II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi (Salvatore, 1994). Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (1,2,3,…n) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Nicholson, 1995): = (1, 2, 3,...n) Di mana: Q = output X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri. Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K) dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan menjadi (Nicholson, 1995): = (,) Di mana: Q = output K = input modal L = input tenaga kerja 9
18
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Produksi
2.1.1 Fungsi produksi
Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi
(Salvatore, 1994).
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan
dalam proses produksi (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, … 𝑋n) secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut (Nicholson, 1995):
𝑄 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3,. . . 𝑋n)
Di mana:
Q = output
X = input (X1, X2, X3, …, Xn)
Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara
input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri.
Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K)
dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan
menjadi (Nicholson, 1995):
𝑄 = 𝑓 (𝐾, 𝐿)
Di mana:
Q = output
K = input modal
L = input tenaga kerja
9
10
Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat
diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal dan tenaga kerja
(Nicholson, 1995).
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang digunakan
dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan
harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk
(Epp & Malone, 1981).
Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
𝑌 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, . . 𝑋n)
Di mana:
Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan
X1, X2, X3,…, Xn = berbagai faktor produksi atau input yang digunakan.
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk
yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi
belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk
dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 1972). Untuk dapat memberikan
penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya
yang spesifik antara lain:
1. 𝑌 = a + b𝑋 (fungsi linear)
2. 𝑌 = a + b𝑋 – c𝑋2 (fungsi kuadratis)
2.1.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR
Produk marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi X
yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan
11
PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat diartikan
bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan satu-satuan
unit output Y secara proposional (constans productivity). Apabila tambahan satu-
satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y turun
(decreasing productivity), maka PM akan menurun. Apabila penambahan satu-
satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y meningkat
secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang meningkat
(increasing productivity) (Soekartawi 2002).
Gambar 2.1
Tahapan dari Suatu Proses Produksi.
Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM),
Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT), maka dapat diketahui elastisitas
produksi usaha dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau tinggi.
12
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM
positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah
mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan
increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).
Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR merupakan
perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus mencari
PR yaitu:
PR = Y/X
Di mana :
PR = Produk Rata-rata
Y = Output
X = Faktor Produksi
Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada
PR, maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,
maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR
dalam keadaan maksimum.
Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya Ep
yaitu: (Soekartawi, 2002).
1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.
2. Ep = 0 bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun.
3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I,
maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor produksi
ditambah.
4. 1 < Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak
diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.
13
Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi
yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.
5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun,
nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya
penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.
2.1.3 Efisiensi produksi
Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem
atau proses untuk setiap unit masukan (Downey & Erickson, 1992). Efisiensi
produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi tertentu. Efisiensi akan tercapai
jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P)
tersebut atau dapat ditulis dengan rumus:
𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑥
, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑁𝑃𝑀𝑥
𝑃𝑥 = 1
Di mana:
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian
NPMx = Nilai Produk Marginal
Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi
adalah NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai
efisien, input X perlu ditambah. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak
efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi. NPMx / Px = 1, artinya
penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan maksimal
(Soekartawi, 1990).
Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor
produksi komoditas pertanian digunakan persamaan sebagai berikut.
14
PRx = 𝑌
𝑋
𝑃𝑀𝑥 = 𝛽. 𝑃𝑅𝑥
𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑀. 𝑃𝑦
𝑁𝑃𝑀𝑥1
𝑃𝑥1
= 𝑁𝑃𝑀𝑥2
𝑃𝑥2 =
𝑁𝑃𝑀𝑥𝑛
𝑃𝑥𝑛
= 1
Di mana:
Y = Jumlah produksi komoditas pertanian
X = Jumlah faktor produksi komoditas pertanian
PR = Produk rata-rata
PM = Produk marginal
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian
Py = Harga komoditas pertanian
β = Elastisitas produksi komoditas pertanian
Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi secara fisik yang
diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Terkait dengan penelitian ini
maka efisiensi yang dianalisis meliputi :
1. Efisiensi Teknis (ET) adalah perbandingan antara produksi aktual dengan
tingkat produksi potensial yang dapat dicapai oleh petani
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini produksi dikatakan
efisien bilamana faktor produksi yang dipergunakan menghasilkan produksi
maksimum.
2. Efisiensi Harga atau Efisiensi Alokatif (EA) adalah perbandingan antara
produktivitas marginal masing-masing input dengan harga inputnya sama
dengan satu (Epp & Malone, 1981). Oleh karena itu dalam penelitian ini
dikatakan dapat mencapai efisiensi harga apabila nilai produksi marginal
sama dengan harga faktor produksinya.
3. Efisiensi Ekonomis (EE) adalah hasil kali antara seluruh efiensi, baik
efisiensi teknis maupun harga dari seluruh faktor input
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini bilamana dapat
15
mencapai efisiensi ekonomis bilamana usaha pertanian tersebut mencapai
efisiensi teknis sekaligus efisiensi harga.
2.1.4 Fungsi produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (2005), Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)
sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan
untuk menghasilkan komoditas pertanian. Untuk menghasilkan suatu produk
diperlukan hubungan antara faktor produksi atau input dan komoditas atau output.
Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi
produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel independent (X) dan
variabel dependent (Y).
Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam
bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk linear berganda
(multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil
(ordinary least square) yang dirumuskan sebagai berikut:
fungsi produksi Cobb-Douglas:
𝑌 = 𝛽0𝑋1β1𝑋2
β2 … 𝑋iβi … 𝑋n βn𝑒π
Setelah ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln):