Top Banner
IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI JEMBATAN DI KECAMATAN KULAWI SELATAN KABUPATEN SIGI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Oleh Shania Dyah Prabandini NIM 11150970000031 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019
81

IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

Dec 25, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK

PONDASI JEMBATAN DI KECAMATAN KULAWI SELATAN

KABUPATEN SIGI MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

(S.Si)

Oleh

Shania Dyah Prabandini

NIM 11150970000031

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019

Page 2: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

i

IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK

PONDASI JEMBATAN DI KECAMATAN KULAWI SELATAN

KABUPATEN SIGI MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

(S.Si)

Oleh

Shania Dyah Prabandini

NIM 11150970000031

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019

Page 3: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

ii

Page 4: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

iii

Page 5: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Shania Dyah Prabandini

NIM : 11150970000031

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul IDENTIFIKASI KONDISI

BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI JEMBATAN DI KECAMATAN

KULAWI SELATAN KABUPATEN SIGI MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan

tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam

penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Shania Dyah Prabandini

11150970000031

Page 6: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

v

ABSTRAK

Metode geolistrik adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk

mengetahui kondisi lapisan bawah permukaan. Telah dilakukan penelitian

mengenai aplikasi metode geolistrik resistivitas yang bertujuan untuk mengetahui

lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna mengetahui

tingkat kelayakan kondisi daerah penelitian untuk dijadikan sebagai pondasi

jembatan. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten

Sigi, Sulawesi Tengah. Konfigurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Konfigurasi Wenner dengan pengambilan data sebanyak 6 lintasan. Pengolahan

data dilakukan dengan menggunakan Google Earth Pro dan Res2Dinv. Hasil dari

pengambilan data geolistrik secara umum litologi lapisan bawah permukaan di

daerah penelitian mengandung lempung, batupasir halus dan batupasir kasar

dengan nilai tahanan jenis antara 0,011-1452 Ωm. Pada penelitian ini dilakukan

korelasi antara hasil nilai tahanan jenis yang diperoleh dengan data log bor yang

ada, peta geologi regional wilayah dan tabel resistivitas.

Kata Kunci: Geolistrik, Google Eart Pro, Konfigurasi Wenner, Pondasi Jembatan,

Res2Dinv.

Page 7: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

vi

ABSTRACT

Geoelectric method is one of method that can be used to determine the condition

of the subsurface layer. A research has been conducted on the application of

resistivity geoelectric method to determine the subsurface layer based on the

resistivity value of rock types and to determine the feasibility of the condition of

the research area to be used as a bridge foundation. The research location is in

the District of Kulawi Selatan, Sigi Regency, Central Sulawesi. The configuration

used in this research is the Wenner arrays with data collection of 6 lines. Data

processing is performed using Google Earth Pro and Res2Dinv. The results of

geoelectric data collection in general, subsurface lithology in the research area

contained clay, delicate sandstone and coarse sandstone with resistivity values

between 0.011-1452 Ωm. In this research a correlation was made between the

results of the type of resistivity values obtained with existing drill log data,

regional geological maps and resistivity tables.

Keywords: Bridge Foundation, Geoelectric, Google Earth Pro, Res2Dinv,

Wenner Arrays.

Page 8: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul “Identifikasi Kondisi Bawah Permukaan Untuk Pondasi Jembatan Di

Kecamatan Kulawi Selatan Kabupaten Sigi Menggunakan Metode Geolistrik”.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

banyak terimakasih kepada:

1. Orang tua penulis yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat

kepada penulis.

2. Keluarga penulis yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat

kepada penulis.

3. Ibu Tati Zera, M.Si selaku pembimbing I.

4. Bapak Nur Hidayat, S.T., M.Si selaku Kepala Bagian Pusat Teknologi

Reduksi Risiko Bencana, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan

selaku pembimbing II.

5. Bapak Ir. Heru Sri Naryanto, M.Sc yang telah membimbing dan membantu

penulis selama melakukan penelitian di Pusat Teknologi Reduksi Risiko

Bencana, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

6. Bapak Eko Widi Santoso selaku Direktur Pusat Teknologi Reduksi Risiko

Bencana, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

7. November S.Si yaitu Adya dan Silvi yang telah menemani dan saling

membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 9: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

viii

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmatnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Penulis telah berusaha

menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin, namun tugas akhir ini masih

memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

membangun akan sangat berguna untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga

tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Shania Dyah Prabandini

Page 10: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Rumusan Masalah 5

1.5 Tujuan 6

1.6 Manfaat 6

1.7 Sistematika Penulisan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Kondisi Wilayah Regional 8

2.1.1 Letak Geografis 8

2.1.2 Kondisi Geologi Regional 9

2.2 Metode Geofisika 11

2.3 Metode Geolistrik 13

2.3.1 Umum 13

2.3.2 Metode Geolistrik Resistivitas 14

2.3.3 Konfigurasi Wenner 15

2.4 Sifat Kelistrikan Batuan 16

2.4.1. Konduksi Elektronik 18

2.4.2. Konduksi Elektrolitik 18

2.4.3. Konduksi Dielektrik 19

2.5 Batuan 19

Page 11: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

x

2.5.1 Umum 19

2.5.2 Batuan Beku 21

2.5.3 Batuan Sedimen 23

2.5.4 Batuan Metamorf 26

2.6 Kekuatan Pondasi Jembatan 28

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 32

3.2. Alat dan Bahan 32

3.3. Pengolahan Data 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38

4.1 Hasil Analisa Geolistrik 38

4.2 Hasil dan Interpretasi Penampang 39

4.2.1. Lintasan 1 44

4.2.2. Lintasan 2 47

4.2.3. Lintasan 3 50

4.2.4. Lintasan 4 53

4.2.5. Lintasan 5 56

4.2.6. Lintasan 6 59

4.2.1. Persebaran Jenis Batuan 62

BAB V PENUTUP 65

5.1 Kesimpulan 65

5.2 Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

Page 12: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Geologi Lembar Pasangkayu 10

Gambar 2.2 Susunan Elektroda Arus Dan Potensial Pada

Konfigurasi Wenner

16

Gambar 2.3 Daur Batuan (Siklus Batuan) 20

Gambar 2.4 Contoh Batuan Beku 22

Gambar 2.5 Contoh Batuan Beku 23

Gambar 2.6 Contoh Batuan Sedimen 25

Gambar 2.7 Contoh Batuan Metamorf 27

Gambar 2.8 Contoh Batuan Metamorf 28

Gambar 3.1 Lokasi Wilayah Penelitian 33

Gambar 3.2 Susunan Data Resistivitas (Kanan) Dan Data Topografi

(Kiri) Dalam Notepad

34

Gambar 3.3 Hasil Pengolahan Data Res2dinv 36

Gambar 3.4 Tahapan Kerja Penelitian 37

Gambar 4.1 Lokasi Persebaran Pengukuran Data Geolistrik 38

Gambar 4.2 Kalibrasi Hasil Pengolahan Data Dengan Data Log Bor,

Geologi Regional Dan Tabel Resistivitas

42

Gambar 4.3 Data Log Bor 43

Gambar 4.4 Hasil Penampang Lintasan 1 44

Gambar 4.5 Hasil Interpretasi Lintasan 1 46

Gambar 4.6 Hasil Penampang Lintasan 2 47

Gambar 4.7 Hasil Interpretasi Lintasan 2 49

Gambar 4.8 Hasil Penampang Lintasan 3 50

Gambar 4.9 Hasil Interpretasi Lintasan 3 52

Gambar 4.10 Hasil Penampang Lintasan 4 53

Gambar 4.11 Hasil Interpretasi Lintasan 4 55

Gambar 4.12 Hasil Penampang Lintasan 5 56

Gambar 4.13 Hasil Interpretasi Lintasan 5 58

Gambar 4.14 Hasil Penampang Lintasan 6 59

Gambar 4.15 Hasil Interpretasi Lintasan 6 61

Gambar 4.16 Persebaran Jenis Batuan Lintasan 1, 2 Dan 3 62

Gambar 4.17 Persebaran Jenis Batuan Lintasan 4, 5 Dan 6 63

Page 13: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode Geofisika 12

Tabel 2.2 Penerapan Metode Survei Geofisika 13

Tabel 2.3 Tabel Resistivitas Batuan 17

Tabel 2.4 Skala Menurut Wentworth 24

Tabel 2.5 Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik Menurut Wentworth 24

Tabel 4.1 Koordinat Pengukuran Data Geolistrik 39

Tabel 4.2 Hasil Korelasi Antara Nilai Resistivitas Yang Diperoleh

Dengan Tabel Resistivitas

41

Page 14: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perencanaan suatu pembangunan, maka dibutuhkan pondasi yang

kuat untuk menjaga struktur bangunan dari goncangan-goncangan dari luar. Hal

ini sebagaimana telah dibahas dalam Al-Qur’an:

نهرا وسبل لعلكم تهتدون ﴿ن تميد بكم وأ

رض روس أ

لق ف ٱل

﴾١٥وأ

“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak

goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar

kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:15).

Allah SWT menyebutkan nikmat yang didapat manusia secara tidak langsung. Dia

menciptakan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang. Dengan

demikian, binatang-binatang serta manusia yang berada di permukannya dapat

hidup tenang. Gambaran yang dapat diambil dari ayat ini ialah bahwa gunung

diciptakan oleh Allah sebagai pemelihara keseimbangan bumi sehingga dapat

berputar dengan tenang. Mengenai ketenangan numi karena adanya gunung, dapat

diumpamakan seperti tenangnya perahu di atas air. Apabila perahu itu tidak diberi

beban, ia mudah tergoncang oleh gelombang ombak. Tetapi apabila diberi beban

yang cukup berat, maka perahu itu tidak mudah tergoncang oleh gelombang

ombak. Allah SWT menciptakan sungai di permukaan bumi yang mengalir dari

suatu tempat ke tempat lain sebagai nikmat yang diberikan pada hamba-Nya.

Sungai itu berfungsi sebagai sumber pengairan yang dapat diatur untuk mengairi

Page 15: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

2

sawah dan ladang sehingga manusia dapat bercocok tanam untuk memenuhi

segala macam kebutuhannya. Di samping itu, sungai dapat dijadikan sebagai

sarana lalu lintas guna kepentingan pengangkutan barang-barang dagangan

manusia. Allah juga menciptakan daratan yang dapat digunakan sebagai sarana

perhubungan dan transportasi dari suatu negeri ke negeri yang lain. Jalan-jalan itu

terbentang mulai dari tepi pantai, menembus hutan-hutan, dan melingkari gunung-

gunung, sehingga dengan demikian manusia dapat mencapai tujuannya tanpa

tersesat ke tempat lain. Itulah sebabnya di akhir ayat ini, Allah SWT menyebutkan

bahwa manfaat dari jalan-jalan itu agar manusia mendapat petunjuk yang artinya

tidak tersesat tanpa arah tujuan. [1]

Dan dia yang mahakuasa yang telah menancapkan gunung dengan kokoh

dan kuat di bumi tempat kamu tinggal agar bumi itu tidak goncang bersama kamu.

Dan dia pula yang menciptakan sungai-sungai yang mengalirkan air untuk

dimanfaatkan oleh makhluk hidup, dan di atas bumi itu pula Allah menciptkana

jalan-jalan yang terbentang agar kamu mendapat petunjuk, baik menuju arah yang

benar maupun menuju pengakuan atas keesaan Allah SWT. Dan Allah juga

menciptakan tanda-tanda, yaitu penunjuk-penunjuk jalan, agar manusia dapat

mencapai tujuannya dengan benar. Dan dengan bintang-bintang yang bertaburan

dan gemerlapan di langit mereka, yakni para penghuni bumi tidak terkecuali kaum

musyrik, mendapat petunjuk menuju arah yang benar. [2]

Kecamatan Kulawi Selatan terletak di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah

yang berjarak 9,8 km dari Kota Palu. Luas wilayah Kabupaten Sigi adalah

5.196,02 km2

atau sekitar 7,64 persen dari total luas wilayah Sulawesi Tengah.

Page 16: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

3

Sedangkan Kecamatan Kulawi Selatan memiliki luas 418,12 km2. Kabupaten Sigi

merupakan wilayah dengan kawasan pegunungan dan perbukitan, dengan

ketinggian wilayah umumnya berada antara 60 m sampai 700 m di atas

permukaan laut. Kabupaten Sigi merupakan kabupaten yang sedang berkembang

karena memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk kemajuan

pembangunan masyarakatnya. Salah satu ukuran kemajuan masyarakat yaitu dapat

dihitung berdasarkan tingkat konsumsi yang digunakan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, sehingga segala aktifitas yang

dilakukan akan memiliki nilai tambah yang optimal. Hampir sebagian besar

wilayah Kabupaten Sigi dialiri oleh sungai, salah satunya adalah sungai Koro

Lariang. Oleh Karena itu, pembangunan jembatan di daerah penelitian diharapkan

bisa meningkatkan kegiatan-kegiatan masyarakat yang bersifat produktif.

Dalam perencanaan pembangunan suatu pondasi jembatan perlu dilakukan

identifikasi kondisi lapisan bawah permukaan. Suatu bangunan yang dibangun

tanpa memperhatikan kondisi litologi bawah permukaan akan menyebabkan risiko

yang besar terhadap kekuatan pondasi. Kekuatan pondasi sangat dibutuhkan

dalam pembangunan termasuk pembangunan jembatan. Dengan mengetahui

kondisi bawah permukaan, dapat meminimalisir kegagalan dalam pembangunan

pondasi jembatan.

Untuk mengetahui kondisi lapisan bawah permukaan yang berhubungan

dengan pembangunan suatu pondasi, diperlukan identifikasi lapisan geologi

bawah permukaan di daerah penelitian. Salah satu metode geofisika yang dapat

Page 17: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

4

digunakan untuk mengetahui kondisi lapisan bawah permukaan adalah dengan

menggunakan metode geolistrik.

Metode geolistrik merupakan salah satu dari metode geofisika yang sering

digunakan untuk eksplorasi bawah permukaan yang relatif dangkal karena hasil

yang didapatkan lebih akurat. Kelebihan dari metode geolistrik selain hasil yang

didapatkan lebih akurat, yaitu biaya yang dikeluarkan relatif murah dan waktu

yang dibutuhkan untuk pengambilan data juga relatif cepat. Metode geolistrik

dapat digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dan menduga

keberadaan jenis material dengan mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di

bawah permukaan bumi. Survei geolistrik dilakukan untuk mengetahui sifat fisika

batuan terhadap arus listrik, dimana setiap sifat fisika batuan yang berbeda akan

mendapatkan nilai tahanan jenis yang berbeda pula. Berdasarkan nilai resistivitas

listriknya, lapisan bawah permukaan dapat diketahui material-material

penyusunnya.

Cara kerja dari metode geolistrik resistivitas adalah dengan menginjeksikan

arus listrik ke dalam bumi dengan dua elektroda arus dan dua elektroda potensial

sehingga nilai resistivitas bisa didapatkan. Konfigurasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konfigurasi Wenner. Dalam konfigurasi Wenner, jarak antar

elektroda arus dan elektroda potensial adalah sama.

Page 18: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

5

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah daerah Kulawi Selatan

merupakan daerah yang labih sehingga untuk perencanaan infrastruktur

diperlukan penyelidikan bawah permukaan yang jelas. Lokasi penelitian ini

berada pada zona patahan besar Palu Koro yang baru terjadi gempa.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai batasan masalah seperti:

1. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi,

Sulawesi Tengah.

2. Penelitian ini menggunakan data geolistrik yang akan diolah

menggunakan Res2Dinv.

3. Pengambilan data geolistrik menggunakan konfigurasi Wenner untuk

mengetahui lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis

batuan.

1.4 Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki Rumusan Masalah:

1. Bagaimana kondisi lapisan bawah permukaan di Kecamatan Kulawi

Selatan?

2. Dimana persebaran lapisan yang layak untuk dijadikan pondasi

jembatan?

Page 19: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

6

1.5 Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan:

1. Membuat model geolistrik 2D lapisan bawah permukaan.

2. Mengetahui lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis

batuan.

3. Mengetahui tingkat kelayakan kondisi daerah penelitian berdasarkan

metode geolistrik untuk dijadikan sebagai pondasi jembatan.

1.6 Manfaat

Manfaat dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui kondisi lapisan di

bawah permukaan bumi untuk mengetahui jenis, sebaran, ketebalan dan kondisi

lapisan bawah permukaan sehingga dapat ditentukan daerah yang dapat dijadikan

sebagai pondasi jembatan.

1.7 Sistematika Penulisan

Pembahasan pokok dari penelitian ini dapat diuraikan secara singkat:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan mendeskripsikan mengenai latar belakang penelitian untuk

menentukan lapisan kerasa yang layak dijadikan sebagai pondasi jembatan,

tujuan, manfaat, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisikan teori-teori mendasar mengenai letak geografis, kondisi

geologi regional, metode geofisika, metode geolistrik, sifat kelistrikan batuan dan

jenis-jenis batuan.

Page 20: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

7

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, alat dan bahan

penelitian, pengolahan data dan prosedur kerja.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan berisi tentang hasil penampang 2D dari pengolahan data

geolistrik dan interpretasi dari data geolistrik untuk mengetahui persebaran lapisan

keras yang layak untuk dijadikan pondasi jembatan.

BAB V PENUTUP

Penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk penelitian

selanjutnya.

Page 21: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Wilayah Regional

2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Sigi adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten

induk yatu Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota Sigi

Biromaru terletak di sebelah tenggara Kota Palu yang berjarak 15 km [3].

Kabupaten Sigi terletak pada koordinat 0°52’-2°03 Lintang Selatan dan 199°38’-

120°21’ Bujur Timur. Di sebelah utara Kabupaten Sigi berbatasan dengan

Kabupaten Donggala dan Kota Palu, di sebelah selatan berbatasan dengan

Provinsi Sulawesi Selatan, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Donggala dan Provinsi Sulawesi Barat, sedangkan di sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso. Secara keseluruhan

Kabupaten Sigi memiliki luas 5.196,02 km2 atau sekitar 7,64 persen dari total

wilayah Sulawesi Tengah [4].

Page 22: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

9

2.1.2 Kondisi Geologi Regional

Kabupaten Sigi terdiri dari daerah pegunungan dan dataran rendah.

Beberapa satuan pegunungan, perbukitan dan pedataran yaitu: [3]

1. Satuan pegunungan Tokalekaju terdiri dari Gunung Gawalise dan Gunung

Pekava dengan ketinggian rata-rata 2.000 m di atas permukaan laut.

2. Satuan Pegunungan Molengraff terdiri dari Gunung Dali, Gunung Tua,

Gunung Watimposo sampai Gunung Nokilalaki dengan ketinggian rata-

rata 1.500-2.800 m di atas permukaan laut.

3. Satuan Pegunungan Palolo, Gumbasa dan Lindu dengan ketinggian rata-

rata 700-1.700 m di atas permukaan laut.

4. Satuan Perbukitan Marawola, Perbukitan Bora, Perbukitan Dolo dengan

ketinggian rata-rata 250-500 m.

Page 23: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

10

Gambar 2.1. Peta Geologi Lembar Pasangkayu

Page 24: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

11

Berdasarkan peta geologi lembar Pasangkayu skala 1:250.000, litologi

batuan penyusun wilayah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Formasi Pakuli (Qp)

Litologi batuan terdiri dari konglomerat, batupasir dan batulempung

karbonan. Sebarannya terdapat di Lembah Palu antara Bombaru, Bangga,

Bora hingga Pakuli, Winatu dan Kantewu.

2. Batuan Terobosan (Tmpi)

Litologi batuan terdiri dari granit dan granodiorit. Sebarannya terdapat di

daerah Salobiro hingga Morana, sepanjang Lembah Palu-Koro antara Bora

hingga Bomba, dan di hulu Sungai Pasangkayu.

3. Kompleks Gumbasa (TRJgg)

Litologi batuan terdiri dari granit ganesan, dan diorit ganesan. Sebarannya

terdapat di sekitar Bora, Gumbasa dan Winatu.

4. Kompleks Wana (TRw)

Litologi batuan terdiri dari sekis mika, sekis amfibol, genes dan kuarsit.

Sebarannya terdapat di sekitar Wana, antara Towulu hingga Winatu dan di

Sungai Lariang bagian tengah. Satuan ini tersingkap di daerah Wana ±25

km sebelah barat laut Kulawi, Kabupaten Palu, Sulawesi Tengah.

2.2 Metode Geofisika

Ilmu geofisika menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mempelajari bumi.

Investigasi geofisika pada interior bumi melibatkan pengukuran pada atau di dekat

permukaan bumi yang dipengaruhi oleh distribusi internal sifat-sifat fisika. Dalam

metode eksplorasi geofisika, pengukuran dalam area yang dibatasi secara

Page 25: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

12

geografis digunakan untuk menentukan distribusi sifat fisika pada kedalaman

yang mencerminkan geologi bawah permukaan. Beberapa metode survei geofisika

dapat digunakan di laut. Biaya modal dan operasi yang lebih tinggi terkait dengan

pekerjaan laut atau udara diimbangin oleh peningkatan kecepatan operasi dan

manfaatnya untuk dapat mensurvei daerah-daerah dimana akses darat sulit untuk

dijangkau. [5]

Tabel 2.1. Metode Geofisika [5]

Metode Parameter Yang Diukur Ketentuan Fisika

Seismik Waktu tempuh gelombang

seismik yang

dipantulkan/dibiaskan

Massa jenis dan

moduli elastis, yang

menentukan kecepatan

rambat gelombang

seismik

Gravitasi Variasi spasial dalam kekuatan

medan gravitasi bumi

Massa jenis

Magnetik Variasi spasial dalam kekuatan

bidang geomagnetik

Kerentanan magnetik

dan remanensi

Resistivitas Listrik Resistansi bumi Konduktivitas listrik

Induced

Polarization

Tegangan polarisasi atau

resistansi tanah yang bergantung

pada frekuensi

Kapasitansi listrik

Self-Potential Potensial listrik Konduktivitas listrik

Elektromagnetik Respon terhadap radiasi

elektromagnetik

Konduktivitas listrik

dan induktansi

Radar Waktu tempuh pulsa radar yang

dipantulkan

Konstanta dielektrik

Page 26: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

13

Tabel 2.2. Penerapan Metode Survei Geofisika [5]

Aplikasi Metode Survei

Eksplorasi untuk bahan bakar fosil

(minyak, gas, batubara)

Seismik, Gravitasi, Magnetik,

Elektromagnetik

Eksplorasi untuk endapan mineral

logam

Magnetik, Elektromagnetik, Resistivitas

Listrik, Self-Potential, IP

Eksplorasi untuk deposit mineral

massal (pasir dan kerikil)

Seismik, Resistivitas Listrik, Gravitasi

Eksplorasi untuk persebaran air

tanah

Resistivitas Listrik, Seismik, Gravitasi,

Radar

Teknik/investigasi konstruksi Resistivitas Listrik, Seismik, Radar,

Gravitasi, Magnetik

Investigas arkeolog Radar, Resistivitas Listrik,

Elektromagnetik, Magnetik, Seismik

2.3 Metode Geolistrik

2.3.1 Umum

Metode geolistrik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang

mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mengalirkan arus listrik

yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Pengukuran geolistrik adalah

salah satu metode dalam bidang geofisika yang digunakan untuk mengetahui atau

menggambarkan kondisi bawah permukaan bumi. [6] Kelebihan dari metode

geolistrik adalah metode yang ramah lingkungan, biaya yang dikeluarkan cukup

murah, waktu pengambilan data yang relatif cepat dan dapat memberikan

informasi bawah permukaan yang akurat sampai kedalaman sekitar 40-100 m

bergantung pada jumlah elektroda, jarak antar elektroda dan konfigurasi yang

digunakan. Sedangkan salah satu kelemahan dari metode geolistrik adalah apabila

kedalaman lapisan lebih dari 100 m, maka informasi yang didapatkan kurang

akurat, karena melemahnya arus listrik untuk jarak bentang yang semakin besar.

Page 27: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

14

Metode geolistrik adalah metode yang digunakan untuk mengetahui

kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan besar nilai tahanan jenis. Metode

geolistrik dapat dibagi menjadi 2 macam berdasarkan sumber arus listrik yaitu: [7]

1. Metode aktif yaitu sumber arus listrik yang digunakan dialirkan ke dalam

tanah atau batuan bumi, kemudia efek potensialnya diukur di dua titik

permukaan tanah Self Potential atau Spontanuous Potential (SP) dengan

jalan menggunakan aktivitas elektrokimia alami.

2. Metode pasif yaitu menggunakan arus listrik yang terjadi akibat adanya

aktivitas elektrokimia dan elektromekanik dalam material-material

penyusun batuan. Metode geolistrik yang memanfaatkan adanya arus

listrik alami antara lain Self Potential (SP) dan Magnetotelluric.

2.3.2 Metode Geolistrik Resistivitas

Metode geolistrik resistivitas merupakan sebuah metode yang digunakan

untuk mengetahui sifat resistivitas di bawah permukaan bumi. Prinsip pengukuran

dari metode resistivitas adalah dengan menggunakan suatu konfigurasi elektroda

dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui elektroda-elektroda

arus dan diukur melalui elektroda-elektroda potensial [7]. Hasil pengukuran arus

dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu digunakan untuk

menentukan variasi nilai resistivitas masing-masing lapisan di bawah titik ukur

[8].

Metode resistivitas didasarkan bahwa arus listrik yang diberikan akan

menjalar ke dalam tanah dengan kedalaman tertentu dan bertambah besar dengan

bertambahnya jarak antar elektroda. Dalam pengukuran geolistrik resistivitas jika

Page 28: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

15

sepasang elektroda diperbesar, distribusi potensial pada permukaan bumi akan

semakin membesar dengan nilai resistivitas yang diperoleh bervariasi. [8]

Berdasarkan tujuan pengukuran, metode resistivitas dibagi menjadi dua,

yaitu: [8]

1. Metode Resistivitas Sounding

Metode resistivitas sounding bertujuan untuk menyelidiki perubahan

tahanan jenis bawah permukaan ke arah vertikal yaitu dengan cara pada

titik ukur tetap, jarak elektroda arus dan tegangan diubah-ubah sehingga

semakin besar jarak antar elektroda maka akan mendapatkan jenis material

yang lebih dalam.

2. Meode Resistivitas Mapping

Metode resistivitas mapping bertujuan untuk menyelidiki perubahan

tahanan jenis bawah permukaan ke arah lateral atau horizontal yaitu

dengan cara menggeser titik ukur secara horizontal dengan jarak elektroda

dan tegangan tetap.

2.3.3 Konfigurasi Wenner

Dalam konfigurasi Wenner jarak antar elektroda adalah sama dengan

susunan C1P1=P1P2=P2C2=A. Konfigurasi Wenner memiliki rasio sinyal yang

baik untuk daerah yang memiliki banyak noise atau gangguan. Kekurangan dari

konfigurasi ini adalah cakupan sinyal yang buruk ketika jarak elektroda kelebihan

dan kekurangan. [9]

Page 29: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

16

Nilai faktor geometri (K) pada konfigurasi Wenner yaitu:

(1)

Gambar 2.2. Susunan Elektroda Arus Dan Potensial Pada Konfigurasi Wenner

[10]

Pengambilan data geolistrik yang ideal dilakukan pada permukaan tanah

yang memiliki topografi landau, namun pada kenyataannya di lapangan topografi

bervariatif. [11]

2.4 Sifat Kelistrikan Batuan

Setiap batuan dan mineral dalam bumi itu memiliki nilai tahanan jenis

yang berbeda-beda, dikarenakan ada beberapa faktor seperti kepadatan batuan,

umur batuan, jumlah mineral yang dikandung, kandungan elektrolit,

permeabilitas, porositas dan lain sebagainya, sehingga tidak ada nilai dari tahanan

jenis yang pasti. [7]

Aliran listrik dalam batuan dan mineral dapat dibedakan menjadi 3 macam

diantaranya adalah konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolit dan

konduksi secara dielektrik. [7]

Page 30: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

17

Tabel 2.3. Tabel Resistivitas Batuan [12]

Jenis Batuan Resistivitas (Ωm)

Granite 4,5.103-1,3.10

6

Feldspar 4.103

Syenite 102-10

6

Diorite 1,9.103-2,8.10

4

Porphyrite 5.104-3,3.10

3

Carbonatized 2,5.103-6.10

4

Quartz Diorite 2.104-2.10

6

Porphyry 60-104

Dacite 2.104

Andesite 4,5.104-1,7.10

2

Diabase 20-5.107

Lavas 102-5.10

4

Gabbro 103-10

6

Basalt 10-1,3.107

Olivine Norite 103-6.10

4

Peridotite 3.103-6,5.10

3

Hornfels 8.103-6.10

7

Schists 20-104

Tuffs 2.103-10

5

Graphite Schist 10-102

Slates 6.102-4.10

7

Gneiss 6,8.104-3.10

6

Marble 102-2,5.10

8

Skarn 2,5.102-2,5.10

8

Quartzites 10-2.108

Consolidated Shales 20-2.103

Argillites 10-8.102

Conglomerates 2.103-10

4

Sandstones 1-6,4.108

Limestones 50-107

Dolomite 3,5.102-5.10

3

Unconsolidated Wet Clay 20

Marls 3-70

Clays 1-100

Oil Sands 4-800

Page 31: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

18

2.4.1. Konduksi Elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron

bebas sehingga arus listrik yang dialirkan ke dalam batuan atau mineral di alirkan

oleh elektron-elektron bebas tersebut dan aliran listrik tersebut juga dipengaruhi

oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah satu

sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah nilai resistivitas yang menunjukkan

kemampuan bahan untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai

resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus

listrik dan semakin kecil nilai resistivitas suatu bahan maka semakin mudah bahan

tersebut menghantarkan arus listrik. [11]

2.4.2. Konduksi Elektrolitik

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki

resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya

bersifat poros dan memiliki pori-pori yang terisi oleh air. Akibatnya batuan-

batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, dimana kondisi arus listrik dibawa

oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan poros

bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin

besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya

resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang. [11]

Page 32: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

19

2.4.3. Konduksi Dielektrik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap

aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas

yang sedikit. [11]

2.5 Batuan

2.5.1 Umum

Batuan (Rocks) adalah sekumpulan mineral yang mengeras yang menjadi

bahan pembentukan kerak bumi. Berdasarkan asal dan proses terjadinya batuan

terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Batuan Beku (Igneous Rocks)

2. Batuan Sedimen (Sedimen Rocks)

3. Batuan Malihan/Ubahan (Metamorf Rocks)

Proses terbentuknya ketiga batuan di muka bumi ini menjalani suatu siklus

batuan. Batuan pertama adalah batuan beku (igneous rocks) yang terjadi akibat

mendingin, memadat dan membekunya magma baik di permukaan maupun di

dalam bumi. Batuan beku ini selanjutnya mengalami dekomposisi dan

desintegrasi karena proses-proses alam. Hasil perombakan batuan beku kemudian

mengalami transportasi oleh air atau angin lalu mengalami proses pengendapan

sehingga terbentuklah batuan sedimen. Pengaruh suhu dan tekanan terhadap

batuan sedimen akan merubahnya menjadi batuan metamorfosa. Jika batuan

metamorfosa tertimbun jauh di bawah permukaan bumi, menerima pengaruh suhu

dan tekanan yang sangat tinggi, sehingga ia dapat merubah wujudnya, melebur

Page 33: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

20

kembali bersama magma, maka selanjutnya batuan ini kembali menjadi batuan

beku. [13]

Pada Gambar 2.3 diperlihatkan bagaimana perjalanan daur tersebut. Dalam

daur tersebut, batuan beku terbentuk akibat dari pendinginan dan pembekuan

magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses

penghabluran yang dapat berlangsung di bawah atau di atas permukaan bumi

melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian

tersingkap di permukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan

hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. [13]

Gambar 2.3. Daur Batuan (Siklus Batuan) [14]

Page 34: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

21

Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya,

batuan yang telah dihancurkan ini akan digerakkan air yang mengalir di atas dan

di bawah permukaan, dan dari angin yang bertiup kemudian akan diendapkan di

sebagai sedimen. [13]

Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen menjadi batuan

yang keras, melalui perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan kemudian

disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan

tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan, maka batuan sedimen tersebut

akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan

terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini

masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan

berubah menjadi magma. [13]

2.5.2 Batuan Beku

Batuan beku atau igneous rock adalah jenis batuan yang terbentuk dari

magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik

di bawah permukaan sebagai batuan intrusif maupun di atas permukaan sebagai

batuan ekstrusif. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun

batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses

pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,

penurunan tekanan atau perubahan komposisi. Berdasarkan tempat

pembentukkannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku ekstrusif dan

batuan beku intrusif: [13]

Page 35: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

22

1. Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembentukkannya

berlangsung di permukaan bumi.

2. Batuan Beku Intrusif

Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung di bawah permukaan bumi.

Gambar 2.4. Contoh Batuan Beku [14]

Page 36: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

23

Gambar 2.5. Contoh Batuan Beku [14]

2.5.3 Batuan Sedimen

Batuan endapan atau batuan sedimen terbentuk dari hasil perombakkan

batuan beku yang telah mengalami proses transportasi baik oleh air, angin atau

salju yang kemudian mengalami proses pengendapan (sedimentasi) yang juga

dipengaruhi gravitasi. Berdasarkan asal mula terjadinya batuan sedimen

dibedakan menjadi sedimen klastik, non klastik (kimia dan organik) dan sedimen

bioklastik.

Page 37: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

24

Tabel 2.4. Skala Menurut Wentworth [13]

Ukuran Butir (mm) Nama (Inggris) Nama (Indonesia)

>256 Boulder Bongkah

64-256 Cobble Kerakal

4-64 Pebble Kerikil

2-4 Granule Pasir Kasar

1/16-2 Sand Pasir

1/256-1/16 Silt Lanau

1/256< Clay Lempung

Berdasarkan cara terjadinya, maka tekstur batuan sedimen dibagi menjadi

tekstur klastik dan nonklastik:

1. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis

batuan atas dasar ukuran butirnya. Klasifikasi ukuran butir yang dipakai

dalam pengelompokkan batuan sedimen klastik menggunakan klasifikasi

dari Wentworth seperti pada Tabel 2.5: [13]

Tabel 2.5. Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik Menurut Wentworth [13]

Tekstur Ukuran Butir (mm) Komposisi Nama

Batuan

Klastik

Gravel >2

Fragmen batuan

membundar

Komglomer

at

Fragmen batuan

menyudut

Breksi

1/16 – 2

Mineral kuarsa

dominan

Batu pasir

kuarsa

Kuarsa dan

feldspar

Batu pasir

arkose

Kuarsa,

feldspar,

lempung dan

fragmmen

batuan

Batu pasir

graywacke

<1/256 Laminasi Serpih

Masif Lempung

Page 38: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

25

2. Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan

batuan rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen nonklastik dapat

juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti batu gamping terumbu

yang berasal dari organisme yang telah mati atau batu bara yang berasal

dari sisa tumbuhan yang terubah.

Gambar 2.6. Contoh Batuan Sedimen [14]

Page 39: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

26

2.5.4 Batuan Metamorf

Pengertian metamorfosa dalam geologi adalah perubahan dari kelompok

mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami

tekanan dan temperatur yang berbeda saat batuan tersebut pertama kalinya

dibentuk. [13]

Batuan metamof adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan

beku dan sedimen) yang mengalami perubahan temperatur dan tekanan secara

bersamaan yang berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstru

batuan yang baru. [13]

Tipe-tipe metamorfosa yaitu: [13]

1. Metamorfosa Katalistik

Metamorfosa katalistik adalah metamorfosa yang diakibatkan oleh

deformasi mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang

mengalami pergeseran satu dan yang lainnya disepanjang suatu zona sesar

atau patahan.

2. Metamorfosa Burial

Metamorfosa burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila batuan

sedimen yang berada pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya

diatas 300°.

3. Metamorfosa Kontak

Metamorfosa kontak adalah metamorfosa yang terjadi di dekat intrusi

batuan beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan

berhubungan dengan intrusi batuan beku.

Page 40: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

27

4. Metamorfosa Regional

Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang

sangat luas dan pada tingkat deformasi yang tinggi.

Gambar 2.7. Contoh Batuan Metamorf [13]

Page 41: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

28

Gambar 2.8. Contoh Batuan Metamorf [13]

2.6 Kekuatan Pondasi Jembatan

Tanah yang akan digunakan untuk pondasi memiliki klasifikasi tertentu

dalam perencanaan pembangunan yaitu perkiraan terhadap hasil eksplorasi tanah,

perkiraan standart kemiringan lereng dari penggalian tanah atau tebing, perkiraan

pemilihan bahan, perkiraan muai dan susut, pemilihan jenis konstruksi dan

peralatan untuk konstruksi, perkiraan kemampuan peralatan untuk konstruksi,

rencana pekerjaan pembuatan lereng dan tembok penahan tanah, dll. [7]

Hal-hal yang perlu diobservasi dan disurvei selain peta geologi atau

keterangan-keterangan pembangunan, diantaranya adalah: [7]

1. Letak singkapan-singkapan dan eksplorasi tanah

2. Topografi dan geografi

Page 42: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

29

3. Letak jalan-jalan dan bangunan-bangunan yang ada

4. Kondisi permukaan tanah dan tumbuhan

5. Keadaan air tanah dan letak mata air

6. Keadaan saluran-saluran yang ada

Kekuatan pondasi sangat dibutuhkan dalam sebuah pembangunan

termasuk jembatan. Ada beberapa penyebab dari rubuhnya sebuah bangunan

seperti kekuatan pondasi yang tidak baik maupun bangunan yang sudah tua. Jadi,

faktor yang sangat mempengaruhi berdirinya suatu bangunan adalah kekuatan

pondasi bangunan tersebut dan informasi mengenai lapisan bawah permukaan

yang jelas. Kurangnya informasi mengenai lapisan bawah permukaan akan

berakibat fatal terhadap bangunan walaupun bangunan itu masih baru. [15]

Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar bangunan yang

berfungsi meneruskan beban dari bagian atas bangunan ke lapisan tanah yang

berada di bagian bawahnya dan berfungsi mempertahankan struktur bangunan dari

gaya-gaya luar seperti angin dan gempa bumi [16]. Pondasi adalah struktur bawah

pada bangunan yang berfungsi untuk menahan beban yang ada di atasnya. Pondasi

dibuat menjadi satu kesatuan dasar bangunan yang kuat yang terdapat di bawah

konstruksi. [17]

Jembatan merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk

menghubungkan antara dua jalan yang terputus karena adanya hambatan seperti

aliran sungai, danau, saluran irigasi, dan lembah yang dalam yang terletak di atas

permukaan tanah [18]. Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban

jembatan ke bawah tanah. Struktur bagian bawah jembatan berfungsi untuk

Page 43: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

30

memikul beban-beban yang diberikan oleh bangunan di atasnya [16]. Dalam

pembangunan jembatan dibutuhkan pondasi yang kuat agar dapat menahan beban

jembatan ke dasar tanah. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pembuatan pondasi

jembatan harus mengetahui kondisi bawah permukaan daerah yang ingin

dibangun jembatan.

Dalam pembangunan pondasi, yang harus diperhatikan adalah besar daya

dukung tanah yang mampu memikul beban yang bekerja pada pondasi. Metode

SPT (Standard Penetration Test) adalah metode pemancang batang yang memiliki

ujung pemancang ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan

mengukur jumlah pukulan per kedalaman penetrasi [16]. Pengujian SPT

dilakukan dengan melakukan pengambilan tanah dengan menggunakan tabung

sampel. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengebor tanah terlebih

dahulu pada titik yang akan dilakukan uji tanah. Setelah bor sudah terisi dengan

tanah, kemudian bor diangkat dan diperiksa serta dicatat jenis tanah, warna dan

kedalaman lapisan tanah tersebut. [7]

Uji SPT terdiri dari uji pemukulan tabung ke dalam tanah, disertai

pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung sedalam 30 cm secara

vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu seberat 63,5 kg yang

dijatuhkan secara berulang dengan tinggi 76 cm. Tujuan dari uji SPT ini adalah

untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah dari pengambilan sampel tanah

menggunakan tabung lalu dapat diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap-tiap

lapisan kedalaman tanah tersebut. [16]

Page 44: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

31

Metode pengujian tanah dengan SPT (Standart Penetration Test) termasuk cara

yang cukup ekonomis dan relatif mudah untuk mengetahui kondisi di bawah

permukaan tanah dan diperkirakan 85% dari desain pondasi menggunakan cara

ini. SPT merupakan alat uji tanah yang memiliki kelebihan karena terdiri dari

beberapa komponen yang sederhana, mudah dipasang, mudah ditransformasikan

dan dapat diandalkan dalam penyelidikan tanah. [7]

Page 45: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berlokasi di

Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Waktu

penelitian yang dimulai dari studi literatur, pengambilan data sekunder sampai

kepada pengolahan data berlangsung dari bulan Maret sampai bulan Juni 2019.

3.2. Alat dan Bahan

Pada penelitian ini alat yang digunakan dalam pengolahan data geolistrik adalah

Google Earth Pro untuk mendapatkan lokasi wilayah penelitian dan menentukan

titik persebaran pengukuran data geolistrik. Selain menggunakan Google Earth

Pro, Res2Dinv juga digunakan untuk mendapatkan hasil penampang 2D. Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data resistivitas milik Pusat Teknologi

Reduksi Risiko Bencana (PTRRB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(BPPT) hasil dari survei geolistrik di Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi

menggunakan Konfigurasi Wenner.

Page 46: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

33

Gambar 3.1. Lokasi Wilayah Penelitian

Page 47: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

34

3.3. Pengolahan Data

Sebelum melakukan pengolahan data menggunakan Res2Dinv, data

geolistrik yang berupa raw data diinput kedalam notepad dengan ketentuan

sebagai berikut:

Gambar 3.2. Susunan Data Resistivitas (Kanan) dan Data Topografi (Kiri) Dalam

Notepad

Keterangan Gambar 3.2.: [19]

Line 1: Nama lintasan pengukuran

Line 2: Spasi elektroda

Line 3: Tipe pengukuran (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole-dipole = 3, Pole-

dipole = 4, Schlumberger = 7)

Line 4: Jumlah total datum point

Page 48: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

35

Line 5: Lokasi x datum point (masukkan 0 jika letak elektroda pertama diketahui,

masukkan 1 jika titik tengahnya diketahui)

Line 6: Jenis data (masukkan 0 untuk data resistivitas, masukkan 1 untuk data IP)

Line 7,8,9 dst: Lokasi x, spasi elektroda dan resistivitas semu yang terukur

Apabila terdapat data topografi, maka data topografi harus dimasukkan ke

dalam notepad seperti pada Gambar 3.2. (Kiri) dengan keterangan sebagai berikut:

Line 1: Kode topografi

Line 2: Jumlah data topografi

Line 3,4,5 dst: Titik elektroda dan nilai topografi

Line penutup: Masukkan angka 0 sebanyak 4 kali sebagai penutup data topografi

Data hasil pengukuran geolistrik diolah dengan menggunakan Res2Dinv

untuk mengetahui nilai tahanan jenis yang terdapat pada setiap lapisan. Res2Dinv

adalah program komputer yang secara otomatis menentukan model resistivitas 2D

untuk bawah permukaan dari data hasil survei geolistrik. Pada penelitian ini

konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi Wenner dimana jarak antara

elektrodanya adalah sama. Elektroda yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 48 buah. Jarak antar elektroda pada pengambilan data geolistrik ini

adalah 10 m dengan panjang lintasan 480 m. Kedalaman yang dicapai dalam

pengambilan data geolistrik ini adalah 76,3 m. Pemodelan penampang dengan

menggunakan Res2Dinv dilakukan untuk mengetahui nilai resistivitas dan

kedalaman di tiap titik pengukuran. Cara kerja pengolahan data dengan

menggunakan Res2Dinv adalah dengan meng-import data dalam format .dat,

setelah data yang dibutuhkan sudah di-import, maka akan muncul beberapa

Page 49: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

36

informasi seperti spasi jarak antar elektroda, konfigurasi yang digunakan pada saat

pengambilan data, panjang lintasan, jumlah elektroda yang digunakan dan

kedalaman yang diperoleh. Pada pengolahan data ini, digunakan proses inversi

leasts-square inversion. Setelah diinversi, masukkan data topografi ke dalam hasil

pemodelan dengan memilih menu topography options, lalu pilih display

topography. Setelah itu pilih menu display sections dan klik include topography

in model display.

Gambar 3.3. Hasil Pengolahan Data Res2Dinv

Page 50: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

37

3.4. Prosedur Kerja

Gambar 3.4. Tahapan Kerja Penelitian

Page 51: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa Geolistrik

Dalam pelaksanaan pembahasan sebelumnya telah dilakukan pengolahan

data geolistrik terlebih dahulu. Data geolistrik yang digunakan adalah data

sekunder milik Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB), Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berlokasi di Kecamatan

Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Pada penelitian ini pengukuran data geolistrik dilakukan sebanyak 6

lintasan. Gambar 4.1. adalah gambar yang menunjukkan persebaran titik

pengukuran data geolistrik yang masing-masing panjang lintasannya 450 meter

kecuali pada lintasan 6 yang panjang lintasannya adalah 430 meter. Sebaran titik

pengukuran data geolistrik adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Lokasi Persebaran Pengukuran Data Geolistrik

Page 52: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

39

Titik koordinat pengukuran data geolistrik dapat dilihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Koordinat Pengukuran Data Geolistrik

Lintasan Latitude Longitude

1 -1.652063085 119.9885941

2 -1.651719516 119.9887203

3 -1.652062949 119.9887382

4 -1.652178296 119.9901708

5 -1.650470708 119.9900989

6 -1.650082453 119.9900268

Dalam pengolahan data geolistrik digunakan Google Earth Pro untuk

mendapatkan lokasi wilayah penelitian dan menentukan titik persebaran

pengukuran data geolistrik. Res2dinv juga digunakan dalam pengolahan data

geolistrik untuk mendapatkan hasil penampang 2D. Hasil proses inversi dalam

pengolahan data geolistrik menggunakan Res2dinv adalah berupa penampang 2D.

Setelah dilakukan pengolahan data geolistrik, hasil penampang 2D yang diperoleh

dikorelasikan dengan data log bor untuk kepentingan kalibrasi. Selain

dikorelasikan dengan data log bor, hasil penampang data geolistrik juga

dikorelasikan dengan tabel resistivitas dan data geologi regional.

4.2 Hasil dan Interpretasi Penampang

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi.

Setelah dilakukan pengolahan data geolistrik dengan menggunakan Res2Dinv,

maka diperoleh hasil penampang yang akan diinterpretasikan. Untuk melakukan

investigasi bawah permukaan pada lokasi yang akan dibangun pondasi jembatan,

informasi litologi batuan selain menggunakan data log bor yang ada juga

menggunakan tabel resistivitas (Tabel 2.3.) dan data geologi regional yang akan

Page 53: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

40

saling dikorelasikan. Dari data log bor diperoleh deskripsi batuan serta nilai SPT-

nya, sedangkan sebarannya bisa menggunakan hasil pengukuran data geolistrik.

Keterangan warna pada hasil penampang geolistrik dapat dilihat bahwa

semakin ke kanan, maka kepadatan suatu material akan semakin padat dan nilai

resistivitasnya akan semakin tinggi. Hasil yang diperoleh dari pengukuran

geolistrik pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa nilai resistivitas pada daerah

tersebut berkisar 0,011-1452 Ωm. Untuk pembangunan pondasi jembatan,

direkomendasikan memilih batuan yang keras supaya pondasi jembatan tetap

berdiri kokoh dan tidak direkomendasikan pembangunan pondasi jembatan pada

kondisi bawah permukaan yang mengandung batuan lunak seperti batu lempung.

Apabila dalam kondisi bawah permukaan terdapat batuan lunak, maka disarankan

untuk membangun pondasi jembatan hingga kedalaman yang menemukan batuan

keras dan layak untuk dijadikan pondasi jembatan.

Page 54: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

41

Menurut Gambar 4.2 dari kalibrasi hasil pengolahan data dengan data log

bor, geologi regional dan tabel resistivitas dapat disimpulkan bahwa:

1. Menurut data log bor, sampai kedalaman 20 m menunjukkan bahwa

litologi bawah permukaan berupa batupasir, lempung pasiran dan gravel

bahkan sampai nilai SPT 50 yang merupakan batuan keras tetapi pada data

log bor masih berupa batuan lunak.

2. Menurut peta geologi regional lembar pasangkayu, litologi pada lokasi

penelitian adalah formasi pakuli yang terdiri dari konglomerat, batupasir

dan batulempung.

3. Berdasarkan hasil dari nilai resistivitas yang diperoleh dan dikorelasikan

dengan tabel resistivitas maka didapatkan:

Tabel 4.2. Hasil Korelasi Antara Nilai Resistivitas Yang Diperoleh Dengan Tabel

Resistivitas

Nilai Resistivitas (Ωm) Keterangan Jenis Batuan

1-100 Resistivitas Rendah Lempung

101-500 Resistivitas Sedang Batupasir Halus

500-1452 Resistivitas Tinggi Batupasir Kasar

Page 55: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

42

Gambar 4.2. Kalibrasi Hasil Pengolahan Data Dengan Data Log Bor, Geologi Regional Dan Tabel Resistivitas

Page 56: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

43

Gambar 4.3. Data Log Bor

Page 57: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

44

4.2.1. Lintasan 1

Gambar 4.4. Hasil Penampang Lintasan 1

Lintasan 1 memiliki lintasan sepanjang 450 m yang pada pengambilan data

geolistrik menggunakan 48 buah elektroda dengan jarak antar elektroda 10 m.

Pada lintasan ini jumlah datum pointnya adalah 319. Nilai resistivitas maksimal

pada lintasan ini adalah 820 Ωm dengan kedalaman yang diperoleh 78,8 m.

Pada lintasan 1 digunakan sebagai titik kalibrasi dengan titik bor. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai resistivitas tidak melebihi 1000 Ωm dan

lintasan ini didominasi oleh batuan lempung hingga kedalaman 70 m. Menurut

dari nilai SPT yaitu 50 yang merupakan batuan keras, tetapi data log bor masih

berupa batu pasir lanau, lempung pasiran dan gravel. Korelasi dengan data

geolistrik, bahwa sampai kedalaman lebih dari 70 m nilai resistivitas kurang dari

1000 Ωm. Pendugaan hasil investigasi lapisan bawah permukaan pada lintasan 1

didominasi oleh lapisan yang memiliki nilai resistivitas antara 2,75-71,4 Ωm yang

ditunjukkan oleh warna biru tua hingga hijau muda dimana lapisan tersebut

diduga terdiri dari lempung. Untuk yang memiliki nilai resistivitas antara 161-363

Ωm diduga lapisan tersebut terdiri dari batupasir halus yang ditunjukkan dengan

warna kuning sampai merah. Persebaran batupasir halus pada lintasan ini terletak

Page 58: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

45

di ujung sebelah selatan dan sebelah barat lintasan. Persebaran batupasir halus

lainnya terlihat di permukaan pada jarak lateral 70-122 m, pada jarak lateral 125-

178 m, pada jarak lateral 220-260 m, pada jarak lateral 270-300 m dan pada jarak

lateral 327-375 m dari arah selatan lintasan. Sedangkan yang memiliki nilai

resistivitas 820 Ωm ditunjukkan dengan warna merah tua hingga coklat tua yang

diduga sebagai lapisan batupasir kasar. Batupasir kasar terlihat di beberapa titik

permukaan yang terletak pada jarak lateral 327-375 m dan pada jarak lateral 390-

405 m dari arah selatan lintasan. Pada lintasan 1 direkomendasikan pondasi

jembatan dibangun pada:

1. Pada jarak lateral 30 m dengan kedalaman 15 m.

2. Pada jarak lateral 85 m dengan kedalaman 30 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 18 m yang merupakan batuan

lunak.

3. Pada jarak lateral 145 m dengan kedalaman 54 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 20 m yang merupakan lapisan

batuan lunak.

4. Pada jarak lateral 350 m dengan kedalaman sampai 48 m tetapi pada titik

ini terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 20 m yang merupakan

lapisan batuan lunak.

5. Pada jarak lateral 395 m dengan kedalaman 39 m tetapi pada bentangan ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 17 m yang merupakan batuan

lunak.

6. Pada jarak lateral 445 m dengan kedalaman 16 m.

Page 59: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

46

Gambar 4.5. Hasil Interpretasi Lintasan 1

Page 60: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

47

4.2.2. Lintasan 2

Gambar 4.6. Hasil Penampang Lintasan 2

Pada lintasan 2 nilai resistivitas maksimal yang didapatkan saat

pengambilan data adalah 523 Ωm dengan kedalaman 78,8 m. Lintasan ini

memiliki datum point 315 dan pengambilan data geolistrik juga menggunakan 48

elektroda dengan panjang lintasan 450 m dan jarak antar elektrodanya 10 m.

Pada lintasan 2 masih terlihat didominasi oleh nilai resistivitas yang lebih

rendah antara 3,64-62,2 Ωm yang ditunjukkan oleh warna biru tua sampai hijau

muda. Lapisan ini diduga mengandung lempung yang berada pada kedalaman

lebih dari 70 m. Sedangkan warna kuning hingga merah dengan nilai resistivitas

antara 126-257 Ωm diduga sebagai lapisan batupasir halus. Persebaran lapisan

batupasir halus terlihat di permukaan yang terletak pada jarak lateral 60-185 m,

pada jarak lateral 220-270 m, pada jarak lateral 275-320 m, pada jarak lateral 342-

370 m dan pada jarak lateral 380-398 m dari arah selatan lintasan. Persebaran

batupasir halus lainnya berada di ujung sebelah selatan dan sebelah barat lintasan.

Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini hanya mencapai 523 Ωm yang diduga

sebagai batupasir kasar yang ditunjukkan dengan warna merah tua hingga coklat

seperti terlihat pada jarak lateral 135-144 m, pada jarak lateral 228-240 m dan

Page 61: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

48

pada bentangan jarak lateral 353-362 m dari arah selatan lintasan. Persebaran

batupasir kasar lainnya terlihat di lapisan paling bawah pada jarak lateral 325-411

m dari arah selatan. Pada lintasan 2 direkomendasikan pembangunan pondasi

jembatan berada pada:

1. Pada jarak lateral 32 m dengan kedalaman 13 m.

2. Pada jarak lateral 85 m dengan kedalaman 26 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 16 m yang merupakan lapisan

batuan lunak.

3. Pada jarak lateral 355 m dengan kedalaman 46 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 20 m yang merupakan lapisan

batuan lunak.

4. Pada jarak lateral 440 m dengan kedalaman 19 m.

Page 62: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

49

Gambar 4.7. Hasil Interpretasi Lintasan 2

Page 63: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

50

4.2.3. Lintasan 3

Gambar 4.8. Hasil Penampang Lintasan 3

Pada lintasan ini nilai resistivitas maksimal yang didapatkan saat

pengambilan data adalah 1309 Ωm dengan kedalaman 78,8 m. lintasan ini

memiliki datum point 321 dan pengambilan data geolistrik menggunakan 48

elektroda dengan panjang lintasan 450 m dan jarak antar elektrodanya 10 m.

Pada lintasan 3 nilai resistivitas maksimalnya mencapai 1309 Ωm tetapi

hanya berada di beberapa tempat, sedangkan pada lintasan ini masih didominasi

oleh litologi berupa lempung yang berwarna biru tua hingga hijau muda dengan

nilai resistivitas antara 2,11-83,2 Ωm. Untuk lapisan yang berwarna kuning

sampai orange kecoklatan dengan nilai resistivitas antara 208-522 Ωm diduga

sebagai batupasir halus. Persebaran batupasir halus pada lintasan ini berada pada

jarak lateral 78-110 m, pada jarak lateral 118-140 m, pada jarak lateral 140-153

m, pada jarak lateral 158-170 m, pada jarak lateral 192-235 m, pada jarak lateral

240-270 m, pada jarak lateral 325-350 m dan pada jarak lateral 370-400 m dari

arah selatan lintasan. Persebaran batupasir halus juga berada di ujung sebelah

selatan dan sebelah barat lintasan dan juga ditemukan pada lapisan yang paling

bawah pada jarak lateral 181-223 m dari arah selatan lintasan. Sedangkan litologi

Page 64: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

51

yang memiliki nilai resistivitas antara 522-1309 Ωm diduga sebagai batupasir

kasar yang ditunjukkan oleh warna orange hingga coklat tua. Persebaran batupasir

kasar terletak pada jarak lateral 162-174 m, pada jarak lateral 200-230 m, pada

jarak lateral 243-247 m, pada jarak lateral 329-344 m dan pada jarak lateral 386-

400 m dari arah selatan lintasan.

Pada lintasan ini pembangunan pondasi direkomendasikan pada:

1. Pada jarak lateral 30 m dengan kedalaman 13 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 8 m.

2. Pada jarak lateral 335 m dengan kedalaman 59 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 34 m.

3. Pada jarak lateral 395 m dengan kedalaman 34 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 11 m.

Page 65: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

52

Gambar 4.9. Hasil Interpretasi Lintasan 3

Page 66: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

53

4.2.4. Lintasan 4

Gambar 4.10. Hasil Penampang Lintasan 4

Lintasan 4 memiliki lintasan sepanjang 450 m yang pada pengambilan data

geolistrik menggunakan 48 buah elektroda dengan jarak antar elektroda 10 m.

Lintasan ini memiliki datum point 284 dengan nilai resistivitas maksimal pada

lintasan ini adalah 1452 Ωm dengan kedalaman yang diperoleh 78,8 m.

Pada lintasan 4 dominasi litologi diduga berupa lempung. Nilai resistivitas

maksimal pada lintasan ini mencapai 1452 Ωm. Untuk lapisan dengan nilai

resistivitas 1,73-50,1 Ωm yang ditunjukkan oleh warna hijau tua hingga orange

kecoklatan diduga lapisan tersebut mengandung lempung. Untuk lapisan yang

berwarna orange hingga merah dengan nilai resistivitas 270 Ωm yang diduga

sebagai lapisan batupasir halus berada pada jarak lateral 33-105 m, pada

bentangan 120-160 m, pada bentangan jarak lateral 160-200 m dari arah selatan

lintasan dan juga terletak di jarak lateral 215-261 m. Batupasir halus lainnya

berada pada jarak lateral 272-330 m dan pada jarak lateral 340-450 m dari arah

selatan. Terdapat juga pada lapisan yang paling bawah pada jarak lateral 68-151 m

dan pada jarak lateral 323-420 m dari arah selatan lintasan. Sedangkan lapisan

batupasir kasar dengan nilai resistivitas 1452 Ωm yang ditunjukkan dengan warna

Page 67: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

54

merah tua hingga coklat tua terlihat di permukaan pada ujung lintasan sebelah

selatan dan barat. Batupasir lainnya berada pada jarak lateral 60-90 m, pada jarak

lateral 143-148 m, pada jarak lateral 165-175 m, pada jarak lateral 253-256 m,

pada jarak lateral 280-287 m dan pada jarak lateral 303-308 m dari arah selatan

lintasan. Terlihat juga di lapisan paling bawah pada jarak lateral 353-402 m dan

pada jarak lateral 93-135 m dari arah selatan lintasan. Pada lapisan ini

pembangunan pondasi jembatan direkomendasikan pada:

1. Pada jarak lateral 30 m dengan kedalaman 10 m dan pada titik ini tidak

ditemukan lapisan batuan lunak.

2. Pada jarak lateral 95 m dengan kedalaman 36 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 19 yang merupakan batuan

lunak.

3. Pada jarak lateral 360 m dengan kedalaman 40 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 19 m.

4. Pada jarak lateral 395 m dengan kedalaman 31 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan lempung dengan kedalaman 10 m yang merupakan batuan

lunak.

Page 68: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

55

Gambar 4.11. Hasil Interpretasi Lintasan 4

Page 69: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

56

4.2.5. Lintasan 5

Gambar 4.12. Hasil Penampang Lintasan 5

Lintasan 5 memiliki lintasan sepanjang 450 m yang pada pengambilan data

geolistrik menggunakan 48 buah elektroda dengan jarak antar elektroda 10 m.

Lintasan ini memiliki datum point 286 dengan nilai resistivitas maksimal pada

lintasan ini adalah 449 Ωm dan kedalaman yang diperoleh 78,8 m.

Hasil dari penampang lintasan 5 pada bagian permukaan litologi batuan

diduga sebagai batupasir halus dan lempung dengan nilai resistivitas maksimalnya

449 Ωm. Pada lapisan ini didominasi oleh lapisan berwarna biru hingga orange

kecoklatan yang diduga lapisan lempung dengan nilai resistivitas antara 2,27-54,2

Ωm. Sedangkan lapisan yang memiliki nilai resistivitas 156-449 Ωm yang

ditunjukkan dengan warna orange hingga coklat tua diduga sebagai batupasir

halus. Persebaran lapisan batupasir halus terletak pada jarak lateral 148-394 m.

Lapisan ini juga terlihat pada jarak lateral 27-112 m, pada jarak lateral 98-131 m

dan pada jarak lateral 394-450 dari arah selatan lintasan. Pada lintasan ini tidak

ditemukan batupasir kasar.

Page 70: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

57

Pembangunan pondasi jembatan pada lintasan ini direkomendasikan pada:

1. Pada jarak lateral 120 m dengan kedalaman 50 m tetapi pada titik ini

terdapat lapisan batuan lunak berupa lempung dengan kedalaman 27 m.

2. Pada jarak lateral 405 m dengan kedalaman 25 m tetapi pada titik ini tidak

ditemukan lapisan batuan lunak.

3. Pada jarak lateral 435 m dengan kedalaman 17 m.

Page 71: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

58

Gambar 4.13. Hasil Interpretasi Lintasan 5

Page 72: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

59

4.2.6. Lintasan 6

Gambar 4.14. Hasil Penampang Lintasan 6

Pada lintasan 6, untuk pengambilan data geolistrik panjang lintasannya

adalah 430 m dengan data point 278. Sama seperti lintasan lainnya, pada lintasan

ini juga digunakan 48 elektroda dan jarak antar elektrodanya adalah 10 m. Nilai

resistivitas maksimal pada lintasan ini adalah 695 Ωm dengan kedalaman yang

diperoleh 78,8 m.

Pendugaan investigasi pada lintasan 6 adalah dominasi litologinya

mengandung lempung. Litologi batupasir kasar hanya terlihat dibeberapa tempat

pada permukaan yang nilai resistivitas maksimalnya adalah 695 Ωm. Pendugaan

litologi batupasir kasar ditunjukkan oleh warna merah tua hingga coklat tua yang

terletak pada jarak lateral 272-288 m dan pada jarak lateral 341-363 m dari arah

selatan lintasan. Lapisan yang diduga sebagai batupasir halus yang ditunjukkan

dengan warna kuning hingga merah dengan nilai resistivitas antara 183-357 Ωm

berada pada jarak lateral 25-98 m, pada jarak lateral 104-150 m dan pada jarak

lateral 165-380 m dari arah selatan. Batupasir halus juga terlihat di ujung lintasan

sebelah barat dan juga berada di lapisan paling bawah pada jarak lateral 194-212

m. Sedangkan pendugaan lapisan yang mengandung lempung ditunjukkan oleh

Page 73: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

60

warna biru tua hingga hijau muda dengan nilai resistivitas antara 6,56-94,2 Ωm.

Pondasi jembatan pada lintasan 6 direkomendasikan pada jarak lateral 410 m

dengan kedalaman 24 m dan pada titik ini tidak ditemukan batuan lunak.

Page 74: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

61

Gambar 4.15. Hasil Interpretasi Lintasan 6

Page 75: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

62

4.2.1. Persebaran Jenis Batuan

Gambar 4.16. Persebaran Jenis Batuan Lintasan 1, 2 dan 3

Page 76: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

63

Gambar 4.17. Persebaran Jenis Batuan Lintasan 4, 5 dan 6

Page 77: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

64

Gambar 4.16 adalah hasil penampang lintasan 1, 2 dan 3 dimana

persebaran lapisan yang diduga sebagai batu lempung mendominasi pada lintasan

1, 2 dan 3. Sedangkan batupasir halus tersebar dibeberapa titik. Untuk batupasir

kasar terlihat juga di beberapa titik di permukaan dan di lapisan paling bawah.

Pada lintasan 1, 2 dan 3 pembangunan pondasi jembatan direkomendasikan pada

jarak lateral 30 m dan 395 m.

Gambar 4.17 adalah hasil penampang lintasan 4, 5 dan 6 dimana lintasan

ini juga didominasi oleh lapisan yang diduga berupa lempung. Persebaran

batupasir halus dan batupasir kasar hanya terlihat di beberapa titik. Pada lintasan 5

batupasir kasar tidak ditemukan pada lintasan ini. Pada lintasan 4, 5 dan 6

pembangunan pondasi jembatan direkomendasikan pada jarak lateral 405 m.

Page 78: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

65

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diperoleh dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Telah didapatkan hasil penampang geolistrik 2D.

2. Secara umum litologi lapisan bawah permukaan pada daerah penelitian

mengandung lempung, batupasir halus dan batupasir kasar dengan nilai

resistivitas yang diperoleh antara 0,011-1452 Ωm.

3. Hasil korelasi antara data geolistrik dengan data log bor adalah dengan

nilai SPT 50 sampai kedalaman 20 m diketahui batuan lunak seperti

lempung pasiran, batupasir dan gravel.

4. Hasil korelasi antara nilai resistivitas yang diperoleh dengan tabel

resistivitas, peta geologi regional dan data log bor yang ada bahwa nilai

resistivitas 1-100 Ωm menujukkan jenis batu lempung, sedangkan nilai

resistivitas 101-500 Ωm menunjukkan jenis batupasir halus dan nilai

resistivitas 500-1452 Ωm menunjukkan jenis batupasir kasar.

5. Menurut hasil interpretasi dari penampang geolistrik 2D yang didapatkan,

kondisi lapisan bawah permukaan di daerah penelitian layak untuk

dijadikan pondasi jembatan yang berada di beberapa titik.

Page 79: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

66

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Untuk melakukan pembangunan suatu pondasi, sebaiknya pondasi

dibangun pada lapisan yang keras. Apabila ditemukan lapisan yang

bersifat lunak maka disarankan dalam pembangunan pondasi harus

menembus lapisan yang bersifat lunak tersebut sampai ditemukan lapisan

keras lagi.

2. Pada lintasan 1, 2 dan 3 pembangunan pondasi jembatan

direkomendasikan pada jarak lateral 30 m dan 395 m.

3. Pada lintasan 4, 5 dan 6 pembangunan pondasi jembatan

direkomendasikan pada jarak lateral 405 m.

Page 80: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

67

DAFTAR PUSTAKA

[1] “An-Nahl - النحل | Qur’an Kemenag,” LPMQ, 2019. [Online]. Available:

https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/16. [Accessed: 26-Jul-2019].

[2] “Surat An-Nahl Ayat 15 Arab, Latin, Terjemahan Arti Bahasa Indonesia,”

Al-Qur’an Online, 2019. [Online]. Available: https://tafsirweb.com/4363-

surat-an-nahl-ayat-15.html. [Accessed: 26-Jul-2019].

[3] Potensi SDM Kab Sigi, StudyLib, 2019. [Online]. Available:

https://studylibid.com/doc/65941/potensi-sdm-kab-sigi. [Accessed: 26-Jul-

2019].

[4] D. T. Widyantini, M. Ed., Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi

Sulawesi Tengah, 2004.

[5] P. Kearey and M. B. and I. Hill., An Introduction to Geophysical

Exploration, 3e, Third Edit. 2009.

[6] H. S. Naryanto., Analisis Patahan Bawah Permukaan Dari Pengukuran

Geolistrik Untuk Antisipasi Bencana Gempa Di Kabupaten Grobogan, J.

Alami, vol. 2, no. 2, pp. 73–81, 2018.

[7] S. Shobibah., Dengan Menggunakan Geolistrik Konfigurasi Wenner-

Schlumberger Dan Data Spt (Standart Penetration Test) (Studi Kasus:

Jalan Tol Manado-Bitung), Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang, 2018.

[8] R. Gustiansyah., Laporan Praktikum Geolistrik Dengan Konfigurasi

Wenner Beta Dipole-Dipole Di Lapangan Sepak Bola Utara Gedung Fisip

UB, Malang, 2013.

[9] M. Malik, I. Nur, A. Ilyas., P. Studi, T. Pertambangan, and U. Hasanuddin,

Interpretasi Sebaran Mineralisasi Logam Emas Berdasarkan Nilai

Resistivity Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner, vol. 10,

no. 02, pp. 68–73, 2014.

[10] G. Software., Rapid 2-D Resistivity & Ip Inversion Using The Least-

Squares Method, Man. Res2dinv ver. 3.54, vol. 3, p. 71, 2004.

[11] N. Hurun., Analisis Data Geolistrik Resistivitas Untuk Pemodelan Struktur

Geologi Bawah Permukaan Gunung Lumpur Bangkalan, Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016.

[12] Telford W.M.; Geldart L.P.; Sheriff R.E., Applied Geophysics, Second Edi.

Cambrige University Press, 1990.

[13] N. Djauhari., Pengantar Geologi, Edisi Pert., 2009.

Page 81: IDENTIFIKASI KONDISI BAWAH PERMUKAAN UNTUK PONDASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan guna

68

[14] N. Djauhari., Pengantar Geologi. 2012.

[15] S. Kasus, G. Olah, and M. A. Syam., Investigasi Lapisan Batuan Dasar

Dengan Menggunakan Metoda Geolistrik, no. September, pp. 20–23, 2014.

[16] Z. Faizal., Analisis Struktur Pondasi Dan Abutment Jembatan Pada Proyek

Jalan Tol Cimanggis - Cibitung, Institut Pertanian Bogor, 2014.

[17] F. Septianingtias., Studi Settlement Pada Konstruksi Pondasi Tiang

Jembatan Berdasarkan Standar Pembebanan Untuk Jembatan, Universitas

Lampung, 2018.

[18] Ilmu Teknil Sipil Indonesia., Pengertian Dan Jenis Struktur Jembatan | Ilmu

Teknik Sipil Indonesia, Powered Blogger, 2018. [Online]. Available:

http://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2014/03/pengertian-dan-jenis-

struktur-jembatan.html. [Accessed: 26-Jul-2019].

[19] I. Lutfinur., Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Menggunakan Metode

Geolistrik Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Sungai Opak

Yogyakarta), Universitas Negeri Semarang, 2015.