Top Banner
IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RS “X” PERIODE FEBRUARI-APRIL 2013 MAKALAH PUBLIKASI Oleh: OKHA FERDIYAN PUTRA K100 090 021 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013
16

IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

Mar 18, 2019

Download

Documents

buitu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS

PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RS “X”

PERIODE FEBRUARI-APRIL 2013

MAKALAH PUBLIKASI

Oleh:

OKHA FERDIYAN PUTRA

K100 090 021

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2013

Page 2: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

ii

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS

PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RS “X”

PERIODE FEBRUARI-APRIL 2013

Oleh:

OKHA FERDIYAN PUTRA

K 100 090 021

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari: Selasa

Tanggal: 25 Juni 2013

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Arifah Sri Wahyuni, M.Sc., Apt.

Penguji I

Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt.

Penguji II

Tri Yulianti, M.Si., Apt.

Pembimbing I

Dr. dr. EM. Sutrisna, M.Kes.

Pembimbing II

Tanti Azizah, M.Sc., Apt.

Mahasiswa,

Okha Ferdiyan Putra

Page 3: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

1

IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RS “X” PERIODE FEBRUARI-APRIL 2013

Okha Ferdiyan Putra1, EM. Sutrisna2, Tanti Azizah3 Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Salah satu penanganan penderita diabetes mellitus (DM) adalah dengan

pemberian obat. Salah satu masalah akibat penggunaan obat adalah reaksi obat

yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions). Peningkatan 3%-12% jumlah

pasien rawat inap dan peningkatan 5%-10% biaya perawatan di Negara barat

terjadi akibat ADR obat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi

kasus. Penelitian bersifat observasional untuk memperoleh data secara

prospektif data primer dan alat bantu kuisioner menggunkan Algoritme naranjo

untuk menilai derajat kepastian ADR. Setelah dilakukan penelitian terkait dengan

ADR yang ditimbulkan akibat pemakaian antidiabetes didapatkan 27 sampel

responden. Sejumlah 5 subyek (18,51%) penelitian melaporkan telah mengalami

kejadian ADR. Sebanyak 1 subyek (3,70%) penelitian diidentifikasikan

mengalami kejadian ADR dengan derajat kepastian probable (besar

kemungkinan), 2 subyek (7,40%) penelitian dengan derajat kepastian possible

(mungkin) dan 2 subyek (7,40%) penelitian dengan derajat kepastian doubtful

(meragukan). Manifestasi klinik yang ditimbulkan diantaranya mual, muntah,

kesemutan dan lemas. Obat antidiabetes yang diduga menjadi timbulnya ADR

adalah metformin, glibenklamid, dan insulin.

Kata kunci: diabetes mellitus, antidiabetes, adverse drug reactions,

algoritme Naranjo.

Page 4: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

2

ADVERSE DRUG REACTIONS IDENTIFICATIONS OF ANTIDIABETES USAGE AT PATIENT DIABETES MELLITUS INPATIENT IN “X” ISSUE

HOSPITAL PERIODE FEBRUARI-APRIL 2013

Okha Ferdiyan Putra1, EM. Sutrisna2, Tanti Azizah3 Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACK

One of the treatment of patients with diabetes mellitus (DM) is give use

medicines. One of the problems caused by the use of medicines is undesirable

drug reactions (adverse drug reactions). Increase 3% -12% in the number of

inpatients and 5% -10% increase in the cost of care in the West caused by the

drug ADR. This study uses a qualitative case study. An observational study to

obtain data prospectively primary data and questionnaire tools use the algorithm

to assess the degree of certainty naranjo ADR. After doing research related to

ADR caused by the use of antidiabetic obtained 27 samples of respondents, 5

(18,51%) a number of study subjects reported having experienced ADR event.

Study subjects were identified by 1 subjects (3,70%) ADR experience with

degree of certainty incident probable (most likely), 2 subjects (7,40%) with

degree of certainty possible (maybe) and 2 subjects (7,40%) with degree of

certainty doubtful (dubious). Clinical manifestations are nausea, vomiting, tingling

and weaknees. Antidiabetic drugs are suspected to be of ADR is metformin,

glibenklamid, and insulin.

Key words: diabetes mellitus, antidiabetic, adverse drug reactions, Naranjo

algorithm.

Page 5: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

3

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia tercatat sejumlah 200 juta orang,

dengan prevalensi penderita DM adalah 1,4-1,6%. Pada tahun 1994

diperkirakan 2-5 juta orang menderita DM dan jumlah tersebut akan

menjadi 4 juta pada tahun 2000 dan 5 juta pada tahun 2010. Menghadapi

jumlah pasien DM yang semakin meningkat diperlukan peningkatan peran

semua tingkat pelayanan kesehatan baik primer, sekunder ataupun tersier

(FKUI, 2005).

Diabetes mellitus dapat menyerang berbagai golongan, umur, dan

berbagai lapisan masyarakat. Di Indonesia penanganan DM belum

mendapatkan skala prioritas utama. Padahal dampak negatif yang

ditimbulkan dari penanganan yang tidak serius sudah dapat dilihat, seperti

penurunan kualitas SDM (Pranoto, 2006).

Salah satu dari masalah akibat penggunaan obat adalah reaksi obat

yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions). Peningkatan 3% sampai

12% jumlah pasien rawat inap dan peningkatan 5% sampai 10% biaya

perawatan di negara barat terjadi akibat dari ADR obat (Christianie et al.,

2007). Menurut April (2011), dari penelitian yang dilakukannya di

Puskesmas Ngemplak selama periode Februari-Mei 2011 diperoleh hasil

1,9% ADR menjadi penyebab pasien dirawat inap, manifestasi klinik yang

ditimbulkan dari ADR diantaranya mual, muntah dan reaksi alergi.

Adverse Drug Reactions dapat memperburuk penyakit dasar yang

sedang kita terapi, serta menjadikan bertambahnya permasalahan baru

bahkan kematian. Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR

berat yang dapat menimbulkan kematian. Rasa gatal dan mengantuk

adalah sebagai contoh ringan akibat ADR. Sangatlah banyak dari yang

dapat kita perkirakan akan timbul, sampai yang tidak dapat diperkirakan

yang potensial membahayakan keselamatan pasien. Sebuah penelitian di

Prancis dari 2067 orang dewasa berusia 20-67 tahun yang mendatangi

pusat kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan dilaporkan bahwa 14,7 %

memiliki riwayat efek samping terhadap satu atau lebih obat (Mariyono &

Suryana, 2008).

Menurut Saravanan et al., (2011) penelitian tentang ADR yang timbul

akibat penggunaan antidiabetik oral disebutkan bahwa dari 35 sampel, 27

(77,14%) ADR dialami oleh laki-laki, sedangkan 8 (22,86%) ADR dialami

oleh perempuan. Pola resep dianalisis, diamati bahwa pasien 46,7%

diresepkan dengan derivat sulvonilurea, 36% dengan derivat biguanid,

9,3% dengan thiazolidin dan 8% menggunakan kombinasi sulfonilurea dan

biguanid. Beberapa ADR yang timbul setelah pemakaian antidiabetik oral

diantaranya hipoglikemik, mual, muntah, diare, kepeningan, reaksi alergi

pada kulit, Edema, iritasi gastritis, berkeringat, sakit kepala, lemas, distensi

perut dan susah tidur.

Page 6: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

4

Manajemen resiko merupakan satu bagian yang penting bagi

tanggung jawab apoteker. Dalam upaya pencegahan resiko, praktek

konvensional farmasi telah berhasil menurunkan biaya obat tapi belum

menyelesaikan masalah sehubungan dengan penggunaan obat. Laporan

dari IOM ( Institute of Medicine) 1999 secara terbuka menyatakan bahwa

paling sedikit 44.000 bahkan 98.000 pasien meninggal di rumah sakit

dalam satu tahun, akibat kesalahan pengobatan (Medications Eror)

(Depkes, 2008).

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian tentang ADR

penggunaan antidiabetes pada pasien penderita diabetes mellitus yang

dirawat inap RS “X”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai dokumentasi dan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan baik

oleh dokter maupun farmasis dan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan di RS “X”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian kualitatif dengan jenis

studi kasus (Sumantri, 2011). Penelitian ini bersifat observasional untuk

memperoleh informasi-informasi data-data subyek penelitian tanpa

melakukan intervensi ( perlakuan khusus) terhadap subyek penelitian.

Observasi data diambil secara prospektif dan diolah secara kualitatif untuk

menyajikan data temuan dan manifestasi ADR pada peresepan terapi obat

antidiabetes yang diperoleh pasien diabetes mellitus di RS “X”. Penelitian

ini hanya terpusat pada penggalian data awal tentang kejadian ADR, dam

tidak bertujuan utama untuk menggambarkan secara umum kondisi subyek

penelitian.

Tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non

probability purposive sampling. Menurut Nawawi (1995), teknik penelitian

ini sesuai dengan tujuan penelitian. Ukuran sampel tidak dipersoalkan, unit

sampel merujuk pada kriteria inklusi berdasarkan kebutuhan untuk

menjawab tujuan penelitian.

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yang

diperoleh dari hasil pernyataan subyek penelitian yang telah disampaikan

langsung kepada peneliti menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan

sebagai konfirmasi kebenaran dan validitas pernyataan dengan bantuan

algoritma Naranjo.

Page 7: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

5

Analisis data yang diperoleh kemudian di analisis dengan alat bantu

algoritma Naranjo seperti yang tersaji di tabel 1.

Tabel 1.Algoritma Naranjo

Pertanyaan Ya Tidak Tidak

Tahu

1. Apakah ada laporan penelitian sebelumnya tentang

reaksi ini? +1 0 0

2. Apakah reaksi muncul setelah obat yang dicurigai

diberikan? +2 -1 0

3. Apakah reaksi ini berkurang saat obat dihentikan +1 0 0

atau antagonis obat yang spesifik diberikan?

4. Apakah reaksi muncul kembali saat obat digunakan

kembali? +2 -1 0

5. Apakah ada penyebab alternatif(selain obat) yang -1 +1 0

dapat menyebabkan reaksi ini?

6. Apakah reaksi muncul kembali saat diberikan placebo? -1 +2 0

7. Apakah obat terdeteksi dalam darah(atau cairan lain) +1 0 0

dalam konsentrasi yang diketahui toksik?

8. Apakah reaksi lebih berat saat dosis diturunkan? +1 0 0

9. Apakah pasien mempunyai reaksi yang mirip pada

obat +1 0 0

yang sama atau mirip pada pemaparan

sebelumnya?

10. Apakah reaksi dikonfirmasi dengan suatu bukti

obyektif? +1 0 0

Total Skor

(Naranjo et al, 1981)

Dari hasil wawancara terhadap subyek uji kemudian peneliti

melakukan identifikasi terkait dengan derajat kepastian kejadian ADR

dengan melakukan skoring. Kriteria berdasarkan skoring tertera di tabel 2

dibawah ini

Page 8: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

6

Tabel 2. Skoring derajat kepastian ADR

(>9) Definite ADR (pasti)

(5-8) Probable ADR (Besar kemungkinan)

(1-4) Possible ADR (Mungkin)

0 Doubtful ADR (Meragukan)

(Naranjo et al, 1981)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data dilakukan selama bulan Februari sampai

April 2013. Proses pengambilan data dilakukan dengan melihat maping

pasien, dari maping pasien dapat diketahui informasi mengenai pasien,

meliputi nama pasien, diagnosis dan ruangan rawat inap. Kemudian untuk

memastikan bahwa pasien mendapatkan terapi antidiabetik dapat melihat

informasi dari rekam medik. Selama tiga bulan penelitian telah diperoleh

sebanyak 31 subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi yang

sudah ditetapkan oleh peneliti. Sebanyak 27 subyek penelitian mampu

memberikan keterangan secara jelas terkait dengan penelitian ini.

Kemudian 4 pasien dikeluarkan dari penelitian karena tidak dapat

memberikan keterangan secara jelas kepada peneliti. Setelah dilakukan

pengumpulan data subyek penelitian, peneliti kemudian

mengkarakteristikkan subyek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin

dan status pekerjaan.

Tabel 3. Distribusi demografi subyek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin dan status pekerjaan RSUD Dr. Moewardi (n=27)

Karakteristik Variabel Jumlah Total

Berdasarkan Usia

<45 tahun 2 (7,40%)

45-65 tahun 16 (59,25%)

>65 tahun 9 (33,33%)

Berdasarkan Jenis Laki-laki 6 (22,22%)

Kelamin Perempuan 21 (77,77%)

Berdasarkan Pegawai 2 (7,40%)

Status Pekerjaan Wiraswasta 12 (44,44%)

Pensiunan 4 (14,81%)

Tidak bekerja 9 (33,33%)

Berdasarkan < 1 tahun 3 (11,11%)

lama menderita DM 1-5 tahun 6 (22,22%)

5-10 tahun 9 (33,33%)

10-15 tahun 2 (7,40%)

>15 tahun 7 (25,92%)

Page 9: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

7

Tabel 3 (Lanjutan)

Berdasarkan status Tanpa komplikasi 10 (37,04%)

komplikasi/penyakit Hipertensi 4 (14,81%)

penyerta Hiperurisemia 4 (14,81%)

Gagal Jantung 1 (3,70%)

Ginjal 8 (29,62%)

Ulkus 2 (7,40%)

Dispepsia 1 (3,70%)

Diare 2 (7,40%)

Dislipidemia 1 (3,70%)

Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang

besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita

Diabetes Mellitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika

tidak dilakukan tindakan, jumlah ini diperkirakan akan terus mengalami

peningkatan menjadi 552 juta orang pada tahun 2010 (IDF, 2011).

Diabetes Mellitus erat kaitannya dengan usia, sebuah penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dan

kejadian diabetes mellitus (Sanjaya, 2006). Kelompok umur yang sering

terserang penyakit diabetes mellitus adalah kelompok umur 45-52 tahun,

peningkatan resiko diabetes seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini

terjadi karena pada umur tersebut mulai terjadi intoleransi glukosa. Adanya

proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pangkreas

dalam memproduksi insulin (Sanjaya, 2006).

Hasil dari penelitian dan pengolahan data tabel 3 menunjukkan

bahwa berdasarkan rentang usia, subyek penelitian yang paling banyak

menderita diabetes pada rentang usia 45-65 tahun dengan jumlah 16 orang

(59,25%), Kemudian pada rentang usia >65 tahun, sebabyak 9 orang

(33,33%) mengalami kejadian ADR. Sedangkan pada rentang usia <45

tahun terjadi pada 2 orang (7,40%). Berdasarkan status pekerjaan 2

subyek penelitian (7,40%) bekerja sebagai pegawai, 12 subyek penelitian

(12,12%) bekerja sebagai wiraswasta, 4 subyek penelitian (14,81%)

bekerja sebagai pensiunan dan 9 subyek penelitian (33,33%) tidak

diketahui status pekerjaannya.

Berdasarkan tabel 3 diatas diperoleh hasil karakteristik pasien

penderita diabetes mellitus, lama menderita DM serta status penyakit

komplikasi atau penyakit penyerta. Berdasarkan lama menderita DM

kejadian ADR dialami oleh pasien yang menderita DM selama 1-5 tahun

sebanyak 6 orang (22,22%), menderita DM selama 5-10 tahun sebanyak 9

orang (33,33%) dan menderita DM selama 10-15 tahun 2 orang (7,40%).

Sedangkan berdasarkan status komplikasi, kejadian ADR paling banyak

dialami oleh pasien penderita DM dengan komplikasi gagal ginjal yaitu

sebanyak 8 orang (29,62%). Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik

dan dapat menimbulkan komplikasi kronik, baik berupa komplikasi

Page 10: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

8

makrovaskuler maupun mikrovaskuler (Kurniawan, 2010). Penelitian yang

dilakukan di Amerika, dilaporkan bahwa diabetes merupakan penyebab

kebutaan dan gagal ginjal utama (Kurniawan, 2010).

Tabel 4. Persentase obat antidiabetes yang diresepkan kepada subyek penelitian di RSUD Dr. Moewardi (n=27)

Golongan Obat Nama Obat Jumlah Total

Sulfonilurea Chlorpropramid 2 (7,40%)

Glibenklamid 5 (18,51%)

Glipizide 2 (7,40%)

Biguanide Metformin 11 (40,74%)

Thiazolidine Pioglitazone 1 (3,70%)

Rosiglitazon 0 (0%)

Insulin Actrapid HM 4 (14,81%)

Humulin 20/80 11 (40,70%)

Insulin Aspart 3 (11,11%)

Insulin Glusine 1 (3,70%)

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diperoleh beberapa informasi

mengenai peresepan yang diberikan kepada subyek penelitian. Dalam

terapi antidiabetik dikenal dengan terapi tunggal dan terapi kombinasi,

terapi kombinsi obat dapat memberikan pembentukan aksi saling

melengkapi dan berpotensi mencegah perkembangan penyakit (Perkeni,

2006). Peresepan menggunkan antidiabetes golongan sulfonilurea

diresepkan kepada subyek penelitian dengan rincian 2 orang (17,39%)

dengan chlorpropramid, 5 orang (21,73%) dengan glibenklamid dan 2

orang (8,69%) dengan glipizide. Obat-obat golongan biguanide diresepkan

kepada 11 subyek uji (40,74%) yaitu dengan metformin. Obat-obat

golongan thiazolidine diresepkan kepada 1 subyek penelitian dengan

pioglitazone 1 orang (3,70%). Kemudian obat antidiabetes yang diresepkan

adalah insulin. Insulin diresepkan kepada 22 subyek penelitian yang

tersebar menggunakan beberapa jenis insulin. Actrapid digunakan oleh 4

orang (14,81%), Humulin 20/80 digunakan oleh 11 orang (47,82%), Insulin

Aspart digunakan oleh 3 orang (11,11%), dan Insuline Glusine digunakan

oleh 1 orang (3,70%).

Subyek penelitian yang diperoleh tidak semua hanya menderita

diabetes mellitus, beberapa diantaranya mengindap penyakit penyerta atau

penyakit komplikasi. Profil peresepan obat selain antidiabetes dapat dilihat

di tabel 5 dibawah ini.

Page 11: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

9

Tabel 5. Persentase obat selain antidiabetes yang diresepkan kepada subyek penelitian di RSUD Dr. Moewardi (n=27).

Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Total

Analgesik, antipiretik Na Diklofenak 5 (18,51%)

dan antiinflamasi Ibuprofen 2 (7,40%)

Asetaminofen 4 (14,81%)

Antikonvulsan Asam Valproat 1 (3,70%)

Gabapentin 1 (3,70%)

Obat Dislipidemia Cholescor 1 (3,70%)

Atorvantastin 1 (3,70%)

Simvastatin 5 (18,51%)

Pravastatin 2 ( 7,40%)

Gemfibrozil 1 ( 3,70%)

Ansiolitik Alprazolam 1 (3,70%)

Antialergi Loratadine 4 (14,81%)

Multivitamin Sohobion 8 ( 29,62%)

Antihipertensi Captopril 5 (18,51%)

Irbesartan 1 (3,70%)

Valsartan 1 (3,70%)

Antidiare Amerol 2 (7,40%)

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui profil obat-obat selain

antidiabetes yang diresepkan kepada subyek penelitian. Peresepan obat

pada kelas terapi analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi diberikan kepada

subyek penelitian dengan Na diklofenak diberikan kepada 5 orang

(18,51%), Ibuprofen diberikan kepada 2 orang (7,40%) dan Asetaminofen

diberikan kepada 4 orang (14,81%). Peresepan obat pada kelas terapi

antikonvulsan diberikan kepada subyek penelitian dengan asam valproate

diberikan kepada 1 orang (3,70%) dan gabapentin diberikan kepada 1

orang (3,70%). Peresepan obat pada kelas terapi obat dislipidemia

diberikan cholescor diberikan kepada 1 orang (3,70%), atorvantastin

diberikan kepada 1 orang (3,70%), simvastatin diberikan kepada 5 orang

(18,51%) dan pravastin diberikan kepada 2 orang (7,40%), Gemfibrozil

diberikan kepada 1 orang (3,70%). Obat pada kelas terapi ansiolotik

diberikan alprazolam kepada 1 orang (3,70%). Obat pada kelas terapi

antialergi diberikan loratadine diberikan kepada 4 orang (14,81%). Obat

kelas terapi pada kelas terapi multivitamin diberikan sohobion diberikan

kepada 8 orang (29,62%). Obat kelas terapi antihipertensi diberikan

captropril pada 5 orang (18,51%) dan irbesartan kepada 1 orang (3,70%),

valsartan diberikan kepada 1 orang (3,70%). Dan yang terakhir obat kelas

terapi antidiare diberikan amerol kepada 2 orang (7,40%).

Page 12: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

10

Tabel 6. Profil kejadian ADR pada subyek penelitian di RSUD Dr. Moewardi (n=27)

Subyek Terapi

Kejadian ADR Obat yang diduga

penelitian Manifestasi Skor Derajat

kepastian

8 Insulin Humulin 20/80 Lemas 6 Probable Insulin

Metformin

(besar kemungkinan)

Humulin 20/80

Sohobion

Metformin

10 Glibenklamid Mual, muntah 4 Possible Glibenklamid

Chlorpropramid kesemutan

(mungkin)

Asetaminopen

Loratadine

19 Metformin Mual, muntah

______

Insulin Isulartard

0 Doubtful

Captopril

(meragukan)

Simvastatin

20 Metformin Mual, muntah -1 Doubtful

______

Insulin Isulartard

(meragukan)

Simvastatin

Captropril

22 Glibenklamid Mual 4 Possible Glibenklamid

Chlorpropramid Muntah

(mungkin)

Na Diklofenak kesemutan

Gabapentin

Loratadine

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diperoleh beberapa informasi

mengenai kajian kejadian adverse drug reactions. Pada subyek 8

mendapatkan beberapa terapi obat antidiabetes dan multivitamin.

Antidiabetes yang digunakan adalah insulin humulin 20/80 dan metformin,

dari hasil monitoring subyek penelitian mengalami kejadian ADR berupa

rasa lemas dengan derajat kepastian probable (besar kemungkinan). Hal

ini berarti besar kemungkinan rasa lemas yang dirasakan oleh pasien

disebabkan oleh penggunaan insulin dan metformin. Penelitian lain terkait

efek samping yang tidak dikehendaki dengan pemberian insulin adalah

insulin dapat meningkatkan pemecahan protein, pengecilan otot, dan

kelemahan tubuh (Bogdanovic dan Jesckhe, 2012).

Subyek penelitian 10 memperoleh terapi antidiabetes, analgetik, serta

antialergi. Dari hasil penelitian subyek penelitian melaporkan mengalami

kejadian ADR berupa rasa mual, muntah dan kesemutan dengan derajat

kepastian possible (mungkin. Kejadian adverse drug reactions yang sering

muncul dari penggunaan glibenklamid adalah rasa mual, muntah dan

Page 13: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

11

kesemutan (Turkoski et al, 2011). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Lacy dkk pasien diabetes mellitus yang menggunakan glibenklamid akan

mengalami rasa mual dan muntah (Lacy, dkk, 2010).

Subyek penelitian 19 memperoleh terapi antidiabetes,

antihipertensi,antidislipidemia, serta antikonvulsan. Dari hasil penelitian

subyek penelitian melaporkan mengalami kejadian ADR berupa rasa mual,

muntah dengan derajat kepastian doubtful (meragukan). Hal ini berarti

ADR yang dirasakan dapat disimpulkan bukan berasal dari obat yang

digunakan.

Subyek penelitian 20 mendapatkan terapi antidiabetes berupa

metformin dan insulin actrapid HM sedangkan untuk antihipertensi

diberikan captopril dan antidislipidemia diberikan simvastatin. Subyek 20

melaporkan mengalami rasa mual, muntah serta sakit kepala, namun

setelah dikonfirmasi menggunakan algoritme Naranjo mempunyai derajat

kepastian doubtful (meragukan) dengan skor -1. Hal ini berarti ADR yang

dirasakan dapat disimpulkan bukan berasal dari obat yang digunakan.

Subyek penelitian 22 mendapatkan terapi antidiabetes berupa

glibenklmid dan chlorpropramid. Subyek 22 melaporkan mengalami rasa

mual, muntah serta kesemutan pada kaki. Dari hasil analisis yang

dilakukan peneliti diduga kuat penyebab obat penyebab rasa mual, muntah

dan kesemutan adalah glibenklamid. Glibenklamid berkerja dengan

merangsang sekresi insulin di kelenjar pangkreas. Oleh sebab itu hanya

efektif apabila sel-sel β Langerhans pancreas masih dapat diproduksi

(Depkes, 2005).

KETERBATASAN PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai gambaran

secara umum kondisi akibat ADR penggunaan antidiabetes pada pasien

DM yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi. Hal ini disebabkan

penelitian ini hanya dilakukan selama tiga bulan, dan metode pengambilan

data secara Purposive sampling, sehingga jumlah sampel yang didapatkan

terbatas.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian menemukan kejadian ADR dengan derajat

kepastian probable (besar kemungkinan) sebesar 1 orang (3,70%),

possibel (mungkin) sebesar 2 orang (7,40%) dan doubtful (meragukan)

sebesar 2 orang (7,40%).

2. Obat antidiabetes yang diduga menjadi penyebab timbulnya ADR adalah

Insulin humulin 20/80, glibenklamid dan metformin.

3. Manifestasi yang ditimbulkan diantaranya rasa mual, muntah, kesemutan

dan Lemas.

Page 14: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

12

SARAN

Setelah dilakukan penelitian tentang identifikasi kejadian adverse

drug reactions peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan pengembangan terkait dengan penelitian ini, yaitu dengan

menggunakan sampel pasien dengan karakteristik yang lebih spesifik.

2. Perlu dilakukan pemantauan dengan periode yang lebih lama agar

didapatkan jumlah sampel pasien yang lebih banyak.

UCAPAN TERIMAKASIH

Bapak Dr. dr. EM. Sutrisna, M. Kes dan Ibu Tanti Azizah, M.Sc., Apt

selaku dosen pembimbing atas keikhlasan dan kesabaran dalam

membimbing dan memberikan dorongan semangat serta nasihat. Kedua

orang tua yang selalu senantiasa memberikan dukungan baik moril

maupun finansial dan semua pihak yang telah membantu penulis pada saat

penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

ADA, 2003, Clinical Practice Recommendation, Diabetes Care 2003, 26

(supl 1).

ADA, 2009, Standart of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care, Vol 32

(supl 1).

April, W., 2011, Identifikasi Kejadian Adverse Drug Reactions Pada Pasien

Rawat Inap Di Puskesmas Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta Periode

Februari- Mei 2011, Skripsi, Fakultas Farmasi UII, Yogyakarta.

Bogdanovic, E., Jeschke, M. G., 2012, Insulin Therapy Improves Protein

Metabolism in the Critically Ill, BioMed Central Ltd, Vol. 16 No. 125.

Christianie, M., Setiyati, S., & Trisna, Y., 2007, Kejadian Reaksi Obat Yang

Tidak Dikehendaki Pasien Usia Lanjut Dirawat di RSCM, Jurnal

Farmasi Indonesia Vol. 3 No. 4 Juli 2007: 181 – 188.

Cramer, J., and Manyon, A., 2007.Diabetes Melitus. Dalam: Paulman, P.,

Paulman, A., Harrison, J., ed. Taylor Manual Diagnosis KlinikDalam

10 Menit. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 519-522.

Davies, E.C., Christophe F. Green, David R. Mottram, dan Munir

Pirmohamed, 2007, Adverse Drug Reactions in Hospitals, Bhetam

Science Publisher, No. 2, hal 79-87.

Page 15: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

13

Depkes, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia. Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Depkes, 2008, Buku Saku Tanggung Jawab Apoteker Terhadap

Keselamatan Pasien (Patient Safety), Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Edward, R.I., and Aronson, K.J., 2000, Advers Drug Reactions :Definitions,

Diagnosis, and Management, The Lancet, Vol 354.

FKUI, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta.

Gholami, K.S., Ziaie, G., Shalviri, 2008, Adverse drug reactions induced by

cardiovascular drugs in outpatients, Pharmacy Practice 2008 Jan-

Mar;6(1):51-55

International Diabetes Federations, 2011, One Adult In Ten Will Have

Diabetes by 2003.(http://www.idf.org/media-events/press-

releases/2011/diabetes-atlas-8th-edition) (Diunduh pada 25 Juli 2013

pukul 16.45 WIB)

ISFI, 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta Barat, PT. ISFI Penerbitan.

Jordan, S., Storey, M., Morgan, G., 2008, Antibiotics and Allergic Dissorders

in childhood, The Open Nursing Journal, 2, 48-57.

Lacy, C.,F.,dkk, 2010, Drug Information Handbook, 18th editionlexi-comp,

USA.

Mariyono, H.H., & Suryana, K., 2008, Adverse Drug Reactions, Vol IX, No.2.

Naranjo, CA, Busto U., Sellers, E.M., Sandor, P., Ruiz, I., Robert, E.A., et al.,

1981, A Method For Estimating the Probability od Adverse Drug

Reactions, Clinical Pharmacology and therapeutics. 30:2:239-45.

Nawawi, H., 1991, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadjah

Mada University Press.

Pranoto, A., 2006, Diabetes Mellitus di Indonesia Permasalahan dan

Penatalaksanaannya, Fakultas Kedokteran UNAIR.

Palian, M.I.M., Ibrahim, P., and Mishra, 2010, Pattern of Adverse Drug

Reactions Reported by the Community Pharmacists in Nepal ,8 (3)

201-207.

Page 16: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS PENGGUNAAN …eprints.ums.ac.id/26466/10/Naskah_Publikasi.pdf · Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan

14

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2006, Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia,

Jakarta, PERKENI.

PERSI, 2008. FaktorLingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu

Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan Informasi PERSI.

Riedl, M.A., and Casillas AM., 2003, Adverse Drug Reactions Types And

Treatmentoptions, American Family Physician, 68 (9).

Ruslianti, 2008. Pengobatan Diabetes melalui Pola Makan, Jakarta :Kawan

Pustaka.

Sanjaya, I Nyoman. 2006. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai

Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe II di Tabanan.

Saravan, K., Manna, P.K., Mohanta, G.P., and Manavalan, R., 2011, A study

of adverse drug reaction on drugs used in the management of type 2

diabetic mellitus, Journal of Pharmacy Research, 4(10),3394-3395.

Slamet, S, 2007, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu edisi kedua,

Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

TFDA, 2006, Guidelines For Monitoring And Reporting Adverse Drug

Reactions (ADRs), The United Replubik of Tanzania Ministry of

Health.

Trisnawati K.S., Setyorogo S., 2013, Faktor Resiko Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jurnal Ilmiah

Kesehatan 5 (1).

Turkoski B.B., Lance, B.R., Tomsik, E. A., 2011, Drug Information Handbook

For Nursing, Lexi Comp.

Wahono Soemadji, Djoko, 2006, HIpoglikemia Latrogenik, Dalam: Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

WHO, 1999, Definition Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and

its Complication, World Health Organization partment of

Noncommunicable Disease Surveillan Geneva.

Zahtamal, Chandra F., Suyanto, Restuatuti T., 2007, Faktor- Faktor Resiko

Pasien Diabetes Mellitus, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol 23,

No. 3.