Top Banner
Prima Jiwa Osly/A353060101 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata World Trade Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai ”the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes” atau segala macam aktivitas dari manusia yang melakukan perjalanan dan menetap di sebuah tempat selain lingkungan tempat hidupnya selama tidak lebih dari satu tahun untuk keperluan mengisi waktu senggang, bisnis dan atau keperluan lainnya. Definisi wisata menurut Swabrooke et al., 2003 adalah “Tourism can be defined as the theories and practice of travelling and visiting places for leisure related purpose” atau pariwisata dapat diartikan sebagai teori dan praktek dari perjalanan mengunjungi obyek-obyek tertentu untuk mendapatkan kesenangan. UU nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sehingga berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa seluruh jenis perjalanan yang dilakukan dapat dikatakan sebagai wisata apabila dalam melakukan perjalanan tersebut seseorang mendapatkan kesenangan. Secara relasional, pariwisata merupakan hubungan antara obyek dan manusia. Obyek memberikan sesuatu yang dapat mengakibatkan manusia terpuaskan hasrat keinginannya, manusia akan memberikan sesuatu pula terhadap obyek tersebut. Berdasarkan pengertian diatas maka pariwisata mempunyai ciri-ciri (1) pelaku (individu atau kelompok), (2) yang melakukan perjalanan, (3) bersifat sementara, (4) untuk mencari kebahagian, kepuasaan atau kenikmatan. Sehingga, secara kontekstual, perjalanan yang dilakukan manusia dari tempat asal menuju tempat- tempat yang disukai dalam waktu sementara dengan tujuan rekreasi dan bersenang-senang identik dengan kegiatan wisata.
21

II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Mar 17, 2019

Download

Documents

dangdien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata

World Trade Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai ”the

activities of persons travelling to and staying in places outside their usual

environment for not more than one consecutive year for leisure, business and

other purposes” atau segala macam aktivitas dari manusia yang melakukan

perjalanan dan menetap di sebuah tempat selain lingkungan tempat hidupnya

selama tidak lebih dari satu tahun untuk keperluan mengisi waktu senggang,

bisnis dan atau keperluan lainnya. Definisi wisata menurut Swabrooke et al., 2003

adalah “Tourism can be defined as the theories and practice of travelling and

visiting places for leisure related purpose” atau pariwisata dapat diartikan sebagai

teori dan praktek dari perjalanan mengunjungi obyek-obyek tertentu untuk

mendapatkan kesenangan. UU nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan

mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

obyek dan daya tarik wisata. Sehingga berdasarkan definisi diatas dapat diartikan

bahwa seluruh jenis perjalanan yang dilakukan dapat dikatakan sebagai wisata

apabila dalam melakukan perjalanan tersebut seseorang mendapatkan kesenangan.

Secara relasional, pariwisata merupakan hubungan antara obyek dan manusia.

Obyek memberikan sesuatu yang dapat mengakibatkan manusia terpuaskan hasrat

keinginannya, manusia akan memberikan sesuatu pula terhadap obyek tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas maka pariwisata mempunyai ciri-ciri (1) pelaku

(individu atau kelompok), (2) yang melakukan perjalanan, (3) bersifat sementara,

(4) untuk mencari kebahagian, kepuasaan atau kenikmatan. Sehingga, secara

kontekstual, perjalanan yang dilakukan manusia dari tempat asal menuju tempat-

tempat yang disukai dalam waktu sementara dengan tujuan rekreasi dan

bersenang-senang identik dengan kegiatan wisata.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 7

Potensi dan Pasar Wisata

Kriteria Penilaian Potensi

Skala perencanaan untuk wisata dapat dibedakan atas tiga skala, yaitu: (1)

skala situs (site scale); (2) skala daerah tujuan wisata (destination scale); dan (3)

skala regional (regional scale). Skala situs berhubungan dengan pengalokasian

ruang daerah-daerah tujuan wisata sesuai dengan tujuan obyek wisata seperti

tempat parkir, taman, ruang peristirahatan, hotel, restoran, obyek wisata utama

dan pelengkap. Skala destinasi melihat keterkaitan antara beberapa obyek wisata

di suatu daerah tujuan wisata yang saling melengkapi dan menunjang dalam

memberikan variasi wisata, sedangkan skala regional melihat keterpaduan

kawasan wisata dalam lingkup yang lebih luas misalnya dalam satu propinsi.

Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu

mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan mengukur

potensi wisata. Elemen pengembangan pariwisata terdiri dari atraksi, transportasi,

akomodasi, fasilitas pendukung dan infrastruktur. Pemetaan dan overlay peta

menjadi alat yang penting untuk menampilkan potensi-potensi tersebut sehingga

layak untuk dikembangkan.

Kriteria penilaian potensi obyek wisata bersifat obyektif yang berarti

heterogenitas wilayah akan menentukan obyek-obyek wisata yang dapat

dikembangkan pada wilayahnya masing-masing. Kriteria-kriteria penilaian

potensi obyek wisata ini dikembangkan oleh para ahli dengan penelitian dan studi

kasus. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam penelitian ini antara lain

adalah yang dikembangkan oleh Coppock et al. (1971), Swarbrooke et al. (2003),

White (2004) dan Erik and Usul (2004).

Coppock et al. (1971) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-

faktor bentang alam, air dan pemandangan yang dapat dimanfaatkan sebagai

obyek wisata. Penelitian yang dilakukan menghasilkan obyek-obyek wisata yang

didasarkan atas faktor-faktor tersebut. Faktor bentang lahan diperuntukkan bagi

aktivitas wisata (1) berkemah, karavan, dan piknik (2) berkuda dengan

kelengkapan untuk jalur-jalur jalan dan pengekang kuda; (3) Hiking atau jalan-

jalan, dengan kelengkapan jalur untuk jalan kaki; (4) menembak, semua wilayah

dengan penilaian khusus olahraga menembak, dan (5) panjat tebing. Faktor

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 8

bentangan air untuk (1) kegiatan memancing pada sungai, kanal dan

danau/genangan air yang tidak ada polusi, (2) aktifitas olahraga air, dengan syarat

air tidak terpolusi, panjang minimal satu kilometer, lebar 200 meter dan atau luas

20 hektar; (3) Rekreasi pendidikan yang berorientasi ke air, dan (4) aktivitas

sepanjang pantai, pantainya bersih, berpasir, dan badan pantai berjarak minimal

400 meter dengan jalan. Faktor pemandangan alam dapat ditambahkan kedalam

kedua faktor diatas sebagai faktor pendukung atau menjadi obyek wisata

tersendiri yaitu obyek wisata pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 500

meter dpl (di atas permukaan laut). Plato lebih dari 1.500 meter dpl, bukit 500

sampai dengan 1.500 meter dpl, pegunungan lebih dari 2.000 meter dpl.

Swarbrooke et al. (2003) mengadakan studi kasus terhadap potensi wisata yang

ada diseluruh dunia antara lain Maroko, Afrika Selatan dan Namibia untuk Benua

Afrika, Inggris, Spanyol dan Norwegia untuk Benua Eropa, Florida untuk Benua

Amerika, Vietnam dan Thailand untuk Benua Asia serta New Zealand untuk

Benua Australia. Studi kasus yang dilakukan adalah untuk menentukan potensi

wisata, segmentasi pasar dan prospek pengembangan jenis wisata. White (2004)

menentukan kriteria-kriteria penilaian potensi untuk jenis wisata alam yang berada

di perkotaan. Wisata alam yang dikembangkan adalah taman kota dan Education

Center. Erkin and Usul (2007) mengadakan kajian mengenai lokasi-lokasi yang

cocok untuk obyek-obyek wisata alam antara lain camping, biking, caravan dan

grass skiing. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan

elevasi, pola ruang, pola network dan pemandangan. Analisis yang dilakukan

menggunakan overlay (tumpang tindih) data-data Russian Topograhic Maps,

LANDSAT Image, RADAR Image dan IKONOS Image.

Segmentasi Pasar

Dalam menghubungkan antara konsep atau teori mengenai aktivitas dan

fasilitas wisata serta pengalaman berwisata pengunjung diperlukan sebuah konsep

atau teori yang menjelaskan keberadaan dari pengunjung tersebut yang terkait

dengan konsep pasar. Konsep ini berguna dalam menganalisa kebutuhan

wisatawan atau pengunjung pada suatu destinasi. Konsep pasar merupakan alat

untuk menemukenali karakteristik wisatawan atau pengunjung, karena dengan

mengenali karakteristiknya dapat diketahui tanggapan dari wisatawan atau

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 9

pengunjung ketika beraktivitas wisata dan menggunakan fasilitas wisata. Mill and

Morrison (1992) menyatakan bahwa pembagian golongan pasar (Market

Segmentation) didefinisikan sebagai proses dari manusia yang memiliki kesamaan

kebutuhan, keinginan dan karakteristik berkumpul bersama sehingga membentuk

sebuah organisasi yang dapat menggunakan ketelitian tinggi dalam melayani dan

berkomunikasi dan memilih sebagai pengguna. Secara garis besar, terdapat empat

metode untuk menentukan pembagian golongan, yaitu :

1. Golongan berdasarkan demografi (Demographic Segmentation) yaitu

sekelompok orang yang memiliki karakteristik yang dapat terhitung

seperti umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dsb

2. Golongan berdasarkan geografi (Geographic Segmentation) yaitu

memperhitungkan pasar kedalam lokasi yang secara geografis berbeda

seperti negara, provinsi, kota, kabupaten dsb

3. Golongan berdasarkan psikografis (Psychographic Segmentation) yaitu

kelompok orang yang memiliki kepribadian dan gaya hidup seperti

kesamaan gaya hidup, hobi, aktivitas dsb

4. Golongan berdasarkan kelakuan (Behaviour Segmentation) yaitu

menggolongkan pasar kedalam sebuah kumpulan yang faktanya

memiliki kebiasaan membeli dan memilih seperti petualang akhir pekan,

pelanggan yang royal, pencari keuntungan dsb

Konsep Pengembangan Kawasan Wisata

Konsep Daya Dukung (Carrying Capacity Concept)

Kawasan pariwisata adalah kawasan yang dibangun atau disediakan untuk

memenuhi kebutuhan pariwisata. Pembangunan kawasan pariwisata tidak

mengurangi areal tanah pertanian dan dilakukan di atas tanah yang mempunyai

fungsi utama untuk melindungi sumber daya alam warisan budaya. Erkin and

Usul (2007) menyatakan bahwa kawasan pariwisata pada negara-negara

berkembang biasanya adalah kawasan-kawasan yang tidak berkembang namun

memiliki keindahan panorama dan ekosistem yang beragam. Saat ini, pariwisata

selalu mendapatkan porsi besar dalam perencanaan pengembangan kota dan

wilayah karena sektor pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting dalam

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 10

ekonomi. Namun pengembangan yang diharapkan adalah pengembangan kawasan

yang tidak merusak ekosistem.

Untuk dapat mengembangkan sebuah kawasan wisata maka diperlukan

sebuah konsep dasar yang dapat menentukan batasan penggunaan lahan untuk

kepentingan wisatawan dan penggunaan lahan untuk optimalisasi sumberdaya

pariwisata. Konsep tersebut dikenal sebagai Konsep Daya Dukung (Carrying

Capacity Concept). Caneday and Farris (2005) menyatakan Konsep Daya

Dukung (Carrying Capacity) adalah sebuah konsep yang lahir pada bidang

pertanian dan pengelolaan taman margasatwa. Konsep daya dukung ini dikenal

sebagai cara untuk mendefinisikan jumlah dan tipe binatang yang dapat di dukung

oleh lingkungannya (habitat). Dalam konteks diatas, daya dukung didefinisikan

sebagai jumlah maksimum dan kepadatan dari binatang pada luas lahan tertentu

yang dapat mendukung kehidupannya tanpa merusak ekosistem. Pada tahun 1964,

J.A. Wagar dalam The Carrying Capacity of Wild Lands for Recreation

memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal sebagai Daya Dukung Rekreasi

(Recreational Carrying Capacity) yang merupakan penerapan dari prinsip teori

diatas kedalam sebuah kawasan rekreasi. Diantara prinsip tersebut adalah : (1)

pengkarakteristikan daya dukung berfungsi sebagai kepemilikan yang melekat

pada sebuah lokasi yang dapat ditentukan, daya dukung bukan merupakan suatu

nilai yang tetap, (2) Daya dukung tergantung pada kebutuhan dan nilai dari

manusia dan hanya dapat ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan

pengelolaan, (3) Kebutuhan yang melebihi batas dapat dikurangi dengan

melakukan tindakan pengelolaan seperti zonasi, tindakan persuasif dan

pengelolaan komunitas.

Berdasarkan hal diatas maka dalam kawasan wisata, Konsep Daya Dukung

didefinisikan sebagai jumlah maksimal dari sejumlah orang yang dapat

menggunakan sebuah kawasan tanpa adanya perubahan yang tidak dapat diterima

terhadap kondisi lingkungan dan tanpa penurunan yang tidak dapat diterima

terhadap kualitas dari pengalaman yang akan didapat wisatawan. Konsep ini

terdiri atas beberapa kriteria, yaitu :

a. Fisik, berhubungan dengan jumlah lahan yang tersedia, yang cocok

untuk fasilitas, termasuk batas kapasitas dari fasilitas tersebut.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 11

b. Psikologis, persepsi wisatawan terhadap kawasan yang dinilai dari

tingkat kepuasan wisatawan.

c. Biologis, kapasitas biologis dari suatu tempat bila kerusakan lingkungan

terjadi.

d. Sosial, pemikiran dari daya dukung sosial didasarkan pada community

based tourism planning (perencanaan pariwisata berbasis komunitas) dan

sustainability (keberlanjutan) yang mana mencoba untuk mendefinisikan

level pengembangan agar dapat diterima masyarakat lokal dan

pengusaha.

e. Ekonomi, keuntungan ekonomi yang dapat diterima.

f. Infrastruktur, manfaat prasarana bagi masyarakat lokal dan wisatawan.

Berdasarkan karakteristik dan jenis aktivitas, Konsep Daya Dukung dapat

dibedakan menjadi 2 kategori analisis, yaitu :

1. Pertimbangan rekreasi, membedakan interaksi dari jenis menggunakan

parameter (ukuran) seperti level penggunaan, tipe, variasi ruang dan

sementara, tingkah laku pengguna, persepsi kualitas sumberdaya.

2. Pertimbangan ekologi, proses alam dan dampak manusia terhadap

lingkungan, air, tanah, fauna dan lain-lain.

Penggunaan sebuah kawasan yang melebihi kapasitasnya akan

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, dampak negatif dapat

dikurangi dengan menerapkan beberapa metode sehingga keberlanjutan dapat

dijaga. Tahapan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat over

capacity tersebut adalah dengan cara, antara lain :

1. Membatasi akses, membatasi jumlah mobil parkir, mencegah akses

dengan mobil masuk, pengenaan biaya yang tinggi dan lain-lain.

2. Membatasi fasilitas, membatasi pembangunan jalan yang tidak perlu,

fasilitas akomodasi, dan lain-lain.

3. Membagi lahan kawasan wisata berdasarkan jenis aktivitas, memisahkan

antara aktivitas yang tenang, jalan-jalan dan lain-lain.

4. Penjadwalan, menjadwalkan aktivitas wisatawan dalam waktu yang

berbeda dalam sehari, seminggu, sebulan/setahun.

5. Mengembangkan kawasan wisata alternatif yang sejenis.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 12

Sarana dan Prasarana Wisata

Dalam upaya memuaskan kebutuhan dan selera wisatawan, lahirlah unsur

baru yang perlu diperhatikan oleh pengelola kawasan wisata yaitu unsur

pelayanan. Persiapan atas jasa atau produk diharapkan sesuai dengan kebutuhan

wisatawan. Hal ini mengakibatkan timbulnya spesialisasi pelayanan yang

akhirnya membentuk suatu distribusi pelayanan pada pendukung industri wisata

(Wibowo, 2006). Menurut Gamal (1997) sarana wisata dapat dibagi menjadi 3

kelompok yaitu :

1. Sarana Pokok Kepariwisataan, yang terdiri atas

Obyek wisata (keindahan alam, iklim, pemandangan, flora dan fauna,

hutan, landmark dsb)

Atraksi wisata (festival, kesenian, pesta ritual, upacara keagamaan dsb)

Fasilitas rekreasi dan olahraga (golf course, tennis court, pemandian,

kuda tunggangan dsb)

2. Sarana Pelengkap Pariwisata, yang terdiri atas

Restoran,

Prasarana umum (jalan raya, jembatan, listrik, telekomunikasi, dsb)

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan, yang terdiri atas :

Transportasi wisata (darat, laut dan udara),

Biro perjalanan umum dan agen wisata,

Sarana lainnya (nightclub, toko cinderamata, panti pijat dsb)

Pengembangan Kawasan Tepi Air (Waterfront Development)

Wrenn and Douglas (1983) mendefinisikan Waterfront is interface

between land and water. Pengertian interface diatas adanya kegiatan aktif yang

memanfaatkan pertemuan daratan dan perairan Selain itu Wrenn and Douglas

(1983) juga mengemukakan definisi Urban Waterfront yaitu suatu lingkungan

perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah perairan, seperti misalnya lokasi

di sekitar area sungai besar di kota metropolitan.. Dari kedua definisi diatas dapat

dikatakan bahwa waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletak di

dekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 13

kegiatan dan aktivitas pada area pertemuan tersebut. Sedangkan Waterfront

Development adalah konsep pengelolaan kawasan tepi air dengan memberikan

muatan kegiatan aktif pada pertemuan air dan daratan.

Berdasarkan tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis,

yaitu konservasi, pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan

(development). Konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih

ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.

Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront

lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan

mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada. Development

adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan

masa depan. Berdasarkan fungsinya, Breen and Rigby (1996) menyatakan bahwa

waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu mixed-used waterfront,

recreational waterfront, residential waterfront, dan working waterfront.

Mixed-used waterfront adalah waterfront yang merupakan kombinasi

dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau

tempat-tempat kebudayaan.

Recreational waterfront adalah semua kawasan waterfront yang

menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi,

seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk

kapal pesiar.

Residential waterfront adalah perumahan, apartemen, dan resort yang

dibangun di pinggir perairan.

Working waterfront adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial,

reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

Kriteria dan Aspek Perencanaan

Prabudiantoro dalam Soesanti et al. (2006) menyatakan kriteria umum dari

penataan dan pendesainan waterfront adalah :

Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau,

sungai, dan sebagainya).

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 14

Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau

pariwisata.

Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman,

industri, atau pelabuhan.

Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.

Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal.

Dalam perencanaan kawasan tepi air terdapat dua aspek dominan, yaitu :

1. Aspek geografis, yaitu hal-hal menyangkut geografis kawasan yang akan

menentukan jenis serta pola penggunaan kawasam tersebut. Termasuk

dalam aspek ini adalah :

Kondisi perairan (jenis, dimensi dan konfigurasi, pasang surut serta

keadaan air)

Kondisi daratan (ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah dan

kepemilikan)

Iklim (musim, temperature, angin dan curah hujan)

2. Aspek Perkotaan, merupakan faktor-faktor yang akan memberikan

identitas sebagai kota yang bersangkutan serta menetukan hubungan antara

kawasan tepian air yang direncanakan dengan bagian kota terkait. Aspek

ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang

tinggal di dalam dan di sekitar kawasan waterfront tersebut. Termasuk dalam

aspek ini adalah :

Pemakai, penduduk sekitar yang tinggal, bekerja, berwisata atau

hanya sekedar memiliki kawasan tersebut sebagai sarana publik

Sejarah dan budaya

Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta

perencanaan sirkulasi di dalam kawasan

Karakter visual, hal-hal yang akan memberi ciri pembeda kawasan.

Kedua aspek diatas menjadi penting untuk menciptakan suatu kawasan tepian air

yang hidup dan dapat dinikmati

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 15

Elemen Penting Perencanaan Waterfront

Perencanaan waterfront meliputi proses pembentukan zona, pengaturan

zona-zona fungsi, akses transportasi/sirkulasi, pengolahan ruang publik (public

space), tatanan massa bangunan, dan pengolahan limbah (sanitasi). Menurut

Wrenn and Douglas (1983), pola penyusunan dan perkembangan tata letak yang

merupakan proses pembentukan suatu area waterfront adalah sebagai berikut :

Awalnya berkembang dari arah perairan, yaitu dengan dibangunnya

beberapa sarana yang menunjang fungsi utama dari area waterfront.

Ketika area waterfront mulai ramai dikunjungi dan ditempati orang maka

terjadilah perluasan lokasi dan penyebaran ke arah daratan.

Pertambahan penduduk yang tinggal mendorong munculnya beberapa

sarana penunjang lainnya, seperti dermaga kecil, jalur sirkulasi tambahan,

dan sebagainya.

Seiring pertambahan penduduk dan aktivitas yang semakin banyak maka

dibuatlah beberapa saluran kanal di area waterfront. Hal ini bertujuan untuk

tetap mempertahankan ikatan visual dan karakter pada area waterfront, dan

membuat pemisah buatan yang memisahkan secara jelas fungsi fungsi yang

ada pada site.

Pola susunan massa dan ruang pada zona-zona yang berada di area

waterfront harus mengacu dan berorientasi ke arah perairan. Apabila hal ini tidak

diterapkan maka area tersebut akan kehilangan ciri khas dan karakternya sebagai

area waterfront. Zona-zona yang ada di area waterfront tercipta karena area

waterfront merupakan suatu area yang menjadi tempat bertemu dan

berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan menjadi satu. Pada umumnya, zona yang

berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama mempunyai fungsi-

fungsi kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala arah

oleh semua orang. Setelah zona utama terbentuk barulah kemudian di sekitarnya

dibangun zona-zona ruang yang lebih kecil yang berisi fungsi-fungsi penunjang

kawasan utama tersebut atau berisi daerah permukiman penduduk.

Sirkulasi atau jaringan jalan merupakan elemen kawasan yang penting.

Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung antara

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 16

zona-zona di dalam kawasan dan akses dengan kawasan lainnya. Sirkulasi pada

area waterfront ada dua jenis, yaitu sirkulasi darat dan sirkulasi air. Idealnya

kedua sirkulasi tersebut mempunyai jumlah dan luas yang sama besarnya. Selain

itu, penataan sirkulasi pada area waterfront dikatakan baik apabila jaringan

jalannya berpola lurus dan sejajar dengan sisi perairannya. Penataan ini

memudahkan semua orang untuk menikmati view ke arah perairan. Sedangkan

penataan sirkulasi darat yang tidak berdekatan dengan area perairan

mengakibatkan salah orientasi dan hilangnya citra dari waterfront itu sendiri.

Ruang-ruang pada suatu area waterfront terbentuk sesuai dengan bentuk

dan morfologi dari kawasannya. Pola morfologi yang umum pada area waterfront

adalah linear, radial, konsentrik dan branch seperti yang ditunjukkan pada Gambar

1. (A) Pola linear biasanya menyebar dan memanjang sepanjang garis tepi air

seperti pantai dan sungai. (B) Pola radial adalah pola susunan ruang dan massanya

mengelilingi suatu wilayah perairan seperti danau dan teluk. (C) Pola konsentrik

merupakan pengembangan dari bentuk radial yang menyebar secara linear ke arah

belakang dari pusat radial. (D) Pola branch terbentuk jika ada anak-anak sungai

dan kanal-kanal.

Gambar 1. Pola morfologi pada area Waterfront (Soesanti et al., 2006)

Ruang-ruang utama yang terbentuk dengan ukuran yang besar umumnya

merupakan suatu area publik yang diletakkan berbatasan langsung dengan

perairan

Perencanaan Tapak

Perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata lingkungan buatan

manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan manusia. Mendesain

sebuah tapak juga merupakan sebuah seni untuk menata fasilitas dalam tapak

untuk mendukung pemenuhan kebutuhan akan aktivitas. Pemberian bentuk untuk

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 17

sebuah tapak berguna untuk mengakomodasi fasilitas dengan meminimalisasi

kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi

pengguna tapak. Perencanaan tapak juga mengaplikasikan sistem buatan manusia

(termasuk konstruksi) kedalam sebuah sistem lingkungan dan ekologi dengan

mempertimbangkan peluang dan hambatan yang akan dihadapi. Pengkajian

perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu

faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan buatan manusia.

Faktor lingkungan alam merupakan suatu sistem ekologi dari air, udara,

energi, tanah, tumbuhan (vegetasi), dan bentuk-bentuk kehidupan yang saling

mempengaruhi dan membentuk suatu komunitas yang saling menyesuaikan diri

dan berkembang bila lingkungan berubah. Kegiatan manusia merupakan bagian

penting dari sistem ekologi ini. Karena itu dalam pembangunan yang menjadi

persoalan ialah bagaimana mempertahankan keselarasan dan tidak melampaui

kapasitas alam dari sistem tersebut guna menunjang kegiatan manusia. Suatu

rancangan tapak yang baik akan meningkatkan kegiatan manusia disamping

menonjolkan potensi tapak yang alami.

Faktor lingkungan buatan manusia terdiri dari bentuk elemen dan struktur

kota yang dibangun, meliputi struktur fisik dan pengaturan ruang serta pola-pola

perilaku sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk lingkungan fisik. Kedua

perspektif ini saling mrmpengaruhi. Seringkali dalam tata lingkungan terjadi

pelanggaran faktor lingkungan alam yang disengaja. Kota memiliki berbagai

sistem prasarana yang luas untuk air, energi listrik, transportasi, saluran

pembuangan air hujan, sanitasi lingkungan dan sebagainya. Dalam perencanaan

dan perancangan tapak dikaji bagaimana kesesuaian suatu tapak dengan berbagai

sistem lingkungan binaan manusia ini. Jadi perencanaan dan perancangan tapak

meliputi hubungan dengan sistem alam maupun dengan sistem buatan manusia, di

perkotaan maupun di area yang jauh dari perkotaan.

Proses Perencanaan Tapak

Dalam perencanaan tapak diperlukan proses yang rasional dan kritis.

Walaupun proses yang diperlihatkan disini tampaknya linear tapi dalam

kenyataannya proses ini berulang. Contohnya, sekalipun klien menentukan

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 18

sasaran atau tujuan pokok, hal ini dapat berubah sampai analisa tapak bangunan

diselesaikan dengan diidentifikasikannya potensi-potensi tapak, kendala-kendala,

dan disusunnya konsep-konsep rancangan. Secara bersamaan, analisa tapak baru

dapat dilaksanakan sesudah sasaran atau tujuan pokok ditetapkan. Demikian pula

analisa tapak dan pengembangan program sesuai tujuan sampai penyusunan

konsep setelah alternatif terpilih berkaitan secara keseluruhan. Proses perencanaan

tapak dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses perencanaan tapak (Evelin, 2004)

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 19

Analisa Program

Pengembangan program didasarkan atas pemahaman kebutuhan semua

kelompok sehubungan dengan kegiatan yang akan disesuaikan (syarat-syarat

ruang dalam dan luar), dan hubungan ruang dan waktu antara kegiatan-kegiatan

dan prasarana dan sarana fisik (jalan setapak, jalan lingkungan dan jalan raya)

yang diperlukan guna menyusun program pengembangan ini.

Proses pemrograman tapak proyek merupakan dasar dari pemrograman

arsitektur – yang meliputi penentuan secara sistematis pola kegiatan yang

dikehendaki dan tanggapan fisik atau fungsional terhadap pola-pola itu. Pola-pola

program dianalisa dan disajikan dalam bentuk diagram hubungan program dan

dikembangkan serta diperinci dalam matriks hubungan program ruang bersamaan

dengan analisa tapak dan lingkungan.

Analisa Tapak

Analisa tapak merupakan sebuah proses pemahaman akan kualitas-kualitas

tapak yang dimiliki, faktor-faktor yang menentukan suatu karakter tapak, maksud

yang terkandung dalam tiap faktor, lokasi masing-masing faktor dan

mengkategorikan tiap faktor kedalam proses perencanaan. Semua ruang, baik

ruang dalam dan ruang luar, dirancang untuk menunjang satu atau beberapa

kegiatan. Perilaku manusia yang merupakan suatu kegiatan spesifik akan

mempengaruhi bentuk yang diwadahi oleh ruang. Sebaliknya, bentuk ruang

mempengaruhi persepsi masyarakat tentang ruang dan kemudian cara mereka

memakainya. Jadi terdapat hubungan keseluruhan antara perilaku, persepsi, dan

bentuk. Analisa dan rancangan tapak proyek terfokus pada hubungan-hubungan

ini dalam tapak komunitas. Analisa terhadap tapak juga membutuhkan

pemahaman terhadap kondisi dalam tapak (on site) dan luar tapak (off site).

Analisa tapak membahas secara sistematis tiga konteks tersebut:

1. Konteks ruang tapak (faktor-faktor alami dan buatan)

2. Konteks perilaku (pola-pola kegiatan sosial dan ekonomis dari tapak dan

konteks lingkungannya, serta kebijakan pemerintah yang mempengaruhi

pembangunan tapak).

3. Konteks persepsi (persepsi manusia dan penggunaan ruang).

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 20

Dengan mengacu pada ketiga konteks diatas, maka didapat aspek-aspek yang akan

digunakan untuk melakukan analisa tapak. Aspek-aspek tersebut adalah (1) lokasi

dan pemilihan tapak, (2) pengaruh lingkungan sekitar tapak, (3) pencapaian

tapak, (4) sistem sirkulasi dalam tapak, (5) lansekap dan (6) pendaerahan atau

zoning. Berdasarkan aspek-aspek diatas, maka dapat ditentukan kriteria

perencanaan tapak.

Lokasi dan Pemilihan Tapak

Beberapa kriteria penting untuk menentukan lokasi sebuah kawasan terbangun

yaitu :

a. Pencapaian

Kemudahan dalam pencapaian (dilalui kendaraan umum, dekat dengan

jalan tol, dekat dengan fasilitas umum dan lainnya), baik dari dalam dan

luar kota (pengunjung, pengelola dan pemasok barang) dapat memberikan

nilai lebih pada kawasan. Selain itu, akan lebih baik apabila kawasan

dapat dicapai dari segala arah dan sirkulasi arah lalu lintas yang

memudahkan pencapaian serta kelancaran jalur sirkulasi dalam tapak

kawasan.

b. Ekonomi

Berkaitan dengan status kepemilikan lahan. Dalam perhitungan ekonomi,

lahan pada kawasan terbangun merupakan modal investasi.

c. Tata Kota

Pembangunan sebuah kawasan tidak dapat lepas dari tata ruang wilayah

yang telah ditentukan.

d. Aktivitas Penunjang

Kedekatan terhadap sarana-sarana penunjang seperti pusat pasar, pusat

permukiman dan sebagainya.

e. Prasarana

Ketersediaan prasarana listrik, air dan jaringan komunikasi

Pengaruh Lingkungan Sekitar Tapak

Beberapa kriteria penting untuk memperhitungkan pengaruh lingkungan sekitar

terhadap sebuah kawasan terbangun yaitu :

a. Sirkulasi kendaraan diluar tapak

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 21

Mencakup kriteria hirarki jalan sekitar kawasan, pedestrian dan median

serta ruang terbuka

b. Bangunan-bangunan penting disekitar tapak (landmark)

Bangunan-bangunan yang telah berdiri sebelumnya dan biasanya

berfungsi sebagai penanda daerah

c. Peraturan Pemerintah

Kriteria-kriteria yang telah ditentukan seperti KDB (Koefisien Dasar

Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan) dan GSB (Garis Sempadan

Bangunan)

Pencapaian

Bagian ini membahas proses dan dasar pemikiran yang dipakai dan konsep awal

yang telah dibuat sebelumnya dalam penentuan pencapaian kearah tapak yang

telah dipilih beserta penentuan letak pintu-pintu masuk ke dalam tapak.

Sistem Sirkulasi Dalam Tapak

Beberapa kriteria penting untuk menentukan sistem sirkulasi dalam sebuah

kawasan terbangun yaitu :

a. Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan

Secara garis besar, terdapat 4 (empat) pola sirkulasi, yaitu pola lurus (grid

atau straight), pola lengkung (curved), pola putaran (loop) dan pola buntu

(culdesac). Penerapan pola sirkulasi yang tepat akan berpengaruh pada

besaran persentase penggunaan lahan untuk jalan. Fungsi dari penyusunan

sebuah sirkulasi dalam kawasan adalah :

Mengurangi gangguan kendaraan bermotor terhadap unit dalam

kawasan

Memisahkan jalan yang menampung volume lebih tinggi pada

kecepatan yang lebih tingi dari unit dalam kawasan

Melipatgandakan kemudahan dan kenyaman dalam pencapaian

menuju masing-masing unit dalam kawasan

b. Areal Parkir

Lansekap

Kriteria perancangan elemen luar tersebut meliputi elemen-elemen sebagai

berikut:

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 22

a. Pola Pedestrian way

Pedestrian way membentuk prasarana penghubung yang penting dalam

menghubungkan berbagai kegiatan yang berlangsung pada massa

bangunan yang berbeda. Pedestrian way dirancang untuk mengarahkan

pencapaian dan mempertimbangkan terbentuknya suasana estetis dengan

penempatan titik-titik pusat perhatian. Jenis material, tekstur dan warna

dipilih yang dapat mendukung karakter kegiatan , baik yang berkesan

dinamis dan rekreatif.

b. Pohon dan Tanaman

Pemilihan tanaman sebagai elemen ruang luar mempertimbangkan

karakter, jenis, bentuk, dan ketahanannya. Pohon dan tanaman di sini

berfungsi sebagai :

Pengaruh dan pembatas visual (barrier)

Ditempatkan pada batas tapak, tepi jalan dan diantara massa

bangunan.

Pemberi bayangan keteduhan (shelter)

Ditempatkan pada sisi-sisi bangunan terutama dekat bukaan untuk

mengurangi kesilauan cahaya.

Penyaring udara dan angin (filter)

Ditempatkan pada daerah terbuka sebagai penghias dan penyaring

debu.

c. Plaza

Plaza atau ruang terbuka dibuat untuk mengikat massa-massa bangunan

yang saling terpisah, dan difungsikan sebagai ruang komunikasi/relaksasi

penghuninya

Pendaerahan atau Zoning

Kriteria untuk membentuk pendaerahan/zoning didasarkan pada:

a. Derajat privasi dari pengguna kawasan.

b. Derajat kepentingan dari kawasan ditinjau dari jenis kegiatan utama yang

terjadi dalam kawasasn terbangun

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 23

Berdasarkan kriteria yang ada maka penzonaan akan terbagi menjadi zona privat,

zona semi publik dan zona publik. Masng-masing zona tersebut akan memiliki

fungsi dan pembatasan tertentu.

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang

bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Puntodewo et al.,

2003). Dalam literatur lain, sistem informasi geografis dapat didefinisikan sebagai

kemampuan basis data relasional dalam memanipulasi data spasial (dalam bentuk

peta digital) dan data atribut (kumpulan data yang terdiri dari abjad dan angka).

Data spasial adalah data yang berasal dari peta yang memiliki koordinat dan

tersimpan dalam file komputer, sedangkan data atribut adalah data yang dibuat

berdasarkan hasil perekaman detail dari ciri-ciri atau benda-benda yang ditemukan

dalam peta dan ciri-ciri tersebut memiliki referensi geografis pada lokasinya

(McAdam, 1999).

Salah satu masalah mendasar dalam perencanaan pembangunan

kepariwisataan adalah kurangnya informasi dalam perencanaan penggunaan lahan

untuk mengambil keputusan terhadap aset-aset pariwisata yang dimiliki.

Aplikasi SIG dapat membantu menyelesaikan masalah mendasar diatas. SIG dapat

menghasilkan tiga tipe informasi penting yaitu tourism resources maps, tourism

use maps dan tourism capability maps. Ketiga informasi diatas dapat memberikan

analisis, yaitu :

1. Identifikasi mengenai ketersediaan dan lokasi sumberdaya pariwisata. Hal

ini dapat membantu perencana dan pengelola untuk menentukan

kemampuan sebuah lokasi agar dapat mengkreasikan sebuah produk

pariwisata baru (identifikasi kesesuaian lokasi untuk pariwisata),

2. Evaluasi pilihan penggunaan lahan. Hal ini dilakukan untuk identifikasi

zona konflik dan atau komplementer dengan mempertimbangkan

aksesibilitas, kondisi sumber daya air, keragaman margasatwa dsb, dan

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 24

3. Monitoring terhadap sumber daya pariwisata berkondisi kritis yang

berasal dari salah perencanaan, pengambilan keputusan dan korelasinya

dengan sektor lain.

Sehingga, aplikasi SIG dalam perencanaan pembangunan kepariwisataan tidak

hanya berfungsi sebagai sebagai alat perencanaan namun juga sebagai alat

pengambil keputusan (Bahaire and Elliot-White, 1999). Kemampuan SIG dalam

pariwisata dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kemampuan SIG dalam Pariwisata (Bahaire and Elliot-White, 1999)

Kemampuan

Funsional GIS

Pertanyaan Mendasar Yang

Dapat Diselesaikan Oleh SIG

Aplikasi Dalam

Pariwisata

Pemasukan,

Penyimpanan dan

Manipulasi Data

Lokasi Apa ? Inventarisasi Potensi

Wisata

Pembuatan Peta Kondisi Dimana ?

Identifikasi lokasi

yang paling cocok

untuk pengembangan

Integrasi Database

dan Manajemen Trend

Bagaimana

perubahannya ?

Menghitung dampak

pariwisata

Quarry dan

Pencarian Data Rute

Rute yang

paling bagus ?

Aliran/pengelolaan

pengunjung

Analisis Spasial Pola Bagaimana

polanya ?

Analisis hubungan

yang berasosiasi

dengan pemanfaatan

sumber daya

Model Spasial

Pengambilan

Keputusan

Pembangunan

Model

Bagaimana jika

…?

Menilai dampak

potensial dari

pengembangan

pariwisata

Buffer Analysis Sebagai Tools Pendukung Perencanaan Tapak

Terminologi Buffer seringkali digunakan dalam bidang-bidang yang

berkaitan dengan regulasi lingkungan, dan karena sangat penting dan dapat

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 25

dimodelkan secara spasial, konsep-konsepnya sejak lama telah diadopsi dan

diimplementasikan oleh hampir semua paket perangkat lunak SIG. Buffer,

biasanya, dibangun dengan arah keluar untuk melindungi elemen-elemen spasial

(atau yang dimodelkan secara spasial) yang bersangkutan (Prahasta, 2005).

Dengan membuat Buffer , maka akan terbentuk suatu area, polygon atau zona baru

yang menutupi (melindungi) obyek spasial (Buffered Object yang berupa obyek

spasial titik, garis atau polygon) dengan jarak tertentu. Zona-zona Buffer ini

digunakan untuk mendefinisikan fungsi kedekatan secara spasial suatu obyek

terhadap obyek-obyek lain yang berada disekitarnya.

Penggunaan tools Buffer Analysis ini sangat berguna dalam melihat daerah

penyebaran pelayanan masing-masing bangunan pada sebuah tapak. Selain itu,

penggunaan tools akan sangat membantu dalam pembuatan sirkulasi dalam

kawasan. Buffer Analysis juga akan menghasilkan pembagian zona privat, semi-

privat dan publik, sehingga pemanfaatan penggunaan lahan dan zona dapat

maksimal.

Network Analysis Sebagai Tools Pendukung Perencanaan Rute

Pengembangan daerah tujuan wisata didominasi oleh filosofi “promosi

atraksi wisata dan fasilitas pelayanan yang terdapat pada lokasi wisata”.

Sedangkan pengembangan jaringan transportasi diasumsikan akan mengikuti atau

berkembang dengan sendirinya. Dengan alasan bahwa penyediaan fasilitas

transpotasi merupakan milik bersama (common property), investasi jangka

panjang dan urusan pemerintah, maka daerah-daerah tujuan wisata baru biasanya

minim jaringan infrastruktur transportasi. Pada saat yang bersamaan dimana daya

tarik kawasan dan tingkat pelayanan yang dibutuhkan semakin tinggi maka rute

yang melayani komunitas akan dibutuhkan. Sehingga pengembangan yang tidak

terencana ini akan mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan pengunjung suatu

daerah/kawasan wisata terbangun tersebut.

Pengembangan kawasan wisata seyogyanya dibarengi dengan perencanaan

jaringan infrastruktur transportasi yang baik. Perencanaan jaringan transportasi

tidak melulu pembangunan infrastruktur jaringan jalan, perancangan rute juga

merupakan salah satu solusi untuk memecahkan masalah diatas. Dalam SIG,

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Metode yang sering diterapkan dalam perencanaan wilayah wisata yaitu mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs atau wilayah dan

Prima Jiwa Osly/A353060101 26

perencanaan rute dapat dilakukan dengan menggunakan Analisa Jaringan

(Network Analysis) sebagai Tools pendukungnya. Puntodewo et al. (2003)

menyatakan bahwa analisa jaringan adalah tools yang digunakan untuk

memecahkan persoalan-persoalan penggunaan jaringan geografis. Jaringan adalah

bentuk garis-garis yang saling berhubungan. Analisa jaringan dalam SIG

menggunakan asumsi dasar bahwa seluruh model pemilihan rute adalah pilihan

“terbaik” manusia dalam melakukan perjalanan dari satu titik menuju titik lainnya.

“Terbaik” ini dapat dihitung berdasarkan waktu tempuh perjalanan, biaya tempuh

perjalanan dan kenyamanan dalam perjalanan. Dengan memasukkan kriteria-

kriteria “terbaik” tersebut maka perancangan rute yang dilakukan oleh SIG

digharapkan dapat mengakomodir kebutuhan calan pengunjung kawasan akan

jaringan transportasi menuju kawasan terbangun. Terdapat tiga tipe prinsip

Network Analysis yaitu Jejak Jaringan, Rute Jaringan dan Alokasi Jaringan . Jejak

Jaringan menetukan jalur-jalur khusus dalam jaringan. Pemberian kriteria

terhadap jalur khusus ini dilakukan oleh calon pengguna. Rute Jaringan

menetukan jalur yang paling optimal dalam sebuah jaringan lurus. Pemilihan rute

ini berdsarkan atas beberapa kriteria seperti “jarak terpendek”, “rute tercepat”,

“rute tak berbelok” dan “ biaya minimal”. Jalur yang dibuat dapat melalui antar

dua titk atau beberapa titik yang dipilih. Alokasi Jaringan adalah analisis terhadap

entitas geografis dan proses penentuan titik pusat optimum (Turk and Gumusay,

2002).