dan pemandangan yang dapat dimanfaatkan sebagai
obyek wisata. Penelitian yang dilakukan menghasilkan obyek-obyek wisata yang
didasarkan atas faktor-faktor tersebut. Faktor bentang lahan diperuntukkan bagi
aktivitas wisata (1) berkemah, karavan, dan piknik (2) berkuda dengan
kelengkapan untuk jalur-jalur jalan dan pengekang kuda; (3) Hiking atau jalan-
jalan, dengan kelengkapan jalur untuk jalan kaki; (4) menembak, semua wilayah
dengan penilaian khusus olahraga menembak, dan (5) panjat tebing. Faktor
Prima Jiwa Osly/A353060101 8
bentangan air untuk (1) kegiatan memancing pada sungai, kanal dan
danau/genangan air yang tidak ada polusi, (2) aktifitas olahraga air, dengan syarat
air tidak terpolusi, panjang minimal satu kilometer, lebar 200 meter dan atau luas
20 hektar; (3) Rekreasi pendidikan yang berorientasi ke air, dan (4) aktivitas
sepanjang pantai, pantainya bersih, berpasir, dan badan pantai berjarak minimal
400 meter dengan jalan. Faktor pemandangan alam dapat ditambahkan kedalam
kedua faktor diatas sebagai faktor pendukung atau menjadi obyek wisata
tersendiri yaitu obyek wisata pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 500
meter dpl (di atas permukaan laut). Plato lebih dari 1.500 meter dpl, bukit 500
sampai dengan 1.500 meter dpl, pegunungan lebih dari 2.000 meter dpl.
Swarbrooke et al. (2003) mengadakan studi kasus terhadap potensi wisata yang
ada diseluruh dunia antara lain Maroko, Afrika Selatan dan Namibia untuk Benua
Afrika, Inggris, Spanyol dan Norwegia untuk Benua Eropa, Florida untuk Benua
Amerika, Vietnam dan Thailand untuk Benua Asia serta New Zealand untuk
Benua Australia. Studi kasus yang dilakukan adalah untuk menentukan potensi
wisata, segmentasi pasar dan prospek pengembangan jenis wisata. White (2004)
menentukan kriteria-kriteria penilaian potensi untuk jenis wisata alam yang berada
di perkotaan. Wisata alam yang dikembangkan adalah taman kota dan Education
Center. Erkin and Usul (2007) mengadakan kajian mengenai lokasi-lokasi yang
cocok untuk obyek-obyek wisata alam antara lain camping, biking, caravan dan
grass skiing. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan
elevasi, pola ruang, pola network dan pemandangan. Analisis yang dilakukan
menggunakan overlay (tumpang tindih) data-data Russian Topograhic Maps,
LANDSAT Image, RADAR Image dan IKONOS Image.
Segmentasi Pasar
Dalam menghubungkan antara konsep atau teori mengenai aktivitas dan
fasilitas wisata serta pengalaman berwisata pengunjung diperlukan sebuah konsep
atau teori yang menjelaskan keberadaan dari pengunjung tersebut yang terkait
dengan konsep pasar. Konsep ini berguna dalam menganalisa kebutuhan
wisatawan atau pengunjung pada suatu destinasi. Konsep pasar merupakan alat
untuk menemukenali karakteristik wisatawan atau pengunjung, karena dengan
mengenali karakteristiknya dapat diketahui tanggapan dari wisatawan atau
Prima Jiwa Osly/A353060101 9
pengunjung ketika beraktivitas wisata dan menggunakan fasilitas wisata. Mill and
Morrison (1992) menyatakan bahwa pembagian golongan pasar (Market
Segmentation) didefinisikan sebagai proses dari manusia yang memiliki kesamaan
kebutuhan, keinginan dan karakteristik berkumpul bersama sehingga membentuk
sebuah organisasi yang dapat menggunakan ketelitian tinggi dalam melayani dan
berkomunikasi dan memilih sebagai pengguna. Secara garis besar, terdapat empat
metode untuk menentukan pembagian golongan, yaitu :
1. Golongan berdasarkan demografi (Demographic Segmentation) yaitu
sekelompok orang yang memiliki karakteristik yang dapat terhitung
seperti umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dsb
2. Golongan berdasarkan geografi (Geographic Segmentation) yaitu
memperhitungkan pasar kedalam lokasi yang secara geografis berbeda
seperti negara, provinsi, kota, kabupaten dsb
3. Golongan berdasarkan psikografis (Psychographic Segmentation) yaitu
kelompok orang yang memiliki kepribadian dan gaya hidup seperti
kesamaan gaya hidup, hobi, aktivitas dsb
4. Golongan berdasarkan kelakuan (Behaviour Segmentation) yaitu
menggolongkan pasar kedalam sebuah kumpulan yang faktanya
memiliki kebiasaan membeli dan memilih seperti petualang akhir pekan,
pelanggan yang royal, pencari keuntungan dsb
Konsep Pengembangan Kawasan Wisata
Konsep Daya Dukung (Carrying Capacity Concept)
Kawasan pariwisata adalah kawasan yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata. Pembangunan kawasan pariwisata tidak
mengurangi areal tanah pertanian dan dilakukan di atas tanah yang mempunyai
fungsi utama untuk melindungi sumber daya alam warisan budaya. Erkin and
Usul (2007) menyatakan bahwa kawasan pariwisata pada negara-negara
berkembang biasanya adalah kawasan-kawasan yang tidak berkembang namun
memiliki keindahan panorama dan ekosistem yang beragam. Saat ini, pariwisata
selalu mendapatkan porsi besar dalam perencanaan pengembangan kota dan
wilayah karena sektor pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting dalam
Prima Jiwa Osly/A353060101 10
ekonomi. Namun pengembangan yang diharapkan adalah pengembangan kawasan
yang tidak merusak ekosistem.
Untuk dapat mengembangkan sebuah kawasan wisata maka diperlukan
sebuah konsep dasar yang dapat menentukan batasan penggunaan lahan untuk
kepentingan wisatawan dan penggunaan lahan untuk optimalisasi sumberdaya
pariwisata. Konsep tersebut dikenal sebagai Konsep Daya Dukung (Carrying
Capacity Concept). Caneday and Farris (2005) menyatakan Konsep Daya
Dukung (Carrying Capacity) adalah sebuah konsep yang lahir pada bidang
pertanian dan pengelolaan taman margasatwa. Konsep daya dukung ini dikenal
sebagai cara untuk mendefinisikan jumlah dan tipe binatang yang dapat di dukung
oleh lingkungannya (habitat). Dalam konteks diatas, daya dukung didefinisikan
sebagai jumlah maksimum dan kepadatan dari binatang pada luas lahan tertentu
yang dapat mendukung kehidupannya tanpa merusak ekosistem. Pada tahun 1964,
J.A. Wagar dalam The Carrying Capacity of Wild Lands for Recreation
memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal sebagai Daya Dukung Rekreasi
(Recreational Carrying Capacity) yang merupakan penerapan dari prinsip teori
diatas kedalam sebuah kawasan rekreasi. Diantara prinsip tersebut adalah : (1)
pengkarakteristikan daya dukung berfungsi sebagai kepemilikan yang melekat
pada sebuah lokasi yang dapat ditentukan, daya dukung bukan merupakan suatu
nilai yang tetap, (2) Daya dukung tergantung pada kebutuhan dan nilai dari
manusia dan hanya dapat ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan
pengelolaan, (3) Kebutuhan yang melebihi batas dapat dikurangi dengan
melakukan tindakan pengelolaan seperti zonasi, tindakan persuasif dan
pengelolaan komunitas.
Berdasarkan hal diatas maka dalam kawasan wisata, Konsep Daya Dukung
didefinisikan sebagai jumlah maksimal dari sejumlah orang yang dapat
menggunakan sebuah kawasan tanpa adanya perubahan yang tidak dapat diterima
terhadap kondisi lingkungan dan tanpa penurunan yang tidak dapat diterima
terhadap kualitas dari pengalaman yang akan didapat wisatawan. Konsep ini
terdiri atas beberapa kriteria, yaitu :
a. Fisik, berhubungan dengan jumlah lahan yang tersedia, yang cocok
untuk fasilitas, termasuk batas kapasitas dari fasilitas tersebut.
Prima Jiwa Osly/A353060101 11
b. Psikologis, persepsi wisatawan terhadap kawasan yang dinilai dari
tingkat kepuasan wisatawan.
c. Biologis, kapasitas biologis dari suatu tempat bila kerusakan lingkungan
terjadi.
d. Sosial, pemikiran dari daya dukung sosial didasarkan pada community
based tourism planning (perencanaan pariwisata berbasis komunitas) dan
sustainability (keberlanjutan) yang mana mencoba untuk mendefinisikan
level pengembangan agar dapat diterima masyarakat lokal dan
pengusaha.
e. Ekonomi, keuntungan ekonomi yang dapat diterima.
f. Infrastruktur, manfaat prasarana bagi masyarakat lokal dan wisatawan.
Berdasarkan karakteristik dan jenis aktivitas, Konsep Daya Dukung dapat
dibedakan menjadi 2 kategori analisis, yaitu :
1. Pertimbangan rekreasi, membedakan interaksi dari jenis menggunakan
parameter (ukuran) seperti level penggunaan, tipe, variasi ruang dan