Top Banner
FENOMENA DISTRIBUSI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Tabel Kelompok Nama sampel Volume (ml) Tanpa minyak Dengan minyak I Asam Borat 0,5 0,3 II Asam Borat 0,5 0,3 III Asam Borat 0,4 0,2 IV Asam Benzoat 2,3 0,6 V Asam Benzoat 0,3 0,2 2. Perhitungan : a. Kelompok 1 Fase air ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI 150 2013 0210
45

II FENDIS

Jan 28, 2016

Download

Documents

alifa

laporan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel

Kelompok Nama sampel

Volume (ml)

Tanpa minyak Dengan minyak

I Asam Borat 0,5 0,3

II Asam Borat 0,5 0,3

III Asam Borat 0,4 0,2

IV Asam Benzoat 2,3 0,6

V Asam Benzoat 0,3 0,2

2. Perhitungan :

a. Kelompok 1

Fase air

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,5 x0,8984 x 61,83 x 4

201,8 x 0,1 x 100 %

= 111,09620,18 x 100 %

= 5,5052 x 100 %

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 2: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

= 550,52 %

Fase minyak

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,3 x0,8984 x 61,83 x 4

201,8 x 0,1 x 100 %

= 66,6567

20,18 x 100%

= 3,3031 x 100%

= 330,31 %

K = Fase air−Faseminyak

Faseminyak

= 550,52−330,31

330,31

= 220,21330,31

= 0,667

b. Kelompok 2

Fase air

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,5 x0,8984 x 61,83 x 4

201,4 x0,1 x 100 %

= 111,09620,14

x 100 %

= 5,5161 x 100 % = 551,61 %

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 3: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Fase minyak

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,3 x0,8984 x 61,83 x 4

201,4 x0,1 x 100%

= 66,6576

20,14 x 100 %

= 3, 3097 100 %

= 330,97 %

K = Fase air−Faseminyak

Faseminyak

= 551,61−330,97

330,97 =

220,64330,97

= 0,667

c. Kelompok 3

Fase air

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,4 x 0,8984 x61,83 x 4

201,9 x0,1 x 100 %

= 8,876920,19

x 100 %

= 4,4020 x 100 %

= 440,20 %

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 4: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Fase minyak

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,2 x 0,8984 x 61,83 x 4

201,9 x 0,1 x 100 %

= 44,4384

20,19 x 100 %

= 2,2010 x 100 %

= 220,10 %

K = Fase air−Faseminyak

Faseminyak

= 440,20−220,10

220,10 =

220,10220,10

= 1

d. Kelompok 4

Fase air

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 2,3 x 0,8984 x 122,12 x 4

205,4 x 0,1 x 100 %

= 1009,3520,54

x 100 %

= 49,1407 x 100 % = 4914,07 %

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,6 x0,8984 x 122,12 x 4

205,4 x0,1 x 100 %

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 5: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

= 263,2920,54

x 100 %

= 12,8184 x 100 %

= 1281,84 %

K = Fase air−Faseminyak

Faseminyak

= 4913,72−1281,84

1281,84 =

3631,881281,84

= 2,8

e. Kelompok 5

Fase air

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,3 x0,8984 x 122,12 x 4

205,5 x 0,1 x 100 %

= 131,6551

20,55 x 100 %

= 6,4065 x 100 %

= 640,65 %

Fase minyak

% Kadar = Vt .N . Bm .VpB sampel . Fk

x 100 %

= 0,2 x 0,8984 x 122,12 x 4

205,5 x 0,1 x 100 %

= 87,7700

20,55 x 100 %

= 4,2710 x 100 %

= 427,10 %

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 6: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

K = Fase air−Faseminyak

Faseminyak

= 640,65−427,10

427,10 =

213,55427,10

= 0,5

B. Pembahasan

Bila zat padat atau zat cair dicampur ke dalam dua pelarut yang berbeda

atau tidak saling bercampur, maka zat tersebut akan terdistribusi ke dalam dua

pelarut dengan kemampuan kelarutannya. Koefisien distribusi adalah

perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda

yang tidak bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi adalah

konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 dan pelarut 2.

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu

senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada

interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu

struktur molekul.

Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling

bercampur. Jika kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan ke dalam cairan

yang tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusi diri di

antara dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh.

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam larutan yaitu larutan jenuh,

larutan tidak jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan di

mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut),

larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 7: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

terlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada

temperatur tertentu, sedangkan larutan lewat jenuh adalah larutan yang

mengandung jumlah zat terlarut dalam konsentrasi yang lebih banyak daripada

yang seharusnya pada temperatur tertentu.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien distribusi dari asam

benzoat dan asam borat dengan cara dipatisi (menggunakan minyak) dan tanpa

partisi tanpa menggunakan minyak.

Alasan penggunaan Asam benzoat dan asam borat karena keduanya dapat

larut dalam air maupun minyak. Hal ini disebabkan karena air merupakan pelarut

polar sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut non polar.

Perlakuan dimana asam benzoat dimasukkan ke dalam erlenmeyer,

kemudian dilarutkan dengan aquades dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

Setelah itu di tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein lalu di titrasi dengan larutan

NaOH 0,89848 N hingga berubah warna dari bening ke warna merah muda.

Setelah itu di ambil sisa asam benzoat yang telah dilarutkan tersebut lalu

dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan minyak kelapa lalu

dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dihomogenkan dengan pengocokan

satu arah. Hal ini dilakukan agar campuran antara minyak dan air tidak saling

bercampur. Setelah dikocok, campuran dibiarkan beberapa menit. Hal ini

bertujuan agar pemisahan antara kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Setelah itu

diambil dan ditampung dalam erlenmeyer.

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 8: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Ttitik ekuivalen adalah keadaan di mana Titran ditambahkan titer sedikit

demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri

titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Sedangkan titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan

sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan

zberdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi dengan titran basa

akan bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat diperoleh titik akhir

titrasi dengan melihat perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda ..

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil perhitungan volume

titran tanpa minyak yaitu 0,3 ml dan volume titran dengan minyak sebesar 0,2 ml

koefisien partisi untuk asam benzoat adalah 0,5.

Pada percobaan ini terdapat beberapa kesalahan dimana hasil yang

diperoleh tidak sesuai dengan literatur. Hal ini mungkin disebabkan karena sampel

tidak terdispersi dengan baik dalam kedua pelarut, larutan dalan corong pisah

belum berpisah dengan baik saat pengambilan fasa air untuk titrasi, kesalahan

dalam menitrasi, pada saat pengambilan fase air dari campuran larutan dan

minyak menggunakan pipet tetes dalam Erlenmeyer, masih ada bagian minyak

yang ikut bersama dengan fase air sehingga mempengaruhi titik akhir titrasi,

Kelarutan sampel yang tidak sempurna.

Aplikasi koefisien distribusi dalam bidang farmasi yaitu untuk menentukan

pengawet yang akan digunakan dalam sediaan dan untuk menentukan absorbsi

dan distribusi suatu bahan obat dalam tubuh. Pengawet yang baik dalam sediaan

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 9: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

emulsi, misalnya, harus dapat larut dalam air dan dalam minyak, sebab jika

pengawet hanya larut air maka fase minyak akan ditumbuhi oleh mikroorganisme

sehingga tidak menghasilkan suatu sediaan yang baik. Untuk menentukan

absorbsi obat, misalnya dalam pembuatan salep untuk menentukan bahan salep

yang bekerja pada lapisan kulit tertentu sehingga menghasilkan efek yang

diinginkan.

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 10: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena distribusi merupakan salah satu hal yang penting bagi seseorang

farmasis, ditambah berbagai faktor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut.

Lebih khusus pengaruhnya terhadap distribusi obat didalam tubuh manusia. Hal-

hal yang termasuk di dalam koefisien partisi ialah kerja obat pada tempat/organ

target serta distribusi dan absorbsinya ke seluruh bagian tubuh sampai

memberikan efek terapeutik.

Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan

suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur,

serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.

Fenomena distribusi termasuk di dalamnya adalah koefisien partisi yang

erat hubungannya dengan ilmu farmasi (ilmu resep). Satu hal penting dari

fenomena distribusi adalah sifat senyawa obat itu agar dapat melalui membran sel

yang terdiri dari lipoprotein atau suatu lapisan hidrofil dan hidrofob.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien partisi dengan cara

mencampur dua zat yang bersifat saling bertolak belakang/tidak saling bercampur.

Dengan percobaan ini, diharapkan dapat diketahui tentang fenomena distribusi

suatu obat jika terdapat dalam tubuh.

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 11: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan

mengetahui cara penentuan koefisien partisi suatu zat.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk menentukan koefisien partisi suatu zat

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 12: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut

dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH, larutan dan

untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut

(Martin, 1999).

Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalam campuran dari

dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua fase

sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut

tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka

zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua lapisan dengan perbandingan

konsentrasi tertentu (Martin, 1999).

Jika C1 dan C2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut1 dan

pelarut2, persamaan kesetimbangan menjadi

C 1C 2

= K

Tetapan kesetimbangan K dikenal sebgai perbandingan distribusi,

koefisien distribusi atau koefisien partisi. Persamaan yang dikenal dengan

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 13: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

hukum distribusi, jelas hanya dapat dapakai dalam larutan encer dimana koefisien

keaktifan dapat diabaikan (Martin, 1999).

Untuk memproduksi suatu respon biologis, molekul obat pertama-tama

harus menyeberangi suatu membran biologis beraksi sebagai suatu pembatas

lemak untuk kebanyakan obat-obat dan mengizinkan absorbsi zat-zat yang larut

dalam lemak dengan difusi pasif sedangkan zat-zat yang tidak larut dalam lemak

dapat mendifusi menyeberangi pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar,

jika tidak sama sekali. Hubungan antara konstanta disolusi, kelarutan dalam

lemak, dan pH pada tempat absorbsi serta karakteristik absorbsi dari berbagai obat

merupakan dasar dari teori pH-partisi. Penentuan derajat disosiasi atau harga pKa

dari zat obat merupakan suatu karakteristik fisika-kimia yang relatif penting

terhadap evaluasi dari efek-efek yang mungkin pada absorbsi dari berbagai tempat

pemberian (Ansel, 2005).

Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau

hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran lemak dan

interaksi dengan makro molekul pada reseptor kadang-kadang berhubungan baik

dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat (Martin, 1999).

Perlu diketahui bahwa perbandingan kelarutan ini dipengaruhi juga oleh

beberapa faktor seperti yang telah disinggung seperti faktor suhu. Faktor lain yang

berpengaruh adalah pH larutan. Hubungan ini dapat terlihat sebagai berikut :

[HA]w = C/Kq + 1 + Ka /[H3O+] (Anonim, 2007).

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 14: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah pengaruh

sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa

senyawa yang larut baik dalam bentuk lamak terkonsentrasi dalam jaringan yang

mengandung banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak

diambil oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama dalam ekstrasel

(Ernest, 1999).

Pengaruh distribusi telah disebut pengaruh obat artinya membawa bahan

obat terarah kepada tempat kerja yang diinginkan dari segi terapeutik kita

mengharapkan distribusi dapat diatur artinya konsentrasi obat pada tempat kerja

lebih besar dari pada konsentrasi di tempat lain pada organisme, walaupun

demikian kemungkinan untuk mempengaruhi pada distribusi dalam bentuk hal

kecil, pada kemoterapi tumor ganas sebagian dicoba melalui penyuntikan atau

infus sitostatika ke dalam arteri memasok tumor untuk memperoleh kerja yang

terarah (Ernest, 1999).

Sebagai molekul terdisosiasi dalam ion-ion salah satu dari fase tersebut.

Hukum distribusi digunakan hanya untuk yang umum konsentrasinya pada kedua

fase, yaitu monomer atau molekul sederhana dari zat tersebut (Martin, 1993).

Apabila ditinjau dari suatu zat tunggal yang tidak bercampur dalam suatu

corong pisah maka dalam sistem tersebut akan terjadi suatu keseimbangan sebagai

suatu zat terlarut dalam fase bawah dan zat terlarut dalam fase atas. Menurut

hukum Termodinamika, pada keadaan seimbang dan rasio aktivitas species

terlarut dalam kedua fase itu merupakan suatu ketetapan atau konstanta. Hal ini

disebut sebagai Hukum Distribusi Nerst. Nilai K tergantung pada suhu, bukan

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 15: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

merupakan fungsi konstanta absolut zat atau volume kedua fase itu (Runate,

1996).

Kerja pengawetan dari asam lemah dalam system air. Larutan, makanan

dan kosmetik merupakan sasaran kerusakan oleh enzim mikroorganisme, yang

bekerja sebagai katalis dalam reaksi penguraian. Enzim-enzim yang dihasilkan

oleh ragi, kapang dan bakteri harus dimatikan atau dihambat pertumbuhannya

untuk mencegah pengrusakan. Sterilisasi dan penambahan zat kimia pengawet

adalah hal umum digunakan dalam bidang farmasi untuk mengawetkan larutan

obat dari serangan berbagai mikroorganisme. Asam benzoat dalam bentuk garam

larut yaitu Natrium benzoat, kadang-kadang digunakan untuk tujuan ini karena

efeknya yang tidak membahayakan untuk manusia jika dimakan dalam jumlah

kecil (Martin, 1993).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam

larutan, yaitu : (Cammarata, 1995)

1. Temperatur

Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap kenaikan suhu

10oC.

2. Kekuatan Ion

Semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi makin kecil.

3. Konstanta Dielektrik

Efek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju reaksi ionik

diekstrapolarkan sampai pengenceran tak terbatas, yang pengaruh

kekuatan ionnya 0. Untuk reaktan ion yang kekuatannya bermuatan

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 16: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut adalah positif dan untuk

reaktan yang muatannya sama maka laju distribusinya negatif.

4. Katalisis

Katalisis dapat menurunkan laju - laju distribusi (Katalis negatif).

Katalis dapat juga menurunkan energi aktivitas dengan mengubah

mekanisme reaksi sehingga kecepatan bertambah.

5. Katalis Asam Basa Spesifik

Laju distribusi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau

basa. Jika laju peruraian ini terdapat bagian yang mengandung konsentrasi

ion hidrogen atau hidroksi.

6. Cahaya Energi

Cahaya seperti panas dapat memberikan keaktifan yang diperlukan

untuk terjadi reaksi. Radisi dengan frekuensi yang sesuai dengan energi

yang cukup akan diabsorbsi untuk mengaktifkan molekul – molekul.

Mekanisme kerja dari pengawet atau bakteriostatik dari asam benzoat dan

asam-asam lainnya disebabkan hampir seluruhnya atau oleh asam yang

terdisosiasi dan tidak dalam bentuk ionik. Para peneliti menemukan bahwa ragi

saccaromyces ellipsoideus yang tumbuh secara normal pada pH 2.5 – 7 dengan

adanya asam atau garam organik kuat, ditahan pertumbuhannya apabila

konsentrasi asam sampai 25 mg/100ml. Kerja pengawetan dari asam benzoat tidak

terdisosiasi jika dibandingkan dengan efektivitas dari ion asam benzoat diduga

disebabkan oleh mudahnya molekul tidak terionisasi relatif menembus membran

hidup dan sebaliknya, sulitnya ion melakukan hal itu. Molekul tidak terdisosiasi,

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 17: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

yang terdiri dari bagian non polar yang besar, larutan dalam membran lipid dari

mikroorganisme dan menembus membran ini dengan cepat (Martin, 1993).

Untuk memproduksi suatu respon biologis, molekul obat pertama-tama

harus menyeberangi suatu membran biologis beraksi sebagai suatu pembatas

lemak untuk kebanyakan obat-obat dan mengizinkan absorbsi zat-zat yang larut

dalam lemak dengan difusi pasif sedangkan zat-zat yang tidak larut dalam lemak

dapat mendifusi menyeberangi pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar,

jika tidak sama sekali. Hubungan antara konstanta disolusi, kelarutan dalam

lemak, dan pH pada tempat absorbsi serta karakteristik absorbsi dari berbagai obat

merupakan dasar dari teori pH-partisi. Penentuan derajat disosiasi atau harga pKa

dari zat obat merupakan suatu karakteristik fisika-kimia yang relatif penting

terhadap evaluasi dari efek-efek yang mungkin pada absorbsi dari berbagai tempat

pemberian (Ansel,2005).

Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau

hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran lemak dan

interaksi dengan makro molekul pada reseptor kadang-kadang berhubungan baik

dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat (Martin, 1999).

Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat

terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu, kelarutan

dinyatakan dalam mililiter pelarut yang dapat melarutkan suatu gram zat,

pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan

kimia zat-zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat diabsorbsi setelah

zat aktifnya larut dalam cairan tubuh sehingga salah satu usaha mempertinggi efek

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 18: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

farmakologinya dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya

(Martin, 1999).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Aquadest, air suling

Rumus molekul : H2O

Rumus struktur : H - O - H

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

dan tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam benzoat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama lain : Asam benzoat

Rumus molekul : C7H6O2

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 19: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Rumus struktur :

Berat molekul : 122,12

Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak

berbau

Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam

lebih kurang lebih 3 bagian etanol (95 %) P.

Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter

P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern

3. Asam borat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nama lain : Asam borat

Rumus molekul : H3BO3

Rumus struktur :

Berat molekul : 61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap,

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 20: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak

asam dan pahit kemudian manis

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air

mendidih, dalam 6 bagian etanol (95 %) P dan

dalam 3 bagian gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern

4. Fenolftalein (Ditjen POM, 1999)

Nama resmi : Phenolphtalein

Nama lain : Fenolftalein

Rumus molekul : C20H14O4 /318,00 gr

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah,

tidak berbau, stabil di udara

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

etanol, agak sukar larut dalam eter

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 21: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Perubahan warna : Tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali

lemah dan memberikan warna merah dalam

larutan alkali kuat

Range pH : 8,3 – 10,0

Kegunaan : Sebagai indikator

5. Minyak kelapa

Nama resmi : Oleum cocos

Nama lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kuning pucat, bau

khas tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95 %) P, sangat

mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter

P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

6. Natrium hidroksida (Ditjen POM, 1999)

Nama resmi : Natrii hydroxidum

Nama lain : Natrium hidroksida

Rumus molekul : NaOH

Berat molekul : 40,00

Rumus struktur : Na – O - H

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 22: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh, putih, mudah

meleleh basah, sangat alkalis dan korosif,

segera menyerap CO2.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam

etanol (95 %) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

C. Prosedur Kerja

a. Tanpa minyak

1. Timbang 100 mg asam benzoat, lalu dimasukan dalam erlenmeyer 250 ml.

2. Larutkan dengan Aquadest, kemudian dicukupkan volume larutan hingga

100 ml dengan Aquadest

3. Ambil 25 ml dari larutan tersebut, masukan dalam Erlenmeyer.

4. Tambahkan indikator Fenoftalein sebanyak 3 tetes ke dalam Erlenmeyer

5. Titrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda

6. Ambil 25 ml larutan no. 2 di atas kemudian

7. Ulangi prosedur diatas untuk asam borat

8. Hitung Koefisien partisi

b. Dengan Minyak (Anonim, 2014)

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 23: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

1. Timbang 100 mg asam benzoat, lalu dimasukan dalam erlenmeyer 250 ml.

2. Larutkan dengan Aquadest, kemudian dicukupkan volume larutan hingga

100 ml dengan Aquadest

3. Ambil 25 ml dari larutan tersebut, masukan dalam corong pisah, dan

tambahkan dengan 25 ml minyak kelapa.

4. Kocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah, diamkan

selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain

5. Buka tutup corong pisah, lalu pisahkan air dan minyak dengan

menampung dalam Erlenmeyer

6. Tambahkan indikator Fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer

7. Titrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda.

8. Ambil 25 ml larutan no. 2 di atas kemudian

9. Ulangi prosedur diatas untuk asam borat

10. Hitung Koefisien partisi.

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 24: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas kimia

250 ml, erlenmeyer 100 ml, corong pisah 250 ml, corong, statif, buret, propipet,

botol semprot, batang pengaduk, pipet skala 25 ml, pipet tetes.

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah, asam

borat, asam benzoat, air suling, minyak kelapa, indikator fenolftalein dan larutan

NaOH 0,89848 N.

C. Cara Kerja

a. Tanpa partisi (tanpa minyak)

Pertama-tama di siapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang 205,5 mg

asam borat lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, dilarutkan dengan

aquadest secukupnya, kemudian dicukupkan volume larutan hingga 100 mL

dengan aquadest, diambil 25 mL dari larutan tersebut, dimasukkan dalam

Erlenmeyer. Ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 25: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

Erlenmeyer. Dititrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,89848 N

sampai terjadi perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda.

Titrasi dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan

perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda. Di ambil . Di

ambil lagi 25 ml larutan yang telah di buat pertama tadi di atas. kemudian Di

ulangi prosedur diatas untuk asam borat. Dicatat volume titrasi yang

digunakan, lalu hitung % kadarnya. Dihitung Koefisien partisinya.

b. Dipartisi (dengan minyak)

Diambil 25 mL asam benzoat yang telah dilarutkan pertama, dimasukkan

dalam Corong pisah, dan tambahkan dengan 25 ml minyak kelapa. Kemudian

dikocok selama bebrapa menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain,

kocok satu arah. Kemudian di buka tutup corong pisah, lalu dipisahkan antara

air dan minyak dengan menanmpung di dalam Erlenmeyer. Kemudian

Ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam Erlenmeyer.

Dititrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,89848 N sampai terjadi

perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda. Titrasi

dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan perubahan

warna indikator dari bening menjadi merah muda. Di ambil lagi 25 ml larutan

yang telah di buat pertama tadi di atas kemudian Di ulangi prosedur diatas

untuk asam borat. Dicatat volume titrasi yang digunakan kemudian hitung %

kadar. Dihitung Koefisien partisinya.

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 26: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. % kadar asam benzoat fase air yaitu 640,65 %

2. % kadar asam benzoat pada fase minyak yaitu 427,10 %

3. Koefisien partisi asam benzoat yaitu sebesar 0,5

B. Saran

Sebaiknya alat-alat praktikum lebih dilengkapi lagi agar masing-masing

kelompok mendapatkan alat masing-masing.

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 27: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014 . Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan

Farmasi, UMI : Makassar.

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.

Universitas Indonesia Press : Jakarta

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. DepKes RI : Jakarta.

Effendi, Idris. 2003 . Bahan Kuliah Faermasi Fisika . Jurusan Farmasi,

Unhas : Makassar.

Ernest. 1999 . Dinamika Obat. ITB : Bandung.

Martin, A. 1990 . Farmasi Fisika, Edisi III. Jilid 1, UI Press : Jakarta

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 28: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 29: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 30: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

SKEMA KERJA

a. Tanpa Minyak

Timbang seksama 100 mg asam benzoat

Larutkan ke dalam aquadest 100 ml

Ambil 25 larutan tersebut masukan ke dalam Erlenmeyer

+ 3 tetes indikator fenolftalein

Titrasi dengan NaOH

Amati perubahan warna dari bening menjadi pink

Ulangi prosedur di ats untuk asam borat

Hitung koefisien partisi

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 31: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

b.Dengan minyak

Timbang seksama 100 mg asam benzoat

Larutkan ke dalam aquadest 100 ml

Ambil 25 larutan tersebut masukan ke dalam corong pisah

Tambahkan dengan 25 ml minyak kelapa

Kocok selama beberapa menit

Diamkan selama 10-15 menit

Pisahkan air dari minyak diisi dengan erlenmeyer

+ 3 tetes indikator fenolftalein

Titrasi dengan NaOH

Amati perubahan warna dari bening menjadi pink

Ulangi prosedur di ats untuk asam borat

Hitung koefisien partisi

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210

Page 32: II FENDIS

FENOMENA DISTRIBUSI

ALIFA MAGFIRAH NURHAYATI DYAH UTAMI150 2013 0210