Top Banner
Laporan Praktikum Bakteriologi dan Mikrobiologi STERILISASI, TEKNIK ASEPTIK LABORATORIUM , MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN ISOLASI BAKTERI Oleh Kurnia Riwu Manu 1209011001 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
26

Identifikasi Bakteri

Feb 23, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Identifikasi Bakteri

Laporan Praktikum Bakteriologi dan Mikrobiologi

STERILISASI, TEKNIK ASEPTIK LABORATORIUM ,MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN ISOLASI BAKTERI

Oleh

Kurnia Riwu Manu 1209011001

Fakultas Kedokteran HewanUniversitas Nusa Cendana

Page 2: Identifikasi Bakteri

Kupang2013

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba

menggunakan mikroskop dapat digunakan dua cara yaitu mengamati

sel mikroba yang masih hidup tanpa diwarnai dan mengamati sel

mikroba yang telah mati dengan diwarnai. Untuk lebih mudah

dilihat sebaiknya bakteri diwarnai dengan zat warna, beberapa

zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri juga dapat digunakan

untuk mengamati struktur bagian dalam sel. Dengan adanya

pewarnaan terutama bakteri yang mempunyai sel dengan ukuran

yang retif kecil akan lebih mudah terlihat di bawah mikroskop

dengan menggunakan lensa objektif minyak imersi yang mempunyai

tingkat pembesaran yang relatif tinggi.

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat

sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga

transparan dan sangat kecil. Selain itu bakteri yang hidup

akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut

disuspensikan. Sedangkan, untuk mengatasi hal tersebut maka

Page 3: Identifikasi Bakteri

dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel

dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik

pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang

paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip

dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara

komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari

pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena

adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada

pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan

pewarna asam dan pewarna basa.

Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil

isolasi mula-mula diamati morfologi sel secara mikroskopik

melalui pengecetan atau pewarnaan, salah satunya adalah dengan

pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur

yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri.

Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain

sifat gram, bentuk sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau

metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan

spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram positif dan

gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisika dinding sel

mereka, metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan

denmark hans Christian gram 1884. Pewarnaan Gram dibagi

menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena menggunakan lebih

dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena

pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau membedakan bakteri,

sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram

negatif dan Gram positif.

Page 4: Identifikasi Bakteri

1.2.   Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah

Utuk mengetahui dan memahami teknik pewarnaan

mikroba.

Untuk membedakan bakteri gram positif dan gram

negatif.

1.3 TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran

bakteri sangat kecil,  bentuk tubuh bakteri baru dapat

dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran

1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki

panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat

berukuran 100 kali lebih panjang dari pada sel spesies

yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran

antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam

yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih

sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat

pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan

jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan

struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri

dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris),

atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat

bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk

Page 5: Identifikasi Bakteri

bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam

bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan

sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri

dengan zat warna, serta meningkatkan kontras

mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna

pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu

pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan

pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau

jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan

tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan,

yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.

Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara

sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut

teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).

Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram

terbagi dua golongan, yaitu: Gram positif , bila warna

zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap

bertahan, dengan demikian warna se bakteri tampak ungu

tua; dan Gram negatif, bila warna zat pewarna

pertama  tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat

pewarna tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan

oleh zat pewarna tandingan lainnya. (Razali, 1987)

             Penyebab terjadinya dua golongan bakteri

yaitu Gram positif dan Gram negatif ialah setelah diberi

zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur

dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara

kedua golongan itu dapat merupakan hal yang penting;

dinding sel bakteri Gram negatif  pada umumnnya lebih

Page 6: Identifikasi Bakteri

tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi

kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi

daripada Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen

pengecatan menunjukkan bahwa perlakuan dengan alkohol

mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau

permeabilitas dinding sel meningkat. Dengan demikian,

kompleks karbol gentian violet dan lugol dapat disari

keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan

lain yang hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan

permeabilitas antara kedua golongan bakteri itu, yaitu

pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh

lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih

sedikit daripada bakteri gram posiif. Pori-pori dalam

peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup

besar untuk dapat disari keluar kompleks karbol gentian

violet dan lugol. Selanjutnya, bila sel-sel Gram positif

diperlakukan dengan lisozim untuk menyingkirkan dinding

selnya, sisa strukturnya yang disebut protoplas atau sel

tanpa dinding akan tercatat juga oleh kompleks karbol

gentian violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah

dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag menjadi

tempat tertahannya zat pewarna pertama yaitu karbol

gentian violet. (Razali, 1987)

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang

salah satu ionnya berwarna. Senyawa-senyawa kimia ini

berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya

dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda.

Page 7: Identifikasi Bakteri

Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan

bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan

yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan

positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika

warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna

asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue,

safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya

pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO. Zat

warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih

cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna

basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel.

Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat,

intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup

(Sutedjo, 1991).

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion

antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif

dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat

terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen

seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga macam metode

pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan

diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana

menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial

memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen.

Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang paling

umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsl, 2008).

Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif

dan ion negatif, salah satu di antaranya berwarna. Pada

Page 8: Identifikasi Bakteri

zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion

positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna

akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna-Na+).

Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang

menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat

dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika

bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat

bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna

basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah

beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan.

Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif

bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat

pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada

daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak

berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk &

Wheeler, 1993).

Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang

dokter kebangsaan Denmark Christian Gram (membuat zat

pewarna khusus) pewarna tersebut merupakan pewarna

differensial karena dapat membagi bakteri menjadi dua

kelompok fisiologi, yang akan memudahkan untuk

identifikasi. Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini

adalah memberi pewarna kristal violet, setelah 1 menit

dibilas dan kemudian akan diberikan pewarna yodium,

setelah satu menit dibilas dan kemudian akan diberi

laputan alkohol 95% selama 30 detik, kemudian dibilas dan

diberi pewarna safranin atau bismarck (untuk buta warna

merah) selama 1 menit. Zat pewarna kristal violet dan

Page 9: Identifikasi Bakteri

yodium akan membentuk senyawa yang kompleks. Beberapa

bakteri akan melepaskan zat pewarna dengan mudah apabila

dicuci dan beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan

bertahan walaupun dicuci dengan alkohol 95%. Bakteri gram

positif akan terwarna ungu (kristal violet) dan bakteri

gram negatif akan terwarna merah (safranin) (Umsl, 2008).

Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan

adalah pewarnaan Gram dan Ziehl Nelsen. Pewarnaan

tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan

karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat

mengidentifikasi penyakit infeksi. Prosedur pewarnaan

Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu

ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri akan

berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol. Bakteri Gram

positif membentuk kompleks Kristal iodine yang berwarna

biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif

akan berwarna ungu. Contoh bakteri Gram positif adalah

Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia,

Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus,

Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri Gram negatif

akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin

akan memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif.

Contoh bakteri Gram negative adalah Neisseria,

Klebesiella, Vellonella, Shigella, Salmonella,

Hemophillus, dll (Cappuccino & Sherman, 1983).

Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen.

Bakteri terbagi atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan

ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Page 10: Identifikasi Bakteri

Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan

bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar, berupa

pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan

jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci warna

(decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar

tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen

dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan

tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat

mengikat warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen

terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak

tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang

terlihat pada hasil akhir tetap warna dasar. Larutan yang

biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan iodium, alkohol

dan safranin (Tracy, 2005).

Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang

tinggi pada dinding sel bakteri Gram negatif. Sehingga

jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka pori-

pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini

menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna. Sedangkan

bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi selama

pemberian alcohol. Hal ini akan mengecilkan pori‐pori

sehingga menghasilkan kompleks kristal iodium. Bakteri

Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan

peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas

dinding selnya menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram

negatif hanya memiliki 1-2 lapisan peptidoglikan sehingga

memiliki permeabilitas dinding sel yang lebih besar.

Pewarnaan Gram terdiri atas Gram A (violet) (Kristal

Page 11: Identifikasi Bakteri

violet, Aalkohol, Ammonium oksalat, Aquades), Gram B

(cokelat) (Iodium, Kalium iodide, Aquades), Gram

C (Aseton, Alcohol), Gram D (merah) (Safranin, Alcohol,

Aquades) (Madigan, 2003).

Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat

dikategorikan sebagai berikut: pewarnaan sederhana,

pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan

tahan asam), pewarnaan khusus untuk melihat struktur

tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan

kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan

bakteri (pewarnaan Neisser (granula volutin), pewarnaan

yodium (granula glikogen) dan  pewarnaan

negatif  (Gozali, 2009)

Page 12: Identifikasi Bakteri

BAB II

METODOLOGI

ALAT

1. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Jarum Inokulum

Tabung

Cawan petri

Objek glass

Mikroskop

Pipet tetes

Pembakar bunsen

Tisue

Kertas label

BAHAN

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Alkohol

Pewarna safranin, iodin, Cristal violet

Akuades

Page 13: Identifikasi Bakteri

CARA KERJA

Bersihkan object glass dengan tisue

Jika perlu, tuliskan kode atau nama bakteri pada

sudut object glass

Biakan pada cawan petri dipindahkan dengan jarum

inokulum, satu ulasan saja kemudian diberi akuades

dan disebarkan supaya sel merata.

Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya

dengan api bunsen (lewatkan diatas api 2-3 kali)

Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya

ditetesi dengan pewarna (dapat digunakan Methhylen

blue, Safranin, Cristal Violet) dan tunggu kurang lebih 30

detik.

Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas

tissue

Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100x10).

Page 14: Identifikasi Bakteri

BAB III

PEMBAHASAN

Pewarnaan gram

Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang

dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan

identifikasi mikroorganisme.  Morfologi mikroskopik

mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap

pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk

identifikasi awal. 

Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan

gram negative, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap

tinta safranin atau Kristal violet. Contoh dari bakteri gram

positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus,

Page 15: Identifikasi Bakteri

sedangkan bakteri gram negative misalnya adalah Eschericia

Coli. Pada praktikum kali ini akan diamati bakteri gram

negative yaitu Eschericia Coli.

Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai

maupun mengakhiri sebuah pekerjaan di laboratorium dengan

menggunakan teknik aseptik. Alkohol 70% yang disemprotkan pada

tangan, kaca preparat dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya

harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut

berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan

agar mendapatkan pengukuran yang akurat.

Pada proses pewarnaan gram, harus gelas obyek yang bersih.

Pembersihan ini dilakukan supaya gelas obyek bebas lemak dan

debu. Pembersihan biasanya  menggunakan alkohol. Setelah di

cuci kemudian di beri satu tetes aquades pada permukaan gelas

obyek. Kultur bakteri murni diambil dan diratakan diatas kaca

obyek. Pengambilan kultur bakteri tidak diambil terlalu

banyak, karena jika terlalu banyak akan sulit diratakan dan

apabila kultur bakteri tidak dapat diratakan tipis-tipis maka

bakteri akan tertimbun hal ini akan mengakibatkan pemeriksaan

bentuknya satu per satu menjadi tidak jelas.

Apabila sudah kering, dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan

diatas nyala api. Proses fiksasi dilakukan supaya bakteri

benar-benar melekat pada kaca obyek sehingga olesan bakteri

tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu

diperhatikan dalam proses fiksasi adalah bidang yang

mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.

Page 16: Identifikasi Bakteri

Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan larutan

gram A (methylene blue) sebanyak 1-2 tetes dan dibiarkan

selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan

dibiarkan sampai kering dengan cara dianginkan dan menggunakan

tissue untuk mengeringkan bagian bawah objek gelas. Pencucian

dengan air bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna dari

methylen blue.

Kemudian ditambahkan larutan yodium, merupakan larutan yang

berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna

oleh bakteri sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri lebih

kuat, memperjelas warna dari zat warna tersebut, mempersulit

pelarutan zat warna. Pada pewarnaan gram, penambahan larutan

iodin menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks. Tanpa

penambahan iodin, zat warna methylene blue akan larut saat

penambahan larutan alkohol. Lalu dibiarkan selama 1 menit

untuk dibilas kembali dengan aquades. Akibat pemberian iodin,

maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih

kuat).

Alkohol 95% ditambahkan atau diteteskan pada biakan bakteri

untuk melakukan penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan

pewarnaan biru dari komplek methylen blue dan KI pada gram

negatif, Larutan ini juga berfungsi untuk melarutkan lipida

pada membrane bakteri gram negatif yang akan menyebabkan pori-

pori sel membesar sehingga meningkatkan daya larut

persenyawaan methylene blue.Perlakuan ini dilakukan tidak

membutuhkan waktu yang lama atau secepat mungkin untuk

melakukan pembilasan dengan aquades. Kemudian dilakukan

pengeringan.

Page 17: Identifikasi Bakteri

 Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan safranin (gram D)

sebanyak 2 tetes dan diamkan selama 30 detik. Gram D merupakan

cat yang terdiri dari campuran  safranin 0, 25 gram , etil

alkohol 95% 10 ml, dan akuades 90 ml. Pada bakteri gram

negatif penambahan safranin akan menyebabkan warna bakteri

berubah menjadi merah karena warna biru yang dihasilkan

oleh methylene blue telah luntur dengan lisisnya membran sel

sehingga safranin dapat terikat. Oleh sebab itu, gram D atau

zat pewarna kedua berfungsi sebagai pembeda terhadap zat warna

kristal violet (Lay, 1994).  Kemudian cuci dengan air mengalir

dan kering dianginkan, Cat ini berwarna merah.  Cat ini

merupakan cat sekunder atau kontras.  Cat ini berfungsi untuk

memberikan warna mikroorganisme non target.  Cat sekunder

mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat

primer. Kemudian preparat dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan lalu dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri,

menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar

permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam

sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri

gram negatif Eschericia Coli. Perbedaan dasar antara bakteri

gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

Penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram

negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel.

Bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop,

diidentifikasi bakteri E.coli yang mempunyai bentuk coccus dan

berwarna merah, bakteri ini digolongkan ke dalam bakteri gram

Page 18: Identifikasi Bakteri

negatif, karena menunjukkan ciri-ciri dari bakteri gram

negatif yaitu mampu mengikat warna merah. Bakteri E.Coli

struktur sebenarnya berbentuk basil (batang) tetapi karena

bakteri yang dilihat telah terkontaminasi oleh bakteri lain

maka bakteri yang dilihat tersebut berbentuk coccus (bulat) .

Hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan berhasil dan benar,

karena berdasarkan literatur yang ada bakteri E.coli merupakan

golongan bakteri gram negatif.

Uji Katalase

Bakteri katalase positif seperti E.Coli bisa menghasilkangelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2

(hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan olehbakteri itu sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satuhasil respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasitersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karenabersifat toksik bagi bakteri itu sendiri. Oleh karena itu,komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi.

Bakteri katalase negatif tidak menghasilkan gelembung-gelembung. Hal ini berarti H2O2 yang diberikan tidak dipecaholeh bakteri katalase negatif, sehingga tidak menghasilkanoksigen. Bakteri katalase negatif tidak memiliki enzimkatalase yang menguraikan H2O2.

Mekanisme enzim katalase memecah H2O2 yaitu saat melakukanrespirasi, bakteri menghasilkan berbagai macam komponen salahsatunya H2O2. Bakteri yang memiliki kemampuan memecah H2O2

dengan enzim katalase maka segera membentuk suatu sistempertahanan dari toksik H2O2 yang dihasilkannya sendiri. Bakterikatalase positif akan memecah H2O2 menjadi H2O dan O2 dimanaparameter yang menunjukkan adanya aktivitas katalase tersebutadalah adanya gelembung-gelembung oksigen seperti padapercobaan yang telah dilakukan.

Page 19: Identifikasi Bakteri

KESIMPULAN

Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba

menggunakan mikroskop dapat digunakan dua cara yaitu

mengamati sel mikroba yang masih hidup tanpa diwarnai dan

mengamati sel mikroba yang telah mati dengan diwarnai.

Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil

isolasi mula-mula diamati morfologi sel secara

mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah

satunya adalah dengan pewarnaan gram.

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat

bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk

bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam

bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan

sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri

dengan zat warna, serta meningkatkan kontras

mikroorganisme dengan sekitarnya.

Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram

positif dan gram negative, tergantung dari reaksi dinding

sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet.

Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif

adalah pada komponen dinding selnya.

Bakteri katalase positif bisa menghasilkan gelembung-

gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen

peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh

bakteri itu sendiri.

Page 20: Identifikasi Bakteri

Bakteri katalase negatif tidak menghasilkan gelembung-

gelembung.

LAMPIRAN

1. Fungsi uji katalase adalah untuk membedakan genus

Jawab : Stafilokokus dari genus streptokokus.

2. Bagaimana prinsip kerja uji katalase?

Jawab : Bakteri katalase positif seperti E.Coli bisa

menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena adanya

pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang

dihasilkan oleh bakteri itu sendiri.

Bakteri katalase negatif tidak menghasilkan gelembung-

gelembung. Hal ini berarti H2O2 yang diberikan tidak dipecah

oleh bakteri katalase negatif, sehingga tidak menghasilkan

oksigen.

Page 21: Identifikasi Bakteri

3. Agar darah adalah media diferensial karena

Jawab : Darah agar memungkinkan membedakan bakteri

berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah

merah.

4. Apa yang dimaksud dengan double zone hemolysis?

Jawab : Tempat/daerah pecahnya membran eritrosit.

Yang dimaksud dengan :

#Hemolisis alpha adalah berarti enzim bakteri hanya

memecah sebagian sel-sel darah.

Ditandai dengan : Hasil di media menunjukkan /

kekuningan kehijauan / perubahan warna kecoklatan di

sekitar koloni, menunjukkan hemolisis tidak lengkap.

#Hemolisis beta adalah Alpha hemolisis (α-hemolisis)

berarti bahwa enzim bakteri hanya memecah sebagian sel-

sel darah.

Ditandai dengan : Hasil di media menunjukkan /

kekuningan kehijauan / perubahan warna kecoklatan di

sekitar koloni, menunjukkan hemolisis tidak lengkap.

#Hemolisis beta berarti bahwa enzim bakteri melisiskan

sel-sel darah secara total.

Page 22: Identifikasi Bakteri

Ditandai dengan : Hasil pola β-hemolisis di media

menampilkan lingkaran jernih yang jelas di sekitar koloni

bakteri.

#Hemolisis gamma adalah Gamma hemolisis yang pada

dasarnya adalah tidak hemolisis sama sekali, bahwa

bakteri tidak berpengaruh pada sel-sel darah merah dan

tidak ada perubahan warna medium.

Ditandai dengan : Tidak terjadi hemolisis.

5. Manitol Salt Agar (MSA) adalah media selektif karena

menghambat pertumbuhan

Jawab : bakteri lain

6. Bahan penghambat didalam media ini adalah

Jawab : NaCl

7. Fungsi uji koagulase adalah

Jawab : Tes koagulase bertujuan untuk membedakan bakteri

Staphyloccocus aureus dengan Staphyloccocus lain yang

tidak patogen.

8. Bagaimana prinsip uji koagulase ?

Jawab : Pada kultur yang menunjukkan katalase positif

akan terbentuk O2 dan gelembung udara.

9. Pada uji CAMP, apa yang menyebabkan terjadinya zone

hemolisis berbentuk mata panah jika hasil ujian ini

positif ?

Jawab : Terinfeksi bakteri

10. Apa tujuan utama penggunaan media MC Conkey agar ?

Page 23: Identifikasi Bakteri

Jawab : Media selektif untuk isolasi dan identifikasi

bakteri Gram negatif terutama bakteri yang berasal dari

tinja dan urin. Media MacConkey Agar membedakan bakteri

yang memfermentasi laktosa, (berkoloni merah muda) dengan

yang nonfermentasi (tidak berwarna).

11. Apa zat penghambat yang terdapat dalam MCA ?

Jawab : zat penghambat berupa NaCl.

12. Bakteri apa yang dihambat pertumbuhannya ?

Jawab : bakteri gram negatif misalnya koloni bakteri

proteus.

13. Apa tujuan uji H2S/KIA ?

Jawab : uji untuk melihat H2S yang dibebaskan oleh

bakteri

14. Bagaimana prinsip reaksi pembentukan H2S ?

Jawab :

15. Mengapa konsentrasi glukosa pada KIA lebih rendah

dari konsentrasi laktosa ?

16. Mengapa pengamatan harus dilakukan antara 18-24

jam ?

17. Bagaimana pertumbuhan bakterii motil pada media

semi-solid ?

Jawab : pertumbuhan menyebar dari daerah tusukan.

18. Bagaimana pertumbuhan bakteri non motil pada media

semi-solid ?

Jawab : pertumbuhan hanya pada daerah tusukan.

19. Bagaimana terjadinya peningkatan pH media pada uji

Sitrat yang meyebabkan terjadinya perubahan warna media

dari hijau menjadi biru ?

Page 24: Identifikasi Bakteri

Jawab : peningkatan pH media pada uji Sitrat yang

meyebabkan terjadinya perubahan warna media dari hijau

menjadi biru yang berarti hasil uji positif, bakteri

menggunakan sitrat sebagai satu-satu nya sumber karbon.

20. Pada uji urea bagaimana prinsip reaksi biokimia yang

menyangkut hidrolisa urea ?

Jawab : jika warna merah muda maka hasil uji positif yang

berarti bakteri menghasilkan urease yang mampu

menghidrolisa urea. Dan jika berwarna kuning, hasil uji

nya negatif yang artinya bakteri tidak menghasilkan

urease.

21. Pada uji fermentasi, uji manakah yang tidak mungkin

didapatkan ?

a.A/G b.A/- c.-/- d.-/G

jawab : d.-/G

22. Mengapa hasil uji tersebut tidak mungkin terjadi ?

Jawab : karena karbohidrat yang difermentasi akan

membentuk gas, sedangkan -/G tidak terbentuk gas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Identifikasi Bakteri

Hadioetomo, R. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.Pelczar & Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : Universitas Indonesia.Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.Gozali, Amir, 2009, Pewarnaan

Gram, http://www.gozali.blogspot.com/ gram/pewarnaan-gram-

prinsip.html . Diakses pada tanggal 14 April 2012.

Hadiotomo, Ratna Siri., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam

Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.

Lay, B.W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja

Grafindo Persada : Jakarta.

Page 26: Identifikasi Bakteri