Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan program peningkatan produksi kentang di Indonesia. Serangan hama dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil serta daya saing produk kentang di pasar domestik dan global. Kehilangan hasil oleh hama tidak hanya terjadi di pertanaman, tetapi juga terjadi selama penyimpanan dan pengangkutan. Muncul dan berkembangnya permasalahan hama di suatu tempat, diakibatkan oleh kegiatan manusia dalam mengubah ekosistem, agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang terus berkembang. Populasi herbivora datang dan berbiak dengan cepat di suatu tempat karena tertarik oleh jenis makanan yang secara kualitas dan kuantitas sesuai dan melimpah. Penanaman secara monokultur yang terus menerus dan luas, pemasukan jenis tanaman baru, penanaman varietas tanaman unggul peka hama, dan penggunaan pupuk buatan menggunakan beberapa faktor pendorong peningkatan populasi herbivora. Dalam pengendalian hama pada tanaman kentang, dapat diterapkan berbagai macam cara teknik pengendalian seperti : pengendalian mekanik dan fisik, pengendalian dengan cara bercocok tanam, penggunaan varietas tahan hama, pengendalian hayati dengan musuh alami seperti parasitoid dan predator, pengendalian dengan peraturan, serta penggunaan pestisida botanik dan pestisida anorganik. Dalam menerapkan berbagai teknik pengendalian hama tersebut, sangat perlu didasarkan pada pengetahuan biologi dan ekologi hama yang memadai, sehingga dampaknya terhadap lingkungan hidup dapat dirasakan. Salah satu serangga hama yang dapat menyebabkan kehilangan hasil pada usaha tani kentang di Indonesia adalah hama Aphid. Aphid atau kutu daun hampir selalu ditemukan di areal pertanaman kentang yang ditanam pada sentra tanaman kentang di Indonesia. Rata – rata ukuran tubuh Aphid sangat kecil (1 – 2 mm), lunak umumnya berwarna hijau. Aphid mengisap cairan pada tanaman kentang yang menyebabkan tanaman kentang menjadi lemah. Selain itu Aphid mengeluarkan cairan seperti gula yang menguntungkan bagi pertumbuhan cendawan hitam pada daun. Aphid merupakan serangga vektor yang penting dalam penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh virus tanaman, karena sifat Aphid yang dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Aphid (kutu daun) terdiri dari 2 jenis/macam, yaitu aphid bersayap dan aphid tidak bersayap, dimana perbedaan keduanya terjadi dikarenakan terdapat kompetisi terhadap makanan. Jika populasi aphid di dalam satu rumpun tanaman kentang sangat banyak maka tubuh aphid ini akan membentuk sayap untuk memudahkan melakukan migrasi ke tempat yang lebih menguntungkan bagi aphid. Perpindahan (migrasi) aphid dapat terjadi sejauh 5 meter dalam satu hari apabila dilakukan dengan berjalan, sejauh 5 km perhari untuk aphid yang bersayap dan apabila dibantu oleh hembusan angin dapat mencapai 200 km per hari. Secara langsung, serangan aphid menyebabkan daun berkeriput, kekuningan, terpuntir, pertumbuhan tanaman terhambat, layu lalu mati. Secara tidak langsung kutu daun berperan sebagai vektor beberapa jenis penyakit virus.
11
Embed
Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang
Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas
hortikultura khususnya kentang, merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
program peningkatan produksi kentang di Indonesia. Serangan hama dapat menurunkan kuantitas dan
kualitas hasil serta daya saing produk kentang di pasar domestik dan global. Kehilangan hasil oleh
hama tidak hanya terjadi di pertanaman, tetapi juga terjadi selama penyimpanan dan pengangkutan.
Muncul dan berkembangnya permasalahan hama di suatu tempat, diakibatkan oleh kegiatan
manusia dalam mengubah ekosistem, agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang terus
berkembang. Populasi herbivora datang dan berbiak dengan cepat di suatu tempat karena tertarik oleh
jenis makanan yang secara kualitas dan kuantitas sesuai dan melimpah. Penanaman secara
monokultur yang terus menerus dan luas, pemasukan jenis tanaman baru, penanaman varietas
tanaman unggul peka hama, dan penggunaan pupuk buatan menggunakan beberapa faktor pendorong
peningkatan populasi herbivora.
Dalam pengendalian hama pada tanaman kentang, dapat diterapkan berbagai macam cara
teknik pengendalian seperti : pengendalian mekanik dan fisik, pengendalian dengan cara bercocok
tanam, penggunaan varietas tahan hama, pengendalian hayati dengan musuh alami seperti parasitoid
dan predator, pengendalian dengan peraturan, serta penggunaan pestisida botanik dan pestisida
anorganik. Dalam menerapkan berbagai teknik pengendalian hama tersebut, sangat perlu didasarkan
pada pengetahuan biologi dan ekologi hama yang memadai, sehingga dampaknya terhadap
lingkungan hidup dapat dirasakan.
Salah satu serangga hama yang dapat menyebabkan kehilangan hasil pada usaha tani
kentang di Indonesia adalah hama Aphid. Aphid atau kutu daun hampir selalu ditemukan di areal
pertanaman kentang yang ditanam pada sentra tanaman kentang di Indonesia. Rata – rata ukuran
tubuh Aphid sangat kecil (1 – 2 mm), lunak umumnya berwarna hijau. Aphid mengisap cairan pada
tanaman kentang yang menyebabkan tanaman kentang menjadi lemah. Selain itu Aphid mengeluarkan
cairan seperti gula yang menguntungkan bagi pertumbuhan cendawan hitam pada daun. Aphid
merupakan serangga vektor yang penting dalam penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh virus
tanaman, karena sifat Aphid yang dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya.
Aphid (kutu daun) terdiri dari 2 jenis/macam, yaitu aphid bersayap dan aphid tidak bersayap,
dimana perbedaan keduanya terjadi dikarenakan terdapat kompetisi terhadap makanan. Jika populasi
aphid di dalam satu rumpun tanaman kentang sangat banyak maka tubuh aphid ini akan membentuk
sayap untuk memudahkan melakukan migrasi ke tempat yang lebih menguntungkan bagi aphid.
Perpindahan (migrasi) aphid dapat terjadi sejauh 5 meter dalam satu hari apabila dilakukan dengan
berjalan, sejauh 5 km perhari untuk aphid yang bersayap dan apabila dibantu oleh hembusan angin
dapat mencapai 200 km per hari. Secara langsung, serangan aphid menyebabkan daun berkeriput,
kekuningan, terpuntir, pertumbuhan tanaman terhambat, layu lalu mati. Secara tidak langsung kutu
daun berperan sebagai vektor beberapa jenis penyakit virus.
Gambar 1. Aphid (kutu daun) yang tidak bersayap; Gambar 2. Aphid (kutu daun) yang bersayap
Gambar 3. Ciri dari empat macam kelas aphid
Klasifikasi aphid di Indonesia terdiri dari 4 kelas aphid, yaitu : 1). Aphis gossypii; 2). Myzus
persicae; 3). Mecrosiphum euphorbiae; 4). Acyrthosiphon solani. Utnuk membedakan ke empat macam
kelas aphid ini berdasarkan bentuk dan ukuran badan, bentuk kepala, panjang antena, bentuk dan
panjang cornnicle serta bentuk dari caudal / ekor.
1. Aphis gossypii (Kutu daun kapas)
Ciri – ciri :
- Bentuk kepala dan antena – tubercle kelihatan agak rata;
- Ukuran dan bentuk badan agak bulat besar jika dibandingkan dengan kelas – kelas yang
lainnya;
- Panjang antena agak pendek jika dibandingkan dengan M. euphorbiae dan A. solani;
- Cornicle bentuknya agak segitiga dan pendek;
- Bentuk ekor agak melebar;
- Warna kulit bisa berubah – ubah sesuai dengan keadaan cuaca yaitu hitam, hijau, hitam
kekuning – kuningan dan hijau kekuning – kuningan;
- Tempat tinggal pada tanaman di daun paling bawah (hampir dekat dengan tanah);
- Menularkan virus Potato Yellow Virus (PYV);
- Banyaknya larva yang dilahirkan rata – rata 7 – 14 ekor.