IDENTIFIKASI KOMPONEN UTAMA DARI MINYAK PALA UNTUK BAHAN DASAR INDUSTRI “FARMAKO” Oleh : MARNI KAIMUDIN* ABSTACT The aim of this research is to know the content of contenents which obtained in nutmeg oil asa based material for pharmaceutical industries, food and cosmetics and as an information material for craftsmen of nutmeg oil in Moluccas. Expected for the result of research can enhance the economic value of nutmeg oil as raw material for pharmaceutical industries, food and cosmetics. This research is camed out in Baristand Industries Ambon in 2008. Method that used to make an ekstract nutmeg oil is soxhletation. While distillation method is used in isolation process myristicin which subsequently tested by using GC – MS. The result of extract seed nutmeg with eter petroleum solvents, obtained rendamen nutmeg oil as 16%. Nutmeg oil testing result with GC-MS obtained 17 components which contained in nutmeg oil, such as 9 outstanding compounds : α - pinene 12,40% with time retention 3,914 minuts, sabinene 13,66% with time retention 4,765 minuts, β- pinene 12,71% with time retention 4,881 minuts, β- mycrene 6,06% with time retention 5,o73 minuts, limonene 7,65% with time retention 6,398 minuts, ¥- terpinene 5,78% with time retention 7,047 miniuts, terpinol 9,42% with time retention 9,064 minuts, safrol 6,50% with time retention 10,315 minuts and miristisin 8,54% with time retention 12,173 minuts. The result of myristicin isolation obtained myristicin compounds with higher level 92,035%. Key words : nutmeg oil, distillation, miristicin. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan komponen yang terdapat dalam minyak pala sebagai bahan dasar industri farmasi, makanan dan kosmetik dan sebagai bahan informasi bagi pengrajin minyak pala di Maluku. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari minyak pala sebagai bahan dasar untuk industri farmasi, makanan dan kosmetik. Penelitian ini dilaksanakan di Baristand Industri Ambon pada tahun 2008. Metode yang digunakan untuk mengekkstraki minyak pala adalah metode soxhletasi.
16
Embed
Identifikasi Dan Pemanfaatan Komponen Utama Dari Minyak Pala
pemanfaatan minyal dari biji pala untuk kesehatan yang diambil komponen utama nya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IDENTIFIKASI KOMPONEN UTAMA DARI MINYAK PALA
UNTUK BAHAN DASAR INDUSTRI “FARMAKO”
Oleh : MARNI KAIMUDIN*
ABSTACT
The aim of this research is to know the content of contenents which obtained in nutmeg oil asa based material for pharmaceutical industries, food and cosmetics and as an information material for craftsmen of nutmeg oil in Moluccas. Expected for the result of research can enhance the economic value of nutmeg oil as raw material for pharmaceutical industries, food and cosmetics. This research is camed out in Baristand Industries Ambon in 2008. Method that used to make an ekstract nutmeg oil is soxhletation. While distillation method is used in isolation process myristicin which subsequently tested by using GC – MS. The result of extract seed nutmeg with eter petroleum solvents, obtained rendamen nutmeg oil as 16%. Nutmeg oil testing result with GC-MS obtained 17 components which contained in nutmeg oil, such as 9 outstanding compounds : α- pinene 12,40% with time retention 3,914 minuts, sabinene 13,66% with time retention 4,765 minuts, β- pinene 12,71% with time retention 4,881 minuts, β- mycrene 6,06% with time retention 5,o73 minuts, limonene 7,65% with time retention 6,398 minuts, ¥- terpinene 5,78% with time retention 7,047 miniuts, terpinol 9,42% with time retention 9,064 minuts, safrol 6,50% with time retention 10,315 minuts and miristisin 8,54% with time retention 12,173 minuts. The result of myristicin isolation obtained myristicin compounds with higher level 92,035%.
Key words : nutmeg oil, distillation, miristicin.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan komponen yang terdapat dalam minyak pala sebagai bahan dasar industri farmasi, makanan dan kosmetik dan sebagai bahan informasi bagi pengrajin minyak pala di Maluku. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari minyak pala sebagai bahan dasar untuk industri farmasi, makanan dan kosmetik.
Penelitian ini dilaksanakan di Baristand Industri Ambon pada tahun 2008. Metode yang digunakan untuk mengekkstraki minyak pala adalah metode soxhletasi.
Sedangkan proses isolasi miristisin digunakan metode destilasi, yang selanjutnya diuji dengan menggunakan GC - MS.
Dari hasil ekstraksi biji pala dapat diinterpretasi minyak pala dengan rendamen sebesar 16% dan 17 komponen yang terdapat dalam minyak pala. Diantaranya terdapat 9 senyawa yang terbaca yaitu, α- pinene 12,40% dengan retensi waktu 3,914 menit, sabinene 13,66% dengan retensi waktu 4,765 menit, β- pinene 12,71% dengan retensi waktu 4,881 menit, β- mycrene 6,06% dengan retensi waktu 5,o73 menit, limonene 7,65% dengan retensi waktu 6,398 menit, ¥- terpinene 5,78% dengan retensi waktu 7,047 menit, terpinol 9,42% dengan retensi waktu 9,064 menit, safrol 6,50% dengan retensi waktu 10,315 menit dan miristisin 8,54% dengan retensi waktu 12,173 menit.
Hasil isolasi miristisin diperoleh senyawa miristisin dengan kadar 92,035%.
Kata kunci : Minyak pala, destilasi, miristisin.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Minyak atsiri adalah produk alami yang mempunyai aroma yang berasal dari
tumbuhan tertentu dan dihasilkan dari proses biokimia dalam tanaman. Tumbuhan
tropika yang mengandung minyak atsiri banyak tumbuh dan tersebar di sebagian besar
wilayah Indonesia. Di dunia, tumbuhan tropika yang mengandung minyak atsiri
diperkirakan lebih dari 200 jenis. Dalam perdagangan hanya dikenal kurang lebih 70
jenis. Dari 70 jenis minyak atsiri yang laku di pasaran Internasional, 40 jenis minyak
atsiri yang telah diusahakan secara komersial dan mendapat legalitas sebagai
komoditas ekspor ke seluruh manca negara (Agusta, 2000)
Sebelum perang dunia II, bahkan hingga sekarang, Indonesia menduduki peringkat
tertinggi dalam perdagangan untuk sejumlah minyak atsiri. Indonesia merupakan
penghasil sejumlah minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak
kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana, minyak nilam, minyak pala dan
sebagainya. Kebanyakan minyak atsiri tersebut diekspor atau dijual ke luar negeri
seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris dan Eropa.Selanjutnya oleh negara tersebut
diolah untuk diambil komponen utamanya dan kemudian diimport kembali ke Indonesia
untuk keperluan industry dengan harga yang begitu tinggi (Hardjono Sastrohamidjojo,
2004).
Jenis minyak atsiri yang telah dikenal, salah satunya adalah minyak pala yang
merupakan komoditas ekspor dalam era globalisasi saat ini. .
Minyak pala merupakan cairan jernih sampai kuning muda sebagai salah satu
komoditas ekspor yang cukup besar di Indonesia serta memiliki keunggulan di pasaran
dunia karena memiliki aroma yang khas dan rendamen minyak yang tinggi. Kegunaan
minyak pala dalam bidang farmasi digunakan sebagai obat dan dalam bidang industri
kosmetik digunakan sebagai pewangi dan parfum (Lutony & Rahmayati, 2002). Dalam
bidang makanan, minyak pala dimanfaatkan sebagai penambah aroma dan
peningkatan cita rasa dalam masakan (Rismunandar, 1990).
Minyak pala diperoleh dengan cara penyulingan uap biji pala (nutmeg) dan fuli pala
(mace).Saat ini minyak pala telah diaplikasikan penggunaannya dalam berbagai jenis
industri seperti farmasi untuk obat gangguan pencernaan, rematik dan lain – lain juga
industri makanan dan minuman. Minyak pala bersama - sama dengan minyak permen
(Peperment Oil) digunakan sebagai penyegar pasta gigi. Minyak pala bersama – sama
denga minyak cengkeh, vanili dan minyak cassia dipakai sebagai pencampur aroma
tembakau. Dalam industri parfum, biasanya minyak pala dicampur dengan minyak
lavender untuk menghasilkan aroma yang harum dan lembut serta sulit ditiru dengan
memakai bahan lain (Amos dan Purwanto, 2002).
Umumnya di Maluku, minyak pala terbatas digunakan hanya sebagai obat gosok.
Kekhasan minyak pala sangat tergantung dari senyawa miristisin. Miristisin merupakan
komponen utama dalam minyak pala yang mempunyai sifat mudah menguap dan
memiliki bau khas pala. Miristisin memiliki daya bunuh yang sangat hebat dan jitu
terhadap serangga seerta dapat meningkatkan aktifitas mental atau sebagai bahan
psikoaktif dan psikotropika (Ivan, et al, 2001).
Karena keterbatasan penggunaannya, maka diperlukan upaya untuk menaikkan
nilai ekonomis dari minyak pala. Untuk itulah dilakukan penelitian “Identifikasi
Komponen Utama Dari Minyak Pala Untuk Bahan Dasar Industri Farmako”.
Penelitian tentang isolasi dari minyak pala telah dilakukan dengan menggunakan
pelarut dietil eter dan methanol untuk memisahkan trimiristin atau lemak miristisin dari
minyak pala. Hasil yang diperoleh yaitu senyawa senyawa terpena (7 – 18%), miristisin
(Bima), Paala bibinek (Madura), Palang (Sangir dan Talaud), Para (Sulawesi Utara),
Pala Bai (Bugis), Gosoro (Halmahera Utara), Goroso (Ternate), Pane (Seram).
(Rismunandar,1990).
Taksonomi tumbuhan pala diklasifikasikan sebagai berikut (Van Steerus, 1987) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ranunculales
Famili : Myristiceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristca fragrans Houtt
Dari seluruh bagian tanaman pala yang mempunyai nilai ekonomis adalah buahnya.
Buah pala terdiri dari empat bagian yaitu; daging, tempurung (cangkang), fuli dan biji.
Daging pala dapat diolah menjadi manisan, sirup, selei, jelly, dodol, anggur pala. Fuli
(bunga pala) dapat digunakan sebagai bumbu masakan, bahan baku kosmetik dan
parfum. Tempurung (cangkang) digunakan sebagai kayu baker, bahan pembuatan obat
nyamuk dan arang briket. Biji pala digunakan sebagai bumbu masakan, parfum,
kosmetik dan bahan pengawet.
Perbandingan berat pala Banda (Myristica fragrans Houtt) dari keempat bagian
tersebut terinci pada tabel 1.(Rismunandar, 1990).
Tabel 1. Persentase berat dari keempat bagian buah pala.
Bagian Buah Basah (%) Kering (diangin- anginkan) %
Daging Fuli Tempurung Biji
77,8 4 15,1 13,1
9,93 2,09 - 8,4
Menurut Albert Y.Leung dalam Rismunandar (1990), komposisi kimia biji pala
sebagai berikut :
- Minyak atsiri 2 – 16 % rata – rata 10 %
- Fixed oil (minyak kental) 25 – 40 %, terdiri dari beberapa jenis asam organic
misalnya asam palmetic, stearic dan myristic.
- Karbohidrat ± 30 %.
- Protein ± 6 % .
- Minyak pala mengandung 88% monoterpen hidrokarbon .
- Miristisin ± 4 – 8%, dan lain – lain termasuk jenis alcohol misalnya eugenol,
methyleugenol.
- Biji pala dan fuli mengandung zat –zat antioksidan.
6.2. Minyak Pala
Minyak pala diperoleh dengan cara penyulingan uap biji pala (nutmeg) dan fuli pala
(mace). Minyak pala memiliki bau yang khas seperti keharuman bumbu rempah –
rempah. Masyarakat pada umumnya memanfaatkan minyak pala sebagai obat gosok
berbagai penyakit seperti rematik, encok, sakit gigi dan sebagainya.
Minyak pala memiliki aroma yang khas dan cita rasa yang spesifik dan saat ini telah
diaplikasikan pengguanaannya dalam berbagai bidang industri seperti farmasi untuk
obat gangguan pencernaan, rematik dan lain – lain. juga industri makanan dan
minuman. Minyak pala bersama – sama dengan minyak permen (peppermint oil)
digunakan sebagai penyegar pasta gigi. Minyak pala bersama – sama dengan minyak
cengkeh, vanili dan minyak cassia dipakai sebagai pencampur aroma tembakau. Dalam
industri parfum, biasanya minyak pala dicampur dengan minyak lavender untuk
menghasilkan aroma yang harum dan lembut serta sulit ditiru dengan memakai bahan
lain (Amos & Purwanto, 2002).
Berdasarkan hasil tes terhadap beberapa pasien di Australia tahun 1977, minyak
pala dapat menyebabkan halusinasi dan psikoaktif. Minyak pala juga mengandung
racun yang dapat menyebabkan kematian. Penggunaan minyak pala yang berlebihan
akan menyebabkan mual dan muntah – muntah, mulut kering, tachycardia (detak
jantung mendadak menjadi cepat), euphoria (perasaan senang yang semu) dan
halusinasi. (Anonimous, 2005). Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan elimicin
dalam biji pala. Elimicin bersama miristisin di dalam tubuh diubah menjadi senyawa
baru yang m,irip dengan mercalin dan amfetamin. (Suranto, 1993).
6.3. Miristisin
Mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin karena
miristisin yang memberikan aroma khas pada minyak pala (Ivan,et al, 2001). Miristisin
merupakan turunan dari senyawa fenilpropanoid. Miristisin adalah zat cair yang bening,
tak larut dalam air tetapi dalam pelarut organik. Baunya khas seperti rempah – rempah
dan aroamnya tajam serta mudah menguap. Berat molekulnya 192 gr/mol. Nama lain
dari miristisin adalah 5 alil – 1 metoksi – 2,3 metilen dioksibenzena atau 5 metoksi
safrol. Berikut ini adalah gambar struktur dari miristisin .
Gambar 1. Rumus Struktur Miristisin.
Titik didih pada 760 mm/Hg = 173 ºC
Titik leleh = - 20 ºC
Berat jenis gr/mol = 1,1437
Indeks bias = 1,540
Panjang gelombang / λmaks = 278 nm.
CH2 – CH = CH2
OCH3
O
O
Miristisin dapat digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan
perangsang kulit serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental). Miristisin juga
dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut synergistiche serta
digunakan sebagai pembanding zat untuk tes minyak yang mudah menguap. Di Eropa,
miristisin pada mulanya akan dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik).
Namun rencana ini dibatalkan karena memiliki efek samping diantaranya pusing, mual
– mual dan kehilangan keseimbangan. Beberapa efek merugikan tersebut sebenarnya
disebabkan karena adanya miristisin dalam minyak pala. Miristisin di dalam tubuh
manusia akan diubah menjadi suatu senyawa mirip meskalin dan ampetamin. Kedua
senyawa ini yang menimbulkan efek pusing, mual – mual dan lain – lain.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan utama yang digunakan adalah biji pala (myristica fragrans Houtt),bahan pembantu adalah petroleum eter,alkohol,kertas saring dan kapas.
Alat utama adalah seperangkat alat ekstraksi (soxhlet,pompa,isomantel), seperangkat alat destilasi fraksinasi dan GC-MS,alat bantu seperti lumpang,nyiru,sendok plastik/ kayu,timbangan, corong, pengaduk dan Erlenmeyer.
Ekstaksi 250 gr biji pala kering dengan 525 mL petroleum eter selama 8 jam,dinginkan selama 24 jam,ekstrak yang telah dingin tambahkan 100 mL etanol,aduk selama 5 menit dan saring.
Rekristalisasi dengan 100 mL etanol,residu yang diperoleh adalah minyak pala sebanyak 40 gr sedangkan filtratnya adalah trimiristin.
Isolasi miristisin dengan destilasi fraksinasi kemudian uji dengan GC -MS
Komposisi komponen
minyak pala
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
1.1. Ekstraksi Minyak Pala
Hasil ekstraksi minyak pala dari 250 gr biji pala, myristica fragrans Houtt diperoleh
40 gr ( 16%). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Albert Y Leung bahwa komposisi biji
pala mengandung minyak atsiri 2 – 16%.Dalam kegiatan setelah ekstaraksi,contoh
diberi penambahan etanol dimaksudkan untuk membantu mengendapkan trimiristin
pada minyak pala. Trimiristin adalah lemak miristisin yang berbentuk kristal putih
kekuningan. (Ikan,1969).
Hasil minyak pala dengan kromatografi gas menunjukkan minyak pala hasil
ekstraksi dengan petroleum eter menunjukkan 17 puncak (Lampiran 1). Dimana
komponen utama minyak pala (miristisin) berada pada waktu retensi 12,173 menit
dengan kemurnian 8,54%. Dari 17 senyawa yang terdeteksi, terdapat 9 senyawa yang
menonjol. Senyawa – senyawa tersebut ditunjukkan oleh puncak 2,3,4,5,9,10,14,16 dan
17. Senyawa – senyawa tersebut yaitu; dengan waktu retensi 3,914 adalah α - Pinene,
12,40%.(Lampiran 2). Waktu retensi 4,765 menit adalah sabinene, 13,66%.(Lampiran
3). Waktu retensi 4,881 menit adalah β – Pinene,12,71%.(Lampiran 4).Waktu retensi
5,073 menit adalah β-Myrcene,6,06%.(Lampiran 5). Waktu retensi 6,398 menit adalah
Limonene,7,65%.(Lampiran 6).Waktu retensi 7,047 menit adalah ¥-
Terpinene,5,78%.(Lampiran 7). Waktu retensi 9,064 menit adalah
Terpineol,9,42%.(Lampiran 8). Waktu retensi 10,315 menit adalah
Safrol,6,50%.(Lampiran (9) dan waktu retensi 12,173 menit adalah
miristisin,8,54%.(Lampiran 10). Sebagaimana dikatakan oleh Albert Y Leung bahwa
miristisin yang terdapat dalam minyak pala adalah ± 4 – 8% dan lain – lain termasuk
jenis alkohol misalnya eugenol, methyleugenol.
1.2. Isolasi Miristisin.
Minyak pala yang didestilasi dengan destilasi fraksinasi sebanyak 299,40 gram
dengan tekanan 1 atmosfir pada suhu 80°C diperoleh dua fraksi sebagaimana
ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2. Hasil isolasi minyak pala
No Fraksi Tekanan,atm Suhu,°C Massa,gr
1. 2.
1 2
1 1
80 80
204,78 67,65
Ada 26,97 gram yang merupakan fraksi – fraksi kecil yang telah hilang/ terikut masuk
dalam selang vakum.
Fraksi berat (F2) kemudian diuji dengan GC,diperoleh 7 komponen dengan
kemurnian miristisin 36,756%.(Lampiran 11). Selanjutnya fraksi berat (F2) sebanyak
67,65 gram didestilasi lebih lanjut pada suhu 79°C,tekanan 1 atm diperoleh hasil dua
fraksi. Hal ini ditunjukkan oleh tabel 3.
Tabel 3. Hasil Redestilasi miristisin.
No Fraksi Tekanan,atm Suhu,°C Massa,gr
1. 2.
1 2
1 1
79 79
36,15 28,50
Fraksi 1 kemudian diuji dengan GC mengandung 10 komponen dengan kemurnian
miristisin 72,746%.(Lampiran 12) dan fraksi 2 dari hasil uji GC mengandung 6
komponen dengan kemurnian miristisin 91,057%.(Lampiran 13). Selanjutnya dilakukan
redestilasi terhadap fraksi 2. Hasil yang diperoleh ditunjukkan oleh tabel 4.
Tabel 4. Hasil Redestilasi Miristisin F2 (28,50 gr).
No
Fraksi Tekanan,atm Suhu,°C Massa,gr
1.
2.
1
2
1
1
102
126
3,83
24,08
Kedua hasil tersebut di atas kemudian di uji dengan GC diperoleh kemurnian
7,501% untuk fraksi 1 (F1). Lampiran 14 sedangkan Fraksi 2 (F2) dilanjutkan untuk
destilasi. Hasil kelanjutan redestilasi F2 (24,08 gr) ditunjukkan hasilnya pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Redestilasi Miristisin F2 (24,08 gr)
No Fraksi Tekanan,atm Suhu,°C Massa,gr
1. 2.
1 2
1 1
88 110
1,92 22,59
Hasil F2 yang diperoleh kemudian di uji dengan GC diperoleh kemurnian mirisitisin
92,035% (lampiran 15).
2. PEMBAHASAN
2.1 Aspek Teknologi
Isolasi miritisin dari minyak pala dengan cara destilasi fraksinasi merupakan metode
yang tepat hal ini telah diperlihatkan dari hasil penelitian, kromatogram fraksi 2 dengan
waktu retensi 16,724 menit kemurniannya 92,035% memberikan spectrum massa
dengan m/z yang sama dengan berat molekul miritisin yaitu 39,53, 65, 77, 91, 103, 119,
131, 147, 161, 177, 192 (puncak dasar). Spectrum massa menunjukkan fragmentasi
seperti Gambar 2.
CH2 – CH = CH2
OMe
O
O
CH2 – CH = CH2
OMe
O
O
e
m/z = 192
-OCH3
+
-Me
CH2 – CH = CH2
O:
O
O
m/z = 177
-OCH2
Gambar 2. Fragmentasi Senyawa Miristisin
CH2 – CH = CH2
OMe
O
O
m/z = 161
-OCH3
CH2 – CH = CH2
OMe
O
O
O
m/z = 131
-OCH3
+
+
+
CH2 – CH = CH2
O :
O
O
+
O
m/z = 147
-CO
m/z = 119
-CO
+
+ +
+
m/z = 103
+
Spektrum massa Gambar 2. Menunjukkan bahwa puncak ion molekuler pada m/z =
192 (M+) C11H12O3 dan sekaligus merupakan puncak dasar. Dari puncak ion molekuler
terjadi dua fragmentasi yang berbeda yaitu fragmen dengan m/z = 177 (M+ - 15)
C10H9O3 dengan melepaskan gugus metil dan fragmen dengan m/z = 161 (M+ - 31)
C10H9O2 dengan melepaskan gugus metoksi. Dari fragmen yang pertama dengan m/z =
177 diperoleh fragmen dengan m/z = 147 (C9H9O2) dengan melepaskan–OCH2,
dilanjutkan dengan lepasnya –OC untuk menghasilkan fragmen dengan m/z = 119.
Fragmen dengan m/z = 91 adalah tropilium (C7H7) diperoleh dengan melepaskan –CO
dari m/z = 119. Dari tropilium terjadi dua fragmentasi yang berbeda, yaitu fragmen
dengan m/z = 77 (C6H5) diperoleh dengan melepaskan –CH2 dan fragmen dengan m/z
= 65 (C5H5) dengan melepaskan gugus asitilen. Fragmen dengan m/z = 39 (C3H3)
diperoleh dengan pelepasan gugus asitilen dari fragmen dengan m/z = 65. Dari
fragmen yang kedua dengan m/z = 161 menghasilkan fragmen dengan m/z = 131
(C9H7O) yang dihasilkan dengan melepaskan –OCH2, kemudian dilanjutkan dengan
lepasnya –CO untuk menghasilkan m/z = 103 (C8H7) dari m/z = 131. Fragmentasi yang
diperoleh menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah miristisin.
2.2. Aspek Ekonomi
Potensi bahan baku biji pala yang digunakan tersebar di kepulauan Maluku,
dengan luas areal 10.918 ha dengan produksi 1.265 ton/ tahun. Dengan potensi ini,
mendukung kegiatan proses penyulingan biji pala menjadi minyak pala akan tumbuh
lebih banyak lagi di Maluku. Dari cara laboratorium, peneliti akan usahakan ke jenjang
pembuatan alat penyulingan minyak pala sesuai hasil yang diperoleh.Hal ini dapat
digambarkan dengan tekno ekonomi berikut ini :
I. Modal Alat Penyulingan dan Rumah Kerja
1. Biaya Material
Alat Penyulingan = Rp 7.500.000,-
Tungku = Rp 1.000.000,-
Rumah Kerja = Rp 3.000.000,-
2. Ongkos Kerja
+
Alat Penyulingan = Rp 1.250.000,-
Tungku = Rp 500.000,-
Rumah Kerja = Rp 350.000,-
= Rp 13.600.000,-
Alat destilasi fraksinasi
(kapasitas 5 kg minyak) = Rp 12.000.000,-
= Rp 25.600.000,-
II. Modal Kerja Untuk 1 bulan ( 25 hari kerja)
Bahan baku : 50 kg/ hari x 25 hari x Rp 50.000,-/ kg = Rp 62.500.000,-
Bahan bakar = Rp 500.000,-
= Rp 63.000.000,-
I + II , Untuk produksi minyak pala = Rp 76.600.000,-
Untuk produksi miristisin = Rp 88.600.000,-
III. Penjualan
Minyak pala yang dihasilkan, 16% x 1250 kg = 200 kg.
Harga jual minyak Rp 750.000,-/ kg = Rp 750.000,-/ kg x 200 kg
= Rp 150.000.000,-
Laba kotor per bulan = Rp 150.000.000,- - Rp 76.600.000,- = Rp 73.400.000,-
Laba kotor per tahun = 12 x Rp 73.400.000,- = Rp 880.800.000,-
Retribusi pasar 5% = 5% x Rp 880.800.000,- = Rp 44.040.000,-
Laba bersih per tahun = Rp 836.760.000,-
Miristisin yang dihasilkan 8.54% x 200 kg = 17,08 kg
Harga jual miristisin/ kg Rp 7.500.000,-/ kg
17,08 kg x Rp 7.500.000,-/ kg = Rp 128.100.000,-
Laba kotor Rp 128.100.000,- - Rp 88.600.000,- = Rp 39.500.000,-
Laba kotor per tahun 12 x Rp 39.500.000,- = Rp 474.000.000,-
Retribusi pasar 5%, 5% x Rp 474.000.000,- = Rp 23.700.000,-
Laba bersih per tahun = Rp 450.300.000,-
IV. Pay Out Return (Pengembalian Modal)
Minyak Pala, 76.600.000,- x 100% = 9,15 %
836.760.000,- = 1,1 bulan
Miristisin , 88.600.000,- x 100% = 19,68 %
450.300.000,- = 2,4 bulan
2.3 KEUNGGULAN/ KEMUNGKINAN DITERAPKAN DI IKM
Penelitian ini bisa dikembnagkan dan diterapkan ke dunia usaha. Hal ini ditunjang
dengan potensi alam yang ada dan teknologi proses penyulingan serta teknolgi proses
isolasi yang tersedia.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penenlitian disimpulkan bahwa :
Minyak pala dapat diperoleh dengan cara ekstraksi pelarut dengan
menggunakan petroleum eter
Rendamen miristisin dapat ditingkatkan 45 - 50% dengan menggunakan
petroleum eter dan etanol dan pemilihan biji pala yang tepat.
2. Saran
Dari hasil penelitiaan yang diperoleh perlu dilakukan redestilasi satu tahap lagi
untuk memperoleh miristisin diatas 92,035% (lebih murni lagi hingga 99.9%).
DAFTAR PUSTAKA
Amos dan Purwanto.N,2002, Hard Candy dengan Flavour dari Minyak Pala,www.geogle.com/http:/www.iptek.net.id
Anonimous,2000, Extracting Myristicin and Safrole from Nutmeg, Sputnik Drug
Information Zone,http:/www.geogle.com. Anonimous,2001, Myristicin, Mac millan Dictionary of Toxicology, Volume 1, 5 April
2001, http:/www.acs.org. Anonimous,2004, Minyak Atsiri – Hasil Geogle Books,http:/www.geoogle.co.id. Ikan. R,1969, Natural Product a laboratory Guide, Publishing Israel University Press
Yerusalem. Ivan Frans,M.D, J.J. Friedman, M.D, F.A.C.P,2001, New York State Journal of
Medicine,Vol. 1, 5 April 2001, http:/www.acs.com.
Lutony T.L dan Y. Rahmayati,2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri, Penerbit
Swadaya – Jakarta. Rismunandar,1990, Budidaya dan Tata Niaga Pala, Penerbit Swadaya. Sastrohamidjojo. H,2004, Kimia Minyak atsiri, Penerbit Gajah Mada University press. Suranto. H, 1993, Budidaya Pala, Komoditas Ekspor, Kanisius, Yogyakarta. Van Steerus. C. G.G.J,1987, Flora, Penerbit Pradnya Paramitha, Jakarta.