6 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaastuti (2013) dengan judul “Strategi Diseminasi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) di Kabupaten Temanggung” menunjukkan bahwa dalam diseminasi BUMP di Kabupaten Temanggung memiliki kekuatan utama dengan adanya kemauan untuk mandiri, kreatif, berbisnis dan maju dari petani, kelemahan utama dalam diseminasi BUMP di Kabupaten Temanggung adalah rendahnya kualitas SDM (paradigma dan orientasi usahatani masih subsisten), peluang utama dalam diseminasi BUMP di Kabupaten Temanggung adalah perkembangan teknologi yang semakin canggih dan adanya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013, serta ancaman utama dalam diseminasi BUMP di Kabupaten Temanggung adalah terbatasnya jumlah jaringan komunikasi/internet dan agen media informasi di daerah perdesaan. Penelitian mengenai “Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengendalian Hama Wereng Batang Cokelat Melalui Sekolah Lapang Pngendalian Hama Terpadu di Desa Kebonharjo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten” yang dilakukan oleh Nanang Adi Pamungkas (2013), menunjukkan bahwa hubungan antara sikap Petani dengan sikap terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui SLPHT hubungan signifikan arah negatif yaitu pendidikan non formal dan sangat signifikan kontak media massa. Darmawan Baskoro Wibisono (2011) melakukan penelitian dengan judul “Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap) Di Kota Salatiga” Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif antara umur dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pengalaman pribadi dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pendidikan formal dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pendidikan non formal dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif
26
Embed
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu (2003), dapat dinyatakan sebagai kumpulan orang-orang dengan sadar berusaha memberikan sumbangsih mereka kearah pencapaian suatu ... Pemahaman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaastuti (2013) dengan judul
“Strategi Diseminasi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) di Kabupaten
Temanggung” menunjukkan bahwa dalam diseminasi BUMP di Kabupaten
Temanggung memiliki kekuatan utama dengan adanya kemauan untuk
mandiri, kreatif, berbisnis dan maju dari petani, kelemahan utama dalam
diseminasi BUMP di Kabupaten Temanggung adalah rendahnya kualitas
SDM (paradigma dan orientasi usahatani masih subsisten), peluang utama
dalam diseminasi BUMP di Kabupaten Temanggung adalah perkembangan
teknologi yang semakin canggih dan adanya Undang-undang Nomor 19
Tahun 2013, serta ancaman utama dalam diseminasi BUMP di Kabupaten
Temanggung adalah terbatasnya jumlah jaringan komunikasi/internet dan
agen media informasi di daerah perdesaan.
Penelitian mengenai “Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengendalian
Hama Wereng Batang Cokelat Melalui Sekolah Lapang Pngendalian Hama
Terpadu di Desa Kebonharjo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten”
yang dilakukan oleh Nanang Adi Pamungkas (2013), menunjukkan bahwa
hubungan antara sikap Petani dengan sikap terhadap teknologi pengendalian
hama wereng batang cokelat melalui SLPHT hubungan signifikan arah
negatif yaitu pendidikan non formal dan sangat signifikan kontak media
massa.
Darmawan Baskoro Wibisono (2011) melakukan penelitian dengan
judul “Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (Puap) Di Kota Salatiga” Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan positif antara umur dan sikap petani terhadap program
PUAP, ada hubungan positif antara pengalaman pribadi dan sikap petani
terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pendidikan formal dan
sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pendidikan
non formal dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif
7
antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dan sikap petani terhadap
program PUAP, ada hubungan positif antara media massa yang diakses petani
dan sikap petani terhadap program PUAP.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Terkait
No. Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan
1. Lanjar Sugiarti 2010“Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani DenganTingkat Adopsi Budidaya Tanaman Semangka Hibrida Di Kabupaten Karanganyar Bekerjasama Dengan Pt. Tunas Agro Persada Semarang”
Menggunakan metode analisis data lebar interval dan rank kendall
Penelitian terdahulu menggunakan variabel terikat pada hubungan faktor sosial ekonomi petani dengantingkat adopsi budidaya tanaman semangka hibrida. Penelitian ini menggunakan variabel terikat pada tingkat sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
2. Eliek Prasetiawan 2013 “Sikap Petani Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Teknik Penyuluhan Di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo”
Faktor-faktor pembentuk sikap dan menggunakan metode analisis data lebar interval
Penelitian terdahulu menggunakan variabel terikat pada tingkat sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan. Penelitian ini menggunakan variabel terikat pada tingkat sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
3. Dessy Suminta Uli S 2013 “Sikap Petani Terhadap Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) studi kasus: Desa Semanampang, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara”
Faktor-faktor pembentuk sikap
Penelitian terdahulu menggunakan variabel terikat pada sikap petani terhadap perkumpulan petani pemakai air (p3a). Penelitian ini menggunakan variabel terikat pada tingkat sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
4. Albeta Sekar Toraldy 2013 “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Buah Pisang Keprok di Kota Surakarta”
Menggunakan metode analisis data rank kendall
Penelitian terdahulu menggunakan variabel terikat pada analisis preferensi konsumen terhadap buah pisang keprok. Penelitian ini menggunakan variabel terikat pada tingkat sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
Sumber: Data yang Diolah
8
B. Tinjauan Pustaka
1. Kelembagaan Agribisnis
Davis and Golberg, Sonka and Hunson, Farrel and Funk diacu
dalam Firdaus (2008), menyatakan bahwa “Agribusiness incluced all
operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies,
production on the farm, in the storage, processing and distribution of farm
commodities made from the trading (Wholesaler,retailers), consumers to
it, all non farm firms and institution serving them”. Dewasa ini pandangan
tentang agribisnis yang secara umum dianggap tepat sudah semakin luas.
Menurut pandangan ini, agribisnis mencakup semua kegiatan mulai dari
pengadaan sarana produksi pertanian (Farm Supplies) sampai dengan
tataniaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya.
Menurut Arsyad et al. (1985) dalam Firdaus (2008), yang dimaksud
dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
salah satu atau keseluruahan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil
dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegitan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Pengertian agribisnis menurut suku katanya berasal dari kata agri dan
bisnis. “agri adalah pertanian sedangkan bisnis adalah usaha yang
menghasilkan uang, dengan demikian pengertian agribisnis adalah setiap
usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi
pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri
ataupun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian”. “Sistem agribisnis
adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari empat sub-sistem yang
saling mempengaruhi yaitu sub-sistem penyedia input pertanian, sub-
sistem produksi pertanian, subsistem pengolahan hasil, dan sub-sistem
pemasaran hasil pertanian termasuk produk-produk turunannya, yang
seluruh kinerjanya dipengaruhi oleh koordinator agribisnis”. (Hadi P 1992,
diacu dalam Krisnamurthi B, et al 2010)
9
Pada dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian, yaitu :
kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of game) dalam interaksi
personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki
hierarkhi (Hayami dan Kikuchi 1981 dalam Baga L et al 2009).
Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan
baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata
hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak serta
tanggungjawabnya. Kelembagaan sebagai suatu organisasi menurut
Winardi (2003), dapat dinyatakan sebagai kumpulan orang-orang dengan
sadar berusaha memberikan sumbangsih mereka kearah pencapaian suatu
tujuan umum. Kelembagaan sebagai suatu organisasi biasanya menunjuk
pada lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam pemerintah.
Pembangunan pertanian pada dasarnya meliputi pengembangan dan
peningkatan pada faktor-faktor: teknologi, sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan kelembagaan (Uphoff, 1986; Johnson (1985) dalam
Pakpahan, 1989). Faktor-faktor tersebut merupakan syarat kecukupan
(sufficient condition) untuk mencapai performance pembangunan yang
dikehendaki. Artinya, apabila satu atau lebih dari faktor tersebut tidak
tersedia atau tidak sesuai dengan persyaratan yang diperlukan, maka
tujuan untuk mencapai performance tertentu yang dikehendaki tidak akan
dapat dicapai.
Pemahaman terhadap konsep lembaga atau kelembagaan (institusi)
sejauh ini lebih terpaku pada organisasi formail maupun organisasi
nonformal. Konvensi Uphoff (1992) dan Fowlar (1992) menyatakan
bahwa suatu lembaga dapat berbentuk organisasi seperti pemerintah, bank,
partai, perusahaan, dan lain-lain. Institusi dapat juga berupa tata peraturan
seperti hokum atau undang-undang, sistem perpajakan, tata kesopanan,
adat-istiadat, dan lain-lain.
Kelembagaan petani yang dimaksud di sini adalah lembaga petani
yang berada pada kawasan lokalitas (local institution), yang berupa
organisasi keanggotaan (membership organization) atau kerjasama
10
(cooperatives) yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok
kerjasama (Uphoff, 1986). Kelembagaan ini meliputi pengertian yang luas,
yaitu selain mencakup pengertian organisasi petani, juga ‘aturan main’
(role of the game) atau aturan perilaku yang menentukan pola-pola
tindakan dan hubungan sosial, termasuk juga kesatuan sosial-kesatuan
sosial yang merupakan wujud kongkrit dari lembaga itu. Kelembagaan
petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa peran, yaitu: (a) tugas
dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi masyarakat
dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi
sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan
pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan
(service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan yang
menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan
masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-organizational
task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau
organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar
(Esman dan Uphoff dalam Garkovich, 1989).
Kelembagaan petani merupakan lembaga yang ditumbuh
kembangkan dari, oleh dan untuk petani guna memperkuat kerjasama
dalam memperjuangankan kepentingan petani dalam bentuk kelompoktani
(poktan) dan gabungan kelomptani (gapoktan). Selain itu, kelompoktani
dengan lembagan petani mempunyai peran penting dan strategis dalam
pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan. Sesuai dengan Permentan No.
82 Tahun 2013 tentang pembinaan poktan dan gapoktan bahwa
kelompoktani (poktan) adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan
social, ekonomi dan sumberdaya; kesamaan komoditas dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan
untuk gabungan kelompoktani (gapoktan) adalah kumpulan beberapa
kelompoktani yang tergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha (Syamsul, 2014).
11
Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan
petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial
atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga
memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem
agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan
perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme
dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan
kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang
diharapkan (Suradisastra, 2008).
Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian
tanaman pangan. Di tingkat makro nasional, peran lembaga pembangunan
pertanian sangat menonjol dalam program dan proyek intensifikasi dan
peningkatan produksi pangan. Kegiatan pembangunan pertanian
dituangkan dalam bentuk program dan proyek dengan membangun
kelembagaan koersif (kelembagaan yang dipaksakan), seperti Padi Sentra,
wawasan yang memadai untuk dapat memecahkan permasalahan mereka.
Pemecahan masalah secara serta merta dilakukan secara bersama-sama dalam
bentuk kelompok ataupun organisasi. Badan usaha milik petani merupakan
badan usaha yang sedemikian rupa pembentukan dan organisasinya dibentuk,
dimiliki dan dikelola oleh petani dengan tujuan untuk memperbaiki mutu
budidaya dan pengelolaannya menjadi maju inovatif dan berkelanjutan.
Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai
tujuannya, melalui pengintegrasian segala keunggulan organisasi dalam
menghadapi tantangan dan ancaman yang dihadapi dan potensial untuk
dihadapi di masa yang akan datang oleh organisasi yang bersangkutan.
Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang
bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya dan manajemen
strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Hunger, 2003).
Adapun susunan kerangka berpikir secara sistematis dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Antara Faktor Pembentuk Sikapdengan Sikap Petani Terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) di Kabupaten Temanggung.
Sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani(BUMP) :1) Konsep BUMP2) Tujuan BUMP3) Kegiatan BUMP4) Dampak BUMP
Faktor-faktor pembentuk sikap
1) Pengalaman pribadi
2) Pendidikan formal3) Pendidikan non
formal4) Pengaruh orang
lain yang dianggap penting
5) Kosmopolitan6) Kebudayaan
26
D. Hipotesis
Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor
pembentuk sikap yaitu pada umur, pengalaman responden, pendidikan formal,
pendidikan non formal, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
kosmopolitan, dan pengaruh kebudayaan dengan sikap petani terhadap BUMP
di Kabupaten Temanggung.
E. Pembatasan Masalah
1. Responden penelitian adalah petani yang menjadi anggota Badan Usaha
Milik Petani di Kabupaten Temanggung.
2. Faktor pembentuk sikap pada penelitian ini dibatasi pada tingkat umur,
pengalaman responden, pendidikan formal, pendidikan non formal,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, kosmopolitan, dan pengaruh
kebudayaan terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
3. Hubungan timbal balik dimungkinkan terjadi antara faktor pembentuk
sikap yang diteliti dengan sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani
(BUMP) di Kabupaten Temanggung, namun dalam penelitian ini hanya
dipelajari hubungan searah antara faktor pembentuk sikap dengan sikap
petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
a. Variabel Pembentuk Sikap (Variabel Bebas)
Variabel-variabel pembentuk sikap yaitu variabel personal yang
ada dalam diri individu yang turut mempengaruhi pola perilakunya
sehingga dapat membentuk sikap petani terhadap Badan Usaha Milik
Petani (BUMP) adalah :
1) Pengalaman responden adalah pengalaman responden menjadi
anggota Badan Usaha Milik Petani (dinyatakan dalam bulan yang
diukur dengan skala likert).
27
2) Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh
oleh responden di sekolah.
3) Pendidikan non formal adalah frekuensi pendidikan yang diperoleh
responden di luar pendidikan non formal (pelatihan atau penyuluhan
pertanian).
4) Pengaruh orang lain adalah komponen sosial yang dapat
mempengaruhi pembentukan sikap. Pengaruh orang lain seperti
intensitas dengan PPL, petani lain, dan keluarga.
5) Kosmopolitan merupakan masyarakat dengan dunia di luar sistem
sosialnya sendiri yang dinyatakan melalui frekuensi bepergian ke
luar wilayah tempat tinggalnya. Diukur dengan seringnya responden
bepergian ke luar kota untuk memperoleh informasi mengenai
inovasi yang dilaksanakan serta melalui media cetak maupun
elektronik.
6) Pengaruh kebudayaan adalah tingkat budaya tradisional atau adat
istiadat tradisional dan tingkat budidaya kerukunan masyarakat
setempat yang dapat mempengaruhi pola pikir responden.
b. Sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) di Kabupaten
Temanggung (Variabel Terikat)
Sikap petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) di
Kabupaten Temanggung diartikan sebagai tanggapan atau respon
evaluatif petani responden terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP)
yang berupa sikap sangat setuju/ sangat positf, setuju/ positif, tidak
tahu/ ragu-ragu, tidak setuju/ negatif, sangat tidak setuju/ sangat negatif
dilihat dari pengetahuan responden tentang :
1) Konsep adalah suatu pandangan atau pengetahuan kognitif
seseorang terhadap BUMP.
2) Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan
atau ingin dihasilkan, implikasi atau hal-hal yang perlu
dilakukan sebagai pemanfaatan hasil melalui Badan Usaha
Milik Petani (BUMP).
28
3) Kegiatan/ penerapan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yaitu
segala bentuk kegiatan teknis di lapang terkait dengan
penerapan Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
4) Dampak merupakan suatu konsekuensi dari tindakan yang
diambil terkait dengan penerapan Badan Usaha Milik Petani
(BUMP).
Skor pernyataan sikap untuk pernyataan positif adalah :
- Sangat setuju : 5
- Setuju : 4
- Ragu-ragu : 3
- Tidak Setuju : 2
- Sangat tidak setuju : 1
Sedangkan untuk pernyataan negatif adalah :
- Sangat setuju : 1
- Setuju : 2
- Ragu-ragu : 3
- Tidak setuju : 4
- Sangat tidak setuju : 5
2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala
ordinal. Ciri-ciri penerapan skala ordinal adalah seperangkat obyek atau
sekelompok orang diurutkan dari yang paling atas ke yang paling bawah
dalam atribut tertentu (Suryabrata, 2008). Skala ordinal adalah skala yang
sudah memiliki tingkatan namun jarak antar tingkatan belum pasti
(Suliyanto, 2006).
29
a. Faktor Pembentuk Sikap
Tabel 2. Faktor-Faktor Pembentuk Sikap Petani Terhadap BUMP
Variabel Indikator Kategori Skor
1. Pengalaman responden
Lamanya pengalaman responden tergabung dalam BUMP (dalam satuan bulan)
1-7 bulan8-14 bulan15-21 bulan22-28 bulan29-36 bulan
12345
2. Pendidikan formal Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh responden di bangku sekolah
Tidak SekolahSD
SMPSMA
D3/Sarjana
12345
3. Pendidikan non formal
Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan (dalam 1 musim tanam, terdapat minimal 5 kali pertemuan)
Sangat Jarang (1 kali)Jarang (2 kali)Kadang (3 kali)Sering (4 kali)
Sangat Sering ( ≥ 5 kali)
12345
4. Pengaruh orang lain :a) Tingkat
pengaruh PPLFrekuensi memperoleh informasi atau saran tentang pertanian
Sangat JarangJarangKadangSering
Sangat Sering
12335
b) Tingkat petani lain
Frekuensi memperoleh informasi atau saran tentang pertanian
Sangat JarangJarangKadangSering
Sangat Sering
12335
c) Tingkat pengaruh keluarga
Frekuensi memperoleh informasi atau saran tentang pertanian
Sangat JarangJarangKadangSering
Sangat Sering
12335
30
5. Kosmopolitan Seringnya responden berpergian ke luar ddaerah untuk memperoleh informasi mengenai BUMP
1-2 kali3-4 kali5-6 kali7-8 kali≥ 9
12345
6. Pengaruh kebudayaan :a) Tingkat
pengaruh budaya tradisional
Sering tidaknya melaksanakan adat tradisional
Sangat JarangJarangKadangSering
Sangat Sering
12345
b) Tingkat pengaruh budaya kerukunan
Sering tidaknya melaksanakan budaya kerukunan
Sangat JarangJarangKadangSering
Sangat Sering
12345
31
b. Sikap Petani Terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP)
Tabel 3. Sikap Petani Terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP)
Variabel Indikator Kategori Skor
a. Konsep BUMP Pemahaman responden terhadap pengertian BUMP
Sangat tidak setujuTidak setuju
NetralSetuju
Sangat setuju
12345
b. Tujuan BUMP Pemahaman responden terhadap tujuan BUMP