Top Banner
1 IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERKAIT LUAS BANGUN DATAR TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Oleh : Dian Rusmawati 202013033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
17

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ......kelas VII SMP semester gasal. Bangun datar terdapat dua macam yaitu bangun segitiga dan segiempat. Siswono (2007) menyatakan bahwa materi

Feb 09, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

    KELAS VIII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERKAIT

    LUAS BANGUN DATAR

    TUGAS AKHIR

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    pada Universitas Kristen Satya Wacana

    Oleh :

    Dian Rusmawati

    202013033

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

    IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

    KELAS VIII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERKAIT

    LUAS BANGUN DATAR

    Dian Rusmawati, Helti Lygia Mampouw

    Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 56-60 Salatiga

    email : [email protected]

    Abstrak

    Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menghasilkan ide atau gagasan atau cara yang baru dan bervariasi

    dalam menyelesaikan masalah matematika yang memenuhi aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

    Kemampuan berpikir kreatif matematis dapat ditelusuri melalui soal-soal tentang luas bangun datar. Penelitian ini

    bertujuan mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP dalam menyelesaikan soal luas

    bangun datar. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di kelas VIII SMP pada tiga

    subjek, masing-masing satu subjek berkemampuan matematika tinggi, satu subjek berkemampuan matematika

    sedang dan satu subjek berkemampuan matematika rendah. Ditemukan bahwa dalam menyelesaikan soal terkait

    luas bangun datar kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan tinggi memenuhi aspek kefasihan

    dan kebaruan. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan sedang memenuhi aspek kefasihan

    dan fleksibilitas. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan rendah memenuhi aspek kebaruan.

    Hasil-hasil ini menunjukan adanya perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada level pendidikan

    yang sama. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru tentang kemampuan

    berpikir kreatif matematis siswa SMP dalam menyelesaikan soal terkait luas bangun datar dan bagi siswa lebih

    meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.

    Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif matematis, luas bangun datar, kefasihan, fleksibilitas, kebaruan

    A. PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan

    bahwa mata pelajaran matematika diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

    membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta

    kemampuan bekerjasama. Berdasarkan pernyataan tersebut pentingnya pembelajaran matematika

    diberikan kepada siswa adalah agar tercapainya tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah

    kemampuan berpikir kreatif. Dalam pembelajaran matematika siswa sering menghadapi kesulitan

    dalam menyelesaikan soal yang rumit. Dengan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, siswa

    akan mampu menyelesaikan masalah matematika dengan berbagai alternatif cara.

    Menurut Livne (Mahmudi, 2008) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis

    merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah

    matematika yang bersifat terbuka. Sedangkan Krutetski (Mahmudi, 2010) menyatakan bahwa

    kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika

    secara mudah dan fleksibel. Berdasarkan pernyataan tersebut kemampuan berpikir kreatif matematis

    adalah kemampuan menghasilkan solusi bervariasi, mudah dan fleksibel terhadap masalah matematika

    yang bersifat terbuka.

    Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang merupakan salah satu tujuan pendidikan pada

    kenyataanya belum tercapai dengan maksimal. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis

    siswa juga dipengaruhi oleh proses pembelajaran di kelas. Faktor yang dapat menyebabkan siswa

    kesulitan dalam belajar matematika yaitu kurang tepatnya pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

    Berdasarkan hasil pengamatan Nurul (2015) kebanyakan guru masih menggunakan metode ceramah

    dalam pembelajaran matematika. Metode ini dianggap tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk

    mengembangkan keterampilan berpikirnya. Senada dengan pernyataan Risnanosanti (2009) bahwa

    dalam melaksanakan pembelajaran, guru cenderung prosedural dan lebih menekankan pada hasil

    belajar. Siswa menyelesaikan soal sesuai dengan contoh yang diberikan guru, dan soal-soal yang

    diberikan kepada siswa hanya soal-soal tertutup atau soal yang langsung pada pemakaian rumus yang

    sudah ada. Akibatnya, siswa kurang berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas berpikirnya.

    mailto:[email protected]

  • 7

    Muslich (Hamdan, 2013) menyatakan bahwa jika sampai mereka tidak mencapai kompetensi, bukan

    karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi lebih banyak karena mereka tidak

    disediakan pengalaman belajar yang relevan dengan keunikan masing-masing karakteristik individual.

    Salah satu penelitian yang berkenaan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis yang telah

    dibahas oleh Sitinjak (2014) menunjukan dari 28 siswa terdapat 85% dari jumlah siswa, kemampuan

    berpikir matematis sudah berada pada kategori yang cukup baik. Namun, dalam penelitian yang

    dilakukan Nurul (2015) tentang tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII di 4

    SMP yang berbeda menunjukan bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih

    rendah. Sebanyak 2,48% siswa berada pada tingkat kemampuan berpikir kreatif sangat tinggi dan

    tinggi; 21,48% pada tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang; 29,75% siswa berada pada tingkat

    kemampuan berpikir kreatif rendah dan 43,80% siswa berada pada tingkat kemampuan berpikir kreatif

    sangat rendah dari total keseluruhan 121 siswa. Penelitian selanjutnya mengenai kemampuan berpikir

    kreatif adalah penelitian yang dilakukan Yunianta (2012) juga menunjukan bahwa kemampuan

    berpikir kreatif siswa masih dalam tahap rendah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Hakim (2014) mengenai berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP pada materi SPLDV menunjukkan 1

    siswa yang mampu menunjukan kefasihan, 5 siswa mampu menunjukan fleksibilitas dan 6 siswa

    mampu menunjukan kebaruan. Berdasarkan hasil tersebut kategori tidak kreatif lebih mendominasi

    yaitu sebanyak 24 siswa.

    Salah satu materi pelajaran matematika yang mengajak siswa untuk berpikir kreatif adalah

    bangun datar. Materi bangun datar sudah diberikan sejak duduk di bangku SD dan telah dipelajari di

    kelas VII SMP semester gasal. Bangun datar terdapat dua macam yaitu bangun segitiga dan segiempat.

    Siswono (2007) menyatakan bahwa materi segiempat atau segitiga dapat digunakan dalam

    mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif siswa karena memiliki banyak penyelesaian dan dapat

    mendorong kreativitas siswa. Senada dengan pernyataan Hamruni (Anton, 2014) yaitu salah satu

    alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan menggalakkan pertanyaan-

    pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir. Berdasarkan Kurikulum 2013 dengan Standar

    Kompetensi 3.15 yaitu siswa dapat menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat

    (persegi, persegi pajang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium dan layang-layang) dan segitiga. Luas

    bangun datar merupakan bagian dari bangun datar. Oleh karena itu siswa kelas VIII sudah dapat

    menentukan luas bangun datar. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Septiana (2012), hasil penelitian menunjukan bahwa siswa salah dalam menemukan luas persegi

    panjang yang diperoleh dari luas dua segitiga, sehingga hasil akhir yang diperoleh siswa salah.

    Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP. Berdasarkan usia, siswa SMP masuk pada

    tahap Operasi Formal. Mereka mulai sanggup berpikir abstrak dan melihat sejumlah kemungkinan

    yang melampaui disini dan saat ini. Kemampuan ini terus berkembang hingga masa dewasa (Slavin,

    2011). Menurut Piaget (Paul, 2001), pada tahap ini seorang remaja sudah dapat berfikir logis, berpikir

    dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi-proporsi dan hipotesis, dan dapat mengambil

    kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Paul (2001) menyatakan bahwa pada tahap

    operasi formal, cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia mulai suka membuat teori tentang

    segala sesuatu yang dihadapi. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terikat

    pada hal yang sudah dialami, tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena

    dapat berpikir secara hipotesis.

    Silver (Hakim, 2014) dan Siswono (2007) menjelaskan bahwa untuk menilai berpikir kreatif

    matematis anak-anak dan orang dewasa sering digunakan The Torrance Tests of Creative Thinking

    (TTCT). Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan

    (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dapat

    dilihat pada tabel 1 berikut ini.

  • 8

    Tabel 1. Rancangan Indikator

    Aspek Silver (1997) Siswono (2008) Peneliti*

    Kefasihan

    (Fluency)

    Siswa menyelesaikan

    masalah dengan bermacam-

    macam interpretasi, metode

    penyelesaian atau jawaban

    masalah.

    Kemampuan siswa memecahkan

    atau menyelesaikan masalah dengan

    berbagai cara yang beragam.

    Beberapa jawaban dikatakan

    beragam jika jawaban-jawaban

    yang diberikan siswa tampak

    berlainan dan mengikuti pola

    tertentu.

    Siswa mampu

    membuat gambar

    bangun datar yang

    beragam dan memiliki

    luas yang sama dengan

    bangun persegi

    panjang dengan

    mengikuti pola

    tertentu.

    Fleksibilitas

    (Flexibility)

    Siswa memecahkan masalah dalam satu cara,

    kemudian dengan

    menggunakan cara lain.

    Siswa mendiskusikan berbagai metode

    penyelesaian.

    Kemampuan siswa menyelesaikan

    dengan memberi jawaban yang

    berbeda.

    Siswa mampu

    menggunakan berbagai

    cara untuk

    mendapatkan luas

    yang sama dengan

    bangun persegi

    panjang.

    Kebaruan

    (Novelty)

    Siswa memeriksa beberapa

    metode penyelesaian atau

    jawaban, kemudian membuat

    lainnya yang berbeda.

    Kemampuan siswa menjawab atau

    menyelesaikan dengan beberapa

    jawaban yang berbeda-beda tetapi

    bernilai benar atau satu jawaban

    yang tidak biasa dilakukan oleh

    siswa pada tingkat pengetahuannya.

    Beberapa jawaban tersebut

    dikatakan berbeda jika jawaban

    tersebut tampak berlainan dan tidak

    mengikuti pola tertentu

    Siswa mampu

    membuat bangun datar

    lain yang berbeda atau

    unik yang memiliki

    luas sama dengan

    bangun persegi

    panjang

    *) Diadaptasi dari Silver (1997) dan Siswono (2008)

    Kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan terutama dalam

    menyelesaikan soal-soal yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif, dimana siswa diharapkan dapat

    mengemukan ide-ide baru yang kreatif dalam menganalisis dan menyelesaikan soal. Berdasarkan

    uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis

    siswa dalam menyelesaikan soal terkait luas bangun datar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII

    SMP berdasakan kemampuan matematika siswa tinggi, sedang dan rendah. Siswa kelas VIII SMP sudah

    memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup dalam menyelesaikan soal-soal terkait luas bangun

    datar.

    B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data pada penelitian ini berupa tulisan-

    tulisan, gambar-gambar, rangkaian kata-kata, dokumen dan bahasa tubuh. Penelitian ini dilakukan

    dengan memberikan tes tentang soal terkait luas bangun datar yang dari hal tersebut diperoleh

    informasi yang cukup sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif

    matematis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Salatiga. Subjek terdiri

    dari 3 kategori berdasarkan kemampuan matematika yaitu kemampuan matematika tinggi dengan

    rentang nilai 98 - 88, kemampuan matematika sedang dengan rentang nilai 75 - 83 dan kemampuan

    matematika rendah dengan rentang nilai 48 – 58 dengan masing-masing kategori diambil 1 siswa.

    Dalam menentukan subjek berdasarkan nilai UAS Semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017. Pemilihan 1

    subjek dari masing-masing kategori tersebut berdasarkan rekomendasi dari guru mata pelajaran

    matematika. Siswa yang dipilih sebagai subjek dianggap telah memiliki cukup pengetahuan dan

    keterampilan tentang luas bangun datar. Untuk pengklasifikasian subjek penelitian dapat dilihat pada

    tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2. Data Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Matematika

    Kemampuan Matematika Nilai UAS Inisial Subjek

    Tinggi 93 DD

    Sedang 80 RF

    Rendah 55 MS

  • 9

    Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen utama dan instrumen bantu. Instrumen utama

    yaitu peneliti sendiri dan instrumen bantu berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis

    menyelesaikan soal-soal terkait luas bangun datar. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu

    tes dan wawancara. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Soal yang diberikan

    adalah soal yang memiliki banyak penyelesaian atau jawaban. Rancangan soal penelitian dapat dilihat

    pada tabel 3. Sebelum soal tes diedarkan pada subjek, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap tes

    tersebut yang terdiri dari validasi. Validasi adalah keadaan yang menggambarkan bahwa tingkat

    instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Wawancara dilakukan terhadap

    subjek adalah semi tersruktur. Wawancara dilakukan terhadap subjek berdasarkan jawaban yang telah

    diberikan dalam menyelesaikan soal tes. Hasil wawancara akan diklasifikasikan jenis kreativitas yang

    dilakukan subjek. Data yang terkumpul dari hasil tes, hasil wawancara dan observasi dianalisis

    menggunakan 3 alur kegiatan menurut Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2012) yang terjadi secara

    bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

    Tabel 3. Rancangan Soal

    Indikator Soal

    1. Kefasihan

    2. Fleksibilitas

    3. Kebaruan

    Perhatikan gambar bangun datar di bawah ini!

    Berapakah luasnya?

    a. Buatlah bangun datar (bebas) yang luasnya sama dengan luas bangun datar di atas dan tuliskan ukuran-ukuranya.

    b. Adakah bangun datar lain yang luasnya sama dengan luas bangun datar di atas? Jika ada, gambarkan dan tulis ukurannya!

    c. Perhatikan salah satu bangun datar yang telah kamu buat (jawaban pada poin b). Tunjukan cara-cara untuk mendapatkan luas bangun datar tersebut?

    C. ANALISIS DAN HASIL ANALISIS Hasil pekerjaan subjek DD, RF dan MS dalam menghitung luas bangun persegi panjang dapat

    dilihat pada gambar 1 berikut ini.

    (a) (b) (c)

    Gambar 1. Jawaban Tertulis Dalam Menghitung Luas Persegi Panjang Oleh Subjek : a. DD, b. RF dan

    c. MS

    Ketiga subjek yaitu DD, RF dan SR mampu menghitung luas persegi panjang yang ditanyakan

    pada soal yang diberikan dengan benar. Hasil perhitungan luas persegi panjang oleh ketiga subjek sama

    yaitu sebesar 144 𝑐𝑚2. DD mengerjakan dengan langsung menuliskan rumusnya dan menghitung luas bangun yang ditanyakan dengan rumus yang biasa mereka gunakan adalah 𝑝 𝑥 𝑙. RF mengerjakan dengan menuliskan apa saja yang diketahui dalam gambar kemudian mensubtitusikannya kedalam

    rumus persegi panjang, rumus yang digunakan adalah 𝑝 𝑥 𝑙. MS mengerjakan cara yang sama dengan DD yaitu langsung menuliskan rumusnya dan menghitungnya. Pernyataan tersebut berdasarkan

    jawaban tertulis dan diperkuat dengan cuplikan wawancara oleh subjek DD, RF dan MS berikut ini :

  • 10

    P : “ Udah, nah sekarang perhatikan soal yang udah kamu kerjakan tadi itu kan tentang bangun datar

    kan, nahh ini kan perhatikan bangun datar di bawah ini, itu bangun apa itu? ”

    DD : “ Persegi panjang. Luasnya panjang kali lebar ketemunya 144 cm persegi. ”

    RF : “ Bangun persegi panjang. Ketemunya 144 cm kuadrat dengan rumus eee panjang kali lebar. ”

    MS : “ Bangun persegi panjang. Luasnya 144 rumusnya panjang kali lebar. ”

    Berdasarkan hasil tertulis dan wawancara ketiga subjek mampu memahami dan menyelesaikan

    soal dalam mencari luas bangun persegi panjang dengan baik, sehingga mampu menemukan luas

    bangun tersebut dengan benar dan menggunakan cara atau rumus yang sama seperti yang telah

    diajarkan.

    1. Aspek Kefasihan Pertanyaan kefasihan pada penelitian ini tercantum pada soal yaitu tentang menggambar bangun

    datar (bebas) yang memiliki luas sama dengan bangun persegi panjang yang telah ditentukan. Hasil

    tertulis subjek DD, RF dan MS dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

    (a) (b) (c)

    Gambar 2. Jawaban Tertulis Dalam Menggambar Bangun Datar Bebas Dengan Luas Yang Telah

    Ditentukan Oleh Subjek : a. DD, b. RF dan c. MS

    Ketiga subjek yaitu DD, RF dan SM dapat menggambarkan bangun datar lain yang memiliki luas

    sama dengan bangun datar pada soal sebesar 144 𝑐𝑚2dengan benar. DD dapat menggambarkan 8 macam bangun datar antara lain 3 persegi panjang, 1 jajargenjang, 1 layang-layang, 1 trapesium, 1

    persegi dan 1 segitiga. RF mengambar 7 macam bangun datar antara lain 1 persegi, 1 segitiga, trapesium

    siku-siku, 2 persegi panjang, 1 layang-layang dan 1 jajargenjang. MS menggambar 8 macam bangun

    datar antara lain persegi, belah ketupat, trapesium, layang-layang, persegi panjang, segitiga dan

    jajargenjang. Pernyataan tersebut diperkuat dengan cuplikan wawancara oleh DD, RF dan MS berikut

    ini : P : “ Nahh sekarang kamu jelaskan, kamu ceritakan apa aja yang udah kamu temukan. ”

    DD : “ Persegi panjang itu yang ukurannya 18 kali 8, terus jajargenjang yang ukurannya ee alasnya 24 sama

    tingginya 6 cm, terus trapesium sama kaki yang ee sisi yang atas 2 cm sisi bawah 30 cm dan tingginya

    9 cm, layang-layang yang diagonal satunya 12 cm dan diagonal duanya 24 cm, persegi yang sisinya 12

    cm, persegi panjang yang ee panjang dan lebarnya 36 dan 4 serta segitiga yang alasnya 48 dan tingginya

    6 cm. ”

    RF : “ Pertama persegi yang ukurannya 12 kali 12 cm, terus segitiga yang alasnya 12 cm tingginya 24 cm,

    terus ini ada trapesium tingginya 8 cm a nya 12 b nya 14 cm, terus ada layang-layang diagonal satunya

    24 cm sama diagonal duanya 12 cm, terus ini juga ada jajargenjang tingginya 4 cm sisi satunya 36 cm,

    terus ada dua persegi panjang. ”

  • 11

    MS : “ Persegi itu ukuran sisi-sisinya 12 cm, yang jajargenjang diagonal satunya 12 diagonanya 12, yang

    trapesium jumlah sisi sejajaranya 24 tingginya 12, yang layang-layang diagonal satunya 24 diagonal

    duanya 12, yang persegi panjang yang pertama panjangnya 72 lebarnya 2, persegi panjang yang kedua

    36 lebarnya 4, terus segitiga itu alasnya 24 tingginya 12, terus jajargenjang itu tingginya 6 cm alasnya

    24 cm. ”

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ketiga subjek bahwa DD, RF dan MS dapat

    menggambarkan beberapa bangun datar dengan bermacam-macam ukuran dengan luas yang sama

    sebesar 144 𝑐𝑚2. DD dan RF dapat menentukan ukuran untuk setiap bangun datar yang digambarnya menggunakan faktor dari 144 yaitu dari luas bangun persegi panjang pada soal. MS belum dapat menentukan ukuran lain selain apa yang digambar pada hasil pekerjaannya. Pernyataan tersebut

    diperkuat dengan cuplikan wawancara oleh DD dan RF berikut ini: P : “Nah sekarang kamu jelaskan bagaimana kamu bisa mendapatkan ukuran ini (ukuran pada bangun datar

    yang telah dibuat subjek) dengan luas yang sama dengan persegi panjang tadi!”

    DD : “ Ya dinalar. Misal kalau misal dicari 144 itu faktornya berapa aja gitu. ”

    RF : “ eeem pemfaktoran. 144 ”

    Berdasarkan faktor dari luas bangun persegi panjang pada soal yaitu 144 𝑐𝑚2. DD dan RF dapat menemukan 1 jenis bangun datar dengan berbagai ukuran beragam yang diperoleh dari memfaktoran

    luas bangun persegi panjang pada soal yaitu 144. DD dapat menggambar bangun jajargenjang dengan berbagai ukuran. RF dapat menggambar bangun persegi panjang dengan berbagai ukuran. Pernyataan

    tersebut berdasarkan hasil tertulis pada saat wawancara oleh DD dan RF pada gambar 3 berikut ini.

    (a) (b)

    Gambar 3. Jawaban Tertulis Dalam Menggambar Bangun Jajargenjang Oleh Subjek a. DD dan Bangun

    Persegi Panjang Oleh Subjek b. RF

    Pernyataan dan hasil tertulis pada saat wawancara diperkuat dengan cuplikan wawancara oleh

    subjek DD dan RF berikut ini : P : “ Nah sekarang coba kamu ceritakan itu berapa saja ukuran yang sudah kamu temukan! ”

    DD : “ Yang pertama yang tingginya 3 cm alasnya 48 cm, terus yang kedua tingginya 1 cm sama alasnya

    144 cm, terus tingginya 9 alasnya 16 cm, tingginya 2 cm sama alanya 72 cm, tingginya 12 dan alasnya

    12 cm, tingginya 8 cm alasnya 18 cm, sama tingginya 4 cm alasnya 36 cm. ”

    RF : “ Itu 6 cm sebagai lebar sama panjangnya 24 cm. Terus ini yang kedua lebarnya itu 3 cm sma

    panjangnya 48 cm. Terus yang ketiga lebarnya 8 cm panjangnya 18 cm. Yang keempat 9 cm itu

    lebarnya panjangnya 16 cm. Terus yang ini panjangnya 14,4 cm sma lebarnya 10 cm. Terus yang

    terakhir ini panjangnya 72 cm sama lebarnya 2 cm. ”

    Berdasarkan hasil tes tertulis dan wawancara ketiga subjek mampu membuat bangun datar yang

    beragam yang memiliki luas yang sama dengan bangun persegi panjang pada soal dengan benar.

    Namun, hanya 2 subjek yaitu DD dan RF yang mampu menyebutkan bangun datar dengan berbagai

    ukuran dan membentuk suatu pola. Sedangkan subjek MS mampu menyebutkan beragam bangun datar

  • 12

    yang memiliki luas sama dengan bangun persegi panjang dengan benar tetapi tidak membentuk suatu

    pola untuk satu jenis bangun datar.

    2. Aspek Kebaruan Pertanyaan kebaruan pada penelitian ini tercantum pada soal yaitu tentang menggambar bangun

    datar lain yang memiliki luas sama dengan bangun persegi panjang yang telah ditentukan. Hasil tertulis

    oleh subjek DD, RF dan MS dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.

    (a) (b) (c)

    Gambar 4. Jawaban Tertulis Dalam Menggambar Bangun Datar Lain Dengan Luas Yang Telah

    Ditentukan Oleh Subjek : a. DD, b. RF dan c. MS

    Ketiga subjek yaitu DD, RF dan SM dapat menggambarkan bangun datar lain yang memiliki luas

    sama dengan bangun datar pada soal sebesar 144 𝑐𝑚2dengan benar. Bangun datar lain yang digambar oleh DD berdasarkan jawaban soal tes adalah jajargenjang, trapesium, layang-layang, persegi dan

    segitiga. RF menggambar bangun persegi, trapesium siku-siku, segitiga siku-siku dan jajargenjang. MS

    menggambar layang-layang, segitiga, jajargenjang dan persegi. Ketiga subjek menggambar jenis

    bangun datar yang sama tetapi memiliki ukuran yang berbeda dan bernilai benar. Pernyataan tersebut

    diperkuat dengan cuplikan wawancara oleh DD, RF dan MS berikut ini : P : “ Soal yang selanjutnya. Untuk soal yang b ini ditanyakan tentang apa? Itu kamu ketemu bangun apa

    aja coba ceritakan. ”

    DD : “ Bangun segitiga, persegi, layang-layang, jajargenjang, persegi panjang, trapesium. ”

    RF : “ Ini persegi sisinya 12 cm, terus ini ada segitiga tingginya 24 cm sama alasnya 12 cm. Terus ini

    jajargenjang sisinya 36 cm terus sama tingginya 4 cm, terus yang ini trapesium tingginya 8 cm a nya

    itu 12 cm sama b nya 24 cm udah itu. ”

    MS : “ Layang-layang ukurannya diagonal satu 24 diagonal duanya 12, yang kedua persegi panjang dengan

    ukuran panjannya 36 lebarnya 4, segitiga dengan alas 24 tinggi 12, terus jajargenjang dengan alas 24

    tinggi 6 dan persegi dengan sisi 12. ”

    Saat dilakukan wawancara berdasarkan dari jawaban tes oleh ketiga subjek, DD dan MS dapat

    menyebutkan bangun datar lain selain yang mereka kerjakan pada tes yaitu gabungan dari 2 bangun.

    Sedangkan RF belum dapat menyebutkan bangun datar lain selain yang dikerjakan dalam tes. DD

    menemukan 2 bangun gabungan, bangun yang pertama adalah gabungan antara persegi panjang dengan

    segitiga dan saat DD diminta untuk menggambarkan lagi, DD menggambar bangun gabungan antara

    persegi dengan segitiga. MS menemukan 2 bangun gabungan, bangun yang pertama adalah gabungan

    antara persegi panjang dengan trapesium siku-siku dan yang kedua adalah gabungan antara persegi

    panjang dengan segitiga siku-siku. Pernyataan dan hasil tertulis pada saat wawancara diperkuat dengan

    cuplikan wawancara oleh DD dan MS berikut ini : P : “ Udah. Ada nggak bangun datar lain yang luasnya sama 144 tapi dia nggak harus bernama seperti itu

    trapesium, jajargenjang, segitiga, persegi. ”

    DD : “eemm ada. aaa mungkin bangun gabungan, bangun datar gabungan. Gabungan dari persegi dan

    segitiga. iya pertamanya segitiga diitung ukurannya terus sama persegi.”

    RF : “ Enggak ada. ”

  • 13

    MS : “Emmm ada. Kayak semisal bangunnya gak beraturan gitu. (sambil menggambar pada ketas oret-

    retan). Duhhh. Eee semisal apa ya (sambil berpikir). Semisal bangun nahhh segitiga sembarang.

    Bangun seperti ini mungkin. ” (membuat bangun pada kertas orek-orekan). Ini kalau dibelah kan bisa

    trapesium dan persegi panjang.”

    Pernyataan tersebut berdasarkan hasil tes tertulis pada saat dilakukannnya wawancara oleh DD

    dan MS dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

    (a) (b)

    Gambar 5. Jawaban Tertulis Dalam Menggambar Bangun Gabungan Oleh Subjek : a. DD dan b. MS

    Berdasakan hasil tes tertulis dan wawancara ketiga subjek mampu membuat bangun datar lain

    yang memiliki luas sama dengan bangun persegi panjang pada soal dengan benar. Namun, hanya 2

    subjek yaitu DD dan MS yang mampu menyebutkan bangun datar lain yaitu bangun gabungan.

    Sedangkan RF sudah dapat menyebutkan bangun datar lain tetapi belum mampu menyebutkan bangun

    datar lain yang unik atau jarang dipelajari pada jenjang pengetahuannya.

    3. Aspek Fleksibilitas Pertanyaan fleksibilitas pada penelitian ini tercantum pada soal yaitu tentang cara-cara untuk

    mendapatkan luas bangun datar yang telah digambar. Hasil tertulis oleh subjek DD, RF dan MS dapat

    dilihat pada gambar 6 berikut ini.

    (a)

    (c) (b)

    Gambar 6. Jawaban Tertulis Dalam Menentukan Cara-cara Untuk Mendapatkan Luas Bangun Datar

    Oleh Subjek : a. DD, b. RF dan c. MS

  • 14

    Jawaban tertulis oleh DD pada gambar 6(a) terlihat bahwa DD memperhatikan bangun trapesium

    sama kaki yang telah digambar. Cara yang DD gunakan untuk mencari luas bangun trapesium sama

    kaki tersebut adalah dengan menggunakan rumus 𝐿 = ( 𝑎+𝑏 )

    2 . 𝑡. Jawaban tertulis oleh RF terlihat

    bahwa RF memilih bangun trapesium siku-siku dari bangun datar yang telah digambar. Cara untuk

    mendapatkan luas dari bangun trapesium siku-siku tersebut RF menemukan 2 cara. Cara yang pertama

    RF menggunakan rumus 𝐿 = ( 𝑎+𝑏 )

    2 . 𝑡. Cara yang kedua, RF menggunakan cara mengubah bangun

    trapesium siku-siku tersebut menjadi bangun persegi panjang dengan cara memotong 2 bagian

    trapesium siku-siku tersebut tepat di tengah daris tinggi dari trapesium siku-siku. Kemudian

    menggabungkan 2 potongan tersebut memanjang dengan cara menggabungkan dari sisi miringnya dan

    terbentuklah bangun baru yaitu bangun persegi panjang. Cara untuk menghitung luas dari bangun

    persegi panjang tersebut menggunakan rumus 𝐿 = 𝑝 𝑥 𝑙. Sedangkan jawaban tertulis oleh MS pada gambar 6(c) terlihat bahwa MS memilih bangun segitiga yang telah digambar. Cara yang MS gunakan

    untuk mendapatkan luas dari bangun segitiga tersebut menggunakan rumus 𝐿 = 1

    2 . 𝑎 . 𝑡. tetapi saat

    dilakukan wawancara MS mengatakan dapat menemukan 2 cara, cara yang pertama menggunakan

    rumus 𝐿 = 𝑎 𝑥 𝑡

    2 dan untuk cara yang kedua adalah 𝐿 =

    1

    2 . 𝑎 . 𝑡. Pernyataan tersebut diperkuat dengan

    cuplikan wawancara oleh DD, RF dan MS berikut ini: P : “ Nah itu kamu milih bangun apa itu? Sekarang kamu jelaskan cara apa yang udah kamu gunakan untuk

    mendapatkan luas bangun datar itu? ”

    DD : “ Bangun trapesium sama kaki. Pakai rumus luas trapesium yang sisi atas ditambah sisi bawah dibagi

    dua dikali tinggi.”

    RF : “ Trapesium. Dengan cara pertama ngitunya dengan cara biasa a ples b per 2 dikali t itu hasilnya 144,

    terus cara keduanya luas persegi panjang inikan 12 cm (menunjuk salah satu sisi trapesium) sama 24

    cm digabungin dulu jadi 36 cm terus tingginya dibagi dua jadi 4 cm hasilnya 144 cm.”

    MS : “ Segitiga. Luasnya itu kan kalau yang pertama kan rumusnya alas kali tinggi bagi 2, yang kedua ini

    setengah kali alas kali tinggi. ”

    Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa DD hanya menemukan 1 cara

    untuk menghitung luas bangun trapesium sama kaki, RF 2 cara untuk menghitung luas bangun

    trapesium siku-siku dan MS menemukan 1 cara dalam menghitung luas bangun segitiga, karena pada

    saat wawancara cara yang disebutkan sama. Ketiga subjek belum dapat menyebutkan cara lain untuk

    menghitung bangun tersebut.

    Adapun kemampuan berpikir kreatif matematis ketiga subjek dalam menyelesaikan soal-soal

    terkait luas bangun datar secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini.

    Tabel 4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dalam Menyelesaikan Soal Terkait Luas Bangun

    Datar

    Aspek Yang Diukur Subjek

    DD RF MS

    Kefasihan √ √ -

    Fleksibilitas - √ -

    Kebaruan √ - √

    D. PEMBAHASAN 1. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Kefasihan

    Subjek berkemampuan matematika tinggi dan subjek berkemampuan matematika sedang dapat

    memenuhi aspek kefasihan. Namun subjek berkemampuan matematika rendah belum memenuhi aspek

    kefasihan. Subjek berkemampuan matematika tinggi dan kemampuan matematika sedang dapat

    memberikan bermacam-macam jawaban benar dan mengikuti suatu pola. Sedangkan subjek

    berkemampuan matematika rendah dapat menggambarkan beberapa bangun datar dengan ukurannya

    dan benar namun jawaban yang diberikan tidak terlihat suatu pola. Subjek berkemampuan matematika

    tinggi dapat mengambarkan 1 jenis bangun datar yaitu bangun jajargenjang sebanyak 8 macam ukuran.

    Dari jawaban yang diberikan nampak suatu pola yaitu jika alas dari bangun jajargenjang semakin kecil

    maka tinggi dari jajargenjang semakin besar, begitu juga sebaliknya. Sama halnya dengan subjek

    kemampuan matematika tinggi, subjek berkemampuan matematika sedang dapat menggambarkan 1

  • 15

    jenis bangun datar yaitu bangun persegi panjang sebanyak 8 macam ukuran. Dari jawaban yang

    diberikan nampak suatu yaitu jika panjang dari persegi panjang semakin kecil maka lebar dari persegi

    panjang semakin besar. Menurut Silver (1997) kefasihan yaitu siswa menyelesaikan masalah dengan

    bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian atau jawaban masalah. Diperkuat dengan

    pernyataan Siswono (2008) kefasihan yaitu kemampuan siswa memecahkan atau menyelesaikan

    masalah dengan berbagai cara yang beragam. Beberapa jawaban dikatakan beragam jika jawaban-

    jawaban yang diberikan siswa tampak berlainan dan mengikuti pola tertentu. Oleh karena itu

    berdasarkan kemampuan berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan matematika tinggi dan

    subjek berkemampuan matematika sedang memenuhi aspek kefasihan.

    2. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Fleksibilitas Subjek berkemampuan matematika sedang dapat memenuhi aspek fleksibilitas. Namun, subjek

    berkemampuan matematika tinggi dan subjek berkemampuan matematika rendah belum dapat

    memenuhi aspek fleksibilitas. Subjek berkemampuan matematika sedang menyebutkan 2 cara untuk

    menghitung luas dari bangun yang dipilih dengan tepat dan benar. Subjek berkemampuan matematika

    sedang juga dapat menyebutkan cara lain untuk menghitung luas bangun datar tersebut. Subjek

    berkemampuan matematika tinggi hanya dapat menyebutkan 1 cara untuk menghitung luas bangun

    yang dipilih dengan tepat dan benar, tetapi subjek kemampuan matematika tinggi belum dapat

    menemukan cara lain untuk menghitung luas bangun yang dipilih. Begitu juga dengan subjek

    berkemampuan matematika rendah hanya dapat menyebutkan 1 cara untuk menghitung luas bangun

    datar yang dipilih dengan tepat dan benar, tetapi subjek berkemampuan matematika rendah tidak dapat

    menyebutkan cara lain utnuk menghitung luas bangun datar yang dipilih. Silver (1997) kefasihan yaitu

    siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain dan

    mendiskusikan berbagai metode penyelesaian. Diperkuat dengan pernyataan Siswono (2008)

    fleksibilitas adalah kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Oleh

    karena itu berdasarkan kemampuan berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan matematika

    sedang dalam menyelesaikan soal terkait luas bangun datar memenuhi aspek fleksibilitas.

    3. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Kebaruan Subjek berkemampuan matematika tinggi dan subjek berkemampuan matematika rendah dapat

    memenuhi aspek kebaruan. Namun, subjek berkemampuan matematika sedang belum memenuhi aspek

    kebaruan. Subjek berkemampuan matematika tinggi dapat menemukan 5 bangun datar yang berbeda

    dan benar selain persegi panjang yaitu bangun jajargenjang, trapesium, layang-layang, persegi dan

    segitiga. Subjek berkemampuan matematika tinggi juga dapat memberikan 2 bangun datar yang tidak

    biasa dan benar yang memiliki luas sama dengan luas bangun persegi panjang pada soal yaitu gabungan

    dari 2 bangun datar. Bangun yang pertama adalah gabungan antara bangun persegi panjang dengan

    segitiga dan bangun persegi dengan segitiga. Subjek berkemampuan matematika rendah dapat

    menemukan 4 bangun datar yang berbeda dan benar selain persegi panjang yaitu bangun layang-layang,

    segitiga, jajargenjang dan persegi. Subjek berkemampuan matematika rendah juga dapat memeberikan

    2 bangun datar yang tidak biasa dan benar yang memiliki luas sama dengan luas bangun persegi panjang

    pada soal yaitu gabungan dari 2 bangun datar. Bangun yang pertama gabungan antara bangun persegi

    panjang dengan trapesium siku-siku dan persegi panjang dengan segitiga siku-siku. Sedangkan subjek

    berkemampuan matematika sedang dapat menemukan 4 bangun datar yang berbeda dan benar selain

    persegi panjang yaitu persegi, trapesium siku-siku, segitiga siku-siku dan jajargenjang. Namun subjek

    berkemampuan matematika rendah tidak dapat menyebutkan bangun datar lain yang tidak biasa. Silver

    (1997) menyatakan bahwa kebaruan adalah siswa memeriksa beberapa metode penyelesaian atau

    jawaban, kemudian membuat lainnya yang berbeda. Diperkuat dengan pernyataan Siswono (2008)

    kebaruan adalah kemampuan siswa menjawab atau menyelesaikan dengan beberapa jawaban yang

    berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada tingkat

    pe ngetahuannya. Beberapa jawaban tersebut dikatakan berbeda jika jawaban tersebut tampak berlainan

    dan tidak mengikuti pola tertentu. Oleh karena itu berdasarkan kemampuan berpikir kreatif matematis

    subjek berkemampuan matematika tinggi dan subjek berkemampuan matematika rendah dalam

    menyelesaikan soal terkait luas bangun datar memenuhi aspek kebaruan.

  • 16

    E. PENUTUP Hasil-hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis

    siswa pada level pendidikan yang sama. Subjek berkemampuan matematika tinggi dan berkemampuan

    matematika sedang dapat memenuhi dua aspek. Subjek berkemampuan matematika tinggi dapat

    memenuhi aspek kefasihan dan kebaruan. Subjek berkemampuan matematika sedang dapat memenuhi

    aspek kefasihan dan fleksibilitas. Sedangkan subjek berkemampuan matematika rendah hanya dapat

    memenuhi satu aspek kemampuan berpikir kreatif matematis saja yaitu aspek kebaruan.

    Subjek berkemampuan matematika tinggi dan berkemampuan matematika sedang sama-sama

    dapat memenuhi aspek kefasihan. Kedua subjek menggunakan cara yang sama dalam menentukan

    ukuran bangun datar yang telah diketahui luasnya dengan cara pemfaktoran. Dari ukuran yang telah

    diperoleh subjek berkemampuan matematika tinggi dan berkemampuan matematika sedang dapat

    membuat bangun datar sejenis dengan beragam ukuran. Sedangkan subjek berkemampuan matematika

    rendah dalam menentukan ukuranya hanya menebak-nebak saja.

    Subjek berkemampuan matematika sedang dapat memenuhi aspek fleksibilitas karena dapat

    menentukan cara lain untuk menghitung luas bangun datar. Subjek berkemampuan matematika sedang

    dapat menghitung luas banun datar dengan cara mengubah bangun datar ke bangun datar lainnya untuk

    menghitung luasnya dan cara tersebut tidak dilakukan oleh subjek berkemampuan matematika tinggi

    dan rendah.

    Tulisan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk meneliti tentang kemampuan

    berpikir kreatif matematis secara khusus materi bangun datar. Kegiatan pembelajaran matematika yang

    dilakukan oleh guru hendaknya menanamkan konsep dasar materi bangun datar karena materi bangun

    datar akan diajarkan lagi pada jenjang selanjutnya dan hendaknya guru memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan soal-soal terkait bangun datar. Bagi siswa

    agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Peneliti juga berharap akan ada

    peneliti lain yang dapat melanjutkan penelitian ini dengan cakupan materi bangun datar yang lebih luas.

    F. DAFTAR PUSTAKA Anton, David P. 2014. Berpikir Kreatif Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    Matematika. Dipublikasikan Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2,

    No.1 Maret 2014.

    Hakim, Fahrul. 2014. Identifikasi Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Sumobito

    Melalui Pemecahan Masalah Tipe Multiple Solution Task. FMIPA. Universitas Negeri

    Surabaya. Jurnal. Dipublikasikan Volume 3 No 3 2014

    Hamdan, Sugilar. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berpikir kReatif Dan Disposisi Matematik Siswa

    Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran Generatif. Infiniti Jurnl Ilmiah Program Studi

    Matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol 2 No 2 September 2013

    Mahmudi, Ali. 2008. Tinjauan Kreativitas Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Phytagoras

    Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Volume 4, Nomor 2, Desember 2008. Issn

    1978-4538. Sumber :

    http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%2

    0Dr./Makalah%2004%20Pythagoras%202008%20_Tinjauan%20Kreativitas%20dalam%2

    0Pembelajaran%20Matematika_.pdf . [20 Juni 2016]

    Mahmudi, Ali. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Dipublikasikan Pada

    Konferensi Nasional Matematika XV Unima Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010. Sumber :

    http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%2

    0Dr./Makalah%2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA%20_Me

    ngukur%20Kemampuan%20Berpikir%20Kreatif%20_.pdf. [18 Juni 2016]

    Nurul Hidayati dkk. 2015. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMP Kelas VIII

    SMP N 6 Jember, SMP Al Furqan 1, SMP N 1 Rambijambu dan SMP PGRI 1

    Rambijambu.Jurnal. Kadikma Vol 6 No 2 Hal 159-172 Agustus 2015. FKIP Universitas

    Jember

    Paul, Suparno. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Kanisius: Yogyakarta

    Risnanosanti. 2009. Penggunaan Pembelajaran Inkuiri Dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir

    Kreatif Siswa SMA Di Kota Bengkulu. Prosiding. Seminar Nasional Matematika Dan

  • 17

    Penidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 5 Desember 2009.

    ISBN : 978-979-16353-3-2

    Septiana, Vivin dkk. 2012. Identifikasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) Siswa Dalam

    Menyelesaikan Soal Open Ended Pada Materi Segiemat Di Kelas VIII SMP. Jurnal.

    Surabaya: Unesa.

    Sitinjak, D. 2014. Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Penerapan Strategi

    Pemecahan Masalah Open Ended Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Saintech. Volume 6.

    Nomor 04. 25 Agustus 2016

    Siswono. T Y E. 2007. Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpiir Kreatif Siswa dalam

    Matematika

    http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf

    Siswono. T Y E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajaran dan Pemecahan

    Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University

    Press. Sumber :

    https://semnaspendmipa.files.wordpress.com/2012/02/prosiding-

    seminarnasionalpendidikan-mipa-2011.pdf.

    Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

    : Alfabeta

    Yunianta, Tri Nova H. 2012. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Implementasi Project Based

    Learning dengan Peer and Self Assesment Untuk Materi Segiempat Kelas VII SMPN RSBI 1

    Juwana Di Kabupaten Pati. Dipublikasikan pada Seminar Nasional Matematika dan

    Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 10 November 2012.

    http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf