II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility 2.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR) atau corporate citizenship merupakan segala upaya dalam dunia usaha untuk mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan di bentuknya dunia usaha. Perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan dengan menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa, serta sekaligus memelihara keseimbangan nilai tambah yang di ciptakannya. The International Organization of Employers (IOE) mendefinisikan CSR sebagai "initiatives by companies voluntarily integrating social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders." Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pertama, CSR merupakan tindakan perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan perundang-undangan Negara. Kedua, definisi tersebut memandang CSR sebagai aspek inti dari aktivitas bisnis di suatu perusahaan dan melihatnya sebagai suatu alat untuk terlibat dengan para pemangku kepentingan. Menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
28
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Corporate Social Responsibility · Definisi . Corporate Social Responsibility. Secara umum . Corporate Social Responsibility (CSR) atau . ... Promotion, adalah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Corporate Social Responsibility
2.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility
Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR) atau
corporate citizenship merupakan segala upaya dalam dunia usaha untuk
mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder
agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan
kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi
perusahaan yang mampu bersaing. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar
tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan
lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat
bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi
yang menjadi tujuan di bentuknya dunia usaha. Perusahaan diharuskan
memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan dengan
menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa, serta
sekaligus memelihara keseimbangan nilai tambah yang di ciptakannya.
The International Organization of Employers (IOE)
mendefinisikan CSR sebagai "initiatives by companies voluntarily
integrating social and environmental concerns in their business
operations and in their interaction with their stakeholders." Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pertama, CSR merupakan tindakan
perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum
terhadap peraturan perundang-undangan Negara. Kedua, definisi tersebut
memandang CSR sebagai aspek inti dari aktivitas bisnis di suatu
perusahaan dan melihatnya sebagai suatu alat untuk terlibat dengan para
pemangku kepentingan.
Menurut World Business Council on Sustainable Development
adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
8
sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya,
komunitas lokal dan masyarakat luas (Wibisono, 2007). Sedangkan
definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia Business Links
(IBL) adalah strategi atau upaya manajemen yang dijalankan entitas
bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan
berdasarkan keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan
meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif
dari pilar.
CSR didefinisikan secara berbeda oleh masing-masing perusahaan,
akan tetapi secara umum artikulasinya mengandung banyak persamaan.
Kesamaan artikulasi tersebut terletak pada ketatalaksanaan suatu
perusahaan dalam mengelola bisnisnya agar dapat memberikan dampak
positif bagi masyarakat.
Crane, dkk (2008) menyatakan bahwa CSR berarti perusahaan
melakukan internalisasi-eksternalitas dalam kegiatan usahanya.
Eksternalitas adalah dampak positif dan negatif aktivitas perusahaan
yang ditanggung oleh pihak lain, namun tidak diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan perusahaan, sehingga tidak tercermin dalam
harga produk. Seluruh pakar CSR tidak bisa menerima adanya
perusahaan yang mengaku ber-CSR namun tidak melakukan manajemen
yang optimal atas eksternalitas. Konsekuensinya, apabila perusahaan
hendak dianggap berkinerja sosial yang tinggi, ia berturut-turut harus
memastikan tiga hal berikut: dampak negatifnya telah ditekan hingga
seminimal mungkin, dampak residual (dampak negatif yang masih
tersisa setelah ditekan) telah dikompensasi dengan proporsional, dan
dampak positifnya telah dikelola semaksimal mungkin. Pemahaman ini
didukung oleh Jalal (Aktivis Lingkar Studi CSR, Senior Associate di
Kiroyan Partners) bahwa CSR adalah manajemen dampak. CSR
terutama berkaitan dengan bagaimana keuntungan dibuat oleh
perusahaan, bukan sekadar berapa dan kepada siapa keuntungan itu
disebarkan. Citra positif adalah hasil menjalankan CSR dalam jangka
panjang, namun citra bukanlah tujuan menjalankan CSR itu sendiri.
9
Ada berbagai pendapat mengenai aktivitas-aktivitas yang dapat
dikategorikan sebagai aktivitas sosial yang menunjukkan bentuk
keterlibatan sosial perusahaan terhadap masyarakat. Kotler dan Lee
(2005) merumuskan aktivitas yang berkaitan dengan tanggung jawab
sosial dalam 6 kelompok kegiatan, antara lain :
a. Promotion, adalah aktivitas sosial yang dilakukan melalui komunikasi
yang meyakinkan dalam rangka meningkatkan perhatian dan
kepedulian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan isu sosial yang
sedang berkembang.
b. Marketing, dilakukan melalui komitmen perusahaan untuk
menyumbangkan sebesar persentase tertentu hasil penjualannya untuk
kegiatan sosial.
c. Corporate Social Marketing, dilakukan dengan cara mendukung atau
pengembangan dan atau penerapan suatu perubahan perilaku dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
d. Corporate Philantropy, merujuk pada kegiatan yang diberikan
langsung.
e. Community Volunteering, merupakan bentuk aktivitas sosial yang
diberikan perusahaan dalam rangka memberikan dukungan bagi
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Dukungan tersebut dapat
diberikan berupa keahlian, talenta, ide, dan atau fasilitas laboratorium.
f. Social Responsibility Business Practices, merupakan kegiatan
penyesuaian dan pelaksanaan praktik-praktik operasional usaha dan
investasi yang mendukung peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat dan melindungi atau menjaga lingkungan, misalnya
membangun fasilitas pengolahan limbah, memilih supplier dan atau
kemasan yang ramah lingkungan, dan lain-lain.
Terdapat 3 (tiga) jenis tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
yang dapat dibedakan, antara lain :
1. Ethical corporate social responsibility, pandangan Lantos yang
dikutip oleh Paryati (2006) yaitu bahwa perusahaan memiliki
10
tanggung jawab untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan
atau sosial masyarakat akibat kegiatan bisnis perusahaan.
2. Altoristik corporate social responsibility, adalah aktivitas sosial
perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat tanpa terkait langsung dengan keputusan
perusahaan.
3. Strategic corporate social responsibility, adalah aktivitas perusahaan
yang ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan pada target
pasarnya sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan.
2.1.2. Konsep Corporate Social Responsibility
Dari berbagai definisi di atas dapat diketahui bahwa pentingnya
sustainability (berkesinambungan/berkelanjutan) yaitu dilakukan secara
terus-menerus untuk efek jangka panjang dan bukan hanya dilakukan
sekali saja. Konsep CSR memang sangat berkaitan erat dengan konsep
sustainability development (pembangunan yang berkelanjutan).
Dengan demikian, konsep CSR mengandung arti selain memiliki
tanggung jawab untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang
saham dan untuk menjalankan bisnisnya sesuai ketentuan hukum yang
berlaku, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab moral, etika,
dan filantropik. Pandangan tradisional mengenai perusahaan melihat
bahwa tanggung jawab utama (jika bukan satu-satunya) perusahaan
adalah semata-mata terhadap pemiliknya, atau para pemegang saham.
Adanya konsep CSR mewajibkan perusahaan untuk memiliki
pandangan yang lebih luas yaitu bahwa perusahaan juga memiliki
tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier,
konsumen, komunitas setempat, masyarakat secara luas, pemerintah,
dan kelompok-kelompok lainnya. Dalam hal ini, jika sebelumnya
pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada sisi finansial
saja (single bottom line), kini dikenal konsep triple bottom line, yaitu
tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3 dasar, yaitu : finansial,
sosial, dan lingkungan.
11
CSR suatu perusahaan harus memiliki tiga konsep dasar yang
dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines (Wibisono, 2007) yaitu
profit, people, dan planet :
1. Profit (Keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi utama dari setiap
kegiatan usaha. Pada hakekatnya profit merupakan tambahan
pendapatan yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup
perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh antara lain
dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya,
sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat
memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. Pada intinya profit
berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan melakukan
perkembangan.
2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena
dukungan mereka sangat diperlukan bagi keberadaan,
keberlangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Intinya
berorientasi pada kepedulian terhadap kesejahteraan manusia seperti
pemberian beasiswa bagi pelajar, pembangunan sarana pendidikan
dan kesehatan, bantuan modal usaha, dan balai pelatihan
keterampilan.
3. Planet (Lingkungan)
Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan manusia. Semua kegiatan yang manusia lakukan
berhubungan dengan lingkungan. Konsep ini mencakup kegiatan
peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman
hayati. Prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup,
penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan
pengembangan pariwisata.
12
2.1.3. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility
Secara umum prinsip-prinsip CSR berlandaskan pada konsep
pembangunan berkelanjutan dan tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance). Warhust dalam Wibisono (2007)
mengajukan prinsip-prinsip CSR sebagai berikut :
1. Prioritas korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai
prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan yang
berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan,
program, dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan
cara yang bertanggung jawab secara sosial.
2. Manajemen terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program, dan
praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur
manajemen dalam sebuah fungsi manajemen.
3. Proses perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki
kebijakan, program, dan kinerja sosial korporat berdasarkan temuan
riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan
kriteria sosial tersebut secara internasional.
4. Pendidikan karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan karyawan serta memotivasi karyawan.
5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai
kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau
meninggalkan lokasi pabrik.
6. Produk dan jasa. Mengembangkan produk atau jasa yang tidak
berdampak negatif secara sosial.
7. Informasi publik. Memberikan informasi dan (bila diperlukan)
mendidik pelanggan, distributor, dan publik tentang pengunaan yang
aman, transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, begitu
pula dengan jasa.
8. Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang, dan
mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang
mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.
13
9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial
bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang terkait dengan
kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi
dampak negatif.
10. Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran, atau
penggunaan, produk atau jasa sejalan dengan penelitian mutakhir
untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11. Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana
menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya
maka bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi
berwenang, dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi
bahaya yang muncul.
12. Transfer best practise. Berkontribusi pada pengembangan dan
transfer praktek bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada
semua industri dan sektor publik.
13. Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama,
pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan
lintas departemen pemerintah, serta lembaga pendidikan yang akan
meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.
14. Keterbukaan. Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog
dalam pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respons
terhadap potencial hazard dan dampak operasi, produk, limbah, atau
jasa.
15. Pencapaian dan pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial,
melaksanakan audit sosial secara berkala, serta mengkaji pencapaian
berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan
dalam menyampaikan informasi tersebut pada Dewan Direksi,
pemegang saham, pekerja, dan publik.
2.1.4. Model-model Corporate Social Responsibility
Menurut Saidi dan Abidin (2004) terdapat 4 (empat) model CSR
yang umum diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, antara lain :
14
1. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas
ini biasanya perusahaan menugaskan salah satu pejabat seniornya,
seperti corporate secretary atau public affair manajer atau menjadi
bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau
grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim
diterapkan perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya
perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang
dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan
lembaga sosial/organisasi non pemerintah (Ornop), instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung
suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada
pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.
Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari
mitra kerja sama dari lembaga operasional.
Sedangkan menurut Wibisono (2007), terdapat 2 (dua) model atau
pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan dalam melakukan
kegiatan CSR, antara lain :
1. Self managing
Pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi
sosial perusahaan. Kelebihannya adalah pelaksanaan kegiatan lebih
15
sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan, lebih mudah di kontrol
dan di monitor, lebih efisien untuk kegiatan jangka pendek, dan
perusahaan dapat belajar langsung merancang program CSR.
Kekurangan self managing adalah keterampilan karyawan yang
umumnya masih kurang, membutuhkan sumber daya khusus dengan
jumlah yang cukup dan berpotensi pada pembengkakan anggaran.
2. Outsourching
Outsourching memiliki dua pola. Pola pertama adalah bermitra
dengan pihak lain, LSM, instansi pemerintah, universitas, media
massa, dan sebagainya. Pola kedua dengan bergabung atau
mendukung kegiatan bersama baik jangka pendek ataupun jangka
panjang. Kelebihan pola Outsourching adalah perusahaan bisa
memilih mitra profesional yang sesuai dengan karakter program, tidak
memerlukan SDM dengan kapasitas khusus dan kinerja program dapat
dengan mudah di evaluasi. Sedangkan kekurangannya yaitu anggaran
yang dikeluarkan perusahaan relatif besar, seringkali perusahaan tidak
dapat mengikuti perkembangan secara langsung dan diperlukan
mekanisme kontrol yang baik.
2.1.5. Tahap-tahap Penerapan CSR
Menurut Wibisono (2007) perusahaan yang telah berhasil dalam
menerapkan CSR menggunakan tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu Awareness
Building, CSR Assessement, dan CSR manual building.
Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen.
Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya,
diskusi kelompok, dan lain-lain.
CSR Assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat
16
untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi
penerapan CSR secara efektif.
Langkah selanjutnya adalah membangun CSR manual building.
Hasil penelitian merupakan dasar penyusunan manual atau pedoman
implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui
benchmarking, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang
menginginkan langkah praktis, penyusunan manual ini dapat
dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan.
Manual ini merupakan inti dari perencanaan karena memberikan
petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan
manual CSR di buat sebagai acuan, pedoman, dan panduan dalam
pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan
kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen
perusahaan guna tercapainya program yang terpadu, efektif, dan
efisien.
2. Tahap Implementasi
Suatu perencanaan harus diimplementasikan atau dilaksanakan.
Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi,
pelaksanaan, dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk
memperkenalkan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi
CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Tujuan utama
sosialisasi adalah program CSR mendapat dukungan penuh dari
seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya
dapat berjalan lancar.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan
dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan pada roadmap yang
telah di susun. Sedangkan internalisasi adalah tahap jangka panjang.
Internalisasi mencakup upaya-upaya memperkenalkan CSR di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem
manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi,
17
pemasaran, dan proses bisnis lainnya. Sehingga penerapan CSR
menjadi strategi perusahaan bukan lagi sebagai upaya untuk
compliance tapi sudah beyond compliance.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang diperlukan secara konsisten dari
waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan
CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan keputusan. Misalnya
keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan
mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah
diimplementasikan.
Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen
untuk melakukan audit implementasi atas praktek CSR yang telah
dilakukan. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap
peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup
pengendalian risiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessment
audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatori.
4. Tahap Pelaporan
Pelaporan ditentukan dalam rangka membangun sistem informasi
baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun
keperluan keterbukaan informasi material yang relevan mengenai
perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga
untuk stakeholder lainnya yang memerlukan.
2.1.6. Manfaat Melakukan CSR dan Ukuran Keberhasilannya
Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa partisipasi perusahaan
dalam berbagai bentuk tanggung jawab sosial dapat memberikan
banyak manfaat bagi perusahaan, antara lain :
1. Meningkatkan penjualan dan market share
2. Memperkuat brand positioning
3. Meningkatkan image dan pengaruh perusahaan
4. Meningkatkan kemampuan untuk menarik hati, memotivasi, dan
mempertahankan (retain) karyawan
5. Menurunkan biaya operasional
18
6. Meningkatkan hasrat bagi investor untuk berinvestasi.