i
i
ii
iii
iv
Tim PenyusunPenanggung Jawab
M.A Tihami
Penyunting/Editor
Firman Hadiansayah
Ginanjar Hambali
Penulis M.A Tihami, Dodi Nandika, Mohammad Masduki
Egi Djanuiswati, Abdul Hamid
Firman Hadiansyah, Atih Ardiansyah
Tubagus Najib, Eka Sari
Ginanjar Hambali
Cetakan pertama, Januari 2018
ISBN 978-602-6663-48-1
Desain cover: Haymawan
Layout: Kelana
Diterbitkan pertama kali
Oleh Gong Publishing bekerja sama dengan
Dewan Riset Daerah Provinsi Banten
v
Daftar Isi
Tim Penyusun ~ iv
Daftar Isi ~ v
Kata Pengantar Ketua DRD Banten ~ vii
Kata Pengantar Tim Penyususn ~ xi
-Pembangunan Berbasis Riset ~ 1
-Peta Potensi Riset di Banten ~ 25
-Bebersih Banten Lama ~ 45
-Cendikiawan Kampung ~ 54
-Jambu Air Citra Anyer Riwayatmu Kini? ~ 60
-Solusi Pengentasan Kemiskinan
dan Pengangguran ~ 70
-Pengembangan Usaha Jamur Merang Melalui
Pemanfaatan Limbah Sagu Aren ~ 83
vi
-Menanti Nyi Mas Gamparan “Zaman Now”
di Banten ~ 97
-Gerakan Literasi yang Mengakar dan Tumbuh ~ 104
-Humor Orang Banten ~ 111
-Silat di Banten ~ 119
-Profil Penulis ~ 129
vii
Kata Pengantar
Ketua DRD Banten
Seperti kita ketahui bersama bahwa pemerin-
tah Provinsi Banten, terus berusaha mengatasi
berbagai persolanan yang ada, persoalan itu diantaranya
bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,
melalui layanan pendidikan yang merata dan berkualitas,
pelayanan kesehatan gratis dan atau murah, pembang unan
infrastuktur dan sebagainya.
Dewan Riset Daerah (DRD) Banten, sebagai lemba-
ga non stuktural yang dibentuk pemerintah daerah, terus
berusaha membantu pemerintah. Bantuan yang diberi-
kan DRD, diantaranya dalam bentuk menggali pemikiran
dan pandangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Ban-
ten, melalui; workshop, diskusi, rapat kerja, kunjungan
lapangan dan kerja sama, serta kegi - at an lainnya. Hasil
penggalian dan padangan dirumuskan dalam bentuk reko-
mendasi kepada pemerintah dalam bentuk, Policy Brief,
laporan tahunan.
Masukan atas isu-isu yang berkembang, dalam ben-
viii
tuk formal semacam memberi masukan dan pandangan
terhadap kegiatan Satuan Kerja Perangkat (SKPD) yang
ada di lingkungan pemerintah daerah Provinsi Banten.
Agenda lain dalam membantu pemerintah daerah, de ngan
menerbitkan Buku Bunga Rampai, kali ini dengan judul
Banten di Tengah Gelombang Perubahan .
Sekali lagi, buku yang berisi pendapat dan panda ngan
anggota DRD dan unsur luar DRD yang kompeten, terla-
hir semata-mata karena keinginan DRD untuk membantu
banyak persoalan yang ada di Banten. Oleh karena itu,
perbaikan buku ini melalui kritik dan saran yang dialek-
tik sangat diharapkan untuk koreksi dan perbaikan buku
ini, sehingga dapat lebih sempurna lagi dimasa yang akan
datang.
Terakhir, semoga buku ini bermanfaat untuk kita se-
mua. Kita berharap pembangunan melalui program-pro-
gram unggulan yang ada di Banten, seluruhnya berbasis
riset. Caranya, dengan meningkatkan kerjasama antara pe-
merintah daerah, perguruan tinggi, lembaga riset, peneliti
dan pihak industri.
Kepada semua penulis, atas nama DRD Banten, kami
menyampaikan terima kasih banyak, semoga karya Bapak/
Ibu menjadi amal shaleh. Begitu pula kepada rekan-rekan
Sekretariat DRD yang telah membantu penyiapan buku
ini, kami sampaikan terima kasih.
M.A Tihami
Ketua DRD Banten
ix
Kata Pengantar
Ketua Tim Penyusun
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang terus memberikan rizki dan hida-
yahnya kepada seluruh umat manusia yang mengikuti aja-
rannya, sehingga DRD Banten bisa menyusun buku Bunga
Rampai: Banten di Tengah Gelombang Perubahan, guna
menambah kontribusi pemikiran terhadap pembangunan
Banten.
Seperti kita ketahui bersama membangun Ban-
ten, dengan berbagai persoalannya tak cukup hanya me-
ngandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan penerapan peraturan sesuai standar. Perlu
inovasi dan kemampuan manajerial yang mumpuni un-
tuk bisa membangun daerah dengan penduduk mencapai
12 juta jiwa. Diperlukan langkah komprehensif dan tidak
biasa.
Inovasi adalah kuncinya, seperti ditunjukan sejum-
lah Negara dan daerah di Indonesia. Hanya Negara-ne-
gara yang mendorong budaya inovasi saja yang berhasil,
x
sementara Negara-negara yang meminggirkan inovasi se-
makin terbelakang, kesejahteraan masyarakatnya pun se-
makin terpuruk.
Begitu pula dengan daerah yang mengendepkan riset
sebagai pondasi dalam pembangunan daerahnya, akhirnya
berhasil menjadi daerah-daerah yang lebih maju diban ding
daerah lain, walaupun APBD yang dimilikinya, mungkin
lebih kecil. Melalui sejumlah inovasi bukan hanya penda-
patan masyarakatnya saja yang meningkat, namun juga
pendapatan pemerintah.
Tulisan dalam Buku Bunga Rampai ini berisi sebelas
tulisan. Tulisan yang berjudul Pembangunan Berbasis Riset
yang ditulis Ginanjar Hambali sebuah rangkuman dari se-
jumlah pendapat atau pandangan, baik pemateri maupun
pengembangan diskusi dalam Forum Riset Daerah (FRD)
yang pernah di selenggarakan DRD Banten.
Selanjutnya, ada tulisan Abdul Hamid, yang meme-
takan potensi riset di Banten, Abdul Hamid menulis, seba-
gai sebuah Provinsi yang berjarak tidak jauh dari Jakarta,
Banten sesungguhnya memiliki potensi keunggulan yang
jarang dihitung, yaitu potensi institusi riset yang ada di da-
lamnya.
Institusi riset tentu saja selain menghasilkan riset
juga memiliki sumber daya unggul yang menggerakkan
risetnya, baik lembaga-lembaga riset maupun perguruan
tinggi. Tulisan ini merupakan pemetaan awal potensi riset
di Banten yang seharusnya berkorelasi dengan potensi
Banten untuk menjadi Provinsi Unggulan.
xi
Buku ini juga diperkaya dengan pemanfaatan riset
dalam praktek di lapangan, seperti ditulis Eka Sari, aka-
demisi dari Untirta, yang menawarkan Program Integrasi
Pembangkit Listrik Biogas, Perta nian organik dan Peter-
nakan Lebah (PIP3L) tanpa sengat untuk menghasilkan
produk-produk unggulan Banten.
Sementara Egi Djanuiswati, menulis Pengem bang an
Usaha Jamu Merang Melalui Pemanfaatan Limbah Sagu
Aren. H.M Masduki, menulis tentang Jambu Air Citra Any-
er, Riwayatmu Kini? Seperti seorang Bapak, yang rindu
akan anaknya yang hilang, karena ternyata jambu air citra
anyer, produk unggulan lokal malah berkembang di ne-
gara atau daerah lain, begitulah tulisan H.M Masduki yang
juga Wakil Gubernur Banten (Priode 2007-2012). Buku ini juga diperkaya, tulisan Atih Ardiansyah Do-
sen Universitas Mathlaul Anwar (UNMA) Menes, dengan judul Intelektual Kampung, supaya orang-orang kampung tidak hanya berbondong-bondong ke Kota, tapi bagaimana kalangan terdidik bisa mengembangkan kampungnnya. Ada juga pengalaman Firman Hadiansyah, dalam mengem-bangkan literasi di Banten. Prof Dodi, de ngan Menanti Nyi Mas Gamparan ‘Zaman Now’ di Banten.
Penulis menyampaikan haturan terimakasih kepada para penulis buku ini. Kami pun menyadari buku ini masih mengandung kelemahan. Oleh sebab itu, kami juga mem-berikan apresiasi atas perhatian dan tang gapan para penu-lis atas permohonan penyusun. Semoga buku ini berman-faat bagi kita semua, selamat membaca.
Serang, Desember 2017
xii
xiii
xiv
1
Pembangunan Berbasis Riset
Ginanjar Hambali
Salah satu tujuan pendirian Provinsi Banten
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ma
syarakat. Selama Banten berdiri sekitar 17 tahun lalu, be
gitu banyak upaya pembangunan yang telah dilaksanakan,
ditengah kemajuankemajuan yang kita rasakan, Banten
masih butuh percepatanpercepatan untuk melaksanakan
pembangunan. Pada saat ini, Banten masih menghadapi
sejumlah tantangan, diantaranya angka kemiskinan yang
masih cukup besar.
Kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ada
lah ketidakmampuan dari sisi ekonomi, untuk memenuhi
kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan.
Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan mencapai 6,26 per
sen dengan jumlah penduduk miskin tercatat, 689,22 ribu
jiwa. Sementara pada bulan Maret 2017, angka kemiskinan
2
di Banten mencapai 5,45 % atau sebanyak 675 ribu orang.
(Sumber: BPS Banten, 2017).
Angka kemiskinan di Banten, memang masih ren
dah dibanding ratarata Nasional yang sebesar 10,64%.
Dengan angka sebesar itu, Banten juga berada pada po
sisi terendah ke enam, dibawah DKI Jakarta (3,77%), Bali
(4,25%), Kalimantan Selatan (4,73%), Kalimantan Selatan
(5,20%), Bangka Belitung (5,20%) dan Kali mantan Tengah
(5,37%).
Walaupun tingkat kemiskinan di Banten tergolong
rendah, bukan berarti masalah kemiskinan tidak menjadi
prioritas utama, sebab hidup yang layak menjadi prioritas
semua orang. Secara umum, jumlah masyarakat miskin
paling banyak berada di perkotaan yaitu 391 ribu (4,52%)
namun secara presentase jumlah penduduk miskin masih
banyak di desa yaitu 7,61% atau sebanyak 384 ribu.
Kemiskinan di Desa, diduga karena tingkat infrastuktur
dan fasilitas yang kurang memadai. Disamping itu, kuali
tas Sumber Daya Manusia juga diduga ikut berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan di pedesaan.
Garis kemiskinan di Banten, Maret 2017, sebesar
perkapita perbulan dengan sumbangan Garis Kemis kinan
Makanan sebesar 70,29 persen. Komoditas makanan yang
memberikan sumbangan garis kemiskinan adalah makan
an, yaitu beras sebagai bahan makanan pokok. Hal yang
paling mengejutkan adalah sumba ngan Rokok terhadap
garis kemiskinan cukup tinggi yaitu 11,79 persen untuk
daerah perkotaan, dan 8,73 persen untuk daerah pede
3
saan.
Sementara itu, berdasarkan lama ratarata sekolah di
Provinsi Banten, 8,37 meningkat dibanding de ngan tahun
sebelumnnya yang mencapai 8,27. Ratarata lama sekolah
di Banten, mengalami perbedaan yang mencolok, antara
UtaraSelatan. Sebagai gambaran ratarata lama sekolah
di Tangerang Selatan, berkisar 11,58 tahun, sementara di
Lebak berkisar 6,19 tahun, artinya baru menginjak kelas
enam atau tujuh.
Membangun Banten tak cukup hanya mengandalkan
anggaran dan belanja daerah (APBD) dan pene rapan pera
turan sesuai standar. Perlu inovasi dan kemampuan mana
jerial yang mumpuni untuk bisa memba ngun daerah de
ngan penduduk mencapai 12 juta jiwa. Diperlukan langkah
komprehensif dan tidak biasa. Inovasi adalah kunci nya,
seperti ditunjukan oleh sejumlah Negara dan daerah di
Indonesia. Hanya Negaranegara yang mendorong budaya
inovasi saja yang berhasil, sementara Negaranegara yang
meminggirkan inovasi semakin terbelakang, kesejahteraan
masyarakatnya pun semakin terpuruk.
Perubahan Dunia
Seperti ditulis Iding Chaidir Sekretaris De wan Riset
Nasional (DRN) dalam makalahnya Sistem Pembangun
an Nasional untuk Pembangunan Inkulif (2016) men
jelaskan, peran korporasi yang mengandalkan know ledge
based capital mulai mengemuka, bahkan dalam dataran
tertentu telah menggeser mereka yang berbekal physical
4
capital. Apple, Google (Alphabet Inc.) dan Microsoft ada
lah tiga perusahaan terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi
pasar, dengan nilai sebesar USD 1,56 trilliun atau sekitar
satu setengah kali PDB Indonesia, Perusahaan sejenis lain
nya, seperti Amazon, Facebook, Intel dan Oracle, dengan
cepat menyodok ke papan atas ranking perusahaan dunia.
Korporasi tersebut tidak saja tumbuh dari sisi nilai, tetapi
juga dalam hal pengaruh dan peran dalam kehidupan kese
harian warga dunia.
Teknologi mempunyai kemampuan untuk meng
hasilkan nilai tambah ekonomi yang luar biasa. Ia mampu
meningkatkan efisiensi proses produksi serta memper
cepat diseminasi produk secara cepat,masif dan efisien.
Teknologi juga mempunyai potensi untuk mendemokrati
sasi akses terhadap informasi, produk dan layanan. Infor
masi yang dulu dimonopoli oleh ke lompok tertentu saja,
akibat keterbatasan dan mahalnya akses, saat ini bisa de
ngan mudah diakses oleh warga di seluruh dunia dengan
mudah dan murah.
Berbagai layanan publik dan bisnis yang dulu hanya
bisa dinikmati oleh masyarakat kota, dengan dukungan
teknologi menjadi berpotensi untuk di nikmati oleh me
reka yang tinggal di pulau dan kawasan terpencil. Tekno
logi juga membuat interaksi antara penyedia layanan yang
tadinya cenderung satu arah menjadi dua arah, dampak
nya adalah munculnya layanan yang lebih sesuai kebu
tuhan pengguna. Di era ekonomi berbasis pengetahuan
ini, e-commerce, e-voting, e-government, e-education,
5
e-conference, dan sebagainya, menjadi terminologi yang
akan semakin sering kita dengar.
Karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi glo bal,
kecenderungan membentuk jejaring, menjadikan inovasi
begitu penting. Jika di perusahaan, inovasi berarti mampu
meningkatkan nilai perusahaan yang berujung pada pe
ningkatanprofit.Disebuahorganisasiyanglebihluas,ino
vasi harus berdampak positif pada kehidup an masyarakat.
Artinya, inovasi adalah sesuatu yang baru dan harus ber
manfaat bagi sekitarnya. Jika sekadar baru tidak bisa
disebut oleh inovasi. Karena akan mengubah kualitas ke
hidupan baik organisasi, anggota organisasi ataupun objek
dari organisasi, maka inovasi adalah bagian dari strategi
perubahan (change).
Banten perlu mendorong upayaupaya untuk
mengembangkan inovasi sebagai bagian dari strategi un
tuk meningkatkan daya saing, mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, serta mendorong pemerataan
kemajuan di seluruh Banten. Teknologi telah mengubah
dunia, ia pun kalau dimanfaatkan akan mampu mengubah
Banten ke arah yang lebih baik.
Sejumlah Negara berhasil merubah negaranya berkat
berbagai inovasi, seperti ditunjukan Belanda yang mem
bendung Laut, merubah angin menjadi listrik, Israel me
rubah gurun menjadi daeran pertanian, dan banyak con
tohcontoh inovasi yang mendorong kemajuan. Sebaliknya,
karena ketiadaan inovasi teknologi menjadi peyebab uta
ma stagnasi ekonomi beberapa negara Amerika latin di era
6
70an, termasuk Argentina, terlepas dari begitu besarnya
akumulasi modal yang telah mereka lakukan. Indonesia
masih saja sangat tergantung pada hasil import, termasuk
produkproduk pertanian.
Pengembanan Inovasi di Indonesia
Undangundang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas
Litbangrap Iptek) yang disahkan pada tangal 29 Juli 2002,
merupakan landasan hukum utama untuk memperkuat
daya dukung iptek bagi keperluan mempercepat penca
paian tujuan negara, serta meningkatkan daya saing dan
kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara
dalam pergaulan internasional.
DalamUU18/2002,Ilmupengetahuandidefinisikan
sebagai rangkaian pengetahuan yang digali, disusun dan
dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan
pendekatan tertentu dan dilandasi oleh metodologi ilmi
ah, baik kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk
menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala ke
masyarakatan tertentu. Sementara itu, Teknologi adalah
cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan
dari penerapan dan peman faatan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan ke
butuhan, kelangsu ngan, dan peningkatan mutu kehidupan
manusia.
Sisnas Litbangrap Iptek berfungsi membentuk pola
7
hubungan yang saling memperkuat antara unsurunsur
penguasaan, pemanfaatan dan pemajuan iptek dalam
suatu keseluruhan yang utuh. Unsurunsur sistem ini ter
diri atas (1) kelembagaan iptek, (2) sumberdaya iptek, dan
(3) unsur jaringan iptek. Unsur Kelembagaaan iptek terdiri
dari sub unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan
usaha, dan lembaga penunjang. Unsur Sumber daya Ip
tek terdiri atas keahlian, kepakaran, kompetensi manusia
daa pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan infor
masi, serta sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan unsur Jaringan Iptek merupakan
jalinan hubungan interaktif yang memadukan unsurun
sur kelembagaan iptek.
Pemerintah berfungsi menumbuhkembangkan moti
vasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan
iklim yang kondusif bagi perkembangan Sisnas Litbangrap
Iptek di Indonesia. Dalam melaksanakan fungsi tersebut
pemerintah wajib merumuskan arah, prioritas utama, dan
kerangka kebijakan pemerintah di bidang iptek yang ditu
angkan dalam Jakstranas Iptek. Untuk merumuskan ini,
pemerintah membentuk Dewan Riset Nasional.
Meskipun disebut sebagai Sisnas Litbangrap Iptek,
konsep yang terkandung dalam UU 18/2002 sebenarnya
adalah Sistem Inovasi yang berkembang sejak seperempat
abadyang lalu.Definisisisteminovasidituangkandalam
sudut pandang yang berbeda oleh Freeman (1987), Lund
vall (1992), Nelson dan Rosenberg (1993), Metcalfe (1995),
OECD (1999), Elquist (2001) dan Arnold et.al.(2001). Dari
8
sekian sudut pandang para pa kar dapat disintesisikan se
cara konseptual bahwa Sistem Inovasi adalah suatu kesa
tuan dari sekumpulan entitas pelaku (aktor), kelembagaan,
jaringan, hubungan, interaksi, dan proses produktif yang
mempengaruhi arah perkembangan inovasi dan difusinya,
sertaprosespembelajarannya(Taufik,2005).
DalamUU18/2002,istilahinovasisendirididefinisi
kan sebagai kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau
perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan
praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau
cara baru untuk menerapkan iptek yang telah ada ke dalam
produk atau proses produksi.
Konsep Sistem Inovasi Nasional baru secara eks plisit
disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Me
nengah Nasional 20102014 Bidang Iptek. Dalam buku
tersebut diuraikan bahwa strategi pembangunan Iptek di
laksanakan melalui dua prioritas pemba ngunan yaitu: (1)
Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang berfungsi
sebagai wahana pembangunan Iptek menuju visi pem ba
ngunan Iptek dalam jangka panjang, dan (2) Peningkatan
Penelitian, Pengembangan, dan Pene rapan Iptek (P3 Iptek)
yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan da
lam RPJPN 20052025. Selanjutnya strategi pembangun
an Iptek ini dijabarkan ke dalam kerangka pembangun an
Iptek sebagaimana dalam gambar
9
Gambar : Kerangka Pembangunan Iptek Nasional (Sumber Iding;2015).
Dalam kerangka pembangunan iptek tersebut dapat
dilihat bahwa penguatan sistem inovasi nasional ditujukan
untuk mencapai sasaran menguatnya kelembagaan iptek,
sumberdaya iptek, dan jaringan iptek. Apabila dibanding
kan dengan konsep sistem inovasi nasional di beberapa
negara, sasaran yang ingin dicapai pada umumnya adalah
terciptanya sistem yang me ni ngkatkan kualitas hidup dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangun
an sistem inovasi nasional sebagaimana diuraikan dalam
RPJMN lebih untuk memperkuat wahana pembangunan
iptek. Dengan demikian secara konseptual, konsep sistem
inovasi nasional dalam RPJMN masih perlu penyempur
naan.
10
Pembangunan Inklusif
Istilah pembangunan inklusif sering disampaikan
oleh pimpinan negara dalam berbagai kesem patan pida
to. Pembanguan inklusif secara umum diartikan sebagai
oposit dari pembangunan eksklusif, yaitu pembangunan
yang hanya menguntungkan kelompok eksklusif tertentu
saja. Kesadaran mengenai pentingnya pembangunan in
klusif timbul setelah melihat realitas bahwa pemba ngunan
nasional yang telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi
(growth) yang cukup tinggi tidak sepenuhnya dinikmati
oleh kelompok miskin di pedesaan atau di daerah kumuh
perkotaan. Meskipun ekonomi tumbuh pesat, namun jum
lah masyarakat di bawah garis kemiksinan tidak banyak
berkurang.
Dalam RPJMN 20102014 Buku I Bab V Kerangka
Ekonomi Makro, pemerintah secara eksplisit menyebut
kan pentingnya pembangunan ekonomi yang in klusif dan
berkeadilan. Dijelaskan bahwa pembangunan ekonomi
yang eksklusif menyertakan semua ke lompok masyarakat
dan golongan serta masyarakat yang ber ada di wilayah
wilayah yang terpencil dan terisolasi. Pembangunan yang
inklusif dan berkeadilan juga dicerminkan dari segi proses
perumusan kebijakan dan implementasinya, yaitu harus
melibatkan para pemangku kepentingan untuk dapat ber
peran aktif dan bekerjasama dengan membangunkonsen
sus pemihakan kepada masyarakat yang masih tertinggal.
Kebijakanyangafirmatifharusdijalankanuntukmengata
si kesenjangan, ketertinggalan, maupun kemiskinan yang
11
masih mewarnai kehidupan sebagian besar bangsa Indo
nesia.
Inovasi untuk Pembangunan Inklusif
Telah dijelaskan bahwa sistem inovasi nasional ada
lah sistem interaksi antara unsur kelembagaan iptek yang
diarahkan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam lingkup nasional. Interaksi antara unsur
tersebut secara keseluruhan bertujuan untuk mengem
bangkan, proteksi, membiayai, atau regulasi ilmu penge
tahuan dan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas
hidup dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Namun implementasi konsep sistem inovasi nasional
khususnya di Indonesia terkesan masih lebih ditujukan
pada kepentingan pertumbuhan ekonomi. Inovasi yang
dikembangkan masih ditujukan untuk kepentingan sektor
industrikarenalebihsignifikandalammenghasilkanper
tumbuhan ekonomi. Inovasi yang diarahkan dalam ben
tuk teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat
lapisan bawah masih belum dibina secara baik dan seakan
diserahkan kepada mekanisme pasar.
Kurangnya keberpihakan terhadap pengem bang an
inovasi untuk masyarakat kecil terlihat dalam pe lak sanaan
PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)
yang secara masif dilaksanakan oleh peme rintah. Sukses
pelaksanaannya lebih ditentukan oleh keberhasilan dalam
melakukan rekayasa sosial dan pengembangan kegiatan
ekonomi dan belum bertumpu pada unsur teknologi. Se
12
harusnya kegiatan ini kental dengan inovasi teknologi yang
mampu memberikan suntikan nilai tambah yang lebih
tinggi, sehingga pe ningkatan kesejahteraan masyarakat
dapat dipacu secara lebih cepat.
Secara umum dapat dilihat bahwa unsur ilmu penge
tahuan, teknologi dan inovasi (STI) belum terlibat ba nyak
dalam pembangunan inklusif. Pengembangan sistem
inovasi nasional perlu dilaksanakan tidak hanya untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi (industri), tetapi juga
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Un
tuk itu diperlukan penguatan kelembagaan riset yang
mampu menghasilkan teknologi masyarakat (tepat guna),
dukungan sumber daya yang memadai untuk terciptanya
teknologi masyarakat, dan jaringan yang mantap baik
antar lembaga riset mapun lembaga riset dengan pelak
sana pembangunan inklusif.
Dalam tataran regional (propinsi dan/atau kabupa
ten), pemerintah telah mengembangan konsep Sistem Ino
vasi Daerah (SIDa) yang merupakan turunan dari Sistem
Inovasi Nasional (SINas) dalam tingkat regional. Dalam
kerangka SIDa yang relatif berlingkup lebih kecil, kedeka
tan antara unsur teknologi dengan proses pemberdayaan
masyarakat secara inklusif lebih mudah dikembangkan.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan
jaringan yang erat antara unsur penyedia teknologi dan
pengguna teknologi melalui peran fasilitator dilapangan.
Dalam tataran perencanaan sebagaimana Dewan
Riset Nasional dapat banyak berperan, tugas yang harus
13
diselesaikan adalah bagaimana mendorong agar Agenda
Pembangunan Iptek perlu secara seimbang mengembang
kan iptek untuk industri (orientasi ekonomi) dan iptek
untuk masyarakat (orientasi sosial). Universitas sebagai
salah satu unsur kelembagaan iptek dapat berperan seba
gai penghasil iptek (litbang) sekaligus pe nerap hasil iptek
dilapangan (pengabdian masyarakat).
Agenda Riset Nasional sebagai salah satu output
DRN disusun untuk memberikan arahan pada pengem
bangan iptek dalam bidang (1) Pangan dan pertanian, (2)
Energi, (3) Transportasi, (4) TIK, (5) Kesehatan dan Obat,
(6) Hankam, (7) Material Maju, dan (8) Sosial Humaniora.
Agenda riset yang bersentuhan langsung dengan topik ino
vasi untuk pembangunan inklusif ter utama dilaksanakan
dalam komisi pangan, kesehatan dan sosial humaniora.
Selain itu, semangat pembangun an iptek pada Agenda
Riset nasional ditekankan pada kemanfaatan dan kon
tribusi hasilhasil iptek yang ditekankan pada 3 hal yaitu
(1) peningkatan kesejahteraan masyarakat, (2) kesadaran
akan potensi kelautan, dan (3) berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.
Bagaimana dengan Banten?
Untuk mewujudkan budaya inovasi di Banten, ada
begitu banyak prakondisi. Dengan memotret kondisi Ban
ten saat ini, kita bisa mengukur seberapa siap Banten un
tuk menjadikan inovasi sebagai pendorong pembangunan.
Prakondisi itu bisa dilihat, dengan melihat kepentingan
14
inovasi untuk mempercepat pembangunan di Banten.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Me
nengah Nasional (RPJMN) 20152017, sesuai dengan
Peraturan Presiden (Perpres) No 2 Tahun 2105, ada 12
proyek strategis nasional di Banten, diantaranya pemba
ngunan infrastruktur jalan tol SerangPanimbang sepan
jang 83,6 Km, jalan tol KunciranSerpong 11,9 Km, Tol
SerpongCinere 10,14 Km, tol SerpongBalaraja sepanjang
30 Km.Selain itu proyek pembangunan sarana prasarana
kereta api dalam kota yakni kereta api ekspres Soekarno
HattaSoedirman, pembangunan bandara Banten Selatan
di Panimbang, pembangunan terminal LPG Banten kapa
sitas 1 juta ton/tahun, energi asal sampah di Tangerang,
Waduk Karian dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tan
jung Lesung.
Sementara itu, di Banten berdiri sejumlah Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dan ratusan Perguruan Tinggi Swasta
(PTS). Universitas atau Perguruan Tinggi yang berada di
Banten, antara lain Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Ciputat Banten, Universitas Negeri Tirta yasa
(Untirta) SerangBanten, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) SerangBanten, Sekolah Tinggi Administrasi Ne
gara (STAN) BintaroBanten. Kampus swasta, sebut saja,
Universitas Multimedia (UMN) German Swiss University,
Universitas Pelita Harapan, Universitas Muhamadiyah
Tangerang, Univeritas Banten Jaya, Universitas Serang
Raya, sampai Universitas Matla’ul Anwar. Selain itu berdi
ri pula lembaga penelitian Puspitek Serpong, Banten.
15
Prof Dr Dodi Nandika (2016), Wakil Ketua DRD
Banten menyatakan, terdapat sebelas langkah untuk men
dorong budaya inovasi. Kebijakan pemba ngunan berbasis
inovasi, penguatan kelembagan iptek, pemetaan potensi
bio-fisik, sosial ekonomi, budaya, penentuan program
inovatif (champion program), pe nguatan kolaborasi/net
working kelembagaan (ABGC), penguatan budaya inovasi,
klasterisasi industri, pemberian intensif, pengembangan
pusat informasi dan basis data, pe ningkatan standar mutu
dan standar sertifikasi, pengembangan industri; turunan
terkait dan pendukung.
Inovasi yang dilakukan terlebih dahulu melihat, po
tensiBantensecarahistoris,geografis,demografis,sosio-
logis, ekonomi, budaya politik. Inovasi dilakukan dengan
melibatkan Perguruan Tinggi, industri dan pemerintah.
Inovasi nanti menjadi kekuatan pendorong ekonomi Ban
ten. Salah satu jalan untuk meningkatkan budaya inovasi
adalah dengan penguatan kelembagaan iptek, beberapa
contoh yang bisa dilakukan antara lain; pembangunan Sci
ence Tecno Park, Kampung/Desa Inovatif, pengembangan
agro forestry, komuditas ung gulan, pengembangan start-
up company, incubator bisnis di setiap perguruan tinggi,
Teaching factory, Anu grah riset unggulan.
a. Kebijakan dan Penguatan Kelembagan Iptek
Pembangunan di Banten saat ini, belum sepenuhnya
berdasarkan inovasi. Sampai saat ini Banten belum memi
liki pakaian resmi, simbol Banten juga sering tertukar
16
tukar, apakah Badak cula satu atau menara Banten? Apa
dampak pembangunan KEK Tanjung Lesung, terutama
bagi masyarakat sekitar. Sementara itu, para petani di Ban
ten, masih melakukan tanam dan panen dengan caracara
tradisional, sehingga kesejahteraan para petani di Banten
pun tak meningkatmeningkat, masih banyak yang hidup
di bawah garis kemiskinan.
Sebagai strategi perubahan, inovasi harus menjadi
budaya (culture) atau rutinitas bagi organisasi. Jika inova
si sebagai strategi perubahan sudah menjadi culture, maka
organisasi tersebut akan dinamis dan akan menuju ke arah
yang lebih baik. Organisasi yang secara terus menerus
melakukan inovasi maka akan mampu meng hadapi tan
tangan dan menangkap peluang di lingku ngan eksternal
maupun internal. Salah satu faktor penting inovasi adalah
kepemimpinan. Berjalan tidaknya sebuah inovasi atau pe
rubahan akan ditentukan dari kemauan dan kemampuan
dari pemimpinnya.
Seiring kebijakan otonomi daerah, tentu kesem patan
berinovasi semakin terbuka luas. Desentralisasi telah me
lebarkan peluang bagi kepala daerah sebagai pemimpin
organisasi wilayah untuk melakukan inovasi. Lebih bebas
menentukan anggaran, lebih bebas untuk menentukan
kebijakan pembangunan, atau bahkan lebih bebas untuk
memilih pihakpihak untuk mendukung strategi inovasi
yang akan atau sedang dijalankan. Gubernur Banten, ha
rus menangkap peluang ini, untuk mengembangkan bu
daya inovasi.
17
b. Penguatan Kolabarosi/Networking
Alfa Amirrahman (2016), salah seorang peneliti Un
tirta, menyatakan, berbicara kultur peneliti, tidak ada
hubungan yang sinergis antara pembuat kebijakan dengan
para peneliti. Jadi, sudah seharusnya antara institusiin
stusi riset seperti perguruan tinggi melakukan kerjasama
dengan pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan
riset daerah.
Institusiinstitusi riset mengirimkan inovasiinovasi
yang relevan dengan kondisi daerah. Tantangan yang di
hadapi adalah, seringkali kebijakan yang dilakukan peme
rintah tidak berhubungan dengan riset, karena seringkali
kebijakan yang bersifat politis yang lebih dikedepankan.
Harus ada yang menjembatani; kenyataan dan harapan
yang terjadi. Strategi itu penting untuk dibangun atau pa
ling tidak diperbaiki, sehingga instusi atau lembaga riset
seperti Perguruan Tinggi, Lembawa Swadaya Masyarakat
yang terbiasa dengan budaya riset, maupun individu pe
neliti, bisa melakukan riset yang hasilnya bisa dimanfaat
kan oleh pengambil kebijakan. Riset bisa dilakukan secara
berkesinambu ngan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.
Para periset mengirimkan hasilhasil penelitian me
reka, ke pejabatpejabat terkait. Para periset harus siap
untuk mempertanggungjawabkan hasilhasil riset mereka
di depan para pejabat, mempublikasikan hasilhasil riset,
dan berbagai upaya lain untuk membuka mata para peja
bat dan menambah pengetahuan masyarakat tentang hasil
18
riset yang telah dilakukan. Para periset harus jujur kele
mahankelemahan hasil riset dan memadukannya dengan
kekuatankekuatan yang ada.
c. Budaya dan Pendanaan Riset
Beberapa indikator yang menunjukan bahwa peme
rintah mempunyai perhatian terhadap riset, salah satunya
dengan memberikan pendanaan. Sampai saat pendanaan
untuk riset memang masih sangat kecil, Dengan penduduk
lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia hanya memproduksi
270 publikasi yang diterbitkan di jurnal ilmiah interna
sional (tahun 2011), serta hanya menghasilkan 663 patent
setiap tahunnya. Indonesia juga memiliki jumlah peneliti
penuh waktu yang sa ngat terbatas, hanya 90 untuk setiap
satu juta penduduk. Dengan anggaran riset dan pengem
bangan yang kecil (0.08 persen dari PDB), jauh lebih ren
dah dari negara tetangga termasuk Filipina dan Vietnam,
upaya mengejar ketertinggalan semakin tidak mudah.
Dalam rangka meningkatkan daya saing, pemerintah
Banten harus berani memberikan pendanaan bagi para
periset, diantaranya memberikan dana; untuk meningkat
kan kapasitas para peneliti di Banten, memberikan dana
untuk penelitian, memberikan penghargan bagi para pe
neliti melalui anugrah riset, dan sejumlah dorongan lain
untuk mengembangkan penelitian di Banten.
Para pengusaha yang ada di Banten, perlu juga dili
batkan, dukungan pendanaan juga bagaimana riset itu,
bisa dimanfaatkan pengusaha untuk mengembangkan
19
usaha mereka. Sudah begitu banyak hasilhasil riset yang
bisa dimanfaatkan oleh pengusaha. perusahaan sekaliber
Philips di Belanda menjalin kemitraan stra tegis dengan
Technische Universiteit Eindhoven (TUE) dalam bidang
inovasi digital, tentu tidak mungkin TUE mau bekerjasa
ma, kalau tidak ada keuntungan yang mereka dapatkan.
d. Penguatan Basis Data
Sampai saat ini, baru Badan Pusat Statistik (BPS)
yang dianggap memiliki statistik yang akurat dan tepat.
Datadata yang dimiliki oleh daerah, seringkali susah dida
patkan, atau kalau pun ada tidak sesuai antara satu lem
baga dengan lembaga yang lain. Pemerintah daerah harus
melakukan penguatan basis data, sehingga data bisa cepat
didapat. Sehingga persoalanpersoalan yang ada di daerah
tersebut, bisa diketahui oleh pengambil kebijakan. Data
data itu juga memudahkan para pene liti untuk melakukan
penelitian.
Hasilhasil penelitian juga perlu dimasukan ke da
lam basis data. Sehingga, data yang ada bisa dimanfaatkan
oleh pihakpihak berkepentingan. Sampai saat ini, sejum
lah kampus di Banten, juga sudah melakukan penelitian.
Banyak diantara penelitian itu, berkaitan dengan Banten.
Namun, hasilhasil riset yang telah dilakukan belum terdo
kumentasikan dengan baik.
20
e. Pengembangan Start-up Company
Aspek pendanaan bagi start-up company merupakan
faktor penting berkembangnya inovasi. Di Indonesia, pen
danaan masih didominasi oleh bank komersial yang men
syaratkan kinerja masa lalu sebagai persya ratan kredit;
dengan kata lain, start-up bukan merupakan klien yang
menjadi target mereka.
Sementara itu, alternatif sumber pendanaan se perti
modal ventura masih belum populer. Pasar modal Indo
nesia juga belum memfasilitasi perusahaan kecil untuk
mendapatkan pendanaan dari masyarakat melalui IPO.
Beberapa start-up mendapatkan dukungan penda naan
dari private equity atau pun wealthy individuals, tetapi
tidak melalui cara yang sistematis; artinya, hanya sedikit
start-up yang terfasilitasi.
Pemerintah Banten harus mendorong start-up com-
pany, terutama yang berbasis inovasi. Se hingga, perusa
haanperusahaan yang berbasis inovasi bisa berkembang,
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pemerintah
bisa menyelenggarakan, se perti lomba startup company
berbasis inovasi.
f. Strategi dan Peran Pemerintah Banten
Melalui berbagai kebijakan, pemerintah Banten
harus mendorong budaya inovasi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing
pemerintah daerah. Pemerintah harus melakukan peru
21
musan dan menetapkan kebijakan, melakukan percon
tohan inovasi, dan memfasilitasi pengembagan kapasitas
untuk melakukan inovasi.
Melakuan penguatan lembaga IPTEK, dengan mem
beri dukungan pada Perguruan Tinggi, untuk melakukan
riset. Membuka ruangruang diskusi de ngan para peneliti.
Anugrah riset harus diselenggarakan, bukan hanya seke
dar memberi penghargaan tapi juga melihat risetriset
ung gulan yang telah dikerjakan, oleh lembaga riset yang
ada di Banten.
Pada lembaga pemerintahan, penting untuk menem
patkan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang)
bukan sekedar lembaga tempat orang atau pegawai bua
ngan, namun sebagai lembaga strategis untuk melahirkan
programprogram unggulan. Riset tidak bisa dilakukan
hanya sekedar menggugurkan kewajiban, apalagi berbasis
pada anggaran proyek, yang harus dihabiskan. Pemerin
tah harus membukakan jalan para periset lokal, bukan ha
nya mencari jalan pintas, bekerjasama dengan Perguruan
Tinggi atau institusi di luar Banten.
DRD, sebagai lembaga nonstruktural yang memiliki
tanggungjawab untuk mengembangkan budaya riset di
Banten, paling tidak sudah membuka diri. Mengutip apa
yang dikatakan, oleh Ketua DRD Banten H.M Tihami, DRD
diistilahkan sebagai padepokan silat, banyak padepokan
padepokan diluar, alangkahnya baiknya kalau digabung
menjadi padepokan besar. Jejaring dan kerjasama penting
dilakukan, bukan hanya sekedar menyamakan persepsi
22
masyarakat riset, namun juga bagaimana agar riset itu bisa
termanfaatkan secara optimal.
Pengembangan budaya inovasi di daerah harus didu
kung oleh reformasi birokrasi, dimana reformasi birokrasi
mencakup organisasi pemerintah yang tepat fungsi dan
tepat ukuran, mental aparatur dimana terciptanya bu
daya kerja positif yang melayani bersih dan akuntabel,
pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokra
si, sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif dan
efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance, regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tin
dih dan kondusif, SDM aparatur yang berintegritas, netral,
kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan se
jahtera, meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang
bebas KKN.
Salah satu perkembangan yang cukup maju dalam
mendukung reformasi birokrasi di Banten, adanya ker
jasama dengan Komisi Pemberantaasan Korupsi (KPK),
dimana KPK melakukan pembinaan dan supervisi, untuk
meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan di Banten
yang lebih baik.
Rekomendasi
Dalam rangka Pembangunan Berbasis Riset untuk
Melahirkan ProgramProgram Unggulan di Provinsi Ban
ten, halhal penting yang perlu dilakukan adalah: Riset
harus menjadi basis pembangunan Provinsi Banten yang
23
berdaya saing dan berkelanjutan, termasuk dalam proses
perumusan kebijakan dan pengangg aran. Pemerintah ha
rus menyediakan anggaran untuk riset, pengelolaan data,
informasi dan pengetahuan, pe ng e lolaan Sumber Daya
Manusia (SDM), pengukuran ki nerja.
Langkahlangkah yang seyogyanya dilakukan oleh
pemerintah untuk membangun riset dan inovasi di dae rah
yaitu: Penguatan kelembagaan IPTEK. Pemetaan potensi
Bio-fisik,SosialEkonomidanBudaya.PenentuanProgram
Inovatif (“Champion” program). Pengu atan Kolaborasi/
networking kelembagaan (ABGC). Pengu atan budaya in
ovasi. Klasterisasi industri. Pemberian intensif bagi pe
neliti/periset. Pengembangan pusat data dan informasi.
PeningkatanstandarMutudanSertifikasi.Pengembangan
industri: Turunan, Terkait dan Pendukung.
Pemerintah perlu mengadakan kegiatankegiatan
yang mendukung penguatan sistem inovasi daerah, dian
taranya: Pembangunan Science Techno Park. Kampung/
Desa Inovatif. Anugrah Riset Unggulan. Pengembangan
Agroforestry berbasis komoditas unggulan lokal. Pengem
bangan Inkubator Bisnis di setiap Perguruan Tinggi, ter
masuk Start up Company. Teaching Factory di beberapa
Sekolah Menengah khususnya SMK unggulan. Kerjasama
dan penguatan lembagalembaga riset yang ada di Ban
ten perlu ditingkatkan. DRD Provinsi Banten diharapkan
menjadi simpul para peneliti di Banten.
Hasilhasil penelitian diharapkan bisa diakses dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Proyekproyek strategis,
24
termasuk 12 proyek nasional yang sedang dan akan segera
dibangun di Banten, harus didukung oleh riset, sehingga
pembangunan proyek nasional tersebut bisa berjalan op
timal. Pembangunan daerah harus berdasarkan riset, dan
ini terletak dari keberanian pemimpin untuk melaksa
nanya.[]
*Tulisan ini dirangkum dan dikembangkan dari
makalah dan masukan dalam Forum Riset Daerah (FRD)
2016 dan hasil tindak lanjut. Makalah disampaikan oleh:
R. Alfa Amirrachman. Research-Base Policy Bridiging The
Gap Betwen Researchers And Policy Makers. Iding Chaid
ir. Sistem Inovasi Nasional Untuk Pembangunan Inklusif.
Dodi Nandika. Penguatan Sistem Inovasi dalam Mendu-
kung Pembangunan Banten.
25
Peta Potensi Riset di Banten
Abdul Hamid
Sudah jamak diketahui bahwa riset adalah fakor
penting untuk mengungkit kemajuan sebuah
Bangsa, Daerah atau sebuah komunitas. Negaranegara
yang maju mengalokasikan dana riset secara serius. In
donesia dalam RAPBN 2018 hanya mengalokasikan dana
riset sebesar Rp.23 triliun atau 0.23% dari PDB, sementara
negara tetangga, Malaysia mengalokasikan 2.8% dari PDB
atau sebesar 150 triliun (Koran tempo, 2 November 2017).
Dari data tersebut, tidak heran jika prestasi atau
produktivitas riset peneliti Indonesia misalnya, ter tinggal
dari Malaysia. Jika diperbandingkan dengan beberapa
negara di Asia tenggara, nampaknya Indonesia masih ter
tinggal, walaupun trennya naik.
26
Malaysia yang seringkali dijadikan benchmark, jauh
lebih produktif dengan menghasilkan karya ilmiah seba
nyak 28.546 di tahun 2016. Pada tahun yang sama, jumlah
karya ilmiah dari Indonesia yang terekam oleh ScimagoJr
sebanyak 11470, kurang dari setengahnya Malaysia. Walau
pun tentu saja gap ini sudah jauh lebih baik dibandingkan
situasi tahun 2012 dimana produksi karya ilmiah Indone
sia sekitar sepertujuhnya Malaysia.
Jika kita melakukan perbandingan kasar antara jum
lah artikel dengan jumlah dosen di Indonesia yang seba
nyak 274.229, maka satu dosen hanya menghasilkan 0.04
artikel. Jika dibandingkan dengan jumlah do sen di Ma
laysia sebanyak 31.877 (MOHE, 2015), maka setiap dosen
menghasilkan 0.9 artikel atau nyaris satu dosen satu ar
tikel.
Maka wajar juga jika kemjuan Malaysia dan nega ra
negara yang serius dalam risetnya juga tercermin dalam as
pek yang lebih nyata, seperti infrastruktur, perkemba ngan
27
ekonomi, penanggulangan kemiskinan, dan lainlain.
Nah bagaimana di level lokal, khususnya di Banten?
Banten sebagai sebuah Provinsi yang berjarak tidak
jauh dari Jakarta, sesungguhnya memiliki potensi keung
gulan yang jarang dihitung, yaitu potensi institusi riset
yang ada di lamanya. Institusi riset tentu saja selain meng
hasilkan riset juga memiliki sumber daya unggul yang
menggerakkan risetnya, baik lembagalembaga riset mau
pun perguruan tinggi. Tulisan ini merupakan pemetaan
awal potensi riset di Banten yang seharusnya berkorelasi
dengan potensi Banten untuk menjadi Provinsi Unggulan.
1. Peta Institusi Riset di Banten
Di Banten, terdapat berbagai lembaga kelitbangan
baik negeri maupun swasta, khususnya di Tangerang.
Terbesar tentu Kawasan Puspitek Serpong yang mensiner
gikan pusatpusat penelitian milik LIPI, BATAN, BPPT,
dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup se
luas 350 hektar di Tangerang Selatan. (http://puspiptek.
ristekdikti.go.id/)
Berikut rincian unitunit penelitian yang terdapat di
Puspitek Serpong:
a. Unit LIPI
1. Pusat Penelitian Metrologi (P2M)
2. Pusat Penelitian Fisika (P2F)
3. Pusat Penelitian Kimia (P2K)
4. Pusat Penelitian SIstem Mutu dan Teknologi
28
Pengujian(P2SMTP)
5. Pusat Penelitian Material dan Metalurgi (P2MM)
b. Unitunit BPPT yang berada di kawasan Puspiptek
1. Balai Teknologi Mesin Perkakas, Teknik Produksi
dan Otomatisasi (BTMEPPO)
2. Pusat Teknologi Industri dan Sistem Informasi
(PTIST)
3. Pusat Teknologi Industri Manufaktur (PTIM)
4. Pusat Teknologi Industri Pertahanan
dan Keamanan (PTIPK)
5. Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP)
6. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
(PTIK)
7. Sentra Informasi Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEKNET)
8. Pusat Teknologi Pengembangan Sumber
Daya Mineral (PTSDM)
9. Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan Wilayah
dan Mitigasi Bencana (PTSDLWMB)
10. Pusat Pengkajian dan penerapan Teknologi
Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA)
11. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lingkungan (P3TL)
12. Balai Teknologi Lingkungan (BTL)
13. UPT Hujan Buatan (UPTHB)
14. Balai Survei dan Kelautan (BTSK)
15. Pusat Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)
29
16. Pusat Teknologi Pengembangan Sumber
Daya Energi (PTPSE)
17. Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi
Teknologi (P2IT)
18. Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi
Teknologi (P2KDT)
19. Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan
Day Saing (P3DS)
20. Pusat Audit Teknologi (PAT)
21. Balai Inkubator Teknologi (BIT)
22. Laboratorium Pengembangan Teknik Industri
Agro & Biomedika (LAPTIAB)
23. Balai Pengkajian Bioteknologi (BP Biotek)
24. Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa
Desain (BTB2RD)
25. Balai Teknologi Polimer (BTP)
26. Balai Teknologi Termodinamika, Motor
dan Propulsi (BT2MP)
27. Balai Besar Teknologi Kekuatan
Struktur (B2TKS)
28. Balai Besar Teknologi Aerodinamika,
Aeroelastika dan Aeroakustika (B2TA3)
29. Balai Besar Teknologi Energi (B2TE)
30. Pusat Data, Informasi dan Standardisasi (PDIS)
c. Unitunit BATAN yang berada di kawasan
Puspiptek :
1. Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM)
30
2. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN)
3. Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor
Nuklir (PTKRN)
4. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR)
5. Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN)
6. Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka
(PTRR)
7. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG)
8. Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan
Strategis Nuklir (PPIKSN)
9. Pusat Standardisasi Mutu Nuklir (PSMN)
d. Unitunit Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) yang berada di kawasan
Puspiptek :
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas
dan Laboratorium Lingkungan
2. Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan
Generasi Lingkungan
Di lama resmi Puspiptek berperan menjadi Pusat
Iptek dan Inovasi Kelas Dunia adalah sebagai : 1). Pusat
Penguasaan dan Pengembangan Iptek nasional (center of
excellence). 2) Pusat Pelayanan Pengembangan Produk
Produk nasional. 3) Pusat alih teknologi dan Pusat Infor
masi Iptek (advokasi teknologi, pelayanan teknologi, difusi,
diseminasi, komersialisasi teknologi). 4) Pusat pengem
bangan kewirausahaan (enterpreneurship) dan inkubasi
31
industri baru/UKMK berbasis teknologi (inkubator bisnis
teknologi, klaster inovasi). 5) Pusat pendidikan dan latihan
untuk SDM industri.
Secara sederhana, keberadaan berbagai lembaga
riset di Pispitek ini tentu saja membuka kesempatan bagi
Provinsi Banten untuk lebih berkembang. Selama ini bisa
diduga bahwa kehadiran para periset yang tentu saja ber
pendidikan tinggi, master atau doktor, ikut mendongkrak
IPM Tangerang Selatan sehingga jauh me ninggalkan dae
rahdaerah lain di Provinsi Banten. IPM Tangerang Sela
tan tertinggi di Banten sebesar 80.11, sementara terendah
terdapat di Lebak sebesar 62.78. (BPS Banten, 2017)
Tentu saja kita berharap kontribusinya bisa lebih
dari sekedar kontribusi angka statistik saja. Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten Kota seharusnya memiliki ke
mauan untuk merangkul dan memanfaatkan institusi riset
sesuai kebutuhan daerah masingmasing. Sementara itu,
belum ada sinergi antara berbagai lembaga riset, baik yang
berada di perguruan tinggi maupun pusatpusat riset se
perti yang berada di Kawasan Puspitek Serpong,
2. Potensi Perguruan Tinggi
Potensi Riset lain adalah perguruan tinggi. Sebe
tulnya, di Banten terdapat cukup banyak lembaga pendidi
kan tinggi. Tercatat dalam forlap.ristekdikti.go.id (2017)
sebanyak 188 PTN/PTS di bawah kementerian riset dan
pendidikan tinggi. Belum ditambah sebanyak 21 PT di
bawah kementerian agama (diktis.kemenag.go.id, 2017).
32
Sumber: forlap.dikti.goid, diktis. Kemenag.go.id, 2017
Potensi perguruan tinggi dalam bidang riset amatlah
besar. Salah satu tugas utama perguruan tinggi dalam tri
dharma perguruan tinggi adalah melaksanakan riset. Peta
dan potensi riset perguruan tinggi bisa dilihat dari Ren
cana Induk Penelitiannya (RIP). Pada bulan Oktober 2017,
Dewan Riset Daerah mengundang empat perguruan tinggi
menyampaikan Rencana Induk Penelitiannya (RIP).
1. UIN SMHB Banten
Visi dari LP2M UIN SMHB (Tertulis dalam dokumen
IAIN SMH Banten) adalah Menjadi Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat yang unggul, kompetitif, ko
munikatif, dan progresif, diperhitungkan dalam tingkat
lokal, nasional, dan internasional.
Misinya sebagai berikut: Meningkatkan tingkat read-
ership (sebaran pembaca) hasil penelitian civitas acade-
mica IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Membuat
jejaring kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat
tingkat nasional dan internasional. Mendo rong tumbuhnya
jurnaljurnal di IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
dengan akreditasi nasional dan internasional. Memfasili
33
tasi civitas academica dalam jasa consultancy di bidang
penelitian dalam konteks mitra kerja dengan berbagai
lembaga (negara) dan swasta tingkat kabupaten, kota,
provinsi di Banten dan di seluruh Indonesia
Selanjutnya, membangun data base hasilhasil pe
nelitian. Mendorong munculnya pusatpusat kajian baru
dalam konteks rumpun ilmu di IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. Menjadi public relation IAIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten yang unggul dan komunikatif
dengan masyarakat di dalam dan luar negeri. Membentuk
jejaring keilmuan dengan akademisi dalam dan luar negeri.
Membudayakan tradisi penulisan akademik dalam bahasa
Asing. Melakukan kegiatan pengabdian yang sistematis,
terencana, berkesinambungan, dan berdampak pada pe
rubahan yang empiris dan terukur.
Kemudian, memperluas wilayah pengabdian tidak
hanya di Banten tapi di berbagai tempat di Indonesia dan
Luar Negeri. Memperluas sasaran pengabdian, tidak hanya
berorientasi masyarakat perdesaan, tetapi juga masyarakat
lain yang lebih luas. Memfasilitasi civitas academica agar
mampu bertindak sebagai pengembang masyarakat. Me
libatkan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat yang
berbasis penelitian lapangan.
34
Publikasi Ilmiah Skala Nasional dan Internasional Tahun 2013-2015
Sumber: RIP IAIN SMH Banten 2015
Terlihat bahwa tidak semua penelitian menghasilkan
output publikasi. Sebagian besar ouptut publikasi juga ber
ada di level nasional, hanya 0.61% di tingkat internasional.
Padahal dilihat dari potensi dosen, IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten memiliki dosen sejumlah 197 orang.
KualifikasipendidikandosenIAINSultanMaulanaHasa
nuddin Banten adalah dosen de ngan pendidikan Strata
Tiga (S3) sebanyak 61 orang, dosen dengan pendidikan
Strata Dua (S2) sebanyak 133 orang, sedangkan dosen
yang sedang melanjutkan S2 sebanyak 3 orang.
Dalam paparan di DRD, ketua LP2M UIN SMH Ban
ten menyampaikan beberapa catatan penting:
1. Terdapat beberapa problematika penelitian di UIN
Serang, antara lain kapasitas peneliti dan kendala
bahasa.
2. Dari aspek dana, dana mulai berlimpah
dari Kementerian Agama namun terkendala
kewajiban output di Jurnal Internasional serta
pelaporan dana yang amat merepotkan.
3. Kekuatan penelitian UIN ada di Kajian
35
SosialBudayaAntropologi dengan
Lab Bantenologi dan juga Jurnal Kawalu
yang diatergetkan menjadi Jurnal Internasional.
4. RIP menunggu juknis dari Kemenag sehingga
penyusunannya dihentikan untuk sementara
waktu.
5. Konribusi UIN SMH Banten terdapat di kajian
sosial, budaya, sosiologi dan antropologi,
seperti kajian rumah khas Banten dan busana
khas Banten.
2. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTIRTA)
Rencana Induk Penelitian (RIP) Untirta berada di
penghujung, karena berada dalam periode 20132017. Visi
LPPM Untirta adalah: “Menjadi lembaga utama dalam
riset inovatif dan pengabdian kepada masyarakat demi
terwujudnya Untirta yang maju, bermutu, dan berkarakter
dalam kebersamaan”.
Visinya sebagai berikut: Mengkoordinasikan, me
rencanakan, melaksanakan, memantau, menilai serta
mendokumentasikan kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat; Meningkatkan daya saing dosen dan
mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengabdian ke
pada masyarakat; Membangun kerjasama penelitian dan
penga bdian kepada masyarakat.
Selanjutnya; Mendorong perolehan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) dan paten; Mendiseminasikan hasil pe
36
nelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Membangun
sistem informasi (eJurnal) untuk publikasi hasil penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat; Mendorong peman
faatan hasil penelitian dan peng abdian kepada masyarakat
untuk pengembangan pro ses pembelajaran; Terbentuknya
budaya penelitian dan kewirausahaan; Mendorong keter
libatan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengab
dian kepada masyarakat.
Salah satu keunggulan UNTIRTA sebagai PTN Umum
diBanten adalah SDMdosen yang berkualifikasiDoktor
cukup memadai. Jumlah doktor sudah mencapai 152 dan
terus bertambah dari 528 Dosen PNS. masih ditambah 111
Dosen non PNS, berstatus dosen BLU dan Non BLU. (Pi
dato Rektor, 19 Agustus 2017)
Adapun jumlah grant riset dari Kementerian Ristek
dan Dikti yang dihasilkan adalah:
Sumber: Paparan LPPM Untirta
3. Universitas Mathlaul Anwar (UNMA)
Sementara itu UNMA memiliki posisi yang amat
spesifiksebagaikampusyangberadadipedesaan.Adapun
portofolio Riset UNMA disajikan dalam tabel berikut:
37
Adapun strategi RIP UNMA dalam lima tahun ke
depan adalah sebagai berikut: Mewujudkan keung gulan
penelitian di UNMA Banten; Meningkatkan daya saing
UNMA Banten di bidang penelitian pada tingkat nasional
dan internasional; Meningkatkan angka partisipasi dosen
dalam melaksanakan penelitian yang bermutu; Mendor
ong penelitian multi dan lintas disip lin yang berbasis pada
persoalan di masyarakat; dan Meningkatkan pencapa
ian indikator kinerja utama bidang penelitian yang ber
manfaat bagi pengembangan UNMA Banten, Ipteks, dan
masyarakat.
Analisis SWOT Riset UNMA digambarkan dalam ta
bel berikut:
38
Dalam paparan dan dokumen RIP 2016 2020 di
sampaikan bahwa Rencana Induk Penelitian UNMA Ban
ten memiliki orientasi pada Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Perdesaan Berbasis Keislaman dan Kearifan
Lokal yang difokuskan pada 8 bidang yaitu: Agama. Ekono
mi Kreatif. Kesehatan. Keteknikan. Pangan. Pendidikan.
Sistem Informasi. Sosial Politik
39
Roadmap penelitian UNMA Banten telah ditetapkan
dengan penetapan tujuan jangka panjang yang memiliki
dampak secara nasional. Untuk mencapainya dibutuhkan
tonggaktonggak capaian yang kami bagi dalam capaian
periode pertama (20162020) yaitu penelitian yang ber
dampak bagi kemajuan daerah Pandeglang yang saat ini
masih menjadi salah satu daerah tertinggal di Banten. (RIP
UNMA, 2016).
Salah satu pusat kajian yang dimiliki UNMA yaitu
Pusat Kajian Produk Halal. Ini adalah satusatunya pusat
penelitian di Banten yang memfokuskan diri pada kajian
terhadap produk halal.
4. Universitas Serang Raya (UNSERA)
Sementara itu Universitas Serang Raya (UNSERA)
menegaskan posisinya sebagai kampus yang berada di
perkotaan. Hal ini tercermin dalam tema besar RIP UN
SERA, yaitu: “Pengembangan IPTEKS Inovatif Dalam
Rangka Diseminasi Pengetahuan untuk Menuju Smart
City”. Adapun komposisi dosen di UNSERA adalah seba
gai berikut:
Adapun portofolio penelitian UNSERA adalah seba
gai berikut:
40
Berdasarkan sumber daya yang dimiliki universitas,
isuisu strategis dan pemecahan masalah yang ditawarkan
maka orientasi Penelitian Unggulan UNSERA mengacu
pada enam indikator smart city yang diharapkan mampu
menghasilkan penelitianpenelitian unggulan UNSERA
atau Riset Unggulan Institusi untuk mendukung disemi
nasi pengetahuan bagi kesejahtera an masyarakat berbasis
kearifan lokal. Enam indikator smart city tersebut adalah
(RIP UNSERA, 2015) : Smart economy, Smart mobility,
Smart environment, Smart people, Smart living, Smart
governance.
Hal tersebut digambarkan dalam bagan berikut:
41
Sinergi Potensi
Dari dokumen RIP yang disampaikan dan diskusi
dengan narasumber dari empat kampus tersebut, maka
terdapat potensi riset yang luar biasa di Banten. Apalagi
baru empat Universitas yang memasukkan data. Itupun
baru dua yang memiiki RIP lengkap karena dua Universi
tas (Untirta dan UIN SMH Banten) sedang berada dalam
transisi RIP lama ke RIP baru.
Tentu saja dari sisi sumber daya manusia, UIN SMH
Banten dan Untirta memiliki keunggulan tersen diri. Na
mun yang menarik adalah bahwa RIP dua PTS di Banten,
UNMA dan UNSERA yang memiliki dua karak teristik ber
beda (Urban – Rural) memiliki positioning yang jelas da
lam Rencana Induk Penelitiannya.
UNMA memposisikan RIPnya sebagai pengungkit
daerah rural untuk mengejar ketertinggalannya. Semen
tara itu UNSERA sebagai Universitas yang berada di Kota
Serang, Ibu Kota Provinsi Banten, memberikan tawaran
untuk membangun Smart City.
Jika kedua Universitas bersinergi dengan Kabupa
ten/Kota di tempat Universitas tersebut berada (Kabu
paten Pandeglang dan Kota Serang), akan menghasilkan
daya ungkit yang dahsyat terhadap pembangunan di lokasi
kampus tersebut berada. Sementara Untirta dan UIN me
mang diharapkan kontribusinya dalam konteks Provinsi,
sebagai lokomotif daya saing Banten di tingkat nasional.
Lebih dahsyat lagi jika potensi perguruan tinggi di
Banten bisa saling sinergi dengan lembagalembaga riset
42
yang dipaparkan di bagian 2 tulisan ini. Sebagai contoh,
sharing resources antar lembaga penelitian, kampus, dan
antar lembaga penelitian dengan kampus akan menjadi
sinergi yang dahsyat untuk mengungkit kemajuan di Ban
ten.
Nah bagaimana sinergi dengan pemerintah dae rah?
Kita harus memperhatikan isuisu strategis yang ditetap
kan Bidang Litbang Bappeda Provinsi Banten, yaitu: Kes
enjangan Wilayah meliputi: Ketimpangan Aksesibilitas
Pendidikan, Aksesibilitas Kesehatan, Ke timpangan Daya
Beli Masyarakat, Infra struktur. Daya Saing daerah, meli
puti: Belum optimalnya Peman faatan Sumber Daya Alam
Akibat Lemahnya Kualitas Sumber Daya Manusia. Di
jual dalam bentuk Raw Material, Investasi belum merata,
Kepastian berusaha, Pelayanan Publik untuk peningkatan
Investasi, Kurangnya Daya Dukung Infrastruktur dalam
Meningkatan Investasi.
Selanjutnya, Kemiskinan dan Pengangguran, me
liputi: Tingginya Migrasi Penduduk Antar Daerah di
Provinsi Banten dan Dari Luar Provinsi Banten , Rendah
nya Kepemilikan Aset Dalam Memenuhi Kebu tuhan, dan
Masih Banyaknya Desa Tertinggal di Wilayah Provinsi
Banten. Tata Kelola Pemerintahan, meliputi: Belum opti
malnya integritas dan kompetensi aparatur, belum opti
malnya tertib pengelolaan anggaran, dan belum optimal
nya sistem perencanaan dan pengendalian pembangunan.
(Paparan Bidang Litbang Bappeda Provinsi Banten, 2017)
Catatan penting bagi pemerintah daerah adalah ke
43
mauan membuka diri dan memfasilitasi sinergi. Risetriset
yang dilaksanakan Litbang Bappeda Provinsi Banten harus
betulbetul melibatkan lembaga riset terbaik dan peneliti
terbaik di bidang riset masingmasing. Tentu jika ingin ada
solusi konkret terkait berbagai persoalan di Banten.
Kesimpulan dan Saran
Terdapat potensi besar penelitian dari banyaknya
lembaga riset berupa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
serta Pusatpusat penelitian di Banten. Dari empat kam
pus yang diundang, Rencana Induk Penelitian menunjuk
kan kekhasan sesuai dengan kapasitas dan lokasi kampus.
Selama ini belum terdapat kolaborasi dan sinergi
antarlembaga riset yang berada di Banten, dan antara
lembaga penelitian dengan Pemerintah Provinsi Banten,
dalam hal ini Bidang Litbang. Penelitian yang dilakukan
belum cukup partisipatif dan tidak berbasis kepakaran pe
neliti yang terlibat.
Kampus masih berorientasi vertikal dalam penentuan
RIP termasuk tematema riset karena koordinasi dan pen
danaan berasal dari pemerintah pusat dalam hal ini Ke
menristekdikti dan Kemenag. Isuisu lokal yang perlu di
selesaikan dengan riset belum tersentuh karena ketiadaan
dana riset dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu membuka diri terhadap lembaga riset terbaik dan
peneliti terbaik untuk melaksanakan risetriset di Provinsi
Banten, untuk mencari solusi atas berbagai persoalan dan
lebih jauh lagi membangun evidence based policy.[]
44
Sumber:1. Rencana Induk Penelitian (RIP) Universitas Mathlaul Anwar 201620202. Rencana Induk Penelitian (RIP) UNiversitas Serang Raya 201520193. Rencana Induk Penelitian (RIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 201320174. Rencana Induk Penelitian (RIP) IAIN SMH Banten 20155. Pidato Rektor Untirta 20 Agustus 20176. Paparan Bidang Litbang Bappeda dalam Kegiatan FGD Grant Research DRD7. http://puspiptek.ristekdikti.go.id/?page_id=1128. https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi /search/1009. diktis.kemenag.go.id10. Minimnya Anggaran Riset Kita, Koran Tempo, 2 November 201711. Publication Country Ranking, Scimagojr, 2017
45
Bebersih Banten lama
Tubagus Najib
Bebersih Banten Lama yang akan ditingkatkan
ke Penataan Banten lama, sesungguhnya sudah
dimulai pada tahun 1989 sebagai Penataan Banten Lama
Pertama, lalu muncul lagi Penataan Banten Lama Kedua
tahun 2002, berikutnya Penataan Banten Lama Ketiga
tahun 2005 dan Penataan Banten Lama keempat tahun
2017.
Penataan Banten Lama tahun 1989, dasarnya adalah
hasil penelitian selama 12 tahun di kawasan Banten Lama,
tentunya telah menghasilkan naskah akademik , Penataan
tahun 2002, hasil yang urgen adalah revitali sasi kanal arah
selatan Masjid Agung Banten, Penataan Banten Lama ta
hun 2005, ingin melanjutkan penataan tahun 1989 yang
belum tuntas, namun belum terlaksana, Penataan Banten
46
Lama tahun 2017, nampaknya telah menjadi masterpiece,
program unggulan Banten.
Hanya beberapa bulan setelah Plantikan Gubernur
Baru, langkah program pertama adalah mengkonsentrasi
kan pada Banten Lama, “Bebersih” nampaknya niat beber
sih ini sudah direncanakan sebelum terpilih jadi Gubernur.
Persoalannya, bagaimana warisan Banten Lama ini menja
di milik bersama, yang didasari oleh rasa sense of belong-
ing dan sense of responsibility.
Banten Lama atau old Banten merupakan sebutan
popular oleh kolonial, lebih tepat Banten disebut Banten
Hilir atau downstream untuk membedakan Banten Hulu
atau Banten Girang atau Upstream. Sesungguhnya yang
Banten Lama adalah Banten Girang.
Pendahuluan
Bebersih berasal dari kata Bersih. Namun dalam ka
mus bahasa Indonesia, kata bebersih tidak ditemukan.
Bebersih merupakan suatu kata serapan dari bahasa Jawa
Banten. sama halnya dengan beberes, bebenah, bebantu.
Kata perfek be dalam bahasa Jawa Banten, mengandung
arti, kebersamaan, kesadaran, yang dilandasi dengan
keihlasan, seperti “Bebantu” orang orang disekitarnya
tampa diminta akan membantu tetangga yang sedang ada
kegiatan hajatan, selametan, walimah an dsb, membantu
didapur, membantu memasang tenda dsb.
Jadi jelasnya, kata imbuhan be ini dalam bahasa Jawa
Banten, mengandung makna perbuatan yang dilakukan
47
dengan suatu kesadaran, tampa dipaksa. Munculnya ke
sadaran ini karena ada milik bersama sense of belonging,
sense of responsibility. Bebersih sebagai program awal
atau tahap awal. Bebersih, mengandung makna member
sihkankotoran secarafisik danmembersihkan kotoran
secaranonfisik.
Banten Lama, merupakan istilah yang dipopulerkan
oleh Kolonial Belanda, setelah runtuhnya Banten sebagai
Imperium. Pada waktu Banten sebagai Imperium, Banten
menjadi pusat Tamaddun, Banten menjadi Pusat Prada
ban, Banten merupakan kota yang teratur dan tertata.
Kota yang dikelilingi oleh Benteng zigzag dan Parit. Kota
yang telah menempatkan masyarakat sesuai dengan pro
fesiprofesinya, kota yang mengatur tataguna air, untuk
kebutuhan air bersih, kebutuhan pertanian dan kebutuhan
rekreasi, dalam satu pengelolaan Tasikardi.
Kota Banten yang memiliki pintu gerbang, yang ma
singmasing pintu gerbang terdapat pos jaga, husus yang
masuk dari utara atau pintu gerbang laut, dikenakan
bea masuk atau “Tolhuis” melalui Plabuhan Kepabeaan
atau disebut claster Pabean. Berikutnya masuk melalui,
atau melewati jembatan Rantai yang sudah siap dibuka.
Menurut pengamat orang Belanda yang melihat langsung
kota Banten pada sekitar abad 16, Kota Banten luas dan
keindah annya seperti kota Amsterdam.
Bersihfisiknyayang tercermindalampenataanko
tanya, juga bersih non fisiknya, keramahtamahannya,
menghargai dan menghormati culture dan masyarakat
48
yang berkunjung ke Banten baik dalam waktu singkat mau
pun hingga menetap di Banten, tanpa menaruh curiga yang
tidak berlasan, sehingga di Banten terdapat clasterclaster
tidak hanya berdasarkan profesinya, juga berdasarkan
asal usulnya, seperti claster Dermayon, claster Kebalen,
claster Pakojan dsb. Kekuatan Banten dalam membangun
fisikdannonfisiknya ,didorong,dilandasai,dasar-dasar
se abagi garis bersar haluan Kesultanan. Dasar garis besar
Haluan kesultanan Banten yaitu; Gawe Kuta Baluwarti
Bata kalawan Kawis.
Dasar Haluan Kesultanan Banten ini satu sisi sebagai
pedomandalampembangunanfisikBantenyaitumenggu
nakan Bata dan Kawis, pada sisi lain, kawis berarti watak/
karakter wong Banten, nilainilai, benteng, dan jati diri
wong Banten, dan menjadi sifatsifat wong Banten. kawis
walaupun diterpa oleh ombak dan badai, ia akan tetap ko
koh, dan ajeg, bahkan bisa menenggelamkan kapalkapal,
bila ia menabraknya. Dalam ke sultanan Banten, seorang
Kadi yang memiliki kepastian hukum dan teguh dalam
menjalankan aturan hukum dalam kesultanan Banten,
dikenal dengan nama Entol Kawista. Di bukit makam Ka
lijaga di Gersik, telah terdapat manuscript dari Banten,
yang berjudul Nasehat Ki Karang.
Apakah nama Gunung Karang, berasal dari nama
seseorang yang bernama Ki Kaarang ?. hal itu sama hal
nya Gunung Lokon yang terdapat di Menado adalah nama
seseorang dari Banten, putra dari Tubagus Buang, yang
bernama Tubagus Lokon. Demikain juga parit keraton Tir
49
tayasa, nama parit sungainya disebut sungai Ki Karang.
Banten sebagai Kota Islam telah terjadi perubahan
total yang dilakukan oleh Kolonial. Tempatnya, nomencla
ture pemerintahannya, sturktur pemerintahannya, bahkan
azas dalam pemerintahannya. Dalam hal ini akan dicoba
dibahas Tempatnya, atau perpindahan tempat ibukota,
dari Banten atau pesisir Banten ke Serang atau selatannya
dari Banten pesisir.
Kapan perpindahan kota tersebut? Perpindahan kota
setelah runtuhnya Kota Banten, setelah dianeksasi peme
rintahan Kesultanan. Kolonial Belanda sudah tidak lagi
dibawah VOC, atau perkumpulan dagang tetapi sudah di
ambil alih oleh Pemerintahan. Pada waktu Banten masih
berada di bawah VOC, Kesultanan Banten masih melaku
kanaktifitasnyasecaramandiri,tetapisetelahBantenbe
rada dibawah Pemerintahan Kolonial belanda, Kesultan
an sudah berada sepenuhnya dibawah colonial Belanda,
fungsinya sudah menjadi pembantu kolonial, diangkat dan
digajih. Jabatan yang paling tinggi adalah Bupati.
Perpindahan kota dari kota Islam, di pesisir Banten,
ke kota Kolonial di Serang, telah terjadi perubahan besar
di Banten Peisir sebagai kota Islam. Banten pesisir yang
memiliki pelabuhan Internasional, sebagai tempat belabuh
kapalkapal dagang insuler maupun interinsuler, berubah
menjadi pelabuhan nelayan yang hanya bisa dilabuh oleh
kapalkapal atau perahu perahu kecil, karena kondisi
pelabuhan yang terus menerus terjadi pendangkalan, ne
layan yang hendak melaut, menunggu air pasang, sekitar
50
dibawah jam 9 pagi, kalau sudah di atas jam 9, nelayan
tidak bisa melaut, air laut surut tidak bisa dilalui oleh ka
palkapal /perahu, perahu.
Bahkan pulau burung telah menyatu dengan da ratan.
Dan disisi lain pendangkalan tersebut dijadikan sebuah
empang, sehingga sebagian nelayan berubah menjadi pen
cari ikan didarat yang terdapat di empangempang. Kota
Banten yang memiliki tiga plabuhan besar, terdapat di ba
rat yang dikenal dengan Plabuhan Pabean, ditengah tidak
diketahui namanya dan di timur yang dikenal dengan nama
Karangantu. Dari tiga pela buhan terebut yang masih ada,
adalah Plabuhan kara ngantu, itupun kondisinya mempri
hatinkan karena telah dibuat sodetan pada masa colonial
yang dikenal dengan sungai Cengkok.
Bebersih Banten, yang dicanangkan pada hari Ju
mat tanggal 21 Juli 2017, oleh Gubernur Banten, Dr.H.
Wahidin Halim, sekaligus penandatangan MOU, de ngan
Walikota Serang, Bapak Tb. Haerul Jaman dan Bupati Se
rang Ibu Hj.Ratu Tatu Chasanah. Dilakukan di alunalun
Banten Lama, disaksikan oleh para aparatur pemerintahan
dilingkungan Provinsi, Kota dan Kabupaten Serang dan
masyarakat sekitar Banten juga para Zuriat Kesultanan
Banten.
Nama kegiatannya disebut Gerakan Kebersihan
Banten. Gerakan Kebersihan Banten ini yang nantinya
akan melahirkan Penataan Banten. untuk keman faatan
masyarakat disekitar Banten hususunya, bangsa dan Ne
gara pada umumnya. Masyarakat akan memperoleh pe
51
manfaatan dari penataan, karena itu perlu duku ngan, par
tisipasi masyarakat untuk mensukseskan Penataan Banten
Lama. Konsep Penataan Banten Lama, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Gubernur Banten dalam sambutan pem
bukaan Bebersih Banten, yaitu “ Kembali Pada Akar Buda
ya Banten” bentuk kegiat annnya adalah,”Revitalisasi”.
Penataan Banten Lama yang dicanangkan Gubernur
Banten pada tanggal 21 Juli 2017, sesungguhnya lanjutan
atau melanjutkan dari penataan sebelumnya, pada tahun
1947, Residen Banten K.H.Tubagus Ahmad Chatib, men
canangkan Bebersih Banten Lama, dengan nama gerakan
nya Komando Banten Lama. Banten Lama sebagai Kota
Islam yang telah dibumi hanguskan oleh kolonial Belanda,
sebagian besar penduduknya meninggalkan kota tersebut.
Banten Lama telah menjadi kota mati, yang hidup
tumbuhtumbuhan liar, baik terdapat pada dead monu-
ment, maupun terdapat pada lefe monument. Berikutnya
sekitar tahun 1960 an, lembaga Purbakala setelah di
pimpin Bangsanya sendiri, mulai tahun 19541974, berna
ma Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasio nal (Dinas
Purbakala), secara berkala mulai tahun 1960 an, menso
sialisasikan tentang kawasan Banten Lama di Pendopo
Kabupaten Serang, disampaikan oleh Drs. Uka Tjandras
asmita, hingga tahun 1976/77. Pada tahun 1976/77, untuk
pertama kalinya dilakukan kegiatan Penelitian Arkeologi
di Banten Lama.
Sumber referensinya, dari Berita Lokal seperti manu
script, berita asing seperti Daghregister, Peta kuna, infor
52
masi masyarakat tentang Banten Lama. Se telah 12 tahun
melakukan kegiatan penelitian dan perlindungan, atas
inisiatif, gagasan Prof.Dr.Hasan Muarif Ambary, sebagai
kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,mencanangkan
Penataan Banten Lama, de ngan nama kegiatannya Otori
tas Banten Lama, disusun selama 5 tahun dari tahun 1989
sampai tahun 1994, dan telah menghasilkan naskah akade
mik, program Penataan.
Berupa hasilhasil penelitian, tersusun maket Pena
taan Banten Lama, telah keluar Perda Kabupaten Dae
rah Tk II Serang tahun 1990, tentang Penataan Kawasan
Banten Lama. Sebagai Kawasan Peninggalan Sejarah dan
Kepurbakalaan Banten Lama Sebagai Taman Wisata Bu
daya. Telah merelokasi dan pembebasan tanah untuk pe
nataan Banten Lama, sekitar tahun 1989an, telah dise
lenggarakan seminar Internasional tentang Banten sebagai
Bandar Internasional, tahun 1994, dalam kegiatan Festival
Keraton. Miskomunikasi dengan Pemerintah Daerah, telah
terjadi insinkronisasi, hususnya dalam penempatan Ter
minal. Rencana Penataan Banten Lama pada masa awal
Provinsi Banten tahun 2002, terminal di pindahkan ke Su
kadiri, yang jaraknya berdekatan dengan lefe monument
(Masjid Agung Banten) juga ditempat tersebut dibangun
kioskios.
Dalam perjalanan waktu berikutnya, terminal kemba
li ke tempat semula yaitu di dekat dead monument ( Kera
ton Surasowan), bahkan halaman keraton Surasowan di
jadikan sebagai tempat parkir kendaraan, yang seharusnya
53
dalam maket Penataan Pertama tahun 1989 sebagai zona
inti yang sudah dibebaskan pada tahun 1980an, melalui
tanda pemagaran. Sementara kioskios yang dibangun
melalui Penataan tahun 2002 juga tidak ditempati, kios
kioas kosong, telah mendirikan kioskios baru dihalaman
halam Masjid dan halaman Surasowan dengan mengguna
kan tendatenda.
Sudah 15 tahun dari Penataan Kedua Banten Lama,
terjadi kesemrawutan, dengan anggaran yang dikeluar
kan Provinsi Banten ketika itu sekitar 72 milyaran, hanya
menghasilkan pembersihan parit pada selatan dari Masjid
Agung Banten, membangun Terminal dan Kioskios yang
ditinggalkan, tumpang tindih biaya perparkiran yang
dikelola pemerintah dan masyarakat.
Tiga tahun kemudian dari tahun 2002, sekitar tahun
2005, membangun Penataan Banten Lama Tahap ketiga,
nama bentuk kegiatannya Badan Pengelola Banten Lama.
Bentuk kegiatan hendak melanjutkan Penataan Banten
Lama pada tahap Pertama tahun 1989, namun gagal ka
rena miskomunikasi, yang belum ada kesefahaman antara
yang mengatasnamakan masyarakat dengan pemerintah.
Setelah 12 tahun dari tahun 2005 hingga tahun 2017,
Penataan Banten Lama, mulai menggeliat kembali. Yang
diawali dengan Bebersih Banten Lama dalam suatu Gerak
an Kebersihan Banten Lama. Yang dila kukan setiap hari
Jumat, Jumat Bersih. Berakan moral ini merupakan lang
kah baik menuju Penataan Banten Lama tahap keempat.[]
54
Cendekiawan Kampung
Atih Ardiansyah
I
Pada mulanya adalah kampung. Kita adalah anak
anak kampung. Siapapun dan dari golongan
mana pun kita, setiap tahun niscaya merayakan “hari be
sar” bernama “pulang kampung”. Pulang kampung telah
menjadi hal yang lebih penting dibandingkan lebaran atau
thanksgiving sekalipun. Kampung telah menjadi lokus zi
arah, tempat kita ingin kembali. Tak peduli berapapun bi
ayanya dan betapapun tinggi risikonya.
Kampung adalah objek kerinduan paling purba se telah
kita melarutkan diri dalam pusaran urbanisasi. Urbanisasi
bukan hanya tentang perpindahan penduduk, melainkan
perubahan seluruh cara hidup (Lefebrve 1970/2003, da
lam Rachman 2015:9). Perubahan cara hidup bahkan cara
berpikir tersebut mengendap dan di belakang hari kita ke
nal sebagai kota.
55
II
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari kam
pung ke kota. Demikianlah pengertian, dengan bantuan
pendidikan, yang telah kita buat. Dengan pengetahuan
yang dipasok institusi pendidikan, kita lantas menyebut
kan bahwa penyebab urbanisasi adalah sempitnya lapa
ngan pekerjaan dan munculnya keingin an memperbaiki
kehidupan (baca: pendapatan). Kita menjadi lupa bahwa
justru dunia pendidikanlah yang menjadi penyumbang
palingsignifikanbagiurbanisasi.
Pakar keagrariaan dan pedesaan, Noer Fauzi Rach
man (2015:8), menyajikan keterangan yang cukup menge
jutkan. Menurutnya, dunia pendidikan merupakan magnet
terbesar bagi proses urbanisasi. Semakin tinggi pendidi
kan orang kampung, tuturnya, semakin tinggi pula moti
vasi mereka untuk meninggalkan kampungnya. Kampung
ditinggalkan orangorang yang pandai, termasuk untuk
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Dunia pendidikan merenggut orangorang terbaik
yang dimiliki kampung. Kronologinya sangat sederhana:
orangorang terbaik pergi ke kota untuk mengecap pen
didikan yang lebih tinggi. Lalu beberapa dari me reka ber
hasil menjadi kelas menengah dan memutuskan untuk
tidak pulang ke kampungnya. Mereka hidup de ngan mem
beli atau menyewa tanah dan rumah, tinggal di pinggiran
kota, menjadi konsumtif dengan membeli motor dan mobil.
Jalanan menjadi macet. Lalu untuk mengurai hal tersebut,
pemerintah menambah fasilitas dan infrastruktur jalan.
56
Kebijakan tersebut membuat kesenjangan pembangunan
antara kota dan kampung kian menjadi jurang.
Bukan hanya orang terbaik, kota juga mengambil
orangorang “biasa” yang dimiliki kampung. Beredarnya
uang di kotakota besar, menjadi daya tarik yang sukar di
lawan. Apalagi ketika tanahtanah yang ada di kampung
turut dikuasai orangorang perkotaan. Maka semakin ba
nyaklah orangorang kampung yang terpaksa hidup tanpa
memiliki lahan untuk bertani, sehingga memutuskan pergi
ke kota meski penuh dengan ketidakpastian. Padahal, jem
batan yang bisa kita lalui untuk menengok masa lampau
adalah pertanian, demikian yang diungkapkan Eric Hobs
bawm (1994: 2882089) dalam karyanya yang terkenal,
Age of Extremes.
Anakanak muda kampung yang lahir belakangan
lantas memandang kampung dan dunia pertanian bukan
sesuatu yang menjanjikan masa depan lagi. Dengan bekal
pendidikan yang minim, mereka terpaksa pergi ke kota.
Bekerja sebagai kelas terendah, hidup di wilayahwilayah
kumuh dan marjinal di kotakota (Jellinek, 1977) dan
mudah sekali berpindahpindah, yang dalam istilah Jan
Breman (1977), disebut sebagai footlose labor (Rachman,
2015:7). Merekalah yang hari ini kita saksikan di televisi
sebagai korban penggusuran.
III
Kini tengoklah kampung setiap lebaran tiba. Me reka
yang berangkat ke kota dengan bekal pendidikan yang mi
57
nim, yang saat bekerja kerap mendapat perlakuan tak ma
nusiawi, mendapatkan standing ovation dari masyarakat.
Mereka pandai melakukan dramaturgi: berpenampilan
sangat baik, memakai pakaian terbaik, bahkan ada yang
matanya tidak minus pun mengenakan kacamata. Mereka
tampil layaknya orangorang terdidik. Lalu di ujung masa
libur lebaran, mereka akan kembali ke kota dengan mem
bawa serta kerabatnya. Kelak, orangorang baru itu akan
pulang saat libur lebaran tahun depan, berpenampilan
menarik, lalu membawa serta kerabat lainnya. Begitu se
terusnya bagai lingkaran setan. Sampai kota tak kuat lagi
menampung, sampai kampung menjadi semakin suwung.
Sementara itu, orangorang terdidik (baca: anak
kuliahan) yang pulang kampung tidak mendapatkan apa
yang didapatkan oleh mereka yang bekerja. Me reka pulang
ke kampung dengan penampilan seenaknya, umumnya
kurang memberikan impresi. Di kampung pun, mereka
kurang bisa berbaur dengan masyarakat. Mereka men
jadi pemilih teman, hanya mau bergaul dan berbicara de
ngan orang terdidik lagi. Bersikap biasabiasa saja dengan
masyarakat, namun menjadi heboh saat melayani tamu
dari luar kampung yang merupakan kawan sekolah/kuliah
mereka di kota.
Mereka tidak sadar bahwa yang mereka lakukan
merupakan pupuk bagi suburnya persepsi yang selama ini
tumbuh di benak orangorang kampung. Bukan itu saja,
mereka amnesia bahwa mereka telah meninggalkan akar
mereka sebagai orang kampung.
58
Inilah utang yang harus dilunasi oleh orangorang
terdidik. Lupa asal dan terjadi dengan amat massal. Pada
hal, pemerintah Jokowi dengan kebijakan “Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan”, mestinya menjadi
angin segar bagi orangorang terdidik untuk pulang dan
memberdayakan kampung. Halhal positif di kota mesti
nya dia bawa untuk menginspirasi orangorang kampung
agar pembangunan kampung kaya akan inovasi. Bukan
malah membawa adat ngota yang individualistik sehingga
makin memperlebar ke senjangan.
Kebijakan pemerintah terhadap desa, dengan dana
yang digelontorkan berada pada kisaran 1 milyar lebih se
mestinya menjadi magnet yang cukup bagi orangorang
terbaik untuk pulang dan membangun kampungnya. Saat
ini, dana tersebut baru digunakan untuk pos pembangun
anfisiksajasepertimenambaljalantanahdenganpaving
blok. Atau membuat BUMDes yang sayangnya masih ada
yang bercorak koperasi simpan pinjam. Saya pikir, dengan
revolusi mental yang sedang dan terus digaungkan peme
rintah, sayang sekali jika dana sebesar itu harus digunakan
sekadarmembangunfisik,sedangkanpembangunanmen
talnya terabaikan.
Persoalan mental inilah yang harus menjadi perha
tian orangorang kampung yang mendapat kesempatan
mengenyam pendidikan tinggi di kota. Tak perlu muluk
muluk, jadilah idola masyarakat kampung. Pada momen
pulang kampung, tampillah dengan prima de ngan pa kaian
59
terbaik. Sapa dan berbaurlah masyarakat. Bangkitkan
kepercayaan mereka bahwa pendidikan tak mencerabut
keramahan dan orisinalitas kampung. Gerakan keteladan
an semacam ini bukan hanya akan menumbuhsuburkan
kesadaran masyarakat kampung akan pendidikan, tetapi
mengimbangi efek negatif du nia pendidikan bernama ur
banisasi, dengan ruralisasi.
Dengan begitu, akan semakin banyak orang kampung
yang menginginkan seperti orangorang terdidik itu. Jika
sudah begitu, maka akan semakin banyak pula orang
orang kampung yang pintar. Jika sebuah kampung dihuni
oleh masyarakat yang terdidik nan pintar, maka pemba
ngunan kampung akan mengalami percepatan. Tentu saja
ke arah yang lebih baik, karena orang terdidik sebenarnya
tengah mengemban tugas kecendekiaan: mendidik, meng
ingatkan sekaligus memberi teladan.[]
60
Jambu Air Citra Anyer Riwayatmu Kini?
Mohammad Masduki
Provinsi Banten kaya akan keanekaragaman
hayati dan sumber plasmanutfah dari berbagai
jenisfloradan fauna Indonesia.Salah satunya jambuair
Anyer yang telah ditetapkan sebagai varietas unggul na
sional Jambu Citra melalui Keputusan Menteri Pertanian
No.1069/Kpts/Tp.240/12/1997. Jambu air citra buahnya
berbentuk lonceng dan agak kompak, dengan permukaan
kulit agak halus dan berwarna merah cerah, mengkilap
dengan daging buah tebal, empuk dan rasa nya manis.
Adalah seorang pencinta buah lokal Mohammad
Reza Tirtawinata, yang menemukan pohonnya di halaman
penginapan tua Hotel Parikesit dekat mercusuar di Anyer,
Kabupaten Serang ketika sedang mancing ikan pada tahun
1990.
Beruntungnya, Sang pemilik pohon jambu, Sanyoto,
61
berbaik hati memberikan beberapa batang stek jambu air
Citra kepada Reza untuk dikembangkan. Seba nyak 20 bibit
awalnya dikembangkan di Taman Wisata Mekarsari di
Cileungsi Bogor Jawa Barat dan menjadi pohon induk.
Reza yang saat itu sebagai Direktur Taman Buah Mekar
sari langsung membawa 40 setek ke kebun pribadi di Bo
gor. Pada umur 3 tahun pohon tersebut berbuah. Warna,
rasa, dan tekstur sama se perti di tempat asal di Anyer.
Nama jambu (citra) merujuk kepada nama kebun pem
bibitan buahbuahan milik RezaCitra Cipaku.
Pada tahun 1999 seorang petani Thailand bernama
Opas Kasertsuanpecth berkunjung ke Taman Buah Me
karsari dan membeli dua bibit tanaman jambu air Citra.
Di Thailand, jambu air ini disebut jambu indo maksudnya
jambu air yang berasal dari Indonesia. Opas Kasertsuan
pecth pria paruh baya itu tanpa ragu menyambung pucuk
jambu air citra pada pohonpohon jambu air di kebun di
Provinsi Ratchaburi. Tahun 2003 selang empat tahun se
telah jambu air anyer itu diintroduksi ke Thailand, di sana
sudah ada 3.000 individu tanaman jambu air Citra. Dua
tanaman induk yang dibawa dari Indonesia sudah cukup
besar. Kini Jambu Air Citra Anyer ini telah berkembang
dengan sangat luar biasa di Negara Thailand.
Hasil buahnya malahan bisa lebih baik dari tana man
induknya dengan bobot per buahnya bisa mencapai 0,25
kg. Hasil rekayasa jambu air citra anyer namanya menjadi
jambu bangkok super dan thong sam se yang sejatinya
sama dengan jambu air citra. Dari sanalah sumber jambu
62
air anyer yang sudah beralih nama thong sam se menjadi
andalan ekspor negeri Gajah Putih hingga ke Hongkong.
Mengapa Jambu Air Citra istimewa?
Tanaman jambu air citra merupakan jenis tanaman
jambu air unggulan yang memiliki ukuran buah yang bisa
dikatakan jumbo. Berat daging buah jambu ini bisa men
capai 200 gram hingga 350 gram. Biasanya kita sering
menjumpai jambu air yang berukuran besar pasti rasanya
kurang manis, maka hal ini tidak berlaku untuk jambu air
citra. Jambu air citra buahnya berbentuk lonceng dan agak
kompak, dengan permukaan kulit agak halus dan berwarna
merah cerah, mengkilap dengan daging buah tebal, empuk
dan rasanya manis. Keunggulan ini menjadikan jambu air
citra primadona baru sebagai buah tropis kaya air.
Tanaman jambu citra dapat tumbuh dengan baik di
dataran rendah hingga dengan ketinggian sampai 1.000
m dpl. dengan perawatan yang baik jambu ini mencapai
masa produktifnya pada umur 35 tahun yang mampu
menghasilkan buah sebanyak 80100 kg perpohonnya da
lam waktu satu tahun. Tanaman buah ini juga tergolong
memiliki ketahanan yang sangat bagus terhadap hama
ulat, hama penggerek batang, dan jamur daun.
Buah Jambu citra kaya akan vitamin C, serat ma kanan,
vitamin A, kalsium, thiamin, niacin, besi dan kalium. Se
nyawa organik di dalamnya mengandung jambosine, asam
betulinic, dan lakton Friedel. Dengan kandungan tersebut,
jambu air citra dipercaya mampu menyehatkan Pencer
63
naan, membantu pencegahan kanker, mengontrol diabe
tes, menyehatkan jantung dan juga mampu meningkatkan
sistem kekebalan.
Pengembangan Jambu Air Citra
di Indonesia?
Di Indonesia jambu air citra masih sebatas tana
man jambu koleksi, namun untunglah ada pula petani kita
yang telah mencoba mengembangkan jambu air citra ini
di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Hasilnya tetap sama
baik nya dengan tanaman induk yang ada di Anyer. Kon
disi tanah serta agroklimat di Kabupaten Demak mirip de
ngan di Anyer. Tanahnya berpasir. Air tanahnya dangkal.
Udara nya sangat ekstrim kering dan panas. Curah hujan di
bawah 1.500 mm per tahun de ngan angin cukup kencang.
Saat ini, tanaman jambu air Citra di Demak juga
berkembang baik di 14 kecamatan Kabupaten Demak,
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah tanaman jambu air
126 ratus pohon tahun 2012. Pohonnya bahkan sama se
perti asli pohon induknya di Anyer dan menjadi ikon agri
bisnis buah unggulan di Kabupaten Demak, karena telah
memberikan penghasilan tambahan serta menjadi lang
ganan sajian buah lokal di Istana Negara. JK Soetanto seorang produsen buahbuahan mena
nam tiga ribu pohon jambu citra di Subang. Seorang pengusaha asal Bintaro, Tangerang, membuka kebun jambu citra seluas lima hektar di Lampung dan seluas dua hektar di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang.
64
Jambu Air Citra Anyer di Provinsi Banten?
Ironisnya Jambu Citra Anyer yang telah mendunia
ini kurang berkembang di tempat asli asal pohon induknya
tumbuh yakni di Kabupaten Serang. Walaupun tidak
dipungkiri selain di kembangkan di Kabupaten Tangerang,
di Kecamatan Walantaka Kota Serang seorang pengusaha
Haji Habib, asal Jakarta Utara, juga telah menanam dan
berproduksi seluas dua ratus pohon.
Program bantuan bibit jambu air citra dari Peme
rintah Provinsi Banten belum memberikan pengemba ngan
yang berarti, karena tidak memperhatikan satuan skala
ekonomi. Keinginan investor di Banten untuk pengemba
ngan jambu air citra skala besar dihadapkan pada kendala
tidak tersedianya bibit unggul (hasil cangkok) yang terse
dia dalam jumlah besar.
Dalam hal ini Banten sebagai provinsi yang menjadi
lokasi asal jambu air citra mestinya segera bertindak me
manfaatkan plasma nutfah sumber tanaman unggulan
nya, disamping pengembangan juga penyelamatan plasma
nutfahnya. Sebenarnya disamping jambu air citra anyer
yang telah berkembang di Thailand, ada juga jambu air
cingcalo gondrong justru berkembang di Taiwan yang ke
mudian menjadi Black Diamond serta Black Pearl, mes
tinya produk unggulan Banten seperti jambu diatas bisa
memakmurkan rakyat Banten sekaligus menaikkan PAD
setempat.
65
Pengadaan Bibit
Sebenarnya jambu air adalah tanaman buah yang
relatif sangat mudah untuk dikembangbiakkan. Paling
mudah tentu melalui stek dan cangkok. Sebab melalui
penyambungan, baik susuan, okulasi maupun sambung
pucuk akan mengalami kendala pada penyediaan batang
bawahnya. Mengumpulkan biji jambu air pasti tidak se
mudah mengumpulkan biji durian atau duku. Selain itu,
perkembangbiakan dengan stek atau cangkok juga tidak
begitu “boros” bahan karena satu ranting cukup sepanjang
20 sampai dengan 30 cm bisa dijadikan bahan stek atau
cangkokan. Pemanfaatan zat perangsang tumbuh (ZPT)
akar mutlak diperlukan dalam proses pencangkokan mau
pun stek. Tingkat keberhasilan cangkok lebih tinggi diban
ding dengan stek, meskipun kita sudah menggunakan ZPT
akar. Media yang lazim digunakan dalam pencangkokan
jambu air antara lain coco dush, moss, dan bahan organik
lainnya. Biasanya kulit ranting itu dikelupas terlebih dahu
lu, dibersihkan kambiumnya, bekas potongan kulit bagian
atas diberi sedikit ZPT akar lalu media tanam dengan plas
tiknya dipasang dan diikat.
Sekitar sebulan setelah pencangkokan, akar sudah
mulai kelihatan. Ranting ini segera bisa dipotong untuk
disemai di polybag atau dalam bak penyemaian. Selang
dua bulan kemudian, benih asal cangkokan ini sudah cukup
sehat dan bisa dipindah ke lapangan. Pencang kokan ganda
banyak dilakukan pada tahap awal pengemba ngan klon
unggulan dengan jumlah individu tanaman yang masih
66
terbatas. Misalnya jambu air Citra yang diboyong ke Thai
land tersebut, begitu tiga bulan ditanam, sudah akan mulai
dicangkok. Satu ranting sepanjang 30 cm bisa dicangkok
menjadi dua, dengan diberi ikatan penyangga. Misalnya
ada tiga ranting yang bisa dicangkok, maka selang 4 bulan
sejak tanam, kita sudah punya 12 individu tanaman baru
dari 2 tanaman induk tadi. Demikian seterusnya hingga
dalam jangka waktu setahun setelah ditanam, sudah akan
bisa dikembangkan lebih dari 100 individu tanaman baru.
Hingga apabila dalam jangka waktu 4 tahun dari 2 tana
man induk sudah bisa menjadi 2.000 tanaman, bisa di
maklumi.
Untuk mengatasi kendala keterasediaan bibit yang
selama ini terjadi, perlu gerakan pembuatan bibit cangkok
untuk tingkat petani dan kelompok tani sedangkan untuk
stek sebaiknya dilakukan di tingkat kelompok tani yang di
dampingi /diawasi oleh penyuluh dan Balai Benih Induk
Tanaman Pangan dan Hortikultura Distanak Provinsi Ban
ten ( BBITPH).
Tanaman Unggulan Daerah
Akibat pengaruh globalisasi, lalu lintas keluar
masuknya plasma nutfah menjadi terlalu sulit untuk
dikontrol. Siapa pun sebenarnya boleh membeli benih ko
moditas tertentu di mana pun dan untuk dibawa ke mana
pun dengan memenuhi persyaratan karantina. Sebenarnya
kita ingin tetap memproteksi plasma nutfah kita dari “pen-
curian” pihak asing seperti jambu air citra dikembangkan
67
Thailand. Kalau hal demikian dibiarkan, lamalama se
luruh komoditas unggulan kita akan berkembang di luar
negeri. Perlu rekayasa teknologi seperti yang dilakukan
negaranegara asing yang menciptakan buah unggulan
tanpa biji (seed less).
Peluang Bisnis Jambu Citra
Secara umum harga jambu air citra dibanderol cukup
mahal. Paling murah Rp 9.000 per kilogram. Ratarata
antara Rp 13 ribu hingga Rp 17 ribu. Paling mahal sempat
dihargai Rp 25 ribu. Di Kota besar Jakarta, Bandung, Bo
gor, Semarang, Surabaya bisa tembus Rp 30 ribu hingga
Rp 35 ribu per kilogram.
Dengan lahan 1 hektar 200300 pohon setiap panen
omzet Rp 180 juta. Setiap tahun tiga kali panen sehingga
dalam setahun menghasilkan Rp 540 juta. Fantastis bu
kan? Sayangnya, budidaya jambu air citra sampai sekarang
masih belum banyak dilirik. Padahal, sebetulnya sangat
prospek dan bisa menjadi peluang bisnis yang menjanji
kan.
Rekomendasi
Mengamati kondisi yang terjadi, memandang perlu
melindungi pohon induk jambu air citra sebagai Plasma
nutfah asal Banten dari kepunahan dan tetap menjadi rni
lik masyarakat Banten yakni dengan memasukannya ke
dalam Program Prioritas Anggaran Biaya Tambahan APBD
Provinsi Banten Tahun 2018 pada Dinas Pertanian dan Pe
68
ternakan dengan usulan sebagai berikut: Melin dungi po
hon induk asli jambu citra anyer di halaman pengi napan
Hotel Parikesit, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang
dengan cara membeli ganti rugi tanaman dan tanah tem
pat tumbuhnya.
Selanjutnya, mengembangkan dua puluh ribu tana
man secara gerakan serentak dengan memanfaatkan bibit
cangkok atau stek dari beberapa pohon induk yang sempat
diselamatkan oleh BPSB Dinas Pertanian dan Peternakan
Provinsi Banten, dan beberapa pohon induk di Walantaka.
Penanaman mengikuti praktek Good Agricultural Practic-
es (GAP) dengan pendam pingan lembaga penelitian.
Diharapkan pada tahun 2021 (setelah tiga tahun
tanam), tanaman jambu citra anyer yang ditanam pada ta
hun 2018 tersebut sudah dapat berproduksi dan menjadi
buah unggulan masyarakat Banten dan berkembang di
tempat lokasi asal nya yakni Provinsi Banten dan menjadi
riwayat masa kini dan mendatang.[]
69
Daftar Referensi Pustaka
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). (1997). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. Steenis, CGGJ van. (1981). Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Gatra Nomor 30 Kamis, 5 Juni 2008 Forum Kerjasama Agribisnis 2012 Perundangan.pertanian.go.id/admin/file/ SK-1069-97.pdf Berita Antara News, 12 November 2014 http://www.berberita.com/2015/10/tipsbudidaya jambuaircitra.html https://id.wikipedia.org/wiki/Jambu_air
70
Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran
Eka Sari
Kemiskinan masih menjadi permasalahan, be
gitu pula di Provinsi Banten. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Banten, Januari 2017 menunjuk
kan Angka kemiskinan di Provinsi Banten pada bulan Se
ptember 2016, sebesar 5,36 persen (657,74 ribu jiwa).
Penduduk miskin di Banten masih terkonsentrasi di
perdesaan dengan tingkat kemiskinan sebesar 7,32 persen,
sedangkan di perkotaan memiliki tingkat kemiskinan lebih
rendah yakni 4,49 persen. Data ini menunjukkan bahwa
masih banyak saudara kita di Provinsi Banten, yang hidup
dibawah garis kemiskinan dan perlu dicarikan solusi pe
ngentasan kemiskinan tersebut.
Pemerintah Provinsi Banten banyak berupaya dan
meluncurkan program pengentasan kemiskinan dan pe
ngangguran, yang masih terus dijalankan dan mungkin
71
memerlukan pemikiran baru untuk pengembangannya,
serta ide yang holistik. Diharapkan dapat berkolaborasi
dengan berbagai pihak, termasuk akademisi perguruan
tinggi di Banten.
Selain program pengentasan kemiskinan dan pe
ngangguran diperlukan pula program yang mungkin dapat
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Banten pada umumnya. Program yang di
tawarkan adalah Program Integrasi Pembangkit Listrik
Biogas, Pertanian organik dan Peternakan Lebah (PIP3L)
tanpa sengat untuk menghasilkan produkproduk unggu
lan Banten.
Program ini terinspirasi dari adanya keterli batan para
akademisi di Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa (UNTIRTA) pada Program pengemba ngan Ener
gi Baru dan Terbarukan (EBT) terutama Biogas di Dinas
Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Banten,
baik dalam hal kajian maupun pene rapan bioenergi kepa
da masyarakat terutama masyarakat pondok pesantren.
Program ini juga terinspirasi dari Pengembangan Ba
han baku Obat berbasis Lebah yang dikembangkan Tim
peneliti “Bionanomedik Engineering” yang saat ini lagi
mengembangkan Produk Nanopropolis sebagai bahan
baku Obat untuk Penyakit Tuberkulosis (TB) dari Lebah
Tanpa sengat Banten.
Tim Riset konsorsium tiga universitas (RKU) ini ter
diri dari Eka Sari (Fakultas Teknik, Untirta) berkolaborasi
dengan A. Endang Zaenal Hasan (Biokimia, IPB) dan Radi
72
yati (Fakultas Kedokteran UNSRI) didukung PT. Nano
Herbal Indonesia (NHI) sebagai perusahaan berbasis riset
yang dapat membantu upaya komer sialisasi.
Latar Belakang
TB merupakan Indonesia masih menduduki peri
ngkat ke 4 diantara negaranegara TB di dunia (www.
tbindonesia.or.id) dan masih banyak ditemukan kasus TB
di provinsi Banten, ditemukan sekitar 8.208 kasus pada
2011, hal ini menunjukkan TB masih perlu dicarikan solusi
pengobatannya dari bahan alam dari Banten seperti lebah
tanpa sengat.
Riset ini, diharapkan menghasilkan produkproduk
riset berupa obat–obatan yang bermanfaat, khususnya
penyakit menular seperti TB dan produkproduk ung
gulan dari Provinsi Banten yang pada pengembangannya
dapat melibatkan seluruh masyarakat. Menjadi solusi yang
mampu mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengang
guran, meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan ekono
mi masyarakat Banten.
Program ini memanfaatkan kotoran ternak sebagai
bahan baku pembangkit listrik biogas, dimana unit Pem
bangkit Listrik Biogas ini dapat menghasilkan gas yang
dapat digunakan untuk memasak oleh masyarakat, atau
dikonversi menjadi listrik untuk penerangan. Selain itu,
unit biogas ini dapat menghasilkan lumpur padat atau
sludge dan cairan yang dapat digunakan untuk pupuk.
Pupuk ini dapat digunakan untuk pengembangan bi
73
dang pertanian sehingga dapat menghasilkan produk per
tanian unggul seperti pembibitan buah dan sayur. Pengem
bangan bibit buah dan sayur dapat memacu pengembangan
perkebunan, misalnya perkebunan mangga, lengkeng, ja
gung, kelapa, tangkil, bunga matahari, lada, cengkeh, sayur
mayur, dan perkebunan lainnya.
Berbagai perkebunan ini akan dimanfaatkan un
tuk sumber makanan bagi peternakan lebah tanpa sengat
dengan memangku azas mutualisme, saling menguntung
kan antara lebah dan pengembangan perke bunan. Lebah
sebagai polinator dapat membantu proses penyer bukan
tanamansehinggaproduktifitastanamanbuahdansayur
me ningkat dan menghasilkan produk buah dan sayur ung
gulan Banten.
Imbal baliknya, lebah akan memanfaatkan tana
man dari perkebunan sebagai sumber makanan dari le
bah tanpa sengat. Lebah tanpa sengat dapat memproduksi
madu dan propolis yang melimpah dan berkualitas tinggi.
Produk sarang lebah dapat menjadi bahan baku obat untuk
penyakit menular dan penyakit lainnya. Sarang lebah ini
dapat disup lai ke industriindustri farmasi yang selama ini
mendapatkan raw propolis impor yang harganya cukup
mahal.
Banyak pertanyaan, bagaimana Program Integ rasi
Pembangkit Listrik Biogas, Pertanian Organik dan Pe-
ternakan Lebah (PIPL) dapat mengentaskan kemiskinan
dan pengangguran di Provinsi Banten? Perlu dijelaskan
satu persatu langkah, sehingga dimengerti keterkaitan dan
74
benang merahnya.
Pertama, Pembangkit listrik Biogas, penerapan
teknologi baru dan terbarukan untuk pembangkit listrik
biogas dapat memanfaatkan kotoran ternak masyarakat
misalnya sapi. Hal ini dapat membantu supplai gas dan
listrik masyarakat, sehingga masyakat merasakan ada nya
keuntungan lain dari beternak sapi. Selain itu, sludge dan
cairan dari biogas dapat pula menambah penghasilan jika
pupuk ini dapat dijual dan dimanfaatkan untuk pengem
bangan produk pertanian dan perkebunan.
Keuntungan yang dirasakan masyarakat dapat
memacu tumbuhnya keinginan masyarakat meningkatkan
jumlah ternak mereka. Dan jika hal ini menjadi program
pemberdayaan masyarakat dan dapat menjadi komuni
tas maka akan menghasilkan unitunit usaha yang dapat
menghasilkan produkproduk, antara lain; Produk gas dan
Listrik melahirkan UKM gas rumahan dan listrik. Produk
pupuk organik (cair dan padat) melahirkan UKM pupuk
organik. Produk ternak sapi, baik bibit maupun indukan
sapi, melahirkan UKM hewan ternak. Produk Susu dan tu
runannya (Jika bukan sapi pembesaran), melahirkan UKM
produk susu dan turunannya (permen susu, susu murni,
youghurt dan produk lainnya).
Patut disadari untuk mengedukasi masyarakat tidak
lah mudah membalikkan telapak tangan, tetapi program
EBT dari ESDM Provinsi Banten dapat menjadi cikal bakal
terlaksananya program ini. Dengan menjadikan Pondok
Pesantren yang memiliki sapi dan diberikan Hibah Unit
75
pembangkit Listrik Biogas dapat menjadi percontohan dan
pusat pelatihan untuk mengedukasi masyarakat didaerah
nya.
Masyarakat yang terlibat dalam pelatihan dapat di
harapkan menjadi komunitas dan membangun unit biogas
dan melahirkan UKMUKM diatas, dan tentunya melibat
kan masyarakat miskin baik sebagai karyawan atau mem
bina masyarakat miskin agar semua dipacu untuk ber
produksi sehingga terbuka lapangan kerja baru.
Peran perguruan tinggi dapat menunjang pada sisi
edukasi dan peluncuran programprogram pengabdian
masyarakat. Perlu juga mengedukasi tokoh masyarakat,
para kepala desa dan para tokoh pemuda untuk mene
rapkan program ini. Ide pendirian Banten Biogas Commu-
nity dapat dijajaki dengan pelopor pendiri para aka demisi
di Untirta yang bergerak pada bidang ini dan akan melibat
kan seluruh masyarakat dalam pengembangannya.
Pendanaan dapat dialokasi dari pemerintah dae rah,
keterlibatan dari industri melalui pendanaan CSR maupun
pendanaan dari luar negeri yang mendanai program go
green dan pengentasan kemiskinan.
Jika program ini dijalankan, maka akan terwujud
Banten menjadi provinsi mandiri Energi di pedesaan, dan
dapat menjadi sentra peternakan sapi dan produk turun
annya, maka hal ini dapat menjadikan Banten akan lebih
sejahtera dengan adanya sumber lapangan kerja baru
yang dapat langsung bersentuhan dan dimanfaatkan oleh
masyakat miskin. Hal ini akan menurunkan angka pe
76
ngangguran dan tentunya akan berimbas pada pening
katan kesejahteraan masyarakat.
Jika dilihat dari sisi lingkungan, program ini sangat
ramah lingkungan, dengan adanya gas dan listrik yang da
pat dimanfaatkan dari unit biogas, maka masyarakat tidak
lagi menebang hutan untuk keperluan bahan bakar dan
perambahan hutan untuk areal pertanian dapat dikendali
kan sehingga kelestarian hutan dapat terjaga. Selain itu,
pembakaran gas jauh lebih ramah lingku ngan dan produksi
gas CO2 sebagai gas rumah kaca akan semakin berkurang
dan menjaga kelestarian bumi.
Kedua, Pertanian Organik, Produksi pupuk dari unit
biogas baik yang padat dan cair dapat memacu pertum
buhan usaha pembibitan buah dan sayur. Jika suplai pem
bibitan berjalan dengan baik, maka akan lebih mudah men
dorong pertumbuhan di bidang pertanian dan perkebunan
maupun menunjang pertanian atau perkebunan yang saat
ini sudah ada seperti jagung, aren, padi dan lainlain.
Produksi pupuk di sekitar area pertanian dan perke
bunan akan menyebabkan harga pupuk akan lebih murah,
karena tidak memerlukan biaya pengangkutan serta dapat
mengurangi pemakaian pupuk kimia sehingga efek pence
maran dapat dikurangi, hasil panen masyarakat jadi lebih
sehat.
Program pemerintah yang dapat diluncurkan dari
misalnya program 1000 desa mandiri buah. Program ini
dapat melahirkan desadesa di Banten dapat menjadi Desa
Penghasil Buah Unggulan dan Produk Turunannya. Pelak
77
sanaan program dimulai dengan diadakan pemetaan dan
kesepakatan bahwa setiap desa punya ke khasan mem
produksi buah.
Sebagai contoh, satu desa sudah menentukan desa
nya menjadi icon buah mangga, maka seluruh masyarakat
didesa itu dikerahkan untuk menanam mangga, dikenal
sebagai Desa Penghasil Mangga.
Pembibitan mangga dengan kualitas unggulan dipacu
dan dikembangkan, sampai pada produkproduk turunan
mangga seperti keripik, sirup, jus, asinan dan lain lainnya.
Hal ini juga berlaku untuk buah lengkeng, jambu, nangka,
sirsak, lada, cengkeh, bunga matahari, kentang, jagung,
singkong, manggis dan buahbuahan dan sayuran lainnya.
Kehadiran lebah tanpa sengat dapat disandingkan
denganperkebunanbuah,akanmemacuproduktifitasha
sil panen dan meningkatkan jumlah produksi dari setiap
buah yang dikembangkan (Ramadhani, 2015). Program
seperti ini sudah diterapkan di provinsi lain, dan telah
menunjukkan keberhasilan seperti di Boyolali, Wonogiri
dan daerah lain.
Jika hal ini menjadi program pemberdayaan
masyarakat dan dapat menjadi komunitas maka akan
menghasilkan unitunit usaha yang dapat menghasilkan
produkproduk seperti, produk buah dan Sayur mela
hirkan koperasi di pedesaan untuk pemasaran buah dan
sayur. Produk pembibitan buah dan sayur melahirkan ko
perasi untuk pemasaran bibit. Produk turunan buah mela
hirkan UKM kripik, sirup, jus dan lainnya. Hal ini tentu
78
kembali memberikan peluang usahabaru dan penciptaan
lapangan kerja yang dapat diakses masyarakat miskin serta
memacu pengembangan desa dengan segala potensi yang
dimilikinya.
Untirta saat ini memiliki bidang utama pengemba
ngan Keamanan Pangan (Food Security), hasil penelitian
dari teknologi baru dari aktivitas para akademisi dapat
diterapkan pada produk buah dan produk pangan lainnya
baik dari proses produksi buah dengan teknologi perta
nian, maupun menunjang peningkatan kualitas maupun
perluasan pemasaran. Diharapkan peran serta perguruan
tinggi akan dihasilkan produkproduk buah dan sayur ung
gulan serta produkproduk pangan berkualitas baik dan
sehat sehingga tidak hanya memenuhi pasar lokal, tetapi
juga ekspor.
Ketiga, Peternakan Lebah Tanpa sengat, Lebah tanpa
sengat berbeda dengan lebah bersengat atau lebah madu.
Jenis lebah ini tidak memiliki sengat dan berukuran jauh
lebih kecil dari lebah biasa, karena tidak bersengat inilah
maka lebah jenis ini dapat diternak baik diperkotaan, mau
pun dipedesaan.
Pengembangan peternakan Lebah tanpa sengat ini
dikenal dengan istilah Urban bee. Urban bee tidak me
merlukan lahan yang luas, hanya saja perlu menyediakan
sumber makanan lebah yaitu golongan bunga, buah dan
sayuran penghasil nektar. Lebah ini menghasilkan madu
yang lebih sedikit dan berasal sedikit asam. Kelebihan dari
lebah jenis ini adalah banyak memproduksi propolis. Pro
79
polis banyak digunakan sebagai bahan anti mikroba, yang
dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan pengobatan
berbagai macam penyakit. Di Banten, lebah tanpa sengat
memiliki hampir 19 spesies (Kahono, 2017).
Penelitian di fakultas teknik untirta oleh tim riset Bi-
onanomedik Engineering mengembangkan obat berbasis
lebah Banten untuk pengobatan berbagai penyakit, yang
saat ini sedang berjalan adalah untuk penyakit TB.
Bahan baku obat TB ini berbasis lebah dengan
teknologi nanopartikel. Persiapan untuk pengembangan
produk obatobatan berbasis riset ini perlu dipersiapkan
sebuah konsep pengembangan dari hulu ke hilir. Pengem
bangan dari hulu berkaitan dengan penyediaan bahan
baku, se hingga secara paralel pengembangan produk obat
ini bersamaan dikembangkan konsep penyediaan bahan
baku yang diintegrasikan dengan unit biogas dan pertani
an organik, jika pengembangan di hilir lebih lambat maka
solusi pemasaran pun telah di jalin, di mana produk sarang
lebah tanpa sengat ini da pat mensuplai industri farmasi
yang selama ini raw material diperoleh impor dari luar
negeri, sehingga pasar untuk produk peternakan lebah
Banten tetap tersedia.
Selain produk utama Nanopropolis untuk obat,
produksi madu juga dapat menjadi produk unggulan, dan
produk produk turunan untuk industri berbasis le bah su
dah disiapkan dan jika menjadi komunitas de ngan me
libatkan program pemberdayaan masyarakat maka dapat
dihasilkan yaitu, Produk Obat penyakit menular dikomer
80
sialisasikan oleh Industri farmasi.
Produk Koloni lebah melahirkan koperasi untuk sup
lai koloni Lebah Banten. Produk sarang Lebah melahirkan
koperasi untuk suplai sarang lebah ke industri farmasi.
Produk Madu melahirkan koperasi untuk produk madu
unggulan Banten. Produk sabun madu anti mikroba, sham-
po anti ketombe, lotion melahirkan UKM produk sabun,
shampoo, lotion dan produkproduk kecantikan.
Selanjutnya, Produk teh atau sirup madu tanpa sengat
melahir UKM minuman sehat berbasis lebah. Produk per
men anti caries gigi, vitamin anak dan supplemen melahir
kan UKM tanpa sengat bee candy, vitamin, bee pollen dan
produk supplemen berbasis lebah tanpa sengat. Produk
Pengawet makanan dan pangan alami melahirkan UKM
produk pengawet pangan. Serta produkproduk turunan
lainnya.
UKM yang dapat dikembangkan dari industri berba
sis riset ini semuanya akan melibatkan masyarakat untuk
memproduksinya sehingga akan membuka lapa ngan kerja
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keterlibat
an pemerintah daerah melalui kebijakan dapat menun
jang program komersialisasi produk dengan cara diinteg
rasikan dengan pengembangan wisata Banten, dimana
produkproduk ini dapat menjadi produk unggulan Ban
ten dan menjadi oleholeh khas Banten, dan gerai untuk
pemasaran dapat disediakan diberbagai tempat wisata,
hotel maupun menjadi cinderamata yang akan dipopuler
kan oleh pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat
81
Banten umumnya.
Program pemberdayaan masyarakat harus dikem
bangkan, sehingga memacu pertumbuhan peternak lebah
yang saat ini hanya bertindak sebagai pemburu dan men
jual koloninya, sentrasentra peternak lebah dikembang
kan, dan edukasi perlu dilakukan.
Perguruan tinggi dapat mengembangkan pela tihan
peternakan lebah di pesantrenpesantren yang telah
memiliki unit biogas maupun lokasilokasi pilot project
yang dibangun lebih dulu. Alokasi pendanaan dari peme
rintah daerah dan peran serta industri melalui pendanaan
CSR dapat mempercepat perkembangan dan terwujudnya
konsep ini.
Pelaksanaan Program Konsep Integrasi Pembang
kit Biogas, Pertanian Organik dan Peternakan Lebah atau
PIP3L ini dapat dikembangkan dan menjadi program
solusi untuk pengentasan kemiskinan, membuka lapangan
kerja untuk mengurangi pengangguran dan meningkatan
kesejahteraan masyarakat di Provinsi Banten, walaupun
masih menemui kendala, tetapi kebersamaan seluruh ele
men masyarakat diharapkan program ini dapat menjadi
program andalan.
PIP3L ini sudah direncanakan pembangunan Pilot
Project di Sebuah Panti Asuhan dan Pondok Pesantren di
Kramat Watu dan di Kebun Fakultas Pertanian Untirta,
hanya saja saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh
Tim riset RKU sehingga masih lambat prosesnya, seda
ngkan unit biogas yang digarap oleh ESDM Provinsi Ban
82
ten masih berjalan sampai dengan akhir desember 2017,
lokasi nya di beberapa pondok pesantren di Kabupaten
Pandeglang yang merupakan hasil kajian Tim Fakultas
Teknik.
Pada Program kajian ini diambil sampel ada enam
pesantren yang disurvei tetapi hanya ada dua pesan tren
yang dibangun oleh ESDM Provinsi Banten, karena empat
pesantrennya belum memiliki akta sebagai Lembaga Ber
badan Hukum. Pada konteks ini diharapkan ada program
pemerintah daerah yang dapat membantu pesantren di
Banten untuk mengurus Akta sebagai lembaga berbadan
hukum, sehingga pesantrenpesantren yang minim penda
naan dapat memenuhi persyaratan, mendapatkan hibah
unit biogas dari ESDM yang diinisiasi ESDM provinsi Ban
ten.
Proyek percontohan PIP3L diharapkan dapat diba
ngun di sekitar Serang atau Cilegon yang dapat menjadi
Pusat pelatihan untuk pengembangannya. Pemba ngunan
untuk proyek percontohan ini masih diusahakan penda
naan dari berbagai pihak yang mungkin berminat untuk
mengembangkannya baik dari perguruan Tinggi, Pemerin
tah Daerah maupun Industri.
Mari bergandengan tangan untuk kemajuan Ban
ten mewujudkan Banten Lebih Maju, Bermarbat dan Ber
akhlakul Qarimah.[]
83
Pengembangan Usaha Jamur Merang Melalui Pemanfaatan
Limbah Sagu Aren
Egi Djanuiswati
Pertanian merupakan salah satu sektor yang mem
punyai peranan penting dan strategis dalam pem
bangunan ketahanan pangan di Provinsi Banten. Peranan
nya sangat penting antara lain dalam penyediaan lapangan
kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat, pe
nyediaan bahan baku berbagai industri. Namun dalam
prakteknya, untuk perolehan nilai tambah dan daya saing
serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan masih dijumpai banyak hambatan.
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pemba
ngunan pertanian adalah kepemilikan lahan yang sempit
akibat alih fungsi lahan pertanian, penggunaan pupuk
kimiawi yang berlebihan sehingga merusak struktur ta
nah, sulitnya akses dan ketersediaan pembiayaan perta
nian dengan suku bunga rendah bagi petani, kurangnya
84
penyuluh sebagai tenaga pendampingan petani.
Selain itu di wilayah pertanian masih dijumpai ma
syarakat miskin, banyak pengangguran, dan rawan pangan
akibat kurangnya pemenuhan kebutuhan pa ngan. Ting
ginya alih fungsi lahan telah berimbas pada berkurang
nya luas lahan pertanian yang ada. Begitu pula banyaknya
limbah hasil pengolahan produk pertanian yang belum
dimanfaatkan, dapat mengganggu pelestarian lingkungan
yang membuat keprihatinan kita bersama.
Kondisi ini perlu di antisipasi, bagaimana mening
katkan usaha pertanian dengan komoditas bernilai tinggi,
di wilayah pertanian lahan sempit dan sekaligus peman
faatan limbah hasil olahan produk pertanian. Salah satu
jawabannya adalah melakukan Pengembangan Usaha Ja
mur. Usaha agribisnis jamur dinilai menjadi solusi efektif
selain ikut memecahkan persoalan tersebut di atas, seka
ligus dapat mengentaskan kemiskinan dan memberikan
peluang pekerjaan dengan memberdayakan masyarakat
berpenghasilan rendah yang akan berusaha di bidang per
tanian dengan modal kecil dan penggunaan lahan sempit.
Komoditas Jamur memiliki keunggulan komparatif
dibandingkan komoditas pertanian lainnya seperti antara
lain : (1) Tidak diperlukan lahan yang luas seperti kebu
tuhan lahan pada budidaya tanaman lainnya yang dapat
menjadi kendala dan membatasi pengembangan usaha
pertanian, sehingga budidaya jamur merupakan solusi
bagi petani yang memiliki luas lahan terbatas; (2) Bahan
baku utama budidaya jamur berasal dari limbah pertani
85
an, perkebunan dan kehutanan yang ketersedia annya ber
limpah; (3) Budidaya jamur merupakan usaha pertanian
yang berwawasan lingkungan dan limbah budidaya jamur
masih dapat memberkan nilai tambah jika diolah menjadi
campuran pupuk organik atau media tanam tumbuhan.
Selanjutnya, (4) Produk jamur memiliki keunggulan
lebih dari produk sayuran lain karena kandungan gizinya
yang tinggi dan harga relatif murah sehingga sangat poten
sial untuk memperbaiki gizi masyarakat, bahkan beberapa
jenis jamur konsumsi ada yang berkhasiat obat sehingga
jamur merupakan makanan sehat yang berkhasiat obat.
Dengan kadungan gizi yang kompleks seperti ini, potensi
untuk mengarah ke bahan pangan masa depan tentunya
juga tinggi; (5) Budidaya jamur dapat dijadikan usaha
agribisnis yang berkesinambungan karena kegiatan pasca
panennya dapat dijadikan berbagai macam produk olahan
makanan dan obatobatan yang mempunyai nilai tambah
yang tinggi. Jamur disamping sebagai bahan pangan yang
menyehatkan juga memiliki kemampuan sebagai obat.
Kemudian, (6) Indonesiayangmemilikiekogeografi
dan mikroklimat tersendiri sebagai daerah tropika de
ngan kelembaban udara yang tinggi serta tidak memiliki 4
musim merupakan tempat budidaya yang ideal untuk ber
bagai jenis jamur, dan jamur yang memerlukan suhu yang
relatif tinggi pada dataran rendah dan jamurjamur yang
memerlukan suhu yang relatif rendah pada daerah dataran
tinggi serta dapat berproduksi sepanjang tahun.
Komoditas Jamur bahkan memiliki keunggulan
86
kompetitif yakni antara lain: (1) Jamur merupakan pasar
lokal yang sangat potensial. Diperlukan sosiali sasi pada
masyarakat untuk mengkonsumsi jamur sebagai makanan
sehat yang berkhasiat obat; (2) Kemajuan ilmu pengeta
huan dan teknologi khususnya dalam budidaya jamur
konsumsi terus dapat dikembangkan sehingga mendorong
kemajuan dalam produksi dan kualitas jamur yang dihasil
kan sehingga dapat bersaing pasar intemasional.
Selanjutnya, (3) Sumber daya bahan baku yang ber
limpah dan sumberdaya manusia yang cukup ba nyak da
pat mendorong masyarakat di pedesaan untuk berproduk
si dan meningkatkan produktivitasnya se hingga dapat
bersaing dalam harga dan kualitas baik untuk pasar lokal
maupun pasar intemasional. Budidaya jamur termasuk
kegiatan yang padat karya sehingga dapat menumbuh
kan lapangan kerja; (4) Budidaya jamur prinsipnya adalah
“memindahkan” proses dekomposisi materi organik oleh
mikroorganisme (jamur) di alam ke ruang yang “sederhana
dan terkendali” yang dilandasi tujuan ekonomi. Teknologi
untuk budidaya dapat dilakukan melalui cara yang paling
sederhana sampai pada penerapan teknologi yang kom
pleks dan mahal.
Kemudian, (5) Budidaya jamur dalam perspektif
ekologiekonomi adalah salah satu proses siklus materi di
ekosistem yang berdampak ekonomi; (6) Budidaya jamur
memanfaatkan limbah industri perkebunan, peternakan,
kehutanan, pertanian sebagai “media proses” sehingga lim
bah tersebut mempunyai nilai ekonomis yang cukup besar
87
bagi pendapatan masyarakat; (7) Ke giatan budidaya jamur
kini telah menjadi kegiatan industri tersendiri dalam skala
usaha yang beragam.
Saat ini lebih dari 15 jenis jamur telah dibudidayakan
di selunih dunia, terbanyak di China daratan dan Jepang.
Di Indonesia, ada beberapa jenis jamur yang telah dikenal
umum dan dibudidayakan antara lain jamur merang (Vol-
variella volvacea), jamur kancing (Agaricus bisporus),
jamur tiram (Pleuarotus ostreatus), jamur kuping (Auric-
ularia politricha), dan jamur Shiitake (Lentinus edodes).
Kini sudah ada beberapa petani/perusahaan yang membu
didayakan jenis jamur lainnya sperti inokitake atau taoge
(Flamulina velutives), maitake (Grifola fronuosa), dan ja
mur Ling zhi (Ganoderma lucidum).
Jamur merang (Volvariella volvaceae) ini tergolong
primadona yang mendominasi 55%60% dari total produk
si jamur nasional. Agribisnis jamur merang ini peluang
pasarnya di daerah Banten masih terbuka dan harganya
lebih mahal dibandingkan jamur sejenis lainnya. Mudah
diusahakan petani, karena lebih mudah dibudidayakan
dan siklus hidupnya pendek, hanya satu bulan serta harga
jualnya paling stabil bahkan cende rung meningkat. Dari
tahun ke tahun produksi dapat meningkat selaras de ngan
peningkatan konsumen jamur. Oleh karena itu sudah
waktu nya komoditi jamur ini dapat diangkat untuk men
jadi komoditas unggulan.
Jamur dapat meningkatkan daya tahan tubuh manu
sia, mendukung pangan dan kesehatan manusia dan secara
88
ekonomi dapat meningkatkan penghasilan para petani da
lam pengentasan kemiskinan. Namun demikian beberapa
permasalahan yang mencakup hampir mencakup seluruh
aspek tahapan pembudidayaan masih harus dihadapi oleh
para pembudidaya baik yang sudah lama maupun pemula,
yakni pada aspek penyediaan bibit, teknologi budidaya,
manajemen budidaya, sampai pada pasca panen, pema
saran dan akses ter hadap dana sampai dengan masuknya
komoditi jamur dari negara tetangga.
Menentukan arah strategi penerapan teknologi untuk
pengembangan jamur pangan dengan teknologi budidaya
jamur telah banyak dikenal masyarakat yang memproduk
si jamur secara tradisional. Namun inovasi teknologi sa
ngat diperlukan untuk memperoleh kuantitas dan kualitas
produksi yang maksimal sehingga industri jamur memiliki
daya saing tinggi dalam kompetisi di pasar domestik mau
pun global.
Dari pengalaman praktisi pengembangan jamur me
rang di Provinsi Banten, diperoleh pendekatan pengemba
ngan yakni dilaksanakan dengan pendekatan Kesejahtera
an Petani dengan Bioteknologi Konvensional dan Ekologi,
yaitu: Memakai pendekatan kesejahtera an petani dengan
bioteknologi konvesional dan ekologi. Konsep ini lahir dari
kepedulian kepada petani miskin dan lingkungan hidup.
Menghasilkan kesejahteraan petani dengan produk jamur
pangan dan pupuk organik serta produkproduk pertanian
organik.
Selanjutnya; Hasil produk pertanian protein dan kar
89
bohidrat berupa jamur pangan bisa dinikmati petani hanya
dalam waktu 10 hari dan menghasilkan sisa media tanam
berupa pupuk organik mycelium untuk pertanian organik.
Hasil akhir yang timbul petani sejahtera lebih dulu, ke
mudian menghasilkan produkproduk pertanian organik
yang sehat untuk tanaman, manusia dan ramah lingku
ngan. Kekuatan konsep ini jamur (fungi), microba dan ke
sejahteraan petani terlebih dulu. Produkproduk pertanian
organikyangbisaefisienwaktumodaltenagadanlahan.
Hal inilah yang mendorong minat untuk meman
faatkan limbah sagu dengan usaha jamur merang sebagai
salah satu alternatif bahan pangan yang baik untuk ke
sehatan, sekaligus sebagai upaya untuk mewujudkan ke
tahanan pangan. Serta lebih lanjut dapat mengentaskan
kemiskinan dan memberikan peluang pekerjaan dengan
memberdayakan masyarakat berpenghasilan rendah yang
akan berusaha di bidang pertanian dengan modal kecil
dan penggunaan lahan sempit. Artinya, budidaya jamur
merang dapat diusahakan sebagai Pilihan Berwirausaha di
Provinsi Banten.
Pengembangan Usaha Agribisnis
Jamur Merang
Pengembangan usaha jamur merang dengan media
tanam limbah sagu merupakan kegiatan usaha yang : (1)
Memotivasi untuk menjadikan petani lebih krea tif, ino
vatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan teknologi
spesifikasilokasidanmemanfaatkansumberdayalokalun
90
tuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi;
(2) Mengimplementasikan sistem pertanian berkelanjutan
yangefisien,berbasisiptekdansumberdayalokal(Sistem
Inovasi Daerah) yang berwawasan lingkungan. Misalnya
mengelola limbah pabrik sagu yang selama ini mencemari
sungai dan lingku ngan hidup sekitar pabrik; (3) Menso
sialisasikan sekaligus mendalami praktek pembudidayaan
Jamur Merang media tumbuh limbah sagu dan mengin
formasikan kepada seluruh stakeholder sebagai salah satu
materi pertimbangan untuk melaksanakan pilihan ber
wirausaha/bisnis.
Kemudian; (4) Menjadi pembelajaran bagi berba
gai pihak yang berkaitan dengan kepedulian akan bidang
hortikultura, perkebunan, kehutanan dan lingkungan se
bagai salah satu pilar ekonomi dan mampu meningkatkan
ke sejahteraan masyarakat (petani); (5) Menambah wira
usaha baru di bidang pertanian; (6) Membangun sinergi
tas dan semangat kebersamaan antar pemerintah daerah,
instansi terkait dengan pelaku usaha.
Adanya limbah hasil pengolahan produk pertani
an yang mencemari lingkungan menjadikan persoalan
tersendiri di Provinsi Banten. Salah satu industri yang
menghasilkan limbah adalah pabrik tepung sagu yang jenis
limbahnya adalah limbah organik. Limbah sagu jika tidak
dikelola dengan baik sebelum dibuang akan mengakibat
kan gangguan kesehatan seperti timbulnya penyakit gatal
gatal, badan air menjadi keruh dan berbau, membunuh
kehidupan biotabiota yang ada di air serta merusak kein
91
dahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak
sedap dipandang mata. Kondisi ini perlu di antisipasi, ba
gaimana meningkatkan usaha pertanian dengan komodi
tas bernilai tinggi, di wilayah pertanian lahan sempit dan
sekaligus pemanfaatan limbah hasil olahan produk perta
nian untuk pengem ba ng an pertanian berkelanjutan (zero
waste). Selanjutnya bekas media tanam jamur merang da
pat digunakan sebagai pupuk organik bahkan sebagai pa
kan ternak.
Jamur Merang (Volvariella volvacea), Button Mush
room, merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang
banyak digemari konsumen. Selain memberikan sensasi
rasa yang nikmat, jamur merang juga memiliki banyak
manfaat bagi para penggemarnya. Di dalam tubuh jamur
merang yang bulat dan berwarna putih kecokelatan terse
but, sedikitnya terdapat kan dungan protein sekitar 3,2
gram dalam setiap 100 gram jamur segar. Selain itu, jamur
merang juga memiliki kan dungan kalsium dan fosfor cu
kup tinggi, yaitu 51 mg dan 223 mg, serta mengandung 105
kj kalori de ngan kandungan lemak rendah 0,9 gram. Hal
inilah yang mendorong masyarakat mulai berminat untuk
memanfaatkan jamur merang sebagai salah satu alternatif
bahan pangan yang baik untuk kesehatan.
Media tanam jamur merang selain pada sekam padi,
jamur ini juga bisa tumbuh di media atau sisasisa tana
man yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah pabrik
kertas, limbah biji kopi, ampas batang aren, limbah kelapa
sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.
92
Pengembangan jamur merang melalui peman faatan
limbah ampas sagu sebagai media tanam, memberikan
jawaban untuk memanfaatkan limbah melalui pengem
bangan pertanian berkelanjutan (zero waiste), karena be
kas media tanam ampas sagu dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk maupun pakan ternak.
Proses inkubasi bibit jamur merang bisa dilakukan di
rumah kumbung jamur. Idealnya tingkat suhu yang dibu
tuhkan antara 3235 ºC, Derajat keasaman (pH) yang co
cok untuk jamur merang adalah 6,87 dengan kelem baban
65%. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahari lang
sung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancar
an tidak langsung, kalau sinar matahari dan cuaca kurang
baik dapat dilakukan dengan bantuan cahaya lampu TL
sebesar 60 watt. Disamping itu untuk mempercepat per
tumbuhan misellium, kumbung jamur harus tetap ditutup
selama 34 hari. Dan setelah 48 hari biasanya misellium
akan tumbuh membentuk primordia jamur, hingga pada
akhirnya bisa dipanen setelah 812 hari.
Waktu panen jamur merang yang paling tepat adalah
saat kuncupnya belum mekar. Bila jamur dipanen ketika
kuncup telah mekar, maka nilai ekonomisnya akan turun
dan kurang diminati pasar.
Manfaat dan Kandungan Jamur Merang
Bagi Kesehatan
Jamur merang saat ini menjadi salah satu jenis tana
man yang digemari untuk di konsumsi di Indonesia baik
93
menjadi olahan rumah tangga seperti bakso, sup sampai
olahan industri seperti kripik. Kebutuhan permintaan Ja
mur Merang untuk Pasar di Serang, Tangerang dan Jakarta
masih sangat terbuka.
Budidaya yang tergolong sangat mudah mendukung
semakin diminatinya tanaman berbentuk bulat yang satu
ini. Jika melihat kandungan zatnya maka potensi sebagai
tanaman obat tergolong tinggi. Saat ini pe ngobatan tradi
sional memang kian diminati masyarakat. Selain harganya
relatif murah, terhindarnya dari kan dungan kimia menjadi
salah satu alasan mengapa lebih menyukai pengobatan
dari alam.
Kandungan Gizi Jamur Merang
Dari hasil penelitian, diketahui jamur merang memi
liki kandungan gizi yang tinggi. Protein yang terkandung
sebanyak 5.94 %, sedangkan kandungan karbo hidrat se
tinggi 50,59 %, lemak 0,17 %, abu 1,14 %, dan mengandung
serat 1,56 %. Selain itu juga kaya akan vitamin dan mine
ral. Per 100 gram tanaman segar me ngandung sebanyak
1,9 mg besi, 17 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B1, 0,75 mg vi
tamin B2, dan 12,40 mg vitamin C. Kandungan dari asam
folat juga tergolong cukup tinggi, kalium dan tembaga.
Dengan kadungan gizi yang kompleks seperti ini, potensi
untuk mengarah ke bahan pangan masa depan tentunya
juga tinggi.
94
Khasiat jamur merang untuk Penyakit
Usia Tua
Penyakitpenyakit tua seperti hipertensi, diabetes,
tingginya kadar kolesterol, serta kanker kiranya bisa diata
si dengan memanfaatkan jamur merang. Tanaman ini bisa
membantu menurunkan tekanan darah serta mengurangi
resiko terjadinya stroke karena kandungan kalium serta
tembaga.
Tembaga diketahui memiliki sifat komponen pelin
dung jantung. Selain kaya akan mineral, kandu ngan dari
antioksidan bermanfaat melawan radikal bebas. Kandu
ngan selenium, riboflamin, dan niacin bermanfaat untuk
melawan radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh kita.
Kerja optimal dari selenium jika dikombinasikan de
ngan mengonsumsi vitamin E. Penyakit menakutkan lain
yang dapat dikurangi resikonya adalah kanker prostat.
Berdasarkan penelitian kandungan selenium tadi mampu
mengurangi resiko kejadian kanker prostat.
95
Khasiat jamur merang untuk Jamur
Merang Membantu Diet
Bagi para wanitawanita pasti akan tergiur dengan
manfaat satu ini. Mereka tidak perlu malumalu lagi untuk
mengonsumsi menu favorit mereka. Tanaman ini diketahui
dapat dipakai untuk menurunkan berat badan. Alasannya
karena kandungan air yang tinggi sekitar 80 hingga 90 %.
Selain itu kandungan kalorinya tergolong sangat tendah,
sedikit sodium serta kandungan lemak yang rendah pula.
Satu hal yang menjadikan tanaman ini bagian dari
diet sehat adalah serat yang dimiliki. Jadi jangan pernah
merasa diet makanan sehat adalah sesuatu yang melelah
kan atau merepotkan, karena dengan jamur merang kita
mampu melakukannya tanpa harus menghindari makanan
lezat.
Strategi Pemasaran
Untuk memasarkan produk jamur merang tidaklah
sulit, Anda bisa menawarkan hasil panen jamur dalam
keadaan segar. Mulai dari pemasaran di pasar tradisi
onal sampai di supermarketsupermarket besar. Biasanya
di pasar tradisional jamur merang dijual dengan kisaran
harga Rp 10.000,00–Rp 22.000,00/kg, seda ngkan untuk
pemasaran di supermarket biasanya jamur merang dijual
dengan menggunakan kemasan cup yang dilengkapi tam
bahan air untuk menjaga kualitas jamur agar tetap segar.
Kunci keberhasilan pengembangan jamur me rang
adalah (a) adanya SDM yang terampil dan berdaya guna;
96
(b) Sanitasi dan kebersihan lingkungan dimana lokasi pe
nanaman berada; (c) Kualitas bibit jamur yang baik dan
unggul ; (d) Pengatur suhu, kelembaban dan intensitas si
nar (otoinisiatit) ; (d) Pemupukan sesuai dengan anjuran
dan (e) Pasteurisasi .
Penutup
Demikian dapat dikatakan bahwa jamur dapat me
ningkatkan daya tahan tubuh manusia, mendukung pa
ngan dan kesehatan manusia dan secara ekonomi dapat
me ningkatkan penghasilan para petani dalam pe ngentasan
kemiskinan.
Namun demikian beberapa permasalahan yang men
cakup hampir mencakup seluruh aspek tahapan pembudi
dayaan masih harus dihadapi oleh para pembudidaya baik
yang sudah lama maupun pemula, yakni pada aspek pe
nyediaan bibit, teknologi budidaya, manajemen budidaya,
sampai pada pasca panen, pemasaran dan akses terhadap
dana sampai dengan masuknya komoditi jamur dari nega
ra tetangga. []
97
Menanti Nyi Mas Gamparan “Zaman Now” di Banten
Dodi Nandika
Setiap tanggal 22 Desember 2017, bangsa In
donesia memperingati Hari Ibu. Pada hari itu
masyarakat di berbagai pelosok nusantara mengenang
kembali kontribusi besar dari kaum ibu, kaum perempuan,
bukan hanya dalam keluarga, tetapi juga dalam perjua
ngan membangun bangsa. Kenangkan saja mi salnya, R.A.
Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Christina Mar
tha Tiahahu, Malahayati, R.A Kartini, dan seabrek tokoh
perempuan lainnya. Kita bersyukur, ternyata tokohtokoh
perempuan pejuang bangsa tersebut muncul hampir dari
seluruh wilayah di Indonesia.
Di Banten, kita mengenal Nyi Mas Gamparan, se
orang tokoh perempuan pada masa penjajahan Hindia
Belanda yang berani melawan penjajah walaupun ia hanya
98
seorang perempuan sederhana yang biasa memakai “gam
paran” (semacam sandal yang terbuat dari kayu). Walau
pun ia seorang perempuan desa, tidak mengenyam pen
didikan tinggi, tapi ia handal memimpin dan menggerakan
masyarakat di Cikande, Kabupaten Serang untuk bangkit
melawan penjajah. Ia peduli akan “kemerdekaan” bang
sanya.
Ia adalah penggerak “Perang Cikande” yang terjadi
pada tahun 1829 hingga 1830. Perang tersebut terjadi lan
taran Nyi Mas Gamparan yang memimpin 30 pendekar
wanita menolak Cultuurstelsel yang di terapkan Belanda ke
pada penduduk pribumi. Nyi Mas Gamparan dan pu luhan
prajurit wanitanya menggunakan taktik perang geriliya
untuk menghadapi pasukan Belanda. Rangkaian perang di
Cikande, Rangkasbitung, Serang hingga ke Pandeglang tak
terelakan. Korban dari kedua belah pihak pun berjatuhan.
Ketika itu pasukan Nyi Mas Gamparan memiliki markas
tersembunyi di wilayah yang kini disebut Balaraja. Bagi
orang Banten, Nyi Mas Gamparan dikenal sebagai seorang
pemberani, sekaligus pemimpin transformatif.
Kini menjelang Hari Ibu 2017, masyarakat Banten
juga menanti kiprah para “Nyi Mas Gamparan” masa kini,
atau “Zaman Now”. Jiwa kepeloporan dan sema ngat un
tuk maju dari kaum perempuan Banten sangat diperlukan,
mengapa? Karena jumlah kaum perempuan di Provinsi
Banten yang lebih dari 51% dari total penduduk meru
pakan potensi pembangunan yang besar. Bayangkan jika
penduduk perempuan tersebut sehat, cerdas dan terampi,
99
berkiprah positif di keluarga dan di masyarakat, jelas itu
merupakan kekuatan besar dalam pembangunan Banten.
Bayangkan jika kaum ibu Banten cerdas dan terampil
mendidik anakanaknya—generasi penerus di Banten—
termasuk menumbuh kembangkan karakter unggul dalam
diri generasi muda Banten. Membangun nilainilai luhur
kemanusiaan dalam jiwa putraputri Banten. Insya Allah
masa depan Banten akan menjadi lebih baik.
Bayangkan saja jika mereka berkontribusi positif
dalam berbagai aspek pembangunan Banten, jelas sa ngat
besar maslahatnya bagi Banten. Mereka bukan saja “pen
didik pertama” bagi generasi baru masyarakat Banten,
tetapi juga berpotensi besar sebagai dinamisator sosial dan
perekonomian Banten.
Memang saat ini kaum perempuan Banten telah ba
nyak yang berpendidikan tinggi yang bekerja di pelbagai
bidang, menjadi penunjang kehidupan keluarga, bahkan
menjadi tokoh masyarakat, termasuk kepala daerah. Li
hatlah Airin Racmi Diyany (Walikota Tangerang Selatan),
Ratu Tatu Chasanah (Bupati Serang), Irna Narulita (Bu
pati Pandeglang), Iti Octavia Jayabaya (Bupati Lebak), dan
tokohtokoh perempuan Banten lainnya.
Setidaknya keempat tokoh perempuan Banten terse
but saat ini memegang teraju pemerintahan di Banten.
Kinerja mereka dalam membangun Banten tentu sangat
diharapkan. Saatnya mereka merajut legacy dalam masa
pengabdiannya, demi masa depan Banten yang lebih baik.
Kiprah mereka dalam merespon tantangan pembangunan
100
Provinsi Banten sangat dinantikan. Kiprah mereka dalam
mentransformasi Provinsi Banten menjadi provinsi terke
muka dan membanggakan sangat dinantikan, mengapa?
Karena walaupun banyak aspek Provinsi Banten telah
mengalami kemajuan, namun tantangan pembangunan di
Banten masih sangat besar.
Kiprah kaum perempuan, bersama seluruh masyarakat
Banten masih sangat dinantikan demi meni ngkatkan ke
sejahteraan dan daya saing Provinasi Banten, termasuk
dalam indeks Pembangunan Manuisa (IPM), pencegahan
stunting, dan peningkatan indeks ketahanan pangan.
Kaum Perempuan dan IPM
Walaupun IPM Provinsi Banten trus beranjak naik
dalam beberapa tahun terakhir ini, bahkan menjadi 70, 56
pada tahun 2016 namun kesenjangan IPM antar kabupa
ten/kota di Provinsi Banten sangat tinggi (62,78 di Kabu
paten Lebak misalnya dan 80,11 di Kota Tangerang Sela
tan). Dalam kaitan ini relatif rendahnya tingkat pendidikan
kaum perempuan Banten diyakini menjadi kendala dalam
peningkatan IPM Banten.
Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebu
dayaan, ratarata lama studi perempuan Banten hanya 7,2
tahun, sedangkan kaum lakilakinya telah mencapai 8,9
tahun. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerin tah
Provinsi Banten dan seluruh masyarakat Banten terutama
kaum perempuannya. Sementara itu angka kematian ibu
(AKI) saat melahirkan di Provinsi Banten masih sangat
101
tinggi (308 per 100.000 kelahir an).
Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan serta
peningkatan budaya hidup sehat di kalangan kaum ibu
tampaknya masih sangat masih perlu ditingkatkan, ter
utama di kantongkantong kemiskinan. Akses kaum ibu ke
sarana pelayanan kesehatan di beberapa desa masih mem
perihatinkan dan perlu ditingkatkan. Belum lagi tingginya
angka tingkat perceraian yang tidak menguntungkan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Banten.
Menurut data Pengadilan Agama Negeri Provinsi Ban
ten, pada tahun 2014 jumlah gugat cerai di Provinsi Ban
ten mencapai 8000 kasus. Dan angka ini cenderung terus
meningkat dan mengancam solidaritas keluarga bahagia.
Itu semua menjadi tantangan pembangunan yang sangat
serius di Provinsi Banten. Itu semua dapat menjadi batu
sandunganbagiterwujudnyabonusdemografidiProvinsi
Banten.
Jelas diperlukan programprogram terobosan ter
masuk pendirian Posyandu plus di kantongkantong
kemiskinan di Provinsi Banten. Posyandu inilah yang di
harapkan tidak sekadar melayani kesehatan ibu dan anak
tetapi juga memberikan pendidikan keterampilan bagi
kaum ibu dan generasi putus sekolah. Posyandu plus ini
diharapkan menjadi bagian dari community college yang
perlu dibangun di beberapa wilayah yang tingkat pengang
gurannya tinggi di Banten. Peran Nyi Mas Gamparan “Ja
man Now” sangat dinantikan untuk menantikan Posyandu
Plus dan community college tersebut.
102
Kaum Perempuan dan Stunting
Provinsi Banten dikenal sebagai salah satu provinsi
dengan tingkat stunting (anak kerdil) yang tinggi
(prosentase anak sangat pendek mencapai 7,7 %, sedang
kan anak pendek 15,5%). Kerdil pada anak mencerminkan
kondisi gagal tumbuh pada anak bawah lima tahun (bali
ta) akibat kekurangan gizi kronis, se hingga anak menjadi
pendek untuk usianya. Kekura ngan gizi kronis terjadi sejak
bayi dakam kandungan hingga usia dua tahun.
Tingginya stunting jelasjelas sangat mengancan daya
saing masyarakat Banten 15 sampai 20 tahun mendatang.
Anak stunting hampir pasti tidak bisa mema suki pasar
kerja kompetetif. Mereka akan menjadi kurang produktif.
Mereka akan menjadi beban masyarakat dan negara. Oleh
karena itu peningkatan gizi dan kese hatan kaum perem
puan Banten merupakan keniscayaan. Pencegahan stunt-
ing bisa dilakukan mulai dari seorang anak dalam kan
dungan, dengan memberikan asupan gizi yang cukup bagi
ibu hamil.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pola
hidup sehat, dan itu bukan hanya soal kesadaran ibu me
ngandung, juga peran pemerintah diperlukan. Pemerintah
Provinsi Banten, harus memberikan perhatian khusus. Su
dah saatnya Nyi Mas Gamparan “Zaman Now” ikut berkip
rah mengatasi masalah ini.
103
Kaum Perempuan dan Indeks
Ketehanan Pangan
Indek Ketahanan Pangan Provinsi Banten berada
pada peringak 31 dari 33 Provinsi di Indonesia. Ini ber arti
tingkat ketahanan pangan Provinsi Banten sangat rendah.
Hal ini seolaholah merupakan anomali karena indeks
ketahanan pangan merupakan indeks komposit dari tiga
aspek yaitu, ketersediaan pangan, akses atau distribusi
pangan, dan kemanfaatan atau konsumsi pangan. Aspek
yang paling lemah adalah aspek kemanfaatan atau kon
sumsi pangan. Di sinilah peran perempuan Banten perlu
diharapkan.
Saatnya perempuan Banten memacu peningkatan
kualitas diri; menempa kompetensi; bahu membahu de
ngan kaum pria membangun Banten. Kaum perempuan
Banten tidak boleh sekadar meminta afirmasi kebijakan
pemerintah, tetapi menunjukan kinerja terbaik di berbagai
bidang pekerjaan masingmasing.
Banten menanti kiprah Nyi Mas Gamparan “Jaman
Now”. Selamat berkiprah “Nyi Mas Gamparan” masa kini.
104
Gerakan Literasi yang Mengakar dan Tumbuh
Firman Hadiansyah
Di Banten, kita mengenal Syech Nawawi al
Bantani yang karyanya begitu banyak dan ter
masyur; menjadi referensi dari pelbagai belahan negara.
Dari ulama inilah sebagian intelektual dunia mengenal
Banten karena namanya. Di sisilain, Banten, wabilkhusus
Rangkasbitung juga dikenal oleh dunia karena seorang
Belanda bernama Max Havelaar alias Multatuli, menulis
kan kesewenangwenangan Adipati Kartanatanegara yang
kemudian memicu politik etis. Dua contoh ini membukti
kan bahwa tulisan tidak hanya berdampak pada pembaca.
Lebih jauh dari itu, tulisan bisa menggema kemasa depan
hingga ratusan tahun lamanya dan menginspirasi banyak
orang untuk mela kukan tindakan tertentu.
Keajaiban teks literer tentu tidak bisa kita bantah ke
beradaannya. Namun, siapakah yang merayakan keajaiban
105
itu? Jawabannya adalah kelas intelektual, masyarakat kelas
menengah ke atas yang sudah tercerahkan dan tibatiba
kadang menjadi pelit dengan ilmu pengetahuan yang dida
patnya. Lalu bagaimanakah de ngan kondisi kelas bawah?
Ja ngankan untuk mengakses bahan bacaan, mengakses
ilmu pengetahuan di sekolah pun nyaris sempoyongan ken
dati Negara telah hadir dengan Program Wajib belajarnya
itu. Masyarakat kelas bawah masih harus berjibaku de ngan
perutnya dan secara umum, kaum litera takan nyaman me
ngakses bacaan ketika urusan ekonomi dianggap selesai.
Sementara kita tahu bersama, di tahun ini, pengangguran
terbuka di provinsi Banten mencapai puncaknya dengan
menjadi ranking ke2 secara nasional, hanya satu tingkat
lebih baik dibandingkan dengan Maluku. Ironisnya Banten
adalah tetangga Ibukota Negara dan ada lebih dari empat
belas ribu industri di Banten ini.
Lepas dari semua itu, saya masih percaya bahwa
masih banyak kaum intelektual di Banten ini yang masih
peduli dengan pendidikan. Terbukti, kampuskampus baik
negeri maupun suasta kian menjamur. Potensi perkem
bangan intelektual di Banten kini sudah sangat menggem
birakan dan jika saja dirancang dengan apik, gelombang
intelektual di Banten akan sangat menjanjikan. Hampir
tiap semester, kampuskampus di Banten mewisuda para
sarjana. Ribuan jumlahnya.
Namun apalah gunanya gelombang intelektual itu jika
tak terkonkretiasi dalam sebuah gerakan. Maksud saya, su
dah seharusnya para intelektual turun ke bawah (Turba)
106
menginisiasi ilmu pengetahuannya untuk disebar kepada
masyarakat yang belum bisa mengaksesnya. Caracara
semacam ini mungkin terdengar sumir; pada kenyataan
nya sudah terlihat komunitaskomunitas literer yang di
amdiam mengadvokasi masyarakat dalam bentuk Taman
BacaanMasyarakat (TBM). Cara yang mungkin sederhana,
tetapi berdampak.
Mengapa TBM?
TBM harus dibedakan dengan Perpustakaan Umum
yang diinisasi oleh pemerintah. Secara formal, TBM me
mang diakui sebagai perpustakaan, karena itulah TBM
tercatat di dalam UndangUndang No 43 Tahun 2007 ten
tang Perpustakaan, namun secara substantive dan melihat
perkembangan di masyarakat, TBM telah berubah fungsi
sebagai pusat belajar masyarakat. Hal ini terjadi karena ada
tuntutan dari public dan juga didasari oleh keterpanggilan
dan kesadaran para pe ngelola TBM yang menginginkan
agar di tempat tersebut terjadi barter ilmu pengetahuan.
Dengan kemandirian dan independensi, TBM sangat
dimungkinkan untuk menjadi ruang peradaban baru di
desadesa yang melahirkan intelektual non akademik dari
keterbacaan mereka.
Pada tahun 2000an, Gol A Gong dan Toto ST Radik,
penulis yang cukup disegani di Indonesia, mendirikan Ru
mah Dunia, sebuah TBM yang berbasis pada dunia tulis
menulis dan kesenian. Selain itu, di awal pendiriannya,
Rumah Dunia membuat sebuah program “RD Goes To
107
School” yang mencoba untuk mendatangi sekolahsekolah
untuk menginisiasi dan ikut terlibat dalam gerakan literasi.
Konsistensi Rumah Dunia di ranah pendidikan Non formal
dengan memunculkan “Gerakan Banten membaca” men
jadi inspirasi dari pelbagai pihak, sehingga TBM di Ban
ten kian menjamur. Hingga kini sudah tercatat sekitar 400
TBM bermunculan dengan beragam keunikannya. TBM
telah menjadi avant-garde gerakan literasi di Banten. Po
tensi ini jelas memberikan harapan baru bagi generasi li
terer di Banten.
Terkait dengan gerakan literasi, pada tahun 2006,
Banten pernah membuat terobosan yang unik yaitu me
ngumpulkan 19.480 eksemplar buku dalam sehari. Kegi
atan ini tercatat sebagai rekor Muri dan belum terpecah
kan hingga kini. Kolaborasi antara Pemda Banten dan
para pegiat literasi waktu itu terlihat cukup baik. Dengan
segala keterbatasan, institusi pemerintah dan para pegiat
literasi berusaha untuk ikut terlibat dalam menginisiasi
budaya membaca di Banten. Selain Rumah Dunia, TBM
Kedai Proses dan TBM Sumlor di Lebak pernah menda
patkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai TBM Kreatif. Penga kuan semacam
ini menjadi bukti konkret bahwa TBM di Banten cukup
diperhitungkan perkembangannya di Indonesia. Bahkan
pada tahun 2015, Banten pernah mendapatkan penghar
gaan Anugerah Aksara Utama, sebuah penghargaan ter
tinggi dalam usaha Pemberantasan Buta Aksara. Pada ta
hun yang sama, Banten pernah mendeklarasikan “Gerakan
108
Banten Membaca” dengan program 1 desa 1 TBM untuk
pendidikan non formal dan Gerakan Literasi Sekolah, yang
menginisasi agar sekolahsekolah di Banten menjadikan
perpustakaan sebagai jantung pendidikan.
1000 Perpustakaan
Terobosan terbaru yang dinantinanti oleh masyarakat
Banten adalah direalisasikannya janji Gubernur terpilih
untuk mendirikan 1000 perpustakaan di Banten. Hal ini
tentu akan menambah energy bagi para pegiat literasi dan
masyarakat Banten yang sangat mendambakan kehadiran
perpustakaan yang menyebar. Selama ini, perpustakaan
yang representative hanya bisa ditemukan di kota saja, se
mentara masyarakat desa kesulitan untuk mengakses per
pustakaan umum yang representatif. Walau terkesan bom
bastis, namun keha diran 1000 perpustakaan kelak akan
“mengubah” wajah Banten. Jika terrealisasi dan dibagi
rata perkabupaten kota di Banten, berarti akan ada 125
perpustakaan tiap wilayahnya.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada dialog terbuka
yang membahas mengenai pembangunan 1000 perpus
takaan ini. Dewan Perpustakaan yang baru didirikan pun
belum sempat melakukan pembahasan secara terbuka,
padahal gagasan semacam ini harusnya disambut hangat
sehingga masyarakat bisa ikut berpartisipasi dan terlibat
di dalam pendiriannya. Secara pri badi saya juga belum
memiliki gambaran utuh mengenai proyek ini. Jika boleh
membayangkan, saya berharap agar pendirian perpusta
109
kaan ini bukan untuk perpustakaan sekolah. Selain akses
yang sangat terbatas bagi masyarakat, perpustakaan seko
lah sebetulnya sudah diwajibkan pendiriannya, bahkan di
dalam UU Perpustakaan, sekolah wajib mengalokasikan
lima persen dari dana Bantuan Operasional Sekolah. Maka
pendirian 1000 perpustakaan harus didirikan di tempat
yang representative terutama di pusat desa dan manaje
men TBM bisa diadopsi untuk menjadikan perpustakaan
tersebut sebagai pusat pembelajaran masyarakat. De ngan
demikian masyarakat desa lebih mudah untuk mengakses
bahan bacaan dan bisa belajar bersama di tempat tersebut.
Agar tata kelola perpustakaan menjadi lebih profesional,
maka disinilah tugas Dinas Perpustakaan berfungsi. Mere
ka harus berani merekrut masyarakat sekitar dan mengad
vokasi masyarakat setempat untuk diberikan ilmu manaje
rial mengenai perpustakaan mulai dari perawatan hingga
tata cara sirkulasi. Sementara untuk keberlanjutan dari
pendirian perpustakaan bisa dialokasikan dari dana desa.
Pada praktiknya, membangun perpustakaan secara
fisik jelas berbeda dengan mendirikan perpustakaan se
bagai sentra budaya baca. Artinya kita harus berani mem
posisikan diri bahwa membangun perpustakaan adalah
membangun cara berpikir yang kritis, logis melalui akses
bacaan sehingga masyarakat tercerdaskan dan tidak lagi
hanya menjadi objek pembangunan. Dengan pendirian
1000 perpustakaan kelak, ini adalah upaya estafet yang
cukup membahagiakan dan menjadi investasi intelektual
jangka panjang sehingga gerakan literasi di Banten kian
110
mengakar dan terus tumbuh. Percayalah, Syech Nawawi
dan Multatuli akan ikut bahagia.[]
Tanah Air, 2017
111
Humor Orang Banten
M.A.Tihami
Dongengbisasajadiangkatdarisuatukisahfiktif
maupun kisah nyata yang mengan dung pesan
dan nilainilai moral dan ajaran agama yang menjadi pe
tunjuk bagaimana manusia harus bersikap, dan berprilaku
serta berinteraksi baik dengan sesamanya maupun dengan
alam disekitarnya. Masyarakat Banten, terutama kalangan
pesantren tidak lepas dari yang namanya dongeng.
Paling tidak ada tiga belas jenis dongeng humor Is
lami yang tersebar di pesantren Banten: Dongeng humor
tentang kyai dan santri. Dongeng humor tentang jawara.
Dongeng humor tentang guru dan murid. Do ngeng humor
tentang orang kampung. Dongeng humor tentang orang
kaya yang kikir. Dongeng humor tentang seks. Dongeng
humor tentang problematika suami istri. Dongeng hu
mor tentang orang tua dan anak. Dongeng humor tentang
neneknenek. Dongeng humor tentang sifat hasad (iri
112
dengki), ambisius, serakah, dan so mbong. Dongeng humor
tentang orang bodoh yang sok pintar. Dongeng humor ten
tang orang yang suka berbuat dosa dan siksa neraka. Do
ngeng humor tentang orang yang suka menipu
Berbicara tentang karakteristik, paling tidak ada sem
bilan karakteristik sifat dasar dongeng humor Islami di pe
santren, yaitu: Penyebaran dan pewarisannya disebarkan
secara lisan, artinya dari mulut ke mulut, dari satu orang
ke orang lain, dan secara alamiah tanpa paksaan. Me
ngandung ajaran moral dan ajaran ajaran agama. Pencipta
atau pengarangnya anonim. Mempunyai kegunaaan bagi
pendukungnya atau kolektif. Kadang mencerminkan hal
hal yang bersifat pralogis dan kurang rasional. Bersifat
polos dan spontan. Menjadi milik bersama dan tanggung
jawab bersama. Ceritanya sering mengandung varian atau
versi. Mengandung unsur humor sekaligus mengandung
nasehat.
Seseorang harus memperhatikan aspekaspek ter
tentu yang terkandung dalam sebuah dongeng. Apakah
di dalam sebuah dongeng ada asas moralitas yang bisa
membuat si anak mengerti mana yang baik dan mana yang
benar, mana yang terpuji dan mana yang jahat. Di sam
ping asas moralitas, seorang pendongeng juga harus mem
perhatikan asas agama; dalam arti bahwa isi cerita dari
sebuah dongeng sebisa mungkin dipilih berdasarkan nilai
nilai religious yang ada dalam dongeng itu, sehingga anak
bisa mengaplikasikannnya dalam kehidupan seharihari,
sehingga mampu menjadi manusia yang agamis.
113
Asas rasa juga penting diperhatikan, agar anak bisa
memiliki rasa empati, simpati, tepo seliro, dan rasa kasih
saying dan cinta yang bisa dipetik dari nilai sebuah do
ngeng. Di samping itu, asas rasionalitas juga perlu diper
hatikanagaranakbisamemainkanlogikanya,berfikirse
cara kritis dan logis.
Jika anak selalu diberikan dongengdongeng tentang
alam gaib, peri, makhluk supranatural dan sejenisnya,
anak akan menjadi seorang yang pemalas dan tidak mau
kerja keras, karena anak terbiasa dengan ceritacerita ten
tang pertolongan peri, malaikat, jin dan lain sebagainya
yang sewaktuwaktu bisa datang membantunya ketika ia
menghadapi masalah. Anak akan terbi asa dengan halhal
yang supralogis.
Yang terakhir adalah asas kebebasan yang bertang
gung jawab. Artinya bahwa dongeng yang disampaikan ke
anakanak sebisa mungkin yang mengandung nilainilai
kebebasan berekspresi, tetapi juga dibatasi oleh kepenti
ngan dan hak orang lain. Lewat dongeng yang mengan
dung asas kebebasan yang bertanggung jawab inilah se
orang anak akan diajarkan untuk mandiri, otonom, dan
mau bertanggung jawab terhadap semua yang ia lakukan.
Selain berfungsi sebagai sarana mendidik anak dan
hiburan, dongen juga berfungsi sebagai suatu mekanisme
pengendalian sosial, sebab lewat mendo ngeng orang tua da
pat menyisipkan anekdot, humor yang mendidik, sindiran
ataupun katakata mutiara atau menyisipkan nilainilai
moral yang menjadi acu an masyarakatnya. Melalui do
114
ngeng orang tua mampu mengajarkan mana yang baik dan
boleh dilakukan dan mana yang buruk dan harus dihindari
sehingga terbentuklah moralitas dan karakter yang men
junjung tinggi nilainilai moral dan agama serta norma
norma adat yang seharusnya dilakonkan oleh anggota
masyarakat agar tercipta kehidupan yang harmonis.
Dongeng humor yang ada di pesantren Banten um
umnya mengandung nilai moral dan ajaran agama. Se
orang kyai yang menceritakan dongeng humor di depan
santrinya, umumnya akan menjelaskan apa makna dibalik
cerita humor yang ia sampaikan. Seringkali cerita humor
juga di ambil dari beberapa kitab kuning seperti kitab al-
Shubnu al-Munbi al-Haitsiyat al-Mutannabi karya Yusuf
alBadi’i, kitab Al-Thabaqat al-Kubra karya Muhammad
bin Sa’ad, kitab Nihayat al-Arb karya anNuwairi, kitab
al-Kamil karya alMubarrad, kitab Akhbar al-Humqi wa
al-Mughaffilin karya Ibnu alJauzi, dan lain sebagainya.
Karya-karyainibiasanyaberisitentanghumor-humorsufi
yang sarat dengan ajaran agama.
Dongeng humor yang ada di pesantren, mengan dung
kritik sosial. Kritik sosial ini bisa ditujukan kepada siapa
pun; bisa kepada orang kaya yang kikir dan tidak mau ber
bagi, jawara yang sombong, kyai yang serakah dan terlalu
mencintai dunia, dan lain sebagainya. Orang yang bisa me
mahami makna dibalik cerita humor se perti ini akan bisa
mengambil hikmah dan bisa memperbaiki diri.
Sikap dan prilaku manusia seringkali melanggar
aturanaturan agama dan normanorma sosial. Oleh ka
115
renanya, dongeng humor dibentuk untuk bisa me ngontrol
sikap dan prilaku manusia agar tidak keluar dari batas
batas kemanusiaan. Sifat hasud, iri, dengki, suka bergosip
atau ghibah diharapkan bisa terkontrol dengan memahami
makna dongeng humor Islami ini.
Dongeng humor juga punya fungsi dan makna untuk
bisa mempengaruhi seseorang. Mempengaruhi dalam arti
berubah dari sifatsifat yang jelek menjadi manusia yang
berbudi pekerti luhur dan memiliki sifatsifat terpuji.
Dongeng humor berfungsi untuk menghibur hati se
seorang. Fungsi inilah barangkali yang langsung dirasakan
manfaatnya oleh orang yang mendengarkan atau menceri
takan dongeng humor.
Sebagai alat untuk mengatasi kejenuhan dan stress.
Siswa atau santri seringkali mengalami keje nuhan dan
stress baik pada saat mengaji maupun pada saatsaat yang
lain. Adakalanya suasana pesantren yang monoton bisa
membuat suasana hati menjadi jenuh dan membosankan.
Oleh karenanya, dongeng humor bisa berfungsi untuk
mengatasi kondisi ini.
Sebagai alat untuk berintropeksi dan melakukan re
fleksi. Seringkali dongeng humor juga mengandung kri
tik kepada diri sendiri. Dongeng humor tentang ‘kyai dan
santrinya’ sebenarnya mengandung kritik diri (terutama
kepada kyai atau ustadz) agar mereka terus melakukan re
fleksidanberintropeksiatassemuasikapdantingkahlaku
mereka seharihari karena mereka adalah tauladan bagi
santrisantrinya.
116
Dongeng humor Islami juga bisa dijadikan sebagai
filter atau penyaring atas berbagai jenis budaya populer
yang seringkali lebih mengedepankan sifat dan prilaku
hedonism, konsumersime, liberalism, dan lain sebagainya
yang belum tentu sesuai dengan normanorma dan ajaran
agama yang dipegang teguh oleh masyarakat kita, khusus
nya oleh masyarakat pesan tren.
Pada zaman seperti sekarang ini dimana jiwa manusia
butuh hiburan dan suasana yang lebih menye nangkan, ke
mampuan seseorang untuk bercerita tentang sesuatu yang
lucu dan bisa membuat kita tertawa sangat dibutuhkan.
Seorang guru atau dosen yang suka menyelipkan dongeng
dan cerita humor ketika mengajar akan lebih disukai oleh
siswa ketimbang pengajar yang kaku dan serius.
Seorang da’i dan penceramah yang bisa memiliki
rasa humor yang tinggi ketika berceramah akan lebih me
nyenangkan dan mendapat tempat di masyarakat ketim
bang yang terlalu serius dan hanya menyampaikan ajaran
agama, tanpa menyelipkan sedikitpun cerita atau dongeng
yang bisa membuat pendengar tertawa. Seorang host atau
pembawa acara, narasumber seminar, bisnismen juga di
tuntut untuk bisa menyelipkan canda dan cerita humor
ketika mereka tampil. Bahkan seorang kyai atau ustadz
yang mengajar tentang agama di pesantren pun butuh ke
mampuan untuk bisa menceritakan dongeng humor agar
muridmuridanya tidak mengantuk dan bosan pada saat
mengaji.
Beragam budaya populer yang masuk dan gencar di
117
sebarkan dan dipertunjukan baik melalui media elektronik
seperti internet dan televisi maupun media cetak seperti
buku, majalah, dan koran tidak akan bisa menghapus ek
sis tensi dongeng humor. Sepesat apapun perkembangan
teknologi informasi dengan beragam program dan acara
menarik yang mempertunjukan budaya populer yang di
anggap lebih modern tidak akan mampu mengikis kebu
tuhan manusia akan dongeng humor. Dongeng humor
akan tetap ada dan dibutuhkan selama manusia memiliki
masalah dalam hidupnya dan membutuhkan hiburan dan
butuh tertawa.
Dongeng humor akan selalu ada dan terpelihara dari
generasi ke generasi walaupun hanya disebarkan secara
lisan. Kebutuhan manusia akan perasaan senang dan ba
hagia, dan kekeringan jiwa manusia dengan sesuatu yang
bisa membuatnya tersenyum dan tertawa menjadikan do
ngeng humor akan tetap eksis dan terpelihara, meskipun
dalam konteks dan alur cerita yang berbeda dan berubah
ubah sesuai zaman.
Dongeng humor Islami di pesantren tidak hanya ber
fungsi sebagai hiburan semata untuk mengatasi kejenuhan
dalam belajar dan menghilangkan rasa bosan ketika ting
gal di pesantren. Ia juga mengandung nilai moral dan aja
ranagamayangsudahdimodifikasisedemikianrupaoleh
si pembuat cerita agar nasehat dan ajaran moral yang ter
kandung didalamnya tidak secara langsung menegur orang
ataupun kelompok masyarakat yang memiliki sikap dan si
fat yang kurang baik sebagaimana yang diceritakan dalam
118
dongeng humor Islami ini. Namun demikian, perlu analisis
yang tajam untuk bisa mengungkap makna budaya yang
terkandung dalam sebuah dongeng humor karena sering
kali yang lebih nampak pada dongeng humornya adalah
cerita kekonyolannya, ketimbang nasihat dan ajaran mo
ralnya. Oleh karena itu, akan lebih bijak jika kyai,ustadz,
atau siapapun yang menggunakan dongeng humor untuk
bercerita menjelaskan makna dan nilai moral yang ter
kandung dalam cerita humor tersebut.
Eksistensi dongeng humor Islami juga tidak akan
terkikis oleh arus budaya populer yang semakin kuat dan
banyak memasuki kehidupan manusia mo dern. Justru
dongeng humor Islami bisa menjadi filter dan kontrol
atas dampak negatif yang kadang kala secara tidak lang
sung terkandung dalam budaya populer. Berbagai gaya
hidup modern yang lebih mengedepankan hedonisme,
konsumer isme, liberalisme, dan lain sebagainya bisa di
minimalisir dampaknya dengan mentradisikan tradisi lisan
dalam dongeng humor Islami yang seringkali mengandung
nilai moral yang sesuai dengan budaya lokal masyarakat
kita, khususnya masyarakat pesantren. Sehingga mereka
tidak mudah terpengaruh oleh dampak negatif dari budaya
populer yang kurang sesuai dengan norma dan nilai serta
world view yang sudah menjadi pegangan masyarakat kita
sejak dulu.
119
Silat di Banten
Ginanjar Hambali
Suatu ketika di Banten, ketika malam disinari rem
bulan, setelah anakanak belajar mengaji, usai
sholat isya, anakanak ramai di luar rumah. Me reka; ber
latih silat. Sepenggal kisah, yang diceritakan Embay Mulya
Syarief terkait silat di Banten pada masa lalu, saat diskusi
dan peluncuran buku, Keyakinan dan Kekuatan; Seni Beli
Diri Silat Banten, karya Gabriel Pacal.
“Jangan mengaku orang Banten, kalau tidak bisa
shol at dan silat,” kata Embay, lakilaki kelahiran Pande
glang, 4 Maret 1952, yang sering dijuluki jawara putih itu.
Lakilaki kurus; sepuh itu mengaku pertama kali be
lajar silat, pada Pak Jenggot, lalu ke beberapa guru dan
padepokan yang lain. Sebelum diajar silat, Embay menya
takan, diajarkan dulu perilaku baik, seperti; tidak boleh
sombong, tidak boleh merendahkan orang lain.
120
“Jurusjurus yang saya keluarkan juga hanya dalam
keadaan terdesak, saya hampir dikeroyok oleh empat orang
bersenjata tajam, saya terpaksa melawan, akhirnya mereka
kabur,” katanya, yang tercatat dalam buku Gabriel Pacal,
sebagai anggota perguruan Haji Salam, yang aktif dalam
jaringan politik dan ekonomi.
Apa yang diungkapkan Embay, sejalan dengan pe
nelitian Gabriel Pascal, bahwa silat bukan hanya sekedar
kekuatan namun juga berkaitan dengan keyakinan. Kedua
aspek tersebut; kekuatan dan keyakinan, saling meleng kapi
satu sama lain untuk mendapatkan efektivitas inisiasi.
Efektivitas ini terdiri dari kekuatan yang bersifat
fisik,mentaldansekaligusmoral.Keyakinanharusterwu
jud dalam berbagai kegiatan duniawai dan mengarahkan
pada perbaikan diri orang yang mempraktekan nya dalam
hubungan sosial yang dijalaninya. Silat di Banten, meng
gambarkan relasi antara seni beli diri agama, dan praktik
ritual.
***
Gabriel Pacal, adalah peneliti Antropologi sosial dan
merupakan anggota dari Institut de recherches Asiatiques
(Irasia, Marseille) juga Centre de recherches sur I’Asie du
Sud-Est (CASE, Paris), melakukan penelitian dan menulis
disertasinya tentang ‘orang kuat’ atau yang sering disebut
dengan istilah jawara. Lakilaki yang menikah dengan orang
Banten itu, bukan hanya meneliti, namun juga mempela
jari silat, selama lima belas tahun, dengan kemampuannya
memahami teknik-teknik silat dan klasifikasi perguruan
121
silat di Banten, dia pun menulis buku tersebut.
Buku yang ditulis Pacal itu, dibagi ke dalam tiga tema;
pengakaran dan penyebaran silat Banten, lima aliran utama
silat Banten, dan karekteristik silat Banten. Pacal menulis
tentang unsurunsur mengenai penyebaran historis dan
inklusi sosial seni bela diri Melayu. Silat Banten, bukan
hanya mempunyai ciri khas Melayu, tetapi juga menunjuk
an “Kabantanen’nya. Kebantenan itu, mengandung ber
bagai prinsip etika, budaya, dan agama yang merupakan
ciri khas Banten, dan mencakup berbagai variasi lokal.
Sejarawan Denys Lombard seperti dikutip Pacal,
mengungkapkan bahwa praktik kependekaran yang ber
langsung secara sistematis telah berkembang sejak abad7
bersamaan dengan ekspansi kerajaan Budha Sriwijaya.
Ritual pembelajaran silat menurut Douglas Farrer, sangat
mengakar di semenanjung Malaya. (Hal. 2)
Sementara itu, dalam praktek debus menunjukan
kuatnya pengaruh berbagai laku yang disebarkan oleh
tarekat Qadiriyah atau Rifaiah (di Sumatera Barat), kuat
dugaan berasal dari praktikpraktik pada masa sebelum
masuknya Islam. Praktek seperti debus di Banten, dabuih
di Minangkabau atau kanuragan di Jawa, berkaitan erat
dengan yang ditemukan di wilayah lain di kepulauan In
donesia, kelompokkelompok lain di nusantara dan dapat
diperluas dalam konteks Austronesia atau Asia Tenggara.
(Hal. 3)
Begitu pula dengan praktik pertarungan yang ada di
beberapa Negara seperti di Kepulauan Filipina. Sebagai
122
contoh teknikteknik dasar panantukan, yang dinamakan,
hubud, mirip sekali dengan dua teknik dasar Cimande:
jurus kelid dan jurus selup. Sementara itu, kekhasan silat
Banten dalam kerangka regional Melayu, dimana aliran
aliran Banten berpengaruh pada aliran lain di wilayah per
batasan, Lampung, Sunda, dan Betawi.
Sebaliknya, praktikpraktik di daerahdaerah di luar,
berdampak pula pada aliranaliran silat di Banten. Seperti
dengan Betawi, dapat diamati dari segi teknikteknik silat
nya, seperti pukulan dengan bagian tubuh atas dan sapuan.
Kesamaan lainnya, meliputi segi ritual, dengan penyebaran
di beberapa kawasan Banten ritual pantun berbalas buka
tolak panto.
Pacal memfokuskan penelitian pada lima aliran uta
ma di Banten, kelimanya itu adalah Persatuan kebudayaan
seni pencak silat dan tari Indonesia Tjimande Tari Kolot
Kebon Djeruk Hilir (Kesti TTKDH), Terumbu, Bandrong,
Haji Salam, Ulin Makao. Kelimannya, menurut Pascal,
dianggap paling penting oleh orang Banten, mempertim
bangkan jumlah penekunnya, cakupan geografis cabang-
cabangnya, dan pengakaran praktikpraktik yang terse
bar.
Pacal menggambarkan bagaimana aliranaliran ini
siasi ritual bela diri Banten bukan hanya berkesinambu
ngan, namun juga memiliki kekhasan, baik dibaca dari
istilahistilah teknis, taktik dan cara bertarung serta dalam
praktik yang berkaitan, seperti aktivitas penyembuhan,
pertunjukan, musik dan tarian. (Hal.269).
123
Karekteristik persamaan di antara aliranaliran silat
Banten, diantaranya kesaman mengenai dimensi spasial,
diantaranya jarak antar petarung. kemampuan tubuh,
lingkungan alam dan alam sosial dalam membentuk ru
ang. Perlangkahan dalam ruang. Dimensi dalam/luar: per
tarungan untuk ikatan, yang tersembunyi dan kasat mata.
Kesamaan mengenai dimensi temporal. Pemerkahan ritual
dalam rentang waktu yang lama. Penyesuaian waktu da
lam teknikteknik pertarungan.
Sementara penguasaan antara dimensi dalamluar:
hubungan priawanita dan senior–junior. Budaya mate
rial: Senjata pertarungan dan penggunaan minyak ritual.
Prinsipprinsip berbagai teknik:keagamaan dan moral, ko
smologisdanfilosofis.Perangdanperlindungan:berbagai
hubungan dengan wujud hewan dan leluhur.
Pada dasarnya, seperti diulis Pacal, terdapat tiga jenis
jarak dan kategori teknik: Jarak jauh dan teknikteknik
pukulan dengan anggota tubuh bagian atas dan bawah
(contohnya di aliran Terumbu dan Bandrong), jarak me
nengah dan teknikteknik tangkapan atau de ngan tangan
melekat (contohnya di aliran TTKDH), dan jarak dengan
beberapa teknik tangkapan dan pergulatan, bantingan,
dan sapuan (seperti pada aliran Haji Salam). Beberapa
aliran di Ban ten, memadukan strategi pertarungan dengan
teknikteknik pengemba ngan te naga dalam yang merupa
kan turunan dari prakik kebatinan dan praktik mistis lokal
muslim; hikmat. (Hal. 223234).
Silat Banten juga tidak lepas dari pengaruh asing
124
yang masuk, pengaruh itu bisa terlihat riwayat pendirian
perguruan, yang didalamnya ada penggandengan unsur
unsur mengancam ke dalam sistem lokal dan kemudian
memperkuat sistem lokal itu sendiri. Kecen derungan per
guruan untuk mengembangkan cabangcabang, seperti
yang dilakukan TTKDH yang hadir di beberapa wilayah di
luar Banten, kerjasama antara guru silat Bandrong dengan
guru silat Betawi. Kerjasama guru Ulin Makao dengan guru
kuntao Tiongkok. Juga anasiranasir dari luar kenyataan,
pernikahan Ki Beji salah seorang pendiri Terumbu dengan
jin.
Teknikteknik pertarungan silat Banten tidak hanya
terhimpun dalam konteks duniawi saja, namun juga dalam
tataran kosmologis yang mengandung dimensi kasatmata
dan supranatural. Mencerminkan kesinambungan antara
manusia lain, tumbuhan, hewan dan kosmos. Silat Banten
juga melibatkan dimensi temporal dan spasial sesuai ke
samaan sistem. Beberapa nilai dalam tataran keagamaan,
filosofis,etis,danmoral,membentukdasarteknik.
Stuktur teknik aliran silat Banten menunjukan susu
nan yang sama, contohnya dalam progresi teknik dari segi
jarak dan ketinggian postur pertarungan. Dapat ditegaskan
menurut Pascal, terdapat keluarga aliran silat Banten yang
dicirikan tataran praktik dan nilai. (Hal. 269).
Perkembangan Silat
Sejak pembentukan Negara dan pemusataan kekua
saan politik pada tahun 1950an, telah terjadi penggabu
125
ngan bahkan penyeragaman praktik lokal ke dalam federa
si nasional, dengan pembentukan IPSI juga internasional
pesilat. Silat kemudian berkembang kearah sekularisasi,
dan lebih banyak hanya menonjolkan sebagai praktik, se
perti tarian, kompetensi tarung, atau bela diri.
Organisasi silat dalam kadar yang berbeda dipolitisa
sidanberafiliasipadapartai-partaipolitik,kelompokkea
gamaan, milisi sipil, konsorsium, atau kelompok ekonomi
dan penekanan. Sejak reformasi, berkembang juga kelom
pokkelompok pelobi dari unsur jawara. Perguruanpergu
ruan banyak yang mengalami perpecahan dan baru aktif
lagi ketika kontrak perhelatan pilkada disodorkan pada
perguruan.
Perihal memperhitungkan transformasi yang mem
pengaruhi silat dewasa ini menjadi penting demi pemaha
man dinamika evolusi di wilayah Banten. Se sungguhnya
sebagai pengemban aspek sosial, menurut Pacal, seperi
kedalaman antargenerasi dan pe ngakaran kewilayahan,
perguruan silat terletak di garda depan untuk mewujudkan
dinamika perubahan sosial. Perguruan silat harus menda
patkan kembali kapasitasnya sebagai representasi komu
nitas lokal dan di tempat berdirinya perguruan.
Sebab dengan memposisikan diri sebagai peng
khotbah pembangunan ekonomi Negarabangsa Indone
sia (sejak revolusi lalu dibawah rezim presiden Soeharto),
lalu sebagai penganjur suatu ide neoliberalisme global (di
bawah napas priode Reformasi), para jawara mengalami
krisis kredibilitas di mata sebagian besar masyarakat, di
126
tempat berdirinya perguruan silat.
Paling tidak kesuksesan guruguru silat, seperti Abah
Juhro di Kecamatan Pamarayan atau Abah Kemed di Ke
camatan Menes, dengan mengembangkan jari ngan silat
aktif ditingkat praktik dengan kohesi internal yang kuat,
para guru berhasil memadukan menjaga posisi sebagai
perwakilan otoritas bertalian dengan institusi komunitas
dan keagamaan setempat. Pengutusan ke bawah perantara
relasi politik di tingkat regional dan upaya pemberdayaan
ekonomi yang mengakar di tempat berdirinya perguruan.
(Hal. 267).
Pada akhirnya, semua berpulang pada orang Banten
terutama perguruan silat yang masih ada, mau kembali
sebagai refresentasi komunitas lokal dimana perguruan
berdiri, seperti ditunjukan oleh beberapa perguruan silat,
atau terus ‘bermainmain’ sebagai alat kepanjangan dan
pelestrasian kekuasaan; elit politik maupun usaha.
Buku Pacal mendeksripsikan kosmologi dan sistem
teknik dari kelompok inisiasi dalam kontkes sejarah dan
sosialbudaya Banten. Dalam buku Pacal, juga diceritakan
perjalanan sesepuh pendiri aliran, naskah pendirian pergu
ruan, dan organisasi sosialpolitiknya. Pascal telah menulis
buku, dan layak dijadikan referensi untuk mengembang
kan silat di Banten, sehingga terus bertahan sampai kapan
pun.
***
Rosalia Scortino, menuliskan kalimat yang sering di
ucapkan mendiang suaminya, almarhum O’ong Mar yono,
127
dalam kata pengantar Seri Pustaka Pencak Silat, yang
tercatat dalam buku Pacal, “Sepertinya pencak silat tidak
menjadi tuan di rumahnya sendiri.”
O’ong, sebagai seorang pesilat, menjuarai sejumlah
kejuaraan interasional. Menurut Rosalia, O’ong suaminya,
merasa kecewa bahwa informasi tertulis mengenai pencak
silat sangat kurang dan banyak orang yang tidak mengeta
huinya.
Abdul Hamid, salah seorang akademisi Untirta, yang
melakukan penelitian terkait jawara di Banten, juga mem
bantu Pacal dalam penelitian tentang silat dan orang kuat
di Banten, menyatakan, bahwa buku yang ditulis Pacal,
memberi banyak informasi, yang berharga tentang silat.
Walaupun ada beberapa buku tentang silat, namun ke
banyakan ditulis orang dari luar, bukan oleh orang yang
benarbenar masuk dan mempelajari silat secara sungguh
sungguh.
“Walaupun Pacal orang luar, namun dia masuk ke da
lam, mempelajari, meneliti dan belajar silat, secara sung
guhsungguh,” katanya.[]
128
129
ProfilPenulis
Abdul Hamid, Koordinator Bidang Politik, Peme
rintahan dan Hukum DRD Banten. Abah Hamid, begitu
biasa dipanggil adalah dosen di FISIP Universitas Tir
tayasa (Untirta) dengan jabatan fungsional Lektor Kepala.
Sekarang menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister
Administrasi Publik (MAP) Pascasarjana, Untirta.
Selain menjadi Anggota DRD Provinsi Banten, juga
menjadi Anggota Puslitbang Kwartir Daerah Gerakan Pra
muka Banten, Wakil Ketua Iluni UI Banten. Abah Hamid,
menyelesaikan program Doktor di Graduate School Of
Global Studies, Contemporary Asian Cluster, Doshisha
University sampai mendapat gelar Ph.D (Permanen Head
Damage). Selama studi di Doshisha University, membantu
Prof. Eiji Oyamada sebagai Teaching Assistant.
Lelaki kelahiran Pandeglang, Banten itu sempat men
jadi dosen di almaternya, FISIP Universitas Indonesia se
130
jak tahun 20052012. Tahun 20082010, sempat menjadi
Visiting Reasearcher di Centre For Southeast Asia Studies
(CSEAS) Kyoto University. Sejak tahun 2010, tergabung
dalam grup peneliti Local Politics City In Southeast Asia.
Atih Ardiansyah atau sering dikenal dengan Fatih
Zam, adalah dosen Komunikasi di Universitas Matlaul An
warMenes, Banten. Menyelesaikan pendidikan Sarjana di
Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, dan Magister di
Universitas Islam Bandung (Unisba).
Selain menjadi dosen, Fatih Zam juga mengelola Ra
fei Ali Institut, Anggota Dewan Perpustakaan Daerah Ban
ten. Pengurus Pusat Taman Bacaan Masyarakat Bidang
Komunikasi ini juga, sudah menerbitkan sejumlah buku,
diantaranya; Perjalanan Mengalahkan Waktu, Jawara
Angkara di Bumi Krakatau, Seteguk Kopi Menjelang Khot
bah Jumat. Fatih juga menulis sejumlah opini dan kolom,
di media massa lokal maupun nasional.
Dodi Nandika, adalah Wakil Ketua DRD Banten.
Lakilaki kelahiran Rangkasbitung, Banten itu, adalah
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB). Berbagai jaba
tan baik di kampus maupun di pemerintah pernah diem
bannya, antara lain; Direktur Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pen
didikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional (2002
2004).
Selanjutnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengem
131
bangan, Departemen Pendidikan Nasional (2004), Men
jadi Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional
(20052011). Buku karya yang telah diterbitkan antara
lain, Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis (1990), Kayu
dan Pengaweta Kayu (1998), Rayap: Biologi dan Pengen
daliannya (2003), Hutan Bagi Ketahanan Nasional (2005),
serta Universitas Riset dan Daya Saing Bangsa (2007).
Egi Djanuiswati, selain sebagai anggota DRD Ban
ten juga aktif diberbagai organisasi kemasyarakat,antara
lain di Majlis Ulama (MUI) Banten, sebagai Ketua Pem
berdayaan Ekonomi Umat, Anggota Pokja Ahli Ketahanan
Pangan, Wakil Ketua Umum Kadin Banten Bidang Perta
nian, Peternakan dan Ketahakan Pangan.
Sebelum pensiun dari Aparatur Sipil Negara (PNS),
Egi pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Parawisata dan
Kebudayaan (Disbudpar) Banten, Kepala Dinas Pertanian
Banten, dan banyak lagi. Menyelesaikan pendidikan sar
jana di Institut Pertanian Bogor, dan melanjutkan pendidi
kan di Gorg August University Goetti ngen, Jerman.
Eka Sari, Dosen Teknik Kimia Untirta, menyele
saikan pendidikan Doktor di UGM Yogyakarta. Beberapa
kali mendapatkan Bantuan Seminar Luar Negeri dari Ke
mentrian Riset dan Pendidikan Tinggi. Eka Sari, juga aktif
melakukan penelitian.
132
Firman Hadiansyah (lebih dikenal dengan nama
pena FirmanVenayaksa) adalah sekretaris di Dewan Riset
Daerah Provinsi Banten. Selain itu tercatat pula sebagai
dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sejak tahun
2015 diamanahi sebagai Ketua Umum Forum Taman Ba
caan Masyarakat. Tulisantulisannya mulai dari esai, puisi
dan cerpen menghiasi media massa di Tanah Air seperti
Kompas, Media Indonesia, Republika, Tempo dan lain
lain.
Ginanjar Hambali, Anggota DRD Banten bidang
Sosial Budaya. Menyelesaikan pendidikan Ma gister di Uni
versitas Negeri Jakarta, Jurusan Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan (PEP). Menulis buku bersama, diantaranya;
Oase Pendidikan di Indonesia dan Mengajar untuk Pe
rubahan.
Selain mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA),
Ginanjar juga menulis artikel untuk media massa, lokal
maupun nasional.
Mohammad Masduki, Wakil Ketua DRD Ban ten. Wakil Gubernur Banten Priode Tahun (20072012). Selain aktif di DRD, H.M Masduki juga menjabat sebagai Ketua Kwarda Banten, sejak tahun 2011 sampai dengan sekarang, tak berlebihan bila orangorang se ring memanggil Kak Masduki.
Kak Masduki, sarat pengalaman di birokrat, mulai dari Camat sampai menjadi Wakil Gubernur. Berbagai penghargaan juga diterimanya, diantaranya penghargaan
133
darma baktinya terhadap Pramuka selama hampir 50 tahun, yang diberikan Presiden Jokowi (2017).
M.A Tihami, Ketua DRD Banten yang juga Guru Besar UIN Sultan Maulana Yusuf (SMH) Banten. Rek tor UIN SMH Banten (d/h IAIN) priode 20042010. Menyelesaikan pendidikan Doktornya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1998), dan berbagai pelatihan dan kursus di Luar Negeri.
Puluhan karya tulis terlah dibuatnya, dari mulai buku sampai laporan hasil penelitian, terutama masalah yang berkaitan dengan Banten. Pengalaman mengajarnya dimulai dari Guru Madrasah Ibtidiyah AlKhairiyah tahun 1973, Dosen sampai sampai Guru Besar UIN.
Tubagus Najib, adalah Peneliti pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Arkeolog asal Serang itu, menyelesaikan pendidikan di UI Jakarta.