I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Amphibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif,
menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan
darat. Perubahan tempat kehidupan ini menyebabkan seakan-akan
kelompok ini masih mencari-cari pola yang sesuai, sehingga terlihat
adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri kelompok yang
beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam, juga
terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara
hidup di darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan
lain-lain (Duellman and Trueb, 1986).Amphibi bertelur di air, atau
menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas,
larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah
tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu
kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang
umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering
dan bernafas dengan paru-paru. Amphibi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena
itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk
kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibi
mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua
adalah di daratan ( Zug, 1993).Pada umunya ciri-ciri anggota
amphibi adalah sebagai berikut: memilliki anggota gerak yang secara
anamotis pentadactylus, kecuali pada Apoda yang anggota geraknya
tereduksi; tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa
anggota amphibi yang pada ujung jarinya mengalami penandukan
membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp.; kulit memiliki dua
kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil (
biasanya beracun); pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru;
Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan
dikenal dengan tympanum; jantung terdiri dari tiga lobi ( 1
ventrikel dan 2 atrium); mempunyai struktur gigi, yaitu gigi
maxilla dan gigi palatum; merupakan hewan poikiloterm (Duellman and
Trueb, 1986).Amphibi merupakan salah satu komponen penyusun
ekosistem yang memiliki peranan sangat penting, baik secara
ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, amphibi berperan sebagai
pemangsa konsumen primer seperti serangga atau hewan invertebrata
lainnya serta dapat digunakan sebagai bio-indikator kondisi
lingkungan. Secara ekonomis amphibi dapat dimanfaatkan sebagai
sumber protein hewani, hewan percobaan, hewan peliharaan dan bahan
obat-obatan (Iskandar, 1998). Indonesia mempunyai dua dari tiga
ordo amphibi yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona dan Anura. Ordo
Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya,
sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di
Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis
Anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak
terdapat di Indonesia (Iskandar, 1998). Peranan amphibi dari segi
ekonomis dapat ditinjau dari pemanfaatan amphibi untuk kepentingan
konsumsi. Beberapa jenis amphibi dari Ordo Anura diketahui memiliki
nilai ekonomis yang tinggi seperti Fejervarya cancrivora,
Fejervarya limnocharis, dan Limnonectes macrodon (Kusrini, 2003).
Selain untuk tujuan konsumsi, amphibi memiliki kegunaan yang lain
yaitu sebagai binatang peliharaan, binatang percobaan dan bahan
obat-obatan (Stebbins & Cohen, 1997).
Amphibi ini dengan jenis yang beranekaragam mempunyai potensi
yang sangat besar dalam kehidupan manusia seperti menanggulangi
hama serangga. Alasannya pertama karena mangsa utama hampir seluruh
jenis amphibi adalah serangga dan larvanya, kedua karena jenis dari
kelas amphibi mudah dijumpai dimana saja. Amphibi juga sangat erat
kaitannya dengan manusia, diantaranya dalam dunia kedokteran,
amphibi telah lama dimanfaatkan untuk tes kehamilan yang banyak
dijual di apotik seperti sekarang. Beberapa lembaga penelitian,
saat ini tengah melakukan mencari berbagai bahan anti bakteri dari
beberapa jenis amphibi yang diketahui memiliki ratusan kelenjar
yang terletak di bawah jaringan kulit. Beberapa peneliti juga
sedang meneliti kemungkinan memanfaatkan cairan kelenjar dari
beberapa jenis amphibi yang biasa lengket untuk digunakan sebagai
bahan perekat alami. Contonya seperti famili dari mycrophyadae
mempunyai sekret atau alat perekat yang di keluarkan oleh tubuhnya
(Djuhanda, 1983).1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum tentang identifikasi morfologi dan kunci
determinasi kelas amphibi ini adalah untuk mengidentifikasi amphibi
dengan cara mengukur dan menghitung karakteristik pada amphibi
serta membuat kunci determinasinya.II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi adalah salah satu kelas vertebrata. Amphibi berasal dari
bahasa yunani amphibious yang artinya kehidupan ganda. Amphibi ini
merupakan hewan perintis hewan vertebrata darat. Paru-paru yang di
miliki oleh amphibi ini memberi sarana lokomosi dan bernafas di
udara. Pada saat di udara amphibia mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi suara, itu merupakan hal yang paling penting dimana
amphibi telah mengembangkan telinga sederhana yang di warisi dari
turunan atasnya. Sesuai dengan namanya yang dalam bahasa yunani
mempunyai arti kehidupan ganda, yang mampu hidup di dua yaitu dunia
air dan daratan. Dimana amphibi sebagian hidup didaratan (
semiterrestrial) dan meski harus kembali keair untuk bertelur,
karena tidak memiliki kulit dan telur yang kedap air, maka tidak
ada satu jenis amphibi pun yang mampu hidup sepenuhnya di daratan
saja (Kimball, 1983).
Amphibi hewan perintis dari hewan vertebrata darat yang suhu
tubuhnya tergantung pada suhu lingkungan (poikilothermik) yaitu
amphibi menggunakan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuh atau
hewan yang suhu tubuhnya bisa berubah sesuai dengan suhu
lingkungannya. Ciri lain dari hewan amphibi adalah mempunyai kulit
yang lunak dan mudah terpisah dari massa ototnya yang tidak
ditutupi oleh bulu, membutuhkan air di dalam siklus hidupnya,
habitatnya mencakup mulai dari bawah genangan air sampai yang hidup
di puncak pohon yang tinggi bisa mencapai ketinggian 2.500 meter
dari permukaan tanah, dan hewan dari kelompok ini dapat dijadikan
sebagai indikator lingkungan ( Mistar, 2003 ).
Amphibi yang ada mempunyai kulit yang lembab yang banyak
mengandung kelenjar-kelenjar, tidak ada sisik luar dan beberapa
spesies tubuhnya di penuhi bintil-bintil kasar dan kecil dan
spesies lain tubuhnya licin. Umumnya mempunyai dua pasang kaki,
tidak ada sirip yang berpasangan, berhubungan dengan rongga mulut.
Jantung berongga tiga yaitu dua atrium dan satu ventrikel yang
terpisah dengan sekat-sekat yang sempurna. Bernafas dengan insang,
paru-paru dan kulit. Telur terbungkus oleh lendir dan selalu
diletakkan didalam air. Larva selalu hidup dalam air, dewasa hidup
didalam air atau darat pada tempat yang lembab (Djuhanda,
1983).
Amphibi pada fase berudu hidup di perairan dan bernafas dengan
insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase
dewasa, amphibi hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada
fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama
kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai
mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak
dengan cara melompat. Amphibi memiliki kelopak mata dan kelenjar
air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana
nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu,
kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata.
Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase
hidup. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak
semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke
daratan (Zug, 1993).Anggota amphibi terdiri dari 3 ordo yaitu
Urodela (Caudata atau Salamander), Anura (Salienta) dan Gymnophiona
(Caecilia). Urodela disebut juga dengan caudata. Ordo ini mempunyai
ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta
tidak mempunyai tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala,
leher, dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainya
bernapas denga paru-paru. Pada bagian kepala terdapat mata yang
kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva
hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo urodela hidup di
darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya
meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa
(Pough, 1998).
Urodela mempunyai tiga sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea, dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidea hanya
memiliki satu famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki dua famili yaitu Cryptobranchoidea dan
Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu
Amphiumidae, plethodontidae, Rhyacotrioniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamtodontidae, dan Salamandridae (Zug,
1993).Anura artinya tidak memiliki ekor, merupakan ordo yang
memiliki jumlah spesies terbesar dibandingkan ordo lainnya. Seperti
namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor,
kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai
berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai
depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada
beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Anura
mempunyai membran tympani yang berguna untuk melindungi mata dari
arus air pada saat berenang yang terletak di belakang mata. Kelopak
mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan
baik.Contoh Anura yaitu katak dan kodok seperti Rana signata,Bufo
asper, Rana hosii, dan Bufo asper (Duellman and Trueb, 1986). Ada
lima famili besar yang terdapat di Indonesia yaitu Bufonidae,
Megophrydae, Ranidae, Microphylidae, dan Rachroporidae. Pada famili
bufonidae yang disebut katak sejati ciri-ciri umumnya kulit kasar,
berbintil, terdapat kelenjar paratoid. Dibelakang tympanum dan
terdapat pematang dikepala, sachral diaphophisis melebar. Memiliki
mulut yang besar, lebar, tetapi tidak memiliki gigi, jari-jari
tidak mempunyai selaput, fertilisasi secara eksternal
(Eprilurahman, 2007). Pada famili Megophryidae, ciri khas yang
paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada
umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek
sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase
berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di
permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah
Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti. (Eprilurahman,
2007).Pada famili Ranidae, sering disebut juga katak sejati. Bentuk
tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara
jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya
halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe
firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian
maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal
dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun
contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana
erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya
limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
(Eprilurahman, 2007).Pada famili Microhylidae anggotanya berukuran
kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan
tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi
beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini
diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya
firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.
(Eprilurahman, 2007).Pada famili Rachoporidae sering ditemukan di
areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi
kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal.
Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar
dan fertilisasi secara eksternal (Eprilurahman, 2007).Gymnophiona
(Caecilian) merupakan ordo yang karakternya tidak memiliki banyak
variasi, dengan enam famili yang mencakup 160 spesies. Kehidupan
biologisnya baru sedikit diketahui sehingga sangat sedikit
informasi yang dapat diterangkan, hewan ini merupakan amphibia
tropis yang dapat ditemui di daerah tropis Amerika, Asia dan Afrika
dengan tipikal hujan yang berlimpah. Caecilia merupakan amphibia
yang memiliki bentuk seperti cacing, kepalanya memiliki bentuk
seperti peluru dan badan panjang silendris, tidak memiliki kaki
dengan ekor yang pendek. Semua Caecilian memiliki bentuk tubuh
tersegmentasi berupa cincin Contonya seperti Ichthyophis glutinosus
(Zug, 1993).III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum identifikasi dan morfologi kelas amphibi ini
dilaksanakan pada hari Senin, 17 dan 24 Maret 2014, pukul
08.00-11.00 WIB di Laboratorium Pendidikan 1 Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak bedah,
penggaris dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah
Duttaphrynus melanosticus, Phrynoidis aspera, Ichtyophis
glutinosus, Kaloula pulchra, Kalophrynus pleurostigma,
Leptobrachium wayseputiense, Polypedates leucomystax, Polypedates
otilophus, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis,
Nyctixalus pictus, Hylarana erythrea, Hylarana nicobariensis,
Hylarana chalconata, Hylarana picturata, Hylarana rufifes, Odorrana
hoshii, Huia sumatrana, Limnonectes kuhlii dan Rhacophorus
pardalis.3.3 Cara Kerja
Spesies diletakkan pada bak bedah yang telah disediakan dengan
posisi kepala disebelah kiri. Dilakukan penghitungan dan pengukuran
tubuh spesies tersebut. Adapun parameter yang dihitung dan diukur
adalah panjang badan (PB), panjang kepala (PK), lebar kepala (LK),
diameter tympanum (DT), panjang moncong (PM), jarak internares
(JIN), diameter mata (DM), jarak inter orbital (JIO), panjang
brachium (PBr), panjang anterbrachium (PAb), panjang kaki belakang
(PKB), panjang femur (Pf) dan panjang tibia (PTf). Setelah
pengukuran, ditentukan urutan jari kaki depan (UJKD), urutan jari
kaki belakang (UJKB), ada tidaknya disk, ada tidaknya tubercel, ada
tidaknya dorsolateral line, ada tidaknya web, ada tidaknya gigi
former, ada tidaknya processus odontoid dan warna dari spesies.IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Duttaphrynus melanosticus (Schideider, 1799)Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Genus
: Duttaphrynus
Gambar 1. Duttaphrynus melanosticusSpesies : Duttaphrynus
melanosticus (Schideider, 1799)(Amphibiaweb, 2014).
Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Duttaphrynus melanosticus yaitu panjang badan 60 mm, panjang kepala
18 mm, lebar kepala 18 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong
5 mm, diameter mata 8 mm, jarak internares 5 mm, jarak interorbital
7 mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 11 mm, panjang
kaki belakang 67 mm, panjang femur 15 mm, panjang tibia 50 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang
(4,3,5,2,1), tidak ada disk, tubercel ada, tidak ada dorsolateral,
web setengah, warna hijau terang dan perut berwarna coklat.Menurut
Kurniati (2009), Duttaphrynus melanostictus bersifat terrestrial,
lebih menyukai daerah yang lebih kering dan kerap dijumpai di tipe
habitat tanah basah berumput. Dewasanya lebih sering dijumpai di
daerah tanah kering berumput yang berada sekitar 10 meter dari
batas perairan; sedangkan anakannya kerap dijumpai di habitat tanah
basah berumput. Sedangkan menurut Iskandar (1998) Duttaphrynus
melanostictus mempunyai garis supra orbital berwarna hitam,
alur-alur supra-orbital dan supratimpanik menyambung, tidak ada
alur parietal. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan
ujung kehitaman.Menurut Iskandar (2003), kodok ini mempunyai garis
supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan
supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal. Bagian punggung
bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan,
kemerahan, sampai kehitaman. Terdapat bintil-bintil kasar di
punggung dengan ujung kehitaman. Tanpa selaput renang, atau kaki
dengan selaput renang yang sangat pendek.
4.2 Phrynoidis aspera Gravenhorst, 1829Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Gambar 2. Phrynoidis asperaGenus
: PhrynoidisSpesies : Phrynoidis aspera Gravenhorst,
1829(Amphibiaweb, 2014).Didalam praktikum didapatkan data
pengukuran dan perhitungan Phrynoidis aspera yaitu panjang badan 80
mm, panjang kepala 20 mm, lebar kepala 20 mm, diameter tympanum 7
mm, panjang moncong 10 mm, diameter mata 10 mm, jarak internares 6
mm, jarak interorbital 9 mm, panjang brachium 19 mm, panjang
anterbrachium 18 mm, panjang kaki belakang 73 mm, panjang femur 30
mm, panjang tibia 45 mm, urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan
kaki jari belakang (4,3,5,2,1), tidak ada disk, tubercel ada, tidak
ada dorsolateral, web setengah, warna hijau kehitaman dan
mengeluarkan cairan dari ketiak.
Phrynoidis aspera merupakan kodok berukuran besar dengan tubuh
yang kasar, selain itu jenis ini juga memiliki bintil dan gendang
telinga yang kelihatan. Warna kulitnya coklat gelap atau hitam,
dengan ukuran kodok jantan 70-100 mm, dan kodok betina 95-140mm.
Habitat umumnya disepanjang aliran sungai. hal ini sesuai dengan
praktikum, yaitu kodok ini memiliki bintil kasar dan kecil yang
menutupi seluruh permukaan tubuhnya, tubuhnya bewarna coklat tua
serta tympanumnya kelihatan seperti bulat lonjong yang berbonggol
pada bagian atasnya, dan memilili alur supra orbital disekitar
matanya. Tekstur kulitnya sangat kasar warna coklat tua dan kusam,
keabu-abuan/kehitaman. Habitat teritama terdapat disepanjang alur
tepi sungai (Iskandar, 1998).
Menurut Van Kompen (1923), bahwa habitat Phrynoidis aspera
umumnya dijumpai sepanjang sungai yang lebar sampai anak sungai
dengan lebar 2 meter. Bahkan dijumpai di sekitar air terjun, hidup
dari hutan skunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah sampai
pegunungan.4.3 Kalophrynus pleurostigma (Tschudi,
1838)Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Microhylidae
Gambar 3. Kalophrynus pleurostigmaGenus
: Kalophrynus
Spesies : Kalophrynus pleurostigma (Tschudi, 1838)(Amphibiaweb,
2014).
Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Kalophrynus pleurostigma yaitu panjang badan 43 mm, panjang kepala
14 mm, lebar kepala 13 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong
12 mm, diameter mata 4 mm, jarak internares 3 mm, jarak
interorbital 8 mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 10
mm, panjang kaki belakang 51 mm, panjang femur 16 mm, panjang tibia
25 mm, urutan jari kaki depan (3,2,4,1), urutan kaki jari belakang
(4,3,5,2,1), tidak ada disk, tidak ada tubercel , tidak ada
dorsolateral, web setengah, warna coklat, perut warna putih dan
bagian samping berwarna oren.
Menurut Mistar (2003), katak ini bermulut sempit berukuran
sedang dengan mulut yang runcing. Kulit tertutup bintil-bintil
kecil dan mempunyai kelenjar yang mengeluarkan cairan lengket.
Tubuhnya berwarna coklat kemerahan. Habitat katak ini adalah hidup
di lantai hutan diantara serasah.4.4 Kaloula pulchra (Gray,
1831)Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Microhylidae
Gambar 4. Kaloula pulchraGenus
: Kaloula
Spesies : Kaloula pulchra (Gray, 1831)(Amphibiaweb, 2014).
Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Kaloula pulchra yaitu panjang badan 80 mm, panjang kepala 10 mm,
lebar kepala 15 mm, diameter tympanum 10 mm, panjang moncong 15 mm,
diameter mata 5 mm, jarak internares 65 mm, jarak interorbital 10
mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 20 mm, panjang
kaki belakang 50 mm, panjang femur 20 mm, panjang tibia 15 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang
(4,3,5,2,1), tidak ada disk, tidak ada tubercel ,dorsolateral ada,
web setengah, warna coklat krem dan putih dan tubuh berlendir.
Menurut Van Kompen (1923), katak ini berukuran sedang, kepala
lebar dan panjang, moncong pendek membulat, antara mata dan hidung
membulat, hidung sangat kecil mendekati ujung moncong, ujung jari
mengembang berbentuk segitiga, jari pertama lebih pendek dari jari
kedua, lebih kecil dan pendek dari jari keempat, jari kaki ketiga
lebih panjang dari jari keempat, selaput renang tipis pada bagian
dasar. Tekstur kulit halus, lipatan dari mata sampai bahu jelas,
bagian bawah tubuh halus. Warna kuning atau merah jambu
mengelilingi anggota tubuh bagian atas, bagian bawah tubuh berwarna
kotor, dagu dan tenggorokan hitam pada spesimen jantan. Ukuran
tubuh jantan antara 54-67 mm, dan betina 55-76 mm.
4.5 Ichtyophis glutinosus (Linnaeus, 1758)Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Gymnophiona
Famili
: Ichtyophiidae Gambar 5. Ichtyophis glutinosusGenus
: Icthtyophis
Spesies : Ichtyophis glutinosus (Linnaeus, 1758)(Amphibiaweb,
2014).
Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Ichtyophis glutinosus yaitu panjang badan 252 mm, panjang kepala 18
mm, lebar kepala 10 mm, tidak ada disk, tidak ada tubercel , tidak
ada dorsolateral, tidak ada web, warna coklat dan terdapat cincin
annulus ditubuhnya.
Famili yang ada di indonesia adalah ichtyophiidae. Anggota
famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek,
mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva
berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang
segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp, yaitu di propinsi DIY (Duellman and Trueb,
1986).Menurut Mistar (2003), pada Ichtyophis glutinosus merupakan
amphibi yang tidak memiliki kaki, seperti cacing, memiliki annulus,
memiliki mulut dan mata yang jelas, biasanya terdapat garis kuning
pada sisi bagian tubuh, biasanya di temukan pada serasah-serasah
lembap dekat pohon. Sedangkan menurut Duellman and Trueb (1986),
Ichtyophis glutinosus termasuk famili Ichtyopiidae yang mempunyai
ciri-ciri tubuh bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
4.6 Leptobrachium wayseputiense Cochran, 1926Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum: Vertebrata
Kelas
: Amphibia Gambar 6. Leptobrachium wayseputienseOrdo
: Anura
Famili
: Megophrydae
Genus
: Leptobrachium
Species: Leptobrachium wayseputiense Cochran, 1926(Amphibiaweb,
2014).Leptobrachium wayseputiense memiliki panjang badan (PB) 43
mm, panjang kepala (PK) 12,1 mm, lebar kepala (LK) 18,4 mm, panjang
kaki depan (PKD) 19,2 mm, panjang tibia fibula (PTF) 15,8 mm,
panjang femur (PF) 17,2 mm, panjang kaki belakang (PKB) 21 mm,
panjang moncong (PM) 9,6 mm, diameter tympanum (DT) 4,4 mm,
diameter mata (DM) 6,6 mm, jarak inter orbital (JIO) 5,7 mm, jarak
inter nares (JIN) 2 mm, urutan panjang kaki depan 3>4>2>1,
urutan panjang kaki belakang 4>3>5>2>1, bentuk ujung
jari spatula, tutupan selaput renang tidak ada, tidak memiliki
kelenjar paratoid.
Leptobrachium wayseputiense merupakan katak serasah yang dapat
berkamuflase diantara daun-daun kering. Kamuflase ini merupakan
suatu cara pertahanan diri dari predator. Hewan ini berasal dari
famili Megophrydae dan tersebar luas di Asia Tenggara, dan
disumatera terdapat 3 genus yaitu Leptobrachella di kepulauan
Natuna, Leptobrachium dan Megoprhys yang terdapat dikawasan
ekosistem Leuser. Leptobrachium memiliki mata yang besar dan
cenderung melotot. Hewan ini merupakan hewan yang jarang melompat
jika di dekati. Hal ini karena proporsi kepala yang terlalu besar
yang melebihi badannya. Faktor lain yang membuat katak ini sulit
melompat adalah ukuran kaki yang kecil (Mistar, 2003).4.7
Polypedates leucomystax (Gravenhorst, 1829).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Rhacophoridae Gambar 7. Polypedates leucomystaxGenus
: Polypedates
Spesies : Polypedates leucomystax (Gravenhorst,
1829).(Amphibiaweb, 2014).Didalam praktikum didapatkan data
pengukuran dan perhitungan Polypedates leucomystax yaitu panjang
badan 55 mm, panjang kepala 20 mm, lebar kepala 15 mm, diameter
tympanum 4 mm, panjang moncong 10 mm, diameter mata 4 mm, jarak
internares 6 mm, jarak interorbital 10 mm, panjang brachium 9 mm,
panjang anterbrachium 10 mm, panjang kaki belakang 65 mm, panjang
femur 21 mm, panjang tibia 22 mm, urutan jari kaki depan (3,4,2,1),
urutan kaki jari belakang (4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada
tubercel, memiliki dorsolateral, web setengah, memiliki gigi
former, processus odontoid tidak ada, warna coklat kekuningan.
Menurut Inger & Stuebing (1997) Polypedates leucomystax
ditemukan di terestrial, namun lebih sering ditemukan di danau di
antara rumput-rumput. Sedangkan menurut Darmawan (2008) katak ini
berukuran sedang, jari melebar dengan ujung rata. Kulit kepala
menyatu dengan tengkorak. Jari tangan setengahnya berselaput,
sedangkan jari kaki hamper sepenuhnya berselaput. Tekstur kulit
halus tanpa bintil dan lipatan. Bagian bawah berbintil granular
yang jelas. Warna biasanya coklat keabu-abuan, satu warna atau
dengan bintik hitam atau dengan garis yang jelas memanjang dari
kepala sampai ujung tubuh. Katak ini hidup di antara tetumbuhan
atau sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder.
4.8 Polypedates otilophus (Boulonger, 1992).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Rhacophoridae Gambar 8. Polypedates otilophusGenus
: Polypedates
Spesies : Polypedates otilophus (Boulonger, 1992).(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Polypedates otilophus yaitu panjang badan 75 mm, panjang kepala 30
mm, lebar kepala 35 mm, diameter tympanum 3 mm, panjang moncong 10
mm, diameter mata 3 mm, jarak internares 5 mm, jarak interorbital 2
mm, panjang brachium 25 mm, panjang anterbrachium 15 mm, panjang
kaki belakang 10 mm, panjang femur 3 mm, panjang tibia 35 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang
(4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel, tidak ada
dorsolateral, web setengah, memiliki gigi former, processus
odontoid tidak ada, warna krem dan coklat, memiliki tonjolan pada
kaki dan garis bintik berwarna hitam.Merupakan katak pohon yang
memiliki ukuran besar, panjang tubuh katak jantan dewasa mencapai 8
cm, sedangkan betina mencapai 10 cm. Tubuhnya ditutupi oleh kulit
yang licin, berwarna putih kecokelatan dengan garis-garis cokelat
tua pada bagian tungkainya, kadang berwarna hijau, warna tersebut
menyamarkan keberadaannya. Katak ini memiliki tonjolan pipih dan
berbentuk seperti segitiga yang menyerupai telinga di atas membrane
timpanumnya. Memiliki mata berwana hitam seperti garis horizontal
(Iskandar, 2009).4.9 Fejervarya cancrivora (Gravenhorst,
1829).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Discroglossidae Gambar 9. Fejervarya cancrivoraGenus
: Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora (Gravenhorst,
1829).(Amphibiaweb, 2014).Didalam praktikum didapatkan data
pengukuran dan perhitungan Fejervarya cancrivora yaitu panjang
badan 60 mm, panjang kepala 20 mm, lebar kepala 20 mm, diameter
tympanum 5 mm, panjang moncong 20 mm, diameter mata 1 mm, jarak
internares 4 mm, jarak interorbital 10 mm, panjang brachium 7 mm,
panjang anterbrachium 10 mm, panjang kaki belakang 70 mm, panjang
femur 30 mm, panjang tibia 10 mm, urutan jari kaki depan (1,3,4,2),
urutan kaki jari belakang (4,3,5,2,1), tidak ada disk, tidak ada
tubercel, tidak ada dorsolateral, web setengah, memiliki gigi
former, processus odontoid tidak ada, warna coklat terang.Katak
berukuran besar dengan lipatan-lipatan atau bintil-bintil memanjang
parallel dengan sumbu tubuh, hanya terdapat satu bintil metatarsal
bagian dalam, selaput selalu melampaui bintil subartikuler terakhir
jari kaki ketiga dan kelima. Tekstur kulit kasar tertutup oleh
bintil-bintil atau lipatan-lipatan yang memanjang dan menipis.
Warna seperti lumpur yang kotor dengan bercak-bercak tidak simetris
berwarna gelap, beberapa specimen dewasa berwarna hijau juga
mempunyai bentuk bercak yang sama, sering disertai garis
dorsolateral yang lebar. Ukuran tubuh mencapai 120 mm. Hidup di
sawah-sawah jarang ditemukan di sepanjang sungai, tetapi dapat
ditemukan tidak jauh dari sungai. Terdapat dalam jumlah banyak di
sekitar rawa bahkan di daerah berair asin seperti tambak atau hutan
bakau. Hidup dari permukaan laut sampai 900 mdpl. (Iskandar,
2003).
4.10 Hylarana erythrea Schlegel, 1837Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 10. Hylarana erythreaGenus
: Hylarana
Spesies : Hylarana erythrea Schlegel, 1837(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Hylarana erythrea yaitu panjang badan 44 mm, panjang kepala 19 mm,
lebar kepala 15 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong 7 mm,
diameter mata 4 mm, jarak internares 4 mm, jarak interorbital 3 mm,
panjang brachium 8 mm, panjang anterbrachium 9 mm, panjang kaki
belakang 72 mm, panjang femur 20 mm, panjang tibia 21 mm, urutan
jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang (4,5,3,2,1),
tidak ada disk, tidak ada tubercel, tidak ada dorsolateral, web
setengah, memiliki gigi former, processus odontoid tidak ada, warna
coklat terang.
Hylarana erythraea secara seksual dimorfik, betina dewasa
mencapai ukuran maksimum 78 mm SVL, dan jantan mencapai maksimum 48
mm SVL. Warna Sirip punggung bervariasi dari terang ke hijau gelap
dan sisi ventral umumnya keputihan. Memiliki lipatan krim
dorso-lateral berwarna yang kadang-kadang berbatasan dengan hitam.
Tangan dan kakinya kekuning-kuningan dengan bercak tidak teratur.
Spesies ini memiliki kulit halus, dan panjang, jari-jari yang
melebarkan ke disk dengan alur. memiliki hindlimbs panjang. Ada
tuberkulum metatarsal, tetapi tuberkulum metatarsal luar tidak ada.
Jantan yang jauh lebih kecil daripada betina danJantan dewasa
pembiakan memiliki bantalan perkawinan beludru kuning pada jari
pertama, membentang dari pergelangan tangan ke akhir metakarpal
pertama (Iskandar, 1998). 4.11 Hylarana nicobariensis Schlegel,
1837Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 11. Hylarana nicobariensisGenus
: Hylarana
Spesies : Hylarana nicobariensis Schlegel, 1837(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Hylarana nicobariensis yaitu panjang badan 40 mm, panjang kepala 15
mm, lebar kepala 8 mm, diameter tympanum 6 mm, panjang moncong 7
mm, diameter mata 5 mm, jarak internares 3 mm, jarak interorbital 7
mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 15 mm, panjang
kaki belakang 50 mm, panjang femur 20 mm, panjang tibia 30 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,2,1), urutan kaki jari belakang
(4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel, memiliki
dorsolateral, web setengah, memiliki gigi former, processus
odontoid tidak ada, warna coklat keorenan, tubuh licin dan bercorak
hitam.Katak ini berukuran kecil, perawakan yang ramping, kaki
panjang ramping, jari kaki belakang tengah berselaput, tekstur
halus, tanpa bintil dan tonjolan, warna bagian atas coklat, hingga
hitam. lipatan dorsoventral yang halus, tekstur kulit yang halus,
ukuran tubuh jantan 37-47 mm dan betina 47-55 mm. Persebaran katak
ini terdapat dikawasan ekosistem Leuser, pulau Simalur, Mentawai,
Nias, Pulau Nicobar, Jawa, Semenanjung Malaysia (Mistar, 2003).
4.12 Hylarana chalconataKlasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 12. Hylarana chalconataGenus
: Hylarana
Spesies : Hylarana chalconataDidalam praktikum didapatkan data
pengukuran dan perhitungan Hylarana chalconata yaitu panjang badan
44 mm, panjang kepala 21 mm, lebar kepala 14 mm, diameter tympanum
4 mm, panjang moncong 9 mm, diameter mata 5 mm, jarak internares 3
mm, jarak interorbital 4 mm, panjang brachium 7 mm, panjang
anterbrachium 10 mm, panjang kaki belakang 85 mm, panjang femur 20
mm, panjang tibia 28 mm, urutan jari kaki depan (3,4,2,1), urutan
kaki jari belakang (4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel,
tidak ada dorsolateral, web penuh, memiliki gigi former, processus
odontoid tidak ada, warna coklat.
Berdasarkan pengamatan di atas sesuai dengan pendapat Inger
(2009) bahwa H. chalconata asal limau manis memilki warna coklat
muda pada bagian dorsal dan lateral dengan tympanum bewarna lebih
terang dibandingkan warna dorsal. Corok totol pada punggung
terlihat jelas pada individu asal Limau Manis. Warna bibir atas
putih polos dan warna selaput renang pada kaki adalah coklat muda.
Ukuran tubuh (SVL) jantan dewasa H.chalconota asal Sumatra antara
33,8-49,8 mm (rataan 39,02 } 0,47 mm; N = 47), sedangkan betina
dewasa antara 49,373,1 mm (rataan 60,05 } 1,23; N = 22);4.13
Hylarana picturata (Boulonger, 1929).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 13. Hylarana picturataGenus
: Hylarana
Spesies : Hylarana picturata (Boulonger, 1929).(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Hylarana picturata yaitu panjang badan 42 mm, panjang kepala 13 mm,
lebar kepala 13 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong 6 mm,
diameter mata 5 mm, jarak internares 3 mm, jarak interorbital 11
mm, panjang brachium 13 mm, panjang anterbrachium 10 mm, panjang
kaki belakang 52 mm, panjang femur 20 mm, panjang tibia 32 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang
(4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel, memiliki
dorsolateral, web setengah, warna hitam coklat dan oren, kulit
licin, memiliki garis lateral.Katak berukuran kecil sampai sedang,
kepala segitiga dengan badan, tympanum jelas, tekstur halus,
berwarna hitam dengan bercak-bercak berwarna kuning terang. Ukuran
tubuh jantan 33-47 mm, betina 49-68 mm, hidup dihutan sekunder dan
primer dataran rendah, hidup pada ketinggian 50-750 mdpl (Sidik,
1998).4.14 Hylarana rufifes Inger, Stuart dan Iskandar,
2009.Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 14. Hylarana rufifesGenus
: Hylarana
Spesies : Hylarana rufifes Inger, Stuart dan Iskandar,
2009.(Amphibiaweb, 2014).Didalam praktikum didapatkan data
pengukuran dan perhitungan Hylarana rufifes yaitu panjang badan 63
mm, panjang kepala 21 mm, lebar kepala 18 mm, diameter tympanum 5
mm, panjang moncong 20 mm, diameter mata 8 mm, jarak internares 6
mm, jarak interorbital 7 mm, panjang brachium 15 mm, panjang
anterbrachium 29 mm, panjang kaki belakang 45 mm, panjang femur 17
mm, panjang tibia 32 mm, urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan
kaki jari belakang (4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel,
tidak ada dorsolateral, web penuh, tidak memiliki gigi former,
processus odontoid tidak ada, warna hijau lumut dan web berwarna
merah.
Hylarana rufipes adalah katak bertubuh kecil ramping untuk
kategori berukuran spesies dewasa, panjang moncong 30-60 mm, ujung
digiti terutama dari jari yang jelas diperbesar dan memiliki alur
circummar marjinal. Pewarnaan umum hijau kecoklatan di atas dan
putih atau krem di bawah ini dan bibir atas biasanya jelas lebih
ringan dari daerah sekitarnya (Iskandar, 1998).
4.15 Odorrana hoshii (Boulonger, 1891).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 15. Odorrana hoshiiGenus
: Odorrana
Spesies : Odorrana hoshii (Boulonger, 1891).(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Odorrana hoshii yaitu panjang badan 50 mm, panjang kepala 15 mm,
lebar kepala 16 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong 17 mm,
diameter mata 5 mm, jarak internares 3 mm, jarak interorbital 4 mm,
panjang brachium 14 mm, panjang anterbrachium 12 mm, panjang kaki
belakang 90 mm, panjang femur 27 mm, panjang tibia 31 mm, urutan
jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang (4,5,3,2,1),
tidak memiliki disk, tidak ada tubercel, memiliki dorsolateral, web
setengah, tidak memiliki gigi former, processus odontoid tidak ada,
warna hijau kecoklatan.
Odorrana hosii jantan berukuran 45 68 mm, betina berukuran 85
-100 mm. mempunyai tubuh relatif ramping, moncong yang runcing,
mempunyai kaki yang panjang, jari pertama lebih pendek dibanding
jari kedua, jari tangan dan kaki sedikit flat, jari berbentuk
cakram dan hampir semuanya berwarna gelap, kulit kasar, mempunyai
dorsolateral lipat yang kuramg jelas. Spesies jantan mempunyai
timpani yang lebih besar dibanding betina, serta cendrung berwarna
hijau dengan bintil-bintil gelap. Garis dari ujung moncong ke mata
berwarna cokelat kelabu, sedangkan perut berwarna gelap. Spesies
betina mempunyai kemampuan lebih rendah dalam hal merubah warna,
mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai garis-garis gelap dari
ujung moncong ke mata, gendang teling berwarna merah. Ekstremitas
berwarna hijau kecoklatan, perut biasanya berwarna putih
keabu-abuan (Darmawan, 2008).4.16 Huia sumatrana (Yang,
1991).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Gambar 16. Huia sumatranaGenus
: Huia
Spesies : Huia sumatrana (Yang, 1991). (Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Huia sumatrana nyaitu panjang badan 65 mm, panjang kepala 23 mm,
lebar kepala 18 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong 20 mm,
diameter mata 6 mm, jarak internares 4 mm, jarak interorbital 15
mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 13 mm, panjang
kaki belakang 8 mm, panjang femur 86 mm, panjang tibia 34 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,2,1), urutan kaki jari belakang
(4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel, memiliki
dorsolateral, web penuh, memiliki gigi former, processus odontoid
tidak ada, warna coklat hitam, dibawah perut berwarna kuning,
tympanum jelas, panjang kaki dua kali panjang badan.Huia sumatrana,
merupakan katak yang berukuran sedang dengan kaki yang ramping dan
panjang bila dibandingkan dengan jenis katak lain. Tekstur kulit
halus berwarna coklat pada bagian atas. Katak ini hidup di sungai
yang berarus deras, berbatu dan berair jernih pada ketinggian
200-1200 mdpl. Katak ini merupaan hewan endemik Sumatera (Mistar,
2003).4.17 Limnonectes kuhlii (Tschudi, 1838).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Discroglossidae Gambar 17. Limnonectes kuhliiGenus
: Limnonectes
Spesies : Limnonectes kuhlii (Tschudi, 1838).(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Limnonectes kuhlii yaitu panjang badan 70 mm, panjang kepala 30 mm,
lebar kepala 25 mm, diameter tympanum 4 mm, panjang moncong 10 mm,
diameter mata 10 mm, jarak internares 5 mm, jarak interorbital 10
mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 15 mm, panjang
kaki belakang 65 mm, panjang femur 3 mm, panjang tibia 45 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,1,2), urutan kaki jari belakang
(4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel, memiliki
dorsolateral, web setengah, memiliki gigi former, memiliki
processus odontoid, warna hijau tua, tympanum tidak jelas, kulit
licin.
Limnonectes kuhlii adalah katak berukuran medium yaitu 70 mm dan
berwarna coklat. Pada jantan ukuran kepalanya cukup besar dan
terdapat otot yang menonjol dibelakang mata. Pada kulit L.kuhlii
memiliki pola kulit yang berkarakteristik membentuk lipatan. jenis
ini memiliki webbing yang penuh (Mistar,2003)Jenis ini dapat kita
temukan pada dataran rendah sampai ketinggian 1600 mdpl. Spesies
ini tergolong spesies yang komplek dan dapat juga ditemukan
didataran tinggi dan rendah. Penyebaran jenis ini dimulai dari
provinsi Guang xi , Cina dan Asia tenggara selatan Jawa,
Kalimantan, Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natunas, tetapi belum
ditemukan dari Kamboja atau Singapura (Mistar, 2003).4.18
Rhacophorus pardalis (Gunther, 1859).Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Rhacophoridae Gambar 18. Rhacophorus pardalisGenus
: Rhacophorus
Spesies : Rhacophorus pardalis (Gunther, 1859).(Amphibiaweb,
2014).Didalam praktikum didapatkan data pengukuran dan perhitungan
Rhacophorus pardalis yaitu panjang badan 48 mm, panjang kepala 20
mm, lebar kepala 15 mm, diameter tympanum 3 mm, panjang moncong 13
mm, diameter mata 5 mm, jarak internares 4 mm, jarak interorbital
10 mm, panjang brachium 10 mm, panjang anterbrachium 25 mm, panjang
kaki belakang 18 mm, panjang femur 23 mm, panjang tibia 45 mm,
urutan jari kaki depan (3,4,2,1), urutan kaki jari belakang
(4,5,3,2,1), memiliki disk, tidak ada tubercel, tidak memiliki
dorsolateral, web penuh, memiliki gigi former, tidak memiliki
processus odontoid, warna coklat dibagian bawah dan oren dibagian
atas, disamping tibula terdapat bintik hitam dan selaput berwarna
oren pekat.
Dari data di atas sesuai dengan pendapat Inger (2009) bahwa
katak berukuran kecil sampai sedang. Pada bagian mulutnya berbentuk
membulat. Pada kaki depan dan belakang ketiga memiliki selaput
penuh bewarna merah keorenan. Katak jenis ini berhabitat di hutan
primer sampai hutan sekunder. Berkembang biak di kolam atau
genangan.4.19 Fejervarya limnocharis Gravenhorst,
1829Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Gambar 19. Fejervarya limnocharisSpecies :Fejervarya limnocharis
Gravenhorst, 1829
Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Fejervarya limnocharis
maka di peroleh hasil sebagai berikut, panjang badan (PB)54 mm,
lebar kepala (LK) 18 mm, panjang kepala (PK) 18 mm,panjang kaki
depan (PKD) 18 mm, panjang tibio-fibula (PTF) 25 mm, panjang femur
(PF) 20 mm, panjang kaki belakang (PKB) 35 mm, panjang moncong (PM)
18 mm, diameter ympanum (DT) 1,5 mm, diameter mata (DM) 5 mm, jarak
interorbital (JIO) 5 mm, jarak internares (JIN) 4 mm, urutan
panjang jari kaki depan (UPJKD) 3>1>4>2, urutan panjang
kaki belakang (UPJKB) 4>3>2>5>1, tidak memiliki alur
supraorbital, tidak ada gigi former, bentuk ujung jari licin,
memiliki lipatan dorsa tactorial dan warna hitam bintik-bintik
orange.Hewan ini merupakan katak kecil, bertubuh pendek dan
berkepala meruncing. Panjang Fejervarya jantan sekitar 30-50 mm,
yang betina sampai dengan 60 mm. Punggung berwarna cokelat lumpur,
dengan bercak-bercak gelap simetris, terkadang membentuk huruf W
atau H di sekitar belikat. Pada beberapa jenis bercampur dengan
warna hijau atau kehijauan, kemerahan, keemasan, atau memiliki
garis vertebral putih. Perut dan sisi bawah tubuh putih. Pada katak
jantan, kerap terdapat pola huruf M kehitaman di dagu, di atas
kantung suara yang berwarna daging. Sisi samping tubuh dan sisi
belakang paha dengan bercak-bercak hitam serupa doreng. Tangan dan
kaki dengan coreng-coreng hitam. Bibir berbelang hitam. Kulit
punggung dengan lipatan-lipatan memanjang tak beraturan, seperti
pematang seperti deretan bintil panjang, atau seperti bukit-bukit
kecil memanjang. Sepasang lipatan kulit berjalan dari belakang
mata, melewati atas timpanum (gendang telinga), hingga ke bahu.
Kaki berselaput setengahnya, setidaknya satu (pada jari keempat:
dua) ruas paling ujung bebas dari selaput renang. Bintil metatarsal
sebelah dalam berbentuk oval dan menonjol, sementara metatarsal
luar membulat dan rendah, kebanyakan malah hanya serupa bintik
kecil (Boulenger, 1890).4.20 Nyctixalus pictus (Peters,
1871)Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rhacophidae Gambar 20. Nyctixalus pictusGenus :
Nyctixalus
Species : Nyctixalus pictus (Peters, 1871)Pengukuran morfometrik
yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: panjang
badan (PB) 27mm , panjang kepala (PK) 11 mm, lebar kepala (LK)
10mm, diameter tympani (DT) 40mm, panjang moncong (PM) 10mm,
diameter mata (DM) 3mm, jarak inter nares (JIN) 2mm, jarak inter
orbital (JIO) 5 mm, panjang brancium 6 mm, panjang antebrancium
8mm, panjang kaki belakang (PKB) 5 mm, panjang fermur (PF) 16 mm,
panjang tibia fibula (PTF) 37mm, urutan panjang jari kaki depan
(UJKD) 3>4>2>1, urutan panjang jari kaki belakang (UJKB)
4>5>3>2>1, memiliki Disk, tidak memiliki tuberkel,
tidak memiliki garis dorsolateral, tidak memiliki web dan berwarna
merah kecoklatan.
Dari data di atas sesuai dengan pendapat Bakker (2008), bahwa
Nyctixalus pictus memiliki panjang tubuh sekitar 35mm, bewarna
coklat atau coklat kemerahan dengan corak bintik-bintik putih
kuning pada bagian tubuhnya. Pada ujung jari terdapat disk yang
berbentuk melebar. V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapat pada saat praktikum, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Duttaphrynus melanosticus tidak memiliki disk, tubercel ada,
tidak ada dorsolateral, web setengah, warna hijau terang dan perut
berwarna coklat.
2. Phrynoidis aspera tidak memiliki disk, tubercel ada, tidak
ada dorsolateral, web setengah, warna hijau kehitaman dan
mengeluarkan cairan dari ketiak.3. Kalophrynus pleurostigma tidak
memiliki disk, tidak ada tubercel , tidak ada dorsolateral, web
setengah, warna coklat, perut warna putih dan bagian samping
berwarna oren.4. Kaloula pulchra tidak memiliki disk, tidak ada
tubercel ,dorsolateral ada, web setengah, warna coklat krem dan
putih dan tubuh berlendir.
5. Ichtyophis glutinosus tidak memiliki disk, tidak ada tubercel
, tidak ada dorsolateral, tidak ada web, warna coklat dan terdapat
cincin annulus ditubuhnya.6. Leptobrachium wayseputiense memiliki
bentuk ujung jari spatula, tutupan selaput renang tidak ada, tidak
memiliki kelenjar paratoid.7. Polypedates leucomystax memiliki
disk, tidak ada tubercel, memiliki dorsolateral, web setengah,
memiliki gigi former, processus odontoid tidak ada, warna coklat
kekuningan.8. Polypedates otilophus memiliki disk, tidak ada
tubercel, tidak ada dorsolateral, web setengah, memiliki gigi
former, processus odontoid tidak ada, warna krem dan coklat,
memiliki tonjolan pada kaki dan garis bintik berwarna hitam.9.
Fejervarya cancrivora tidak ada disk, tidak ada tubercel, tidak ada
dorsolateral, web setengah, memiliki gigi former, processus
odontoid tidak ada, warna coklat terang.10. Hylarana erythrea tidak
ada disk, tidak ada tubercel, tidak ada dorsolateral, web setengah,
memiliki gigi former, processus odontoid tidak ada, warna coklat
terang.11. Hylarana nicobariensis memiliki disk, tidak ada
tubercel, memiliki dorsolateral, web setengah, memiliki gigi
former, processus odontoid tidak ada, warna coklat keorenan, tubuh
licin dan bercorak hitam.12. Hylarana chalconata memiliki disk,
tidak ada tubercel, tidak ada dorsolateral, web penuh, memiliki
gigi former, processus odontoid tidak ada, warna coklat.
13. Hylarana picturata memiliki disk, tidak ada tubercel,
memiliki dorsolateral, web setengah, warna hitam coklat dan oren,
kulit licin, memiliki garis lateral.14. Hylarana rufipes memiliki
disk, tidak ada tubercel, tidak ada dorsolateral, web penuh, tidak
memiliki gigi former, processus odontoid tidak ada, warna hijau
lumut dan web berwarna merah.15. Odorrana hoshii tidak memiliki
disk, tidak ada tubercel, memiliki dorsolateral, web setengah,
tidak memiliki gigi former, processus odontoid tidak ada, warna
hijau kecoklatan.16. Huia sumatrana memiliki disk, tidak ada
tubercel, memiliki dorsolateral, web penuh, memiliki gigi former,
processus odontoid tidak ada, warna coklat hitam, dibawah perut
berwarna kuning, tympanum jelas, panjang kaki dua kali panjang
badan.17. Limnonectes kuhlii memiliki disk, tidak ada tubercel,
memiliki dorsolateral, web setengah, memiliki gigi former, memiliki
processus odontoid, warna hijau tua, tympanum tidak jelas, kulit
licin.18. Rhacophorus pardalis memiliki disk, tidak ada tubercel,
tidak memiliki dorsolateral, web penuh, memiliki gigi former, tidak
memiliki processus odontoid, warna coklat dibagian bawah dan oren
dibagian atas, disamping tibula terdapat bintik hitam dan selaput
berwarna oren pekat.19. Fejervarya limnocharis tidak memiliki alur
supraorbital, tidak ada gigi former, bentuk ujung jari licin,
memiliki lipatan dorsa tactorial dan warna hitam bintik-bintik
orange.20. Nyctixalus pictus memiliki Disk, tidak memiliki
tuberkel, tidak memiliki garis dorsolateral, tidak memiliki web dan
berwarna merah kecoklatan.5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk membawa bahan yang
respresentatif agar pengamatan lebih mudah dilakukan, kemudian
dalam hal pengukuran lakukan dengan teliti agar data yang
didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, N. & K.K.P. Lim, 2008.Wild Animals of Singapore. A
Photographic Guide to Mammals, Reptiles, Amphibians and Freshwater
Fishes. Draco Publishing and Distribution Pte Ltd and Nature
Society (Singapore).
Boulenger, G. A. 1890. Fauna of British India. Reptilia and
Batrachia. New Delhi Press. IndiaDarmawan , B. 2008. Keanekaragaman
Amfibi Di Berbagai Tipe Habitat: Studi Kasus Di Eks-Hph Pt Rimba
Karya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. IPB : Bogor.Djuhanda,
T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians.
McGraw Hill Book Company. New YorkEprilurahman. 2007. Frogs and
Toads of Daerah Istimewa Yogyakarta. International Seminar Advances
in Biologycal Science. Fakultas Biologi. UGM
Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to the Frogs of
Borneo . Sabah: Natural History. Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa
dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI.
Iskandar, D. T. and E. Colijn. 2003. Preliminary Checklist of
Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna: Amphibians. Treubia
31 (3): 1-133Inger, R.F., B.L. Stuart & D.T. Iskandar. 2009.
Systematics of a widespread Southeast Asian frog, Rana chalconota
(Amphibia: Anura: Ranidae). Zoological Journal of the Linnean
Society 155: 123-147.Kimball, J. W. 1983. Biologi jilid 3.
Erlangga. Jakarta
Kurniati, H. 2009. Keragaman Jenis dan Genetik Amfibia di
Ekosistem Buatan EcologyPark Kampus LIPI Cibinong. LIPI.
Jakarta.
Kusrini MD. 2003. Predicting the impact of the frog leg trade in
Indonesia: An ecological view of the indonesian frog leg trade,
emphasizing javanese edible frog species. Dalam: MD Kusrini, A
Mardiastuti dan T Harvey 2003 Konservasi Amfibi dan Reptil di
Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Hal. 27-44.
Mistar, 2003. Panduan Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem
Lauser. The gabbon Foundation dan NGO movement. Jakarta
Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New
Jersey. Pp. 37-131Sidik. 1998. Seri Keanekaragaman Flora dan Fauna
I, Reptil dan Amphibia di Pulau Supid. Catatan Singkat
Keanekaragaman Jenis dan HabitatnyaStebbins RC, Cohen NW. 1997. A
Natural History of Amfibins . New Jersey: Princeton Univ. Pr.
Van Kompen, P.N 1923 The Amphibian of Indo-Australian
Archipelago. Leiclen.Zug, George R. 1993. Herpetology : an
Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press.
London, p : 357358www.amphibiaweb.org, diakses tanggal 25 Maret
2014.