II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Bank menjadi lembaga intermediasi keuangan, penghubung antara orang yang kelebihan modal dengan orang yang memerlukan modal. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat (2) tentang Perbankan menyatakan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selain itu, menurut Judisseno (2005) hakikat bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development. Definisi dari agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediacy) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah (Kasmir, 2010): 1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank bertindak sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang di bank untuk menjaga keamanan uang mereka. Sedangkan tujuan kedua untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil investasinya. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan.
28
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · Bank Syariah Bank konvensional memiliki sistem penghimpunan dana dari ... Prinsip operasional syariah yang diterapkan ... Bank
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
2.1.1. Definisi Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Bank menjadi lembaga
intermediasi keuangan, penghubung antara orang yang kelebihan modal dengan
orang yang memerlukan modal.
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat (2) tentang Perbankan
menyatakan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Selain itu, menurut Judisseno (2005) hakikat bank adalah suatu lembaga
yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development.
Definisi dari agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediacy) yang
dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat.
Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara
yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan
kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang
dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga
keuangan yang kegiatannya adalah (Kasmir, 2010):
1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank
bertindak sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat.
Tujuan utama masyarakat menyimpan uang di bank untuk menjaga keamanan
uang mereka. Sedangkan tujuan kedua untuk melakukan investasi dengan
harapan memperoleh bunga dari hasil investasinya.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) kepada
masyarakat yang mengajukan permohonan.
9
dasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) bulan Desember
Persero sebanyak 4 buah.
isa sebanyak 36 buah.
h.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri
(inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes,
travellers cheque, dan jasa lainnya.
Bank di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis bank
berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:
1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah.
2.1.2. Perbankan Konvensional
Bank konvensional yaitu bank yang melakukan kegiatan usaha
perbankan berdasarkan prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan
menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode yaitu.
• Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan (giro, tabungan,
dan deposito). Demikian pula harga untuk produk pinjamannya ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga seperti ini dikenal
dengan istilah spread based.
• Untuk jasa-jasa lainnya, perbankan konvensional menerapkan berbagai biaya
dalam nominal atau persentase tertentu yang dikenal dengan istilah fee based.
Ber
2011, jumlah perbankan konvensional sebanyak 120 dengan rincian sebagai
berikut.
1. Bank
2. Bank Umum Swasta Nasional Dev
3. Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa sebanyak 30 bua
4. Bank Pembangunan Daerah sebanyak 26 buah.
5. Bank Campuran sebanyak 14 buah.
6. Bank Asing sebanyak 10 buah.
10
.1.3. Perbankan Syari’ah
kan bank yang beroperasi sesuai dengan ketentuan
yariat I
ank Syari’ah adalah bank yang beroperasi
Bank Syari’ah adalah bank yang
di Indonesia telah dimulai
be m
h diatur dalam Undang-
.1.4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
k yang tumbuh dan
erk mb
2
Bank Syari’ah merupa
s slam. Beberapa ahli ekonomi memberikan pengertian yang lebih luas
mengenai Bank Syariah antara lain.
1. Antonio (2002) menyatakan B
sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam. Selain itu, bank syariah juga
didefinisikan sebai bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada
ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist.
2. Ascarya dan Yuanita (2005) menyatakan
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.
Perkembangan industri keuangan syari’ah
se lu dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional
perbankan syari’ah. Perbankan syariah hadir untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang menginginkan bank bebas bunga. Undang-undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan secara implisit membuka peluang kegiatan usaha
perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil.
Keberadaan Bank Syari’ah di Indonesia tela
Undang yaitu UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Statistik
Perbankan Indonesia melaporkan bahwa hingga bulan Desember 2011 sudah
terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 23 Unit Usaha Syariah. Sebagai lembaga
keuangan yang baru berdiri di Indonesia, bank syariah sudah cukup banyak
berkembang yaitu 11 bank pada Desember 2011.
2
Bank konvensional dan bank syariah merupakan ban
b e ang dalam perekonomian masyarakat saat ini. Bank konvensional dan
bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam menjalankan perannya sebagai
intermediator yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan
kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.
11
iki perbedaan
en sa
nsional
Persamaan lain yang dimiliki oleh perbankan adalah mekanisme transfer,
teknologi komputer, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan.
Akan tetapi, bank syariah dan bank konvensional memil
m da r. Perbedaan ini menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang
dibiayai, dan lingkungan kerja. Perbedaan mendasar antara Bank Syariah dengan
Bank Konvensional terletak pada dua konsep yaitu konsep sistem perbankan dan
konsep imbalan. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
Tabel 2.1. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Bank Syariah Bank Konve
- Melakuka stasi yang - Investasi yang halal dan haram n investasi-inve
halal saja.
- n prinsip bagi hasil, jual- - Memakai perangkat bunga Berdasarka
beli, atau sewa
- oriented. - Profit oriented. Profit dan falah
- Hubungan dengan nasabah dalam an nasabah dalam
bentuk kemitraan.
- Hubungan deng
bentuk hubungan debitur-kreditur.
- a dan penyaluran - Penghimpunan dan
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis.
S
2.1.5. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
ihan kepada nasabah melalui bank
i hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam Tabel
umber: Antonio, 2001.
Sistem perbankan memberikan pil
konvensional dan bank syariah. Kedua jenis bank ini menawarkan sistem yang
berbeda sehingga masyarakat memiliki pertimbangan-pertimbangan dalam
memanfaatkan jasa perbankan. Masyarakat yang memilih sistem bunga lebih
bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan keuntungan pribadi. Berbeda
dengan sistem bagi hasil, sistem ini berorientasi pemenuhan kemaslahatan hidup
umat manusia (Sudarsono, 2008).
Perbedaan bunga dan bag
2.2 berikut:
12
Tabel 2.2. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu
untung.
Penentuan besarnya rasio/nisab bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
Besarnya persentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang
diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan pihak nasabah
untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan. Bila usaha
merugi, kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat, sekalipun jumlah
keuntungan naik berlipat.
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
Eksistensi bunga diragukan oleh semua
agama termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil.
Sumber: Syafi’i Antonio, 2001
2.1.6. Sistem dan Produk Penghimpunan Dana Bank Konvensional dan
Bank Syariah
Bank konvensional memiliki sistem penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Dalam operasinya, bank konvensional
menggunakan prinsip bunga.
Pengertian produk-produk bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun
1998 adalah sebagai berikut:
1. Giro adalah simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
13
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Deposito
dibedakan menjadi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposits on
call.
Penghimpunan dana yang dilakukan bank syariah berbentuk giro, tabu-
ngan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghim-
punan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah (Karim, 2004).
1. Prinsip Wadi’ah
Prinsip ini mempunyai implikasi hukum di mana nasabah bertindak sebagai
pihak yang menitipkan uang dan bank bertindak sebagai pihak pengelola.
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah seperti pada
produk rekening giro. Berbeda dengan wadi’ah amanah yang mempunyai
prinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, pada wadi’ah
dhamanah pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta
titipan sehingga boleh memanfaatkan harta titipan tersebut, seperti terlihat
pada Gambar 2.1.
Bank Syariah
2. Pemanfaatan Dana
3. Bagi Hasil
4. Beri Bonus
1. Titipan BarangInvestor
Nasabah
Sumber: Muhammad, 2005 Gambar 2.1. Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Dhamanah
14
2. Prinsip Mudharabah
Penyimpan atau deposan dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
(pengelola). Dana tersebut digunakan untuk melakukan murabahah, ijarah,
atau untuk melakukan mudharabah kedua oleh bank dimana dalam hal ini
bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Prinsip ini dalam aplikasinya seperti tabungan berjangka dan deposito
berjangka. Prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: mudharabah
muqayyadah on balance sheet dan off balance sheet serta mudharabah
mutlaqah.
Bank syariah pada mudharabah muqayyadah off balance sheet juga berperan
memberikan modal untuk dikelola mudharib dan bank syariah akan
mendapatkan kembali modalnya dan bagi hasil dari proyek yang dikerjakan.
Perbedaan antara mudharabah muqayyadah on balance sheet dengan off
balance sheet dapat dilihat pada gambar 2.2 dan 2.3.
Perjanjian BaBank Syariah gi Hasil
Mudharib Nasabah Perantara
Proyek
Bagi Hasil
Modal
Sumber: Muhammad, 2005 Gambar 2.2. Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance
Sheet
15
Perantara +
Modal
Proyek
Bagi Hasil
Modal
Nasabah Mudharib
Bank Syariah
Perjanjian Bagi Hasil
Sumber: Muhammad, 2005 Gambar 2.3. Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance
Sheet
Mudharabah muqayyadah merupakan penyaluran dana langsung kepada
pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.
Mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan
deposito mudharabah (Muhammad, 2005). Skema kerja prinsip mudharabah
mutlaqah dijelaskan seperti pada Gambar 2.4.
16
Investor Bank Syariah
Nasabah
1. Titipan Barang
4. Bagi Hasil
3. Bagi Hasil 2. Pemanfaatan Dana
Sumber: Muhammad, 2005
Gambar 2.4. Skema Kerja Prinsip Mudharabah Mutlaqah
2.1.7. Sistem dan Produk Penyaluran Dana Bank Konvensional dan Bank
Syariah
Penyaluran dana dalam bank konvensional dikenal dengan nama kredit.
Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Kredit dalam bank konvensional dilihat dari segi jangka waktu
penggunaanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kredit jangka pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk modal kerja.
2. Kredit jangka menengah
Merupakan kredit yang berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun,
kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
3. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas
tiga tahun atau lima tahun, biasanya digunakan untuk investasi jangka
panjang.
17
Penyaluran dana dalam bank syariah dikenal dengan nama pembiayaan.
Pengertian pembiayaan menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Secara garis besar produk pembiayaan bank syariah terbagi ke dalam
empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya (Karim,
2004), yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (Ba’i)
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di awal dan menjadi bagian harga jual barang kepada nasabah.
Prinsip jual-beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip pembiayaan,
yaitu:
a. Pembiayaan Murabahah
Transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan
secara tangguh.
b. Pembiayaan Salam
Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Bank sebagai pembeli, nasabah sebagai
penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga,
dan waktu penyerahan.
c. Pembiayaan Istishna
Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannya dilakukan oleh bank
dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah)
a. Ijarah
Transaksi jual beli yang dilandasi perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ini sama saja dengan prinsip jual beli, tetapi
18
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Apabila pada jual beli
objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa (Karim, 2004).
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya prinsip
sewa yang diakhiri dengan opsi kepemilikan objek sewa di akhir masa
sewa. Pada umumnya bank lebih banyak menggunakan prinsip ini karena
sifatnya yang lebih sederhana dari sisi pembukuan dan tidak direpotkan
oleh urusan pemeliharaan aset (Antonio, 2001).
3. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil (syirkah)
terdiri dari:
a. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih atas
suatu usaha tertentu dimana kedua belah pihak memberikan kontribusi
dengan keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan
(Antonio, 2001).
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama atas dua pihak atau lebih dimana
pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu akad perjanjian pembagian
keuntungan (Karim, 2004). Bentuk pembiayaan ini menegaskan
kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal dari shahib al-maal dan
keahlian dari mudharib.
4. Akad Pelengkap
Jenis-jenis produk pembiayaan bank syariah yang menggunakan akad
pelengkap terdiri dari:
a. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Hiwalah adalah bentuk pengalihan utang dari pihak yang berhutang
kepada pihak lain yang wajib menanggungnya (Antonio, 2001). Pada
bank konvensional prinsipnya sama dengan anjak piutang.
19
b. Rahn (Gadai)
Rahn adalah menahan salah satu harta si peminjam yang memiliki nilai
ekonomis sebagai jaminan atas sejumlah pinjaman yang diterimanya.
c. Qardh
Qardh adalah pinjaman utang dan akan dikembalikan sesuai dengan
perjanjian. Aplikasinya dalam perbankan antara lain yaitu: (1) sebagai
pinjaman talangan haji; (2) sebagai pinjaman tunai; (3) sebagai pinjaman
kepada pengusaha kecil; dan (4) sebagai pinjaman kepada pengurus bank
(Karim, 2004).
d. Wakalah (Perwakilan)
Wakalah adalah bentuk perwakilan atau pemberian kuasa kepada pihak
tertentu untuk melakukan pekerjaan atau hal tertentu. Prinsip ini
diterapkan pada pengiriman uang atau transfer, penagihan (collection
payment), dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan fee atas jasanya
terhadap nasabah (Antonio, 2002).
e. Kafalah (Garansi Bank)
Kafalah adalah jaminan yang diberikan dengan tujuan untuk menjamin
pembayaran atas suatu kewajiban pembayaran. Bank syariah bertindak
sebagai pihak penjamin, sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin.
Untuk jasa ini, bank memperoleh pengganti biaya atas jasa yang
diberikan.
2.2. Rasio Keuangan
2.2.1. Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan
antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang
bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal
pelengkap atau secondary capital.
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (Siamat, 2005), dengan
perincian sebagai berikut:
20
1. Modal disetor
Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan
pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
2. Agio saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai
akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Cadangan umum
Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah
dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota sesuai anggaran dasar masing- masing.
4. Cadangan tujuan
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang
saham atau rapat anggota.
5. Laba ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
6. Laba tahun lalu
Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan
belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya
sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami
kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.
21
8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan.
Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah
dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Anak
perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lain
yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. Modal pelengkap terdiri atas
cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman
yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal, dengan perincian sebagai
berikut:
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
c. Modal kuasi
Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
sifatnya seperti modal.
d. Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai
syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman,
mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun, dan
pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Presentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital Adequacy Ratio (CAR).
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (capital
adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki
bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva dalam
22
perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva
yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih
bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-
masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos
aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-