II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh terhadap berat badan–lahir bayi yang ternyata sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan dan angka kematian bayi. Suatu kehidupan baru akan terjadi dalam rahim seorang ibu setelah adanya konsepsi. Faktor gizi banyak berperan dalam perkembangan kehidupan baru ini. Pada awal kehamilan, di rahim ibu dibentuklah plasenta, kantong amnion dan tali pusar. Dalam plasenta, yang terdiri dari jaringan berpori halus, terdapat pembuluh darah ibu dan janin yang berdampingan (Atmatsier, et al 2011). Ibu hamil membutuhkan konsumsi energi dan zat gizi yang cukup guna menopang pertumbuhan dan kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kehamilan yang berjarak kurang dari setahun kehamilan sebelumnya akan menguras cadangan zat-zat gizi, walaupun pertumbuhan janin mungkin dapat dilindungi namun kesehatan ibu dapat menurun (Atmatsier, et al 2011). Banyak perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan. Volume darah bertambah; ukuran dan kekuatan rahim bertambah; otot-otot lebih fleksibel dalam mempersiapkan kelahiran; kaki membengkak akibat meningkatnya konsentrasi hormon estrogen yang diperlukan untuk menahan air dan membantu mempersiapkan rahim untuk persalinan; payudara membesar dan berubah guna mempersiapkan penyediaan ASI. Sementara itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam tubuh ibu. Perubahan-perubahan ini perlu disertai dengan bantuan makanan bergizi, aktivitas fisik secara teratur dan cukup istirahat. Kebutuhan energi ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuh-kembang janin dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik. Jumlah energi yang dibutuhkan bervariasi dan berbeda untuk setiap ibu hamil. AKG 2004 menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I sebanyak 180 kkal di atas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 kkal pada trimester II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil berusia antara 19-49 tahun berkisar antara 2000-2200 kkal/hari (Atmatsier, et al 2011).
12
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui · ibu menyusui, yaitu produk berbentuk bubuk maupun cair, khusus untuk ibu hamil dan atau ibu menyusui, mengandung energi,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui
Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi
keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya
berpengaruh terhadap berat badan–lahir bayi yang ternyata sangat erat
hubungannya dengan tingkat kesehatan dan angka kematian bayi.
Suatu kehidupan baru akan terjadi dalam rahim seorang ibu setelah
adanya konsepsi. Faktor gizi banyak berperan dalam perkembangan kehidupan
baru ini. Pada awal kehamilan, di rahim ibu dibentuklah plasenta, kantong
amnion dan tali pusar. Dalam plasenta, yang terdiri dari jaringan berpori halus,
terdapat pembuluh darah ibu dan janin yang berdampingan (Atmatsier, et al
2011).
Ibu hamil membutuhkan konsumsi energi dan zat gizi yang cukup guna
menopang pertumbuhan dan kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kehamilan
yang berjarak kurang dari setahun kehamilan sebelumnya akan menguras
cadangan zat-zat gizi, walaupun pertumbuhan janin mungkin dapat dilindungi
namun kesehatan ibu dapat menurun (Atmatsier, et al 2011).
Banyak perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan. Volume darah
bertambah; ukuran dan kekuatan rahim bertambah; otot-otot lebih fleksibel dalam
mempersiapkan kelahiran; kaki membengkak akibat meningkatnya konsentrasi
hormon estrogen yang diperlukan untuk menahan air dan membantu
mempersiapkan rahim untuk persalinan; payudara membesar dan berubah guna
mempersiapkan penyediaan ASI. Sementara itu terjadi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam tubuh ibu. Perubahan-perubahan ini perlu disertai
dengan bantuan makanan bergizi, aktivitas fisik secara teratur dan cukup
istirahat.
Kebutuhan energi ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan
angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuh-kembang janin
dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik. Jumlah energi yang
dibutuhkan bervariasi dan berbeda untuk setiap ibu hamil. AKG 2004
menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I sebanyak
180 kkal di atas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 kkal pada trimester
II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil berusia antara 19-49 tahun
berkisar antara 2000-2200 kkal/hari (Atmatsier, et al 2011).
6
Asam lemak esensial tak jenuh jamak harus dikonsumsi dari makanan
karena asam lemak esensial tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam
lemak esensial utama adalah asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat.
Turunan dari asam lemak linoleat adalah asam lemak arakidonat sedangkan
turunan dari asam lemak linolenat adalah asam eikosapentaenoat (EPA), dan
asam dokosaheksaenoat (DHA). Suplai asam lemak tidak jenuh jamak kepada
janin tergantung pada status asam lemak tidak jenuh jamak ibu hamil, yang
menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Status DHA neonatal
berkaitan dengan lingkar kepala, panjang dan berat bayi yang baru lahir
(Bowman dan Russell 2001).
Protein diperlukan untuk membentuk otot, rahim, payudara, suplai darah
dan jaringan pada bayi. Asupan protein yang rendah menyebabkan berat badan
bayi lebih rendah dibandingkan dengan berat badan bayi rata-rata umumnya.
Kebutuhan protein ibu hamil bertambah sebanyak 17 gram tiap trimester,
sehingga menjadi 67 gram per hari (Foster 2009).
Zat Gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein adalah
vitamin-vitamin B, yaitu thiamin, riboflavin dan piridoksin. Kebutuhan akan
vitamin-vitamin ini sedikit meningkat dengan meningkatnya kebutuhan energi dan
protein. Dengan demikian kecukupan sehari ibu hamil akan thiamin menjadi 1,3
Agar tidak merugikan ibu, sebaiknya zat-zat gizi termasuk vitamin dan mineral
yang dibutuhkan untuk produksi ASI diperoleh dari makanan ibu (Almatsier, et al
2011).
B. Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Tahapan pengembangan
SNI yakni perencanaan yang dituangkan dalam Program Nasional Perumusan
Standar (PNPS); proses perumusan, terdiri dari drafting, rapat teknis dan rapat
konsensus; jajak pendapat dan pemungutan suara; penetapan SNI; serta
pemeliharaan SNI, terdiri dari kaji ulang dan tindak lanjut kaji ulang (revisi, abolisi
atau tetap) (BSN 2005).
Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam proses perumusan adalah (1)
transparansi dan keterbukaan; (2) konsensus dan tidak memihak; (3) efektif dan
relevan; (4) koheren; (5) dimensi pengembangan. Perumusan SNI tidak
dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan yang
berkelebihan dan sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang
telah ada sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang
ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik, lingkungan,
geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik
lainnnya. Proses perumusan SNI dilaksanakan melalui tahapan yan terdapat
pada Gambar 1 (BSN 2005).
Indonesia adalah salah satu negara yang sudah memiliki Standar
Nasional untuk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yaitu SNI 01-7148-
2005. Standar ini memuat uraian tentang definisi minuman khusus ibu hamil dan
ibu menyusui, yaitu produk berbentuk bubuk maupun cair, khusus untuk ibu
hamil dan atau ibu menyusui, mengandung energi, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral yang diperhitungkan berdasarkan tambahan kecukupan zat
gizi yang dianjurkan untuk kelompok tersebut dengan atau tanpa penambahan
komponen bioaktif dan atau bahan tambahan pangan yang diizinkan (BSN
2005).
SNI ini secara detail memuat standar komposisi dan syarat mutu, cara uji
dan pengambilan contoh, pengemasan dan pelabelan produk minuman khusus
ibu hamil dan ibu menyusui. Syarat mutu kandungan gizi minuman khusus ibu
hamil dan atau ibu menyusui ditetapkan supaya dapat memenuhi kebutuhan
10
Keterangan : S : Setuju MASTAN : Masyarakat standar TS : Tidak Setuju RSNI : Rancangan Standar Nasional Indonesia RASNI : Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia
Gambar 1 Tahapan perumusan SNI
tambahan zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kecukupan gizi pada ibu
hamil dan ibu menyusui. Persyaratan kandungan zat gizi terdiri dari zat gizi
makro, vitamin dan mineral yang wajib ditambahkan serta mineral yang dapat
ditambahkan. Vitamin yang wajib ditambahkan terdiri dari vitamin A, B1, B2, B3,
B6, B9, B12 dan vitamin C sedangkan mineral yang wajib ditambahkan terdiri
dari kalsium, besi dan seng. Persyaratan mutu pada SNI ini dibagi menjadi 2
11
bagian, yaitu untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui. Rincian persyaratan
kandungan zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat dilihat selengkapnya pada
Tabel 1 (BSN 2005).
Tabel 1 Persyaratan mutu SNI 01-7148-2005 tentang minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui terkait dengan kandungan gizi (BSN 2005)
No Syarat Mutu Satuan SNI
Ibu Hamil Ibu Menyusui
Produk berbentuk
Bubuk
(per 100 g)
Produk Berbentuk
Cair
(per 100 ml)
Produk berbentuk
Bubuk
(per 100 g)
Produk Berbentuk
Cair
(per 100 ml)
1. Energi Kkal Min. 370 Min 65 Min. 400 Min. 70 2. Protein g 18 - 25 3,2 - 4,4 20 -34 3,5 - 70 3. Lemak g Min. 3,5 Min. 0,6 Min. 7 Min. 1,2 4. Karbohidrat g Maks. 65 Maks. 11,4 Maks. 65 Maks. 11,4 5. Vitamin A mcg/