IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPIA. TUJUANTujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan dapat membedakan
macam-macam amilum yang umum digunakan dalam sediaan farmasi.B.
BAHAN1. Klasifikasia. Jagung ( Purwono dan Rudi, 2005)Regnum:
PlantaeDivisio: SpermatophytaClass: Monocotyledoneae Ordo:
GraminaeFamili: GraminaceaeGenus: ZeaSpesies: Zea mays L.b. Kentang
( Setiadi, 2009)Regnum: PlantaeDivisio: SpermatophytaClass:
Dicotyledoneae Ordo: SolanalesFamili: SolanaceaeGenus:
SolanumSpesies: Solanum tuberosum L.c. Padi Regnum: PlantaeDivisio:
SpermatophytaClass: MonocotyledoneaeOrdo: PoalesFamili:
GraminaeGenus: OryzaSpesies: Oryza sativa L.d. Sagu (Dalimartha,
1999)Regnum: plantaeDivision: magnoliphytaClass: liliopsidaOrdo:
arecalesFamily: arecaceaeGenus: MetroxylonSpesies: Metroxylon sagu
Rottb.e. Ubi (Tjitrosoepomo, 2001)Regnum : PlantaeDivisio :
SpermatophytaSubdivisio: AngiospermaeClass : DicotyledonaeOrdo :
EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : ManihotSpecies : Manihot
utilisima2. Deskripsi tanamana. Jagung (Zea mays)Jagung
merupakantanaman semusim(annual). Tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6 m. Jagung termasuk tanaman bijinya berkeping
tunggalmonokotil, jagung tergolong berakar serabut yang dapat
mencapai kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada
kisaran 20 cm. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun
yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya
memanjang. Antarapelepahdanhelai daunterdapatligula. Tulang daun
sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter. Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
disebutfloret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam
tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun.b. Kentang (Solanum tuberosum)Tumbuhan terna dengan banyak
cabang, tegak, umbi berbentuk membulat hingga menjorong, warnanya
sangat beragam, kulit umbi bersisik atau halus, biasanya terdapat
beberapa mata tunas. Batang biasanya berongga, bersayap. Daun
berseling, bertangkai, majemuk menyirip gasal, dengan atau tanpa
banyak pinak daun, pinak daun samping berhadapan atau berseling,
membundar telur hingga menjorong-membundar telur, pinak daun yang
terkecil agak duduk, berbentuk membundar telur hingga agak
membundar, pinak daun ujung biasanya yang terbesar. Semua pinak
daun berbulu padat, berwarna hijau gelap, berurat daun menyirip.
Perbungaan malai. Bunga putih atau putih ditutupi dengan merah
jambu atau ungu, ditengah kuning kehijauan; kelopak menggenta,
bagian luar berbulu; mahkota bagian luar berbulu. Buah buni agak
membulat, berwarna hijau-kuning, berbiji banyak, beracun. Biji
pipih, berbentuk agak membundar hingga membundar telur, berwarna
kuning pucat kecoklatan.c. Padi (Zea mays)Rumput semusim, tingginya
50-130 cm. Akar berserabut, batang tegak, tersusun dari deretan
buku-buku dan ruas, jumlahnya tergantung pada kultivar dan musim
pertumbuhannya; masing-masing buku dengan daun tunggal,
kadang-kadang juga dengan akar, ruas biasanya pendek pada pangkal
tanaman. Daun dalam 2 peringkat; pelepah saling menutupi satu sama
lain membentuk batang semu, terakhir membungkus ruas; helaian daun
memita. Perbungaan malai, di ujung ranting, buliran tunggal,
melonjong sampai melanset, berisi bunga biseksual tunggal. Buah
jali bervariasi dalam ukuran, bentuk dan warna, membulat telur,
menjorong atau menyilinder, seringkali berwarna kuning keputihan
atau coklat.d. Sagu (Metroxylon sagu) (Harsanto, 1986)Tinggi batang
10-15 m, tebal kulit 2-3 cm. daunnya berwarna hijau tua dengan
tangkai daun berwarna hijau kekuningan. Panjang tangkai daun
sekitar 6,85 m, sedangkan panjang pelepah daun sekitar 2,71 m,
tangkai daun berduri pada pangkal sampai ujung pinggiran daun. Pada
anakan sagu, durinya sangat banyak dan rapat. Setiap tangkai daun
terdiri atas 100-200 helai daun dengan panjang 151-155 cm, dan
lebar 8,1 sampai 9,1 cm. termasuk tumbuhan monokotil.Habitat
:Tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah khatulistiwa, di daerah
tepi pantai dan sepanjang aliran sungai pada ketinggian 300-700 m
di atas permukaan laut.e. Ubi (Manihot utilisima)Perdu, bisa
mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang
dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbiakar
yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm
dan panjang 50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam
umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak
tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala
kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia. Umbi
ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun
sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat
pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.
3. Deskripsi simplisiaa. Jagung (Zea mays)Dengan pembesaran 15 X
10, tidak punya lamella (tidak terlihat), Bentuk amylum maydis ini
berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat,kemudian
terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga atau celah.b.
Kentang (Solanum tuberosum)Didalam mikroskop yang pembesarannya 40X
amylum solani ini berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau
bulat telur, terdapat butir pati juga lamella tapi tidak terlihat
jelas.c. Padi (Oryzae sativa)Bentuk amylum oryzae dalam mikroskop
dengan pembesaran 15 X 10 yaitu butir bersegi banyak, tunggal atau
majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang
tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella.d. Sagu
(Metroxylon sagu)Bentuk amylum sago dalam mikroskop dengan
pembesaran 15 x 10 yaitu butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk
bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang terlihat
jelas dan tidak terdapat lamella.e. Ubi (Manihot utilisima)Amylum
manihot yang kami amati dari mikroskop dengan pembesaran 15 X
10kami dapat melihat bentuknya yang berupa butir tunggal,butir agak
bulat atau bersegi banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga
hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi tidak
jelas,yang berupa butir majemuk sedikit.5IDENTIFIKASI AMILUM SECARA
KIMIAWI DAN MIKROSKOPI ISTAR FEBRIANTIMUHAMMAD MAHFUDZF1F1 12 036C.
HASIL PENGAMATAN1. Identifikasi Secara KimiawiNo.AmilumPerubahan
warna
Sebelum dipanaskanSetelah dipanaskan
1.Jagung + I2Biru kehitaman
Putih
2.Kentang + I2 Biru kehitaman
Putih
3.Beras + I2 Biru kehitaman
Putih
4.Sagu + I2 Biru kehitaman
Putih
5.Ubi + I2Biru kehitaman
Putih
2. 3. Identifikasi Secara MikroskopiNo.SimplisiaMikroskopis
1.Jagung (Zea mays L.)
Amilum jagung asli
Amilum jagung pabrik
Butir bersegi banyak, tunggal/majemuk bentuk bulat telur. Hilus
di tengah tidak terlihat jelas. Tidak ada lamella. Pada amilum
jagung asli terdapat lebih banyak butir amilum dibanding amilum
jagung yang diproduksi pabrik.
2.Kentang(Solanum tuberosum L.)Butir tunggal, tidak beraturan
atau bulat telur. Butir majemuk jarang, terdiri 2-4. Hilus berupa
titik pada ujung yang sempit. Lamella konsentris jelas.
3.Beras(Oryza sativa L.)Amilum beras asli
Amilum beras pabrikButir bersegi banyak, tunggal atau majemuk
bentuk bulat. Hilus di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada
lamella konsentris. Pada amilum beras asli terlihat butiran amilum
yang lebih besar dibanding amilum beras yang diproduksi pabrik.
4.Sagu(Metroxylon sagu Rottb.)Butiran bulat atau butir telur,
tunggal. Amilum bertipe kosentrik, terdapat hilus dan lamela, namun
hilus dan lamelanya tidak terlalu jelas kelihatan.
5.Ubi (Manihot utilisima)Amilum ubi asli
Amilum ubi pabrikButir tunggal, agak bulat/bersegi banyak. Hilus
di tengah berupa titik, garis lurus/bercabang 3. Lamella tidak
jelas, konsentris. Butir majemuk sedikit, terdiri dari 2/3 butir
tunggal bentuk tidak sama.Pada amilum ubi asli terlihat terdapat
lebih banyak dan rapat butiran amilum dibanding amilum yang
diproduksi oleh pabrik.
D. PEMBAHASANAmilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum
sering disebut juga dengan sebutan pati. Pati merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan
manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Amilum mempunyai rumus molekul (C6H10O5)n, densitas 1.5 g/cm3.
Dalam air dingin amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi
dalam air dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental,
memberikan warna ungu pekat pada tes iodin dan dapat dihidrolisis
dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa.Pati tersusun
dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera)
sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Pati atau amilum
berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter
berkisar antara 5-50 nm, banyak terkandung dalam beras, gandum,
jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan
banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti
singkong, kentang atau ubi. Secara umum, amilum terdiri atas hilus
dan lamella. Hilus atau hilum merupakan titik initial atau
permulaan terbentuknya amilum, sedangkan lamella merupakan
garis-garis yang mengelilingi hilus. Lamella ini terbentuk karena
perbedaan kadar air selama perkembangan amilum, sehingga terlihat
seperti garis melengkung. Amilum tiap tumbuhan memiliki
karakteristik tersendiri yang menjadi ciri tiap tumbuhan.
Berdasarkan letak hilusnya, amilum dapat dibedakan menjadi amilum
kosentris, jika hilus berada di tengah, dan amilum eksentris, jika
hilus berada di tepi. Berdasarkan jumlah hilusnya, amilum dapat
dibedakan menjadi butir amilum tunggal, setengah majemuk, dan
majemuk. Disebut butir amilum tunggal jika pada sebutir amilum
terdapat sebuah hilus, disebut butir amilum setengah majemuk jika
terdapat dua hilus yang masing-masing dikelilingi oleh lamella,
tetapi kemudian terbentuk lagi lamella yang mengelilingi
seluruhnya, dan disebut amilum majemuk jika tiap butir mempunyai
lebih dari satu hilus dan hilus-hilus ini dikelilingi oleh lamella
masing-masing. Karakteristik ini dapat diketahui dengan melakukan
identifikasi terhadap amilum.Pada percobaan ini, dilakukan
identifikasi terhadap amilum dari segi mikroskopis dan secara
kimiawi. Secara mikroskopis bertujuan untuk mengetahui bentuk dan
tipe amilum pada masing-masing sampel. Identifikasi ini dilakukan
dengan mengamati serbuk pati yang telah diberi air menggunakan
mikroskop. Sedangkan secara kimiawi, bertujuan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya karbohidrat dalam amilum
masing-masing sampel. Sampel yang diidentifikasi amilumnya adalah
amilum jagung, padi, sagu, ubi, dan kentang.Identifikasi secara
mikroskopis dilakukan dengan membasahi serbuk pati pada object
glass dan ditutup dengan deck glass kemudian diamati menggunakan
mikroskop. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa amilum jagung
memiliki butir bersegi banyak dengan jumlah hilus tunggal atau
majemuk yang berbentuk bulat telur. Tipe hilusnya adalah kosentris
dan tidak terlihat jelas. Tidak tedapat lamella. Pada amilum jagung
asli terdapat lebih banyak butir amilum dibanding amilum jagung
yang diproduksi pabrik. Pada amilum kentang butir amilum ada yang
tunggal dengan bentuk tidak beraturan atau bulat telur dan butir
majemuk jarang yang terdiri 2-4 hilus pada satu butir amilum. Hilus
berupa titik pada ujung yang sempit (eksentris) dan lamella
konsentris jelas. Pada amilum beras/padi, butir amilumnya bersegi
banyak, tunggal atau majemuk dengan bentuk bulat. Hilus berada di
tengah (kosentris) tidak terlihat jelas, tidak ada lamella
konsentris. Pada amilum beras asli terlihat butiran amilum yang
lebih besar dibanding amilum beras yang diproduksi pabrik. Pada
amilum sagu, butirannya bulat atau butir telur, tunggal. Amilumnya
bertipe kosentrik, terdapat hilus dan lamela, namun hilus dan
lamelanya tidak terlalu jelas kelihatan. Pada amilum ubi, butir
amilumnya merupakan butir tunggal, agak bulat/bersegi banyak.
Hilusnya berada di tengah berupa titik (kosentris), garis
lurus/bercabang 3. Lamella tidak jelas dan konsentris. Butir
majemuk sedikit, terdiri dari 2/3 butir tunggal dengan bentuk yang
tidak sama. Pada amilum ubi asli terlihat terdapat lebih banyak dan
rapat butiran amilum dibanding amilum yang diproduksi oleh
pabrik.Pada identifikasi secara kimiawi, serbuk pati sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan akuades.
Namun, karena pati tidak dapat melarut dalam air dingin, maka
larutan pati dipanaskan pada suhu 1000C agar pati atau amilum
menjadi larut sempurna. Larutan amilum kemudian didinginkan hingga
mencapai suhu konstan dan ditambahkan beberapa tetes larutan Iodium
(I2). Penambahan ini berfungsi untuk mengidentifikasi ada tidaknya
kandungan karbohidrat dalam amilum sampel. Parameter adanya
karbohidrat ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru
hingga biru kehitaman. Semakin banyak kandungan karbohidrat dalam
amilum, maka warnanya semakin biru kehitaman. Timbulnya warna ini
disebabkan karena terbentuknya kompleks antara amilum pada sampel
dengan iodium yang menyebabkan warna larutan yang mengandung
karbohidrat berubah menjadi biru. Pada sampel amilum yang
diidentifikasi, amilum padi, jagung, ubi, kentang, dan sagu
mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman setelah ditetesi
larutan I2. Perubahan warna ini menunjukkan adanya karbohidrat yang
terkandung dalam sampel. Amilum ini kemudian dipanaskan kembali dan
amilum yang berwarna biru lama-kelamaan menjadi hilang. Ketika
amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu
molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya
pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang
terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada
larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan
saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga
tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang
ditimbulkan menjadi menghilang. Micelles akan terbentuk kembali
pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali muncul.Fungsi
amilum dalam dunia farmasi tergolong banyak dan penting. sebagai
bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan
pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara
suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum
terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan
sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria.Sebagai amilum
normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini
disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir
yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya
digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai
daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam
pembuatan tablet cara granulasi basah. Sediaan amilum yang terdapat
dalam pasaran adalah Volex.E. F. KESIMPULANDari percobaan yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara amilum
tumbuhan satu dengan yang lainnya. Bentuk amilum ada yang kosentris
atau eksentris, selain itu ada yang tunggal, setengah majemuk, dan
majemuk. Macam-macam bentuk amilum ini biasa digunakan dalam bidang
farmasi, misalnya sebagai bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan
bahan penghancur. Karakteristik amilum dapat diketahui dengan
melakukan identifikasi baik secara mikroskopis maupun kimiawi.
G. DAFTAR PUSTAKABPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Hal.
59-61.
Dalimartha, Setiawan, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid
1, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Ditjen POM, 1989, Materi Medika Indonesia Jilid 5, Departemen
Republik Indonesia, Jakarta.
Harsanto, P.B., 1986, Budidaya dan Pengolahan sagu, Kanisius,
Yogyakarta
Purwono dan Budi, H., 2005, Bertanam Jagung Unggul, Seri
Agribisnis, Bogor. (Hal. 10).
Setiadi, 2009, Budi Daya Kentang, Penerbit Swadaya, Jakarta.
(Hal. 31-32).
Suprapti, L., 2005, Tepung Tapioka, Penerbit kanisius,
Yogyakarta. (Hal. 12).