Top Banner
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) jamur merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di alam. Jamur sudah dikenal oleh masyarakat sejak dulu dan tumbuh liar di hutan-hutan pada musim hujan dikarenakan kelembaban yang cukup tinggi menyebabkan jamur dapat tumbuh dengan baik. Jamur tiram merupakan salah satu dari sekian jenis jamur kayu yang bisa dikonsumsi. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung jamur ini sepintas menyerupai cangkang tiram. Orang Inggris pun menyebut jamur ini dengan nama osyster mushroom yang berarti jamur tiram. Jamur tiram sudah cukup dikenal di masyarakat luas, baik di Indonesia maupun di berbagai negara. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina sejak 1.000 tahun silam. Sementara di Indonesia, jamur tiram mulai dibudidayakan pada tahun 1980 di Wonosobo. Varietas yang umum dibudidayakan di Indonesia adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), meskipun varietas jamur tiram yang lain ada akan tetapi pembudidayaannya kurang popular (Rahmat dan Nurhidayat, 2011) Menutut Rahmat dan Nurhidayat (2011) jamur tiram terdiri dari beberapa varietas, diantaranya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jamur tiram merah (Flabellatus), dan jamur tiram coklat (Pleurotus umbellatus) atau dikenal juga sebagai jamur tiram raja karena bentuknya yang besar. Kingdom : Mycetea Divisio : Amastigomycotae Phylum : Basidiomycotae Kelas : Hymenomycetes Ordo : Agaricales Family : Agraricaeae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus sp. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006), jamur tiram merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan karena memiliki produktivitas yang relatif tinggi. Dari seribu gram substrat kering, 50-70 persen jamur segar
12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

Mar 06, 2019

Download

Documents

lykhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Jamur Tiram

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) jamur merupakan

tumbuhan yang banyak dijumpai di alam. Jamur sudah dikenal oleh masyarakat

sejak dulu dan tumbuh liar di hutan-hutan pada musim hujan dikarenakan

kelembaban yang cukup tinggi menyebabkan jamur dapat tumbuh dengan baik.

Jamur tiram merupakan salah satu dari sekian jenis jamur kayu yang bisa

dikonsumsi. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung jamur ini sepintas

menyerupai cangkang tiram. Orang Inggris pun menyebut jamur ini dengan nama

osyster mushroom yang berarti jamur tiram. Jamur tiram sudah cukup dikenal di

masyarakat luas, baik di Indonesia maupun di berbagai negara. Menurut catatan

sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina sejak 1.000 tahun silam.

Sementara di Indonesia, jamur tiram mulai dibudidayakan pada tahun 1980 di

Wonosobo. Varietas yang umum dibudidayakan di Indonesia adalah jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus), meskipun varietas jamur tiram yang lain ada akan

tetapi pembudidayaannya kurang popular (Rahmat dan Nurhidayat, 2011)

Menutut Rahmat dan Nurhidayat (2011) jamur tiram terdiri dari beberapa

varietas, diantaranya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur tiram abu-abu

(Pleurotus cystidius), jamur tiram merah (Flabellatus), dan jamur tiram coklat

(Pleurotus umbellatus) atau dikenal juga sebagai jamur tiram raja karena

bentuknya yang besar.

Kingdom : Mycetea

Divisio : Amastigomycotae

Phylum : Basidiomycotae

Kelas : Hymenomycetes

Ordo : Agaricales

Family : Agraricaeae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus sp.

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006), jamur tiram merupakan

jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan karena memiliki produktivitas

yang relatif tinggi. Dari seribu gram substrat kering, 50-70 persen jamur segar

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

11

dapat dihasilkan bahkan saat ini sudah dapat ditingkatkan hingga 120-150 persen.

Jamur tiram memiliki rasa yang lezat dan kandungan gizi yang cukup tinggi.

Menurut Suriawiria (2001), jamur tiram yang banyak dibudidayakan

antara lain :

1. Jamur tiram putih (pleurotus ostreatus), dikenal pula dengan nama shimeji

white (varietas florida), warna tudungnya putih susu sampai putih kekuningan

dengan lebar 3-14 centimeter.

2. Jamur tiram abu-abu, dikenal dengan nama shimeji grey (varietas sajor salju),

warna tudungnya abu kecoklatan sampai kuning kehitaman dengan lebar 6-14

centimeter.

3. Jamur tiram coklat, dikenal pula dengan nama jamur abalone (varietas

cystidious), warna tudungnya keputihan atau sedikit keabu-abuan sampai abu-

abu kecoklatan dengan lebar 5-12 centimeter.

4. Jamur tiram merah/pink, dikenal pula dengan nama shakura (varietas

flabellatus), tudungnya berwarna kemerahan.

Dilihat dari aspek kesehatan, jamur tiram merupakan bahan pangan bergizi

berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkan obat modern. Beberapa khasiat

jamur tiram putih yaitu sebagai anti kolestrol, mencegah kanker, mengurangi

risiko cacat kelahiran dan cacat otak pada anak, serta banyak mengandung vitamin

C dan sembilan asam amino esensial yang tidak bisa disintesis tubuh.

2.2 Perkembangan Jamur Tiram Putih di Indonesia

Jamur tiram merupakan jenis sayuran yang dapat dijadikan sumber

pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Budidaya jamur

tiram memanfaatkan limbah industri penggergajian kayu sehingga dampaknya

dapat dirasakan oleh rakyat. Usaha ini dianggap potensial dalam rangka

memperbaiki tingkat ekonomi rakyat karena dengan modal relatif kecil dan

dapat dikerjakan dengan melibatkan keluarga dan tetangga terdekat. Menurut

Martawijaya dan Nurjayadi (2009), permintaan jamur tiram bukan saja datang dari

pasar domestik, namun juga dari permintaan ekspor ke berbagai negara.

Kesempatan inilah yang membuka peluang bisnis budidaya jamur tiram dan

olahan yang berbahan baku jamur tiram.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

12

Dewasa ini kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus

meningkat, akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup

masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur tiram, di

mana sebagai tanaman sayuran berpotensi untuk dikembangkan dan

mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Jamur tiram merupakan sumber

makanan yang bergizi tinggi dan dapat menjadi bahan pangan alternatif yang

disukai oleh semua lapisan masyarakat.

Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi

lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram

mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi

dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah, 2001). Kandungan asam amino pada

jamur tiram mengidentifikasikan bahwa tingginya nilai gizi yang terkandung di

dalam jamur tiram. Hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk masuk ke dalam

bisnis jamur tiram yang mengakibatkan tumbuhnya industri jamur tiram.

Indonesia selama ini hanya mampu memasok jamur sebesar 0,9 persen

dari pasar jamur dunia. Angka tersebut kecil jika dibanding dengan China yang

memasok 33,2 persen pasar jamur dunia. Dalam pengembangan usaha,

ketidakberdayaan industri jamur nasional disebabkan berbagai hal seperti

produsen benih yang terbatas, tidak adanya standarisasi dan jaminan kualitas bibit,

belum adanya standarisasi proses produksi, serta penanganan pascapanen yang

sederhana. Selain itu, terbatasnya permodalan petani, bank yang belum

mendukung dan prosedur yang berbelit mengakibatkan penjualan jamur dikuasai

oleh tengkulak (Departemen Pertanian, 2010).

2.3 Kriteria Tempat Budidaya Jamur Tiram

Seperti halnya bidang agribisnis lainnnya, membangun usaha budidaya

jamur tiram erat kaitannya dengan kondisi alam. Terlebih lagi aspek budidaya,

pengaruh alama sangat nyata sekali. Menurut Redaksi Agromedia (2011) secara

aspek agroklimatologi atau iklim lingkungan, beberapa aspek yang paling

berpengaruh dalam budidaya jamur yaitu temperatur udara.

Setiap jenis jamur membutuhkan besar suhu yang bervariasi, tergantung

pada fase pertumbuhannya. Karena itu, agar pertumbuhan jamur optimal, suhu

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

13

udara lingkungan budidaya jamur harus diatur sedemikian rupa, sehingga

mencapai kondisi ideal. Besarnya suhu atau temperature udara pada suatu tempat

erat kaitannya dengan ketinggian (elevasi) lokasi tersebut dari permukaann laut.

Seperti yang terlah diketahui secara umum, lokasi yang mempunyai ketinggian

rendah mempunyai suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempat yang lebih

tinggi, misalnya pegunungan.

Besarnya temperature akan menurun ketika tempat semakin tinggi. Untuk

lokasi budidaya jamur yang berada di dataran rendah temperature bisa diatur

sedemikian rupa. Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan

penyemprotan kabut air, penyediaan ventilasi udara dan meninggikan rangka

bangunan kumbung. Jadi ketika suhu udara terlampau tinggi, bisa dilakukan

penyemprotan kabut air dan membuka seluruh jendela ventilasi kumbung, selain

itu dengan meninggikan rangka kumbung akan menyebabkan sirkulasi udara

dalam kumbung menjadi lancar dan kelembapan udara dalam ruangan budidaya

menjadi lebih lembab (Redaksi Agromedia, 2011)

2.4 Rangka Bangunan Kumbung

Tempat atau bangunan budidaya jamur lebih dikenal dengan nama

kumbung. Bagian yang paling berperan dalam bangunan kumbung ini yaitu

rangka bangunan dimana rangka bangunan ini akan mempengaruhi biaya investasi

yang dikeluarkan, menurut Redaksi Agromedia (2011) rangka bangunan kumbung

bisa terbuat dari bambu dan kayu. Rangka bangunan yang dipilih akan

mempengaruhi umur usaha budidaya jamur sehingga perlu diperhatikan keawetan

atau daya tahan rangka yang akan digunakan.

2.4.1 Keawetan Bambu

Menurut Sulistyowati (1996), walau memiliki banyak sifat

menguntungkan, bambu rentan terhadap kerusakan. Proses kerusakan

mempengaruhi keawetan bambu. Penyebab kerusakan bambu ada 2 yaitu:

perusak biologis dan non-biologis. Perusak biologis yang sering menyerang

bambu adalah jamur, rayap, kumbang bubuk dan mikroorganisme laut. Jamur

menyebabkan kerusakan seperti : pengotoran, pelapukan dan perubahan warna.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

14

Kerusakan bambu karena serangan kumbang bubuk biasanya terjadi setelah

batang bambu ditebang. Kumbang ini hidup dalam jaringan serat bambu untuk

mendapatkan patinya.

Penyebab kerusakan non-biologis yang terpenting adalah air. Kadar air

yang tinggi menyebabkan kekuatan bambu menurun dan mudah lapuk. Langkah

pertama yang harus dilakukan dalam metode pengawetan bambu apapun adalah

pengeringan. Penggunaan bambu yang benar-benar kering (kadar airnya tepat)

dalam setiap metode pengawetan akan menghasilkan tingkat keawetan yang lebih

baik dibanding penggunaan bambu yang masih basah (kadar air tinggi).

Keawetan bambu sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan lingkungan.

Bambu tanpa perlakuan pengawetan, apabila dibiarkan bersentuhan secara

langsung dengan tanah dan tidak terlindung dari cuaca, hanya mempunyai umur

pakai sekitar 1 - 3 tahun. Bambu yang terlindung dari gangguan cuaca, umur

pakainya dapat bertahan antara 4 - 7 tahun atau lebih. Dalam lingkungan yang

ideal rangka (konstruksi) bambu dapat tahan selama 10 - 15 tahun. Jika

berinteraksi dengan air laut, bambu cepat hancur oleh serangan mikroorganisme

laut dalam waktu kurang dari satu tahun.

Keawetan bambu dipengaruhi juga oleh : kondisi fisik bambu, bagian

ruas, spesis dan kandungan pati. Bambu yang telah dibelah lebih cepat rusak

dibanding bambu yang masih utuh (belum dibelah). Ruas bambu bagian bawah

mempunyai ketahanan rata-rata yang lebih tinggi dibanding bagian tengah atau

bagian atasnya. Bagian sebelah dalam ruas biasanya lebih dulu terserang

(serangga atau jamur) daripada bagian luar. Keawetan alamiah bambu

bervariasi antara satu spesies dengan spesies lain. Variasi ini berkaitan dengan

ketahanan spesis terhadap serangan rayap atau kumbang. Bambu yang kandungan

patinya lebih tinggi lebih rentan terhadap serangan kumbang bubuk.

Keawetan alamiah bambu relatif lebih rendah dibanding kayu. Artinya,

umur pakai struktur bambu relatif lebih pendek dibanding struktur kayu. Cara

memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui pengawetan dan penerapan

metode konstruksi tertentu. Metode ini bertujuan meminimalisir laju serangan

jamur dan serangga. Meletakan tonggak bambu pada dinding batu atau semen

merupakan cara sederhana yang lebih baik ketimbang membenamkan bambu

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

15

secara langsung ke dalam tanah. Pada konstruksi rumah bambu, sangat

dianjurkan membuat pondasi dari beton atau batu. Pelapisan bambu dengan bahan

penahan air dapat mengurangi serangan jamur.

2.4.2 Keawetan Kayu

Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaian. Kayu dikatakan awet

apabila mempunyai umur pakai lama dan mampu menahan berbagai faktor

perusak kayu. Dengan kata lain keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis

kayu terhadap faktor-faktor perusak dari luar kayu itu (Dumanauw, 1990 dalam

Zibua, 2008). Nilai suatu jenis kayu sangat ditentukan oleh keawetannya, karena

bagaimana pun kuatnya suatu jenis kayu tersebut, penggunaan sebagai bahan

bangunan tidak akan berarti jika keawetannya rendah.

Keawetan kayu dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor

karakteristik kayu dan lingkungan. Faktor karakteristik kayu yaitu kandungan zat

ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (gubal dan teras), dan

kecepatan tempat tumbuh. Sedangkan faktor lingkungan yaitu tempat dimana

kayu tersebut dipakai, jenis organisme penyerang, keadaan suhu, kelembaban

udara dan lain-lainnya.

Ketahanan kayu terhadap serangga dan perusak kayu khususnya yang

bersentuhan dengan laut disebabkan oleh kandungan zat ekstraktifnya. Zat

ekstraktif dalam kayu berfungsi sebagai racun bagi perusak-perusak kayu,

sehingga perusak tersebut tidak bisa masuk dan tinggal dalam kayu tersebut

(Panshin dan de Zeeuw, 1980 dalam Zibua, 2008).

Menurut Martawijaya et al, (1995), keawetan alami ialah ketahanan kayu

terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar: jamur, rayap, bubuk,

cacing laut dan mahkluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan.

Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat

ekstraktif) yang merupakan sebagai unsur racun bagi perusak-perusak kayu,

sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta

merusak kayu. Ada lima penggolongan kelas awet kayu yaitu sebagai berikut:

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

16

1. Kelas awet I

Lama pemakaian kelas awet I dapat mencapai 25 tahun. Jenis-jenis kayu yang

termasuk dalam kelas ini adalah jati, ulin, sawo kecik, merbau, tanjung,

sonokeling, johar, bangkirai, behan, resak, dan ipil.

2. Kelas awet II

Jenis-jenis kayu yang termasuk kelas awet II yaitu waru, kapur, bungur,

cemara gunung, rengas, rasamala, merawan, lesi, walikukun, dan sonokembang.

Umur pemakaian dari kelas ini yaitu antara 15-25 tahun.

3. Kelas awet III

Jenis-jenis kayu yang termasuk kelas awet III yaitu ampupu, bakau, kempas,

kruing, mahoni, matoa, merbau, meranti merah, meranti putih, pinang, dan pulai.

Umur pakai jenis kayu kelas ini mencapai 10-15 tahun.

4. Kelas awet IV

Jenis kayu ini termasuk kurang awet, umur pakainya antara 5 – 10 tahun.

Kayu yang termasuk kelas awet ini yaitu agates, bayur, durian, sengon, kemenyan,

kenari, ketapang, perupuk, ramin, surian, dan benuang laki.

5. Kelas awet V

Kayu–kayu yang termasuk kelas awet V tergolong kayu yang tidak awet

karena umur pakainya hanya kurang dari 5 tahun. Contoh kayu yang masuk dalam

kelas ini adalah jabon, jelutung, kapuk hutan, kemiri, kenanga, mangga hutan, dan

marabung.

Fakta menunjukkan lingkungan Indonesia merupakan daerah tropis.

Negeri ini mempunyai kehangatan, kelembaban dan bahan organik dalam tanah

yang tinggi, di bawah kondisi tersebut perkembangan organisme khususnya

organisme perusak kayu sangat baik. Hal tersebut tercermin dari apa yang disebut

sebagai negara mega biodeversity, dimana Indonesia mempunyai 1.000.000 jenis

serangga, 250.000 jenis jamur dan 200 jenis rayap. Kenyataan lain menunjukan

bahwa 80 - 85 persen kayu-kayu Indonesia mempunyai keawetan yang rendah,

atau dengan perkayaan kayu-kayu Indonesia mudah diserang oleh organisme

perusak kayu (Muchlis, 2005).

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

17

Tabel 9. Kelas Awet Kayu

No. Keadaan Kelas Awet

I II III IV V

1 Selalu berhubungan

dengan tanah lembab.

8 tahun 5 tahun

3 tahun

Sangat

Pendek

Sangat

pendek

2 Hanya dipengaruhi

cuaca, tetapi dijaga

supaya tidak terendam

air dan kekurangan

udara.

20 tahun

15 tahun 10 tahun

Beberapa

tahun

Sangat

pendek

3 Di bawah atap, tidak

berhubungan dengan

tanah lembab dan

tidak kekurangan

udara.

Tidak

terbatas

Tidak

terbatas

Sangat

lama

Beberapa

tahun

Pendek

4 Seperti diatas tetapi

dipelihara dengan baik

dan di cat dengan

teratur

Tidak

terbatas

Tidak

terbatas

Tidak

terbatas

20 tahun

20 tahun

5 Serangan rayap tanah. Tidak Jarang Cepat

Sangat

cepat

Sangat

cepat

6 Serangan bubuk kayu

kering.

Tidak Tidak Hampir

tidak

Tidak

berarti

Sangat

cepat Sumber : Oey Djoen Seng, 1964 dalam Zibua, 2008

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai jamur tiram putih sampai saat ini sudah banyak

dilakukan, penelitian tersebut baik dari segi budidaya maupun ekonominya.

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terdiri dari : analisis

usahatani dan pendapatan jamur tiram putih, analisis risiko produksi jamur tiram

putih, serta analisis kelayakan usahatani jamur tiram putih.

2.5.1 Penelitian Mengenai Usahatani dan Pendapatan Jamur Tiram Putih

Usahatani dapat diartikan kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam,

kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Dalam

usahatani, pelaku usaha harus memperhatikan proses produksi dan saluran

pemasaran yang yang dapat memberikan informasi dalam peningkatan produksi

dan pendapatan. Pentingnya untuk memperhatikan usahatani dari segi produksi

dimanfaatkan oleh Sari (2008) untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi usahatani jamur tiram putih di Kelompok Tani Kaliwung

Kalimuncar Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

18

Berdasarkan analisis yang dilakukan, faktor-faktor produksi yang berpengaruh

langsung terhadap produksi jamur tiram putih yaitu faktor produksi serbuk kayu,

bekatul, kapur, plastik, dan cincin paralon.

Connie (2008), melakukan penelitian yang berhubungan dengan proses

produksi dengan melihat titik impas yang nantinya bertujuan untuk melihat

pendapatan usahatani jamur tiram putih. Penelitian yang berjudul “Analisis

Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Trisno

Insan Mandiri Mushroom (TIMMUSH) Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat” membandingkan alat yang digunakan dalam

proses sterilisasi berupa kompor semawar ke kayu bakar. Hasil analisis titik impas

baik pada saat penelitian maupun setelah penelitian dilakukan menunjukkan

bahwa pergantian alat sterilisasi dari kompor semawar ke kayu bakar membuat

volume minimum penjualan jamur tiram putih menjadi lebih rendah dibandingkan

menggunakan kompor semawar. Alat sterilisasi kayu bakar memberikan

pendapatan atas biaya tunai lebih besar dibandingkan kompor semawar, selain itu

penggunaan kayu bakar juga dapat mengatasi terjadinya kelangkaan dan kenaikan

harga minyak tanah.

Pentingnya menganalisis saluran tataniaga pemasaran bertujuan untuk

membandingkan saluran tataniaga mana yang memberikan pendapatan yang lebih

besar, hal ini diperkuat oleh Sitanggang (2008) yang menganalisis usahatani dan

tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Kecamatan Tamansari

Kabupaten Bogor, dimana di perusahaan tersebut terdapat tiga saluran tataniaga

jamur tiram putih, saluran I dan saluran II jamur yang dihasilkan petani dijual di

wilayah Bogor, sedangkan saluran III dijual di wilayah luar Bogor. Dari hasil

analisis tersebut dapat diketahui bahwa R/C atas biaya total lebih besar pada

saluran III dibandingkan dengan saluran I dan II.

Ginting (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh risiko dalam

kegiatan budidaya jamur tiram putih yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan

dan alternatif strategi yang akan dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang

terjadi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

menunjukan bahwa Cempaka Baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32 yang

bersumber dari perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit, ketersediaan

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

19

tenaga kerja terampil, dan teknologi pengukusan yang digunakan. Strategi yang

diperlukan untuk penanganan risiko adalah strategi preventif, yaitu strategi yang

bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang

dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan dengan

meningkatkan intensitas penyiraman, membersihkan area yang dijadikan

kumbung untuk mencegah datangnya hama dan penyalit, mengembangkan

sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan maupun penyuluhan mengenai

jamur tiram putih, dan menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan

penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam.

2.5.2 Penelitian Mengenai Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih

Studi kelayakan bisnis merupakan kegiatan untuk menilai besarnya

manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha dan dapat

menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai

apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan

atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan.

Dalam penelitian-penelitian terdahulu terkait studi kelayakan usaha

budidaya jamur tiram putih terkait permasalahan yang dihadapi yaitu menganalisis

aspek non finansial, dan finansial dengan membandingkan berbagai macam

skenario yang sudah dijalankan, serta analisis sensitivitas menggunakan switching

value. Penlitian Masruri (2010) berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram

Putih (Studi Kasus: Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan

Pamijahan, Kabupaten Bogor) membandingkan skenario berupa membuat baglog

sendiri atau membeli baglog untuk budidaya. Nasution (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram

Putih (Kasus Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan,

Bogor, Jawa Barat)" membandingkan tiga skenario proses sterilisasi

menggunakan kayu bakar atau gas, dan perkembangan usaha menggunakan modal

pinjaman. Herbowo (2011) menganalisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur

Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) dengan ketiga skenario yaitu menjual

baglog jamur tiram putih, membeli baglog jamur tiram putih, dan menjual baglog

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

20

dan jamur tiram putih segar. Selain itu, dalam ketiga penelitian dilakukan juga

analisis switching value usaha budidaya jamur tiram putih jika terjadi penurunan

harga jamur tiram putih dan peningkatan biaya variabel.

Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Masruri (2010), Nasution

(2010) dan Herbowo (2011), memperoleh hasil penelitian usaha budidaya jamur

tiram putih layak dilakukan meskipun ada perbandingan dalam hasil perhitungan

kriteria investasi skenario mana yang lebih layak untuk diusahakan. Analisis

switching value yang dilakukan pada skenario-skenario tersebut diperoleh dua

parameter yang menyatakan penurunan harga produk lebih sensitif dibandingkan

kenaikan harga variabel.

Penelitian terdahulu juga memberikan informasi mengenai produktivitas

antar pelaku usaha di beberapa daerah mengingat budidaya jamur tiram memiliki

syarat tumbuh. Perbandingan produktivitas berdasarkan tempat budidaya dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Produktivitas Jamur Tiram Putih di Beberapa Tempat Penelitian

Nama Tempat Penelitian Keadaan Lokasi Penelitian Produktivitas

per baglog (kg)

Sari Kelompok Tani Kaliwung

Kalimuncar Desa Tugu

Utara, Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bogor

1200 meter di atas permukaan

laut, suhu rata-rata 26 derajat

celcius, dan curah hujan 2400

mm per tahun

0,17

Sitanggang Kecamatan Tamansari

Kabupaten Bogor, Jawa

Barat

700 meter diatas permukaan

laut, dengan suhu rata-rata 25

sampai 30 derajat celcius

0,37

Connie Perusahaan Trisno Insan

Mandiri Mushroom

(TIMMUSH) Desa Cibuntu,

Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Jawa

Barat

600 meter di atas permukaan

laut, suhu rata-rata 28 derajat

celcius dan kelembaban 70

persen

0,5

Ginting Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bogor

1200 meter di atas permukaan

laut, suhu rata-rata 26 derajat

celcius dan curah hujan 2400

mm per tahun

0,5

Masruri Yayasan Paguyuban Ikhlas,

Desa Cibening, Kecamatan

Pamijahan, Kabupaten Bogor

750 sampai 1.050 meter di

atas permukaan laut, dengan

suhu 25 sampai 30 derajat

celcius

0,725

Nasution Perusahaan X di Desa

Cibitung Kulon, Kecamatan

Pamijahan, Bogor, Jawa

Barat

500 meter diatas permukaan

laut, dengan rata-rata curah

hujan 3.890 mm per tahun

0,5

Herbowo Desa Tugu Utara, Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bogor

1200 meter di atas permukaan

laut, suhu rata-rata 26 derajat

celcius, dan curah hujan 2400

mm per tahun

0,5

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram · Pengaturan temperature udara dapat dilakukan dengan dengan penyemprotan kabut air, ... memperpanjang umur pakai bambu yaitu melalui

21

Berdasarkan penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa pada

umumnya jamur tiram putih layak untuk dijalankan namun pada setiap skenario

usaha yang dijalankan memberikan penerimaan yang berbeda. Penelitian ini

menganalisis aspek-aspek non finansial dan finansial membandingkan tiga

skenario yaitu sebelum pengembangan usaha (skenario I), dan setelah

pengembangan usaha baik menggunakan rangka bambu (skenario II) maupun

dengan rangka kayu (skenario III). Perbandingan sebelum pengembangan usaha

dan setelah pengembangan usaha juga dianalisis incremental net benefitnya, serta

berdasarkan pengalaman pelaku usaha penelitian ini menganalisis sensitivitas

yang sudah ditentukan persentase penurunan harga produk dan kenaikan variabel

produksinya.

Dari penelitian yang dilakukan Sari (2008), Sitanggang (2008) dan Connie

(2008) penulis menggunakan informasi mengenai usahatani dan pendapatan.

Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Masruri (2010), Nasution (2010)

dan Herbowo (2011) penulis menggunakan konsep dan informasi mengenai

kelayakan usaha yang dianalisis secara finansial maupun non finansial serta

skenario yang dilakukan. Penelitian Ginting (2009) dijadikan bahan untuk

memperoleh informasi mengenai sumber risiko pada usaha jamur tiram putih serta

tindakan preventif yang dapat dilakukan. Semua hasil penelitian terdahulu akan

digunakan sebagai pembanding penelitian ini. Dengan mengetahui kelayakan

usaha jamur tiram putih pada berbagai skenario, diharapkan akan memberikan

informasi apakah perlu adanya pengembangan usaha dan alternatif pengembangan

yang lebih menguntungkan.