Top Banner

of 32

Identifikasi Molekuler Dan Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Asam Laktat Bal Asal Dadih Dari Kabupaten Sijunjung Terhadap Kadar Kolesterol Daging Pada Itik Pitalah Sumber Daya Genetik

Oct 08, 2015

Download

Documents

Dek Permana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • IDENTIFIKASI MOLEKULER DAN PENGARUH PEMBERIANPROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) ASAL DADIH DARIKABUPATEN SIJUNJUNG TERHADAP KADAR KOLESTEROL

    DAGING PADA ITIK PITALAH SUMBER DAYA GENETIK SUMATERABARAT

    ARTIKEL

    Oleh :WAHUD NOOR TRISNA

    0921207035

    PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG2012

  • IDENTIFIKASI MOLEKULER DAN PENGARUH PEMBERIANPROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) ASAL DADIH DARIKABUPATEN SIJUNJUNG TERHADAP KADAR KOLESTEROLDAGING PADA ITIK PITALAH SUMBER DAYA GENETIK

    SUMATERA BARATOleh :

    Wahud Noor TrisnaDi bawah bimbingan Prof. drh. Hj. Endang Purwati, MS, Ph.D

    Prof. Dr. SumaryatiSyukur, M.Sc.

    ABSTRAK

    Ternak itik lokal merupakan ternak unggas penghasil telur, daging danbulu. Produksi telur itik lokal mencapai 220 butir pertahun dan persentase karkasdaging itik jantan sangat tinggi mencapai 70%. Sumatera Barat memiliki itikPitalah sebagai sumber daya genetik yang dipelihara peternak di KecamatanPitalah Kabupaten Tanah Datar. Namun itik memiliki kadar kolesterol dan lemakyang tinggi, sehingga perlu upaya untuk menurunkan kadar lemak dan kolesteroldaging itik tersebut. Upaya tersebut adalah dengan melakukan pemberianprobiotik Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diisolasi dari dadih Sijunjung. Selainitu juga perlu dilakukan identifikasi molekuler BAL asal dadih Sijunjung tersebut.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik molekuler danpengaruh probiotik BAL asal dadih Sijunjung terhadap kadar kolesterol dagingitik Pitalah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancanganacak lengkap, empat perlakuan dan empat kali ulangan.Perlakuan A adalahkontrol (tanpa pemberian probiotik); B (pemberian1,27x107 CFU/g probiotikPediococcus pentosaceus); C (pemberian 2,54x107 CFU/g probiotik Pediococcuspentosaceus) dan D (pemberian 3,81x107 CFU/g probiotik Pediococcuspentosaceus).Pemberian probiotik dilakukan selama 1 bulan, semenjak itikberumur 1 bulan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Probiotik BAL dadih Sijunjungadalah Pediococcus pentosaceus dengan tingkat kesamaan dengan Gen Bank datamencapai 99% melalui analisis BLAST. Pemberian probiotik Pediococcuspentosaceus mampu menurunkan kadar kolesterol secara nyata (P

  • PENDAHULUANProduk peternakan terutama daging dan telur itik beserta olahannya sangat

    disukai oleh masyarakat, seperti kita ketahui pada kehidupan sehari-hari misalnya: gulai itik hijau, pecel bebek, berbeque, telur asin, martabak telur, tepung telurdan lain sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa usaha beternak itik masihberpeluang dan memberi keuntungan yang menjanjikan.

    Sumatera Barat memiliki itik Pitalah sebagai sumber daya genetik yangdipelihara peternak di Kenagarian Batipuh Baruh dan Batipuh Atas di KabupatenTanah Datar. Peternak memelihara itik Pitalah secara ekstensif denganmelepasnya disawah siang hari dan mengandangkannya pada malam hari. ItikPitalah betina dipelihara sebagai penghasil telur dan bibit sedang yang jantannyasebagai pedaging. Karena kualitas dan kuantitas daging dan telur yang dihasilkanmenjadikan itik Pitalah digemari oleh peternak untuk dipelihara. Disamping itupengembangan sumber daya genetik sebagai ciri khas daerah adalah langkahpenting yang perlu mendapat perhatian.

    Populasi ternak itik di Sumatera Barat sekitar 1,19 juta ekor pada tahun2009. Populasi ternak itik di Sumatera Barat mengalami peningkatan, datastatistik menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2009 populasinya meningkat dari1 juta ekor pada tahun 2007 dan menjadi 1,19 juta ekor di tahun 2009.

    Daging itik mengandung lemak yang cukup tinggi yaitu 17% (Erlian danJailani, 2001 dalam Samudra dan Arif, 2008) dan kolesterol itik mencapai 50mg/dl (Setiabudi, 2011). Akan tetapi masyarakat menginginkan daging itik yangrendah lemak dan kolesterol karena kolesterol dapat mengakibatkan stroke danserangan jantung dimana diketahui serangan jantung penyebab kematian nomorsatu didunia. Pada unggas telah dikenal penyakit yang berbahaya terhadapkesehatan konsumen dan pada ternak itu sendiri yaitu penyakit yang disebut AI(Avian influenza). Oleh sebab itu perlu upaya menjadikan produk itik yang bebasAI dan rendah kolesterol, salah satu upaya tersebut adalah dengan pemberianprobiotik pada ternak itik.

    Probiotik merupakan bahan tambahan berupa mikroorganisme yangberpengaruh terhadap peningkatan keseimbangan mikroorganisme dalam ususapabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, probiotik mempunyai kemampuan

  • untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah (Kusumawati, Bettysri, Siswa,Ratihdewanti dan Hariadi, 2003) dan sebelumnya dikatakan bahwa, kandungankolesterol telur (Abdulrahim, Haddadin, Haslamound dan Robinson, 1996).Probiotik dapat meningkatkan kesehatan ternak, meningkatkan produksi telur,serta dapat menghilangkan sifat reservoar AI pada itik. Tidak semua bakteri baikdapat dijadikan sebagai probiotik, salah satu bakteri yang berperan sebagaiprobiotik adalah bakteri asam laktat (BAL).

    Probiotik adalah BAL, dikatakan juga bakteri baik karena BAL adalahmikroorganisme yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteripatogen yang ada disekitarnya. Selain dapat membunuh dan menghambatpertumbuhan bakteri patogen, juga dapat menurunkan kadar kolesterol padadaging ternak apabila diberi BAL tersebut. BAL juga dapat menekan penyakityang terkenal pada unggas yaitu penyakit AI, BAL berpengaruh baik terhadappeningkatan keseimbangan mikroflora usus bila dikonsumsi dalam jumlah yangcukup.

    Penggunaan BAL/ probiotik juga merupakan suatu cara pendekatan untukmengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi penyakit terutama penyakitthipus terhadap produk-produk unggas yaitu daging dan telur, sehingga dagingdan telur yang dihasilkan higienis dan aman untuk dikonsumsi sesuai denganstandar kesehatan (Patterson dan Burkholder, 2003).

    BAL merupakan bakteri gram positif (+), tidak mempunyai spora danmenghasilkan asam laktat sebagai produk utama. BAL adalah familiLactobacillaceae, yaitu Lactobacillus dan Weisella serta famili Streptococcaceae,terutama Leuconostoc, Streptococcus dan Pediococcus. Pada dadih terdapatBanyak BAL diantaranya kelompok Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc,Pediococcus dan Lactococcus (Pato, 2003). BAL sering digunakan sebagai kulturprobiotik dalam produk-produk fermentasi susu seperti dadih, buah-buahan,daging dan ikan.

    BAL adalah famili Lactobacillaceae, yaitu Lactobacillus dan familiStreptococcaceae, terutama Leuconostoc, Streptococcus dan Pediococcus.Ditambahkan oleh Widodo (2003) peranan penting dari bakteri asam laktat adalahkemampuannya mencegah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa (mencegah

  • lactose intolerance), memecah protein menjadi monopeptida dan asam-asamamino tersedia bagi tubuh serta menghasilkan bakteriosin yang mampumenghambat pertumbuhan bakteri patogen. Sebagai probiotik, beberapa spesiesBAL tumbuh dan berkembang dalam sistem pencernaan manusia, mampu hiduppada kondisi pH rendah, menekan bakteri patogen, menyerap bahan penyebabkanker dan tumor serta memacu sistem kekebalan tubuh.

    BAL hasil fermentasi, yang sangat potensial menghambat pertumbuhanlima bakteri patogen yaitu Listeria, E. coli, S. typhii, S. aureus, B. subtilis, adanyakandungan probiotik yang dihasilkan Bakteri Asam Laktat (BAL) ini dapatdigunakan sebagai pakan probiotik untuk itik. Dengan demikian penulis tertarikmeneliti penggunaan pakan probiotik BAL untuk diberikan pada Itik PitalahPedaging sebagai penghasil daging.

    Dadih adalah produk olahan dari susu kerbau yang dibuat dengan carafermentasi alami pada suhu kamar selama 2 hari (Sugitha, 1995). Dadih yangdiproduksi di Sumatera Barat dibuat dengan bahan dasar susu kerbau denganmengandalkan jasad renik yang ada di alam sebagai inokulan atau tanpamenggunakan starter tambahan. Mikroba diperkirakan dapat berasal dari daunpisang sebagai penutup bambu dan dari susu itu sendiri serta dapat juga daritabung bambu yang digunakan (Purwati, Rusfidra, Akmandiaan, Juliyarsi danPurwanto, 2010). Adapun daerah di Sumatera Barat yang berpotensi untukmemproduksi dadih yaitu daerah Alahan Panjang (Aia Dingin) Kabupaten Solok,(Sitingkai) Kabupaten Agam, (Tanjung Bonai) Kabupaten Tanah Datar,Kelurahan Batu Payung Gadut) Kabupaten Limapuluh Kota, (Batang Panjang)dan Kabupaten Sijunjung.

    Dadih yang diproduksi masing-masing daerah berbeda rasa dan aromanyahal ini dikarenakan bakteri potensial yang terdapat dalam dadih tersebut berbeda.Oleh karena itu melihat jenis bakteri potensial yang terdapat dalam dadih sangatdiperlukan untuk menambah kasanah ilmu pengetahuan termasuk dadih yangberasal dari dadih Nagari Batang Panjang, Kec. Pematang Panjang, Kab.Sijunjung.

    Dari informasi diatas penulis mencoba melakukan penelitian probiotik asaldadih untuk diberikan kepada itik Pitalah jantan guna menurunkan kolesterol

  • daging itik Pitalah pejantan, sehingga itik Pitalah sebagai Sumber Daya GenetikSumatera Barat dapat berdaya saing dengan komoditi peternakan lainnya.

    MATERI DAN METODA PENELITIANMateri Penelitian

    Dadih diperoleh dari Nagari Batang Panjang, Kec. Pematang Panjang,Kab. Sijunjung. Dadih diambil dari peternak yang memproduksi dadih untukdiisolasi BAL nya. Itik Pitalah Diambil dari daerah Pitalah, Batipuh baru danBatipuh Atas, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat sebanyak 64 ekor untuk UjiBiologis.

    1. Ternak penelitianPenelitian ini menggunakan ternak itik Pitalah pedaging jantan 64 ekor yang

    berasal dari daerah Pitalah, Batipuh baru dan Batipuh Atas, Kabupaten TanahDatar Sumatra Barat. Itik ditempatkan sebanyak 4 ekor pada masing-masing unitperlakuan.

    2. Kandang penelitianKandang yang digunakan dalam penelitian berlokasi di Piruko Utara

    ,Sitiung, Dharmasraya. Bahan kandang terbuat dari bambu yang berukuran 1 x 0,5per unit berisi 4 ekor itik. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain,timbangan untuk menimbang ransum, tempat pakan itik dan tempat minum.

    3. Ransum dan Pemberian Probiotik PenelitianBahan untuk menyusun ransum terdiri dari jagung, dedak, tepung ikan, top

    mix, daun pepaya dan kangkung. Kemudian Diberikan Bakteri Probiotik dengancara dicekokkan atau secara oral.

    Kandungan zatzat makanan dan metabolis penyusun ransum dapat dilihatpada Tabel 4. Komposisi dan kandungan zat zat makanan serta energi ransumperlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

  • Tabel 1. Kandungan Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Bahan PenyusunRansum

    BahanMakanan

    PK(%)

    LK(%)

    SK(%)

    Ca(%)

    P(%)

    ME(kkal/kg) Met Lis

    Jagung 8,77 2,4 3,5 0,02 0,27 3400 0,2 0,2Dedak 11,5 7,0 7,0 15,5 1,40 1,225 0,2 0,5Tepung ikan 55,0 5,5 1,5 3,80 2,80 2,680 1,822 5,282Daun pepaya 5Top mix 3,800Sumber :1. Hardjosworo dan rukmiasih (2005)2. Sudoro dan siriwa (2005)

    Rancangan PercobaanMetoda penelitian ini merupakan metoda penelitian eksperimental dengan.

    Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 x 4.Dimana ada 4 perlakuan dengan 4 kali ulangan, sebagai perlakuan adalah dosis

    Perlakuan yang diberikan adalah :

    Perlakuan A : sebagai Kontrol

    Perlakuan B : pemberian 1 ml (1,27x107 CFU/g) Bakteri Probiotik asal dadih

    Perlakuan C : Pemberian 2 ml (2,54x107 CFU/g) Bakteri Probiotik asal dadih

    Perlakuan D : pemberian 3 ml (3,81x107 CFU/g) Bakteri Probiotik asal dadih

    Model matematika dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Steeldan Torrie (1991) adalah:

    Yij = + i+ ijKeterangan:Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j = Nilai rata-rata sesungguhnyai = Pengaruh perlakuan ke-iij = Galati = A, B, C, D, E (perlakuan)j = 1, 2, 3 (ulangan)

  • Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan menggunakan sidikragam (Analysis of Variance/ ANOVA).

    Metoda Penelitian1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Dadiha) Total Koloni Bakteri Asam Laktat

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung total koloni bakteriasam laktat (BAL) menurut Purwati, Syukur dan Hidayat (2005) dapatditerangkan sebagai berikut :

    1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti : cawan petri (petridish), tabungreaksi, erlenmeyer, tabung eppendorf, tip pipet mikro, hockey stick,disterilkan dalam autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit dengantekanan 15 lbs.

    2. Dipersiapkan media preenrichment yaitu dengan melarutkan 16.443 g deMann Rogosa Sharpe (MRS) Broth (Merck) dalam 315 ml aquades untuk 7sampel dan sampai pengenceran 510 (Pembuatan secara umum adalah 52,2g MRS Broth dalam 1 000 ml aquades). Selanjutnya dihomogenisasi denganmagnetic stirrer diatas hot-plate pada suhu 100 C, kemudian di autoclave(15 menit, 121 C dan tekanan 15 lbs).

    3. Dipersiapkan media de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Agar (Merck) denganmelarutkan 6.951 g MRS Agar dalam 105 ml aquades (Pembuatan secaraumum adalah 66,2 g MRS Agar dalam 1 000 ml aquades), kemudiandihomogenisasi dengan magnetic stirrer, diatas hot plate pada suhu 100 C,lalu di autoclave, setelah agak dingin ( 55 C) lalu dituang ke dalam 7 cawanpetri masing-masing sebanyak 15 ml.

    4. Dengan menggunakan sendok steril dan aluminium foil dadih ditimbangsebanyak 1 g, kemudian dilarutkan dengan 9 ml larutan de Mann RogosaSharpe (MRS) Broth, lalu divortex sampai homogen. Hasil ini disebutpengenceran 110 .

    5. Hasil pengenceran tersebut diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksiyang berisi 9 ml larutan de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth, lalu divortex

  • sampai homogen. Hasil pengenceran ini disebut dengan pengenceran 210 ,begitu seterusnya sampai pada pengenceran 510 .

    6. Dari pengenceran 510 diambil 100 l sampel dan ditanam dengan metodespread pada petridish yang telah berisi media MRS Agar kemudian diratakandengan hockey stick yang sebelumnya telah diberi alkohol dan dibakardengan bunsen. Pekerjaan ini dilakukan dalam lamina flow dan di dekatbunsen.

    7. Inokulum disimpan dalam anaerob jar lalu dimasukkan dalam inkubatorselama 24 jam pada suhu 37 C dan dilakukan pengkodean petridish denganmenandai masing-masing petridish.

    8. Setelah 24 jam, koloni BAL yang tumbuh dilihat dengan menggunakan alatquebec colony counter. Hasil perhitungan koloni BAL dikalikan dengansepuluh kemudian dihitung total koloni BAL dengan rumus sebagai berikut :Total koloni bakteri asam laktat (BAL) (CFU (Colony Forming Unit)/g)

    = Total Koloni BAL lBeratSampexnPengencerax11

    Cara kerja total koloni bakteri asam laktat (BAL) dapat dilihat padaGambar berikut ini :

    Gambar 1. Skema Total Koloni Bakteri Asam Laktat (Purwati dkk., 2005)

    Preenrichment 1 g dadih + 9 ml MRS Broth Pengenceran 10-1

    Serial Pengenceran 1 ml 10-1+ 9 ml MRS Broth, Pengenceran10-2 10-5

    100 l dari serial pengenceran 10-5diinokulasikan pada media MRS Agar,dimasukkan dalam anaerob jar, lalu diinkubasi selama 24 jam(37 C)

    Total koloni dilihat dengan quebec colony counter dan dihitung dengan rumusCFU/g

  • b) Isolasi Bakteri Asam Laktat dan Pewarnaan GramLangkah-langkah yang dilakukan dalam isolasi bakteri asam laktat (BAL)

    menurut , Syukur dan Hidayat (2005) adalah :

    1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti : cawan petri, tabung reaksi,erlenmeyer, tip pipet mikro, hockey stick, disterilkan dalam autoclave padasuhu 121 C selama 15 menit dengan tekanan 15 lbs.

    2. Dipersiapkan media enrichment yaitu dengan melarutkan 23.0202 g de MannRogosa Sharpe (MRS) Broth (Merck) dalam 441 ml aquades kemudiandipanaskan sambil dihomogenisasi dengan hot plate stirrer pada suhu 100C, lalu di autoclave (15 menit, 121 C dan tekanan 15 lbs).

    3. Dipersiapkan media de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Agar (Merck) denganmelarutkan 13.902 g MRS Agar dalam 210 ml aquades kemudian dipanaskansambil dihomogenisasi dengan hot plate stirrer pada suhu 100 C, lalu diautoclave, setelah agak dingin ( 55 C) dituang ke dalam masing-masingcawan petri sebanyak 15 ml.

    4. Menggunakan sendok steril dan aluminium foil dadih ditimbang sebanyak 1 g,kemudian dilarutkan dengan 9 ml larutan MRS Broth dalam tabung reaksi,lalu divortex sampai homogen. Hasil ini disebut pengenceran 110 ,dimasukkan ke dalam anaerob jar, kemudian diinkubasi selama 24 jam dalaminkubator dengan suhu 37 C.

    5. Hasil 110 tersebut diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yangberisi 9 ml larutan MRS Broth, lalu divortex sampai homogen. Hasilpengenceran ini disebut dengan pengenceran 210 , begitu seterusnya sampaipada pengenceran 710 .

    6. Dari pengenceran 710 diambil 100 l sampel dan ditanam dengan metodespread pada petridish yang telah berisi media MRS Agar, kemudian diratakandengan hockey stick yang sebelumnya disteril dengan alkohol dan dibakardengan bunsen lalu diangin-anginkan.

    7. Inokulum disimpan dalam anaerob jar kemudian diinkubasi dalam inkubatorselama 48 jam pada suhu 37 C dan dilakukan pengkodean petridish denganmenandai masing-masing petridish.

  • 8. Setelah 48 jam, single colony yang mencirikan bakteri asam laktat yaitu bulatlicin berwarna putih kekuningan dipindahkan ke media MRS Agar untukpemurnian koloni dengan metode streak yaitu dengan menggunakan jarum osekenudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C.

    9. Koloni yang menciri BAL dilakukan pewarnaan gram menurut prosedurDwidjoseputro (1989) sebagai berikut : 1) Diambil biakan bakteri dan bakteridiratakan di atas kaca benda (preparat) yang telah dibersihkan denganalkohol, 2) lalu dikeringkan di atas bunsen atau alat pengering, 3) ditetesidengan zat warna kristal violet, 4) kemudian ditunggu selama 1 menit agar zatwarna meresap oleh bakteri, 5) lalu dibilas dengan air mengalir dan ditetesidengan larutan iodin kompleks, kemudian ditunggu selama 1 menit, laludibilas dengan air mengalir, 6) dicuci dengan alkohol dengan caramencelupkan ke dalam alkohol encer, 7) ditetesi dengan zat warna safranin,lalu ditunggu 30 detik, 8) setelah itu dikeringkan dan diperiksa di bawahmikroskop dengan menggunakan minyak celup (minyak inersi).

    Cara kerja isolasi bakteri asam laktat (BAL) dapat dilihat pada gambarberikut ini :

    Enrichment1 g dadih + 9 ml MRS Broth (Pengenceran 1 : 10), Pengenceran 110 , dimasukkandalam anaerob jar, diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37 C

    Serial Pengenceran1 ml Pengenceran 110 + 9 ml MRS Broth

    Pengenceran 72 1010 1 ml dari serial pengenceran 710 diinokulasikan pada media MRS Agar denganmetode spread, dimasukkan dalam anaerob jar, diinkubasi dalam inkubator

    selama 48 jam dengan suhu 37 CSingle colony yang mencirikan BAL (bulat licin berwarna putih kekuningan)

    dipindahkan ke media MRS Agar untuk pemurnian koloni dengan metode streakdan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C

    Pewarnaan GramGambar 2. Cara kerja isolasi bakteri asam laktat (BAL)

  • c) Identifikasi Bakteri Asam Laktat dengan 16S rRNA1) Isolasi Genomik DNA Bakteri Asam Laktat

    1. Diinokulasikan kultur BAL ke dalam 3 ml MRS Broth, kemudiandiinkubasi 24 jam pada suhu 37 C.

    2. Diambil 1 ml yang telah tumbuh tersebut kemudian dipindahkan ke tabungeppendorf dan disentrifugasi dengan kecepatan 10 000 rpm (4 C) 15menit. Didapat pellet dan supernatan, pellet digunakan untuk isolasigenomik DNA sedangkan supernatan digunakan untuk uji resistensi antimikroba BAL.

    3. Pellet ditambah 500 l Tris-EDTA (TE) (10 mM Tris-HCl, 1mM EDTAdan pH 7.6). Ditambah lysozyme 40 l dan inkubasi selama 1 jam dengansuhu 37 C.

    4. Setelah itu ditambahkan 200 l 10 % SDS, NaCl 5M dan 80 l CTAB 10% (sebelumnya, CTAB 10 % sudah ditambah dengan 20 l mercapetanoldi dalam tabung eppendorf 1 ml).

    5. Setelah itu dipanaskan pada suhu 68 C selama 30 menit (dibolak-baliksetiap 10 menit), lalu didinginkan sebentar kemudian ditambahkankhloroform (100 %) (1 : 1 perbandingan bahan dengan volume sampel).

    6. Setelah itu disentrifugasi 10 000 rpm (4 C) selama 15 menit, lalusupernatan yang bagian paling atas (bening) diambil dan dipindahkan ketabung eppendorf baru.

    7. Ditambahkan ethanol 100 % (dingin) sebanyak 1 kali volume sampel,campuran tersebut disentrifus 10 menit dengan kecepatan 10 000 rpm (4C).

    8. Supernatan dibuang, lalu tabung eppendorf dicuci dengan ethanol 70 %sebanyak 1/2 ml. Disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 10 000 rpm(4 C).

    9. Tabung eppendorf dimiringkan selama 1 jam di atas tisue sampaicairannya kering, kemudian ditambahkan 27 l ddH2O dan 3 l RNAse,diinkubasi setengah jam (37 C), disimpan di -20 C (Mustopa, 2009).

  • 2) Reaksi 16S rRNA PCR1. Isolasi genomik DNA dari koloni bakteri murni diamplifikasi dengan PCR.2. Reaksi amplifikasi DNA dilakukan dalam Thermocycler Mupid-Exu

    dengan menggunakan primer 8F (5AGAGTTTGATCCTGGCTCAG) dan1541R (5AAGGAGGTGATCCAGCC).

    3. DNA template yang digunakan adalah 3 l dimasukkan ke dalam tabungeppendorf. Bahan-bahan untuk satu sampel dalam reaksi PCR adalah 38,5l ddH2O, primer F dan R masing-masing 0,5 l dan 2 l 2,5 mM dNTP,taq-polymerase 0,5 l dan 10 x buffer 5 l dibuat dalam eppendorf 0,5 ml.Sebanyak 47 l bahan di atas ditambahkan ke dalam tabung eppendorfDNA template.

    4. Protokol PCR adalah sebanyak 35 siklus PCR (predenaturasi 96 Cselama 5 menit), (denaturasi 96 C selama 1 menit, annealing 55 Cselama 1 menit), (extension 72 C selama 3 menit dan final extension 72C selama 7 menit).

    5. Produk PCR dianalisa pada 1 % gel agarose dan divisualisasi denganultraviolet illumination setelah ditambah ethidium bromide 5 l. BandDNA yang diperoleh pada agar dipotong dan dipurifikasi dengan PromegaKit Protokol (Mustopa, 2009).

    3) Gel Electrophoresis.Setelah di PCR 3 l DNA ditambah dengan 5 l loading dying buffer

    dielektroforesis pada 1 000 voltase selama 40 menit pada 1 % gel agarose dalam0.5 x TBE. Sebagai marker digunakan 1 kb DNA ladder (Takara). Gel kemudiandiletakkan di dalam wadah ditambah lagi dengan TBE sampai terendam serta zatwarna ethidium bromide (5 l) direndam sambil digoyang dengan shacker(Rocker, NB-104) selama 30 menit. Gel kemudian dilihat di bawah lampu UV(Mustopa, 2009).

    4) Purifikasi DNA dengan Promega Kit Protocol1. Band DNA dipotong dari gel agarose. Dimasukkan gel ke dalam tabung

    eppendorf dan ditambah 300 l nucleuse free water, kemudian diletakkandi waterbath pada 60 C selama 10 menit.

  • 2. Dimasukkan sampel pada kolom QIAquick dan disentrifugasi 10.000 rpmselama 45 detik pada suhu ruang.

    3. Ditambahkan 700 l membrane wash solution dan disentrifugasi 10.000rpm selam 1 menit pada suhu ruang. Ditambahkan lagi 700 l membranewash solution dan disentrifugasi lagi 10.000 rpm selama 1 menit pada suhuruang.

    4. Dipindahkan kolom QIAquick pada 1.5 ml tabung eppendorf baru danditambah elusi (30 l nuclease free water) pada bagian tengah kolomQIAquick.

    5. Ditunggu 1 menit, kemudian dipindahkan ke dalam tabung eppendorfbaru dan disentrifugasi 10.000 rpm selama 2 menit, lalu disimpan padasuhu 20 C (Mustopa, 2009).

    5) Analisis Data SekuensingAnalisis data sekuensing dilakukan dengan menggunakan program

    software DNA star. Untuk analisa sequence alignment, dilakukan denganmembandingkan sekuens yang diperoleh (query) dengan yang telah ada padaGene Bank dengan database searches NCBI internet site(http//www.ncbi.nlm.nih.gov) menggunakan BLAST (Basic Local AlignmentSearch Tool) (Mustopa, 2009).

    2. Uji BiologiPersiapan ProbiotikStok kultur (glicerol stock) Bakteri probiotik dari dadih ditumbuhkan dalam

    media MRS Broth dan diinkubasi pada suhu 370C dalam shaker inkubator selama17 jam. Setelah 17 jam, kultur disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan12.000 rpm. Lalu dibuang supernatannya dan dibilas dengan air saline (NaCl0,10%). Kemudian atur sampai Optical Density (OD=580) dan absorbanmenunjukkan nol dan kemudian berikan ke itik Pitalah sesuai dengan perlakuan.Pemberian probiotik dilakukan secara oral ke itik satu persatu sesuai dengan dosisperlakuan. Pemberian dilakukan setiap 10 hari sekali dalam waktu 1 bulankemudian dipotong untuk dilakukan pengamatan.

  • B. Peubah yang Diamati1. Kolesterol Daging Cara ekstraksi bahan untuk analisis kadar kholesterol menurut

    Plummer (1978):1. Sampel diambil sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

    tambahkan 10 ml Aceton Etanol.2. Pelarut Aceton Etanol dengan sampel diuapkan didalam waterbath pada suhu

    60 C sehingga volume pelarut separuh dari volume awal atau diuapkanselama 15 menit.

    3. Pelarut yang tinggal disaring dengan menggunakan kertas Whatman 41.4. Residu sampel dilarutkan kembali dengan Aceton Etanol sebanyak 5 ml,

    kemudian diuapkan kembali pada suhu 60C selama 10 menit. Pelarut yangtersisa disaring dan diulang sekali lagi.

    5. Hasil ekstraksi dipanaskan di dalam waterbath pada suhu 60C sehinggavolume pelarut yang tertinggal adalah 1 ml. Larutan ekstraksi ini kemudiandianalisa kadar kolesterolnya.

    Analisis kolesterol dengan metode Warna Enzimatik (SHM, 2000)1. Sebanyak 1 ml reagent (kit) kolesterol dipipetkan ke dalam tabung reaksi

    kemudian ditambahkan serum atau hasil ekstraksi sebanyak 0,01 ml.2. Larutan kemudian diinkubasi selama 20 menit di dalam waterbath pada suhu

    37 C sehingga warna larutan berubah menjadi warna lembayung.3. Pembuatan blanko: 1 ml kit kolesterol dipipetkan ke dalam tabung reaksi.

    Blanko dibuat sebagai pembanding. Setiap satu analisa dibuatkan satu seriblanko.

    4. Blanko dimasukkan ke dalam sel spektrofotometer setelah diarahkan padapanjang gelombang 520 nm, setelah angka dimonitor menunjukkan angka 0dimasukkan sampel yang akan dibaca. Kadar kolesterol merupakan angkayang terbaca di monitor spektrofotometer.

    2. Vili Usus HalusPengukuran vili usus dilakukan untuk mengetahui absorpsi saluran

    pencernaan itik Pitalah secara histologi (Harimurti dan Rahayu, 2009)Prosedur Pembuatan Preparat Vili Usus Halus:

  • 1) Itik dipotong, dikeluarkan organ dalam, diambil usus halus kemudiandipotong bagian ileum sepanjang 3 cm.

    2) Masing-masing bagian dari ileum dilakukan pemotongan danpembelahan agar berbentuk bulat dan lembaran.

    3) Bagian yang berbentuk lembaran dialasi dengan plastik tebal dandifiksasi. Ketiga bagian usus dimasukkan kedalam formalin 10 %selama 24 jam.

    4) Jaringan dimasukkan ke dalam keset prosessor, kemudian direndam kedalam larutan : Alkohol 70 %, 80 %, 95 % I, 95 % II, absolut I, absolutII, absolut III, xylol I, xylol II, xylol III, parafin panas I, parafin panasII, masing-masing selama 60 menit.

    5) Kemudian dicetak dalam parafin dengan menggunakan kesetprosessor.

    6) Jaringan diiris setipis 5 mikron dengan menggunakan mikrotom.7) Irisan diletakkan di atas permukaan air biasa (tidak panas) dan

    diusahakan tidak melipat.8) Dipindahkan sebentar pada permukaan air panas lebih kurang 45 C

    untuk menghilangkan kerutan-kerutan kecil pada jaringan.9) Ditempelkan pada objek glass yang sudah diolesi putih telur dan

    dibiarkan kering sampai saat diwarnai.10) Preparat disusun pada keranjang metal, kemudian direndam dalam

    xylol I, II, III masing-masing selama 3 menit untuk menghilangkanparaffin.

    11) Dipindahkan ke dalam alkohol absolut I dan II masing-masing selama3 menit.

    12) Direndam dalam air kran mengalir selama 1 menit.13) Diwarnai dengan Haris Hematocylin selama 1 menit.14) Direndam dalam air kran mengalir selama 1 menit.15) Direndam dalam larutan scot selama 1 menit.16) Direndam dalam air mengalir selama 1-2 menit.17) Direndam dalam acid alkohol 1 % kira-kira 5 celupan dan dicuci

    kembali dengan air mengalir selama 1 menit.

  • 18) Diwarnai dengan larutan eosin selama 5 menit dan dicuci denganakuades.

    19) Dicelupkan sebentar dalam alkohol 70 %, 95 %, absolut I.20) Direndam dalam alkohol absolut II selama 1 menit.21) Direndam dalam xylol I, II dan III masing-masing 3 menit.22) Diangkat dan ditetesi dengan Canada balsam lalu ditutup dengan

    cover glass.23) Diperiksa dan diamati di bawah mikroskop.

    Pengukuran tinggi vili usus halus dilakukan dengan mikroskop cahayayang diukur dari garis atas muskularis mukosa sampai puncak vili.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Nagari Batang Panjang, Kec.Pematang Panjang, Kab. Sijunjung

    Gambar 3. Daerah Pengambilan Sampel Dadih di Kab. Sijunjung(bukikgadang.co.cc)

    Kab. Sijunjung

  • Pembuatan dadih di Sijunjung yakni Kerbau yang akan diperah dipisahkandari kerbau yang lainnya, kerbau dan si pemerah tidak dalam keadaan bersih danhiegienis, hanya bagian ambing saja yang dibersihkan, kerbau diperah pada pagihari dan susu ditampung dengan menggunakan baskom, setelah diperah kerbaudilepas kembali ke padang penggembalaan bersama 10 ekor kerbau lainnya. Susutadi diisikan sebanyak 0.5 l dengan menggunakan saringan ke tabung bambu yangtelah berisi starter berupa dadih kira-kira bagian tabung bambu. Bambu ditutupmenggunakan kantong plastik hitam, diikat dengan karet gelang dan disusun padarak-rak yang terdapat di suatu ruang dan diperam selama 2 hari.

    B. Total Koloni Bakteri Asam Laktat (BAL)Dari hasil penelitian didapatkan total koloni BAL yang dihitung dengan

    rumus CFU/g adalah 2,31 x 108 CFU/g. Jumlah total koloni pada dadih dariSijunjung ini telah sesuai dengan kriteria FAO/WHO (2001) karena sebagaipangan probiotik BAL yang dihasilkan berada pada jumlah 106 108 CFU/g.Tingginya total koloni BAL dadih ini disebabkan oleh dilakukannya penambahanstarter berupa dadih yang telah jadi, sehingga menyebabkan total koloni BALdalam dadih meningkat. Hal ini Sesuai dengan pendapat Sugitha et al., (1997)bahwa semakin tinggi level starter yang diberikan maka total koloni bakteri akansemakin tinggi dan begitu sebaliknya.

    C. Isolasi Bakteri Asam Laktat dan Pewarnaan GramHasil isolasi BAL dan pewarnaan gram dari dadih Sijunjung adalah Gram

    Positif (+) dengan Morfologi Coccus. Pada waktu melakukan isolasi BAL daridadih secara konvensional didapatkan koloni BAL yang berwarna putihkekuningan pada MRS Agar dengan pengenceran 10-7. Hal ini juga ditunjang olehpenelitian Purwati dkk. (2005) yang menghasilkan koloni BAL berwarna putihkekuningan pada MRS Agar.

  • Gambar 4. Penampakan Koloni BAL 10-7 pada Medium MRS Agar

    Tahap selanjutnya dilakukan pemurnian sampai 2x pemurnian untukbakterial stock yang akan digunakan untuk uji selanjutnya, untuk pewarnaangram, koloni yang dipilih adalah koloni yang masih muda berumur 18 jam.Tujuannya adalah agar bakteri tidak terlalu tua untuk diuji, karena Menurut Unus(2005) jika bakteri terlalu tua maka bakteri akan cenderung menyerap warnasafranin (merah) sehingga akan dinyatakan gram negatif walaupun bakteritersebut adalah bakteri gram positif.

    Hasil penelitian dapat dilihat hasil pewarnaan gram yang mencirikan BALberbentuk bulat (coccus) dan menyerap warna ungu (crystal violet), maka bakteriini termasuk gram positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Unus (2005) yangmenyatakan bahwa bakteri gram positif akan mengambil warna crystal violet yangberwarna ungu walaupun sudah dicuci dengan alkohol dan ketika diberi safraninyang berwarna merah, bakteri tersebut tetap akan berwarna ungu sedangkan warnamerah menunjukkan bakteri gram negatif.

    Gambar 5. Pewarnaan Gram (Gram Positif) dari BAL Berbentuk Bulat (Coccus)

    Koloni BAL

  • Perbedaan penyerapan warna ini disebabkan oleh perbedaan peptidoglikandan permeabilitas membran organisme gram positif dengan gram negatif dimanapermeabilitas membran organisme gram positif memiliki dinding selpeptidoglikan yang cukup tebal dibandingkan gram negatif, organisme grampositif memiliki dinding sel yang cukup tebal (20-80 nm) dan terdiri atas 60sampai 100 persen peptidoglikan (Unus, 2005). Dinding sel bersifat kompak dankurang permiabel sehingga pada saat pemberian crystal violet, maka zat warnatersebut memasuki dinding sel dan pada saat pencucian dengan alkohol, warnaungu yang telah terikat tersebut tidak bisa keluar lagi sehingga warna safranintidak bisa lagi mewarnai bakteri gram positif. Berbeda dengan dinding sel gramnegatif, dinding selnya mengandung lebih sedikit peptidoglikan (10 sampai 20persen), kurang kompak dan lebih permiabel (Unus, 2005). Pada saat pemberiankristal violet yang berwarna ungu, maka zat warna tersebut akan larut pada saatpencucian dengan alkohol, dan pada saat pemberian safranin maka zat warnatersebutlah yang mewarnai bakteri gram negatif.

    D. Resistensi Anti Mikroba Bakteri Asam LaktatAdapun hasil resistensi anti mikroba yang telah dilakukan terhadap ke-5

    bakteri patogen dapat dilihat pada Tabel. 2 sebagai berikut :

    Tabel 2. Pengamatan Resistensi Anti Mikroba BAL terhadap 5 Bakteri Patogenpada Waktu 24 Jam

    IsolatBAL

    Bakteri PatogenL.monocytogenesis B.subtilis S.aureus E.coli S.typhii

    3D - + ++ ++ ++Ket : 3D : Dadih Sijunjung.

    Zona Hambat (mm) : ++ = 8-14 mm; + = 1-7 mm; - = tidak memiliki zonahambat.

    Dilihat dari Tabel 2 isolat BAL yang mempunyai zona hambat yangterbaik terhadap S. aureus dan Salmonella tyhpii dengan nilai zona hambatberkisaran 8-14 mm, sedangkan terhadap bakteri B. subtilis, kisaran nilai 1-7 mmselanjutnya tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri L. monocytogenesis.Berikut merupakan gambar zona hambat masing-masing supernatan dari dadihterhadap pertumbuhan lima bakteri patogen dapat dilihat pada Gambar 6.

  • (a) (b) (c)

    (d) (e)Gambar 6. Zona Hambat Komponen Bioaktif BAL Dadih terhadap 5 Jenis Bakteri

    Patogen pada Waktu 24 Jam(a) Lysteria monocytogenesis (b) Bacillus subtilis (c) Staphylococcusaureus (d) Eschericia coli (e) Salmonella typhii

    Dengan adanya fakta di atas maka dapat dilihat bahwa Dadih dapatdigunakan sebagai biosuplement probiotik yang dapat menurunkan pertumbuhanbakteri patogen seperti B. subtillis, S. aureus, dan Salmonella thypii sehinggadapat mengembalikan keseimbangan mikroflora (rasio antara bakteri patogen dannonpatogen) dalam saluran pencernaan terutama pada usus sehingga nutrisi,vitamin dan elemen penting lainnya bisa diserap secara sempurna dalam tubuh.Ketidakmampuan dadih Palupuh untuk menghambat pertumabuhan L.Monocytogenes dan E. Coli karena dadih difermentasi terlalu lama yaitu 3 hari,padahal waktu optimum untuk fermentasi dadih adalah 2 hari. Hal inimengakibatkan BAL yang terdapat dalam dadih memiliki potensi yang berbedadalam menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Menurut penelitian Melia danJuliyarsi (2007) yang mendapatkan zona hambat dadih susu sapi mutan

  • Lactococcus lactis terhadap bakteri patogen yaitu S. aureus, S. typhii dan E. colipada lama waktu fermentasi 48 jam lebih tinggi dibandingkan 72 jam dan 24 jam.Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ibrahim (2002a) yang menyatakan bahwa,pada lama penyimpanan 48 jam jumlah bakteri asam laktat bertambah karenabakteri pembentuk asam tumbuh dengan baik tanpa ada saingan, saat itu jugabakteri patogen tidak dapat hidup karena tidak tahan asam dan bakteri asam laktatdapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

    E. Identifikasi Bakteri Asam Laktat dengan 16S rRNA1. Amplifikasi gen 16S rRNA dengan PCR (Polymerase Chain Reaction)

    Setelah dilakukan isolasi BAL dan uji resistensi kemudian dilanjutkandengan amplifikasi gen 16S rRNA PCR (Polymerase Chain Reaction) untukmenentukan genus dan spesies BAL secara akurat dengan menentukan DNA yangdiamplifikasi menggunakan PCR 35 siklus. Hal ini sesuai dengan PenelitianMustopa (2009) yang menyatakan dalam 16S rRNA menggunakan primer: 8 F:AGAGTTTGATCCTGGCTAG dan primer 1541 R: AAGGAGGTGATCCAGCCdapat menghasilkan genus dan spesies yang spesifik. Gambar 10 berikut inimerupakan gambar hasil amplifikasi gen 16S rRNA PCR.

    2 kb

    1 kb

    MGambar 7. Hasil Amplifikasi Gen 16S rRNA

    Pada Gambar 7 terlihat hasil elektroforesis menunjukkan kegiatan PCRyang telah dilakukan berhasil mengamplifikasikan daerah gen 16S rRNA dengandapat dilihat oleh munculnya fragmen produk PCR dengan ukuran 1 500 base

  • pare (bp) (1.5 kilo bite (kb)) yang merupakan ukuran yang diharapkan denganmenggunakan kombinasi primer 8F : GAGTTTGATCCTGGCTCAG untuk arahforward dan primer 1541 R : AAGGAGGTGATCCAGCC untuk arah reverse.Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa intensitas fragmen yang dihasilkan cukuptinggi dan layak digunakan untuk kegiatan sekuensing pada tahap berikutnya.2. Analisis Sekuen Gen 16S rRNA 7 Isolat dari Dadih

    Proses sekuensing gen 16S rRNA yang diperoleh dari kegiatan amplifikasidilakukan oleh PT. Genetika Science Jakarta. Sekuensing dilakukan secara tworoad direction menggunakan primer yang sama dengan amplifikasi gen 16SrRNA dengan PCR. Hasil sekuensing berupa grafik elektrophoregram denganpeak-peak yang berwarna-warni untuk membedakan jenis basa nitrogen(nukleotida) yang dicirikannya. Nukleotida A (Adenin) berwarna hijau,nukleotida G (Guanin) berwarna hitam, C (Citosin) nukleotida berwarna biru dannukleotida T (Timin) berwarna merah. Ratnayani, Wirajana dan Laksmiwati(2007) menyatakan pola warna sekuen yang sama untuk Adenin, Guanin, Citosindan Timin.

    Hasil data sekuensing yang diperoleh dari isolat diedit menggunakansoftware DNA STAR (Madison Wisconsin-USA). Berdasarkan Gambar ini dapatdilihat bahwa kedua peak yang dihasilkan cukup baik sehingga lambang N yangmerupakan lambang untuk simbol A, G, C, dan T yang muncul tidak banyak.Kontrol lambang nukleotid dilakukan dengan memperhatikan pola puncak-puncaktertinggi dari puncak lainnya. Jika terjadi keraguan maka penentuan jenisnukleotidnya difokuskan dengan memperkecil terjadinya variasi dari runutannukleotid dengan sampel yang lain.

    Hasil elektrophoregram sekuen isolat 3D dapat dilihat pada gambar 8-9:

    Gambar 8. Hasil Elektrophoregram Sekuen Isolat dengan Forward Primersetelah Dilakukan Pengeditan

  • Gambar 9. Hasil Elektrophoregram Sekuen Isolat dengan Reverse Primer setelahDilakukan Pengeditan

    Gambar 8 merupakan hasil sekuensing dari arah primer forward denganpanjang 748 bp, sedangkan Gambar 9 merupakan hasil sekuensing dari arahreverse dengan panjang 289 bp. Dengan demikian total nukleotid gen 16S rRNAyang berhasil tersekuen 1 037 bp. Sementara gen 16S rRNA yang teramplifikasidengan PCR berjumlah 1 500 bp Jadi dapat dilihat bahwa belum tersekuensingnyaseluruh nukleotid yang pada daerah 16S rRNA.

    Untuk menggabungkan kedua sekuen ini, sekuen hasil primer reversediedit menggunakan Oligos software dengan mengoperasikan reverse antisenseyang dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Running Oligos

    Hasil operasional dalam bentuk Notepad dapat dilihat pada Gambar 11dibawah ini :

  • Gambar 11. Hasil Reverse Antisense Sekuen Hasil Primer Reverse Isolat 3DTabel 6. Hasil Analisis BLAST

    Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa isolat dadih Sijunjung denganukuran 1 500 bp (1.5 kb) memiliki persentase kesamaan tertinggi sebesar 99 %dengan Pediococcus pentosaceus karena mempunyai persentase tingkat kesamaanyang tertinggi dengan database gen bank NCBI. Hal ini ditunjang oleh penelitianSujaya dkk. (2008) yaitu isolasi dan karakterisasi BAL dari susu kuda Sumbawadidominasi oleh bakteri Pediococcus pentosaceus yang mempunyai bentuk selbatang pendek.F. Kadar Kolesterol Daging Itik Pitalah

    Rataan Kolesterol daging itik dengan pemberian probiotik Pediococcuspentosaceus Itik Pitalah selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

  • Tabel 3. Rataan Kolesterol daging itik Pitalah Selama PenelitianPerlakuan Kolesterol daging itik Pitalah

    A (kontrol/tanpa pemberian) 39,50aB (1 ml Pediococcus pentosaceus ) 35,07cC (2 ml Pediococcus pentosaceus) 32,19dD (3 ml Pediococcus pentosaceus) 38,00b

    Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangatnyata (P

  • Pediococcus pentosaceus) yang diberikan pada ternak itik ini membuktikanbahwa semakin besar jumlah bakteri Pediococcus pentosaceus pada itik makasemakin besar pula jumlah populasi BAL dalam usus halus itik. Hal inidisebabkan karena semakin banyak jumlah probiotik Pediococcus pentosaceusyang diberikan maka dapat memacu pertumbuhan mikroba yang menguntungkandan membunuh bakteri patogen disamping juga mampu menghasilkan asam laktatyang dapat menghasilkan PH rendah sehingga menghasilkan suasana asam padailium dan duodenum, dengan peningkatan PH asam maka Pediococcuspentosaceus dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen sehingga populasiBAL menjadi meningkat.

    Penurunan kolesterol pada daging itik Pitalah disebabkan adanya BALdalam saluran pencernaan yang menghasilkan asam organik dan mampu mengikatkolesterol sehingga akan terbuang bersama dengan feces. Selain itu, mikroba BALdalam saluran pencernaan mampu mengikat kolesterol untuk memenuhikebutuhannya sendiri sehingga mengurangi jumlah kolesterol untuk kebutuhaninangnya.

    Adanya probiotik dalam usus mengakibatkan terhambatnya kerja enzimHydroxi Metyl Glutaryil-KoA reduktase (HMG-KoA reduktase) yang berperandalam pembentukan mevalonat dalam proses sintesis kolesterol sehingga tidakterbentuknya kolesterol. Sesuai dengan Voet et al. (1999) menyatakan penurunankolesterol terjadi karena senyawa yang dihasilkan mikrobia berkompetisi denganHMG-KoA untuk berikatan dengan enzim HMG-KoA reduktase.

    Strain BAL yang memproduksi enzim Bile Salt Hydrolase (BSH), berperandalam membentuk asam empedu dekonyugasi dengan penghilangan molekul airantara glisin dengan asam kolat menghasilkan asam kolat bebas (unconjugatedbile acid). Asam kolat bebas tidak mudah diserap di usus halus dibanding asamempedu yang berikatan dengan glisin. Asam empedu dekonjugasi (asam kolatbebas) akan terbuang lewat tinja sehingga jumlah asam empedu yang kembali kehati berkurang. Untuk menyeimbangkan jumlah asam empedu, tubuh akanmengambil kolesterol tubuh sebagai prekursor. Proses itu pada gilirannya akanmenurunkan kadar kolesterol darah secara keseluruhan. (Surono, 2004).

  • G. Keadaan Vili Usus Itik PitalahMorfologi usus dari ileum meliputi pengukuran tinggi villi yang diberikan

    probiotik Pediococcus pentosaceus menunjukan yaitu :Tabel 4. Rataan Histologi Usus Ileum itik Pitalah selama penelitian

    Perlakuan Tinggi Vili Usus (mm)A (kontrol/tanpa pemberian) 0,32aB (1 ml Pediococcus pentosaceus ) 0,33aC (2 ml Pediococcus pentosaceus) 0,35bD (3 ml Pediococcus pentosaceus) 0,34a

    Ket : Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P

  • epitel usus. Hal ini dikarenakan asam lemak rantai pendek yang diproduksi rantaipendek merupakan kompunen fosfolipid membran epitel. Pirufat dalamfermentasi bakteri asam laktat homofermentatif tidak seluruhnya diubah menjadiasam laktat. Sebagian pirufat mengalami dehidrogenasi menghasilkan asetil-CoAyang selanjutnya mengalami serangkaian reaksi biokimiawi menjadi asam lemakrantai pendek (Greulach, Atlas, 1996).

    Tinggi villi illeum unggas berkisar antara 0,4 0,6 mm (Sturkies, 2000).Menurut Hartono (1988) pada ileum lebih banyak terdapat sel mangkok danfolikel getah bening yang membentuk Payer Patch. Pada ileum terjadi penyerapanasam-asam empedu, vitamin B12, elektrolit dan air (Murray, 1999). Denganmeningkatnya vili usus dengan pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus inidiharapkan dapat memperbaiki proses penyerapan makanan (nutrisi) pada itikPitalah karena luas permukaan penyerapan usus menjadi lebih besar, sehinggadihasilkan itik Pitalah yang sehat dan meningkatkan berat badan. Telahdiperkirakan bahwa vili memperluas permukaan usus halus sepuluh kali lipat(Purwati dan Syukur, 2006). Makin luas permukaan usus, maka penyerapanmakananpun menjadi lebih baik. Peningkatan tinggi dan lebar vili diasosiakandengan lebih luasnya permukaan vili untuk absorbsi bahan makanan masuk kedalam aliran darah (Mile et al., 2006). Yakhkeshi et al. (2011) menyatakan bahwapemberian probiotik memperbaiki karakteristik morfologi usus halus, yangselanjutnya mampu meningkatkan penyerapan makanan dan performa pencernaanayam broiler.

    Gambar 12. Tinggi Villi ileum pada itik Pitalah

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    KESIMPULAN1. Bakteri asam laktat (BAL) yang diisolasi dari dadih Nagari Batang Panjang,

    Kec.Pematang Panjang, Kab. Sijunjung adalah bakteri Pediococcuspentosaceus yang merupakan bakteri gram positif (+) dengan kemiripanmencapai 99% dibandingkan dengan Gen Bank data melalui analisis BLAST.

    2. Pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus 2 ml mampu menurunkankadar kolesterol daging itik Pitalah dari 39,50 menjadi 32,19.

    3. Pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus 2 ml mampu meningkatkantinggi Villi illium dari 0,32 mm menjadi 0,35 mm.

    SARANDapat disarankan untuk pengembangan pemberian Pediococcus

    pentosaceus pada dosis 2 ml pada itik agar dapat dilakukan oleh masyarakat gunapelestarian sumber daya genetik dengan probiotik, kemudian untuk lebih lanjutdapat dilakukan penelitian lanjutan pada Bakteriosin dari Pediococcuspentosaceus tersebut.

    DAFTAR PUSTAKAAkhadiarto, S. 2002. Kualitas fisik daging itik pada berbagai umur pemotongan.

    Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian.BPPT.

    Alam, I. P. 2007. Budidaya peking duck (Itik Peking). Pegawai Dinas PeternakanProvinsi Jawa Barat. Jawa Barat.

    Arbi, D. Tami, W. Azhari dan Dj. Dt. T. Bandaro. 1980. Pengaruh manajementerhadap produksi telur itik di Sumatra Barat. P3T UniversitasAndalas, Padang.

    Batty, J. 1985. Domesticated Ducks and Geese. 2 nd Ed. Francier Suppliers. Ltd,England.

    Bharoto, K.D. 2001. Cara Berternak Itik. Aneka Ilmu, Semarang.Cahyono, B. 2004. Ayam buras pedaging. Trubus Agriwidia, Semarang

  • Gunawan, B. 1988. Teknologi pemuliaan itik petelur Indonesia. ProsidingSeminar Peternakan Nasional dan Forum Peternakan Unggas danAneka Ternak II. BPT -Ciawi - Bogor.

    Hardjosworo, P. S. 1985. Konservasi ternak asli. Fakultas Peternakan., InstitutPertanian Bogor, Bogor.

    Hetzel, D. 1984. Comperatif Performance of Intensively Managed KhakiChampbell Native Indonesia. Trop. Anim Health Prod:16.

    Hutt, F.B. 1949. Genetic of Fowl, Mc-Grow-Hill Book Company Inc, New York,Taronto, London.

    Minkema, D. 1987. Dasar Genetika dan Pembudidayaan Ternak. Bhatara KaryaAksara, Jakarta.

    Mustopa, A. 2009. Koleksi Protokol Laboratorium Virologi Molekuler. PusatPenelitian Bioteknologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,Bogor.

    Purwati, E dan Syukur, S. 2006. Peranan pangan probiotik untuk mikroba Patogendan kesehatan. Dipresentasikan pada Dharma Wanita PersatuanPropinsi Sumatera Barat, Padang, 8 Agustus 2006.

    Purwati, E. Rusfidra. Armadyan. Indri, J. dan Hendri, P. 2010. Plasma NutfahSumatera Barat Dadiah Sebagai Pangan Fungsional ProbiotikMenunjang Kesehatan Masyarakat. Cendekia, Bogor. ISBN 9789791594950

    Purwati, E., S. Syukur, dan Z. Hidayat. 2005. Lactobacillus sp. Isolasi dariBiovicophitomega sebagai Probiotik. Di dalam Proceeding LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 24 -25 Januari 2005.

    Rasyaf. M. 2004. Beternak Ayam Kampung. Swadaya, Jakarta.Ribison, D.W. A. 1977. The Husbandry of Alabio Duck in South Kalimantan

    Swamplands, Center Report. July.Sabrina, Husmaini dan G. Ciptaan. 2009. Pemanfaatan limbah pertanian untuk

    meningkatkan produktivitas ternak itik pada Kelompok Tani HarapanBaru Desa Jambak Pitalah Kecamatan Batipuh Kabupaten TanahDatar. Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas PeternakanUniversitas Andalas, Padang.

  • Samosir, D. J. 1990. Ilmu Ternak Itik. Penerbit. Gramedia, Jakarta.Sarengat, W. 1989. Inventarisasi nama-nama jenis berdasarkan warna bulu pada

    populasi itik lokal daerah Magelang dan Tegal. Prosiding seminarnasional tentang unggas lokal. Fak. Peternakan UniversitasDiponegoro, Semarang.

    SHM. 2000. Prosedur Reagensia Kimia Klinik. PT. Segara Husada Mandiri,Jakarta.

    Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air.Gajah Mada University Press, Jogyakarta.Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statiska Suatu

    Pendekatan Biometrik. Ed ke-2 Cet-2 Alihbahasa B. Soemantri. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Suhaemi, Z. 2007. Tinjauan keragaman itik Pitalah berdasarkan warna bulu diKab. Tanah Datar. Laporan penelitian. LP3M UniversitasTamansiswa, Padang.

    Warwick, E. J., J. M. Astuti dan W. Harjo Subroto. 1980. Pemuliaan Ternak.Gajah Mada University Press, Jogyakarta.

    Widodo, A. D. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Cetakan ke-1. Yogyakarta :Lacticia Press. P 114.

    Wiley. EO. 1981. Phylogenetic: The Teory and Practice of PhyligeneticSistematics. Jhon Wiley and sons Inc, Canada.

    Yelita, Y. 1998. Pola polimorfisme protein darah itik lokal di Sumatera Barat.Tesis. Progam Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.