1 IDENTIFIKASI PERIDININ KLOROFIL PROTEIN (PCP) PADA MAKROALGA LAUT Halimeda sp DENGAN METODE ELEKTROFORESIS SODIUM DODECYL SULFATE POLYACRILAMIDE GEL (SDS-PAGE) DAN HEMAGLUTINASI (HA) SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Oleh : ZULFIKRI NIM. 0810810065 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
92
Embed
identifikasi peridinin klorofil protein (pcp) pada - Universitas ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
IDENTIFIKASI PERIDININ KLOROFIL PROTEIN (PCP) PADA
MAKROALGA LAUT Halimeda sp DENGAN METODE ELEKTROFORESIS
SODIUM DODECYL SULFATE POLYACRILAMIDE GEL (SDS-PAGE) DAN
HEMAGLUTINASI (HA)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ZULFIKRI
NIM. 0810810065
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
2
SKRIPSI
IDENTIFIKASI PERIDININ KLOROFIL PROTEIN (PCP) PADA MAKROALGA
LAUT Halimeda sp DENGAN METODE ELEKTROFORESIS SODIUM DODECYL
SULFATE POLYACRILAMIDE GEL (SDS-PAGE) DAN HEMAGLUTINASI (HA)
Oleh:
ZULFIKRI
NIM. 0810810065
telah dipertahankan di depan penguji
pada tanggal : 4 september 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SK Dekan No.:
Tanggal :
Menyetujui,
Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I
Ir Supriatna M.Si Dr. Uun Yanuhar S.Pi., M.Si
NIP. 19640515 199003 1 NIP. 19730404 200212 2 001 Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II Nanik Retno Buwono S.Pi., MP Ir. Putut Widjanarko MP
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya Penelitian melalui Program Penelitian Payung Dikti
dengan Program Hibah Pasca Sarjana dan BOPTN Tahun 2012-2013, yang
dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Melalui DIPA Universitas Brawijaya NO : DIPA-
023.04.2.414989/2013, tanggal 5 Desember 2012, dan berdasarkan SK Rektor
Universitas Brawijaya Nomor : 295/SK/2013 tanggal 12 Juni 2012. Penelitian ini
diketuai oleh Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si. Dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Mengetahui, Malang, Agustus 2013
Ketua Peneliti Mahasiswa,
Dr Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si ZULFIKRI
NIP. 19730404 200212 2 001 NIM.0810810065
5
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
1. Kepada Allah SWT yang berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Kepada Ibunda Ermayeti dan Ayahanda Iyondri Elisman yang selalu
memberikan dukungan baik secara moril maupun secara materil.
3. Kepada Nenek penulis Mariani , kepada kakak-kakak penulis Ainil Khairati
dan Nofrida Yanti yang juga tidak henti-hentinya memberikan motifasi kepada
penulis untuk menyesaikan tugas akhir ini.
4. Kepada dosen pembimbing, Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si dan Ir. Putut
Widjanarko MP yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, bimbingan,
dan pengarahan agar laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Kepada Ir. Supriatna M.Si dan Nanik Retno Buwono S.Pi., M.Si selaku dosen
penguji yang telah banyak memberikan kritikan dan saran agar laporan tugas
akhir ini dapat tersusun dengan baik
6. Kepada Pihak Kementerian Pendidikan, Payung Dikti Riset Hibah Pasca
Sarjana tahun 2012 dan program penelitian unggulan Perguruan Tinggi
Utama (U)-BOPTN Tahun 2012/2013 dengan kontrak Nomor : DIPA-
023.04.2.414989/2013, tanggal 5 desember 2012 yang diketuai oleh Dr. Uun
Yanuhar, S.Pi, M.Si.
7. Kepada Bapak H Darnel Ibrahim yang juga sudah banyak membantu dalam
kelancaran study Penulis.
6
8. KepadaTim penelitian Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Pak Nico, Mbak
Rima, Mas Arafik, Mas Fasya, Mas Ryan, Putri, Afik, Sandi Dwi, Cahyo, Gita,
Catur, Leni dan Lukman yang lebih akrab dengan panggilan Kerapunisti,
yang satu perjuangan dengan penulis.
9. Kepada civitas akademika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya yang telah banyak berjasa dalam kelancaran study penulis.
10. Laboran Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan atas kerjasamanya selama
kegiatan penelitian.
11. Laboran Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya Malang dan
Laboratorium FAAL Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.
12. Laboran Laboratorium Biomolekular Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya,
Malang.
13. Laboran Biomedik Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.
14. Teman-teman MSP 2008 atas kebersamaannya.
15. Dunsanak-dunsanak Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa (IPPM) Bundo
Kanduang yang senasib sepenanggungan yang juga telah banyak
memberikan Motivasi dan semangat dalam mengerjakan laporan tugas akhir
ini.
16. Semua orang yang telah berjasa dalam hidup penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan skripsi ini.
Malang, Juli 2013
Penulis
7
RINGKASAN
ZULFIKRI / 0810810065. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Identifikasi Peridinin Chlorofil Protein (PCP) Makroalga Laut Halimeda sp dengan Metode Elektroforesis Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel (SDS-PAGE) dan Hemaglutinasi (HA) . Pembimbing : 1. Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si dan 2. Ir. Putut Widjanarko MP.
Hasil laut umumnya adalah ikan, alternatif hasil laut lainnya yang bisa diolah
adalah rumput laut. Dalam dunia perdagangan, rumput laut merupakan salah satu
komoditi yang cukup terkenal, meskipun tidak semua jenis rumput laut memiliki nilai
ekonomis. Alga laut banyak mengandung senyawa kimia dan umumnya
menghasilkan senyawa hidrokoloid sebagai produk metabolisme primer. Alga laut
juga mengandung metabolisme sekunder yang mempunyai protein untuk
dimanfaatkan sebagai obat karena banyak mengandung senyawa bioaktif.
Makroalga laut Halimeda sp secara kimiawi mampu menghasilkan diterpenoid
metabolites halimedatrial dan halimeda tetra acetate pada konsentrasi yang
bermacam-macam. Metabolite ini telah diteliti untuk berperanan dalam bahan kimia
pertahanan melawan terhadap pemakan tumbuhan berdasar pada bahan kimia
struktur mereka dan aktivitas biologi.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan protein PCP (Peridinin-Chlorophyll Protein) makroalga laut Halimeda sp dengan menggunakan metode SDS-PAGE dan Hemaglutinasi (HA). Metode pada Penelitian ini adalah deskriptif ekploratif, dengan kegiatan penelitian isolasi makroalga laut Halimeda sp, Spektrofotometer crude protein PCP, elektroforesis SDS PAGE crude protein PCP untuk mengetahui berat molekul PCP dan uji Hemaglutinasi (HA), Berdasarkan hasil penelitian, molekul Peridinin Chlorofil Protein (PCP)
terekspresi dalam 2 bentuk yakni 16 kDa (homodimer) dan 33,5 kDa (monomer).
PCP homodimer merupakan PCP dengan rantai panjang yang mana peridinin
mengikat 4 molekul klorofil, sedangkan PCP monomer merupakan PCP dengan
rantai pendek, molekul PCP hanya mengikat satu molekul klorofil. Kosentrasi PCP
yang terdapat pada supernatant hasil isolasi adalah sebesar 27 mg/ml.
Analisa HA, Reaksi positif terjadi pada sumua pengenceran 1/2 , 1/4, 1/8,
1/16, 1/32 dan 1/64. Hal ini terjadi karena terjadinya aglutinasi pada sel darah ikan
kerapu tikus. Apabila aglutinasi terjadi sampai lubang ke 6 maka nilai titer HA sama
dengan 26 atau sama dengan 64 (uji HA tinggi). Aglutinasi terjadi kerena PCP akan
berikatan dengan eritrosit (sel darah merah), menyebabkan pembentukan suatu kisi
yang disebut hemaglutinasi yang merupakan dasar untuk menentukan konsentrasi
PCP sampel, bereaksi atau tidak bereaksi yang diperankan oleh protein Hemaglutin
(HA) sebagai molekul glikoprotein.
8
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Skripsi yang berjudul “Identifikasi
Protein Peridinin Klorofil Protein ( PCP ) pada Makroalga Laut Halimeda sp dengan
Metode Elektroforesis Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel (SDS-PAGE) dan
Hemaglutinasi (HA)”, sebagai bagian dari payung riset DIKTI dengan Program
Penelitian Unggulan Hibah Pasca Sarjana thun 2012 dengan surat perjanjian No.
0636/023-04.2.16/15/2012 dan Program Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
Utama (U)-BOPTN, melalui Dipa Universitas Brawijaya Nomor : Dipa-
023.04.2.414989/2013, Tanggal 5 Desember 2012, dapat terselesaikan dengan
baik. Sholawat beserta salam penulis doakan kepada kepada Allah, agar berkenan
menyampaikannya kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah
menjadi suri tauladan sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi dan
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.
Malang, Agustus 2013
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i
PERNYATAAN ORISINILITAS ......................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. iii
RINGKASAN ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3
1.4 Kegunaan ................................................................................................ 3
1.4.1 Kegunaan Teoritis ......................................................................... 3
1.4.1 Kegunaan Praktis .......................................................................... 4
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
Amunium sulfat1 ditimbang seberat 100 gr, kemudian dilarutkan dengan
akuades sebanyak 70 ml dan dihomogenkan dengan magnetic stirrer selama 2 x 24
jam, setelah itu hasilnya disimpan di dalam refrigerator.
3.6.2 Pembuatan Tris-HCL pH 8 Tris HCL2 ditimbang sebanyak 3,13 gr dan dimasukkan dalam botol kaca
steril, kemudian ditambahkan akuades hingga mencapai 700 ml, selanjutnya adjust
pH larutan hingga 8,0. Setelah mencapai pH yang diinginkan volume larutan
ditingkatkan hingga mencapai 1000 ml dengan pembahan akuades.
3.6.3 Pembuatan Glysin + KCL pH 7,5 Glysin3 ditimbang sebanyak 0,375 gram, KCL ditimbang sebanyak 0,149.
Keduanya dimasukkan dalam botol steril dan ditambhkan dH2O hingga volume
mencapai 40/50 ml, homogenasi dilakukan dengan menggunakan stirer. pH di
Adjust hingga mencapai 7,5 melalui penambahan NaOH atau HCl. Setelah larutn
Glysin KCl mencapai pH 7,5 volume ditingkatkan hingga 100 ml dan Adjust pH 7,5.
3.6.4 Pembuatan Larutan NaCL 0,5 M NaCl4 ditimbang 58,44 gr ditambahkan 500 ml aquades, homogenasi dengan
stirer, setelah larut ditambahkan aquades 500ml sehingga volume mencapai
1000ml.
1 Lampiran 4
2 Lampiran 5
3 Lampiran 6
4 Lampiran 7
49
3.6.5 Isolasi Protein Makroalga Laut Halimeda sp Dalam metode isolasi langkah pertama yang dilakukan adalah mengeluarkan
sampel dari freezer, lalu diangin-anginkan sampai sampel mencair. Kemudian
sampel ditimbang sebanyak 40 gram. Sampel yang sudah ditimbang tersebut
dihaluskan atau dipotong menjadi bagian kecil-kecil dengan menggunakan gunting.
Kemudian sampel tersebut disiram dengan nitrogen cair, setelah sampel membeku,
langsung digerus dengan menggunakan mortal yang steril. Nitrogen cair disini
berfungsi untuk memecah dinding dinding sel, agar protein target kita bisa keluar.
PCP terdapat di dalam dinding sel, sehingga untuk mendapatkannya harus terlebih
dahulu memecahkan dinding sel tersebut dengan menggunakan nitrogen cair dan
dengan cara digerus. Proses penggerusan dilakukan selama 1 jam, kemudian
ditambahkan glysin + KCL pH 7,5 sebanyak 17 ml. Glysin + KCL juga berfungsi
untuk memecah dinding sel. Setelah penambahan glysin + KCL dilakukan lagi
penggerusan selama 1 jam lagi.
Hasil dari gerusan tersebut dimasukkan kedalam ependof dan ditimbang
seberat 2 gram, kemudian disentrifus dengan menggunakan mikrosentrifus selama
1 jam dengan kecepatan 17.000 rpm pada suhu 40 C untuk memisahkan pelet
dengan supernatannya. Supernatannya dimasukkan lagi kedalam ependof yang
steril, masing – masing 1 ml, kemudian ditambahkan SAS (sodium amunium sulfat)
yang bertujuan untuk mengikat protein. Penambahan amunium sulfat dilakukan
dengan menggunakan rumus modifikasi Yanuhar (2013):
50
SAS = 30 % x (70 % x V)
2
Ket: SAS = volume total SAS (sodium amunium sulfat) yang akan
ditambahkan
V = volume total hasil supernatan
Setelah penambahan SAS (sodium amunium sulfat), kemudian di sentrifus
lagi dengan kecepatan 15.000 rpm selama 30 menit pada suhu 40 C, kemudian
dipisahkan lagi pelet dengan supernatannya.
3.6.6 Prosedur Dialisa Prosedur dialisa menurut metode modifikasi dialisa oleh Yanuhar (2013).
Kantong selofan diambil secukupnya, kemudian direbus dengan PBS + EDTA.
EDTA yang ditambahkan cukup sedikit saja (seujung pinset). Perebusan dlakukan
dalam air yang sudah mendidih selama ± 10 menit, kemudian dibilas lagi dengan
menggunakan PBS. Ujung selofan tersebut di jepit dengan menggunakan tubing dan
diikat dengan menggunakan tali kasur agar pada saat dialisa tidak lepas dan dicek
kebocorannya dengan mamasukkan sedikit PBS dan ujung selofan tersebut di
tempelkan pada tissue. Selanjutnya supernatan hasil isolasi dari protein makroalga
Halimeda Sp, dimasukkan ke dalam kantong selofan tersebut, kemudian ujungnya di
jepit lagi dengan menggunakan tubing dan diikat lagi dengan menggunakan tali
kasur. Selofan yang sudah berisi supernatan tersebut kemudian dimasukkan dalam
larutan larutan Tris HCL pH 8, dan di stirer sampai larutan berwarna keruh (2-3 hari).
Tris HCl berfungsi untuk mengikat lemak. Lemak yang berada dalam supernatan
akan tertarik keluar dari dalam kantong selofan, sedangkan proteinnya akan tetap
51
berada dalam kantong selofan. kantong selofan bersifat semipermiabel, yaitu hanya
bisa dilewati oleh zat-zat tertentu. Setelah larutan berwarna keruh, hasil dialisa
tersebut diangkat dan disaring dengan menggunakan minisart yang pori-porinya
berukuran 0,20 µm. hasil saringan tersebut didialisa lagi sampai larutan Tris HCl nya
berwarna keruh lagi. Hasil dialisa yang kedua ini kemudian dispektrofotometer
dengan panjang gelombang 550 nm untuk mengetahui kosentrasi PCP nya.
Konsentrasi PCP dihitung dengan menggunakan kurva baku.
3.6.7 Elektroforesis Protein dengan SDS-Page Menurut Fatchiyah dkk (2011), prosedur Elektroforesis5 protein dengan SDS
PAGE6 adalah sebagai berikut:
Menyiapkan sampel
1. Menambahkan sampel bufer ke dalam sampel protein (perbandingan 1 : 1) dalam
tabung Eppendorf.
2. Memanaskan sampel pada suhu 1000C selama 5 menit.
3. Setelah dingin, simpan pada suhu 200C bila sampel tidak langsung dipakai.
Menyiapkan separating gel dan stacking gel
1. Menyusun plate pembentuk gel.
2. Membuat separating gel 12,5% dengan cara sebagai berikut:
menyiapkan tabung polipropilen 50ml.
Memasukkan 3,125 ml stok akrilamida dalam tabung.
Memasukkan 2,75 ml 1M Tris pH 8,8. Tabung di tutup, lalu tabung digoyang
secara perlahan.
5Lampiran 2
6 Lampiran 3
52
Memasukkan aquabides 1,505 ml. Tabung ditutup, lalu tabung digoyang
secara perlahan.
Memasukkan 75 µl SDS 10%. Tabung ditutup, lalu digoyang cecara
perlahan.
Memasukkan 75 µl APS 10%. Tabung ditutup, lalu digotang secara perlahan.
Memasukkan 6,25 µl TEMED. Tabung ditutup, lalu digoyang secara
perlahan.
Segera tuang larutan kedalam plate pembentuk gel menggunakan mikropipet
1 ml (jaga jangan sampai terbentuk gelembung udara) sampai batas yang
terdapat pada plate.
Secara perlahan, tambahkan aquades di atas larutan gel dalam plate agar
permukaan gel tidak bergelombang.
3. Biarkan gel memadat selama kurang lebih 30 menit (ditandai dengan
terbentuknya garis transparan diantara batas air dan gel yang terbentuk).
Setelah itu buang air yang menutup separating gel.
4. Sesudah separating gel memadat, siapkan stacking gel 3% dengan cara yang
sama seperti prosedur no 2 di atas, volume larutan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Komposisi pembuatan Stacking gel 3 %
No Bahan Volume
1 Bis-akrilamida 30 % 0,45 ml
2 1 M Tris pH 6,8 0,38 ml
3 Aquabides 2,11 ml
4 SDS 10 % 30 µl
5 TEMED 5 µl
53
6 APS 10 % 30 µl
Memasukkan sampel pada sumur gel
1. Memasukkan plate yang sudah berisi gel ke dalam chamber
elektroforesis.
2. Menuangkan running buffer sampai bagian atas dan bawah gel
terendam.
3. Bila terbentuk gelembung udara pada dasar gel atau diantara sumur
sampel, maka gelembung tersebut harus dihilangkan.
4. Memasukkan sampel sebanyak 10-20 µl (yang kandungan proteinnya
minimal 0,1 g dan maksimal 20-40 g) secara hati-hati ke dalam dasar
sumur gel menggunakan syringe Hamilton.
5. Bilas syringe sampai 3x dengan air atau dengan running buffer sebelum
dipakai untuk mamasukkan sampel yang berbeda pada sumur gel
berikutnya.
Running sampel
1. Untuk memulai running, hubungkan perangkat elektroforesis dengan
sumber listrik.
2. Melakukan running pada arus konstan 20 mA selama kurang lebih 40-50
menit atau sampai tracking dye mencapai jarak 0,5 cm dari dasar gel.
3. Setelah selesai, tuang running buffer dan ambil gel dari plate.
Pewarnaan gel dengan Coomassie Brilliant Blue (CBB)
1. Untuk tahap ini diperlukan larutan staining untuk mewarnai protein pada
gel dan larutan destaining untuk menghilangkan warana pada gel dan
54
memperjelas pita protein yang terbentuk. Komposisi pembuatan larutan
staining dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Komposisi pembuatan larutan staining
No Bahan Volume
1 Coomassie Blue R-250 1,0 g
2 Metanol 450 ml
3 Aquades 450 ml
4 Asam asetat Glasial 100 ml
Komposisi untuk pembuatan larutan destaining 1 liter dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi pembuatan larutan destaining 1 L
No Bahan Volume
1 Metanol 100 ml
2 Asam asetat glasial 100 ml
2. Merendam gel dalam 20 ml staining solusion sambil digoyang selama
kurang lebih 15 menit. Setelah itu, tuang kembali larutan staining pada
wadahnya.
3. Mencuci dengan air beberapa kali. Setelah itu, rendam gel dalam larutan
50 ml destaining solusion sambil digoyang selama kurang lebih 30 menit
atau sampai pita protein terlihat jelas.
Pewarnaa perak 1. Merendam gel dalam larutan fiksasi selam 30 menit.
2. Menuang larutan fiksasi, kemudian merendam gel dalam larutan
sensitizing selama 30 menit.
55
3. Selanjutnya gel di cuci dengan cara direndam dalam aquades selama 5
menit dan dilakukan sebanyak tiga kali.
4. Merendam gel dalam pereaksi perak.
5. Mencuci gel dengan cara direndam dalam aquades selama 2 menit dan
dilakukan sebanyak satu kali.
6. Selanjutnya gel direndam dalam larutan developing selama 30 detik
sampai 5 menit. Perendaman harus segera dihentikan bila gel sudah
mulai menjadi berwarna gelap.
7. Reaksi yang berlangsung pada tahap 7 dihentikan dengan cara
merendam gel dalam larutan stopping selama 10 menit.
8. Mencuci gel dengan cara direndam dalam aquades selama 5 menit dan
dilakukan sebanyak tiga kali.
9. Merendam gel dalam larutan pengawet selama 30 menit dan dilakukan
sebanyak 2 kali.
10. Gel siap diamati
Pengukuran berat molekul protein sampel
1. Untuk setiap sampel protein, amati terlebih dahulu berapa jumlah pita
protein yang terlihat, kemudian tentukan nilai Rf masing-masing pita
protein dari setiap sampel
2. Dari setiap nilai Rf yang diperoleh, hitung berat molekulnya dengan
bantuan persamaan garis linear dari kurva standar berat molekul.
3. Catat hasil yang di peroleh dalam tabel.
3.6.8 Uji Hemaglutinasi (HA)
56
Uji penghambatan hemaglutinasi ternyata sensitif kecuali untuk togavirus,
sangat spesifik, karena uji itu mengukur antibodi yang berikatan pada protein
permukaan yang paling gampang mengalami perubahan antigenik. Di samping itu,
uji ini sederhana mengidentifikasi isolat dari virus yang menyebabkan hemaglutinasi
(Fennner, 1993). Uji penghambatan hemaglutinasi ternyata sensitif kecuali untuk
togavirus, sangat spesifik, karena uji itu mengukur antibodi yang berikatan pada
protein permukaan yang paling gampang mengalami perubahan antigenik. Di
samping itu, uji ini sederhana mengidentifikasi isolat dari virus yang menyebabkan
hemaglutinasi(Fennner, 1993).
Analisis hemaglutinasi yang dilakukan beradasarkan Hanne dan Finkelstein
(1982). Darah diisolasi dari ikan kerapu normal menggunakan spuit 1 ml 26 GX½”
(Therumo) yang sebelumnya dibasahi dengan larutan EDTA 10%. Darah ikan
selanjutnya dicuci dua kali menggunakan PBS, dihomogenkan kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Eritrosit selanjutnya
diencerkan dengan menggunakan PBS (1:200) untuk digunakan dalam uji HA.
Uji HA dilakukan dengan menggunakan mikroplate V-bottom 96 well.
Sebanyak 50 µl PCP dari supernatant hasil dialisa, dimasukkan dalam sumuran dan
dibuat pengenceran berseri menggunakan larutan PBS hingga pada pengenceran
(1/64). Untuk pembanding digunakan sumuran sebagai kontrol negatif yang hanya
berisi PBS. Selanjutnya semua ditambahkan eritrosit yang telah diencerkan dengan
PBS pada semua sumuran, mikroplate digoyang-goyang dan reaksi hemaglutinasi
diamati selama 24 jam.
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Halimeda sp Isolasi Peridinin-Chlorophyll Protein (PCP) Halimeda sp mengacu pada
Yanuhar (2013). Hasil penelitian isolasi makroalga Halimeda sp ini, didapatkan
berupa supernatan Peridinin-Chlorophyll Protein (PCP) yang berwarna bening.
Peridinin-Chlorophyll Protein (PCP) dari makroalga Halimeda sp didapatkan dari
beberapa tahap: isolasi, dan dialisa. Langkah awal yang dilakukan pada proses
isolasi adalah menimbang halimeda seberat 25 gr, kemudian diberi nitrogen cair
yang berfungsi untuk memberi kejutan pada sel agar mulut sel membuka sehingga
pada saat penggerusan dinding sel bisa pecah. Setelah itu digerus dengan
58
menggunakan mortar sampai benar-benar halus. Setelah halus kemudian
ditambakan Glisin sebanyak 20 ml. Pemberian glisin ini bertujuan sebagai pelarut
setelah itu di gerus lagi sampai satu jam.
A B Gambar 3. Sample Halimeda sp Keterangan: a. Halimeda sp sebelum digerus
b. Halimeda sp hasil gerusan yang yang siap untuk disentrifus. (sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013)
Hasil gerusan tersebut di masukkan ke dalam opendoft dan di sentrifus
menggunakan sentrifus dingin dengan kecepatan 18000 rpm pada suhu 4 oc
selama satu jam. Supernatan kemudian dipisahkan dengan pellet menggunakan
mikropipet. Supernatant yang sudah dipisahkan dari peletnya tersebut ditambahkan
dengan Solid Amunium Sulfat (SAS) yang bertujuan untuk mengikat protein target.
Selanjutnya di sentrisfus dingin lagi dengan kecepatan 12.000 rpm dengan suhu 4oc
selama 30 menit. Kemudian hasil sentrifus yang kedua ini dimasukkan kedalam
kantong selofan yang bersifat selaput semipermeable atau selaput yang hanya bisa
dilewati oleh zat-zat tertentu saja. Selanjutnya didialisa selama satu minggu, sampai
larutan tris HCL yang digunakan untuk merendam kantong selofan tersebut menjadi
59
keruh. Selanjutnya hasil dialisa tersebut di filter dengan filter ukuran 0,20 µm.
kemudian di masukkan kantong selofan lagi dan didaialisa lagi sampai hasil isolasi
berwarna bening. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar protein yang terdapat
dalam sampel dengan menggunakan spektofotometer.
A B
Gambar 4. Supernatan dan Hasil Dialisa Keterangan: a. supernatant hasil sentrifus yang siap didialisa pertama.
b. PCP hasil dialisa yang sudah dipisahkan dari protein lain. (sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013) Isolasi protein dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni pemecahan sel
dan pemisahan komponen protein dari komponen lain selain protein. Proses
pemecahan sel sebagai langkah awal prosedur isolasi untuk mengeluarkan isi dari
sel yang salah satu komponennya terdapat protein. Protein merupakan salah satu
komponen penyusun sel yang paling besar, sehingga harus dilakukan pemecahan
sel ketika akan mempelajari protein (Bintang, 2010). Sedangkan Fatchiyah et.,al
(2011) menyatakan bahwa untuk menganalisis protein yang ada di dalam sel,
diperlukan prosedur fraksinasi sel, yaitu (1) memisahkan sel dari jaringannya, (2)
menghancurkan membran sel untuk mengambil kandungan sitoplasma dan
organelnya, serta (3) memisahkan organel-organel dan molekul penyusunnya.
60
Prosedur (1) dan (2) dinamakan homogenisasi. Homogenisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan alat yang paling sederhana seperti homogenizer atau mortar,
sampai dengan menggunakan alat yang paling mutakhir seperti vibrasi dan sonikasi.
Prosedur (3) dilakukan menggunakan sentrifugasi dengan kecepatan dan lama
sentrifugasi tertentu.
4.2 Elektroforesis Sodium Dodesil Poliakrilamida Gel (SDS PAGE)
Metode sodium dodesyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis
(elektroforesis SDS-PAGE ) digunakan untuk membuktikan bahwa hasil isolasi yang
didapatkan adalah Peridinin-Chlorophyll Protein (PCP), Polyacrylamide gel berfungsi
sebagai medium penyangga sedangkan sodium dodecyl sulfate berfungsi untuk
mendenaturasi protein. Sedangkan elektroforesis itu sendiri adalah suatu proses
migrasi molekul bermuatan di dalam suatu media yang bermuatan listrik, dimana
kecepatan migrasinya tergantung pada muatan, ukuran dan bentuk setiap molekul
yang ada. Pada saat arus listrik diberikan, molekul bermigrasi melalui media
(biasanya berupa gel), molekul yang kecil akan bermigrasi lebih cepat daripada yang
besar, sehingga akan terjadi pemisahan. Agar pita-pita protein yang terbentuk dapat
terlihat maka dibutuhkan sebuah pewarnaan pada gel yang telah terbentuk.
Terdapat dua macam cairan pewarna / staining untuk elektroforesis SDS PAGE
yaitu Comassie Brilliant Blue dan Silver Stain atau pewarnaan perak nitrat..
a). Pewarnaan Comassie Briliant Blue
Setelah kurang lebih 90 menit proses elektroforesis atau running, kemudian
gel dikeluarkan dari dalam chamber elektroforesis secara perlahan-lahan. Setelah itu
direndam dalam cairan pewarna Comassie Briliant Blue sambil digoyang perlahan-
lahan pada alat penggoyang (shakker) selama kurang lebih 45 menit. Setelah 45
menit, gel diambil dari dalam cairan pewarna / staining kemudian diganti atau
61
dibersihkan dengan cairan pencuci / destaining. Cairan destaining dapat diganti tiap
1.5 jam sekali hingga diperoleh hasil gel yang jernih.
b). Pewarnaan Perak Nitrat (Silver Stain)
Untuk proses pewarnaan perak nitrat terdapat beberapa tahapan dan
disetiap tahapan tersebut terdapat larutan yang berbeda. Urutan untuk proses
pewarnaan perak nitrat adalah dimulai dari fiksasi, sensitizing, washing, silver
reaction, washing, developing dan yang terakhir adalah stopping. Pada tahap
developing inilah akan terlihat pita-pita protein yang terbentuk pada gel hasil
elektroforesis.
4.3 Peridinin Chloropyll Protein (PCP) Kurva standar marker / kurva kalibrasi digunakan untuk menentukan berat
molekul protein target dari pita-pita yang dihasilkan dari elektroforesis SDS-PAGE.
Kurva standar marker tersebut didapatkan dari berat molekul marker, yang sudah
diketahui berat molekulnya (BM). Setelah didapatkan persamaan linear dari kurva
standar marker, maka kita bisa menghitung berat molekul dari setiap pergerakan
protein sampel dengan mengeplotkan langsung pada kurva standar marker atau
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis linear dari kurva standar
marker tersebut.
Persamaan linear dibuat berdasarkan pada kurva standar marker, kita
terlebih dahulu harus mengukur jarak tracking dari setiap pita marker yang
terbentuk. Jarak tracking dari pita pertama adalah jarak sumuran dengan pita
pertama. Sedangkan jarak tracking pita kedua adalah jarak antara sumuran dengan
pita kedua, begitu seterusnya hingga pita terakhir. Kita harus megukur jarak tracking
dari tiap-tiap pita yang tampil pada gel. Kemudian kita menghitung Mobilitas Rate
62
y = -1.8849x + 2.252 R² = 0.9401
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.2 0.4 0.6 0.8
y
y
Linear (y)
X
(Mr atau Rf) dengan membandingkan jarak tracking dari setiap pita (a) dengan jarak
terakhir pergerakan warna dari tempat awal. Setelah itu dianalisis regresi linear
dengan menggunakan Microsoft Excel. Analisis regresi linear marker dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linear Marker
No.Pita BM (KDa) Jarak Tracking Log BM Rf
1 200 0.5 2.301029996 0.068493151
2 116 0.8 2.064457989 0.109589041
3 89 1.3 1.949390007 0.178082192
4 51 1.6 1.707570176 0.219178082
5 47 1.9 1.672097858 0.260273973
7 37 2.5 1.568201724 0.342465753
7 28 3.1 1.447158031 0.424657534
8 21 3.3 1.322219295 0.452054795
9 9.3 5.4 0.968482949 0.739726027
(sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013)
Log BM harus kita ketahui terlebih dahulu untuk mendapatkan persamaan
garis linear. Log BM akan berfungsi sebagai sumbu y sedangkan Rf akan berfungsi
sebagai sumbu x. sehingga kita akan mendapatkan persamaan garis linear y = a +
bx. Kurva persamaan garis linear dari marker dapat kita lihat pada Gambar 5 berikut:
63
Gambar 5. persamaan linear kurva standar marker Keterangan: Persamaan garis linear yang pada dari kurva diaatas adalah
Y = -1.8849x + 2.252 dengan R2 = 0.9401. Y = log BM X = Mobilitas Rate (Mr/Rf)
(sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013) Persamaan garis linear dari kurva standar marker tersebut diperlukan untuk
mengetahui berat molekul protein yang muncul pada pita-pita hasil dari elektroforsis
dan SDS-PAGE. Setelah kita mengetahui jarak tracking dan Mobilitas Rate (Mr
atau Rf) dari pita-pita yang muncul, kemudian kita bisa mendapatkan log BM dengan
memasukkan Mobilitas Rate (Mr atau Rf) sebagai sumbu x kedalam persamaan
garis linear kurva standar marker. Berat molekul (BM) dapat diketahui dengan
antilog dari log BM yang sudah didapatkan. Mobilitas Rate (Mr) sample bisa kita
dapatkan sama dengan cara yang sama untuk mendapatkan Mobilitas Rate (Mr)
pada marker yaitu dengan cara membandingkan jarak tracking (a) dengan jarak
terakhir pergerakan warna dari tempat awal.
PCP (Peridinin- Chlorophyll α –Protein) adalah hasil dari pigmen protein yang
unik dan sangat berlimpah pada proses fotosintesis (Weis et al., 2002). Peridinin-
klorofil-protein (PCP) merupakan protein cahaya pemanen yang unik yang
menggunakan karotenoid sebagai peredam cahaya utama (Damjanović, 2000) .
64
Jarak tracking pita-pita yang terbentuk dari hasil elektroforesis dan SDS PAGE dapat
kita lihat pada Table 6 berikut:
Tabel 6. Jarak Tracking dan BM Protein yang muncul
NO A b MR/Rf Log BM BM
1 2.7 7 0.385714 1.524967 33.5
2 3.9 7 0.557143 1.201841 16
3 5.4 7 0.771429 0.797934 6.3
(sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013)
Berat molekul dari PCP didapatkan dengan cara mengganti nilai X pada
persamaan garis linear kurva standar marker dengan RF yang didapatkan dari
perbandingan antara jarak Tracking dengan pergerakan warna yang terakhir. Hasil
yang kita akan dapatkan berupa log BM pita-pita yang muncul dari hasil
elektroforesis dan SDS PAGE, sehingga untuk mendapatkan berat molekul dari pita-
pita tersebut kita harus mengantilogkan log BM tersebut.
Hasil dari Elektroforesis SDS-PAGE berupa tampilan pita-pita protein, yang
pergerakannya menggambarkan besarnya BM dari molekul tersebut. Pada
penelitian ini didapatkan tiga pita protein yang mungcul dari hasil SDS-PAGE.
65
A B
Gambar 6. Hasil Elektroforesis marker standar Low Range Marker PRO-STAINTM (Fermentas) dan pita-pita hasil Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE)
Keterangan: a. pita marker SDS PAGE b. berat molekul PCP yang muncul dengan nilai 33,5 kDa yang
merupakan hasil dari isolasi makroalga laut Halimeda sp (sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013)
Berdasarkan pita hasil elektrofosis dan SDS-PAGE dapat kita lihat bahwa
protein yang muncul adalah PCP, hal ini dapat kita lihat dari berat molekul (BM)
protein yang muncul yaitu 16 Kda dan 33,5 Kda. Peridinin klorofil protein (PCP) yang
muncul dengan berat molekul 16 Kda merupakan peridin klorofil protein (PCP)
dalam bentuk rantai pendek (homodimer) sedangkan peridinin klorofil protein (PCP)
dengan berat molekul 33,5 Kda merupakan PCP dalam bentuk merupakan PCP
dalam bentuk rantai panjang (monomer). Menurut Hoftman (1999) PCP homodimer
berukuran 16 Kda sedangkan PCP komplek memiliki berat molekul 36 Kda.
Pernyataan Hoftman tersebut diperkuat oleh pernyataan Weis et.al.(2002), PCP
terjadi dalam dua bentuk, satu sebagai homodimer (bentuk pendek) dengan massa
molekul (berat molekul) antara 14-16 kDa dan satu lagi sebagai monomer (bentuk
panjang) dengan berat molekul antara 30-35 kDa. Lebih lanjut ditegaskan oleh
pernyataan Ogata et.al.(1994), diketahui bahwa PCP memiliki berbagai isoelektrik
yang berbeda. Beberapa fraksi PCP telah diisolasi dengan menggunakan pertukaran
ion kromatografi kolom dan semua ini telah menunjukkan spectrum absorpsi serupa
dengan massa molecular monomer mulai 32 – 39 kDa tergantung pada spesiesnya.
66
Peridinin adalah suatu pigmen yang terkait dengan klorofil dan ditemukan
dalam peridinin-klorofil-protein (PCP) kompleks cahaya-panen pada dinoflagellata.
Kompleks PCP adalah unik dalam rasio yang tinggi dari peridinin ke klorofil,
sebagian cahaya-panen kompleks mengandung klorofil lebih dari karotenoid, tetapi
PCP berisi delapan peridinin dan molekul klorofil dua diatur untuk mempromosikan
peridinin-klorofil transfer energi.. Kompleks PCP adalah protein trimer dengan
solenoida alphakali lipat protein(Hofmann, 1996).
Peridinin Chlorophyll Protein (PCP) selain berguna bagi tumbuhan pada saat
fotosintesis, peridinin chlorophyll protein (pcp), bisa beguna untuk meningkatkan
system kekebalan tubuh (system imun) dan sebegai antiviral untuk pengembangan
pengendalian penyakit virus pada ikan berbasis bahan hayati. Pada penelitian ini
dibuktikan dengan memberikan ikan kerapu yang sudah terinfeksi Viral Nerveus
Necrotic (VNN) crude Peridinin chloropyll protein dari hasil isolasi makrolalga
Halimeda sp. Pada penelitian pendahuluan telah dibuktikan bahwa ikan yang positif
terinfeksi Viral Nerveus Necrotic (VNN), hanya akan mampu bertahan sekitar satu
minggu. Setelah terinfeksi ikan akan mengalami wearling, yaitu gerakan berenang
berputar-putar pada ikan dan ikan berenang tidak beratuaran. Dari hasil percobaan
pada ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) yang dilakukan di Balai Besar Air
Payau (BBAP) Situbondo, Jawa Timur, didapatkan hasil bahwa ikan kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) yang telah diinfeksi VNN masih bertahan setelah diberikan
crude Peridinin chlorophyll protein (pcp).
Hal ini terjadi karena PCP dapat membentuk inducer di dalam ikan kerapu
tikus (Cromileptes altivelis) yang berfungsi untuk mengeliminasi virus RNA VNN.
Fungsinya inducer adalah untuk meregulatori viabilitas system imun pada ikan
kerapu sehingga dapat meningkatkan system viabilitas atau ketahanan dan
kelulusan hidup ikan kerapu budidaya sebagai salah satu komoditi unggulan disektor
perikanan dan kelautan (Yanuhar,2012).
4.4 Pengukuran Konsentrasi PCP (Peridinin Klorofil Protein) dengan Spektrofotometri
Pengukuran kosentrasi PCP yang terkandung di dalam supernatant
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer yang dilakukan di Laboratorium
Fisiologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pengukuran
konsentrasi PCP yang terdapat didalam supernatant dilakukan dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri merupakan salah satu
metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu
sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara
materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai dari
cahya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Pengukuran kosentrasi protein PCP diperlukan sebuah kurva kalibrasi atau
kurva standar konsentrasi protein. Kurva sstandar protein di dapatkan dari mengukur
kalibrasi dari beberapa kosentrasi larutan standar protein. Larutan standar yang
biasanya digunakan adalah larutan Bovine Serum Albumin (BSA). Disebut larutan
standar protein karena larutan BSA dapat digunakan untuk mengukur segala jenis
protein.
68
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
50 250 500 750 1000
y=0.0003x+0.0019
X
Y
Pada penelitian ini kurva kalibrasi yang digunakan adalah kurva kalibrasi
yang sudah terlebih dahulu dibuat oleh analisi laboran Laboratorium Fisiologi
Molekular, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Persamaan garis linear pada
kurva standar yang akan digunakan untuk menentukan kosentrasi protein,
diadapatkan dari mengeplotkan nilai absorbansi pada sumbu y dan kadar protein
pada sumbu x dengan nilai R2 mendekati 1.
Gambar 7. Kurva standar Bovine Serum Albumin (BSA) Ketengan: X = Konsentrasi molekul
Y = Besarnya Absorbansi yang terbaca pada monitor spektrofotometer
(Sumber: Laboratorium Faal UB, 2012)
Berdasarkan grafik yang didapatkan dari laboratorium Fisiologi Molekular,
Fakultas Kedokteran Unversitas Brawijaya, Malang, diatas dapat kita lihat bahwa
persamaan linear untuk menentukan kosentrasi Protein yang terkandung dalam
larutan adalah y = 0.0003x + 0.0019.
Besarnya absorbansi dari hasil isolasi Peridinin-chlorophyll Protein (PCP)
yang terbaca pada monitor alat spektrofotometer adalah 0,01. Panjang gelombang
yang digunakan untuk pengukuran absorbansi PCP yang terdapat dari supernatant
hasil isolasi, adalah 550 nm, sedangkan metode yang digunakan adalah metode
69
Bradford. Menurut Anam (2010), Uji Bradford adalah suatu uji untuk mengukur
kosentrasi protein total secara kalorimetri dalam suatu larutan. Dalam uji Bradford
melibatkan pewarna Coomassie Briliant Blue (CBB) yang berikatan dengan protein
dalam suatu larutan yang bersifat asam sehingga memberikan warna (kebiruan),
karena mengahasilkan warna sehingga secara kolorimetri dapat diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri (Lambert-Beer) pada panjang
gelombang 465-595 nm (cahaya tampak).
Besarnya kandungan kosentrasi PCP yang terkandung dalam supernatant
yang diperoleh dari hasil isolasi Halimeda sp dapat kita lihat pada Table 7 berikut:
Tabel 7. Konsentrasi PCP Halimeda sp dengan Spektrofotometer
Protein Absorbansi
(Abs)
Panjang gelombang
(λ)
Konsentrasi protein
(µg / µl)
Halimeda sp 0,01 550 nm 27
(sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013) Berdasarkan tabel diatas7 dapat kita lihat bahwa kosentrasi PCP yang
terdapat pada Halimeda sp sebesar 27 µg/µl dalam supernatant hasil isolasi.
Besarnya kosentrasi yang terkandung didalam supernatant hasil isolasi tersebut
didapatkan dengan memasukkan nilai absorbansi yang didapatkan dari hasil
spektrofotometer kedalam kurva standar Bovine Serum Albumin (BSA) yang pada
penelitian ini diperoleh dari laboratorium FAAL Universitas Brawijaya.
4.5 Hasil Uji Hemaglutinasi (HA) Crude Peridinin klorofil Protein (PCP) Halimeda sp.
7 Lampiran 3
70
Uji hemaglutinasi (HA) merupakan uji serologik yang relatif mudah, murah
dan cepat dibandingkan dengan uji yang lain. Pengujian tidak harus dilakukan pada
kondisi steril sehingga dapat dikerjakan di laboratorium dengan dengan fasilitas
yang terbatas/sederhana. Namun demikian, sebaiknya pengambilan serum
dilakukan dengan alat-alat yang steril. Pemakaian peralatan yang tidak steril dapat
berpengaruh kepada hasil dari hemaglutinasi dari sampel. Hasil dari hemaglutinasi
(HA) dapat di lihat pada gambar di berikut ini:
Gambar 6. Hasil Uji Hemaglutinasi (HA) Crude peridinin klorofil protein (PCP) Halimeda sp terhadap Sel Darah Merah Ikan Kerapu Tikus
Keterangan: Hasil yang didapatkan dari uji Hemaglutinasi (HA) pada crude peridinin klorofil protein (PCP) terhadap sel darah merah ikan kerapu tikus bersifat positif.
(sumber: Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013)
Tabel 8. Hasil Uji Hemaglutinasi (HA) Crude peridinin klorofil protein (PCP) Halimeda sp terhadap Sel Darah Merah Ikan Kerapu Tikus
No sampel Proses Pengenceran
K (+) ½ ¼ 1/8 1/16 1/32 1/64 K (-)
PCP Halimeda sp
+ + + + + + + -
Gambar
Pembacaan dilakukan setelah 2 jam. Pada lubang yang menunjukkan
terjadinya endapan sel darah merah ikan kerapu tikus seperti yang terdapat pada
lubang kontrol negatif diberikan nilai positif, sedangkan pada lubang yang tidak
menunjukkan adanya endapan tetapi terjadi aglutinasi (penggumpalan) sel darah
71
ikan kerapu tikus dinilai negative. Untuk memudahkan pembacaan, pelat mikrotiter
tersebut dimiringkan sekitar 45 derajat.
Reaksi positif terjadi pada sumua pengenceran 1/2 , 1/4, 1/8, 1/16, 1/32 dan
1/64. Hal ini terjadi karena terjadinya aglutinasi pada sel darah ikan kerapu tikus.
Apabila aglutinasi terjadi sampai lubang ke 6 maka nilai titer HA sama dengan 26
atau sama dengan 64 (uji HA tinggi). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniadhi
(2002), penghitungan HA unit dilakukan dengan cara menghitung lubang yang positif
dimulai dari enceran yang paling pekat (lubang pertama). Apabila aglutinasi terjadi
sampai pada lubang ke-6, maka titer HA dinyatakan dengan nilai 26 yaitu sama
dengan 64 HA.
Aglutinasi terjadi karena molekul PCP mampu dikenali oleh antibodi lewat
perantara eritrosit. PCP diduga sangat berperan diawal infeksi yang sangat
menenentukan kemampuan attachmement virus ke permukaan sel. PCP bersifat
imunogenik karena mampu menginduksi antibody protektif dan penghambat
attachment virus ke permukaan sel inang sehingga mampu mencegah infeksi. PCP
ini juga akan berikatan dengan eritrosit (sel darah merah), menyebabkan
pembentukan suatu kisi yang disebut hemaglutinasi dan merupakan dasar untuk
menentukan tingkat PCP sampel. Aktifitas ini diperankan oleh protein Hemaglutinasi
(HA) yang merupakan glikoprotein permukaan. Menurut Muflihanah (2009),
aglutinasi eritrosit adalah dasar pengujian hemaglutination (HA) dan hambatan
aglutinasi dengan menggunakan subtipe HA yang spesifik adalah merupakan dasar
pengujian HI. Prinsip pengujian hemaglutinasi inbihisi (HI) adalah antibody terhadap
virus akan mencegah pengikatan virus dengan sel darah merah. Oleh karena itu,
72
hemaglutinasi dihambat ketika terdapat antibody di dalam serum. Pengenceran
tertinggi dari serum yang mencegah terjadinya hemaglutinasi disebut titer HI serum.
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian dalam tugas akhir ini bahwa Halimeda sp mempunyai
kandungan protein peridinin klorofil protein (PCP) yang terdiri dari homodimer dan
monomer, dibuktikan dengan munculnya pita-pita protein hasil SDS PAGE dengan
berat molekul 16 kDa dan 33,5 kDa. PCP Homodimer adalah (PCP) dalam bentuk
rantai pendek dengan berat molekul 16 Kda. PCP dalam bentuk homodimer terdiri
dari satu kloroplas dan empat karetenoid (peridinin), sedangkan PCP monomer
merupakan PCP dalam bentuk rantai panjang dengan berat molekul 33,5 Kda. PCP
dalam bentuk monomer berisi satu molekul klorofil berikatan dengan peridinin,
lemak, protein, dan air. Kandungan PCP yang terdapat pada Halimeda sp dengan
konsentrasi hasil 27 µg/µl. Uji hemaglutinasi test (HA) pada crude peridinin klorofil
protein (PCP), bereaksi positif terhadap sel darah merah ikan kerapu tikus, yang
membuktikan bahwa Peridinin Klorofil Protein (PCP) tersebut adalah molekul
adhesion sebagai penanda reaksi imunologi pada ikan kerapu tikus.
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut disarankan menguji fungsi PCP secara in vivo pada
selain ikan kerapu tikus untuk anti viral.
74
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Nur, Y. 2000. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Bioaktif Anestetik Alga Laut Jenis Caulerpa sertularioides. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Amiruddin, H., R.K. Dongoran, R. Nurhadi, dan L. Darto. 2012. Manajemen Induk Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) sebagai Upaya Optimalisasi Produksi Telur Berkualitas. Balai Budidaya Laut Ambon.
Anam, Khairul. 2010. Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Bradford. Laporan Praktikum Mikrob dan Potensinya. Jurusan Bioteknologi Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Anggadiredja, J. 1994. Produk Algae (Makro) Laut dalam Bidang Kesehatan. Dalam
Seminar Nasional Akupuntur Indonesia 7 April 1994. Surabaya. Atmadja, W.S. 1996. Kolonisasi dan suksesi pada algae laut bentik. Oseana.
& Sulistijo. 1988. Beberapa aspek vegetasi dan habitat tumbuhan laut bentik di pulau-pulau seribu. Dalam : Moosa, M.K., D.P. Praseno & Sukarno (eds.). 1988. Teluk Jakarta: Biologi, budidaya, oceanografi, geologi, dan kondisi perairan. P3O-LIPI, Jakarta.
Bagian Biokimia FKUI, 2000. Pemisahan protein dengan elektroforesis gel
Bell, P.R.& A.R. Hamsley. 2004. Green Plants: Their origin and diversity.2nd ed. Cambridge University Press, Cambridge.
Bendich A (1993) Biological functions of dietary carotenoids. Ann NY Acad Sci USA 691.
Bintang, Maria. 2010. BIOKIMIA Teknik Penelitian. Penerbit Erlangga. Jakarta
Bold, H.C. & M.J. Wynne. 1978. Introduction to the algae: Structure and Reproduction. 2nd ed. Prentice hall, Inc, Englewood Cliffs.
.1985. Introduction to the algae. Second edition. Prentice-Hall, inc, Engelwoods Cliffs, New Jersy. 720 pp.
Boyd, C.E. and F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Auburn University. Auburn, Alabama. 30 p.
Boyer RF. 1986. Modern Experimental Biochemistry. The Benjamin/Cummings
Pub. Co. Inc., Canada.
Chapman, V.J. & Chapman, D.J. (1980). Seaweeds and their uses. pp. [i-iv], v-ix, [x], 1-334. London & New York: Chapman & Hall.
Damjanovic, Ana. Thorsten Ritz, Klaus Schulten. 2000. Excitation Transfer In The Peridinin-Chlorophyll Protein Of Amphidinium carterae. Biophysical Journal Volume 79 : 1695 - 1705.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Ditjen Perikanan. 1990. Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Jakarta:
Direktorat Jenderal perikanan.
76
Ditjenkanbud. 2004. Profil Rumput Laut Indonesia, Jakarta.
Edelstein SJ, Bollag DM. 1991. Protein Methods. Wiley-Liss, USA.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Farlisa, Triliani. 2010. Titer Antibodi Ayanm Pedaging terhadap Virus Newcastle disease (ND) dengan Uji Hemaglutinasi (HA) dan Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI). Jurusan Biologi, Fakultas MIPA. Universitas Jember.
Fatchiyah et.al. 2011. Biologi Molekular. Erlangga. Jakarta
Fenner. F. 1993. Virology Veteriner Edisi kedua. New York: Academic Press Inc.
Giri. N. A. and A. Kazawa. 1993. Pengaruh Vitamin C Glucosit terhadap Pertumbuhan Juvenil Udang Kuruma, Penaeus japonicus. J. Panel. Budidaya Pantai 9(2): 107-114.
Gupta, J.S. 1981. Textbook of Algae. Oxford & IBH Publishing Co, New Delhi.
Hasan, I. M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hillis-Colinvaux, L. (1980) Ecology and taxonomy of Halimeda: primary producer of coral reefs. Advances in Marine Biology.
77
Hofmann Eckhard, Pamela M. Wrench. Frank p. Sharples. Roger G. Hiller. Wolfram Welte. 1996. Structural basis of light harvesting by carotenoids : peridinin- Chlorophyll- Protein From Amphidinium Carterae. Science, Vol. 272. No 5269, 1788-1791.
Indriani, H. dan Sumarsih, E. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut (cetakan 7). Penebar Swadaya. Jakarta.
Jeffries, M.J. 1997. Biodiversity and convervation. Routledge, London.
Kadi, A. 1996. Pengenalan Jenis Algae Hijau (Chlorophyta). Dalam: Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oceanologi LIPI, Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2004. Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta.
Klasse PJ and Sattentau QJ. 2002. Occupancy and mechanism in antibody mediated neutralization of animal Viruses. Journal of General Virology. 83: 2091-2108.
Kordi K, M. Ghufron dan Andi B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2006. Marketing : An Introduction. Prentice Hall PTR.
Kurniadhi, Pudji. 2002. Metode Uji Hambat Hemaglutinasi (HI Test) sebagai Teknik Pemeriksaaan Diagnosa Serologik Terhadap Penyakit Aujeszky. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002.
Kurniawaan, dkk.2006. Diktat Kuliah Pengantar Oceanografi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Lapointe, B.E. and Thacker, K. 2002. Community-based water quality and coral reef monitoring in the Negril Marine Park, Jamaica: land-based nutrient inputs and their ecological consequences. In The Everglades, Florida Bay, and Coral Reefs of the Florida Keys: An Ecosystem Sourcebook, J.W. Porter and K.G. Porter, editors. CRC Press, Boca Raton, FL, U.S.A.,
Lerman, M. 1986. Marine Biology. The Benjamin/Cumming Publishing Company inc, Menlo Park.
Levinton, J.S. 2001. Marine Biology: Function, Biodeversity, Ecology.2nded. Oxford University Press, New York.
Lüning K (1990) Seaweeds. Their environment, biogeography and ecophysiology. Wiley, New York.
McConnaughey, B.H. & Zottoli, R. 1983. Pengantar Biologi Laut. Terj. Dari Introduction to Marine Biology, oleh H.Z.B. Talal drh. IKIP Semarang Press, Semarang.
McCook, L. (2001) Competition between corals and algal turfs along a gradient of terrestrial influence in the nearshore central Great Barrier Reef. Coral Reefs. 19:419-425
Morton, J. 1990. The shore ecology of the tropical pacific. Unesco Regional Office for Science and Technology for South East Asia, Jakarta.
Muflihanah. 2009. Serological Diagnostic of Avian Influenza Infections. The Indonesian Journal of Science. Volume 1 No. 5. July 2009 p. 298-308.
Natzir. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
79
Nontji, 2002. Laut Nusantara. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Edisi II. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta
Ogata et., al. 1994. A novel peridinin-chlorophyll a protein (PCP) from the marine
dinoflagellate Alexandrium cohorticula: a high pigment content and plural spectral forms of peridinin and chlorophyll a. Federation of European Biochemical Societies FEBS Letters 356 (1994) 367-371
Purchase. H. G., 1989. A Laboratory Manual for the Isolation and Identification of Avian Phatogens, Third Edition. Amerika: Kendal/hint Publishing Company.
Putra, Sinly Evan. 2008. Alga Laut sebagai Biotarget Industri. www.chem-is-try.org.
Putinella, J.D., 2001. Evaluasi Lingkungan Budidaya Rumput Laut Di Teluk Bagula Maluku. http://www.coremap.or.id/download/0121.pdf
Rantam, F.A. 2003. Metode Imunologi. Cetakan 1. Airlangga Univercity
Press. Surabaya.
Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI
Song, Pill-soon, et all. 1976. Molekul Topology of the Photosynthetic Light-harvesting Pigment Complex, Peridinin-Chlorophyll a-Protein, from Marine Dinoflagellates. Biochemistry, 1976, 15 (20), pp 4422–4427.
Sumich, J.L. 1979. An introduction to the biology of marine life. C. Brown Co. Publishing, Iowa City.
Sulistijo 1996. Perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia. Dalam Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Editor: W.S. Atmadja, A. Kadi, Sulistijo dan R Satari. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta: 120-151.
Surachmad, W. 1985. Dasar dan Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah. Tarsito. Bandung.
Tampubolon, Agrialin, Grevo S. Gerung dan Wagey Billy. 2013. Biodiversitas Alga Makro di Lagun Pulau Pasige, Kecematan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 No 1.
Valerie J. Paul and Kathryn L. Van Alstyne. 1999 Activation Of Chemical Defenses In The Tropical Green Algae Halimeda Spp. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, Volume 160, Issue 2, 5 October 1999, Pages 191-203
and William Fenical, 1983). Isolation of Halimedatrial: Chemical Defense Adaptation in the Calcareous Reef-Building Alga HalimedaInstitute of Marine Resources, Scripps Institution of Oceanography, La Jolla, California 92093. University of Guam Marine Laboratory, UOG Station, 96923 Mangilao Guam, USA. Departemen of Zoology NJ-15, University of Washington, 98195 Seattle Washington, USA.
Weis, Virginia M., E.Alan Verde, Wendy S.Reynold. 2002. Characterization of A
Short Form Peridinin-Chlorophyll Protein (PCP) cDNA and Protein From The Symbiotic Dinoflagellate Symbiodinium muscatinei (Dinophyceae) From The Sea Anemone Anthopleura elegantissima (Cnidaria). J.Phycol 38, 157-163 (2002).
[WHO] World Health Organization. 2002. Manual on Animal Influenza. Diagnosis
Pengendalian Penyakit Virus Pada Ikan Berbasis Bahan Hayati. Universitas Brawijaya. Malang.
2013. Laporan Kemajuan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Utama (U)-BOPTN 2013, Belum Dipublikasikan.
Yoshie, Y., W. Wang, Y. P. Hsieh, & T. Suzuki, 2002. Compositional Difference of Phenolic Compounds between Two Seaweeds, Halimeda spp. J. of Tokyo Univ. of Fisheries 88: 21-24