23 | muamalah
BAB IPENDAHULUAN
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti
kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga
sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai,
tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat
ideal dalam kehidupan keluarga. Kata sakinah itu sendiri menurut
bahasa berarti tenangatau tenteram. Dengan demikian, keluarga
sakinahberarti keluarga yang tenang atau keluarga yang tenteram.
Sebuah keluarga bahagia, sejahtera lahir dan batin, hidup
cinta-mencintai dan kasih-mengasihi, di mana suami bisa
membahagiakan istri, sebaliknya, istri bisa membahagiakan suami,
dan keduanya mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak- anak yang
shalih dan shalihah, yaitu anak-anak yang berbakti kepada orang
tua, kepada agama, masyarakat, dan bangsanya. Selain itu, keluarga
sakinah juga mampu menjalin persaudaraan yang harmonis dengan sanak
famili dan hidup rukun dalam bertetangga, bermasyarakat dan
bernegara.Sebagai laki-laki sejati, suami tentu tidak akan merasa
tenteram jika istrinya telah berbuat sebaik-baiknya demi
kebahagiaan suami, tetapi suami sendiri tidak mampu memberikan
kebahagiaan terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya. Kedua
belah pihak bisa saling mengasihi dan menyayangi sesuai dengan
kedudukannya masing-masing. Menurut ajaran Islam mencapai
ketenangan hati dan kehidupan yang aman damai adalah hakekat
perkawinan muslim yang disebut sakinah. Untuk hidup bahagia dan
sejahtera manusia membutuhkan ketenangan hati dan jiwa yang aman
damai. Tanpa ketenangan dan keamanan hati, banyak masalah tak
terpecahkan. Apalagi kehidupan keluarga yang anggotanya adalah
manusia-manusia hidup dengan segala cita dan citranya. Ada tiga
macam kebutuhan manusia yang harus dipenuhi untuk dapat hidup
bahagia dan tenang, yaitu:1. Kebutuhan vital biologis, seperti:
makan, minum, dan hubungan suami istri.2. Kebutuhan sosial
kultural, seperti: pergaulan sosial, kebudayaan, dan pendidikan.3.
Kebutuhan metaphisis atau regilious, seperti: agama, moral, dan
filsafat hidup.Dari sini jelas bahwa hubungan suami-istri dalam
kehidupan rumah tangga bukan hanya menyangkut jasmaniah saja,
tetapi meliputi segala macam keperluan hidup insani. Keakraban yang
sempurna, saling membutuhkan dan saling mencintai, serta rela
mengabdikan diri satu dengan lainnya merupakan bagian dan kesatuan
yang tak terpisahkan. Keduanya harus memikul bersama tanggung
jawab, saling mengisi dan tolong-menolong dalam melayarkan bahtera
kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, ketiga kebutuhan tersebut
saling kait-mengait, masing-masing saling mempengaruhi dan
ketiganya harus terpenuhi untuk dapat disebut keluarga bahagia,
aman, dan damai.Jadi, membentuk keluarga sakinah merupakan sebuah
keniscayaan, khususnya bagi keluarga muslim. Sebab berumah tangga
merupakan bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada umat
manusia.Talak Pada zaman sebelum Islam datang ke tanah arab,
masyarakat jahiliyah jika ingin melakukan talak dengan istri mereka
dengan cara yang merugikan pihak perempuan. Mereka mentalak
istrinya, kemudian rujuk kembali pada saat iddah istrinya hapir
habis, kemudian mentalaknya kembali. Hal ini terjadi secara
berulang-ulang, sehingga istrinya menjadi terkatung-katung
statusnya. Dengan datangnya Islam, maka aturan seperti itu diubah
dengan ketentuan bahwa talak yang boleh dirujuki itu hanya dua
kali. Setelah itu boleh rujuk, tetapi dengan beberapa persyaratan
yang berat.Ada lagi tentang poligami, ini bukan lagi merupakan
pembicaraan yang baru dikenal dan hal yang baru ada dikehidupan
manusia, bahkan poligami merupakan warisan yang membudaya
dikehidupan manusia. Akan tetapi masalah poligami akhir-akhir ini
masih saja menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai baik
dikalangan orang muslim sendiri ataupun non muslim, meski mereka
sudah tahu bahwa hal itu merupakan suatu ajaran atau syari'ah yang
harus diterima keberadaannya. Poligami bukan hanya gencar menjadi
pembicaraan dikalangan muslim saja, orang non muslim juga tak
habis-habisnya mempermasalahkan praktek poligami, bahkan mereka
sampai melontarkan tuduhan pada Nabi kita bahwa beliau adalah orang
hiperseksual. Tapi kalau menurut pada sejarah dan Al-kitab yang
mereka miliki ternyata para pendahulu-pendahulu mereka bahkan para
nabi-nabi mereka sudah terbiasa melakukan praktek poligami.
BAB IIPEMBAHASANKeluarga sakinah juga sering disebut sebagai
keluarga yang bahagia. Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia
atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan menikmati
segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut
memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati
limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh
perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan
kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok
dan prasyarat kepada kesejahteraan. Hak Suami Terhadap Isteri .a.
Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiatb. Istri menjaga dirinya
sendiri dan harta suamic. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu
yang dapat menyusahkan suamid. Tidak bermuka masam di hadapan
suamie. Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami Dalam
Al-Quran Allah Swt, menjelaskan bahwa istri harus bisa menjaga
dirinya, baik ketika berada di depan maupun di belakang suaminya,
dan ini merupakan salah satu ciri yang salehah. Suami merupakan
ketua keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli
keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan
masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat
dibentuk. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa 34 yang artinya
:Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena
Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besarKewajiban Istri Terhadap SuamiDiantara
beberapa kewajiban seorang istri terhadap suami adalah sebagai
berikut;a. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam
batas-batas tertentu sesuai dengan ajaran Islamb. Selalu
menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat menentramkan
pikirannc. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan
membantu suami dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinyad.
Istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki
adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa: 34)e. Istri menyadari bahwa
hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri.
(Al-Baqarah: 228)f. Istri wajib mentaati suaminya selama bukan
kemaksiatan. (An-Nisa: 39)g. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati
suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, tinggal di
tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik,
dan bersifat jujur (Al-Ghazali).
Tanpa al-mawaddah dan al-Rahmah, masyarakat tidak akan dapat
hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi
kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat diperlukan kerana sifat
kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan
sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling
mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan
akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja.
Talak Kata talak berasal dari bahasa Arab artinya menurut bahasa
melepaskan ikatan. Adapun talak menurut istilah syariat Islam ialah
melepaskan atau membatalkan ikatan pernikahan dengan lafadz
tertentu yang mengandung arti menceraikan. Talak merupakan jalan
keluar terakhir dalam suatu ikatan pernikahan antara suami isteri
jika mereka tidak terdapat lagi kecocokan dalam membina rumah
tangga. Diantaranya sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar
radhiyallahu anhuma bahwasannya dia menalak istrinya yang sedang
haidh.Macam macam Talak Perceraian ada dua cara, yaitu :1. Talak
RajiTalak raji adalah talak yang setelah dijatuhkan sang suami
masih mempunyai hak untuk merujuk kembali istrinya selama dalam
masa iddah, tanpa tergantung persetujuan istrinya dan tanpa akad
yang baru. Yaitu talak pertama dan kedua yang sang suami mempunyai
hak untuk rujuk pada masa iddah kapan saja dia mau walaupun istri
tidak rela dirujuk.2. Talak BainTalak bain ada dua macam :-Talak
bainunah shugra (perpisahan yang kecil) adalah talak yang setelah
dijatuhkan oleh suami tidak memiliki peluang untuk rujuk kembali
kepada istrinya. Jika ingin kembali dengan akad nikah yang baru dan
tidak harus dinikahi dulu oleh laki-laki lain.Yaitu terjadi ketika
masa iddah istri dalam talak raji (talak satu dan dua) telah
selesai, dan sang suami belum merujuknya. Atau contoh yang lain
yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum pernah digauli
(berhubungan suami istri) maka hukum perceraiannya adalah bainunah
sughra. Tidak halal bagi suami untuk merujuknya, jika ingin kembali
kepada istrinya itu atas persetujuan istri dan dengan akad nikah
yang baru. Karena hak rujuk ada pada masa iddah sedangkan kondisi
seperti ini tidak ada masa iddahnya.-Talak bainunah kubra
(perpisahan yang besar) adalah talak yang setelah dijatuhkan oleh
suami tidak ada kesempatan/peluang untuk rujuk (kembali) kepada
istrinya. Jika ingin kembali atas persetujuan istri dan dengan akad
nikah yang baru. setelah mantan istrinya menikah dengan laki-laki
lain dan telah melakukan hubungan suami istri (jima), lalu mantan
istrinya itu dicerai atau suaminya meninggal dan masa iddahnya
telah selesai.HukumTalaka. MakruhTalak yang hukumnya makruh yaitu
ketika suami menjatuhkan thalaq tanpa ada hajat (alasan) yang
menuntut terjadinya perceraian. Padahal keadaan rumah tangganya
berjalan dengan baik.b. HaramTalak yang hukumnya haram yaitu ketika
di jatuhkan tidak sesuai petunjuk syari. Yaitu suami menjatuhkan
thalaq dalam keadaan yang dilarang dalam agama kita. dan terjadi
pada dua keadaan:Pertama : Suami menjatuhkan thalaq ketika istri
sedang dalam keadaan haidKedua : Suami menjatuhkan thalaq kepada
istri pada saat suci setelah digauli tanpa diketahui hamil/tidak.c.
Mubah (boleh)
Talak yang hukumnya mubah yaitu ketika suami (berhajat) atau
mempunyai alasan untuk menalak istrinya. Seperti karena suami tidak
mencintai istrinya, atau karena perangai dan kelakuan yang buruk
yang ada pada istri sementara suami tidak sanggup bershabar
kemudian menceraikannya. Namun bershabar lebih baik.d. Kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin
kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak. (Qs. An-Nisa : 19)e. SunnahTalak yang
hukumnya sunnah ketika di jatuhkan oleh suami demi kemaslahatan
istrinya serta mencegah kemudharatan jika tetap bersama dengan
dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya masih mencintainya. Seperti
sang istri tidak mencintai suaminya, tidak bisa hidup dengannya dan
merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang
istri. Talak yang dilakukan suami pada keadaan seperti ini
terhitung sebagai kebaikan terhadap istri. Hal ini termasuk dalam
keumuman firman Allah subhaanahu wataala :f. Dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Qs. Al Baqarah :195)g. WajibTalak yang hukumnya wajib yaitu bagi
suami yang meng-ila istrinya (bersumpah tidak akan menggauli
istrinya lebih dari 4 bulan ) setelah masa penangguhannya selama
empat bulan telah habis, bilamana ia enggan kembali kepada
istrinya. Hakim berwenang memaksanya untuk menalak istrinya pada
keadaan ini atau hakim yang menjatuhkan thalak tersebut.Talak hanya
jatuh jika di ucapkan. Adapun niat semata dalam hati tanpa di
ucapkan, tidak terhitung talak. Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah
Shalih Al-Fauzan hafidzahullah : Tidak jatuh talak darinya dan
tidak juga dari yang mewakilinya kecuali dengan di ucapkan
dengannya, walaupun meniatkan dalam hatinya; tidak jatuh talak.
Sampai lisannya bergerak mngucapkannya. Berdasarkan hadits
Rasulullah shallallahu alihi wasallam:h. Sesunggunya Allah
memaafkan dari ummatku apa yang dikatakan (terbesik) oleh jiwanya
selama tidak di lakukan dan di ucapkan. (HR. al-Bukhari : 5269 dan
Muslim : 127) (Mulakhos Al-Fiqhy : 414)Ada beberapa kalimat yang
dapat menyebabkan terjadinya perceraian, yaitu :1. Zhihar atau
zhuhrun yang berarti punggung dalam bahasa Arab. Dalam kaitannya
dengan suami isteri, zihar adalah ucapan suami kepada isterinya
yang berisi menyerupakan punggung isteri dengan punggung ibu dari
suami. Dan ini menjadi sebab mengharamkan menyetubuhi isterinya.
Hal ini juga sering kita alami lantaran sang isteri mirip dengan
ibu kita. Tetapi kalau penyebutannya dalam hal yang ringan hal
semacam itu tidak menjadi masalah.2. Illa artinya sumpah, yaitu
sumpah suami yang menyebut asma Allah untuk tidak mendekati
isterinya itu. Dan di sini Allah membeikan waktu selama empat
bulan. Jika dalam waktu itu tidak ada perubahan antara keduanya
maka suami boleh menjatuhkan talak. Setiap ada hubungan tidak
selamanya akan baik,dan ini merupakan hal yang sering terjadi dalam
ikatan perkawinan. Karena terlalu emosi kadang-kadang suami
bertindak di luar batas sampai-sampai bersumpah demi Allah tidak
akan menyentuk isterinya. Hal semacam ini harus kita hindari
jauh-jauh karena bisa memecah ikatan perkawinan.3. Lian artinya
jauh dan laknat, kutukan. Lian ialah sumpah yang diucapkan oleh
suami ketika ia menuduh isterinya berbuat zina dengan empat kali
kesaksian bahwa dia adalah orang yang benar dalam tuduhan, kemudian
dia bersedia menerima laknat dari Allah dalam kesaksiannya yang
kelima jika ia berdusta.4. Khulu adalah talak yang di jatuhkan
suami karena mengabulkan permintaan isterinya dengan cara membayar
tebusan dari pihak isteri kepada suami setelah terjadi khlu.
KhuluKhuluyang terdiri dari lafazkha-la-ayang berasal dari bahasa
Arab secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian.
Dihubungkannya katakhuludengan perkawinan karena dala Al-Quran
disebutkan suami itu sebagai pakaian bagi istrinya dan istri itu
merupakan pakaian bagi suaminya dalam surat al-baqarah (2) ayat
187:mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka.
Penggunaan katakhuluuntuk putusnya perkawinan karena istri
sebagai pakaian bagi suaminya berusaha menanggalkan pakaian itu
dari suaminya. Dalam artinya istilah hukum dalam beberapa kitab
fiqhkhuludiartikan dengan: Putus perkawinan dengan menggunakan uang
tebusan, menggunakan ucapan thalaq atau khulu.
Menurut fuqaha,khulusecara umum, yakni perceraian dengan
disertai sejumlah harta sebagaiiwadhyang diberikan oleh istri
kepada suami untuk menembus diri agar terlepas dari ikatan
perkawinan, baik dengan katakhulu,mubaraahmaupun talak. Secara
khusus, yaitu talak atas dasariwadhsebagai tebusan dari istri
dengan kata-katakhulu(pelepasan) atau yang semakna
sepertimubaraah(pembebasan). Khulu ialah penyerahan harta yang
dilakukan oleh istri untuk menebus dirinya dari (ikatan)
suaminya.Menurut ulama fiqih, khulu adalah istri memisahkan diri
dari suaminya dengan ganti rugi kepadanya. Dasar pengertian ini
adalah hadits riwayat Bukhari dan NasaI dari Ibnu Abbas yang
berkata: : : : ( )
Istri Tsabit bin Qais bin Syammas dating kepada Rasululloh SAW,
sambil berkata Wahai Rasululloh, aku tidak mencela akhlaq dan
agamanya, tapi aku tak inginmenjadi kafir dari ajaran Islam akibat
terus hidup bersama dengannya. Rasululloh bersabda maukah kamu
mengembalikan kebunnya (tsabit, suaminya)?, ia menjawab mau, Rasul
bersabda Terimalah (Tsabit) kebun itu dan talaklah ia satu
kali.
Ulama fiqih berbeda pendapat bahwa dalam khulu harus diucapkan
kata khulu atau lafadz yang diambil dari kata dasar khulu atau kata
lain yang memilik makna seperti itu. Imam Hanafi mengatakan : Khulu
boleh dilakukan dengan menggunakan redaksi jual beli, misalnya si
suami mengatakan kepada istrinya, saya jual dirimu kepadamu dengan
harga sekian, lalu istri menjawab, saya beli itu.Atau si suami
mengatakan kepada istri, Belilah talak (untukmu) dengan harga
sekian. lalu si istri mengatakan, baik, saya terima tawaranmu. Imam
SyafiI juga mempunyai pendapat yang sama tentang kebolehan khulu
dengan menggunakan redaksi jual beli. Untuk maksud yang sama dengan
katakhuluitu ulama menggunakan beberapa kata, yaitu:fidhyah, shulh,
mubaraah. Walaupun dalam makna yang sama, namun dibedakan dari segi
jumlah ganti rugi atauiwadhyang dugunakan. Bila ganti rugi untuk
putusnya hubungan perkawinan itu adalah seluruh mahar yang
diberikan waktu nikah disebutkhulu. Bila ganti rugi adalah separuh
dari mahar, disebutshulh, bila ganti rugi itu lebih banyak dari
mahar yang diterima desebutfidyahdan bila istri bebas dari ganti
rugi disebutmubaraah. apabila hasrat bercerai dari istri karena
tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah dinamakankhulu, sedangkan
bila persetujuan itu oleh suami istri, keduanya hendak bercerai
dinamakanmubaraah.
B.Dasar Hukum KhuluPara ulama Fiqh mengatakan bahwaKhulu'itu
mempunyai dua hukum tergantung kondisi dan situasinya. Dua hukum
dimaksud adalah:1.MubahHukumnya menurut Jumhur Ulama adalah boleh
ataumubah.[9]Isteri boleh-boleh saja untuk mengajukanKhulu'manakala
ia merasa tidak nyaman apabila tetap hidup bersama suaminya, baik
karena sifat-sifat buruk suaminya, atau dikhawatirkan tidak
memberikan hak-haknya kembali atau karena ia takut ketaatan kepada
suaminya tidak menyebabkan berdiri dan terjaganya ketentuan
ketentuan Allah. Dalam kondisi seperti ini,Khulu'bagi si isteri
boleh dan sah-sah saja, Dasar dari kebolehannya terdapat dalam
Al-Quran dan terdapat pula dalam hadist Nabi:
Artinya: "Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya"
Demikian juga berdasarkan hadits berikut ini: : , , , : (( )), :
, : (( )) [ ]Artinya: "Dari Ibnu Abbas, bahwasannya isteri Tsabit
bin Qais datang kepada Nabi saw sambil berkata: "Ya Rasulullah,
Saya tidak mendapati kekurangan dari Tsabit bin Qais, baik akhlak
maupun agamanya. Hanya saja, saya takut saya sering kufur
(maksudnya kufur, tidak melaksanakan kewajiban kepada suami dengan
baik) dalam Islam. Rasulullah saw lalu bersabda: "Apakah kamu siap
mengembalikan kebunnya?" Wanita itu menjawab: "Ya, sanggup. Saya
akan mengembalikan kebun itu kepadanya". Rasulullah saw lalu
bersabda (kepada Tsabit): "Terimalah kebunnya itu dan ceraikan dia
satu kali cerai". (HR. Bukhari).
2.Haram.Khulu'bisa haram hukumnya apabila dilakukan dalam dua
kondisi berikut ini:a)Apabila si isteri meminta Khulu' kepada
suaminya tanpa ada alasan dan sebab yang jelas, padahal urusan
rumah tangganya baik-baik saja, tidak ada alasan yang dapat
dijadikan dasar oleh isteri untuk mengajukan Khulu'. Hal ini
didasarkan kepada firman Allah berikut ini:
Artinya: "Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya" (QS.
Al-Baqarah: 229).
: (( , )) [ ]Artinya: "Tsauban berkata, Rasulullah saw bersabda:
"Wanita yang mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa
alasan yang jelas, maka haram baginya untuk mencium wangi surga"
(HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
b)Apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan
hak-hak si isteri dengan maksud agar si isteri mengajukan Khulu',
maka hal ini juga haram hukumnya. Apabila Khulu' terjadi, si suami
tidak berhak mendapatkan dan mengambil 'iwadh, uang gantinya karena
maksudnya saja sudah salah dan berdosa. Dalam hal ini Allah
berfirman:
Artinya: "Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang
nyata" (QS. An-Nisa: 19).
Namun, apabila si suami berbuat seperti di atas lantaran si
isteri berbuat zina misalnya, maka apa yang dilakukan si suami
boleh-boleh saja dan ia berhak mengambil'iwadhtersebut.
C.Akibat KhuluDalam hal akibatkhulu, terdapat persoalan apakah
perempuan yang menerimakhulu dapat diikuti dengan talak atau tidak.
Imam Malik berpendapat bahwakhuluitu tidak dapat diikuti dengan
talak, kecuali jika pembicaranya bersambung. Sedangkan Imam Hanafi
mengatakan bahwakhuludapat diikuti dengan talak tanpa memisahkan
antara penentuan waktunya, yaitu dilakukan dengan segera atau
tidak.
D.Rukun dan Syarat KhuluDi dalamkhuluterdapat beberaa unsur yang
merupakan rukun yang menjadi karakteristik darikhuluitu dan di
dalam setiap rukun terdapat beberapa syarat yang hampir
keseluruhannya menjadi perbincangan di kalangan Ulama.Adapun yang
menjadi rukun darikhuluitu adalah:a)Suami yang menceraikan istrinya
dengan tebusan;b)Istri yang meminta cerai dari suaminya dengan uang
tebusan;c)Uang tebusan atauiwadh; dan
E.Tujuan dan Hikmah KhuluTujuan dari kebolehankhuluitu adalah
untuk menghindarkan si istri dari kesulitan dan kemudharatan yang
dirasakannya bila perkawinan dilanjutkan tanpa merugikan pihak si
suami karena ia sudah mendapatiwadhdari istrinya atas permintaan
cerai dari istrinya itu. Hikmah yang terkandung di
dalamnyasebagaiana telah disebutkan adalah untuk menolak bahaya,
yaitu pabila perpecahan antara suami istri telah menumncak dan
dikhawatirkan keduanya tidak dapat menjaga syarat-syarat dalam
kehidupan suami-istri, maka khulu dengan cara-cara yang telah
ditetapkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana merupakan penolak
terjadinya permusuhan dan unutk menegakkan hukum-hukum Allah.Oleh
karena itu Allah berfirman:
Artinya:Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus
dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu
melanggarnya.
Fasakh Fasakh menurut bahasa ialah seperti yang dikemukakan oleh
Al-Abu Luwis Malufi:Fasakh adalah perusakan pekerjaan atau
akadMenurut istilah syari Fasakh berarti:Fasakh akad (perkawinan )
adalah membatalkan akad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan
yang mengikat antara suami istri.Fasakh artinya putus atau batal.
Yang dimaksud memfasakh akad nikah adalah memutuskan atau
membatalkan ikatan hubungan antara suami dan istri. Fasakh bisa
terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika berlangsung
akad nikah, atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan
membatalkan kelangsungannya perkawinan.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia fasakh adalah Hak pembatalan ikatan pernikahan oleh
pengadilan agama berdasarkan dakwaan (tuntutan) istri atau suami yg
dapat dibenarkan oleh pengadilan agama, atau karena pernikahan yang
telah terlanjur menyalahi hukum pernikahan.Dalam pengertian lain
Fasakh berarti mencabut atau menghapus. Maksudnya ialah perceraian
yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap berat oleh
keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan
suami istri dalam mencapai tujuannya. Dalam pokok dari hukum fasakh
adalah seorang atau kedua suami istri merasa dirugikan oleh pihak
yang lain dalam perkawinannya karena ia tidak memperoleh hak-hak
yang ditentukan oleh syara.Dari tinjauan syariat dan hikmahnya
dapatlah kita cabut bahwa fasakh itu adalAh peluang atau jalan dan
kesempatan bagi istri untuk memperoleh perceraian dari suaminya
dengan jalan hukum. Dengan jalan demikian istri itu dapat
memperoleh kebebasan untuk merubah penghidupannya dan memikirkan
penderitaannya sendiri. Jadi fasakh itu bagi kaum wanita boleh
dianggap sebagai imbalan yang ada ditangan laki-laki. Dan dengan
demikian barulah syariat islam benar-benar menciptakan keadilan dan
persamaan.Pelaksanaan FasakhApabila terdapat hal-hal atau kondisi
penyebab fasakh itu jelas, dan dibenarkan syara, maka untuk
menetapkan fasakh tidak diperlukan putusan pengadilan. Misalnya,
terbukti bahwa suami istri masih saudara kandung, saudara susuan,
dan sebagainya.Akan tetapi, bila terjadi hal-hal seperti berikut,
maka pelaksanaannya adalah:-Jika suami tidak memberi nafkah bukan
karena kemiskinannya sedang hakim telah pula memaksa dia untuk itu.
Dalam hal ini hendaklah diadukan terlebih dahulu kepada pihak yang
berwenang, seperti qadhi nikah di pengadilan agama supaya yang
berwenang dapat menyelesaikannya sebagaimana mestinya, sebagaimana
dijelaskan dalam suatu riwayat berikut:Dari Umar R.A. bahwa ia
pernah mengirim surat kepada pembesar-pembesar tentara tentang
laki-laki yang telah jauh dari istri-istri mereka supaya
pemimpin-pemimpin itu menangkap mereka, agar mereka mengirimkan
nafkah atau menceraikan istrinya. Jika mereka telah menceraikannya
hendaklah mereka kirim semua nafkah yang telah mereka
tahan.-Setelah hakim memberi janji kepada suami sekurang-kurangnya
tiga hari mulai dari istri itu mengadu. Jika masa perjanjian itu
telah habis, sedangkan sisuami tidak juga dapat menyelesaikannya,
barulah si hakim memfasakhkan nikahnya. Atau dia sendiri yang
memfasakhkan di muka hakim setelah diizinkan olehnya. Rasulullah
SAW bersabda:Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw. Bersabda tentang
laki-laki yang tidak memperoleh apa yang akan dinafkahkannya kepada
istrinya, bolehlah keduanya bercerai. (HR. Darul Quthni dan Baihaqi
).Di Indonesia, masalah pembatalan perkawinan diatur dalam
kompilasi hukum islam (KHI) sebagai berikut:Seorang suami dan istri
dapat mengajukan permohonan pembatalan pernikahan apabila
pernikahan dilangsungkan di bawah ancaman yang
melanggarhukum.Seorang suami dan istri dapat mengajukan permohonan
pembatalan pernikahan apabila pada waktu berlangsungnya pernikahan
penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau istri.Apabila
ancaman telah berhenti, atau bersalah sanka itu menyadari
keadaannya, dan dalam jangka waktu enam bulan setelah itu masih
tetap hidup sebagai suami isti, dan tidak mengajukan haknya untuk
mengajukan permohonan pembatalan maka haknya gugur.Hikmah
Fasakh-Mengelakkan isteri dianiayai dan disiksa oleh
suami.-Menunjukkan keadilan Allah kepada hambanya. Jika suami
diberikan talak, isteri diberikan fasakh.-Memberi peluang isteri
berpisah dari suaminya dan memulai hidup baru.Masa Iddah bagi
Wanita yang Ditalak
Bagi wanita yang telah ditalak, ia harus mengetahui perihal ini.
Karena wanita yang ditalak baru bisa menikah lagi dengan pria
setelah ia selesai dari masa iddahnya. Jika masih dalam masa iddah,
suaminya masih bisa rujuk tanpa mesti dengan akad baru. Namun kalau
sudah melewati masa iddah, lantas suami ingin kembali lagi pada
istri, maka harus dengan akad yang baru.
Pengertian Iddah
Dalam Kifayatul Akhyar (hal. 391), yang dimaksud iddah adalah
masa waktu terhitungdi mana wanita menunggu untuk mengetahui
kosongnya rahim, di mana pengetahuan ini diperoleh dengan
kelahiran, atau dengan hitungan bulan atau dengan perhitungan
quru.
Pembagian Masa Iddah
Al Qodhi Abu Syuja dalam matannya membagi iddah pada wanita
dilihat dari sisi wanita yang diceraikan menjadi: (1) wanita yang
ditinggal mati suami, (2) wanita yang tidak ditinggal mati
suami.
1- Wanita yang ditinggal mati suami
Wanita yang ditinggal mati suami ada dua macam: (a) ditinggalkan
mati dalam keadaan hamil, (b) ditinggalkan mati dalam keadaan tidak
hamil.
(a) Wanita yang ditinggal mati suami dalam keadaan hamil, masa
iddahnya adalah dengan melahirkan, baik masa kelahiran dekat atau
jauh. Dalilnya adalah firman Allah Taala,
Dan perempuan-perempuan yang hamil waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS. Ath Tholaq: 4).
Begitu juga dalil mengenai Sabiah Al Aslamiyah, ia melahirkan
sepeninggal suaminya wafat setelah setengah bulan, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda,
Engkau telah halal, silakan menikah dengan siapa yang engkau
suka (HR. An Nasai no. 3510. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
(b) Wanita yang ditinggal mati suami dalam keadaan tidak hamil,
masa iddahnya adalah 4 bulan 10 hari, baik sesudah disetubuhi
ataukah tidak. Dalilnya adalah firman Allah Taala,
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya
(beriddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis
iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui
apa yang kamu perbuat. (QS. Al Baqarah: 234)
Ditambah dengan sabda Rasul shallallahu alaihi wa sallam,
Tidak dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah
dan hari akhir untuk berkabung atas kematian seseorang lebih dari
tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu (selama) empat
bulan sepuluh hari. (HR. Bukhari no. 5334 dan Muslim no. 1491).
Sedangkan wanita hamil yang ditinggal mati suami tidak termasuk
dalam dua dalil ini karena dikhususkan dengan dalil yang disebutkan
sebelumnya.
2- Wanita yang tidak ditinggal mati suami
Yang dimaksud wanita jenis adalah wanita yang diceraikan, wanita
yang berpisah dengan lian atau faskh, atau setelah disetubuhi.
Untuk wanita jenis ini ada tiga macam: (a) diceraikan dalam keadaan
hamil, (b) diceraikan dengan iddah hitungan quru, (c) diceraikan
dengan iddah hitungan bulan
(a) Wanita yang diceraikan dalam keadaan hamil, masa iddahnya
adalah sampai ia melahirkan. Dalilnya adalah firman Allah
Taala,
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS. Ath Tholaq: 4).
(b) Wanita yang memiliki quru bagi wanita yang masih mengalami
haidh, yaitu ia menunggu sampai tiga kali quru. Dalilnya adalah
firman Allah Taala,
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat. (QS. Al Baqarah: 228).
Yang dimaksud quru di sini diperselisihkan oleh para ulama
karena makna quru yang dapat dipahami dengan dua makna (makna
musytarok). Ada yang berpendapat makna quru adalah suci, seperti
pendapat dalam madzhab Syafii. Ada yang berpendapat, maknanya
adalah haidhManakah di antara dua pendapat di atas yang lebih kuat?
Tiga kali suci ataukah tiga kali haidh?
Pendapat yang lebih kuat setelah penelusuran dari dalil-dalil
yang ada, yaitu makna tiga quru adalah tiga kali haidh. Pengertian
quru dengan haidh telah disebutkan oleh lisan Nabi shallallahu
alaihi wa sallam sendiri. Beliau berkata kepada wanita yang
mengalami istihadhoh,
Sesungguhnya darah (istihadhoh) adalah urat (yang luka).
Lihatlah, jika datang quru, janganlah shalat. Jika telah berlalu
quru, bersucilah kemudian shalatlah di antara masa quru dan quru.
(HR. Abu Daud no. 280, An Nasai no. 211, Ibnu Majah no. 620, dan
Ahmad 6: 420. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Yang dimaksud dalam hadits ini, makna quru adalah haidh. Pendapat
ini dianut oleh kebanyakan ulama salaf seperti empat khulafaur
rosyidin, Ibnu Masud, sekelompok sahabat dan tabiin, para ulama
hadits, ulama Hanafiyah dan Imam Ahmad dalam salah satu
pendapatnya. Imam Ahmad berkata, Dahulu aku berpendapat bahwa quru
bermakna suci. Saat ini aku berpendapat bahwa quru adalah haidh.
(Al Mawsuah Al Fiqhiyyah, 29: 308).
HukumIddah itu wajib hukumnya bagi seorang perempuan yang
dicerai oleh suaminya.Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa
seorang perempuan sedang mengandung atau tidak.
Hikmah Memberikan kesempatan kepada suami istri untuk kembali
kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat
adanya kebaikan di dalam hal itu. Untuk mengetahui adanya kehamilan
atau tidak pada istri yang diceraikan. Untuk selanjutnya memelihara
jika terdapat bayi di dalam kandungannya, agar menjadi jelas siapa
ayah dan bayi tersebut. Penghargaan terhadap hubungan suami-isteri,
sehingga dia tidak langsung berpindah kecuali setelah menunggu dan
diakhirkan.
Hak-hakSeorang perempuan yang sedang dalam masa iddah masih
menjadi tanggungan suami.Maka sang suami wajib memenuhi hak-hak
istrinya sampai masa iddahnya seleasai, danberikut adalah hak-hak
nya :
Istri yang menjalani masa iddah karena ditalak raji (dapat
dirujuk kembali) atau istrinyaterkena talak bain (tidak dapat rujuk
kembali) yang sedang hamil, apabila terjadi salah satu hal tersebut
maka ia berhak mendapatkan tempat tinggal, pakaian, dan nafkah dari
suami yang menceraikannya selama masa iddahnya.Istri yang dalam
masa iddah dikarenakan suaminya wafat, maka ia hanya mendapat hak
waris, walaupun sedang hamil.Wanita yang dicerai dengan talak bain
(tidak dapat rujuk kembali) atau talak tebus (khulu), maka baginya
hanya mempunyai hak.
Tujuan Disyariatkan 'Iddah1. Tujuan islam mensyariatkan iddah ke
atas kaum wanita ialah untuk memastikan rahim wanita tersebut suci
dari air mani suaminya pada saai ia diceraikan dan juga memastikan
ia tidak hamil dari pada lelaki yang menyetubuhinya sebagai langkah
mencegah percampuran nasab dan keturunan.2. Bagi wanita yang
diceraikan dengan talak yang boleh dirujuk, ini memberikan peluang
kepada suaminya untuk memikirkan kembali saat-saat manis ketika
mereka bersama dan kembali rujuk kepada isterinya setelah
fikirannyakembali tenang.3. Masa menunggu yang agak panjang ini
memberikan peluang kepada pasangan suami isteri untuk menginsafi
kembali kesalahan masing-masing danmencari punca perselisihan
antara mereka dan semoga itu mereka dapat bersatusemula.4. Tujuan
iddah juga supaya ikatan sesuatu perkawinan itu
dapatlahdipanjangkan waktunya dan pada tempoh itu adalah diharapkan
kewarasan dankematangan fikiran pasangan suami isteri yang
berselisih dapat dipulihkan danmenghubungkan kembali persefahaman
dan kasih sayang mereka.5. Sewaktu melalui proses iddah banyak
peluang yang boleh direbut oleh wakil dari kedua belah pihak suami
isteri bagi mencari jalan keluar dan perdamaianantara mereka dari
perselisihan dan semoga dengan cara ini diharapkan dapatlah
mempersatukan.6. Agama islam meletakkan institusi kekeluargaan
adalah sesuatu yang tinggi dan mulia terutama bagi pasangan suami
isteri dimana hubungan kelaminbagi pasangan suami isteri tetap
mendapat ganjaran pahala yang besar di sisi
Tuhan.AgamaIslamamatbencikepadaperceraiandankeruntuhaninstitusikekeluargaan
di mana ia boleh membawa kepada lebih banyak lagi permasalahan
sosial merekasemulasertamenjauhidariberlakunya perceraian7. Bagi
perceraian yang berlaku karena kematian suami, tujuan iddah ialah
untuk isteri menjaga hak-hak suaminya, kaum kerabat, menzahirkan
perasaansedih dan dukacita, membuktikan kesetiannya kepada bekas
suami serta menjagaama baik dan maruah diri dan keluarga agar tidak
diperkatakan oleh orang lain.8. iddah adalah anugerah dari Allah
untuk hamba-hambanya yang membuktikan kasih saying dan kesungguhan
bagi memelihara dan menjaga keutuhan institusikekeluargaan dalam
Islam
Undang-undang perkawinan di Indonesia.
UU no. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
PP no. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU no. 1 tahun 1974
PP no. 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi
pegawai negeri sipil
PP no. 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi
pegawai negeri sipil
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan :Keluarga adalah satu institusi sosial karena
keluarga menjadi penentuutama tentang apa jenis warga masyarakat.
Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh.
Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Begitu pentingnya
keluarga dalam menentukan kualitas masyarakat, sehingga dalam
pembentukan sebuah keluarga harus benar-benar mengetahui
pilar-pilar membangun sebuah keluarga.Mewujudkan keluarga sakinah
adalah dambaan setiap manusia. keluarga sakinah ialah kondisi
keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan
Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia.
Membangun keluarga sakinah tidaklah mudah, banyak yang mengalami
kesulitan. Dasarnya, mereka harus mengetahui konsep-konsep
membangun keluarga sakinah, yaitu :a. Memilih kriteria calon suami
atau istri dengan tepatb. Dalam keluarga harus ada mawaddah dan
rahmahc. Saling mengerti antara suami-istrid. Saling menerimae.
Saling menghargaif. Saling mempercayaig. Suami-istri harus
menjalankan kewajibanya masing-masingh. Suami istri harus
menghindari pertikaiani. hubungan antara suami istri harus atas
dasar saling membutuhkanj. Suami istri harus senantiasa menjaga
makanan yang halalk. Suami istri harus menjaga aqidah yang
benar
Khuluyang terdiri dari lafazkha-la-ayang berasal dari bahasa
Arab secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian.
Menurut fuqaha, khulusecara umum, yakni perceraian dengan disertai
sejumlah harta sebagaiiwadhyang diberikan oleh istri kepada suami
untuk menembus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan, baik
dengan katakhulu,mubaraahmaupun talak.Para ulama Fiqh mengatakan
bahwaKhulu'itu mempunyai dua hukum tergantung kondisi dan
situasinya. Dua hukum dimaksud adalah:1.Mubah.Isteri boleh-boleh
saja untuk mengajukanKhulu'manakala ia merasa tidak nyaman apabila
tetap hidup bersama suaminya.2.Haram. Apabila si isteri
memintaKhulu'kepada suaminya tanpa ada alasan dan sebab yang jelas
dan apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan hak-hak
si isteri dengan maksud agar si isteri mengajukanKhulu'.
Daftar pustakaDr. H. Ibnu Mas'ud; Drs. H. Zainal Abiding S.
(2000). Fiqih Mazhab Syafi'i. CV.Pustaka Setia.
http://albayyinatulilmiyyah.files.wordpress.com/2013/12/80-ensiklopedi-fiqih-islam_6-kitab-munakahat.pdfKitab
Munakahat
Dr.Mustafa Dib Al-Bugha (2012). Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi'i.
Noura Books. ISBN 978-602-9498-44-8.
Ahmad Sarwad, Lc. Fiqih Nikah
Achmad Sunarto (1991). Terjemahan Fat-hul Qarib. Menara
Kudus.
Noer Faqih Arsyi ys. PAI Kelas XII Bab Munakahah
Sincerely,