Top Banner
106

IBCN panel discussion

Jun 06, 2015

Download

Documents

yudanto

IBCN = Indonesia Brain Circulation Network
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IBCN panel discussion
Page 2: IBCN panel discussion
Page 3: IBCN panel discussion

i

KATA PENGANTAR PANITIA SEMINAR

Banyaknya jumlah warga Negara Indonesia di Malaysia yang terdiri dari berbagai

profesi pekerjaan seperti pekerja perkebunan, pekerja bangunan, pembantu rumah

tangga, pekerja pabrik, tenaga-tenaga ahli dibidang perminyakan, teknologi

informasi, teknik sipil, penerbangan, pendidikan dan bidang-bidang lainnya serta

keberadaan pelajar dan mahasiswa yang secara keseluruhan sudah mencapai

sekitar dua (2) juta orang.

Jumlah ini merupakan suatu hal yang penting bagi hubungan Indonesia –

Malaysia, karena hampir 80% dari jumlah tersebut adalah pekerja-pekerja aktif

dan produktif. Keberadaan mereka disini pada umumnya adalah untuk mencari

nafkah tetap sesuai dengan profesi masing-masing, walaupun status mereka hanya

sebagai pekerja kontrak yang selalu diperpanjang dari tahun ke tahun bahkan

sudah ada yang mencapai puluhan tahun.

Beberapa tahun terakhir ini, sejak tahun 2002 pertambahan tenaga ahli bidang

perminyakan Indonesia ke Malaysia meningkat cukup pesat. Dari awal yang

hanya berkisar 10 -20 orang, saat ini sudah mencapai sekitar 200 orang.

Begitupula dengan tenaga ahli di bidang pendidikan yang sudah mencapai 400

orang terdiri daripada lulusan S2 dan S3 serta profesor.

Para ahli pendidikan ini sudah banyak tersebar di perguruan perguruan tinggi

terkemuka seperti Institute Islam Antar Bangsa, Universiti Teknologi Petronas,

Universiti Kebangsaan Malaysia, University of Malaya dan lain-lainnya.

Sedangkan para tenaga ahli bidang perminyakan sejauh ini sudah turut serta

berpartisipasi dalam menambah cadangan migas Petronas Malaysia baik cadangan

migas di dalam negeri maupun diluar Malaysia seperti di Afrika dan Asia Tengah.

Para ahli ini tergabung dalam IATMI-KL yang berdiri sejak tahun 2002.

Dari para ahli perminyakan yang tergabung dalam IATMI Kuala Lumpur inilah

tumbuh pemikiran untuk mengumpulkan para tenaga ahli Indonesia tersebut

dalam suatu seminar Indonesia 1 yang bertemakan : “ Kebangkitan Nasional,

HUT RI ke -63 dan 10 Tahun Reformasi : Kontribusi Masyarakat Indonesia di

Malaysia untuk Mengukuhkan Kebangkitan Bangsa”

Page 4: IBCN panel discussion

ii

Besar harapan kami bahwa seminar ini tidak hanya dipenuhi oleh slogan-slogan,

tapi benar-benar merupakan suatu kontribusi nyata dalam bentuk pemikiran yang

didapat dari pengalaman bekerja selama di Malaysia dan dituangkan dalam bentuk

tulisan dan presentasi-presentasi selama seminar ini. Semoga seminar ini

merupakan awal dari seminar-seminar para tenaga ahli Indonesia selanjutnya

dalam memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di Tanah Air tercinta

Indonesia.

Kuala Lumpur, 5 Juli 2008.

Koordinator Seminar Indonesia

Ir. H. Edison Sirodj MT., MM.

Page 5: IBCN panel discussion

iii

Sambutan dari Ketua IATMI Komisariat Kuala Lumpur

Semangat pribumi golongan terpelajar Indonesia seabad lalu mampu

menumbuhkan kebangkitan berbangsa, hal ini telah memberi inspirasi

diadakannya Seminar Indonesia 1. Tercatat Serikat Dagang Islam (1905), Boedhi

Oetomo (1908), Indische Vereniging/Perhimpoenan Indonesia (1908) merupakan

wadah mereka berhimpun. Mayoritas dari mereka mendapatkan pendidikan Barat,

namun para pionir ini terbukti mampu memelopori dan memimpin pergerakan

nasional.

Derita dan tumpahan darah dengan perjuangan terus menerus serta dilandasi do’a

tak terputus hingga akhirnya mampu memerdekakan Indonesia dari penjajah.

Kini di usia kemerdekaan ke-63, kami, Warga Negara Indonesia yang

bermodalkan Semangat Merah Putih dari Kuala Lumpur berniat memberikan

Kado Kemerdekaan dalam bentuk Seminar Indonesia. Pertemuan antar organisasi,

baik profesi (IATMI, MyCommIT), pelajar (PPI), pengajar (UKM, IIU, UTP),

pengusaha (HIPMI), organisasi partai politik dan lain-lain dimana bertujuan

menggalang pengalaman/prestasi kerja, memberikan sumbangan pemikiran,

mempererat tali persaudaraan dan semangat kebersamaan, juga membangun

motivasi etos kerja setiap insan Indonesia di perantauan.

Tak jarang kita mendapat kritik dimana kami termasuk dari pribadi-pribadi

penyumbang proses Brain Drain Indonesia. Salah satu harapan dari suksesnya

Seminar Indonesia kali ini adalah terobosan untuk membangun landasan proses

Brain Circulation yang memang sudah saatnya didukung dengan komitmen

berbagai pihak. Patutlah kita mencontoh pola masyarakat Tionghoa dan India

dimana mereka yang telah sukses di perantauan memiliki tanggung jawab untuk

menginformasikan proses-proses kesuksesan yang dicapai kepada teman

sejawatnya di Tanah Air mereka.

Seminar ini diharapkan dapat diadakan secara rutin setiap dua tahun sekali atau

bahkan setahun sekali. Sehingga dapat menjaga kesinambungan program. Pihak

penyelenggara dapat dilakukan secara bergiliran antar organisasi yang ada di

Kuala Lumpur.

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Panitia,

KBRI, Sponsor, Pembicara, moderator serta seluruh Peserta Seminar yang

terhormat.

Kami persembahkan Kado Kemerdekaan

Untuk Indonesia.

Hari Primadi

Tanah Airku, tidak kulupakan ‘kan terkenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh Tidak kan hilang dari kalbu

Tanah ku yang kucintai,….engkau kuhargai

Walaupun banyak negri kujalani, Yang mashyur permai dikata orang

Tetapi kampung dan rumahku, Disanalah ku rasa senang

Tanah, ku tak kulupakan…. Engkau kubanggakan

Page 6: IBCN panel discussion

iv

JADWAL ACARA SEMINAR INDONESIA 1

Tempat : Ruang Pertemuan Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur

Waktu : Sabtu, 5 July 2008 ; Pk 08.00 s.d. 18.00 08.00 - 09.00 Registrasi

09.00 - 10.00 Pembukaan 1. Laporan Ketua Panitia Seminar, Ir. H. Edison Sirodj

MT, MM.

2. Sambutan Ketua IATMI KL, Ir. Hari Primadi, MT

3. Sambutan Dubes RI, Jend Pol.(Purn) Dai Bahtiar

4. Doa oleh Ir. H. Mardhan Abdullah

5. Tarian Pendet mengiringi pembukaan seminar

10.00 - 11.00 Keynote Speaker : "Kebangkitan Nasional,

Kemerdekaan RI dan Reformasi : Mengukuhkan

Kebangkitan Nasional"

Moderator : Djoko Harjanto, MA. ; Ir. Paul Kristanto

1. Laksamana (Pur) Widodo A.S., Menteri Koordinator

Politik dan Keamanan RI

2. Prof.Dr. Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor

Universitas Indonesia, Jakarta

11.00 - 12.30 Sesi I: Pendidikan Nasional dan Kebangkitan Bangsa

Moderator : Drs.M.Imran Hanafi, MA., MEc.; Prof.

Agus Geter

1. Prof. Dr. Anwar Arifin, Anggota Komisi X DPR RI

2. Dr. Alfitra Salam, LIPI Jakarta

3. Assoc.Prof. Muhammad Akhyar Adnan, PhD, MBA,

UIA Malaysia

4. Assoc Prof., Dr. Iis Sopyan, MEng., UIA Malaysia

12.30 - 12.50 Presentasi Bank Muamalat Indonesia

13.00 - 14.00 ISHOMA dan Hiburan 14.00 - 16.00 Sesi II : Pengelolaan Sumber Daya Alam,

Kesejahteraan Rakyat dan Kebangkitan Bangsa Moderator : Ir. Hari Primadi, MT ; Ir. Teguh Prasetyo

1. Ir. Hilmi Panigoro, MSc , PT Medco Energi Indonesia

2. Prof. Dr. H.D. Tjia, Universiti Kebangsaan Malaysia

3. Ir. Rovicky DP, Exploration Supervisor, Amereda

HESS Oil Malaysia

4. Wahyudin Suwarlan BSc., Ir. Isra Ismail, Petronas

Carigali

16.00 - 18.00 Sesi III : Perbandingan Antar Bangsa dalam

Kemajuan Industri dan Kebijakan untuk

Kebangkitan Nasional Moderator : Ir. Danu Ismadi; Afar Alzubaid Mbai ST.,

S.Sos, MSc.

1. Askar Triwiyanto ST., PPI Malysia

2. Dr. Riza Muhida, IIU Malaysia

3. Taufik Kadarusman, ST , Vantage Point Consulting

Page 7: IBCN panel discussion

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Panitia Seminar........................................................... i

Kata Sambutan dari Ketua IATMI Komisariat Kuala Lumpur ........... iii

Jadwal Acara Seminar Indonesia 1 ..................................................... iv

Daftar Isi .............................................................................................. v

Sesi I : Pendidikan Nasional dan Kebangkitan Bangsa ................. 1

Menuju Penataan Kebutuhan Pendidikan Warga Perantau Indonesia

di Malaysia …………………………………………………………..

2

Beberapa Pemikiran Mengenai Usaha – Usaha Untuk Memajukan

Pendidikan Tinggi Di Indonesia........................................................... 9

Sesi II : Pengelolaan Sumber Daya Alam, Kesejahteraan Rakyat

dan Kebangkitan Bangsa ..................................................................

12

Tumbukan Meteorit yang Berpotensi Menyediakan Wadah Minyak

dan Gas Bumi di Asia Tenggara .........................................................

13

Peran Migas dalam Masa Peralihan Energi ......................................... 19

Upaya Peningkatan Produksi Minyak dari Lapangan Tua (Brown

Field) dengan Infil Drilling di Petronas Carigali, Malaysia – Sebuah

Studi Kasus ..........................................................................................

32

Sesi III : Perbandingan Antar Bangsa dalam Kemajuan Industri dan Kebijakan untuk Kebangkitan Nasional .................................

35

Tragedi 13 Mei di Malaysia dan Indonesia : Studi Komparasi Bagi

Tantangan Proses Transisi Demokrasi ................................................

36

Meningkatkan Daya Saing Bangsa Indonesia dengan Brain

Circulation Network ( Jaringan Orang-orang Indonesia Professional

di Luar Negeri ) ...................................................................................

47

TI Indonesia diantara Data & Fakta serta Harapan di Masa akan

Datang ) ...............................................................................................

53

Makalah – Makalah Lain ................................................................. 58

Beberapa Upaya Pengurangan Subsidi BBM untuk Sektor

Transportasi .........................................................................................

59

Mengapa Memilih Bekerja di Malaysia? ............................................ 65

Merah Putih di Puncak Kinabalu ........................................................ 68

Holding Company BUMN di Malaysia dan Potensi Aplikasinya di

Indonesia ........................................... .................................................

73

Pengembangan Keunggulan Indonesia Lebih Baik Fokus ke Proses

Kreatif Daripada Bisnis Offshoring ....................................................

77

Biografi Pemakalah …………………………………………………. 81

Susunan Panitia Seminar Indonesia 5 Juli 2008 …………………… 96

Page 8: IBCN panel discussion
Page 9: IBCN panel discussion

1

SESI I : PENDIDIKAN NASIONAL DAN

KEBANGKITAN BANGSA

Page 10: IBCN panel discussion

2

Menuju Penataan Kebutuhan Pendidikan Warga

Perantau Indonesia di Malaysia1

Muhammad Akhyar Adnan2

Mohamad Fany Alfarisi3

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(QS: Ar-Ra’d: 11)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS : Al-‘Alaq 1 -5)

1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar di KBRI Kuala Lumpur dalam rangka memperingati

HUT RI ke-63, 5 Juli 2008. 2 Adalah Ketua Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kuala Lumpur dan staf

pengajar di International Islamic University Malaysia 3 Adalah Mahasiswa Pasca Sarjana pada International Islamic University Malaysia, dan staf

pengajar di Universitas Andalas, Padang, Indonesia.

Page 11: IBCN panel discussion

3

Pendahuluan Sudah menjadi rahasia umum bahwa

Malaysia sudah menjadi salah satu tujuan

favorit perantauan bangsa Indonesia, tidak

hanya bagi kelas rendah atau mereka yang

kurang berpendidikan, tetapi juga bagi

sejumlah tenaga ahli dari berbagai bidang

kehidupan atau lapangan kerja. Bahkan,

tidak sedikit pula warga Indonesia yang

datang ke Malaysia untuk tujuan pendidikan,

baik untuk tingkat sekolah dasar, sekolah

tingkat menengah pertama atau atas, sarjana (S1), master (S2) hingga program doktoral

(S3).

Tidak mengherankan kalau jumlah warga

Indonesia yang merantau di negeri jiran ini

telah mencapai angka 2 jutaan4, dengan

berbagai latar belakang yang telah

disebutkan di muka. Namun, juga tidak

perlu dibantah bahwa, mayoritas mereka

berasal dari kalangan yang kurang terdidik,

yang bekerja di berbagai sektor informal atau formal, tetapi dengan sejumlah

keterbatasan5. Harus diakui bahwa secara

kuantitas, mereka yang bekerja dalam sektor

formal dengan fasilitas memadai, jumlahnya

jauh lebih sedikit, walau pendapatan mereka

jauh lebih tinggi.

Dengan banyaknya jumlah WNI di

Malaysia, tentu saja ada kisah suka dan duka

yang terjadi, serta peluang dan juga

tantangan. Sekedar ingin membagi cerita,

mungkin telah banyak kita dengar misalnya pelecehan terhadap WNI di Malaysia dengan

pemakaian istilah ‘indon’ bagi orang

Indonesia atau bangsa Indonesia. Selain itu

juga ada kasus kriminal yang dilakukan oleh

4 Dari situs KBRI Kuala Lumpur

(http://www.kbrikl.org.my/konsular/bantuan

hukum.html)

diperoleh data jumlah WNI legal yang

berada di Malaysia, sekitar 820.000 orang,

namun jumlah itu belum termasuk WNI ilegal yang diperkirakan berjumlah 1,5 juta

orang. 5 Yang dimaksud adalah para Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) yang umumya bekerja di

berbagai kilang dan atau sektor pertanian.

Meskipun begitu, mereka umumnya betah

tinggal di Malaysia karena pendapatan

mereka jauh lebih baik dari pada bekerja

atau tinggal di Indonesia.

WNI, baik yang terkait dengan dokumen

perjalanan dan imigrasi, serta kasus yang

telah masuk dalam tindak pindana berat,

seperti: pembunuhan, pencurian dan

perampokan. Tidak hanya itu, beberapa kali

juga kita dengar Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) yang disiksa dan dilecehkan oleh

majikan, seperti kasus yang menimpa

saudari Nirmala Bonat dan beberapa TKI

lainnya.

Namun ditengah derita kelam yang kerap menerpa TKI di Malaysia, juga perlu diakui

bahwa TKI termasuk penyumbang devisa

bagi Indonesia. Dari Kompas online,

diberitakan bahwa untuk kabupaten

Sukabumi saja, per harinya, kantor Pos

mencatat kiriman uang dari TKI di luar

negeri mencapai Rp 400 - Rp 500 juta, dan

jumlah ini akan semakin meningkat terutama

ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri6.

Sementara dari Gatra online, Deputi

Pemimpin Bank Indonesia (BI) Kediri, Marlison Hakim, di Kediri, Kamis,

menyebutkan, dalam Triwulan I (Januari-

Maret 2008) jumlah incoming remittance

tercatat mencapai Rp343,7 miliar7. Jadi,

dapat kita bayangkan berapa pemasukkan

devisa bagi Indonesia terutama di daerah

dengan adanya kiriman uang dari TKI

tersebut. Meskipun di luar negeri mereka

menderita, namun tetap dapat memberikan

sumbangsih bagi tanah air melalui uang

yang mereka kirimkan.

Sementara itu dari kami melihat dari sisi

peluang, khususnya dengan keberadaan

WNI di Malaysia, adalah, WNI dapat

meningkatkan tidak hanya kesejahteraannya

semata namun juga kapasitas dan kualitas

sumber daya manusia dan jaringan usaha.

Dengan meneruskan pendidikan di

Malaysia, tentu WNI, khususnya pelajar,

dapat memanfaatkan keadaan tersebut.

Sehingga setelah selesai belajar di Malaysia,

mereka dapat menjadi insan-insan pembangunan di tanah air. Kemudian untuk

WNI yang bekerja di Malaysia, pengalaman

6http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/

13/15025532/tki.sukabumi.kirim.rp500.juta.

per.hari 7http://www.gatra.com/artikel.php?id=11535

2

Page 12: IBCN panel discussion

4

Namun di balik peluang tentu ada tantangan.

Tantangan yang kami amati dengan

keberadaan WNI di Malaysia adalah

tantangan eksistensi dan pemenuhan

kebutuhan. Maksud dari tantangan eksistensi

dan pemenuhan kebutuhan ini adalah, walau

bagaimanapun, WNI di Malaysia adalah

warga negara asing yang tidak mungkin

mendapat fasilitas serta perlakuan yang

sama dengan warga negara Malaysia. Salah

satu kebutuhan yang kami amati sulit

dipenuhi oleh WNI adalah kebutuhan pendidikan, terutama untuk anak usia

sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan

laporan dari situs Kapanlagi.com pada 27

Mei 2007, tercatat kurang lebih 24.000 anak

TKI di Sabah Malaysia, belum pernah

menikmati pendidikan dasar (SD) dan

SLTP. Angka tersebut belum termasuk

sejumlah besar WNI (khususnya TKI) di

Malaysia yang tersebar di Kuala Lumpur

dan Selangor, Johor, Penang. Memang telah

ada Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK), yang merupakan sarana pendidikan bagi

WNI di Malaysia. Namun dari pantuan

kami, SIK telah kelebihan siswa dari daya

tampungnya yang optimal. Dari beberapa

diskusi dengan WNI yang telah mendapat

status permanent resident (IC merah) pun

ternyata ada perbedaan perlakuan terhadap

anak mereka di sekolah kebangsaan

meskipun si anak berstatus sebagai warga

negara Malaysia (IC biru).

Berdasarkan situasi di atas, kami mencoba memberikan wacana dan usulan kepada

pemerintah RI dan WNI di Malaysia

mengenai pendirian sekolah dan institusi

pendidikan yang dapat menampung WNI

usia sekolah dasar dan menengah dan dapat

menjadi sarana pendidikan ketrampilan

(vokasi) bagi TKI di Malaysia. Tujuan

utama yang ingin kami raih dengan usulan

ini adalah, Pertama, terpenuhinya kebutuhan

pendidikan bagi WNI usia sekolah dasar dan

menengah dan TKI di Malaysia. Kedua, meningkatnya kapasitas dan kualitas

individu WNI di Malaysia dan terakhir,

membaiknya citra WNI di Malaysia,

sehingga WNI, siapapun ia, dipandang

sebagai sosok yang terpelajar, berkualitas

tinggi dan dapat beradaptasi dengan

lingkungan sekitar.

Pendidikan Menurut Undang-Undang No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(UU Sisdiknas), pendidikan didefinisikan

sebagai:

…usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Sementara itu pada Bab II Pasal 3 UU

Sisdiknas, mengenai pendidikan nasional, di

situ di sebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari dua definisi di atas, ada beberapa

catatan yang dapat kita ambil mengenai

pendidikan. Pertama, pendidikan merupakan

suatu usaha sadar dan terencana. Kedua,

pendidikan merupakan suatu proses dan sarana untuk pengembangan diri individu.

Ketiga, tujuan akhir dari pendidikan aalah,

agar rakyat Indonesia memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Perhatian terhadap bidang pendidikan

merupakan kunci menuju kesuksesan suatu

bangsa. Beberapa contoh dapat kita ambil sebagai pelajaran, misalnya, kesuksesan

Jepang bangkit setelah perang dunia ke II,

Majunya Singapura dan Malaysia dan

meningkatnya perekonomian India dan Cina.

Semua contoh keberhasilan tersebut adalah

karena perhatian yang serius dan investasi

besar dari pemerintah negara tersebut pada

bidang pendidikan. Menurut Hallak (1990),

dalam bukunya yang berjudul “Investing in

Page 13: IBCN panel discussion

5

the Future: Setting Educational Priorities in

the Developing World”, memaparkan

pentingnya bidang pendidikan bagi

kemajuan bangsa. Di situ ia menjelaskan:

Broadly defined, human resources

development (HRD) relates to the education,

training and utilisation of human potensials

for social economic progress. Accoding to

UNDP, there five ‘energisers’ of HRD:

education; health and nutrition; the

environment; employment; and political and

economic freedom. These energisers are

interlinked and interdependent, but

education is the basis for all the others, an

essential factor in the improvement of health

and nutrition, for maintaining a high-

qualitiy environment, for expanding and

improving labour pools, and for sustaining

political and economic responsibility.

Berdasarkan kutipan di atas, jelas dapat kita

lihat bahwa, seluruh aspek pembangunan

suatu bangsa tidak akan dapat berjalan dengan baik, kecuali dimulai dari bidang

pendidikan. Pendidikan merupakan basis

bagi pembentukan SDM yang berkualitas,

dan SDM yang berkualitas merupakan

elemen utama bagai pembangunan dan

kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu,

hanya dengan menempatkan bidang

pendidikan sebagai prioritas pembangunan

maka bangsa Indonesia dapat mencapai

kemajuan yang dicita-citakan.

Penyelenggaraan Pendidikan

Pada bagian ini ada tiga hal yang kami

sampaikan. Pertama, bagaimana bentuk

sekolah atau lembaga pendidikan yang ingin

dibuat. Kedua, siapa yang akan mengelola

dan menjalankan lembaga pendidikan

tersebut, misalnya menjadi guru atau kepala

sekolah. Ketiga, Dari mana dana dapat

diperoleh untuk pembangunan sekolah dan

operasional sehari-hari.

Penyelenggaraan pendidikan menurut UU

Sisdiknas tahun 2003 pada BAB III Prinsip

Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan

dalam pasal 4 ayat 1:

Pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak

asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa.

Sementara itu pada BAB IV pasal 5 ayat 1

dan 5 disebutkan:

Setiap warga negara mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu.

Setiap warga negara berhak mendapat

kesempatan meningkatkan pendidikan

sepanjang hayat.

Kemudian pada BAB IV pasal 6 ayat 1 dan

2 disebutkan:

Setiap warga negara yang berusia tujuh

sampai dengan lima belas tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar.

Setiap warga negara bertanggung jawab

terhadap keberlangsungan penyelenggaraan

pendidikan.

Berdasarkan ayat UU di atas dapat kita lihat

bahwa inti dari penyelenggaraan pendidikan adalah kesamaan kesempatan. Dengan kata

lain, tidak boleh ada diskriminasi yang

terkait SARA, ataupun kelas sosial yang

kemudian menjadi penghalang bagi

seseorang untuk tidak boleh mendapatkan

pendidikan. Kemudian, seluruh komponen

bangsa bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan pendidikan dan tidak hanya

menyerahkan tanggung jawab ini kepada

pemerintah semata.

Mengenai usulan tentang pendirian sekolah bagi WNI dan TKI yang ada di Malaysia,

maka kami melihat bahwa perlu dipikirkan

suatu bentuk pendidikan yang dapat

memenuhi kebutuhan kita semua,

diusahakan dan juga dikelola oleh kita

semua. Maksud dari pernyataan kami itu

adalah, hendaknya seluruh pihak terlibat

dalam ide ini. Sehingga langkah ke depan

dari ide ini akan terasa ringan, dibandingkan

jika dilakukan sendiri-sendiri.

Jumlah WNI yang ada di Malaysia, baik

TKI, pelajar, ekspatriat, dan WNI yang telah

mendapat status permanent resident,

maupun perwakilan pemerintah yang

direpresentasikan dengan kehadiran

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)

Kuala Lumpur, dan beberapa konsulat yang

tersebar di beberapa kota di Malaysia, yang

konon jumlahnya mencapai angka 2 juta

Page 14: IBCN panel discussion

6

orang, maka itu merupakan suatu potensi

dan tanggungjawab besar yang harus

dikelola oleh kita semua. Selain itu di

Malaysia juga banyak terdapat perwakilan

partai politik, organisasi keagamaan dan

masyarakat, paguyuban - paguyuban

masyarakat dari berbagai suku dan daerah di

Indonesia yang tentu juga dapat membantu

bagi pewujudan harapan kita akan adanya

suatu lembaga pendidikan bagi WNI di

Malaysia.

Mengenai bentuk pendidikan yang kami

usulkan adalah, suatu bentuk pendidikan

yang mengacu pada sistem pendidikan

nasional Indonesia yang dimodifikasi

dengan mengambil muatan-muatan lokal dan

internasional. Jadi sekolah ini tetap mengacu

kepada UU Sisdiknas Tahun 2003, baik dari

segi level pendidikan mulai dari sekolah

dasar, sekolah menengah pertama dan atas

maupun dari segi kurikulum nasional .

Selain itu kami juga mengusulkan agar dapat juga dibuat suatu lembaga pendidikan

keterampilan bagi TKI khususnya dan WNI

pada umumnya yang dapat memberikan

pelatihan keterampilan dalam berbagai

bidang, misalnya bahasa, komputer dan

teknologi informasi, pertukangan dan

industri, serta keterampilan-keterampilan

lain yang relevan dengan kebutuhan WNI di

Malaysia.

Oleh karena itu, akan lebih baik sekiranya

dapat dibentuk suatu yayasan, misalnya Yayasan Masyarakat Indonesia di Malaysia,

yang dapat menjadi payung hukum dan

wadah utama bagi pembentukan sekolah dan

lembaga pendidikan ke depannya. Kami

merasa optimis bahwa ide ini selain

bermanfaat namun juga layak untuk

dijalankan. Mungkin ada yang bertanya

mengenai dana awal, dana operasional dan

siapa yang akan menjadi pengelola lembaga

pendidikan tersebut. Memang dana awal dari

lembaga pendidikan ini perlu kita pikirkan bersama. Namun usulan saya adalah, dengan

dibentuknya suatu yayasan, maka yayasan

tersebut dapat menjadi wadah bagi

pengumpulan dana awal bagi pendirian

sekolah tersebut, misalnya dengan membuat

suatu malam amal bagi pengumpulan dana

awal bagi pendirian sekolah ini. Dalam acara

itu dapat saja diundang, pemerintah RI,

masyarakat Indonesia yang ada di Malaysia

serta para pengusaha Malaysia yang

memiliki bisnis di Indonesia. Selain itu,

kami melihat pemerintah dapat juga

mengalokasikan dana untuk mendirikan

sekolah ini dengan memanfaatkan dana fee

uang kiriman TKI dari luar negeri. Dengan

kata lain, pemerintah dapat membuat suatu

peraturan yang mengharuskan bagi lembaga-

lembaga keuangan yang memberikan jasa

pengiriman uang TKI agar dapat

menyisihkan sebagian fee yang mereka

terima untuk sekolah yang nanti akan dibuat ini. Kami juga melihat adanya prospek untuk

memanfaatkan sukuk dan reksadana syariah

(Islamic unit trust) sebagai alat memobilisasi

dana bagi pengembangan lembaga

pendidikan ini kedepannya.

Pihak yang paling berperan dalam suatu

sekolah atau lembaga pendidikan adalah

pihak manajemen dan SDM pengajar. Kami

melihat, dengan adanya para pelajar

Indonesia yang sedang menimba ilmu di Malaysia baik dari jenjang S1, S2 maupun

S3, maka mereka merupakan SDM potensial

yang dapat diharapkan untuk mengelola dan

mengajar di sekolah ini nantinya baik full-

time maupun part-time. Disini kami ingin

agar prinsip profesionalitas juga dapat

ditegakkan. Para pelajar Indonesia yang

nantinya akan mengajar di sekolah ini harus

yang kompeten dan mau mengorbankan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk

kemajuan lembaga pendidikan ini, dan

sebagai imbalannya maka juga perlu diberikan gaji yang memadai bagi.

Kemudian, pemerintah, menurut hemat

kami, tidak perlu mengirim guru-guru dari

Indonesia untuk mengajar di sekolah ini

karena dengan melibatkan para pelajar

Indonesia di Malaysia, maka kita telah

membangun kebersamaan dalam berbuat,

jadi seluruh pihak dapat dilibatkan

sementara itu, di sisi lain, hal ini dapat

menghemat keuangan negara.

Kemudian, khususnya untuk pendidikan

vokasi, tenaga pengajar, selain dari pelajar

Indonesia di Malaysia, dapat juga

melibatkan para TKI yang telah memiliki

keterampilan dalam bidang-bidang tertentu,

misalnya pertukangan, perbengkelan,

membuat kue, dan keterampilan lainnya

yang dapat ditularkan dan diajarkan kepada

rekan-rekan yang lain. Pendidikan vokasi

Page 15: IBCN panel discussion

7

ini kami lihat dapat memainkan peran

penting untuk memberikan pelatihan

keterampilan yang dapat meningkatkan

kapasitas TKI di Malaysia. Menurut hemat

kami, keterampilan bahasa seperti bahasa

Inggris, bahasa Mandarin dan bahasa

Malaysia, mutlak di kuasai oleh TKI di

Malaysia. Karena dengan menguasai

bahasa-bahasa tersebut, maka TKI dapat

berkomunikasi dengan baik dengan

atasannya dan juga dapat memiliki daya

saing yang tinggi. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah keterampilan komputer

dan Teknologi Informasi (TI). Sehingga TKI

dari Indonesia tidak lagi dipandang rendah

karena di Malaysia, mayoritas masyarakat

sudah memiliki akses terhadap internet.

Kami juga melihat adanya kerja sama yang

dapat dilakukan antara pemerintah, agen

penyalur tenaga kerja, perusahaan di

Malaysia dan lembaga pendidikan vokasi

ini untuk memberikan pelatihan bagi para

TKI yang akan atau sudah bekerja di Malaysia. Memang perusahaan besar

biasanya sudah memiliki kegiatan pelatihan

dan fasilitas training yang memadai, namun

tidak semua perusahaan memberikan

pelatihan bagi karyawannya, apalagi yang

bergerak di sektor informal. Oleh karena itu,

kehadiran lembaga pendidikan vokasi ini

diperlukan untuk mengisi kesenjangan

tersebut.

Terakhir yang tidak kalah penting dalam

bidang pendidikan adalah kesamaan kesempatan mendapat pendidikan. Sekolah

merupakan lembaga pendidikan yang

bermotif sosial. Oleh karena itu sekolah

tidak ditujukan untuk menghasilkan

keuntungan. Terkait dengan rencana

pendirian sekolah ini, maka sekolah ini ke

depan, sepatutnya juga mengakomodasi

kalangan kurang mampu. Jadi niat mulia

untuk memberikan pendidikan untuk semua

dapat terpenuhi, tanpa harus

mendiskriminasi orang karena tidak mampu bayar uang pendidikan atau mengorbankan

kualitas pendidikan yang diberikan.

Mekanisme yang perlu dilakukan untuk

memfasilitasi keinginan tersebut adalah:

pertama, melakukan subsidi silang. Jadi

setiap orang tua murid membayar uang

pendidikan sesuai dengan tingkat

pendapatannya. Orang tua murid yang

memiliki pendapatan tinggi membayar uang

pendidikan lebih mahal daripada orang tua

murid yang pendapatannya rendah atau

berstatus sebagai pelajar di Malaysia.

Kedua, mekanisme yang dapat dilakukan

untuk menutupi biaya operasional sekolah

ini kedepannya adalah dengan membentuk

suatu badan wakaf yang berfungsi untuk

mengelola sumbangan harta wakaf dan

sedekah dari para donatur yang kemudian

dapat diinvestasikan ke bentuk-bentuk

investasi yang halal dan menguntungkan.

Selanjutnya keuntungan yang didapat, bisa disalurkan untuk menutupi biaya operasional

sekolah atau memberikan beasiswa bagi

siswa yang berprestasi. Sehingga, dengan

adanya badan wakaf ini, diharapkan lembaga

pendidikan ini dapat mandiri terutama dalam

soal pendanaan. Contoh lembaga wakaf

yang berhasil dalam bidang pendidikan

adalah lembaga wakaf Universitas Al-Azhar

Mesir, badan wakaf Pondok Pesantren

Gontor Ponorogo, dan badan wakaf

Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Jadi kita juga dapat mencontoh

kesuksesan pengelolaan dalam badan wakaf

khususnya untuk lembaga pendidikan yang

kita butuhkan ini.

Penutup

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah

keadaan suatu kaum, sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri

mereka sendiri.

(QS: Ar-Ra’d: 11)

Mengutip dari firman Allah SWT di atas,

jelas bahwa kita harus berbuat sesuatu untuk

melakukan perubahan, karena perubahan

merupakan sesuatu yang harus diusahakan.

Setiap insan tentu paham, bahwa setiap

perbuatan baik yang kita lakukan, apapun

bentuknya tentu akan dinilai oleh Allah

SWT sebagai amal dan insyaAllah akan

mendapat ganjaran di dunia dan di akhirat

kelak. Terkait dengan wacana yang kami usulkan mengenai pendirian lembaga

pendidikan bagi WNI di Malaysia, maka

kami melihat hal ini merupakan salah satu

ikhtiar kita untuk merubah keadaan dan citra

yang sudah melekat pada WNI di Malaysia.

Dengan pendidikan maka kita dapat

memberantas dua hal sekaligus, kebodohan

dan kemiskinan. Dalam konteks kehadiran

Page 16: IBCN panel discussion

8

WNI di Malaysia, dengan kehadiran

lembaga pendidikan maka kita dapat

memperbaiki keadaan terutama untuk

generasi penerus yang akan melanjutkan

episode perjalananan bangsa Indonesia.

Memang gagasan ini masih jauh dari

sempurna, namun dengan berjalannya waktu

dan dukungan dari berbagai elemen bangsa

Indonesia di sini, insyaAllah kami yakin,

bahwa gagasan ini merupakan sesuatu yang

sangat mungkin untuk dikerjakan bersama-

sama.

Daftar Pustaka

Hallak, Jacques, (1990), Investing in the

Future: Setting Educational

Priorities in the Developing World,

Unesco: International Institute for

Educational Planning, Pergamon

Press, Oxford.

http://www.inherent-

dikti.net/files/sisdiknas.pdf

http://news.melayuonline.com/?a=a0xWdS9

1UGlaM1ZBY2E%3D=

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp

?id=328548&kat_id=514

http://www.antara.co.id/arc/2008/1/28/kirim

an-uang-tki-kabupaten-sukabumi-capai-

rp501-miliar/

http://www.kapanlagi.com/h/0000173283.html

http://www.kbrikl.org.my/konsular/bantuanh

ukum.html

http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/

13/15025532/tki.sukabumi.kirim.rp500.juta.

per.hari

http://www.gatra.com/artikel.php?id=11535

2

Muro, James J, (1995), Creating and

funding educational foundations: a

guide for local school districts, A

Longwood Professional Book,

Massachusetts.

World Bank, (1991), Vocational and

Technical Education and Training,

A World Bank Policy Paper, The

World Bank, Washington, D.C.

Page 17: IBCN panel discussion

9

Beberapa Pemikiran Mengenai Usaha – Usaha Untuk

Memajukan Pendidikan Tinggi Di Indonesia

Assoc. Prof. Dr. Iis Sopyan

Department of Manufacturing and Materials Engineering,

Faculty of Engineering, International Islamic University Malaysia

Pendahuluan Universitas sebagai pusat pendidikan

merupakan penggerak utama pengembangan

ilmu pengetahuan. Universitas adalah

tempat melahirkan insan terdidik dan para

pemimpin yang menentukan masa depan

Negara. Universitas juga sering dijadikan sebagai barometer bagi tingkat kemajuan

iptek suatu bangsa.

Kita memiliki banyak univesitas-universitas

unggul. Setiap tahun universitas –universitas

tersebut menerima siswa-siswa lulusan

SLTA yang berkualitas melalui seleksi yang

cukup ketat. Pendidikan dasar dan

menengah kita yang cukup baik, mungkin

termaju di rantau ini, memungkinkan

universitas-universitas kita menghasilkan

tenaga-tenaga terdidik yang unggul.

Dengan SDM yang berkualitas, seharusnya

level pendidikan tinggi di Negara kita bisa

jauh lebih baik dari yang ada sekarang.

Namun sayang sekali, banyaknya kelemahan

dalam system pendidikan tinggi kita dan

perhatian yang kurang sungguh-sungguh

dari pemerintah terhadap kemajuan tinggi

kita, menyebabkan tingkat pendidikan tinggi

kita menjadi jauh di belakang negara lain.

Tidak usah kita bandingkan dengan negara-negara maju. Kalau kita menengok negara-

negara tetangga seperti Singapura, Thalland,

dan bahkan negara yang dulu banyak belajar

dari kita, Malaysia, level pendidikan kita

secara umum masih dibelakang.

Tulisan ini menyajikan beberapa sumbangan

pemikiran untuk memperbaiki mutu

pendidikan tinggi di Tanah Air kita.

Penerapan status BHMN kepada Universitas.

Penerapan status BHMN kepada beberapa

universitas saat ini memang banyak

memberikan keuntungan secara financial.

Terlebih dalam situasi ekonomi yang sulit

seperti sekarang, strategi ini mungkin

berhasil untuk menyelesaikan masalah.

Tetapi dilain pihak banyak efek samping

timbul yang jika dibiarkan dalam jangka panjang akan merurunkan makna unversitas

sebagai institusi tempat pengajaran dan

pembelajaran ilmu. Sekarang bisa dilihat

dari beberapa fakta bahwa untuk memasuki

unvesitas-universitas top cukup mempunyai

sejumlah uang tertentu tanpa melewati suatu

ujian formal yang cukup ketat sebagaimana

yang diterapkan sebelumnya. Universitas-

universitas top hanya akan menjadi milik

orang kaya bukan orang pandai. Dalam

banyak kasus, tugas akademisi menjadi

terdistorsi, bukan menjalankan tugas akademik tapi tugas bisnis. Menerapkan

status BHMN adalah strategi yang cukup

baik, tapi pemerintah harus tetap mengontrol

melalui penerapan regulasi/kebijakan yang

memungkinkan level universitas kita tetap

terangkat dan pada saat yang sama pelajar –

pelajar yang berbakat menjadi tuan di

universitas-universitas besar bukan pelajar-

pelajar yang sekedar punya uang.

Pendidikan tinggi sebagai pusat pendapatan nasional Banyak pendapat, dan ini mungkin mewakili

mayoritas, pendidikan hanya menjadi salah

satu pusat belanja nasional bukan investasi

nasional. Pemerintah belum menganggap

pendidikan sebagai faktor terpenting dalam

pembangunan nasional yang, dalam jangka

panjang menghasilkan devisa bagi negara.

Prioritas yang rendah ini bisa dilihat dari

porsi rendah untuk bidang pendidikan dalam

APBN kita (< 5%). Saat ini negera-negara maju di Eropa, Amerika Utara, serta

Australian, Selandia Baru, dan Jepang

Page 18: IBCN panel discussion

10

menerima income yang tinggi hanya dari

sector pendidikan tinggi. Setiap tahun

mahasiswa-masiswa dari Timur Tengah,

Asia Tenggara, dan Asia Timur memasuki

universitas-universitas di negara maju.

Pendidikan adalah penyumbang GDP (income) terbesar ke-2 untuk Australia.

Dalam waktu dekat, posisi tersebut segera

akan diikuti oleh Singapura, Korea, dan

bahkan Malaysia. Memang saat ini banyak

juga mahasiswa asing belajar di universitas-

universitas kita, tapi kita tidak mempunyai

program nasional terpadu yang membawa

universiatas-universitas kita lebih siap

dimasukki mahasiswa-mahasiswa asing.

Beberapa strategi bisa diterapkan untuk

meningkatkan level pendidikan tinggi di Indonesia antara lain meningkatkan

tunjangan fungsional (bukan structural) para

staf akademik. Kita memang tidak bisa lepas

dari paradigma politik pemerintahan saat ini

di mana posisi structural diberi perhatian

lebih dibanding posisi fungsional. Namun ke

depan perlu memperhatikan hal ini.

Kita harus melengkapi infrastruktur

universitas sebagai lembaga pengajaran dan

pengembangan ilmu. Pemerintah harus

memberikan dana lebih banyak untuk

pengembanagn lab, perpustakaan, dan sarana kelas yang lebih baik. Kualitas riset

dan publikasi kita sangat minim. Sistem

akreditasi jurnal juga harus diperbaiki. Saat

ini kalau tidak salah hanya sedikit

universitas yang menerbitkan jurnal dalam

bahas Inggris.Untuk memberikan lebih

paparan (exposure) pelajar-pelajar Indonesia

ke system pendidikan internasional,

pemerintah perlu membuka kesempatan

kepada universitas asing yang ternama untuk

membuka cabang di Indonesia. Kita melihat banyak sekali pelajar-pelajar kita ke luar

negeri untuk belajar, dan ini tentu saja

membawa keluar devisa negara.

Dengan infrastruktur yang lebih baik, saya

yakin akan lebih banyak lagi mahasiswa

asing belajar ke negara kita yang bisa

mendatangkan devisa bagi negara.

Menggunakan bahasa Inggris sebagai

medium pengajaran dan pembelajaran Universitas-universitas kita sangat local-

minded. Ini bisa dilihat dari situs-situs

perguruan tinggi; hanya sebagaian yang

memasang versi bahasa Inggris. Ini adalah

problem nasional sebenarnya. Karena

banyak lembaga-lembaga negara yang juga

tidak mempunyai situs berbahasa Inggris.

Menggunakan bahas Inggris sebagai media

pengajaran dan pembelajaran mungkin hal yang akan bisa diterapkan dalam jangka

panjang. Namun kita bisa memulainya

minimal melalui metode evaluasi seperti di

soal-soal ujian, kuiz, dll. Penggunakan

bahasa Inggris akan menghasilkan sarjana

yang international market oriented, dan tentu

saja membuka pintu yang lebih luas kepada

pelajar asing untuk memasuki universitas-

universitas kita.

Perlu revisi kurukulum yang berkala untuk mengantisipasi situasi

kontemporer. Mata kuliah bahasa Inggris harus diberikan

porsi kredit yang lebih banyak. Di Jepang,

mahasiswa harus menyelesaikan 8 kredit

untuk matakuliah wajib, ditambah beberapa

matakuliah pilihan untuk bahasa Inggris

yang diperuntukkan untuk tujuan-tujuan

tertentu sesuai program masing-masing.

Hasilnya adalah sarjana-sarjana Jepang,

apalagi lulusan paska sarjana rata-rata mahir

menulis dalam bahasa Inggris. Attachment ke industry dalam bentuk kerja

praktek dll harus diberikan perhatian lebih.

Kesempatan attachment ke industry ini

seharusnya diberikan juga ke para dosen.

Departemen Diknas bisa bekerja sama

dengan Depperindag dalam membuat

regulasi yang memungkinkan berjalannya

system ini.

Membuka program-program yang global

oriented. Sebelum tahun 1970-an, beberapa program

menjadi favorit misalnya teknik

perminyakan, teknik sipil, teknik elektro,

dan teknik mesin. Memasuki tahun 1980-an,

favorit itu pindah ke bioteknologi, IT dan

computer. Namun memasuki tahun 2000 –

sekarang, beberapa bidang “baru”

(sebetulnya tidak baru) menjadi perhatian

antara lain teknik lingkungan,

nanoteknologi, energy baru, biomedical

engineering. Program-program yang terkait

dengan ke-empat bidang tersebut harus diperbanyak mengingat demand yang sangat

banyak. Perlu diingat bahwa ditahun-tahun

mendatang tiga bidang aplikasi yang akan

Page 19: IBCN panel discussion

11

terus menjadi primadona: energi, kesehatan,

dan lingkungan. Energi dan kesehatan

merupakan kebutuhan dasar hidup manusia

sementara lingkungan menjadi bidang

penting terkini karena semakin banyaknya

problem lingkungan timbul akibat mengingkatnya jumlah aktivitas penduduk.

Dua bidang yang harus diperhatikan untuk

menyeleseaikan 3 bidang aplikasi:

bioteknologi dan nanoteknologi. Tetangga

kita di Asia seperti India, China bahkan

Thailand dan Malaysia sudah membuat

program-program pengembangan

nanoteknologi secara nasional dan

pemerintah mereka mendukung secara

financial.

Penutup Demikianlah beberapa sumbangan

pemikiran bagi usaha-usaha untuk

memajukan pendidikan tinggi di Indonesia.

Page 20: IBCN panel discussion

12

SESI II : PENGELOLAAN SUMBER DAYA

ALAM, KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN

KEBANGKITAN BANGSA

Page 21: IBCN panel discussion

13

Tumbukan Meteorit yang Berpotensi Menyediakan

Wadah Minyak dan Gasbumi di Asia Tenggara

Prof. Dr. H.D. Tjia Universiti Kebangsaan Malaysia

Sejak Bumi terbentuk 4,6 milyar tahun yang lalu, telah banyak meteorit yang

berjatuhan di permukaannya. Benda langit berdiameter sampai beberapa

kilometer ini telah menghujani Bumi. Di antaranya satu tumbukan meteorit di

zaman alihan Kapur dan Tersier yang kemungkinan telah menyebabkan punahnya

dinosaurus 65 juta tahun yang lalu. Sebelumnya telah terjadi satu tumbukan yang

mengakhiri jenis-jenis kehidupan pada 250 juta tahun yang lalu. Bumi setidaknya

telah mengalami kepunahan global sebanyak lima kali. Ada yang lebih percaya

malapetaka kepunahan disebabkan oleh kegiatan gunungapi yang terjadi pada

waktu tertentu sepanjang sejarah Bumi.

Kajian pada akhir-akhir ini telah membuktikan adanya empat lokasi jatuhan

meteorit, tiga diantaranya terdapat di Semenanjung Malaysia dan satu di Sabah.

Lebih dari lima puluh tempat lain memperlihatkan ciri-ciri tertentu sebagai hasil

jatuhan benda langit. Salahsatu cirinya yaitu terdiri dari mineral kuarsa yang

memiliki beberapa set ira (sedangkan dalam keadaan biasa kuarsa menghablur

tanpa ira), “kemosaikan” (pemadaman optik dalam hablur tertentu yang dapat

dilihat dengan mikroskop bercahaya terpolarisasi) pada kuarsa. Selain daripada

itu adanya suevit (suatu jenis batuan hancur dimana pada tempat lain di Bumi

telah terbukti sebagai hasil tumbukan dengan meteorit), kawah di permukaan,

bangun gegelang bergarispusat hingga 60 km, keanehan gayaberat di Langkawi

yang menunjukkan bentuk kawah diselimuti sedimen muda sehingga tidak terlihat

sebagai suatu cekungan. Kuarsa dan kawah yang berasosiasi dengan lava

bersifat basalt di suatu daerah yang berdekatan dengan Kuantan, Pahang,

menunjukkan bahwa jatuhan meteorit tersebut terjadi 1,6 juta tahun. Umur

geologi dari jatuhan yang lain masih dalam tahap penyelidikan.

Tumbukan oleh meteorit lazimnya menghasilkan retakan hingga hancuran pada

batuan yang mengalami tumbukan dahsyat itu. Batuan yang retak jelas

menyediakan wadah untuk menampung cairan, seperti gas- dan minyakbumi.

Sejumlah lapangan hidrokarbon di luar Asia Tenggara ternyata memiliki

reservoir dalam batuan padat yang porositasnya dialihkan oleh tumbukan dengan

meteorit. Satu di antaranya ialah Chicxulub di Semenanjung Yucatan, Meksiko.

Chicxulub juga dipercayai sebagai lokasi jatuhnya meteorit yang menyebabkan

kepunahan dinosaurus. Umumnya, eksplorasi hidrokarbon mengabaikan tempat-

tempat di mana sedimen yang masih muda dan masih lembut dengan ketebalan

tidak melebihi 1 kilometer. Paparan Sunda antara Cekungan Natuna Barat,

Natuna Timur, Jawabarat Baratlaut antara kawasan yang demikian. Batuan

dasarnya yang padat, berusia pra-Tersier telah lama terdedah kepada tumbukan

Page 22: IBCN panel discussion

14

dengan meteorit. Sumber hidrokarbonnya terdapat di cekungan yang telah

disebut.

Tujuan: yaitu Mengetengahkan pandangan bahwa

batuan yang terkena benturan meteorit akan

membentuk cekungan minyak dan gas bumi

di Asia Tenggara

Intisari :

1. Probabilitas tersedinya Cekungan. 2. Indikator jatuhan meteorit.

3. Lapangan - lapangan migas akibat

benturan meteorit.

4. Sistem hidrokarbon yang menunjang

konsep ini.

5. Cekungan yang sudah teruji.

Page 23: IBCN panel discussion

15

Di Malaysia telah dipetakan 60 buah

cekungan akibat benturan meteorit, 4

diantaranya dicirikan oleh PDFs, Breksi

impak atau suevit dan kawah.

• Langkawi :

- Lingkaran Mahsuri; - Lingkaran Malut;

- Pulau Tepor

• Kota Tampan, Perak (Suevit & PDF).

• Bt. Paloh, Terengganu – Pahang

(Kawah).

• Marak Parak – Sabah (Lingkaran &

PDF).

Page 24: IBCN panel discussion

16

Page 25: IBCN panel discussion

17

Page 26: IBCN panel discussion

18

Kesimpulan

Di perairan dangkal paparan Sunda pasti

tersedia cekungan akibat meteorit ini.

Lapisan batuan yang terkena jatuhan

meteorit akan menyediakan batuan reservoir

yang retak-retak bersama perangkap yang

terbentuk, sedangkan hidrokarbonnya akan

diperoleh dari sumber dalam cekungan

Tersier berdekatan

Page 27: IBCN panel discussion

19

Peran Migas Dalam Masa Peralihan Energi

Ir. Rovicky Dwi Putrohari, MSc.

Exploration Supervisor, HESS Oil Malaysia

Peran minyak dan gas bumi yang akan

dibahas dalam tulisan ini merupakan

sebagian kecil dari permasalahan geopoltik

yang merupakan sebuah fenomena kompleks

di penghujung abad 21 ini. Peranan Migas di

Indonesia sangat berarti dalam kajian

geopolitik terutama dalam kondisi

kekhawatiran dunia akan berkurangnya supply bahan bakar atau energi.

Minyak dan Gas bumi di Indonesia tidak

hanya berperan sebagai sumberdaya untuk

memperkuat ketahanan Negara, namun juga

sebagai sumberdaya yang perlu dijaga secara

khusus karena peran strategisnya. Selain

untuk kebutuhan eksport namun disisi lain

juga sangat diperlukan untuk kebutuhan

energi dalam negeri.

Kondisi geografis serta keterdapatan migas

di Indonesia merupakan sebuah kombinasi

unik yang harus diperhitungkan secara

matang. Perhitungan ini terutama dalam

mengantisipasi perubahan percaturan politik

dunia yang berubah cepat dalam era

informasi ini.

Kedua tantangan perubahan peran serta

kondisi geopolitik di atas akan dibahas

secara sepintas dalam tulisan ini.

Geopolitik Dalam teori politik, geopolitik diketahui

berasal dari dua kata, yaitu "geo" dan

"politic". Dengan demikian ketika berbicara

geopolitik, tentusaja tidak terlepas dari

pembahasan mengenai masalah geografi dan

politik. Seorang ahli geografi Preston E.

James, memberikan pengertian geografi

sebagai ilmu tata ruang, yaitu segala sistem

yang memerlukan suatu ruang di permukaan Bumi. Sedangkan politik, sering

diasosiasikan dengan kekuasaan, kekuatan

dan juga pemerintahan.

Dalam studi Hubungan Internasional,

geopolitik tentusaja akan selalu menyangkut

masalah teritorial atau perbatasan

kekuasaan. Sedangkan dalam pengertian

kekuatan negara, peran pengetahuan

geopolitik adalah bagaimana memanfaatkan

sumberdaya alami dalam memperkuat

pertahanan dan ketahanan negara sebagai pengisi kebutuhan dalam negeri.

Dengan pengertian diatas, geopolitik dapat

disederhanakan sebagai suatu studi yang

mengkaji kondisi geografis, sejarah dan ilmu

sosial, dengan merujuk kepada politik

internasional. Geopolitik mengkaji makna

strategis dan politis suatu wilayah geografi,

yang mencakup lokasi, luas serta sumber

daya alam wilayah tersebut. Geopolitik

mempunyai 4 unsur yang pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi,

hubungan timbal balik antara geografi dan

politik, serta unsur kebijakan.

Migas di Indonesia Keberadaan migas di dunia sebagai sumber

energi di dunia dimulai sejak akhir abad 18

atau awal abad 20. Di Indonesia eksplorasi

migas diawali dengan pengeboran sumur

minyak Telaga Said di Sumatra Utara tahun

1980-an. Perkembangan industri migas di Indonesia menjadi sangat penting di dunia

setelah Indonesia mulai mengeksplorasi dan

memproduksi minyaknya sejak 1900-an,

namun eksplorasi dan produksi mulai

meningkat tajam sejak tahun 1965.

Industri migas di Indonesia melampaui masa

keemasan pada saat produksi migas

mencapai angka sekitar 1,5 juta barrel

minyak perhari pada tahun 1975 hingga

sekitar tahun 2000. Namun produksi minyak ini merosot tajam sejak tahun 2000 hingga

sekarang yang hanya dibawah 900 ribu

barrel perhari.

Page 28: IBCN panel discussion

20

Disisi lain produksi gas di Indonesia mulai

meningkat sejak tahun 1975. Gas yang

sebelumnya dibakar karena sebagai sisa

produksi minyak akhirnya dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Gambar 1. Produksi minyak dan gas bumi

Indonesia pada abad 20.

Geopolitik Peranan pemahaman geopolitik dalam suatu

negara sangatlah penting. Menurut ”Buku

Putih Hankam” peranan-peranan tersebut

antara lain adalah:

• Menghubungkan kekuasaan negara

dengan potensi alam yang tersedia;

• Menghubungkan kebijaksanaan suatu

pemerintahan dengan situasi dan

kondisi alam;

• Menentukan bentuk dan corak politik

luar dan dalam negeri;

• Menggariskan pokok-pokok haluan

negara, misalnya pembangunan;

• Berusaha untuk meningkatkan posisi

dan kedudukan suatu negara

berdasarkan teori negara sebagai

organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;

• Membenarkan tindakan-tindakan

ekspansi yang dijalankan oleh suatu

negara.

Uraian selanjutnya dibawah ini akan

berkonsentrasi terutama pada dua hal paling

atas yang menyangkut kondisi alam

(geografis) serta pentingnya sumber daya

migas dalam pembangunan dalam

memperkuat posisi negara. Serta peran

pentingnya dalam kebijakan energi menapaki abad ke 21.

Ancaman dari luar dan ancaman dari

dalam Dalam pembicaraan geopolitik sangat sering

(bahkan hampir selalu) dibicarakan adalah

ancaman dari luar karena adanya tetangga

yang ”nakal” (baik tetangga dekat maupun

tetangga jauh) yang

mengancam eksistensi

negara. Namun kalau

dilihat dalam dekade

terakhir ini, kasus-

kasus perbatasan di Asia Tenggara tidak

hanya karena

ancaman luar, namun

juga kelemahan

didalam yang

”memicu dan

memacu” pihak luar

menjadi lebih agresif.

Salah satu prinsip dalam dunia pertahanan

adalah keseimbangan. Selain kelebihan pihak luar yang sering memicu gangguan

pihak luar adalah penurunan ketahanan

dalam negeri sendiri, Kasus Sipadan-Ligitan

dan juga kasus Ambalat merupakan

contoh jelas kenyataan bahwa tetangga yang

menjadi kuat akan cenderung menjadi

semakin rakus ketika kondisi Indonesia

melemah. Kedua kasus itu juga sangat jelas

terlihat akibat adanya perebutan sumberdaya

migas yang ada.

Demikian juga permasalahan perbatasan di Asia Tenggara pada dekade terakhir ini

hampir semua dibumbui oleh “perebutan”

sumberdaya minyak bumi. Gambar 2

memperlihatkan bagaimana konflik di Asia

tenggara yang didominasi oleh kepentingan

perebutan sumberdaya alam terutama

minyak dan gas bumi.

Di kawasan Asia Tenggara, ketidakjelasan

batas antar dua negara dialami oleh beberapa

negara yang berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan.

Indonesia juga memiliki permasalahan

perbatasan dengan negara-negara lain,

terlebih lagi mengingat demikian luasnya

wilayah darat dan perairan. Indonesia

memiliki sepuluh negara tetangga yang

berbatasan, yakni Malaysia, Singapura,

Page 29: IBCN panel discussion

21

Thailand, India, Filipina, Vietnam, Papua

Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste.

Dibawah ini memperlihatkan gambaran

daerah Asia tenggara di sekitar Natuna

dimana kasus-kasus “disputed área” hampir

semua merupakan tumpang tindih dalam

memberikan kesempatan eksplorasi migas

kepada kontraktor asing.

Gambar 2. Peta daerah-daerah yang masih

menjadi permasalahan perbatasan territorial

negara-negara di Asia Tenggara yang dipicu

oleh sumberdaya migas.

Indonesia sebagai Negara

Kepulauan Seperti yang sering terbaca

dalam kajian geografis, Indonesia merupakan suatu

negeri yang amat unik. Hanya

sedikit negara di dunia, yang

bila dilihat dari segi

geografinya, memiliki

kesamaan dengan Indonesia.

Negara - negara kepulauan di

dunia, seperti Jepang dan Filipina, masih

kalah kompleksitanya bila dibandingkan

dengan negara kepulauan Indonesia.

Indonesia adalah suatu negara, yang terletak di sebelah tenggara benua Asia,

membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau

sebanding dengan seperdelapan panjang

keliling Bumi, serta memiliki tak kurang

dari 13.662 pulau.

Jika dilihat sekilas, hal ini adalah suatu

kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada

tandingannya lagi di dunia ini. Tapi bila

dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan

suatu kerugian atau kelemahan

tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia.

Indonesia terlihat seperti pecahan-pecahan

yang berserakan. Dan sebagai 13.000

pecahan yang tersebar sepanjang 3,5 juta

mil, Indonesia dapat dikatakan sebagai

sebuah negara yang amat sulit untuk dapat

dipersatukan.

Penduduk di Indonesia ini sangat tidak tersebar

merata. Lebih dari 60%

berada di Jawa. Maka,

untuk mempersatukan

Bangsa Indonesia,

diperlukan sebuah

konsep Geopolitik yang

benar-benar cocok

digunakan oleh Bangsa

Indonesia. Sebelum

menuju pembahasan tentang konsep

geopolitik Indonesia,

terlebih dahulu kami

akan membahas tentang kondisi serta

keadaan Indonesia ditinjau dari segi

geografisnya.

Gambar 3. Kepulauan Indonesia serta

distribusi penduduk yang tidak merata

Ada beberapa jenis kondisi geografis bangsa

Indonesia. Yaitu kondisi fisis, serta kondisi

Indonesia ditinjau dari lokasinya.

1. Kondisi fisis Indonesia,

• Letak geografis;

• Posisi Silang;

• Iklim;

• Sumber-Sumber Alam;

• Faktor-Faktor Sosial Politik.

Populasi di Indonesia

Page 30: IBCN panel discussion

22

2.Lokasi Fisikal Indonesia. Keberadaan pada

lokasi ini adalah faktor utama yang

mempengaruhi politik di Indonesia.

Indonesia berada pada dua benua, yaitu

Asia dan Australia. Indonesia pun

berada diantara dua samudera, yaitu

Samudera Pasifik dan Hindia.

Posisi silang, seperti yang telah dijelaskan

pada poin kondisi fisikal,

menyebabkan Indonesia

menjadi suatu daerah Bufferzone, atau daerah

penyangga. Hal ini bisa

dilihat pada aspek-aspek

dibawah ini:

• Politik

Indonesia berada

diantara dua sistem

politik yang berbeda,

yaitu demokrasi

Australia dan

demokrasi Asia Selatan;

• Ekonomi

Indonesia berada di antara sistem

ekonomi liberal Australia dan sistem

ekonomi sentral Asia;

• Ideologis

Indonesia berada diantara ideologi

kapitalisme di Selatan dan komunis di

sebelah utara;

• Sistem Pertahanan

Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di selatan, dan

sistem pertahanan kontinental di utara.

Bila masalah-masalah yang timbul dari

beberapa faktor di atas dapat diatasi dengan

baik oleh Bangsa Indonesia, maka akan

tercapailah suatu keadaan yang

dinamakan ketahanan nasional. Untuk

mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu

prosedur yang dinamakan “geostrategi”.

Secara umum, geostrategi merupakan upaya untuk memperkuat ketahanan di berbagai

bidang, yaitu bidang ideologi, politik,

ekonomi, sosial, budaya, militer, kehidupan

beragama, dan pembangunan.

Produksi Minyak dan Gas di Indonesia. Selama ini produksi migas lapangan-

lapangan di Indonesia berasal dari lapangan-

lapangan lama yang diketemukan sebelum

tahun 1970. Ciri lapangan-lapangan ini

diantaranya adalah, berlokasi di darat

memiliki kedalaman kurang dari 3000 ft

(1000meter), merupakan lapangan minyak

dengan API sedang.

Gambar 4. Distribusi lapangan-lapangan migas yang sudah dan sedang berproduksi di

Indonesia. (hijau = minyak, merah = gas).

Walaupun kebanyakan lapangan yang sudah

atau sedang berproduksi ini merupakan

lapangan minyak namun juga ada lapangan-

lapangan gas yang juga sudah memulai

produksi pada akhir tahun 1970-an. (lihat

gambar 1).

Produksi minyak Indonesia mengalami

penurunan yang telah berlangsung sejak 1995. Penurunan produksi minyak tersebut

disebabkan oleh karena sebagian besar,

hampir 90% merupakan lapangan-

lapangan minyak tua yang telah

melewati puncak produksi dan secara

alamiah seperti layaknya sumber daya

alam lain yang habis pakai (depletable)

mengalami penurunan sebesar 15% per

tahun. Kegiatan eksplorasi, juga ditambah

dengan optimalisasi produksi serta

penerapan teknologi modern telah mampu mempertahankan penurunan produksi

menjadi sekitar 6% pertahun ditahun 2004.

Page 31: IBCN panel discussion

23

Perlu diketahui, ekonomi nasional masih

menggantungkan devisa dari minyak dan gas

bumi untuk mengisi sekitar 25-30% dari

APBN, yang berarti produksi minyak dan

gas nasional masih merupakan usaha

strategis. Pada saat ini cadangan minyak

kurang dari 9 milyar barel yang cenderung

menurun sejak tahun 1999.

Gambar 5. Perkembangan sisa cadangan

minyak (remaining oil reserves) di

Indonesia yang menurun sejak tahun 1999.

Disisi lain lapangan lapangan yang sudah

diketemukan namun belum berproduksi

(Non Producing Fields) di Indonesia ini

sebagian besar berupa lapangan gas.

Lapangan-lapangan yang belum berproduksi

ini sebagian besar tersebar di laut, berukuran

kecil dan tersebar baik di Indonesia barat

maupun di Indonesia Timur.

Gambar 6. Distribusi lapangan-lapangan migas di Indonesia yang belum berporduksi.

(merah = gas, hijau = minyak)

Jumlah total sisa cadangan gas di Indonesia

saat ini sekitar 160 triliun cubicfeet. Jumlah

cadangan gas di Indonesia meningkat pesat

Pemanfaatan energi minyak bumi yang

”masih” mendominasi sebagai energi

primer. Disamping itu listrik masih

merupakan energi yang siap digunakan oleh

rakyat dan industri, sehingga

menyebabkan problem utama

dalam masalah distribusi energi

ini adalah distribusi energi listrik. Dengan melihat

terdistribusinya energi di

Indonesia terutama minyak,

gas bumi, batubara serta

geothermal di negeri ini, maka

diperlukan kebijakan khusus

dalam mengembangkan

penggunaan energi terutama

dalam pembangkitan listrik

(lihat Caption-1).

Migas dimasa Transisi

Pengisi Sumberdaya Energi Nasional Indonesia masih mempunyai potensi minyak

dan gas bumi yang cukup besar di 60

cekungan yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Tentu kita berharap

dikemudian hari Indonesia mampu

melakukan diversifikasi ekonomi untuk

tidak tergantung lagi dengan minyak dan gas

bumi. Namun kondisi dunia saat ini sudah

mulai bersiap-siap untuk mengganti energi alternatif non migas sebagai pengisi sumber

energi. Untuk itu tentusaja

mengharapkan investasi asing

untuk melakukan Eksplorasi migas

di 60 cekungan di Indonesia

memerlukan usaha yang ekstra

dalam mengakselerasi penambahan

cadangan.

Selain minyak dan gas bumi yang

masih menjadi andalan sumberdaya energi di Indonesia, Indonesia

memiliki banyak sumberdaya

energi lain yang dapat dipergunakan sebagai

sumber energi dan motor penggerak

ekonomi.

Page 32: IBCN panel discussion

24

Gambar 7. Perkembangan cadangan gas

(remaining gas reserves) di Indonesia yang cenderung terus meningkat.

Dibawah ini tabel potensi energi nasional

Indonesia tahun 2004 yang memperlihatkan

beberapa sumber energi yang dapat

dimanfaatkan dimasa mendatang.

Tabel 1. Potensi energi Nasional 2004

(Sumber KEN 2005).

Dari tabel di atas terlihat bahwa

pemanfaatan potensi energi non-migas

nasional masa depan harus segera dimulai.

Potensi geothermal yang sudah dimulai

tahun 1974 menunjukkan jumlah potensi

yang setara dengan 9 milyar barrel minyak. Potensi geothermal ini baru tergarap 20%

dari yang sudah terdeteksi hingga kini.

Transisi perubahan ini memerlukan

pengetahuan tentang :

- Jumlah cadangan migas yang masih

tersisa.

- Jumlah serta perkembangan kebutuhan

energi.

- Potensi energi non-migas yang masih belum tergali.

Konsumsi Minyak dan Gas Saat Ini. Konsumsi energi di Indonesia masih di

dominasi oleh minyak bumi dengan

puncaknya di tahun 2004 - 2005 ketika

Indonesia mulai menjadi net importir.

Ketergantungan terhadap sumber energi

minyak ini sepertinya masih akan berlanjut

akibat kurang berkembangnya energi substitusinya selama ini.

Page 33: IBCN panel discussion

25

Gambar 8. Laju produksi dan konsumsi

minyak di Indonesia (1986-2006).

Walaupun produksi gas terus

meningkat sejak awal tahun

1980-an, namun konsumsi

gas bumi di dalam negeri

tidak menunjukkan

peningkatan setajam kebutuhan konsumsi

minyak bumi. Juga

pemanfaatan gas tidak

menunjukkan setara dengan

laju produksinya. Gas ini

lebih banyak diekspor keluar

dalam bentuk LNG. Perlu diingat bahwa

harga gas tidak berubah secepat harga

minyak karena penjualan gas menggunakan

kontrak jangka panjang, sehingga

peningkatan harga minyak saat ini tidak banyak mempengaruhi harga penjualan gas.

Seandainya gas ini dapat lebih banyak

dipergunakan sebagai energi primer pada

pembangkit listrik, mungkin peningkatan

harga minyak tidak banyak mengganggu

sektor listrik ini.

Gambar 9. Laju produksi dan konsumsi gas di Indonesia (1984-2006)

Total kebutuhan energi

nasional saat ini masih

didominasi oleh BBM (oil)

hingga hampir 40%.

Sedangkan penggunaan

gas dan batubara masing-

masing 17% dan 14%.

Artinya ketergantungan

minyak masih sangat

tinggi. Yang meng-

khawatirkan adalah ke-

cenderungan penggunaan BBM yang meningkat

lebih tajam, sedangkan

kebutuhan energi primer

selain BBM (minyak) tidak setajam minyak.

Gambar 10. Total supply energi primer

tahun 2005. Minyak masih mendominasi

hingga 37 % total kebutuhan energi di

Indonesia

Transisi Pergeseran Energi Primer Pergeseran energi primer di Indonesia

sebenarnya sudah dicanangkan dalam KEN

2005. Peran migas dalam hal ini adalah

sebagai energi primer yang harus mampu

menjadi sponsor utama dalam pergantian ini.

Melihat perkembangan dari kelompok

energi primer yang dipergunakan di

Indonesia, mengurangi total penggunaan energi tidaklah mudah.

Mengurangi konsumsi perlu dilakukan

melalui efisiensi tetapi bukan

mengurangi input energi. Minyak masih

sangat sulit untuk dialihkan. Menggeser

penggunaan energi primer minyak

bumi ke energi lain salah satunya

dengan mengkonversi energi yang dipakai

untuk pembangkit listrik.

Page 34: IBCN panel discussion

26

Gambar 11. Perkembangan penggunaan

energi primer di Indonesia.

Gas serta geothermal merupakan dua energi

primer yang paling menguntungkan untuk

dipergunakan di dalam negeri. Sedangkan

batubara merupakan komoditi yang masih

memungkinkan dieskpor untuk meningkat-

kan devisa.

Transisi pergeseran energi primer ini mengacu pada kenyataan saat ini sebagai

berikut :

- Produksi minyak bumi diperkirakan akan terus berkurang dan diperkirakan

tidak akan signifikan pada sekitar tahun

2030.

- Potensi dan produksi gas di Indonesia masih akan bertahan kemungkinan akan

mencapai pincaknya pada tahun 2050.

Pengembangan Gas memerlukan waktu

yang lebih lama karena seringkali

menunggu pembeli (buyer) sebelum

membangun infrastruktur dan fasilitas

produksi.

- Pada saat ini energi geothermal masih hanya 20% dari potensi yang sudah

diketahui.

- Batubara merupakan jenis energi primer yang mudah ditransportasikan sehingga

merupakan sumber energi primer yang relatif lebih mudah dipakai sebagai bahan

komoditi (dieksport).

Dengan melihat kenyataan diatas perlu

dibuat prioritas pengembangan dan

pemanfaatan energi primer dalam memenuhi

kebutuhan dalam negeri.

Page 35: IBCN panel discussion

27

Gambar 12. Urutan pengembangan energi

sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan (need

and readyness)

Kesimpulan

Kondisi kekuatan geopolitik negara tidak

hanya dikontrol oleh faktor luar saja. Faktor

kekuatan dan daya tahan di dalam negeri

dapat menjadi pemicu konflik dengan pihak

luar.

Kebutuhan energi di dalam negeri Indonesia

sudah tidak memungkinkan lagi hanya

mengandalkan minyak dan gas bumi. Perlu

pemanfaatan sumber energi yang lain

sebagai pengisi dan substitusi. Idealnya,

pengembangan serta pemanfaatan energi

selain migas ini sudah harus dimulai

sebelum krisis energi muncul.

Sumber energi yang paling siap saat ini

adalah sumber energi geothermal dimana

besarnya jumlah energi ini paling tidak setara dengan 9 milyar barrel ekivalen atau

setara dengan produksi minyak

sebesar 800-900 Barrel perhari.

Time

Geothermal

2008

? Oil

Gas

Page 36: IBCN panel discussion

28

Caption 1

Perlunya “Geographical Source Based Energy Policy”

Indonesia merupakan negara kepulauan

terdiri atas ribuan pulau serta sangat

beragam kandungan sumberdaya alamnya.

Demikian juga kandungan sumberdaya

energi alamiah di masing-masing daerah ini

sangat beragam. Alam memiliki cara

tersendiri untuk menyebarkan kemakmuran

dengan menebar berbagai macam

sumberdaya untuk daerah-daerah tertentu.

Sayangnya manusia sering malas untuk menyelami bagaimana alam ini sudah

membuat distribusi dengan lebih sempurna.

Pembangunan PLTU-PLTU di Jawa PLTU

Jabar Selatan (2×300 MW), PLTU Jabar

Utara

(2x 300 MW), PLTU Jatim Selatan (2x 300

MW), PLTU Labuan (300 MW), PLTU

Marunda (600 MW), PLTU Rembang (2 x

300 MW) PLTU Suralaya (2x 600 MW),

PLTU Teluk Naga (2 x 300 MW), PLTU Awar-awar (600 MW) dan PLTU Paiton

Baru (2x 600 MW). Merupakan sebuah

kebijakan yang kurang menghargai

bagaimana tersebarnya sumberdaya energi

alami di masing-masing pulau di Indonesia,

Gambar C1. Sumber bahan bakar penggerak generator listrik di Indonesia. Conventional

thermal termasuk didalamnya dengan bahan

baker/bahan baku energi dari batubara dan

BBM/diesel.

Pembangunan PLTU diatas seolah sebuah

berita penambahan daya PLN utk kebutuhan

di Jawa, namun sayangnya pembangkit-pembangkit yg dibangun ini harus

mendatangkan sumber bahan bakarnya dari

daerah lain. Batubara sebagai sumber bahan

bakar PLTU ini harus didatangkan dari

Kalimantan. Tentusaja dengan adanya

proses pengangkutan serta pemindahan

bahan bakar ini akan menyebabkan

menurunnya efisiensi pemanfaatan energi.

Dengan melihat hukum fisika sederhana

saja, sebenarnya sudah terlihat bahwa

pengangkutan bahan baku atau bahan

bakarnya saja sudah akan membutuhkan energi, dan dapat dipastikan

pengangkutannya menggunakan BBM

(karena semua kapal menggunakan BBM).

Rasanya kebijakan menyeluruh soal energi

sangat memerlukan perlunya pemahaman

kondisi geografi Indonesia yang sangat unik

ini. “Geographical Source Based Energy

Policy” adalah kebijakan pemanfaatan

energi disesuaikan dengan ketersediaannya

secara alami yang tersebar secara geografis.

Distribusi energi primer di Indonesia sangat

bervariasi dan tidak mengikuti kepadatan

penduduk atau rakyat yang membutuhkan

energi sekundernya:

• Sumatra Utara terdapat sumberdaya alam gas bumi dan geothermal.

• Sumatra Tengah merupakan sumber

penghasil minyakbumi. Tentunya

pembakaran minyak mentah-pun akan

cukup untuk membangkitkan energi listrik

di daerah ini.

• Sumatra Selatan juga merupakan lumbung

minyak serta gasbumi.

• Pulau Jawa merupakan tempat

berkumpulnya energi Geothermal dan

juga gas alam di Jawa Barat dan Jawa Timur.

• Pulau Bali, Pulau Lombok dan Pulau Nusa

Tenggara merupakan tempat

berkumpulnya sumber daya energi

geothermal.

• Kalimantan merupakan tempat terbanyak

untuk deposit batubara.

Page 37: IBCN panel discussion

29

Dengan demikian pembangunan PLTU -

pembangkit listrik tenaga uap di Jawa

kemungkinan merupakan tindakan yang kurang tepat dari sisi geografi dan

geostrategi energi nasional. Pembangunan

PLTU ini akan justru mengurangi

rangsangan pemanfaatan potensi Geothermal

di Jawa nantinya. Nilai keekonomian energi

akan menjadi bias dan nantinya hanya akan

menyatakan “terlanjur” yg hanya akan

disesali dikemudian hari.

Dengan demikian sangatlah perlu adanya

“Geographical Source Based Energy

Policy” di Indonesia dimana merupakan penerjemahan kondisi geologi-geografi yang

sangat beragam ini.

Caption 2

Potensi Geothermal vs Minyak Bumi

Seberapa besar potensi geothermal ini?

Cadangan energi fosil sangat tergantung dari

jumlah (volume) yg dapat diambil atau

“ditambang”. Angka ini akan diskrit (secara

teoritis) karena akan “habis” pada suatu saat

nanti.

Energi Geothermal bukanlah energi fosil

sehingga perhitungan potensial yg dapat

dipakai untuk membangkitkan energi lain (dalam hal ini energi listrik) yang dapat

dipakai utk memperkirakan perbandingan

dengan sumber energi fosil. Kurang

diketahui bagaimana angka-angka dalam

naskah Blueprint PEN-Pengelolaan Energi

Nasional 2005 (lampiran B1) ini diperoleh.

Namun yg sering dipakai adalah potensi

pembangkitan listrik dari geothermal adalah

sebesar 20.000 MW. Angka ini yg dicoba

dipakai sebagai dasar perbandingan dengan

energi minyak bumi. Sumber lain

menyebutkan total kapasitas geothermal ini

27.000 MW.

Tabel Potensi energi Nasional tahun 2004.

(Sumber Kebijakan Energi Nasional)

Kalau saja untuk membangkitkan listrik 1 Kwh membutuhkan 0.28 liter BBM, maka:

• 1MWh membutuhkan 280 liter atau kira-

kira 2 barel.

• Kalau potensi geothermal di Indonesia itu

20.000 MW maka satu jam setara

5.600.000 liter atau 35.223 barel).

• Dalam satu hari potensi geothermal adalah

setara 134.400.000 liter atau 845.351 barel

BBM.

Page 38: IBCN panel discussion

30

• Dalam satu bulan sudah bernilai

4.032.000.000 liter BBM atau 25.360.518

barel.

• Dalam satu tahun bisa menghemat

48.384.000.000 liter sekitar 304.326.214

barel.

• Potensi geothermal dihitung untuk jangka

30 tahun karena potensi ini diestimasi

berdasarkan usia sumur geothermal dan

usia mesin pembangkit yg rata-rata akan

bertahan selama 20-30 tahun, seperti satu

kali masa kontrak PSC yang lamanya

antara 20-30 tahun. Sebagai gambaran Lapangan geothermal Kamojang sudah

berusia 27 tahun dan masih memilIki

kapasitas 93% dari yg terpasang.

• Maka dalam 30 tahun nilainya akan

menjadi setara 1.451.520.000.000 liter

BBM atau 9.129.786.412 barel-ekivalen

(~ 9 milyar barrel ekivalen).

Asumsi yg diambil adalah 0,28 liter BBM

ini hanya memproduksi 1 Kwh. Faktor

konversi liter/Kwh ini sangat tergantung dari kemampuan mesin pembangkit. Mesin

pembangkit yang bagus dan efisien

barangkali bisa saja membutuhkan kurang

dari 0,28 liter/Kwh.

Kalau dilihat dari produksi minyak mentah

(crude oil) Indonesia maka dalam satu hari

potensial geothermal ini lebih besar dari

produksi Indonesia saat ini yang hanya

sekitar 6-7 ratus ribu barel/hari (proyeksi

dalam blueprint PEN 2005 hanya 500 rb

bph).

Perhitungan potensi geothermal diatas

tentusaja dibatasi oleh current technology yg

tercermin pada efisiensi pembangkitan (0,28

liter/Kwh) dan dalam dalam masa 30 tahun,

namun secara teoritis energi geothermal tidak akan habis dalam ribuan tahun.

Dari perbandingan beberapa tipe pembangkit

ternyata Capacity Factor untuk pembangkit

listrik yang paling tinggi adalah dari

Geothermal (Kamojang 93%, Wayang

windu 94%, Darajat 93%). Coba bandingkan

dg pembangkit yg menggunakan BBM/BBG

(Muara karang, 65%), Batubara (Suralaya

67%), PLTA (Saguling 36%, Barantas

39%). Bahkan ada beberapa pembangkit dengan BBM memilki kapasitas dibawah 20

%, salah satu penyebabnya karena kesulitan

pasokan bahan bakar.

Page 39: IBCN panel discussion

31

Mengapa Geothermal memiliki kapasitas

sangat besar ? mungkin karena jalur

suplainya langsung dari dalam tanah (dari

sumur langsung ke turbin) , jadi tidak

banyak tangan, apalagi “tangan-tangan”

kepentingan ini kepentingan itu. Hal ini

terbukti dari PLTP pertama di Kamojang yg

sudah berumur 27 tahun tetap saja masih

tinggi daya kemampuannya sepanjang

beroperasinya. Dan tdk ada gangguan di

suplai energi primernya !.

Dibandingkan energi non migas lainnya, energi primer geothermal ini sudah terbukti

secara tehnis serta keberadaan potensinya di

Indonesia. Bahkan secara ekonomis sudah

mampu dipakai sebagai penggerak generator

listrik. Namun karena Indonesia merupakan

salah satu pemilik 40% energi geothermal

dunia, maka teknologi serta

pengembangannya justru harus dilakukan

oleh Indonesia. Mengandalkan riset dan

teknologi yang dibawa investor negara lain

akan mengakibatkan ketergantungan teknologi dimasa mendatang.

Pengalaman dengan lamanya masa belajar

industri perminyakan di Indonesia,

semestinya menjadikan Indonesia mampu

menguasai teknologi geothermal dunia ini.

Tidak seperti penguasaan teknologi migas

yang selama ini justru didominasi teknologi

dari luar.

Page 40: IBCN panel discussion

32

Upaya Peningkatan Produksi Minyak dari Lapangan Tua

(Brown Field) dengan Infill Drilling di Petronas Carigali,

Malaysia – Sebuah Studi Kasus

Ir. Isra Yendhi Ismail & Wahyudin Suwarlan BSc. IATMI-KL

Pemerintah Indonesia saat ini sedang berusaha keras untuk meningkatkan

produksi minyaknya, untuk kembali menjadi self sufficient di tahun 2010. Untuk

itu diperlukan upaya-upaya nyata dari dunia perminyakan Indonesia untuk

mendukung usaha pemerintah ini, salah satunya dengan meningkatkan produksi

lapangan-lapangan tua yang sangat banyak jumlahnya di Indonesia.

Sebagai perbandingan, makalah ini berusaha melihat upaya-upaya yang

dilakukan oleh Petronas Carigali dalam upayanya meningkatkan produksi minyak

dari lapangan-lapangan tua yang telah habis masa kontrak PSCnya dan

dikembalikan ke Petronas. Petronas Carigali yang diberikan hak pengelolaan

kemudian melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi minyak di

lapangan-lapangan tua tersebut. Mudah-mudahan apa yang dilakukan Petronas

ini bisa menjadi masukan bagi Indonesia.

Studi kasus ini meninjau pelaksanaan tiga projek peningkatan produksi lapangan

tua yang dilakukan Petronas Carigali. Projek pertama melakukan pemboran 8

sumur baru yang berhasil meningkatkan produksi lapangan tua tersebut sebanyak

4800 bbl/hari dan 6 MMSCF/hari gas. Sedangkan projek kedua sesudah

melakukan infill drilling juga berhasil menemukan lapangan baru yang

merupakan saddle area. Infill drilling menghasilkan tambahan produksi 5000

bbl/hari dari 5 sumur baru sedangkan dari 3 sumur di lapangan baru (saddle

area) yang dibor kemudian dihasilkan 6000 bbl/hari. Projek ketiga berhasil

mempertahankan produksi lapangan sebesar 50,000 bbl/hari walaupun sudah

berumur 40 tahun dan merupakan penyumbang produksi kedua terbesar Petronas

Carigali.

Upaya peningkatan produksi ini dilaksanakan oleh projek-projek kecil yang

terdiri dari Geoscientist dan Engineer dari berbagai disiplin dan didampingi

junior staff. Para junior staff dilibatkan secara aktif sambil belajar dan metode ini

merupakan cara yang efektif untuk alih teknologi. Tenaga ahli Indonesia banyak

terlibat dalam projek-projek ini.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang

berusaha keras untuk meningkatkan

produksi minyaknya, untuk kembali menjadi

self sufficient di tahun 2010. Untuk itu

diperlukan upaya-upaya nyata dari dunia

perminyakan Indonesia untuk mendukung

usaha pemerintah ini, salah satunya dengan

meningkatkan produksi lapangan-lapangan

tua yang sangat banyak jumlahnya di

Indonesia.

Page 41: IBCN panel discussion

33

Sebagai perbandingan, makalah ini berusaha

melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh

Petronas Carigali dalam usahanya

meningkatkan produksi minyak dari

lapangan-lapangan tua yang telah habis

masa kontrak PSCnya dan dikembalikan ke

Petronas. Petronas Carigali yang diberikan

hak pengelolaan kemudian melakukan

upaya-upaya untuk meningkatkan produksi

minyak di lapangan-lapangan tua tersebut.

Mudah-mudahan apa yang dilakukan

Petronas ini bisa menjadi masukan bagi Indonesia.

Sesudah ditunjuk sebagai operator untuk

mengelola lapangan eks PSC tersebut

Petronas Carigali melakukan evaluasi

lapangan secara menyeluruh dari subsurface

dan surface atau disebut Full Field Review

(FFR) untuk mengidentifikasi cadangan dan

potensi produksi yang bisa diraih. FFR studi

bisa dilakukan sendiri ataupun dilaksanakan

oleh konsultan. Dari studi itu FFR kemudian merekomendasikan beberapa upaya yang

perlu dilakukan untuk menaikkan produksi,

misalnya melakukan workover (perbaikan

sumur), well services (melakukan stimulasi

misalnya dengan acidizing, fracturing dll

untuk meningkatkan produksi), pressure

maintenance, ataupun melakukan infill

drilling. Infill drilling adalah pemboran

sumur-sumur baru untuk menyedot minyak

dari area yang tidak terjangkau oleh sumur-

sumur yang telah ada.

Studi kasus ini meninjau pelaksanaan tiga

projek peningkatan produksi dari puluhan

projek serupa yang telah dilakukan Petronas

Carigali dan berhasil meningkatkan

produksinya. Ketiga projek ini dilakukan di

tiga lapangan tua yang sudah berumur lebih

dari 40 tahun. Lapangan-lapangan ini

terletak di lepas pantai (offshore) dengan

anjungan produksinya tersebar di seluruh

lapangan.

Projek pertama dilakukan di sebuah

lapangan yang mempunyai 4 anjungan

produksi dengan total 60 sumur. FFR

merekomendasikan untuk melakukan

pemboran 8 sumur baru dari dua anjungan di

lapangan tersebut. Diharapkan tambahan

produksi dari sumur-sumur baru ini 5000

bbl/hari. Setelah dibor dan diproduksikan,

tambahan produksi yang diperoleh adalah

4800 bbl/hari ditambah 6 MMSCF/hari gas.

Projek kedua dilakukan di sebuah lapangan

tua yang mempunyai 72 sumur. Sesudah

melakukan infill drilling 5 sumur baru

Project Team juga berhasil menemukan

lapangan baru yang merupakan saddle area

dari lapangan yang ada. Infill drilling di

projek kedua ini menghasilkan tambahan

produksi 5000 bbl/hari dari 4 sumur baru

(satu sumur gagal berproduksi) sedangkan dari 3 sumur di lapangan baru (saddle area)

yang dibor 3 tahun kemudian dihasilkan

6000 bbl/hari.

Projek ketiga juga dilakukan di lapangan tua

yang sudah berumur 40an tahun. Lapangan

ini mempunyai 8 anjungan produksi dengan

jumlah sumur sekitar 175 buah. Berkat

program-program peningkatan produksi

yang dilakukan terus-menerus di lapangan

tua ini, produksinya bisa dipertahankan di sekitar 50.000 bbl/hari. Bahkan pernah

mencapai 57.000 bbl/hari dan merupakan

lapangan penyumbang produksi kedua

terbesar Petronas Carigali.

Kalau diamati apa yang dilakukan Petronas

dalam meningkatkan produksi lapangan-

lapangan tua ini sebenarnya tidaklah

istimewa, karena merupakan hal-hal yang

memang seharusnya dilakukan oleh setiap

perusahaan minyak. Dia menjadi istimewa

karena dilakukan secara konsisten dan serius, dengan keyakinan berapapun

peningkatan produksi yang diperoleh dari

suatu sumur akan memberikan sumbangan

tambahan produksi Petronas Carigali secara

keseluruhan. Padahal biaya pemborannya

jauh lebih besar karena dilakukan di lepas

pantai dibanding pemboran yang dilakukan

di darat (di darat satu sumur dengan

kedalaman 10.000 ft menelan biaya sekitar

USD 4-7 juta, sedang di offshore bisa

mencapai USD 7-15 juta).

Projek pertama dan kedua masing-masing

dilakukan oleh suatu team kecil yang intinya

terdiri dari ahli ahli Geology, Geophysics,

Petrophysics, Reservoir Engineering,

Production Technology, Drilling

Engineering, Completion Engineering dan

Surface Facilities Engineering, didampingi

oleh para junior staff. Karena banyaknya

Page 42: IBCN panel discussion

34

projek serupa yang dilaksanakan dan

semuanya membutuhkan tenaga ahli maka

tenaga ahli tersebut harus menangani lebih

dari satu lapangan dalam satu waktu.

Petronas melakukan terobosan dengan

memperkerjakan tenaga ahli dari luar,

termasuk dari Indonesia. Sebagian besar

projek ini dimotori oleh tenaga ahli

Indonesia. Project Manager dan para junior

staff biasanya orang Malaysia.

Tugas Project Team adalah mematangkan dan menajamkan hasil studi FFR dari semua

disiplin dan kemudian membuat

perencanaan, persiapan dan pelaksanaan

pemboran sumur-sumur baru tersebut,

termasuk juga penambahan fasilitas

produksi dan lainnya yang diperlukan. Para

junior ikut dilibatkan secara aktif sambil

belajar dan ternyata metoda ini merupakan

cara alih teknologi yang efektif sehingga

para junior belajar lebih cepat dan cepat

matang. Kadang-kadang karena kekurangan tenaga senior, para junior ini langsung

bekerja penuh dengan mendapat dukungan

dari tenaga ahli dari departemen terkait.

Dengan cara begini mereka bisa mencapai

tahap senior setelah berpengalaman 3-5

tahun. Padahal secara umum di dunia

perminyakan tahap senior itu biasanya

dicapai setelah 7-10 tahun pengalaman.

Projek ini biasanya memakan waktu sekitar

2 tahun. Setelah projek selesai personilnya

kemudian dipindahkan ke projek lain yang

membutuhkan.

Untuk projek ketiga, karena mempunyai

banyak lapangan-lapangan kecil dan

dilakukan secara berkesinambungan, maka

dilaksanakan oleh satu Project Department

yang terdiri atas beberapa team Geoscientist

dan Engineer. Team ini yang melakukan

studi, perencanaan dan juga pelaksanaan

pemboran. Team-team ini melakukan

studinya secara sistematis dan hasilnya

diteruskan ke team perencana dan kemudian pelaksana yang semuanya berada di

departemen tersebut. Dengan studi dan

eksekusi yang berkesinambungan ini

cadangan minyak di lapangan ini bisa

ditingkatkan dan produksinyapun bisa

dipertahankan bahkan ditingkatkan sehingga

tetap menjadi produser terbesar kedua di

Petronas Carigali.

Satu hal lagi yang penting adalah Reservoir

Management System yang diterapkan

dengan ketat. Setelah selesai pemboran

maka Reservoir Engineer memberikan

guideline cara produksi untuk setiap sumur.

Disitu ditentukan maksimum produksi dan

ukuran “choke” yang dibolehkan untuk

masing-masing sumur. Tujuannya adalah

untuk menjaga agar reservoirnya berada

dalam kondisi optimum, dan memanjangkan

masa produksi minyak dengan

menghindarkan terproduksinya air dan gas secara dini. Guideline ini wajib diikuti oleh

bagian produksi, mereka tidak boleh

seenaknya menggenjot produksi misalnya

karena harga minyak sedang tinggi atau

karena alasan-alasan lainnya.

Kesimpulan 1. Petronas berhasil mempertahankan

produksinya melalui intensifikasi

lapangan-lapangan tua bekas PSC dengan melakukan infill drilling.

2. Program peningkatan produksi ini

dilakukan oleh satu project team kecil

untuk setiap lapangan, yang

melaksanakannya dengan benar,

konsisten dan serius.

3. Masing-masing projek ini berusia rata-

rata sekitar 2 tahun, sejak

pembentukannya sampai pekerjaan

selesai. Setelah projek selesai tenaga

ahlinya dipindahkan ke projek lain atau

projek baru yang membutuhkan. 4. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli

Petronas merekrut experts dari luar

termasuk dari Indonesia.

5. Tenaga-tenaga junior dilibatkan secara

aktif di projek-projek tersebut, sambil

belajar mereka melakukan alih

teknologi. Melalui program ini mereka

cepat matang dan bisa mencapai level

senior dalam 3-5 tahun, lebih cepat dari

biasanya.

6. Reservoir Mangement System memberikan guideline cara produksi

untuk masing-masing sumur yang wajib

diikuti oleh bagian produksi. Tujuannya

untuk menjaga agar reservoir tetap

dalam kondisi optimum dan untuk

memanjangkan masa produksi sumur.

Page 43: IBCN panel discussion

35

SESI III : PERBANDINGAN ANTAR

BANGSA DALAM KEMAJUAN INDUSTRI

DAN KEBIJAKAN UNTUK

KEBANGKITAN NASIONAL

Page 44: IBCN panel discussion

36

Tragedi 13 Mei di Malaysia dan Indonesia : Studi

Komparasi Bagi Tantangan Proses Transisi Demokrasi

Askar Triwiyanto ST. International Islamic University Malaysia

Huru-hara di sebuah Negara dalam banyak hal menjadi momen bersejarah yang

membawa babak baru bagi perubahan-perubahan baik kearah yang lebih baik

maupun ketidakpastian perjalanan sebuah bangsa. Tulisan berikut ini mencoba

mengkomparasi dua negara bertetangga yaitu Malaysia dan Indonesia yang

pernah mengalami masa-masa sulit dalam transisi demokrasi dan perjalanan

politiknya. Beberapa hal menarik yang patut dikaji secara lebih mendalam terkait

dengan kesamaan tanggal yakni 13 Mei dan kemiripan isu seperti kerentanan

hubungan sosial-ekonomi antar warga bangsa yakni pribumi dan etnis Cina.

Dalam kaitan itu penulis membatasi bahasan pada latar belakang terjadinya

kerusuhan, keadaan pasca kerusuhan dan tindakan yang diambil otoritas

penguasa saat itu dan implikasinya pada periode berikutnya. Komparasi yang

diperoleh memperlihatkan perbedaan yang sangat signifikan dalam hal upaya-

upaya mengatasi keadaan dan implikasinya. Malaysia yang kami sebut terlebih

dahulu mengalami masa sulit ini di tahun 1969. Namun secara berkesinambungan

penyikapan trauma sejarah ini ditangani dan diantisipasi untuk menghindari

terulangnya kejadian ini dan saat ini telah cukup memperlihatkan hasil positif

walau tetap menyimpan luka yang mendalam dan tetap menjadi bahaya laten ,

sementara itu keadaan yang sangat kontras bisa kita temukan dalam

membandingkan penanganan kasus serupa di Indonesia pada tahun 1998 dengan

rentang waktu yang relatif sama dimana kami jadikan parameter adalah 10 tahun

pasca tragedi kerusuhan Mei tersebut. Tentunya dengan tidak mengabaikan skala

kerusuhan berikut luas dan besarnya perbedaan populasi penduduk kedua Negara

diharapkan kajian ini dapat turut memperkaya khazanah pendidikan serta

mengambil manfaat dan pelajaran kehidupan berbangsa khususnya bagi para

pengambil kebijakan.

Latar Belakang Kerusuhan atau huru-hara terjadi kala

sekelompok orang berkumpul bersama

untuk melakukan tindak kekerasan, biasanya

sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai

upaya penentangan terhadap sesuatu. Alasan

yang sering menjadi penyebab kerusuhan

termasuk kondisi hidup yang buruk,

penindasan pemerintah terhadap rakyat,

konflik agama atau etnis, atau sekedar

kekecewaan atas hasil sebuah pertandingan

olahraga. (Wikipedia Indonesia)

Kerusuhan bukan hanya terjadi di Negara-

negara berkembang, tapi juga pernah terjadi

dalam berbagai sejarah politik eropa dimasa

lalu. Dalam salah satu bukunya Benjamin

Franklin yang pernah bekerja sebagi juru cetak di London pada tahun 1769,

mengatakan bahwa Huru-hara menjadi

endemik dalam sejarah Inggris di abad ke

18, beliau mengatakan :

I have seen within a year riots in the country

about corn; riots about elections; riots

about workhouses; riots of colliers; riots of

weavers; riots of coalheavers; riots of

Page 45: IBCN panel discussion

37

sawyers; riots of Wilkesites; riots of

government chairmen; riots of smugglers, in

which custom-house officers and excisemen

have been murdered, the King’s armed

vessels and troops fired at.¹

( A. H. Smyth (ed.), The Writings of

Benjamin Franklin (New York, 1907), x.

239, cited in Gilmour, Riot, Risings and

Revolution (Pimlico, 1992), 15.)

Indonesia dan Malaysia pernah mengalami

tragedi kerusuhan yang merupakan episode rumit dan membahayakan eksistensi kedua

bangsa tersebut yakni kerusuhan yang terjadi

di bulan dan tanggal yang sama, hanya

berbeda dalam tahun kejadian . Bila

dibandingkan terdapat perbedaan yang

signifikan dimana Malaysia yang bekerja

keras menjadikan Tragedi 13 Mei 1969

sebagai sarana dalam peñata-ulangan

konfigurasi sosio-ekonomi masyarakatnya,

sementara kerusuhan 13-15 Mei 1998 di

Indonesia masih menyisakan banyak tanda tanya. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih

banyak diliputi ketidakjelasan dan

kontroversi sampai hari ini. Namun

demikian umumnya orang setuju bahwa

peristiwa ini merupakan sebuah lembaran

hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa

pihak, terutama pihak Cina, berpendapat ini

merupakan tindakan pembasmian orang-

orang tersebut.

Kerusuhan antar etnis di Malaysia 13 Mei 1969 Malaysia sebagai sebuah Negara yang terdiri

dari tiga etnis besar yang meliputi Melayu,

Cina dan India pernah mengalami masa-

masa rumit dalam transisi Politiknya berupa

kerusuhan yang cukup menjadi Trauma

Sejarah negaranya, trauma itu adalah

kerusuhan yang terjadi pada tanggal 13 Mei

1969. Kekacauan yang dahsyat itu

diilustrasikan hampir menghancurkan

Negara oleh penulis berkebangsaan Inggris Leon Comber dalam bukunya Chinese

Malaysian Relation with Malays History

yang diberi kata pengantar oleh Tunku

Abdul Rahman Perdana Menteri pertama

Malaysia (1959-1970) saat kerusuhan 13

Mei 1969 terjadi. Beberapa hal terkait

kejadian itu saat ini masih terus dikaji dan

menjadi isu sensitif dalam perumusan

kebijakan politik kontemporer, isu ini

disebut sensitif dan dilarang

mendiskusikannya di muka umum kecuali

disampaikan oleh otoritas politik dan di

forum tertentu pula seperti yang dituangkan

Prof Syed Arabi Idid dalam pendahuluan

buku Malaysia at 50 : Achievements and

Aspirations, IIUM & Thomson , 2008.

Kerusuhan Mei tersebut berawal dari Parade

perayaan kemenangan sebagian aktivis DAP

selepas perhitungan suara Pemilihan Umum

1969. Parade ini juga memprovokasi isu-isu Rasial di kawasan yang padat komunitas

Melayu yakni Kampung Baharu dengan

sangat demonstratif mereka mengumpat,

menghina dengan mengeluarkan kata-kata

seperti ‘Melayu sudah Jatuh’, Kuala

Lumpur sekarang Cina punya’, ‘Ini negeri

bukan Melayu punya’ kita mahu halau

semua orang Melayu’ dan kata-kata

seumpama itu. (Goh, op.cit., hal 21;).

Parade kemenangan ini digambarkan oleh

Tunku Abdul Rahman sebagai sesuatu yang telah diadakan secara tidak teratur dari segi

politik dan diikuti tindakan kasar tanpa

memperdulikan arahan otoritas keamanan

dalam hal ini Polisi yakni tidak dibenarkan

melalui jalan-jalan tertentu yang juga

mengakibatkan kemacetan lalu-lintas.

Pada petang hari 13 Mei 1969, sekumpulan

anggota masyarakat pendukung UMNO

(United Malays National Organisation)

berkumpul di depan rumah Menteri besar

Selangor dengan tujuan mengadakan demontrasi tandingan terhadap parade DAP

(Democratic Action Party-transformasi

partai Lee Kuan Yew setelah Singapura

menyatakan berpisah dari Federasi Malaya)

sebelumnya. Tak lama setelah itu meletuslah

huru-haru dan konflik horizontal antar etnis

Melayu dan Cina. Keadan ini diikuti dengan

kerusuhan yang merambah ke beberapa

tempat di Kuala Lumpur. Jelas sekali bahwa

otoritas pemerintah sedang menghadapi

keadaan darurat. Orang-orang Melayu dan Cina sudah terlibat saling bunuh, terjadi

penjarahan besar-besaran dan kebakaran

yang maha hebat. Polisi berupaya keras

mengatasi keadaan, tapi dikarenakan luasnya

skala kerusuhan dan berlangsung terus-

menerus keadaan tak bisa teratasi lagi

akhirnya tentara terpaksa dipanggil. Polisi

dan tentara juga dikerahkan dari luar Kuala

Lumpur. Saat itu keadaan tetap tidak bisa

Page 46: IBCN panel discussion

38

dikuasai oleh pihak keamanan hingga pukul

8 malam 13 Mei 1969.

“Kuala Lumpur telah terbakar”, tulis Tunku

Abdul Rahman tentang huru-haru tersebut. “

Saya dapat melihat dengan jelas api

menjulang tinggi dari tempat kediaman saya

diatas bukit. Saya tidak pernah berfikir

bahwa saya akan melihat pemandangan

mengerikan seperti ini dalam hidup saya.

Sebenarnya segala yang saya curahkan dan

usahakan untuk menjadikan Malaysia

sebagai sebuah Negara yang aman, damai

untuk didiami sejak beberapa tahun yang

lalu, dan impian saya untuk menjadi

Perdana Menteri yang paling bahagia di

dunia menjadi musnah begitu saja termakan

api.” (Rahman, op.cit., hlm. 76).

Keesokan harinya 14 Mei keadaan Kuala

Lumpur masih mencekam, terdengar

tembakan secara sporadis terjadi dibeberapa

tempat . Kumpulan orang Melayu dan Cina sesekali terlibat pertikaian dengan

menggunakan berbagai jenis senjata yang

mereka dapati. The London Times

melaporkan “ Dijalan raya, mobil, motor,

dan scooter telah terbalik dan terbakar

tanpa diketahui nasib penumpang dan

pengemudinya”

Pertumpahan darah terus berlangsung pada

15 Mei 1969. Tembak menembak terjadi

antara pasukan keamanan dengan beberapa

orang bersenjata. Asap terkepul-kepul naik ke udara dari berbagai bangunan, toko-toko

dan pasar-pasar yang terbakar. Serta jalan-

jalan raya sangat kotor oleh sampah yang

berserakan.

Huru-hara, kehilangan nyawa dan

musnahnya harta benda telah meliputi

Malaysia disebabkan kerusuhan antar etnis

Cina dan Melayu. Kerusuhan ini terus

berlanjut selama beberapa hari sampai

keadaan dapat diatasi kembali oleh pihak keamanan. Akhirnya otoritas pemerintah

mengambil langkah-langkah dalam

menanggulangi situasi darurat tersebut yakni

Perintah untuk larangan keluar rumah 24

jam / jam malam diberlakukan diseluruh

pantai Barat Semenanjung Malaysia, yaitu

Selangor, Negeri Sembilan, Perak, Kedah,

Pulau Pinang dan Melaka. Puncak dari

keadaan ini menyebabkan transportasi kereta

api, bis dan perhubungan udara berikut

hubungan dengan dunia luar menjadi

lumpuh total. Penerbitan Koran dan media

lain juga terhenti selama beberapa hari.

Tanggal 29 Mei 1969 di Kuala Lumpur

keadaan ini mulai mereda, walau masih

diliputi suasana tegang.

Data resmi mengenai dampak kerusuhan

akan kami paparkan pada penjelasan analisa

dan perbandingan. (The Strait Times, 9 June

1969 ; Rahman, op.cit., hlm. 177.)

DYMM Seri Paduka Yang di-Pertuan

Agong telah mengumumkan Keadaan

Darurat di seluruh Negara pada 14 Mei

1969, dengan terbitnya Fasa 2 Akta 150

Perlembagaan Malaysia, ‘Untuk menjamin

keselamatan Negara dan juga mengekalkan

keamanan’, Perlembagaan dan parlemen

telah dibekukan dan Pilihan Raya di

Malaysia Timur telah ditangguhkan sampai

waktu yang belum ditentukan. Dua hari kemudian tanggal 16 Mei 1969, Perdana

Menteri Tunku Abdul Rahman

mengumumkan dibentuknya Majelis

Gerakan Negara yang terdiri dari sepuluh

orang dan diketuai oleh Tun Abdul Razak-

Deputy PM yang bertanggung jawab untuk

penyelenggaraan Negara dalam keadaan

darurat tersebut. Serta melantik sejumlah

menteri baru yang lebih tinggi otoritasnya

dari Majlis Gerakan (MAGERAN). (The

Strait Times, 17 Mei 1969).

Perdana Menteri secara tegas menyatakan

bahwa beliau tetap menjabat Perdana

Menteri dan berkuasa penuh diseluruh

Negara dan Majelis Gerakan Negara

bertanggungjawab kepadanya. Berdasarkan

pembentukan dan pelantikan lembaga

Majelis Gerakan Negara (MAGERAN) pada

tanggal 1 Juli 1969 segera saja lembaga ini

bekerja untuk merestorasi/menata ulang

masyarakat serta mengatasi keadaan dan

mengembalikan Malaysia pada Stabilitas kemanan dan Demokrasi. Hasil investigasi

Majelis ini terhadap kerusuhan Mei 1969

dilaporkan pada 9 Oktober 1969 secara

resmi menuduh peranan Partai Komunis

Malaya beserta kongsi-kongsi gelap (secret

society) Cina. Disamping menyebut

beberapa faktor lain juga, hal ini juga

termasuk perbedaan penafsiran terhadap

perlembagaan yang dilakukan oleh orang-

Page 47: IBCN panel discussion

39

orang Melayu dan bukan Melayu dan juga

golongan pendatang tertentu terhadap

beberapa peruntukan yang terkait dengan

hak-hak istimewa orang Melayu serta, isu

bahasa Melayu sebagi bahasa Kebangsaan.

Selain itu MAGERAN juga melaporkan

penegasan tentang isu-isu sensitif yang bisa

menyulut konflik antar etnis/perkauman

pada saat Pemilihan Umum, terutama seperti

apa yang dilakukan aliansi partai/perikatan

dan partai-partai oposisi/pembangkang serta

penghinaan kaum dan ancaman yang dilakukan oleh DAP, berikut parade

kemenangan di Kuala Lumpur. Pada tahun

1970, otoritas pemerintah telah mengakui

bahwa kerusuhan itu disebabkan oleh ‘sikap

permusuhan dan perasaan tidak seimbang

antar kaum’. Dengan kata lain, perasaaan

kesepahaman tidak terwujud diantara orang-

orang Cina dan Melayu. Terdapat juga

perasaan tidak puas dikalangan orang

melayu disebabkan oleh kecemburuan

terhadap kemakmuran ekonomi yang dimiliki orang-orang Cina. (Gordon P.

Means, Malaysian Politics, Hodder &

Stoughton, London 1976 2nd. ed, hlm. 408.).

Politik Huru-hara 13-15 Mei 1998 di

Indonesia

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan

yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei - 15

Mei 1998, khususnya di ibu kota Jakarta

namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial

Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti. Pada

kerusuhan ini banyak toko-toko dan

perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh

amuk massa — terutama perusahaan-

perusahaan yang dianggap ada hubungannya

dengan keluarga Soeharto dan pengusaha

yang menikmati fasilitas dan mengelilingi

kekuasaan Presiden — dirusak secara

membabi-buta oleh massa yang mengamuk.

Selain itu banyak warga Indonesia keturunan Cina juga menjadi sasaran amuk massa,

terutama di Jakarta dan Surakarta. Sampai

saat ini belum begitu jelas siapa yang

menunggangi mereka. Sebab dan alasan

kerusuhan ini masih banyak diliputi

ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari

ini. Namun demikian umumnya orang setuju

bahwa peristiwa ini merupakan sebuah

lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara

beberapa pihak, terutama pihak Cina,

berpendapat ini merupakan tindakan

pembasmian orang-orang tersebut.

Rangkaian aksi kerusuhan di Indonesia

dimasa orde Reformasi mencapai puncaknya

ditandai dengan meletusnya Tragedi Trisakti

pada 12 Mei 1998. Hal ini membawa

Indonesia pada babak baru perjalanan

bangsa. Rezim Soeharto yang telah berkuasa

lebih dari tiga dasawarsa akhirnya jatuh.

Pada waktu itu, mahasiswa Universitas Trisakti sedang melaksanakan aksi unjuk

rasa, namun mereka dihadang oleh aparat

keamanan, dan terjadilah bentrokan yang

menewaskan empat orang mahasiswa akibat

tembakan peluru tajam. Tragedi ini menjadi

pemicu bagi rangkaian kerusuhan yang lebih

besar pada tanggal 13-15 Mei 1998.

Kerusuhan juga berlangsung di beberapa

daerah, telah menimbulkan korban ratusan

jiwa melayang dan harta benda yang

musnah. Aksi-aksi kekerasan massa, perusakan, pembakaran, penjarahan hingga

tindakan asusila, menimbulkan kesedihan

dan luka yang mendalam bagi bangsa

Indonesia. Aksi kekerasan ini adalah

perbuatan diluar dugaan, karena dilakukan

sesama rakyat Indonesia yang sebelumnya

terkenal dengan keramahan dan

kesantunannya. Siapa yang berada dibalik

aksi-aksi kerusuhan tersebut, hingga saat ini

belum tuntas pelaku dan mastermind-nya.

Radio komunikasi TNI / Polri yang tiba-tiba

tidak berfungsi saat tragedi tersebut juga masih menjadi pertanyaan yang belum

terjawab hingga kini.

Dalam laporan akhir TGPF tentang fakta

korban seri 4. 1998. p.7 disebutkan korban

meninggal dunia, luka-luka serta hilang

adalah: meninggal dunia 1217 orang

(dimana 1190 orang diantaranya meninggal

akibat terbakar), luka-luka 91 orang, dan

hilang 31 orang . Hal lain yang menjadi

relevan untuk dielaborasi adalah berkembangnya opini bahwa sebagian besar

korban tragedi kerusuhan Mei 1998 adalah

etnis Cina. Hal ini bisa dilihat dalam laporan

tentang kasus-kasus perkosaan pada saat

kerusuhan yang dilakukan oleh kelompok

muslim terhadap wanita keturunan etnis cina

yang terkesan dibesar-besarkan dan

cenderung memojokkan ummat Islam.

Kesan ini secara kentara terlihat dalam

Page 48: IBCN panel discussion

40

sebuah artikel bertajuk Vivian yang dimuat

dalam majalah Jakarta-Jakarta No. 609

edisi Juli 1998 disebutkan bahwa para

pemerkosa melontarkan kata-kata “You must

be raped because you are Chinese and non-

muslim”. Indikasi manipulasi isu ini juga

membesar-besarkan opini perkosaaan massal

saat itu dengan memuat foto-foto perkosaan

di internet, yang dikemudian hari ternyata

bukan gambar wanita di Indonesia tetapi

wanita-wanita di Hongkong dan beberapa

Negara lain. Hal ini juga diperkuat dalam situs berbahasa Inggris

http://www.huaren.com/Indo/atrocities.html

tertanggal 13 Juli 1998 berjudul THE

RAPES IN THE SERIES OF RIOTS yang

dilaporkan oleh I. Sandyawan Sumardi, SJ

selaku sekretaris THE VOLUNTEERS

TEAM FOR HUMANITY (Tim Relawan

Kemanusiaan-TRK). Yang berisi klaim

sepihak dari TRK mengenai data korban

Perkosaan yang dikatakan bersifat massal

sepanjang kerusuhan tersebut, hal ini terbukti dengan tidak bisa dikonfirmasinya

sumber data secara akurat seperti yang

diungkapkan Pangdam Jaya Sjafrie

Syamsudin dalam sebuah wawancara.

Ketidakjelasan isu perkosaan massal ini

membuat Indonesia lebih tercoreng lagi

dengan tidak adanya penegakkan hukum

terhadap kemungkinan pembohongan publik

terkait foto-foto perkosaan ini setelah

terungkapnya manipulasi informasi yang

dimuat di internet.

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)

Peristiwa tanggal 13-15 Mei 1998

Adalah tim yang dibentuk berdasarkan

Keputusan bersama Menhankam/Pangab,

Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negri,

Menteri Luar Negri, Menteri Negara

Peranan Wanita dan Jaksa Agung pada

tanggal 23 Juli 1998 untuk masa waktu 3

bulan hingga 23 Oktober 1998. Tugas TGPF adalah mengungkap fakta, pelaku dan latar

belakang Peristiwa 13-15 Mei 1998. Tim

yang beranggotakan 18 orang ini terdiri dari

unsur pemerintah, Komnas HAM, LSM dan

organisasi masyarakat lainnya di bawah

pimpinan Marzuki Darusman, SH. Hasilnya,

TGPF membuat Sembilan kesimpulan dalam

laporan akhir TGPF yang disiarkan pada 3

November 1998 di Departemen Kehakiman

oleh Ketua TGPF Marzuki Darusman, SH

dihadapan ratusan wartawan. Enam Menteri

yang mengeluarkan keputusan bersama tidak

hadir, sedangkan 2 anggota TGPF

meninggalkan rapat. Kesimpulan pertama

TGPF berbunyi :

Sebab pokok peristiwa Kerusuhan 13-14 mei

1998 adalah terjadinya persilangan ganda

antara dua proses pokok yakni proses

pergumulan elit politik yang bertalian

dengan masalah kelangsungan kekuasaan

kepemimpinan nasional dan proses

pemburukan ekonomi moneter yang cepat.

Di dalam proses pergumulan elit politik itu,

ada pemeran- pemeran kunci di lapangan

pada waktu kerusuhan. Dalam kaitan ini,

pertemuan Makostrad tanggal 14 Mei 1998,

patut diduga dapat mengungkap peranan

pelaku dan pola pergumulan yang menuju

pada kerusuhan yang terjadi.

Sejalan dengan itu, TGPF

merekomendasikan : Pemerintah perlu melakukan penyelidikan

lanjutan terhadap sebab- sebab pokok dan

pelaku utama peristiwa kerusuhan 13-14

mei 1998, dan kemudian menyusun serta

mengumumkan buku putih mengenai

peranan dan tanggung jawab serta

keterkaitan satu sama lain dari semua pihak

yang bertalian dengan kerusuhan tersebut.

Untuk itu, pmerintah perlu melalukan

penyelidikan terhadap pertemuan di

Makostrad pada tanggal 14 Mei 1998 guna

mengetahui dan mengungkap serta

memastikan peran Letjen Prabowo dan

pihak-pihak lainya, dalan seluruh proses

yang minimbulkan terjadinya kerusuhan.

Esok sorenya sebagian orang yang disebut

dalam laporan akhir TGPF ikut terlibat

dalam pertemuan di Makostrad tanggal 14

Mei 1998 ganti mengadakan konfrensi Pers

membantah laporan TGPF. Mereka adalah

Fadli Zon, Farid Prawiranegara dan Hashim

Djojohadikusumo adik Prabowo Subiyanto. Mereka menjelaskan kronologi pertemuan di

Makostrad, berikut siapa saja yang hadir dan

apa yang dibicarakan. Fadli Zon dalam

bukunya Politik Huru-hara Mei 1998

halaman 126 menanggapi laporan TGPF

yang tidak didasarkan atas fakta dan punya

pretensi mencemarkan nama baik . Hasil

TGPF ini lebih sebagi teori, satu dugaan dan

asumsi ketimbang satu fakta. Fadli

Page 49: IBCN panel discussion

41

menambahkan seharusnya TGPF melakukan

klarifikasi terhadap orang-orang yang hadir

dalam pertemuan 14 Mei tersebut dan hal itu

bisa dilakukan dengan mudah. Semuanya

masih ada di Jakarta. Beberapa hari

kemudian mereka yang juga hadir di

Makostrad tanggal 14 Mei 1998 seperti

Adnan Buyung Nasution, WS Rendra,

Setiawan Djodi dan Fahmi Idris turut

membantah laporan TGPF tersebut.

ANALISA DAN PERBANDINGAN

KEDUA TRAGEDI KERUSUHAN

Latar Belakang Kejadian Malaysia 13

Mei 1969 Hasil investigasi Majelis Gerakan Negara

terhadap kerusuhan Mei 1969 dilaporkan

pada 9 Oktober 1969 secara resmi menuduh

peranan Partai Komunis Malaya beserta

kongsi-kongsi gelap (secret society) Cina.

Disamping menyebut beberapa faktor lain juga, hal ini juga termasuk perbedaan

penafsiran terhadap perlembagaan yang

dilakukan oleh orang-orang Melayu dan

bukan Melayu dan juga golongan pendatang

tertentu terhadap beberapa peruntukan yang

terkait dengan hak-hak istimewa orang

Melayu serta, isu bahasa Melayu sebagi

bahasa Kebangsaan. Selain itu MAGERAN

juga melaporkan penegasan tentang isu-isu

sensitif yang bisa menyulut konflik antar

etnis/perkauman pada saat Pemilihan

Umum, terutama seperti apa yang dilakukan aliansi partai/perikatan dan partai-partai

oposisi/pembangkang serta penghinaan

kaum dan ancaman yang dilakukan oleh

DAP, berikut parade kemenangan di Kuala

Lumpur. Pada tahun 1970, otoritas

pemerintah telah mengakui bahwa

kerusuhan itu disebabkan oleh ‘sikap

permusuhan dan perasaan tidak seimbang

antar kaum’. Dengan kata lain, perasaaan

kesepahaman tidak terwujud diantara orang-

orang Cina dan Melayu. Terdapat juga perasaan tidak puas dikalangan orang

melayu disebabkan oleh kecemburuan

terhadap kemakmuran ekonomi yang

dimiliki orang-orang Cina. (Gordon P.

Means, Malaysian Politics, Hodder &

Stoughton, London 1976 2nd. ed, hlm. 408.).

Latar Belakang Kejadian Indonesia 13

Mei 1998 TGPF membuat Sembilan kesimpulan dalam

laporan akhir TGPF yang disiarkan pada 3

November 1998 di Departemen Kehakiman

oleh Ketua TGPF Marzuki Darusman, SH

dihadapan ratusan wartawan. Enam Menteri

yang mengeluarkan keputusan bersama tidak

hadir, sedangkan 2 anggota TGPF

meninggalkan rapat. Kesimpulan pertama

TGPF berbunyi :

Sebab pokok peristiwa Kerusuhan 13-14 mei

1998 adalah terjadinya persilangan ganda

antara dua proses pokok yakni proses

pergumulan elit politik yang bertalian

dengan masalah kelangsungan kekuasaan

kepemimpinan nasional dan proses

pemburukan ekonomi moneter yang cepat.

Di dalam proses pergumulan elit politik itu,

ada pemeran- pemeran kunci di lapangan

pada waktu kerusuhan. Dalam kaitan ini,

pertemuan Makostrad tanggal 14 Mei 1998,

patut diduga dapat mengungkap peranan

pelaku dan pola pergumulan yang menuju

pada kerusuhan yang terjadi.

Namun seperti diketahui Laporan akhir

TGPF dibantah banyak kalangan yang

dianggap cenderung menyederhanakan

masalah dan pengkambing-hitaman sebagian

kalangan (Politik Huru-hara Mei 1998,

Fadli Zon, hlm.104)

Data Skala Kerusakan Malaysia 13 Mei

1969 Data resmi mengenai dampak kerusuhan 13

Mei dengan pemberlakuan keadaan Darurat

sejak 13 Mei hingga 31 Juli 1969 di

Malaysia melaporkan 196 orang dinyatakan

tewas dan 180 orang dinyatakan terluka oleh

senjata api dan 259 terluka oleh senjata lain.

Tetapi data ini dibantah oleh oleh media

lokal ditempat kerusuhan terjadi,

pemberitaan tersebut menyatakan 9143

orang telah ditangkap dan 5561 orang

didakwa di mahkamah. Sedangkan 6000 orang telah kehilangan tempat tinggal dan

sekurangnya 211 kendaraan rusak parah

serta 753 bangunan rusak atau terbakar. (The

Strait Times, 9 June 1969 ; Rahman, op.cit.,

hlm. 177.)

Page 50: IBCN panel discussion

42

Data Skala Kerusakan Indonesia Mei

1998 Dalam laporan akhir TGPF tentang fakta

korban seri 4. 1998. p.7 disebutkan korban

meninggal dunia, luka-luka serta hilang

adalah : meninggal dunia 1217 orang

(dimana 1190 orang diantaranya meninggal

akibat terbakar), luka-luka 91 orang, dan

hilang 31 orang . Laporan Gubernur DKI,

Sutiyoso, kepada pers mengumumkan

sedikitnya 4939 bangunan rusak dibakar,

1119 mobil pribadi hangus, angkutan umum 66 buah, dan 821 sepeda motor hangus

terbakar. Rumah penduduk yang terbakar

mencapai 1026 buah. Kerusuhan ini juga

merusak 13 pasar, 2476 ruko, 40 mal/plaza,

1604 toko, 45 bengkel, 2 kantor kecamatan,

11 Polsek, 383 kantor swasta, 24 restoran,

12 hotel, 9 pom bensin, 486 rambu lalu

lintas, 11 taman, 18 pagar. Sementara

jumlah bank yang dirusak sebanyak 64,

terdiri dari 313 kantor cabang, 179 kantor

cabang pembantu, dan 26 kantor kas. Total kerugian fisik bangunan diperkirakan

mencapai 2.5 Trilyun rupiah lebih belum

termasuk isinya.

Pada tanggal 17 Mei 1998 Gubernur BI,

Syahril Sabirin, melaporkan ada 501 kantor

bank dan 220 ATM mengalami kerusakan

akibat pembakaran, kerusakan dan

penjarahan. Kepala badan Urusan

Logistik/BULOG melaporkan 500 ton beras

senilai Rp 600 juta habis dijarah berikut

1800 ton gula senilai Rp 3,24 milyar, dan toko koperasi senilai Rp 400 juta. Total

kerugian BULOG mencapai Rp 4,24 milyar.

Tersangka kerusuhan tersebut mencapai

sekitar 1000 orang yang sempat ditangkap

pihak keamanan. Mereka adalah pelaku

kerusuhan dan penjarahan di Jakarta dan

sekitarnya.

Langkah-langkah Otoritas Pemerintah dalam Mengatasi Keadaan Malaysia 13

Mei 1969 Setelah kembali dari Alor Star Kedah pukul

19.45 Perdana Menteri Tunku Abdul

Rahman, pada pukul 8.00 malam beliau baru

mengumumkan Negara dalam keadan

Darurat serta diberlakukannya jam malam.

DYMM Seri Paduka Yang di-Pertuan

Agong telah mengumumkan Keadaan

Darurat di seluruh Negara pada 14 Mei

1969, dengan terbitnya Fasa 2 Akta 150

Perlembagaan Malaysia, ‘Untuk menjamin

keselamatan Negara dan juga mengekalkan

keamanan’, Perlembagaan dan parlemen

telah dibekukan dan Pilihan Raya di

Malaysia Timur telah ditangguhkan sampai

waktu yang belum ditentukan. Dua hari

kemudian tanggal 16 Mei 1969, Perdana

Menteri Tunku Abdul Rahman mengumumkan dibentuknya Majelis

Gerakan Negara yang terdiri dari sepuluh

orang dan diketuai oleh Tun Abdul Razak-

Deputy PM yang bertanggung jawab untuk

penyelenggaraan Negara dalam keadaan

darurat tersebut. Serta melantik sejumlah

menteri baru yang lebih tinggi otoritasnya

dari Majlis Gerakan (MAGERAN). (The

Strait Times, 17 Mei 1969).

Perdana Menteri secara tegas menyatakan bahwa beliau tetap menjabat Perdana

Menteri dan berkuasa penuh diseluruh

Negara dan Majelis Gerakan Negara

bertanggungjawab kepadanya. Berdasarkan

pembentukan dan pelantikan lembaga

Majelis Gerakan Negara (MAGERAN) pada

tanggal 1 Juli 1969 segera saja lembaga ini

bekerja untuk merestorasi/menata ulang

masyarakat serta mengatasi keadaan dan

mengembalikan Malaysia pada Stabilitas

kemanan dan Demokrasi. Pada bulan

Januari 1970, Lembaga Perpaduan negara dan Majelis Perunding negara dibentuk,

keduanya merupakan lembaga resmi yang

berkoordinasi dengan MAGERAN. Tugas

lembaga ini adalah untuk merumuskan

“Penyelesaian yang tuntas terhadap

masalah perkauman serta untuk memastikan

bahwa tragedi 13 mei 1969 tidak akan

berulang kembali”. Dalam beberapa hal

Majelis Runding Negara merupakan institusi

yang dibentuk sebagai ganti parlemen, jadi

saat Parlemen diaktifkan kembali otomatis majelis Runding Negara dihapuskan. Jabatan

Perpaduan Negara di bawah koordinasi

MAGERAN telah diwujudkan untuk

menangani isu-isu dalam penataan-ulang

integrasi/perpaduan masyarakat di negara ini

pada waktu itu. Hal-hal penting yang

dihasilkan lembaga ini adalah lahirnya

‘Rukun Negara’ dan menyusun ‘Dasar

Ekonomi Baru’ yang berisi konsep peñata-

Page 51: IBCN panel discussion

43

ulangan masyarakat Malaysia yang

bermakna menghapuskan identifikasi etnis

dalam konteks fungsi ekonomi. Dan

kebijakan lain yang dihasilkan lembaga ini

adalah pembenahan aspek pendidikan

nasional sebagai sarana integrasi. Setelah

pembubaran MAGERAN, Majlis Penasihat

Perpaduan Negara telah dibentuk pada 23

Februari 1971. Tanggungjawab lembaga ini

adalah memupuk dan memelihara perpaduan

di antara kaum di negara ini dan dibawah

koordinsi Jabatan Perpaduan Negara. Pada tahun 1990 – 2004, Jabatan Perpaduan

Negara dialihkan di bawah Kementerian

Perpaduan Negara dan Pembangunan

Masyarakat sebelum dikembalikan di bawah

Jabatan Perdana Menteri dengan nama

Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi

Nasional (JPNIN).

Berikut latar belakang dibentuknya lembaga

yang bernama Jabatan Perpaduan Negara :

“Selepas peristiwa 13 Mei 1969, Kerajaan

telah merangka dan memberi penekanan

kepada beberapa dasar dalam bidang sosio-

ekonomi yang menjurus kepada perpaduan

dan keharmonian masyarakat pelbagai

kaum serta integrasi nasional. Dasar-dasar

yang dimaksudkan termasuklah Dasar

Pendidikan Kebangsaan, Dasar

Kebudayaan Kebangsaan dan Dasar

Ekonomi Baru. Dasardasar tersebut telah

diperkukuhkan lagi dengan memperkenalkan

‘Rukun Negara’ sebagai ideologi

kebangsaan dan usaha-usaha bagi

mengurangkan tindak-tanduk politik boleh

memecahbelahkan rakyat menerusi

pembentukan ‘Barisan Nasional’. Sebagai

tindakan susulan dalam memperlengkap dan

memperkukuhkan usaha pembentukan

Bangsa Malaysia, beberapa dasar lain telah

dibentuk. Antaranya ialah Dasar

Pembangunan Negara, Dasar Wawasan

Negara dan Dasar Sosial Negara.”

Setelah sebelumnya pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Nasional (National

Development Plans - NDPs) fase pertama

1956-1970, pasca kerusuhan 13 Mei 1969

NDPs disusun ulang oleh Tun Abdul Razak

selaku Perdana Menteri kedua yang dilantik

pada 22 September 1970 maka istilah Dasar

Ekonomi Baru (DEB) menjadi lebih

populer.

Walau Malaysia saat ini masih tetap

dibayang-bayangi trauma kerusuhan dimasa

lalu, terutama pasca pengumuman hasil

Pemilihan umum 8 Maret lalu yang cukup

mengubah konstelasi politik Malaysia,

urgensi mengkaji proses-proses perumusan

kebijakan dalam menyikapi keadaan darurat

dan implikasinya dimasa berikutnya tetap

menjadi krusial dan relevan.

Langkah-langkah Otoritas Pemerintah

dalam Mengatasi Keadaan Indonesia Mei 1998 Pada tanggal 14 Mei, kurang lebih pukul

11.00 atas dasar perkembangan situasi yang

ditimbulkan oleh aksi kerusuhan yang terjadi

di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi

dan terjadi penarikan anggota Polri dari

Posnya (dikarenakan Polri diopinikan

bertanggungjawab sebagai pembunuh 4

Mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998 dan

akhirnya Polisi termasuk sebagai sasaran

para perusuh) , maka dilakukan pengambil alihan Komando Pengendalian (Kodal)

Operasi kepada Pangdam Jaya. Pangdam

selaku Kodal merumuskan Rencana

Kontijensi dengan mendistribusikan pasukan

dan memfokuskan pengamanan dan

penjagaan terhdap simpul-simpul kehidupan

yang secara langsung berkaitan dengan

kelangsungan hidup Negara di Jakarta, yakni

: Pertama, simpul bahan pokok yaitu gudang

logistic, seperti gudang beras Bulog. Kedua,

simpul bahan baker di lumping dan di

Kresek. Ketiga, simpul ekonomi rakyat, pasar tradisional seperti Pasar Tanah Abang,

Pasar Senen, Pasar Jatinegara, Pasar Blok

M, dan Pasar Kenari. Keempat, simpul

ekonomi strategis seperti kawasan segitiga

emas : Thamrin, Sudirman, dan Kuningan.

Kelima, simpul produksi yakni pabrik-

pabrik. Keenam, instansi Pemerintah yaitu

simbol Negara dan Kepresidenan,

diplomatic dan instansi DPR-MPR. Dan

Ketujuh, obyek vital seperti RRI, Telkom,

Bank Indonesia, PLN dan PAM.

Pada 15 Mei 1998, Presiden Soeharto telah

kembali ke tanah air dari lawatannya ke

Kairo, Mesir. Dan melalui Menteri

Penerangan saat itu Alwi Dahlan,

membantah pernyataan bahwa beliau ingin

mundur seperti yang ditulis di media massa.

Berikutnya pada tanggal 16-20 Mei

berbagai pertemuan para Pejabat Negara dan

Page 52: IBCN panel discussion

44

tokoh masyarakat berlangsung yang

bermuara pada seputar tuntutan agar

Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto

mengundurkan diri. Habibie secara otomatis

menjadi Presiden dengan mewarisi berbagai

permasalahan berupa krisis Politik,

Ekonomi, Kerawanan Sosial dan Krisis

Integrasi Nasional yang secara detail

digambarkan dalam buku beliau Detik-detik

yang menentukan : Jalan Panjang Indonesia

menuju Demokrasi.

Terkait dengan upaya pengungkapan kasus

huru-haru 13-15 Mei 1998. Barulah tanggal

23 Juli 1998 dibentuk Tim Gabungan

Pencari Fakta (TGPF) berdasarkan

Keputusan bersama Menhankam/Pangab,

Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negri,

Menteri Luar Negri, Menteri Negara

Peranan Wanita dan Jaksa Agung pada

untuk masa waktu 3 bulan hingga 23 Oktober 1998. Tugas TGPF adalah

mengungkap fakta, pelaku dan latar

belakang Peristiwa 13-15 Mei 1998. Tim

yang beranggotakan 18 orang ini terdiri dari

unsur pemerintah, Komnas HAM, LSM dan

organisasi masyarakat lainnya di bawah

pimpinan Marzuki Darusman, SH.

Kesimpulan dan Rekomendasi kebijakan:

Terdapat sedikit kemiripan diantara peristiwa penting dalam perjalanan bangsa

Indonesia dan Malaysia yang merupakan

episode rumit dan membahayakan eksistensi

kedua bangsa tersebut yakni kerusuhan yang

terjadi di bulan dan tanggal yang sama,

hanya berbeda tahun kejadian . Berbeda

dengan Malaysia yang bekerja keras

menjadikan Tragedi 13 Mei 1969 sebagai

pelajaran dalam peñata-ulangan konfigurasi

sosio-ekonomi masyarakatnya, kerusuhan

13-15 Mei 1998 di Indonesia masih menyisakan banyak tanda tanya. Sebab dan

alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi

ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari

ini. Namun demikian umumnya orang setuju

bahwa peristiwa ini merupakan sebuah

lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara

beberapa pihak, terutama pihak Cina,

berpendapat ini merupakan tindakan

pembasmian orang-orang tersebut.

Terdapat pula beberapa Irisan yang bisa kita

tarik benang merah atasnya, bahwa

Kerusuhan merupakan artikulasi dari

kekecewaan masyarakat atas hal-hal yang

terjadi dalam kerumitan hidup yang mereka

alami baik di Malaysia dan Indonesia

dimana kedua fenomena kerusuhan tersebut

bertemu pada kerentanan atas jurang sosial-

ekonomi antar etnis. Kemudian juga

perlunya pencermatan terhadap proses-

proses politik berikut perilaku politisi dalam

proses tersebut dan dampaknya pada level grassroot. Euphoria kemenangan sebagian

partai bisa menjadi pintu masuk terhadap

anarkisme para pendukungnya seperti yang

terjadi di Malaysia, sementara di Indonesia

kerusuhan ini juga disebabkan oleh

bertemunya kegelisahan grassroot dengan

ketidakpastian politik- ekonomi. Hal penting

yang perlu dicermati oleh para pemimpin

adalah, ketidak hadiran fisik pucuk

pimpinan sebuah Negara seolah memberi

ruang keadaan yang tidak pasti. Walaupun fungsi Negara tetap dapat berlangsung

dengan pendelegasian pada jajaran

dibawahnya, tapi yang terjadi di Malaysia

dan Indonesia membuktikan hal tersebut.

Kerusuhan terjadi saat Tunku Abdul

Rahman pergi dari Kuala Lumpur ke Alor

Star untuk merayakan kemenangan hasil

Pemilu, dan baru kembali pada petang

harinya kemudian mengumumkan keadaan

darurat. Kekosongan kepemimpinan di

Ibukota Negara juga terjadi saat kerusuhan

Mei 1998, saat itu Presiden Soeharto mengadakan lawatan ke Kairo , Mesir dan

baru kembali ke Jakarta setelah Jakarta

dibumi-hanguskan Perusuh. Ketiadaaan

kesatuan Komando yang kokoh terlihat dari

perbedaan sikap dan langkah yang diambil

pimpinan ABRI dan Polri dalam menangani

kerusuhan dan pra-kondisi kerusuhan yakni

lambatnya pengusutan pelaku penembakan

yang menyebabkan kematian 4 Mahasiswa

Trisakti pada 12 Mei 1998.

Sementara itu, ketidak-jelasan pengungkapan Tragedi Mei ini juga dikotori

oleh peran petualang Politik yang

memanfaatkan kesempatan dalam

kesempitan dalam menghambat penegakan

hukum yang tegas pada para pelaku dan

aktor intelektualnya. Pada 2004 Komnas

HAM mempertanyakan kasus ini kepada

Kejaksaan Agung namun sampai 1 Maret

Page 53: IBCN panel discussion

45

2004 belum menerima tanggapan dari

Kejaksaan Agung.

Rekomendasi yang dapat penulis sampaikan

terkait kesimpulan yang diambil adalah :

1. Pemerintah Indonesia perlu untuk punya

kerangka antisipasi terhadap kejadian

seperti kerusuhan Mei 1998, dalam rangka

membangun safety/preventive net

mencegah terulangnya kejadian serupa dimasa yang akan datang. Pengalaman

Malaysia dalam menataulang

masyarakatnya pasca kerusuhan 13 Mei

1969 menjadi sebuah kajian yang

bermanfaat dalam perumusan kebijakan

yang kontinyu dan komprehensif. Untuk

kerja seperti ini baiknya dipimpin

langsung oleh Presiden/Wakil dalam satu

task force yang bekerja secara long-term.

2. Belajar dari pengalaman Malaysia dalam menangani kerusuhan 13 Mei 1969

menjadi krusial bagi otoritas Indonesia

memiliki kerangka penuntasan kasus-

kasus yang tidak tambal sulam. Kekuatan

pemimpin dan kekokohan tim yang

menjadi inner circle pemimpin menjadi

kunci penyelesaian dan recovery tragedi

kemanusiaan seperti Mei 1998

3. Menghidari penanganan kasus-kasus

hukum dan politik yang berlaru-larut

hingga hukum menjadi tidak tegak, harus ada prioritas kerja yang difokuskan pada

hal-hal yang paling menyangkut hajat

hidup orang banyak dan persepsi

masyarakat global, berikutnya instrumen

dan kesigapan aparat yang jujur dan komit

menjadi niscaya.

4. Perlunya kajian dan penyelesaian kasus

secara jujur dan komprehensif terkait

dengan trend-trend kerusuhan yang terjadi

di masa lalu berupa; data-data laporan dan kajian intelejen dari dalam dan luar negri

yang terkait isu-isu sensitif dimasyarakat

dan apa saja yang bisa menstimulir

kerusuhan tersebut. Inventarisir saksi-

saksi hidup dan laporannya bisa diperkuat

dengan Undang-undang perlindungan

saksi.

5. Membangun kesadaran pentingnya

ketahanan nasional dengan sosialisasi dan

kampanye yang ringkas dan mudah

dicerna semua lapisan masyarakat secara

rutin, hal ini menjadi relevan dengan

tradisi Pertahanan rakyat semesta dimasa

lalu.

6. Perlunya Reformasi dalam Rekrutmen dan

Pendidikan bagi para Calon prajurit TNI

dan Polri dalam memahami dan

menyikapi dinamika proses Demokrasi dan penegakan HAM

7. Perlunya rekrutmen yang selektif terhadap

anggota berbagai macam tim yang

dibentuk Pemerintah seperti TGPF dan

lain-lain dengan mengedepankan

kredibilitas Moral, Sosial dan Intelektual.

Hingga produk yang dihasilkan mereka

punya wibawa dan solutif bukan

menimbulkan masalah baru seperti

kesimpulan TGPF tentang pertemuan di Makostrad 14 Mei 1998 dan laporan

investigasi Tim Relawan Kemanusiaan

tentang Perkosaan massal yang tidak

akurat dan dibantah oleh banyak kalangan.

8. Mengingat aktor utama Reformasi Mei di

Indonesia adalah mahasiswa tidak

terbantah pentingnya saling komunikasi,

informasi dan edukasi sebagai linkage

antar pihak kampus terutama mahasiswa

/sivitas akademika dengan aparat dalam

menjalankan tugasnya hingga membuahkan interaksi yang sehat dan

jauh dari sikap saling curiga. Hal ini bisa

dilaksanakan dengan membiasakan dialog

rutin dan saling silaturrahim diantara

sesamanya

REFERENSI

1. Leon Comber, Peristiwa 13 Mei :

Sejarah Perhubungan Melayu-Cina,

IBSbuku, 2nd ed. 2007 2. Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi

Nasional Malaysia, Perpaduan dan

Khidmat Negara : Perpaduan Negara

dan Integrasi Nasional, 12 April 2005

3. Syed Arabi Idid, et.al, Malaysia at 50 :

Achievement and Aspiration, IIUM &

Thomson Learning, 2008

4. Fadli Zon, Politik Huru-hara Mei 1998.

Institute for Policy Studies, 2004

Page 54: IBCN panel discussion

46

5. BJ Habibie, Detik-detik yang

menentukan: Jalan Panjang Indonesia

menuju Demokrasi, THCmandiri, 2007

6. Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa

tanggal 13-15 Mei 1998 : Laporan akhir

TGPF tentang fakta korban seri 4.

1998. p.7

7. Kevin O’Rourke, Reformasi : The

Struggle for power in post-Soeharto

Indonesia, Allen & Unwin Publs. 2002

8. Bhumika Muchala, et.al. Ten Years

After : Revisiting the Asian Financial

Crisis, Woodrow Wilson International

Center for Scholar, October 2007

9. A History of Race Relations in Malaysia

from www.huaren.org.

10. Wikipedia Indonesia, Kerusuhan.htm.

Page 55: IBCN panel discussion

47

Meningkatkan Daya Saing Bangsa Indonesia dengan

Brain Circulation Network ( Jaringan Orang-orang

Indonesia Professional di Luar Negeri )

Riza Muhida1, Deddy H. B. Wicaksono

2, Muhamad Reza

2, Roby Muhamad

3,

Ahmad Unggul1, Yulfian Aminanda

1, Rifki Muhida

1, Syarif Junaidi

4

1International Islamic University, Malaysia,

2Delft University of Technology, the

Netherlands; 3Columbia University, New York, USA;

4Universiti Kebangsaan

Malaysia

Dimasa yang akan datang tingkat persaingan ekonomi di dunia ini akan semakin

meningkat. Bangsa yang mampu bertahan survive adalah bangsa yang memiliki

sumber daya manusia yang hebat dan memiliki kemampuan ekonomi

berlandaskan teknologi yang kuat (technological-based economy). Hal ini sudah

dibuktikan oleh Korea, Jepang, serta negara-negara di benua Eropa yang

memiliki minim sumber daya alam tapi memiliki daya saing nasional yang tinggi

(National competitiveness). Tulisan ini akan memaparkan tentang stratetegi

bagaimana membangun jaringan antara orang-orang Indonesia di Luar Negeri

untuk berkonstribusi dalam meningkatkan daya saing nasional.

1. Pendahuluan

Definisi: Brain Drain: adalah seorang yang

terlatih atau professional yang beremigrasi ke negara lain dan terlibat

dalam perkembangan negara tersebut

(bukan turis atau jalan-jalan).

Braid Gain: adalah berlawanan situasi

dari Brain Drain, dimana banyak orang

terlatih atau professional yang masuk ke

suatu negara dan terlibat dalam

perkembangan negara tersebut.

Brain Circulation: adalah suatu bentuk

usaha transformasi Dimana orang terlatih

atau professional di luar negeri kembali ke negara nya dengan membawa banyak

peluang.

Ternyata sudah banyak orang Indonesia

yang bermigrasi ke negara-negara maju

atau negara tetangga, baik untuk kegiatan

pendidikan, penelitian atau profesional

(kenaikan rata-rata: 5% per tahun,

Sumber Kompas: 20 Mei 2006). Orang-

orang yang beremigrasi ke luar negeri ini

adalah orang-orang yang secara rata-rata

memiliki kelebihan baik dari segi

kepandaian atau ketrampilan, jika dibanding

dengan penduduk Indonesia yang lain, karena

secara internasional kemampuan mereka diakui

sehingga dapat bekerja dan dibutuhkan di

negara lain. Orang-orang ini sebenarnya memiliki potensi yang besar dan dapat

berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia

akan tetapi mereka memilih untuk pergi dan

terlibat dalam perkembangan pembangunan di

negara lain baik langsung (pegawai staf ahli

pemerintah negara tsb.) maupun tidak langsung

(menjadi staf professional di perusahaan).

Di dalam banyak kasus, setelah mereka pindah

maka potensi mereka tidak bisa digunakan

(tenggelam) kecuali kalau masih menjalin kontak dengan kawan-kawannya yang masih

menggunakan tenaga atau pemikirannya melalui

komunikasi jarak jauh seperti mahasiswa atau

kawannya dahulu. Hal ini berbeda jika

dibandingkan dengan Cina atau India, walaupun

mereka (orang-orang cina atau India) berada di

luar negeri tetapi tetap dapat memberikan

konstribusi yang besar ke negaranya.

Keperluan menghadirkan orang-orang terlatih

atau professional sudah merupakan bagian dari

usaha peningkatan ekonomi dan daya saing

Page 56: IBCN panel discussion

48

nasional suatu negara, di beberapa

negara hal ini sudah menjadi suatu

strategi nasional melalui program brain

gain, karena untuk membangun

diperlukan orang-orang yang

professional, saat ini bukan zamannya

lagi membeli teknologi yang sudah jadi,

karena sudah banyak contoh negara yang

tertipu karena membeli teknologi usang,

atau teknologi yang sudah dimodifikasi

untuk mendapatkan keuntungan bagi

negara penjual. Dengan hadirnya orang terlatih maka kinerja perusahaan akan

semakin meningkat dan akan

menghasilkan pendapatan yang juga

bertambah.

Salah satu factor kunci untuk

menstransformasikan Indonesia sejajar

dengan negara-negara maju adalah

memunculkan masyarakat yang kritis

yang terdiri dari gabungan ilmuwan dan

profesional, dalam berbagai keahlian

yang mampu mengimplementasikan hasil penelitian dan kerjanya ke aplikasi

nyata dan komersialisasi, melalui inovasi

yang mereka buat.

Agar kelompok masyarakat kritis ini

selalu tersedia maka diperlukan suatu

strategi untuk mengumpulkan orang-

orang yang terlatih dan professional baik

di dalam maupun di luar negeri untuk

bahu-membahu memberikan konstribusi

bagi perkembangan Indonesia. Strategi

yang diusulkan ini adalah melalui Program Sirkulasi Brain yaitu proses

pemercepat (akselerator atau katalis)

pembangunan ekonomi dan teknologi di

Indonesia melalui peningkatan modal

insan yang memacu perkembangan

penelitian, teknologi, dan komersialisasi.

2. Situasi saat ini

1) Banyak lulusan Master (MSc) atau Ph.D yang lulus dari universitas luar

negeri dan kembali ke Indonesia

kehilangan vitalitas untuk bekerja

dan melakukan penelitian

sebagaimana mereka telah lakukan

ketika berada di luar negeri.

Beberapa penyebab kenapa hal ini

terjadi dirangkum sbb:

• Sulit untuk mendapatkan referensi

paper yang baik dan up to date. Hal ini

terjadi karena universitas dan lembaga

Penelitian Indonesia tidak mampu

berlangganan atau jurnal-jurnal

berkualitas internasional.

• Sulit untuk mendapatkan dana yang

cukup untuk penelitian. Sebagaimana

mereka bisa melakukan penelitian

dengan dana yang besar, tetapi setelah

kembali ke Indonesia mereka

menghadapi dana penelitian yang minim.

• Sulit untuk menghubungkan kerja

penelitian yang mereka lakukan

dengan apa yang Indonesia butuhkan.

Permasalahan penelitian Indonesia

lebih banyak terkait dengan kondisi

alam Indonesia, permasalahan rakyat

sehari-hari dan transfer teknologi.

Sedangkan penelitian yang telah

dilakukan saat di luar negeri adalah

penelitian tingkat lanjut atau terdepan.

2) Kalau melihat negara lain. Orang-orang

Cina dan India yang telah berhasil

mencapai sukses di luar negeri memiliki

tanggung jawab untuk menginformasikan

kepada kawan-kawannya agar kembali

pulang dan mencoba mendapatkan sukses

seperti yang sudah mereka dapatkan di luar

negeri. Hal ini belum begitu nampak dalam

komunitas orang Indonesia di luar negeri.

Misalkan bagi yang telah berhasil

cenderung tetap di luar negeri, atau kalaupun pulang ke Indonesia cenderung

saat usia pensiun, dan tidak berminat

dengan aktivitas jaringan.

3) Banyak insinyur, dosen, peneliti dan

professional dari Indonesia yang pindah ke

beberapa Institusi di Malaysia, Singapura,

USA, Eropa dsb. Dengan alasan pindah:

Lingkungan kerja yang tidak kondusif,

kurangnya kolaborasi antara universitas dan

Industri, infrastruktur yang kurang mendukung, dana riset yang kurang, teman

sekerja yang kurang trampil, rajin dan

berpengalaman. Kurangnya komersialisasi

hasil penelitian, kurangnya penghargaan

terhadap hak karya intelektual, kurangnya

budaya yang menghargai inovasi dan

entrepreneur. Alasan lain, kerja di luar

negeri lebih membanggakan, apalagi kerja

di top institusi di luar negeri.

Page 57: IBCN panel discussion

49

3. Brain Circulation Network

Seperti sudah disinggung di atas bahwa

pembentukan masyarakat yang kritis

adalah penting untuk menjadikan

Indonesia maju. Sedangkan masyarakat

ilmuwan dan profesional Indonesia

terdapat tidak hanya di dalam negeri,

tetapi juga tersebar di seantero dunia.

Apabila orang-orang Indonesia yang

terpelajar dan professional ini disatukan

dan memiliki misi yang sama dalam membangun Indonesia ke depan, maka

akan dapat dibayangkan bahwa negara

Indonesia akan mudah atau lebih cepat

maju dibandingkan kondisi sekarang.

Konsep Brain Circulation dikemukakan

di sini, dimana orang-orang terlatih dan

professional ini bersirkulasi terus seperti

air mengisi suatu kolam renang, dimana

air ini dikucurkan kemudian dihisap dan

dikucurkan lagi. Dalam zaman

globalisasi dan era informasi, konsep kembali ke negaranya dalam definisi

brain circulation di atas tidak berarti

secara fisik tinggal di Indonesia, tetapi

dengan menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi mereka bisa

terlibat di dalam pengembangan

Indonesia misalkan: kontribusi dalam

meningkatkan inovasi, modal insan dan

kompetisi nasional. Para expert orang

Indonesia di luar negeri bisa membuat

karyanya melalui penelitian di luar

negeri kemudian mentransfer karyanya melalui orang di Indonesia tentunya hak

cipta tetap dimiliki oleh expert tersebut.

Untuk itu diperlukan suatu forum yang

mewadahi, mengelola dan memonitor

agar proses sirkulasi ini bisa berjalan

dan forum ini merupakan integrasi dari

pemerintah, LSM dan universitas. Kita

dapat mencotoh forum seperti ini yang

sudah banyak terbentuk seperti di Cina

dan India.

4. Strategi

Berikut ini diusulkan strategi yang

mungkin dapat dilakukan untuk

mengembangkan proses sirkulasi

tersebut, yaitu:

1) Mendirikan suatu jaringan

Internasional ilmuwan dan

professional Indonesia. Ini dapat dilakukan

dengan membuat suatu professional

komunitas web, melengkapi dengan Jalan

untuk interaksi, penemuan-penemuan

dalam penelitian, even untuk

mempertemukan secara langsung antar

ekpert melalui jaringan kerja,

mempertemukan langsung ekpert ini

dengan pemimpin nasional.

2) Mengembangkan Database/Bank data

untuk seluruh modal Insan yang dimiliki

Indonesia, dengan personal dan professional profile information untuk

mengidentifikasi, track dan secara kontinu

dapat terus melekat (engage) dengan para

ilmuwan atau professional Indonesia di

mana saja.

3) Mendirikan dan mengintegrasikan

Organisasi Brain Circulation berdasarkan

prioritas area atau bidang. Organisasi ini

memberikan single interface dengan

ilmuwan/professional.

4) Memfasilitasi kolaborasi R&D dan komersialisasi, menyediakan

wadah/research grant agar kolaborasi

R&D/komersialisasi antara ekpert

Indonesia di luar negeri dan di dalam negeri

tersebut bisa terwujud.

5) Menyediakan dan mensupport jembatan

komersialisasi hasil-hasil karya para expert

di luar negeri, sehingga dapat digunakan

untuk membangun industri di Indonesia.

6) Mengembangkan lingkungan penelitian

yang kondusif di Indonesia dimana akan

mempermudah kolaborasi antara dunia akademik dan industri, tersedianya

infrastruktur untuk riset, grant untuk riset,

penghargaan dan perlindungan kepada hak

karya intelektual, penghargaan terhadap

hasil inovasi dan enterprener.

7) Mengundang expert Indonesia di luar

negeri untuk menjadi pembicara dalam

forum lokal dan membentuk kolaborasi

dengan ilmuwan lokal.

8) Menyediakan karier lanjutan bagi ilmuwan

lokal untuk mengembangkan karier mereka di luar negeri untuk waktu yang pendek

seperti kunjungan penelitian, sabbatical dll

guna mendapatkan network diantara

ilmuwan/profesial Indonesia dan luar

negeri.

9) Mengundang expert Indonesia di luar

negeri untuk melakukan komersialisai hasil

karya mereka di Indonesia.

Page 58: IBCN panel discussion

50

10) Menghargai peneliti terbaik

Indonesia baik di dalam maupun di

luar negeri, dengan memberikan

penghargaan dari pemerintah untuk

memotivasi penelitian mereka.

11) Membangun link dengan perusahaan

–perusahaan Industri di Indonesia:

Melakukan training, konsultasi,

komersialisasi, Akuisisi IP dan

mengajak untuk terlibat dalam R&D

perusahaan di Indonesia.

12) Membangun aturan-aturan, kebijakan dan insentif yang kondusif

agar expert tersebut mudah

berkonstribusi dalam pembangunan

di Indonesia, seperti:

• Insetif pajak untuk

ilmuwan/professional yang

terlibat dalam program ini.

• Fasilitas kemudahan dalam

prosedur imigrasi dan servis.

• Meningkatkan hukum-hukum

hak-hak karya intelektual to mendorong inovasi, penulisan

dan komersialisasi.

5.Mencontoh dari Keberhasilan

Singapura dan Irlandia

Strategi yang disebutkan di atas

bukanlah dari hasil pemikiran penulis,

tetapi didapatkan dari analisi strategi

yang telah diterapkan oleh beberapa

negara seperi Singapura, Ireland, India dan Cina dan ternyata dengan strategi

tersebut berhasil mendokrak ekonomi

negara tersebut dan meningkatkan daya

saing negara tersebut di mata dunia.

Irlandia melaksanakan program Brain

gain melalui sebuah organisasi yaitu

Science Foundation Ireland (SFI) dan

Singapura melalui organisasi

(A*START) Singapore’s Agency for

Science and Technology Research yang memberi kuasa untuk mengembangkan

modal insan untuk sain dan teknologi.

Karakteristik dari organisasi ini adalah:

1) Agensi yang memiliki High power

(otoritas tinggi) yang terbagi dalam

4 atau 5 divisi untuk

menformulasikan kebijakan, sistem

pendanaan, servis perusahaan,

manajemen beasiswa,

komersialisasi, support untuk hak karya

intelektual.

2) Memiliki link yang kuat dengan dewan

ekonomi nasional dan aktivitas investasi.

3) Komitmen yang kuat dari pemimpin negara

(SFI diketuai oleh Mary Harney, wakil

perdana menteri dan juga salah satu menteri

di Irlandia; A*STAR’s Biomedical

Research Council diketuai oleh Tony Tan,

wakil perdana menteri Singapura.

4) Memiliki mekanisme pendanaan untuk

grand dan modal ventura untuk mempromosikan kolaborasi penelitian

Internasional.

6.Beberapa Langkah yang telah dibuat oleh

masyarakat Indonesia di Luar Negeri

Untuk mewujudkan strategi di atas bukanlah hal

yang mudah, sambil menunggu upaya dari

pemerintah, LSM dan masyarakat Indonesia

mewujudkan strategi di atas, ternyata masayarakat Indonesia di luar negeri sudah

membuat beberapa aktivitas pendahuluan,

mungkin suatu saat kalau aktivitas tersebut

dikembangkan, akan membentuk Brain

Circulation Network seperti yang disebutkan di

atas. Beberapa contoh yang disebutkan di sini

adalah:

1. Jepang

• Salah satu tujuan utama pelajar

Indonesia untuk belajar sains dan

teknologi.

• Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

melakukan pertemuan tahunan untuk

sains dan teknologi.

• Beberapa kegiatan untuk membuat

network ilmuwan dan professional

Indonesia di Jepang:

• Temu Ilmiah Tahunan

• Zemi on Air (ZOA), seminar melalui

internet.

• Membentuk Indonesian Society on

Electrical, Electronics, Communications and Information

(IECI).

• Mengadakan Sinergy Forum on

Biotechnology.

• Mengadakan Indonesian Policy

Dialogue Forum (IPDF).

• Menerbitkan majalah DIMENSI

diterbitkan oleh ISTECS (Institute for

Science and Technology Studies)

Page 59: IBCN panel discussion

51

2. Belanda

• Belanda menjadi pilihan orang

Indonesia untuk belajar atau

bekerja.

• Kegiatan di Belanda hampir

sama dengan di Jepang di mana

orang-orang ilmuwan dan

professional Indonesia di

belanda membentuk forum yang

dipanggil the Scientific and

Professional Forum for

Indonesians in the Netherlands (SPINET) is initiated.

3. USA

• Terdapat kurang lebih 13,000

orang Indonesia yang sedang

belajar di Amerika Serikat.

• Ada organisasi pelajar yaitu

PERMIAS (Persatuan

Mahasiswa Indonesia di

Amerika Serikat)

• Kegiatannya hamper mirip dengan kegiatan di Jepang.

4. Malaysia

• Malaysia adalah negara terdekat

dari Indonesia, dimana paling

banyak orang Indonesia yang

tinggal dan bekerja di negara

tersebut.

• Merupakan negara yang

mencoba untuk mencapai

negara maju, sehingga sistem manajemen negara maju banyak

digunakan di negara itu.

• Banyak menyerap tenaga ahli

dari Indonesia.

• Hubungan transportasi yang

paling dekat dengan Indonesia,

sehingga banyak aktifitas tukar

menukar ilmuwan/professional

antara kedua negara.

• Untuk kegiatan pelajarnya ada

PPI yang mengadakan pertemuan ilmiah dan

kekeluargaan bagi anggotanya,

juga menerbitkan jurnal ilmiah

Paksi.

• Untuk kalangan profesionalnya

ada IATMI, persatuan dosen

Indonesia (ILRAM), IA ITB

dsb. Dimana organisasi ini

melakukan pertemuan rutin baik

kegiatan kekeluargaan maupun

professional.

7. Kesimpulan

Untuk membangun Indonesia dan meningkatkan

daya saing internasional diperlukan strategi

untuk mengumpulkan ilmuwan dan professional

Indonesia agar mereka dapat berkonstribusi

dalam pembangunan di Indonesia sebagaimana

dicontohkan oleh negara-negara: Singapura, Ilrandia, Cina dan India. Strategi tersebut

diformulakan dalam Brain Circulation Network.

Kita mengharapkan agar proses sirkulasi ini

akan berjalan dan berkembang. Beberapa

kegiatan kecil dalam sebagai langkah permulaan

dalam Brain Circulation Ntwirk sudah

dicontohkan oleh beberapa persatuan

mahasiswa dan professional Indonesia di

Jepang, Belanda, Amerika Serikat dan

Malaysia.

References 1) Zeily Nurachman, Membangun Jaringan

Intelektual, Kompas, 29 Juli 2003

2) Pamela Yatsko, Chinese high-tech

professionals such as Hua Zheng are

returning home from Silicon Valley. They

might eventually help create a competitor to

the U.S,

http://members.forbes.com/global/2002/091

6/058.html

3) A. Fatih Syuhud, A Few Indonesian Men in Silicon Valley,

http://afsyuhud.blogspot.com/2006/04/blog

ger-indonesia-of-week-34-carlos.html

4) WIPO meeting discusses African and

Colombian proposals, SUNS #5973 Friday

24 February 2006

5) Ian R Dobson, Bob Birrell, Virginia

Rapson, T Fred SmithBrain drain and brain

gain: the challenges of internationalisation

Brain Drain: Fact or Fiction?, Conference

on tren in the management of human Resources in Higher Education

6) Michel Beinea, Fréderic Docquierb and

Hillel Rapoportc, Brain drain and human

capital formation in developing countries:

winners and losers, Milken Institute Award

for Distinguished Economic Research,

2003

7) Damtew Teferra, Brain Circulation:

Unparalleled Opportunities, Underlying

Page 60: IBCN panel discussion

52

Challenges, and Outmoded

Presumptions, Symposium on

International Labour and Academic

Mobility: Emerging Trends and

Implications for Public Policy.

October 21st and October 22nd

2004. World EducationServices.

Toronto, Ontario, Canada.

8) Hisham Foad, The Brain Drain

Leveling the Playing Field or

Widening the North-South Divide?,

Emory University, 2005. 9) Fusion Magazine, Malaysia, October

2004

Page 61: IBCN panel discussion

53

TI Indonesia diantara Data & Fakta serta Harapan di

Masa akan Datang

Taufik Kadarusman, ST Praktisi TI, My-Commit / Vantage Point Consulting

[email protected]

Abstrak Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa Indonesia adalah salah satu negara besar di

dunia baik dari segi jumlah penduduk maupun potensi-potensi lainnya yg dimiliki.

Posisi Indonesia di mata dunia juga sangat vital terutama dalam hal ekonomi,

keamanan regional, kehidupan maritim dll. Sudah sejak tahun 1945 Indonesia

menyatakan kemerdekaannya.

Pada kenyataannya bangsa ini belum sesuai dengan impian para penduduknya.

Indonesia masih terus berbenah diantara tantangan baik eksternal maupun

internal. Begitu juga halnya dengan perkembangan TI (Teknologi Informasi) yang

masih bergelut di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan tekhnologi

yang begitu cepat.

Pentingnya TI TI dalam istilah asalnya adalah IT atau

Information techology. Menurut Information

Technology Association of America (ITAA),

TI adalah segala aktifitas berkenaan dengan

pembelajaran, perancangan, pengembangan,

pelaksanaan, pengaturan yang didasari

system informasi komputer khususnya

aplikasi perangkat lunak & perangkat keras.

TI juga berhubungan secara langsung

dengan penggunaan alat-alat komputer

elektronik, perangkat lunak, perangkat keras

untuk mengubah, menyimpan, melindungi,

memproses, mengirimkan & menerima

informasi.

Hampir setiap individu pada zaman sekarang

ini tidak bisa lepas baik secara langsung

ataupun tidak langsung dengan TI. Bagi

sebagian orang TI merupakan kebutuhan

vital sehari-hari. Disitulah posisi TI yang

begitu pentingnya bagi manusia.

Data & Fakta Menurut estimasi PBB Jumlah penduduk Indonesia sampai July 2007 diperkirakan

sebanyak 234,693,997 jiwa atau 3.47%

jumlah penduduk dunia. Ini berarti no.4

terbesar di dunia dan tentunya no.1 di

ASEAN. Indonesia juga memiliki kekayaan

alam berlimpah sebagai contoh no.2 untuk

keanekaragaman flora-fauna setelah Brazil,

bijih besi no.1 dunia, belum lagi karet, minyak sayur dll.

Daya Saing Industri TI Indonesia ada di urutan ke-57 dunia dan

urutan ke-14 di kawasan Asia Pasifik untuk

urusan daya saing industri teknologi

informasi (TI) berdasarkan studi terbaru

yang dilakukan secara independen oleh

Economist Intelligence Unit.

Singapura yang menempati urutan 11 (dengan skor 63,1), Malaysia di posisi 36

(34,9), Thailand di urutan 41 (31,9) serta

Filipina di urutan 47 (28,7), sementara

Indonesia hanya mampu berada di atas

Vietnam yang menempati posisi ke 61

(19,9).

Menurut hasil survey, kelemahan fatal

Indonesia terletak di infrastruktur TI yang

berada di peringkat 64 dari 64 negara yang

disurvey. Sementara Negara-negara tetangga kita seperti Singapura yang berada di urutan

ke-12 (skor 58,8), Malaysia peringkat ke-33

(16,5), Thailand urutan ke-49 (6,4), Filipina

urutan ke-55 (2,2) dan Vietnam di urutan ke-

60 (0,6). Katagori ini meliputi belanja

Page 62: IBCN panel discussion

54

hardware, software dan layanan TI,

kepemilikan komputer dekstop dan laptop,

koneksi broadband, serta server Internet

yang aman, yang dihitung berdasarkan

hitungan per kapita.

Hasil survey ini seolah-olah pararel dengan

nilai HDI (Human Development Index) yang

dikeluarkan UNDP (PBB). Hasil survey ini

menempatkan Indonesia di posisi ke 107

dari 177 negara yang disurvei. Aspek

penilaian dalam hal ini meliputi harapan

hidup, kebebasan, kenyamananan, dll.

Negara HDI

Japan (8) 0.953

Hongkong (21) 0.937

Singapore (25) 0.922

Brunei (30) 0.894

Malaysia (63) 0.811

Thailand (78) 0.781

China (81) 0.777

Philippines (90) 0.771

Vietnam (105) 0.733

Indonesia (107) 0.728

India (128) 0.619

Boleh jadi secara tidak langsung hal ini

dipengaruhi juga salah satunya oleh kondisi

tingkat korupsi di negara ini yang cukup

tinggi. Transparancy International

mempublikasikan laporan tahunan yang

dinamakan Corruption Perception Index

(CPI) tahun 2007. Cukup mencengangkan

ternyata kita ada diurutan 143 dari 179

negara yang disurvey. Bandingkan dengan

Negara-negara tetangga kita (kecuali

Myanmar) sbb :

Negara Ranking

Singapore 4 4

Malaysia 43 43

India / China 72 72

Thailand 84 84

Timor Leste / Vietnam 123 123

Philippines 131 131

Indonesia 143

Myanmar 179 179

Upah Tenaga Kerja TI Indonesia

Terendah Kedua di Dunia Ini menjadi salah satu kenyataan pahit bagi

umumnya praktisi TI di Indonesia. Hasil survei perusahaan konsultan internasional

HK Kearney Consulting pada maret 2007

menyatakan bahwa upah tenaga kerja TI

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

Nilai

Japan (8

)

Hongkong (2

1)

Sin

gapore

(25)

Bru

nei (3

0)

Mala

ysia

(63)

Thaila

nd (7

8)

Chin

a (8

1)

Philip

pin

es (9

0)

Vie

tnam

(105)

Indonesia

(107)

India

(128)

Negara

HDI (UNDP) 2007

Page 63: IBCN panel discussion

55

Indonesia merupakan yang

terendah ke dua setelah

Vietnam. Ini juga artinya

masih lebih rendah dari

Ghana dan Filipina.

Dari sisi skill, Indonesia

berada di peringkat 14.

Namun dari sisi business

environment Indonesia

masuk di jajaran paling

buncit, yaitu posisi ke-49 dari 50 negara, hanya unggul

sedikit dari Senegal.

Akses Internet Secara keseluruhan internet di Indonesia

belum begitu akrab dibanding Negara-

negara Singapur, Malaysia, Thailand dan

Brunei bagi penduduknya. Berikut ini list

sebagian negara-negara dengan pengakses

terbanyak dari segi prosentase penduduk.

List Negara-Negara dengan Jumlah

Pengguna Internet (dalam %) 2007

Ranking Negara % Penduduk

1 Norway 88.00%

2 Netherlands 87.80%

3 Iceland 85.40%

4 Sweden 77.30%

5 United States 75.00%

11 Hong Kong 69.90%

31 Malaysia 56.30%

36 Singapore 53.20%

45 Brunei 47.00%

91 Vietnam 21.40%

110 China 6.70%

114 Philippines 15.40%

122 Thailand 13.00%

141 Indonesia 8.50%

Indonesia di peringkat ke 141 dengan

penetrasi 8.50% jumlah penduduk atau

sekitar 20,000,000 pengguna. Di sisi lain hal

ini bisa menjadi peluang besar bagi dunia

usaha untuk bisa ekspansi lebih besar lagi.

Dengan jumlah penduduk yang besar, dari

sisi jumlah penduduk pengakses internet, Indonesia ada di peringkat 15 dunia, 1 di

ASEAN, dan no.5 di Asia.

e-Readiness e-Readiness adalah kemampuan untuk

menggunakan Teknologi Informasi &

komunikasi (Information and

Communication Technologies, ICT) untuk

mengembangkan perekonomian dan

memajukan kemakmuran. Hasil survey IBM

dan EIU (Economist Intelligence Unit)

menempatkan Indonesia di peringkat 68.

Aspek yang dievaluasi diantaranya sbb:

infrastruktur tekhnologi & konektivitas,

Page 64: IBCN panel discussion

56

suasana bisnis, social & buadaya, hokum,

kebijakan pemerintah.

Penggunaan Telepon Genggam (HP) Menurut catatan CIA terdapat 63,803,000

pengguna HP di Indonesia di tahun 2006. Ini

berarti sekitar 27.55% saja dari total

penduduk Indonesia. Tahun 2008

meningkat menjadi 115,600,000 pengguna. Mungkin saja pada sebagian

orang Indonesia, HP masih berupa barang

mahal sehingga bukan menjadi saatu

kebutuhan utama. Bandingkan dengan di

Rusia yang mencapai angka 121.2% atau

172,000,000 pengguna atau Malaysia

dengan 19,464,000 pengguna (70.80%).

e-Government Istilah e-Government berasal dari electronic

government, dikenal juga sebagai e-gov,

digital government, online government,

adalah penggonaan tekhnologi internet

sebagai platform untuk pertukaran

informasi, penyediaan pelayanan, transaksi

dengan warga Negara, pelaku bisnis, dan

pemerintahan lain. Dilihat dari relasinya terbagi menjadi 4 jenis yaitu Government-to-

Citizen or Government-to-Customer (G2C),

Government-to-Business (G2B) and

Government-to-Government (G2G) &

Government-to-Employees (G2E).

Dibanding Negara besar lainnya Indonesia

termasuk ketinggalan dalam aplikasi ini.

Sangat minimnya implementasi juga

kesiapan pemerintah Indonesia mungkin

menjadikan Indonesia berada di urutan 106

dari 182 negara yang di survey UNPAN

(united Nation Public Administration

Network), salah satu

E-Government Readiness Index 2008

(by UNPAN)

Ranking Negara Index

1 Sweden 0.915

7

6 Republic of Korea 0.831

7

23 Singapore 0.700

9

34 Malaysia 0.606

3

64 Thailand 0.503

1

65 China 0.501

7

66 Philippines 0.500

1

87 Brunei Darussalam

0.4667

91 Viet Nam 0.455

8

106 Indonesia 0.410

7

113 India 0.381

4

144 Myanmar 0.292

2

Rintangan/Hambatan Dibawah ini beberapa poin yang mungkin menjadi hambatan TI di Indonesia secara

umum, diantaranya sbb:

- SDM, kemampuan komunikasi dalam

bahasa Inggris dirasakan kurang. Sehingga

terkadang kalah bersaing dengan India

atau Philippina.

- Pemerintah, budaya “comfort zone”

sehingga cenderung tidak mau banyak

perubahan (e-Gov masih rendah)

- Tingginya tingkat korupsi secara tidak

langsung berpengaruh pada implementasi TI di Indonesia

- Infrastuktur TI masih rendah, belanja TI

belum tinggi. Penetrasi broadband hanya

0.3%, 60% wilayah Indonesia belum

terkoneksi dengan telekomunikasi,

penetrasi PC masih 1,38% (sementara di

India 2.2%)

Economist Intelligence Unit e-readiness

rankings

2007

Ranking Negara Index

1 United States 8.95

2 Hong Kong 8.91

6 Singapore 8.74

34 Malaysia 6.16

47 Thailand 5.22

55 Philippines 4.90

56 China 4.85

65 Vietnam 4.03

68 Indonesia 3.59

Page 65: IBCN panel discussion

57

- Gap yang sangat besar antara wilayah

pedesaan dan perkotaan. Kemiskinan

masih menjadi salah satu kendala

rendahnya penetasi TI.

- research and development masih rendah

yaitu 0,05% dari GDP.

- Kebijakan pemerintah yang masih sedikit

untuk mendorong kemajuan TI.

Harapan Mudah-mudahan adanya rencana pemerintah

untuk mengaplikasikan passport elektronik

(e-passport) di tahun 2010 membawa angin

segar bagi bidang TI. DepkumHAM sendiri

telah membangun system biometrik dan

aplikasi e-Office seharga Rp 42 miliar di

Ditjen Keimigrasian sebagai platform untuk

e-passport tersebut nantinya.

Kita berharap dengan bangkitnya TI

Indonesia diantara negara-negara kuat bisa lebih membuka banyak lapangan kerja. Ini

juga salah satu solusi dari pengurangan

jumlah angka pengangguran yang besarnya

9.7% atau sekitar 20 juta jiwa (paling besar

dari segi % juga jumlah di ASEAN).

Tentunya kita semua berharap perbaikan

seperti pada kebijakan pemerintah untuk

terus menstimulasi perkembangan TI di

Indonesia. Pemerintah juga harus

memberikan kebebasan para praktisi untuk

mengembangkan diri, berkretifitas. Juga berlaku untuk para pelaku bisnis agar bisa

mendorong perkembangan TI. Hendaknya

pemerintah juga membuat banyak pusat-

pusat research & development tentunya bisa

saja bekerjasama dengan pihak swasta.

Aliran modal bagi para pelaku bisnis di

bidang TI perlu diperbanyak untuk

merangsang pertumbuhan TI. Dukungan

moril dan matrial pemerintah akan sangat

diperlukan jika ingin TI di Indonesia maju.

Tentunya dengan berharap faktor tidak langsung yaitu stabilitas politik & keamanan

yang kondusif.

e-Government sebagai upaya pemerintah

untuk bersiap diri di kancah TI. Upaya-

upaya real selain e-passport yang bisa

dilakukan pemerintah boleh jadi sbb:

• e-KTP, di Malaysia dikenal dengan IC /

Identity Card yang diolah secara

sentralisasi, data online. Ini bisa

mengurangi penyalahgunaan

KTP/Passport juga sebagai gudang

informasi statistik penduduk (jumlah

keluarga miskin, pekerjaan, agama dll.)

• E-Learning, proses pembelajaran online

hingga ke desa-desa terpencil

• System komputerisasi di instansi

pemerintah, di Malaysia kantor-kantor

pemerintah/public banyak yang sudah menerapkan komputerisasi secara online

dan tentunya transparant.

• Menurunkan biaya akses internet &

telekomunikasi, sehingga merangsang

pertumbuhan TI sekaligus memudahkan

masyarakat menikmati manfaat TI

• Membuka VoIP (Voice Over Internet

Protocol) sehingga tidak ada lagi sekat

komunikasi hanya karena biaya mahal.

• Website-website Pariwisata & instansi-

instansi pemerintah supaya dibuat lebih gencar & sistematis sehingga

memudahkan masyarakat mencari

informasi.

• Tidak lupa untuk memagari TI dengan

Cyber Law-nya.

Kesimpulan TI di Indonesia masih harus terus berjuang

untuk menjadi pemain handal di dunia.

Dengan potensi besar yang dimiliki bukan tidak mungkin hal ini bisa terwujud. Perlu

usaha yang keras dari pihak-pihak terkait.

Dukungan dan aksi pemerintah yang

dirasakan sangat kurang sejauh ini sangat

perlu ditingkatkan. Selain tantangan yang

begitu besar yang dimiliki Indonesia,

tersembunyi peluang yang hebat.

Daftar Pustaka wikipedia.org

internetworldstats.com

cia.gov

unpan.org

sda-indo.com

detiknet.com

Page 66: IBCN panel discussion

58

Page 67: IBCN panel discussion

59

MAKALAH – MAKALAH LAIN

Page 68: IBCN panel discussion

60

Beberapa Upaya Pengurangan Subsidi BBM untuk

Sektor Transportasi

Dr. Herman Agustiawan Universiti Teknologi Petronas Malaysia

1. Pendahuluan

Dalam satu dekade terakhir harga minyak

mentah (crude oil) meningkat tajam seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Beberapa

penyebab kenaikan tersebut antara lain

adalah: (i) tidak maksimalnya produksi

minyak di Irak sebagai produsen minyak

terbesar kedua di dunia, (ii) pertumbuhan

ekonomi India dan China yang pesat dalam

satu dekade terakhir (economic shift from

the west to the east), dan (iii) diperkirakan

bahwa negara-negara OPEC tidak dapat

memenuhi kapasitas produksinya, sehingga

terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan konsumsi/permintaan minyak di dunia.

Gambar 1. Harga minyak mentah dunia

1998-2008

Sebagai akibat dari kenaikkan harga minyak

mentah dunia tersebut, Indonesia seperti

halnya negara-negara lain di dunia, juga

harus menyesuaikan harga Bahan Bakar

Minyak (BBM) sebagai produk turunan dari

minyak mentah. Penyesuaian ini sudah pasti

akan berdampak kepada besarnya subsidi

yang harus dialokasikan pemerintah untuk BBM. Pada Tabel 1 diperlihatkan komponen

BBM dengan dan tanpa subsidi.

Pada tahun 2005 pemerintah RI telah

mengeluarkan Perpres No. 55 tentang Harga

Eceran BBM dalam negeri, kemudian pada Perpres No. 9/2006 tentang perubahan

Perpres No. 55/2005. Pemerintah juga baru-

baru ini melalui Peraturan Menteri ESDM

No. 16/2008 telah menyesuaikan harga jual

eceran BBM jenis minyak tanah, bensin

premium, dan minyak solar untuk keperluan

rumah tangga, usaha kecil, usaha perikanan,

transportasi, dan pelayanan umum.

Jenis penggunaan BBM dapat dibedakan

kedalam empat sektor, yaitu sektor Transportasi, Pembangkit, Industri dan

Rumah Tangga.

Menurut data yang

dikeluarkan oleh

Departemen ESDM

pada tahun 2008

menunjukkan bahwa

penjualan BBM untuk

sektor transportasi

adalah yang terbesar

yaitu sebanyak 62,1%,

disusul oleh sektor industri 21,53%, dan

sektor rumah tangga

16,55%, sebagaimana

diperlihatkan pada

Gambar 2.

Oleh karena subsidi diberikan kepada BBM

yang sebagian besar digunakan pada sektor

transportasi, maka secara umum upaya

pengurangan subsidi dapat diartikan sebagai

pengurangan penggunaan BBM yang bersubsidi, tanpa harus menekan laju

kebutuhan BBM. Hal ini karena BBM (atau

energi pada umumnya) memang sangat

diperlukan guna melakukan semua aktivitas

yang pada akhirnya diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi

nasional.

Page 69: IBCN panel discussion

61

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2005 2006 2007 2008

Listrik

Industri

Rumah Tangga

Transportasi

Tabel 1 Jenis BBM dengan dan tanpa

subsidi

(Sumber: Blueprint Pengelolaan Energi

Nasional, Kementrian ESDM Indonesia

2005)

Gambar 2. Konsumsi BBM per sektor tahun

2005-2008 (Data Departemen ESDM)

Atas dasar hal tersebut, dalam makalah ini pembahasan hanya difokuskan pada

berbagai masalah BBM di sektor

transportasi saja. Oleh karena sektor ini

umumnya terjadi di kota-kota besar, maka

masalah dan solusi yang dibahas umumnya

terjadi di kota-kota besar di Pulau Jawa

seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

2. Permasalahan

Hal-hal yang menyebabkan meningkatnya

penggunaan BBM di sektor transportasi antara lain adalah:

i. Jumlah kendaraan ber-BBM semakin

banyak.

ii. Sarana dan prasarana belum memadai

iii. Sistem pelayanan publik yang tidak

efisien dan efektif

Page 70: IBCN panel discussion

62

3. Solusi

Beberapa usulan solusi untuk mengatasi

ketiga masalah di atas adalah sebagai

berikut:

a. Pengendalian laju pertambahan

kendaraan ber-BBM.

Pertumbuhan kendaraan baik umum

maupun pribadi cukup tinggi. Beberapa

laporan menyebutkan bahwa jumlah

kendaraan tidak berkurang bahkan meningkat meskipun harga BBM

dinaikkan. Kenaikan ini juga diperkirakan

sebagai akibat dari pertumbuhan populasi

dan/atau pertumbuhan ekonomi. Selain itu

juga dipengaruhi oleh perilaku konsumen

yang beralih dari kendaraan umum ke

kendaraan pribadi, karena beberapa alasan

seperti fasilitas kendaraan umum kurang

baik, tidak menjangkau perumahan, dan

ongkos yang relatif mahal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa di kota-kota

besar pertambahan kendaraan ber-BBM

banyak disumbang oleh kendaraan

pribadi. Laju pertambahan ini dapat

ditekan dengan menambah jumlah

kendaraan umum dengan fasilitas yang

lebih baik dan ongkos yang lebih murah.

Hal ini hanya bisa dimungkinkan dengan

transportasi publik dimana pemerintah

mengambil bagian yang lebih besar.

Cara lain adalah dengan penambahan kendaraan dengan mesin non dan semi

BBM. Kendaraan non BBM adalah

menggunakan bahan bakar alternatif

(biofuels: ethanol, biodiesel dsb) dan gas

alam. Sebagai contoh adalah penggunaan

gas alam sebagai bahan bakar kendaraan

bermotor yang telah diprogramkan

pemerintah beberapa tahun yang silam.

Teknologi untuk memungkinkan

penggunaan mesin bakar konvensional

dengan gas alam sudah tersedia. Dalam hal ini untuk menggantikan BBM dengan

gas alam cukup melalui pengaturan injeksi

bahan bakar dan waktu pembakarannya.

Kit konversi sudah tersedia dengan harga

yang cukup murah. Contoh penggunaan

kit ini adalah kendaraan dual-fuel (BBM

& Gas) yang sudah diterapkan di

Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara

lainnya.

Pengalaman membuktikan bahwa upaya

pengurangan konsumsi BBM dengan cara

ini belum berhasil secara maksimal. Di

Selandia Baru misalnya, sejak tahun 1970-

an telah merancang penggantian BBM

dengan gas alam tetapi program tersebut

tidak berhasil. Di negara lainnya seperti

Indonesia dan Malaysia, program ini

seperti jalan di tempat hal ini terbukti

dengan jumlah pemakainya yang rendah.

Bila ditinjau dari cadangan gas alam yang

masih sangat besar dan lebih ramah lingkungan dibandingkan BBM,

penggunaan gas alam sebenarnya sangat

menguntungkan. Paling sedikitnya

terdapat dua penyebab ketidak-berhasilan

program tersebut yakni, belum adanya

ketegasan pemerintah dan ketersediaan

infrastruktur.

Ketegasan pemerintah sangat diperlukan,

karena penggunaan bahan bakar alternatif

akan berlangsung dengan sendirinya apabila nilai ekonomi dari penggunaan

tersebut dapat menyelesaikan solusi bisnis

para pelaku ekonomi. Untuk maksud

tersebut maka diperlukan keberpihakan

atau ‘tekanan’ dari pemerintah sedemikian

rupa hingga para pengguna BBM secara

bertahap berkurang sejalan dengan waktu.

Hal ini dapat dicapai misalnya dengan

memberikan tax and rebate.

Pajak (tax) ditambahkan atau subsidi

dihilangkan kepada BBM sedangkan potongan harga (rebate) diberikan kepada

pembelian bahan bakar alternatif termasuk

komponen yang diperlukan (conversion

kit) kepada yang memerlukannya untuk

jangka waktu tertentu. Potongan harga

tersebut sebaiknya dilakukan secara

bertahap. Sebagai contoh program ini

akan dijalankan dalam kurun waktu 5

tahun. Potongan pada tahun pertama dapat

diberikan, misal, sebesar 50%, tahun

kedua 40% dan seterusnya. Tekanan yang lebih keras lagi adalah berupa kewajiban

para pengguna kendaraan untuk

mengurangi baku mutu emisi dari hasil

pembakaran kendaraannya, seperti halnya

yang dilakukan di California-USA dan

India.

Diperkirakan bahwa hampir disemua

negara yang tidak mewajibkan

penggunaan gas alam, program ini tidak

Page 71: IBCN panel discussion

63

berhasil karena pengguna tidak tertarik

untuk menukar atau menambah sumber

bahan bakar kendaraannya dengan gas

alam, meskipun harga gas alam lebih

rendah dibandingkan BBM. Hal ini karena

pemerintah tidak mewajibkan dan/atau

hanya menyediakan stasiun pengisian gas

alam di sekitar kota-kota besar saja.

Penerapan yang cukup berhasil adalah di

India, Pakistan, Italia, dan Argentina yang

memberlakukan kewajiban penggunaan gas alam untuk sektor transportasi

tertentu. Pemberian izin untuk perusahaan

taksi dan kendaraan umum lainnya hanya

diberikan kepada kendaraan yang

memakai bahan bakar gas alam saja.

Dengan demikian pada tahap awal,

konsumsi bahan bakar gas alam sudah

bisa dipercepat untuk mencapai tahap

komersial. Keterlambatan pencapaian

tahap komersial akan menghilangkan

keuntungan gas alam bagi pengguna, dan menghalangi pihak industri untuk

berinvestasi lebih jauh. Selain itu

penyediaan infrastruktur pengisian bahan

bakar gas juga harus dipercepat. Kesulitan

akses ke stasiun pengisian bahan bakar

gas dapat menyebabkan ketidak-

tertarikkan pengguna untuk mengkonversi

kendaraannya kepada bahan bakar gas.

Kenyataan bahwa sektor transportasi

sudah sangat tergantung pada kendaraan

berbahan bakar minyak telah menjadikan kita sangat tergantung terhadap BBM (oil

addiction). Untuk itu perlu ketegasan dan

keseriusan dari pemerintah dalam

menekan jumlah kendaran yang

menggunakan BBM.

Hal yang serupa juga dapat berlaku untuk

sumber energi terbarukan seperti ethanol,

biodiesel, dan lainnya. Artinya, selama

tidak diwajibkan oleh pemerintah dan

pada saat yang sama disediakan infrastruktur dengan jumlah dan lokasi

yang memadai maka penggantian BBM

oleh BB jenis lainnya tidak akan berhasil

dengan baik.

Selain masalah konversi bahan bakar dan

stasiun pengisian yang harus dipenuhi,

bahan bakar alternatif juga harus dijamin

lebih murah dan tersedia dalam kuantitas

yang cukup serta berkelanjutan. Dalam hal

ini pemerintah harus menetapkan strategi

penyediaannya mulai dari penanaman

bahan baku (tebu, jagung, kelapa sawit,

kedelai, jarak dll), termasuk proses

eksplorasi dan produksi gas alam, sampai

ke produk akhir dapat disalurkan ke

stasiun pengisian.

Sudah pasti bahwa pemerintah tidak

mungkin mencoba dan menyediakan

semua jenis bahan bakar alternatif dimaksud. Selain pemerintah harus

mempertimbangkan kemampuan untuk

memproduksi bahan mentah menjadi

bahan bakar, juga harus disiapkan

alternatif pengalihannya dan melihat

kaitannya terhadap sektor-sektor lainnya.

Sebagai contoh adalah ethanol yang dibuat

dari jagung dan biodiesel yang dibuat dari

kedelai (soybeans) dan canola (Canadian

oil, low acid: sejenis lobak yang semuanya

dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan bahan pangan). Bila bahan-

bahan tersebut digunakan sebagai bahan

baku pengganti BBM, maka akan

melambungkan harga makanan dan pada

akhirnya dapat mematikan sektor-sektor

usaha lain yang bergantung pada bahan-

bahan tersebut. Sebagaimana kita ketahui

bahwa kedelai adalah “satu-satunya”

bahan baku industri makanan (tahu,

tempe, dan kecap), sehingga bila kedelai

hanya diprioritaskan untuk dijadikan

biodiesel maka pada akhirnya dapat mematikan industri makanan tersebut.

Sementara itu, pohon jarak tidak bisa

dijadikan produk lain selain biofuel. Ini

adalah pilihan tidak aman karena bila

modal sudah ditanamkan untuk produksi

biofuel, sedangkan program tidak bisa

dilanjutkan karena satu dan lain hal, maka

modal akan menjadi mubadzir. Di lain

pihak ada bahan baku seperti kelapa sawit

yang bisa dijadikan biofuel dan produk lain seperti minyak goreng. Tetapi dalam

hal ini minyak goreng tidak harus

diproduksi dari kelapa sawit karena bahan

lain seperti kelapa juga bisa dibuat

menjadi minyak goreng. Sehingga kelapa

sawit dapat difokuskan oleh pemerintah

sebagai bahan baku biodiesel.

Page 72: IBCN panel discussion

64

Contoh kendaraan semi BBM adalah

kendaraan hibrid listrik-bakar (hybrid

electric-combustion vehicles) dan kereta

listrik dalam kota. Keuntungan dari

penggunaan mesin hibrid listrik-bakar

diantaranya adalah:

- Efisiensi tinggi dibandingkan pembakaran

- Dari sisi pembangkitan listrik, tersedia banyak alternatif PLTU batubara, Gas

alam, Panas bumi, Nuklir, dan lainnya.

- Baterai untuk kendaraan hibrid listrik-bakar sudah tersedia terbuat dari bahan

yang tidak berbahaya (lithium dan

nikel).

- Pengisian listrik untuk baterai dapat dilakukan pada saat beban utilitas listrik

rendah (malam hari).

- Dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan listrik yang memungkinkan

efisiensi kapasitas terpasang dapat

digunakan secara optimal.

- Dari sisi lingkungan, kendaraan dengan

BBM akan mengeluarkan 1 pound CO2

untuk setiap jarak tempuh 1 mile, sedangkan hibrida listrik-bakar hanya

0.7 pound CO2.

Sama halnya dengan program bahan bakar

alternatif, di sini pemerintah juga perlu

melakukan langkah yang tegas dalam

penerapannya. Dalam hal ini penetapan

target penggunaan kendaraan hibrida

listrik-bakar harus diprogramkan oleh

pemerintah, termasuk jadwal dan langkah-

langkah untuk pencapaiannya. Seperti halnya dengan gas alam dan biofuels, di

sini pemerintah juga harus mewajibkan

pembelian kendaraan hibrid listrik-bakar

misalnya untuk kendaraan dinas atau jenis

kendaraan untuk angkutan umum.

Dana subsidi BBM secara bertahap dapat

dihapuskan dan dialihkan untuk program

pembelian kendaraan hibrid, kit konversi,

penyediaan infrastruktur pengisian bahan

bakar, dan infrastruktur pembangkitan/ distribusi listrik. Untuk menarik investasi

dari industri diperlukan insentif berupa

pengurangan pajak dan kemudahan

membangun fasilitas riset dan fabrikasi.

b. Sarana dan Prasarana Transportasi

Sarana meliputi jenis kendaraan (umum)

termasuk efisiensi teknologi yang

dimilikinya. Sementara prasarana

berkaitan dengan jalan/tol, jembatan,

stasiun pengisian bahan bakar dan unsur

terkait/penunjang. Selama ini laju

pertambahan kendaraan belum dapat

diatasi dengan penambahan prasarana,

sehingga terjadi kemacetan dan

pemborosan penggunaan BBM. Tidak

tersedia lahan merupakan kendala utama

untuk penambahan prasarana.

Pembangunan prasarana jalan perlu diprioritaskan untuk mengimbangi laju

pertambahan jumlah kendaraan. Oleh

karena kapasitas jalan terutama di kota

besar tidak mungkin ditingkatkan secara

cepat maka infrastruktur yang ada perlu

dikelola untuk prioritas kendaraan yang

dapat mengangkut penumpang lebih

banyak. Sebagai contoh di beberapa jalan

protokol Jakarta telah diberlakukan sistem

three-in-one dan jalur khusus busway.

Infrastruktur sistem transportasi massal seperti kereta listrik/monorail dalam kota

(subway) harus segera diimplementasikan.

Dengan demikian pengurangan

pemborosan BBM akibat kemacetan dapat

dilakukan.

Penyediaan prasarana pengisian bahan

bakar alternatif perlu segera direalisasikan

sejalan dengan jumlah kendaraan yang

memang diharuskan menggunakan bahan

bakar alternatif. Kendaraan yang

diharuskan menggunakan bahan bakar alternatif antara lain adalah kendaraan

umum (taxi, bus) dan kendaraan

pemerintah.

c. Sistem pelayanan publik berbasis

elektronik (e-gov)

Hampir semua kegiatan memerlukan

kehadiran atau perpindahan manusia dari

satu tempat ke tempat lain. Namun tidak

semua kegiatan mengharuskan kehadiran

sesorang pada suatu tempat apabila hal ini dapat dilakukan dengan/atau

memanfaatkan teknologi. Ketidak-

efisienan sistem pelayanan publik dapat

mengakibatkan pemborosan energi

khususnya BBM.

Mengurangi perpindahan manusia/barang

melalui pemanfaatan sistem elektronika

terdistribusi harus segera dilakukan. Hal

Page 73: IBCN panel discussion

65

ini bisa mencontoh pembayaran listrik, air,

dan telepon yang sudah berjalan dengan

baik. Namun pengurusan pajak dan plat

nomor kendaraan yang bukan merupakan

kompetensi utama kepolisian dapat

dilakukan melalui bank, kantor pos, atau

loket-loket umum. Secara umum

pengendalian kegiatan di suatu lokasi

perlu memperhatikan kelengkapan sarana

dan prasarana yang tersedia guna

mencapai lokasi tersebut, termasuk di

dalam lokasi tersebut. Sehingga mobilitas dan kemacetan dapat dikurangi/dihindari.

4. Kesimpulan

Pengurangan subsidi BBM dapat diperoleh

bila BBM digunakan secara efisien dan

efektif.

Hal ini dilakukan tanpa harus menghambat

kebutuhan BBM /Energi karena memang diperlukan untuk menjalankan semua

aktivitas guna peningkatan pertumbuhan

ekonomi.

Page 74: IBCN panel discussion

66

Mengapa Memilih Bekerja di Malaysia?

Ir. Hari Primadi MT.

IATMI – KL

Sejak lebih seperempat abad Indonesia dikenal sebagai penyedia jasa tenaga

kerja bagi Malaysia dan Timur Tengah. Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yaitu

warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, bertebaran di berbagai

negeri. Begitu banyak kisah duka menimpa mereka saat berada jauh dari desa

asal dan lebih mengenaskan ketika tiba di Tanahair menjadi mangsa ‘mafia’

bandara tanpa nurani. Padahal mereka diakui pemerintah sebagai Pahlawan

Devisa, namun minim proteksi.

TULISAN berikut ini bukan membahas

fakta di atas maupun upaya advokasi

untuk mereka, namun bermaksud

membuka tabir yang selama ini belum

banyak diketahui. Tenaga Kerja Indonesia yang bergerak diberbagai

bidang profesi dengan kaliber

Internasional ternyata ada!

Jumlahnyapun ribuan!

Apabila dianalogikan mereka ini bagai

Pasukan Elit yang siap berkarya secara

mandiri maupun kelompok, senyap

namun sigap untuk tujuan jangka

pendek maupun panjang; taktikal

maupun strategis. Mereka tersebar di

berbagai negara dan perusahaan. Kaliber mereka tidak diragukan terbukti dengan

perpanjangan kontrak kerja mereka

secara berkesinambung-an. sebagai

imbalannya merekapun dibayar

tinggi bahkan tidak sedikit yang

melebihi gaji manager dan CEO

lokal. Fasilitas tempat tinggal

merekapun diibaratkan berada di

“ring satu” dimana tempat

tinggal dan tempat bekerjanya

bisa dicapai dengan berjalan kaki dalam waktu tidak lebih dari 10

menit. Fasilitas belajar

Internasional bagi anak-anak

mereka ditunjang asuransi

kesehatan yang memuaskan.

Fenomena ini belumlah lama,

baru satu dasa warsa namun

meningkat cepat dalam kurun 5

tahun terakhir ini. Karena terbatasnya database,

maka hanya satu sektor yang kami bahas yaitu

profesi dibidang MIGAS.

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

(IATMI) dengan komisariat ke-10 berkedudukan di Kuala Lumpur ini merupakan

wadah kami berhimpun. Dalam usinya ke-5

tahun ini Anggota kami mendekati 200 ahli

tersebar di Peninsula hingga Sabah dan

Serawak.

Kajian statistik berdasarkan bidang keilmuan

Anggota IATMI-KL terdiri dari:

- Geology & Geophysicist: 40%

- Petroleum Engineer: 21%

- Surface Facility: 12%

- Drilling: 11%

- IT: 5% - Managerial: 4%

- Lain-lain: 7%

Dalam tampilan grafis sebagai berikut:

Page 75: IBCN panel discussion

67

Dari latar belakang keahlian tersebut

dapat kita kelompokan pula berdasarkan

perusahaan yang menampung mereka.

- Petronas: 61%

- Murphy Oil: 8%

- Shell: 6%

- Schlumberger: 6%

- RML: 3%

- Lain-lain: 16%

Dalam tampilan grafis sebagai berikut:

Kajian statistik di atas menunjukkan

tingkat kepercayaan pemerintah Malaysia melalui Kementrian Tenaga

Kerja dan Imigrasi demikian tinggi akan

minat merekrut para ahli perminyakan

Indonesia. Tidak hanya mereka yang

berpengalaman kerja lebih

dari 10 tahun bahkan

merekapun merekrut sarjana

yang baru lulus (fresh

graduate) dari Tanahair.

Beberapa bulan lalu, kami

menerima e-mail dari seorang wartawati di Jakarta

yang menanyakan perihal

mengapa kami tertarik

bekerja di Malaysia dan

tidak memilih Uni Eropa

maupun ke AS? Apa

keinginan atau harapan untuk Indonesia,

terutama dari pemerintah dimana banyak

sekali ahli-ahli Indonesia berada di luar

negeri?

Dua pertanyaan mendasar tersebut tentu

akan berbeda-beda bila diajukan orang-

perorang. Untuk itu pada bulan April lalu

kami mengadakan survei pendapat

diantara Anggota IATMI-KL guna

mendapatkan suatu pandangan obyektif.

Responden yang menanggapi terdiri dari

berbagai usia pengalaman kerja, mencakup

variasi disiplin keilmuan, juga terdiri dari laki-

laki dan wanita. Walau survei tersebut mendapat

respon kurang dari separo Anggota kami anggap

cukup mewakili komunitas ini, bahkan mungkin

dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding

komunitas lainnya apabila dilakukan survei

serupa di Malaysia.

Adapun hasil polling tersebut

dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Gaji & benefit: 12 responden

(14%)

2. Kualitas hidup (fasos, fasum,

keluarga: 12 responden

(14%)

3. Dekat (dengan kampung

halaman): 10 responden (12%)

4. Kultur (makanan, bahasa

pengantar, culture shock): 9 responden

(11%)

5. Dihargai (sebagai Duta bangsa, ekspatriat):

8 responden (10%)

6. Peluang (tidak diterima saat melamar kerja

di Indonesia): 8 responden (10%)

7. Pahlawan devisa: 6 responden (7%)

8. Eksposur Internasional: 4 responden (5%)

9. Sekolah anak (pergaulan, kesinambung- an

ke jenjang universitas): 4 responden (5%)

10. Pengembangan diri (coaching, mentor- ing, training): 3 responden (4%)

11. Hubungan kerja (load, environment): 3

responden (4%)

12. Batu loncatan: 3 responden (4%)

13. Pajak: 2 responden (2%)

Page 76: IBCN panel discussion

68

14. Lain-lain (berobat, program “my

second home”): 2 responden (2%)

Dalam tampilan grafis sebagai berikut:

Dari hasil polling di atas terlihat bahwa

responden menempatkan faktor Gaji &

benefit bersama Kualitas hidup pada

tempat teratas yaitu 14%. Walau tidak

semua responden khususnya mereka

yang senior menyatakan perolehan gaji

disini lebih dari yang selama ini

diperoleh di Tanahair, namun sebagian besar lainnya setuju bahwa mereka

bekerja di luar Indonesia memang

mencari penghasilan lebih tinggi,

ditunjang dengan tempat yang nyaman

dimana fasos (fasilitas sosial), fasum

(fasilitas umum) nya bagus, dekat

dengan kampung halaman sehingga

sedikit pengaruh kejutan kultur (cultural

shock), bisa menyekolahkan anak di

sekolah Internasional sehingga eksposur

mereka ke dunia luar diharapkan semakin bagus nantinya. Selain itu

secara resmi diakui sebagai Pahlawan

Devisa.

Adapun harapan kami untuk Indonesia,

terutama dari pemerintah terangkum

sebagai berikut:

1. Dengan pajak progresif 35% di

Indonesia kita bisa menikmati

kesejahteraan seperti di Malaysia

yang hanya memungut 21% pajak

ke warga negaranya, 2. Memberikan kesempatan yang

lebih besar kepada para tenaga

ahli yang saat ini tersebar di luar

negara untuk kembali berkarya di

Tanahair,

3. Menghilangkan pembatasan

struktur gaji maksimal bagi

tenaga ahli yang telah terbukti

berkaliber internasional serta

handal.

Akankah fenomena ini akan terus

berlanjut sehingga kekawatiran

kekurangan tenaga ahli (brain drain) di

Indonesia akan terjadi? Kami percaya

bahwa fakta di atas merupakan proses di

era globalisasi, bahwa batas demarkasi

suatu Negara tidak ada kaitan langsung

dengan keberadaan warga negaranya

untuk berkarya, untuk terus membangun

Indonesia. Jayalah Bangsaku, Adil dan Makmur

Negeriku.

Page 77: IBCN panel discussion

69

Merah Putih Di Puncak Kinabalu

Adhika Adipratama Penantian dua bulan lamanya akhirnya tiba untuk melakukan pendakian gunung

dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di ketinggian lebih dari 4000 meter itu.

Dalam setiap promosi wisata, Malaysia menyebutkan Gunung Kinabalu sebagai

gunung tertinggi di Asia Tenggara. Kenyataannya tidaklah demikian, setidaknya

Puncak Jaya (Carstenz Pyramid) di Pegunungan Sudirman - Papua Indonesia

dan Hkakabo Razi di Myanmar menjulang lebih dari 5000m dengan selimut salju

abadi.

DUA bulan waktu yang diperlukan untuk

melakukan ‘booking’ agar mendapat izin

untuk mendaki gunung ini. Dimusim libur bulan Juni-Juli-Agustus memang

tercatat sekitar 150 pendaki tiap harinya

belum termasuk yang menginap di

kawasan Taman Kinabalu untuk

‘trekking’ dan aktifitas ‘outdoor’

lainnya. Kemudahan sarana dan

prasarana menjadi kunci utama

kunjungan wisata alam Kinabalu. Semua

pemesanan berkaitan dengan penginapan

di ‘basecamp’ di ketinggian 3273m dapat

dilakukan lewat telepon dan internet.

Informasinya juga sangat mudah dimengerti dan langsung mendapat

respon dalam waktu singkat. Saya

membayangkan seandainya seluruh

gunung di Indonesia yang sering didaki

memiliki sistem reservasi seperti ini

tentu akan semakin ramai wisatawan

minat khusus berkunjung. Kawasan

Konservasi Gunung Gedhe-Pangrango di

Jawa Barat barangkali merupakan sistem

pengelolaan termaju di Indonesia sangat

disayangkan masih kalah jauh manajemen pengelolaannya.

Taman Kinabalu terletak sekitar 90km

dari Kota Kinabalu (KK) dengan luas

kawasan 75.370 hektar dan berada di

ketinggian 1563m ini, ditempuh dalam

dua jam perjalanan darat selepas

melewati pintu imigrasi di Bandar udara

dimana saat itu thermometer mengukur

suhu 34oC, terasa gerah memang.

Banyak turis manca Negara menyertai

kedatangan kami, sebagian besar

membawa tas punggung (backpack)

mengingatkan akan kota budaya ‘Jogja’

(Yogyakarta). Kami bersama-sama mendatangi gerai informasi yang terletak di latar depan

bandara. Pertanyaan yang serupa kami lontarkan

yaitu sarana mencapai Kinabalu ‘Park’, waktu

tempuh dan berapa biayanya. Cara termudah

dan tercepat adalah menggunakan taksi yang

banyak tersedia di depan bandara. Cara kedua

adalah menuju bandar dengan menggunakan bis

yang juga setiap waktu tertentu berhenti di pintu

bandara untuk selanjutnya dilanjutkan dengan

berkongsi taksi menuju Taman Kinabalu. Cara

ketiga adalah menggunakan bis antar kota yang

berangkat sore hari dari bandar. Ditilik dari sisi biaya, tentu cara pertama paling besar dalam

ongkos mengingat kenyamanan dan kecepatan

tiba di kaki gunung.

Perjalanan sore itu disertai kabut dan hujan

cukup lebat, kami sempatkan singgah di dusun

Nabalu untuk memotret matahari terbenam.

Petang itu kami tiba di Kinabalu ‘Park Head

Quarter’ dimana petugas berseragam hijau

dengan ramah menyambut kami dan

menyiapkan kunci penginapan yang telah kami pesan melalui internet. Selepas makan malam di

restoran taman konservasi, malam itu kami

beristirahat di Grace Hostel dimana satu kamar

terdiri dari 3 buah tempat tidur susun (bunk

beds), berkongsi dengan pendaki dari manca

Negara lainnya.

Page 78: IBCN panel discussion

70

Pagi yang sejuk selepas pukul 6 kami

telah berkemas untuk memulai

pendakian hari pertama. Sesaat kami

menunggu tepat pukul 7 dimana kantor

pendaftaran dibuka. Kantor yang buka hingga tengah malam, pagi ini telah buka

sesuai jadwal, sungguh luar biasa . Disini

kami mengisi data dan membayar biaya

pendakian, asuransi dan pemandu

(guide). Merupakan suatu keharusan

bahwa setiap rombongan harus memiliki

setidaknya satu pemandu. Baik itu satu

orang pendaki maupun lebih dari

duapuluh orang sekalipun. Biaya

pendakian untuk warga asing dikenakan

RM 100 untuk dewasa dan RM 50 untuk

anak berusia dibawah 18 th, biaya asuransi RM 2, dan biaya pemandu RM

80. Sedangkan porter (pengangkut

barang) tidak diharuskan, namun bila

memerlukan dikenakan RM 7 untuk

setiap kilogram.

Tidak lebih dari 20 menit waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan semua

administrasi sekaligus mendapat ‘name

tag’ yang berisi nama kita, tanggal

pendakian, nama kelompok dan urutan anggota. Sungguh, tanda pengenal ini

tidak boleh hilang dan harus selalu

dikenakan selama pendakian. Bila ada

yang tidak mengenakan, secara syah

petugas di pintu gerbang berhak untuk

menghentikan pendakian orang tersebut.

Buat kita sendiri, tanda pengenal ini bisa

sebagai sebagai kenang-kenangan

berkesempatan mendaki Gunung

Kinabalu.

Tujuan pendakian hari pertama ini adalah Laban

Rata, kawasan ‘basecamp’ berada dekat batas vegetasi di ketinggian 3273m. Disini terdapat

penginapan yang bisa dikategorikan ‘mewah’.

Bagaimana tidak, bila elevasi sedikit lebih

tinggi dari puncak Gunung Merbabu di Jawa

Tengah ini terdapat listrik, fasilitas kamar

berpenghangat (heater), kamar mandi dengan air

hangat, serta juga restoran! Inilah waktu dua

bulan yang kami maksud sebenarnya untuk bisa

mendapatkan kenyamanan di Laban Rata.

Selain Laban Rata ‘Resthouse’, terdapat

penginapan sederhana lainnya sebutlah Waras Hut, Burlington Hut, Pana Laban Hut, serta

Gunting Lagadan Hut yang berada di elevasi

3323m.

Terdapat dua jalur klasik untuk mencapai

puncak Kinabalu, yaitu melalui pintu gerbang

Timpohon dan gerbang Mesilau. Jalur

Timpohon paling diminati karena jaraknya

relatif dekat dan mudah. Waktu tempuh hingga

mencapai Laban Rata sekitar 4 hingga 6 jam.

Sedangkan jalur Mesilau sedikit lebih jauh

dengan perbedaan waktu tempuh sekitar dua jam. Kami memilih jalur kedua karena menurut

informasi jalur Mesilau ini menyajikan

pemandangan elok dan juga variasi trek.

Perjalanan pagi itu memang menyenangkan,

cuaca sungguh bersahabat, naik turun bukit,

Page 79: IBCN panel discussion

71

menyeberangi lembah menggunakan

jembatan gantung serta variasi flora dan

fauna di Taman Konservasi ini. Menurut

Kitayama, seorang botanis dari

Honolulu, USA, tahun 1992 membagi

spesies tumbuhan hutan tudung (forest

canopy) menjadi empat berdasar elevasi

(altitude). Digolongkan menjadi lowland

(<1200m), lower montane (1200 hingga

2000-2350m), upper montane (2000-

2350 hingga 2800m), dan subalpine

(2800 hingga batas vegetasi, 3400m). Namun yang lebih menyenangkan, setiap

500m hingga 1 kilometer terdapat

pondok untuk beristirahat. Lebih

mencengangkan bahwa ditiap pondok itu

terdapat toilet dan air keran dari mataair.

Sungguh segar meneguk air pegunungan

ini.

Jalur Mesilau ini akhirnya bertemu

dengan jalur dari Timpohon di suatu

tempat yang disebut Layang-layang. Disini kami mulai bertemu dengan

sejumlah pendaki lainnya. Satu jam

menjelang Laban Rata mendung

menggantung sejak lepas tengah hari tadi

mulai turun berupa hujan. Tentu kami

sudah mengantisipasinya dengan

menggenakan mantel hujan sehingga

tidak menghambat sisa perjalanan

tersebut. Menurut pemandu kami,

seminggu sebelumnya badai cukup besar

terjadi di kawasan ini, sehingga cukup

merepotkan pendaki. Cukup membuat risau akan kemungkinan cuaca berubah

setiap waktu, terutama untuk pendakian

hari kedua esok. Besar kemngkinan

pendakian akan dilarang bila dini hari

esok terjadi hujan disertai badai.

Hujan masih mengguyur saat kami tiba

di laban Rata, bangunan berlantai 3

berada di depan kami sementara di

tempat kami berdiri saat itu berupa

dataran dengan jaring terpasang untuk bermain sepak takraw! Sebuah tiang

dengan pengukur curah hujan berada

ditempat tersebut. Saat memasuki

ruangan tengah, telah ramai para pendaki

berada disana. Sekilas lebih dari 70

orang tengah bersantap, ternyata ruang

itu berupa restoran mungkin lebih tepat

disebut kantin. Kami segera menuju

pojok ruangan dimana kami meregristasi

ulang sekaligus menerima kunci kamar. Malam

itu kembali kami berkongsi kamar dengan dua

pendaki lain. Hangatnya ruangan serta penat

perjalanan sehari tadi seharusnya membuat tidur

kami pulas, namun kenyataannya tidak.

Barangkali karena berada diketinggian,

metabolism tubuh belumlah cukup beradaptasi.

Walau demikian kami berusaha bisa

memejamkan mata dan melemaskan otot-otot

kaki.

Alarm digital membangunkan kami, rupanya sempat juga kami tertidur. Sungguh berat

rasanya turun dari tempat tidur susun saat tubuh

mulai menyesuaikan terhadap kondisi sekitar.

Namun mau tak mau karena inilah puncak

penantian itu, sejam lagi para pendaki akan

memulai pendakian hari keduanya secara

hampir berbarengan. Saat itu memang masih

pukul satu dini hari, namun kami harus

berkemas kembali menyiapkan pakaian dan

bekal makan dan minum. Berbeda dari

pendakian sehari sebelumnya, dari pakaian, kami mengenakan 3 lapis. Lapis pertama berupa

layer tipis wool kemudian ditutup lapis kedua

berupa jaket berbahan sintetis (fleece), dan di

bagian luar ditutup dengan jaket hujan berfungsi

sekaligus penahan angin (wind breaker)

berbahan goretex. Tak lupa penutup kepala dan

telinga sering kita menyebutnya ‘kerpus’ atau

‘kupluk’, juga kaus tangan kedap air. Demikian

juga untuk penutup bagian bawah, kaus kaki

berbahan wool dan sepatu boot berbahan

goretex. Hal ini penting untuk menghindari

seminimal mungkin kehilangan panas tubuh (hypothermia) mengingat cuaca di kawasan

puncak konon bisa mencapai titik beku akibat

hujan disertai angin kencang. Kami juga

berbekal makanan energi dan minuman energi

ditambah satu termos kecil air panas turut

melengkapi.

Sir Hugh Low, seorang pejabat kolonial

berbangsa Inggris tercatat sebagai orang

pertama mendaki gunung ini di tahun 1851.

Namanya kemudian diabadikan untuk puncak tertinggi (Low’s Peak). Sedangkan wanita

pertama mendaki Gunung Kinabalu tercatat

Miss Lilian Gibbs (1910), seorang botanis yang

di tugaskan untuk museum Inggris, melakukan

tugas pendataan tumbuhan. Namanya di

abadikan untuk beberapa species tanaman

(Bambusa gibbsiae salah satu spesies bambu).

Bisa terbayang bagaimana lebatnya menembus

hutan hujan tropis ini lebih dari 150 tahun yang

Page 80: IBCN panel discussion

72

lalu. Saat inipun medan terjal kami

tempuh dalam kecepatan lambat,

sekalipun telah ada anak-anak tangga

dari kayu, sekalipun licin namun terasa

sangat membantu pijakan sepatu boot

kami. Di depan dan di belakang kami

berpuluh pendaki berbagai usia, ras dan

bangsa berada dalam satu formasi

menuju puncak bagai ular naga meliuk-

liuk, tampak dari lampu penerangan yang

mereka kenakan di kepala maupun dalam

genggaman. Suhu dini hari itu tercatat 5oC cukup dingin memang namun tidak

sampai membuat tubuh menggigil karena

kami terus bergerak. Pendakian hari

kedua ini kami tidak disertai pemandu

karena tiba-tiba dia merasa kurang sehat,

sehingga kami berdua bergabung dengan

grup lainnya.

Selepas batas vegetasi kemungkinan di

ketinggian 3400m, sampailah kami di

dinding granit masif. Masih dalam remang malam dan hanya dari sumber

cahaya lampu kepala, kami meraba

mendadak teringat dongeng “Raksasa

dan Liliput” dinding ini benar-benar

bagai perut raksasa tidur. Perlahan kami

merambati rekahan granit dimana telah

dipasang secara permanen tali nilon

putih berdiameter sekitar 1 inci yang

berfungsi sebagai pegangan saat

memanjat dinding ini sekaligus petunjuk

jalur pendakian kami. Betul-betul sangat

membantu mencambangi dinding dengan kemiringan 45-65o. Pengelola Taman

Kinabalu sangat memperhatikan faktor

keselamatan pendaki, terlihat dari

kondisi tali yg relatif baru. Bila terjadi

badai dengan jarak pandang terbatas, tali

ini akan mampu sebagai petunjuk jalan

sekaligus pegangan terpercaya.

Setengah jam kira-kira waktu yang diperlukan

untuk melintasi dinding curam bagai perut

raksasa, tibalah pada pintu gerbang Sayat-Sayat.

Disini terdapat pos pemeriksaan tanda pengenal

sekaligus izin menuju puncak. Bisa jadi pada

kondisi cuaca buruk, para pendaki akan terhenti

disini dan tidak akan diizinkan naik.

Mengagumkan namun bisa juga terasa sebagai

penghambat. Sebagian para pendaki ini berasal

dari sisi belahan dunia dan telah mengeluarkan

biaya dan upaya tidak sedikit untuk mencapai

posisi saat ini, namun keputusan mutlak ditangan petugas jaga. Kita sering mendengar

istilah ‘juru kunci’, disini benar-benar berlaku

karena petugas ini memiliki kuasa penuh demi

keselamatan dan menjaga amanah. Lebih

mengagumkan, di Sayat-Sayat ini terdapat satu

pondok yang bisa dipergunakan untuk

berlindung lengkap dengan toilet. Satu hal yang

lebih mengagetkan, disampingnya terdapat dua

buah telepon umum yang berfungsi dengan koin

dan kartu telepon ‘TM’ (Telekom Malaysia)!

Bisakah dibayangkan? Elevasi saat itu 3668m setingkat dengan puncak gunung tertinggi di

Jawa, Gunung Semeru!

Dengan cuaca bersahabat selepas hujan lebat

semalam, semua pendaki menjelang terbitnya

mentari mendapat kelulusan untuk meneruskan

pendakiannya. Kondisi jalur sudah tidak terjal

lagi dan tampaknya kemiringan semakin landai.

Sepanjang jalur terdapat papan petunjuk yang

menunjukkan posisi kita saat itu lengkap dengan

jarak dan elevasi. Barusan kami melintasi papan

petunjuk 7.0km, pengukuran jarak ini berawal

dari Gerbang Timpohon. Hampir sejam kemudian kilometer 8.0 kami lewati.

Sekalipun jalur relatif datar namun pendakian

tidak bisa berjalan cepat, dikarenakan elevasi

setinggi itu menyebabkan kandungan oksigen

menipis, sehingga perlu tarikan nafas lebih

dalam untuk meraih oksigen dan

Page 81: IBCN panel discussion

73

mendistribusikannya dalam darah dan

otak agar keseimbangan tubuh tetap

terjaga. Pada kondisi seperti ini pendaki

sering mengalami mual dan pusing yang

dikenal sebagai sakit ketinggian

(mountain sickness) momok yang cukup

menghantui pendaki dimana saat akhir

dari pendakian tidak dapat dituntaskan

dengan sempurna.

Perlahan tapi pasti, kami bergerak terus hingga

papan tanda menunjukkan kilometer 8.5 dengan

elevasi 4008m, artinya Puncak tertinggi tidaklah

jauh. Tigapuluh menit terasa cepat karena kami

sibuk mengatur tarikan nafas dan detak jantung

sambil mencari jalur diantara bongkah-bongkah

besar granit yang tiba-tiba menjadi terjal di

beberapa ratus meter terakhir. Akhirnya tibalah

ujung pendakian hari kedua ini di ketinggian

4095.2m dan kami ucapkan syukur dengan

mengheningkan cipta dan kami kibarkan bendera Merah Putih. Dirgahayu Indonesia ke-

63. Indonesia BISA!

Tentang Penulis: Adhika Adipratama (14th) pelajar di Kuala

Lumpur. Pendakian ini merupakan keempat

baginya yang dimulai sejak berumur 8th.

[[email protected]]

Tulisan aslinya ditulis Adhika dalam bahasa

Inggris, kemudian dialih bahasakan oleh Hari

Primadi, ayahnya.

Page 82: IBCN panel discussion

74

"Holding Company" BUMN di Malaysia dan Potensi

Aplikasinya di Indonesia

Ir. Bonie Erwanto, MBA., MAFIS.

My-Commit

BUMN Indonesia dengan aset 1300

triliun rupiah lebih memang sangat

strategis. Tak pelak tangan-tangan

pusat kekuasaan acap

menghampirinya. Hal itu menjadikan

iklim di BUMN tidak sehat. Motif-

motif politik sering menghantui

keputusan-keputusan strategis. Para

pemimpin BUMN sering harus

sowan ke DPR, untuk sebuah

keputusan yang semestinya menjadi

wewenang-nya. Situasi politik acap

menggiring mereka untuk selalu

mencari cantolan politik, ketimbang

memperbaiki kinerja.

Kultur politik ini semakin

membenamkan BUMN dalam

budaya birokrasi yang lamban dan

berbelit. Banyak direksi yang tidak

berani mengambil keputusan, dan

budaya entrepreneur yang bercirikan

kecepatan dan keberanian

mengambil risiko dalam derajat

tertentu dan terukur menjadi luntur.

Intervensi politik yang di luar

takaran itu menjadikan orientasi

bisnisnya melemah, dan tentu saja

tidak dapat diharapkan kinerjanya.

Akar historis BUMN kita tidak

terlepas dari Pasal 33 UUD, yang

sebenarnya bukan hal yang aneh

dalam konsep negara kesejahteraan

(welfare state). BUMN masih

dianggap sebagai tangan negara

untuk membantu menciptakan

kesejahteraan rakyat. Porsi public

social obligation yang dibebankan

negara kepada sebagian BUMN

cukup besar dan mempunyai

pengaruh cukup signifikan terhadap

orientasi bisnisnya.

Platform “Holding” Sebagai

Instrumen Agenda Nasional

BUMN Indonesia yang berjumlah

139 buah, serta anak perusahaan dan

cucu perusahaan yang kalau ditotal

bisa lebih dari 600 unit, tentu

membutuhkan pengelolaan lebih

sistematik, sekaligus membangun

benteng terhadap intervensi politik.

Dan wadah itu adalah holding

company.

Khazanah Nasional

Jika kita menengok Khazanah

Nasional, holding company milik

Pemerintah Malaysia ini memiliki

strategi serupa, walaupun tidak

seagresif Temasek (Singapura)

dalam berinvestasi di luar negeri.

Seperti halnya Temasek, Khazanah

yang di antaranya masuk ke Bank

Lippo dan Excelcomindo, tidak

terlibat secara langsung dalam

perusahaan-perusahaan yang menjadi

portofolionya. Keterlibatan struktural

terjadi di level sektoral pengemban

misi investasi luar negeri tersebut,

seperti CIMB untuk Bank Niaga dan

Page 83: IBCN panel discussion

75

TM International untuk

Excelcomindo.

Mirip Temasek, Khazanah berusaha

menciptakan kepemimpinan yang

kuat dan kapabel pada setiap

perusahaan yang menjadi

portofolionya. Yang juga menjadi

perhatian Khazanah adalah

memastikan berfungsinya dengan

baik sistem dan kontrol yang telah

dirancang.

Dari negara tetangga ini kita

mendapat pelajaran betapa

pentingnya bagi perusahaan holding

untuk memberi otonomi kepada

jajaran direksi, memilih orang yang

tepat, mengembangkan

kepemimpinan, dan memastikan

berfungsinya sistem dan

pengawasan. Sesuatu yang

sebenarnya tidak terlalu istimewa,

tetapi barangkali inilah yang "sulit"

terjadi.

Satu hal yang perlu digarisbawahi

adalah tata kelola (governance)

antara perusahaan holding dengan

perusahaan portofolionya.

"Holdingisasi" yang sedang dibentuk

oleh kementerian BUMN memang

suatu keharusan, mengingat aset

keseluruhan BUMN kita sebenarnya

lebih besar daripada milik tetangga.

Yang harus diperhatikan adalah

adanya perbedaan mendasar dengan

mereka, sebagian besar BUMN kita

kental dengan misi sosialnya (public

services obligation), yang tentu saja

harus menjadi pertimbangan penting.

Ini membawa penulis untuk

mempertanyakan 3 (tiga) hal

mendasar untuk perkembangan

BUMN di Indonesia:

• Dengan perkembangan situasi

ekonomi 5-10 tahun yad.,

mampukah BUMN mengemban

tugasnya sebagai kontributor

organik terbesar untuk

pertumbuhan aset negara secara

independen (“aset nasional

seutuhnya”) dan konsisten, dan

tetap ‘disiplin’ dalam misi sosial

yang dimaksud ? Bentuk

‘holding’ apa yang cocok dengan

iklim Indonesia untuk mencapai

misi tersebut ?

• Bagaimana ‘holding’ dapat

menjadi instrumen nasional

dalam membentuk sosok BUMN

sehingga memikat talenta-talenta

Indonesia yang terpendam dan

tersebar di dalam dan luar Tanah

Air ?

• Apakah ‘holding’ ini nantinya

mampu mendorong orientasi ke

level internasional seperti yang

sudah dilakukan negara-negara

tetangga, i.e. Malaysia dan

Singapura ? Jika mampu, sejauh

mana ‘political will’ nya?

Tentu saja pertanyaan tersebut perlu

diskusi secara mendalam dengan

pihak yang berwenang. Dalam

mencoba menjawab hal di atas,

penulis bermaksud mengetengahkan

cuplikan Khazanah Nasional sebagai

penggerak utama transformasi

Government-Linked Companies

(GLC) di Malaysia dan kemungkinan

aplikasinya di Indonesia.

(Data disadur dari tulisan

A.B.Susanto di Suara Pembaruan)

Page 84: IBCN panel discussion

76

Page 85: IBCN panel discussion

77

Page 86: IBCN panel discussion

78

Pengembangan Keunggulan Indonesia Lebih Baik Fokus ke

Proses Kreatif Daripada Bisnis Offshoring

Yudanto Hendratmoko ST. My-Commit

Offshoring merupakan usaha korporasi untuk memangkas biaya. Indonesia

dengan kelebihan dan kekurangannya tidak perlu mengikuti Malaysia dengan

bisnis offshoring. Pengembangan keunggulan Indonesia dapat difokuskan ke

proses kreatif dan pengembangan perangkat lunak. Prasarana tentu saja

diperlukan untuk proyek pengembangan ini yang pembiayaannya berupa

reksadana atau modal ventura.

Offshoring dan Outsourcing

Offshoring adalah relokasi suatu proses

bisnis dari satu negara ke negara lain. Ini agak rancu dengan istilah outsourcing.

Outsourcing adalah memindahkan proses

bisnis ke perusahaan lain. Perusahaan ini

bisa berlokasi negara lain bisa di negara

yang sama. Sementara pemindahan

proses bisnis bisa berlaku internal

dengan lokasi di negara lain. Offshoring

bisa sekaligus outsourcing.

Beberapa alasan sebuah perusahaan

menerapkan offshoring adalah untuk

mendapatkan biaya jasa dan barang yang lebih murah. Efisiensi biaya adalah

hakikatnya. Pemangkasan biaya ini bisa

dilakukan karena infrastruktur sudah siap

diimbangin dengan sumber daya manusia

yang berkemampuan tinggi.

Dari gambar 1 bisa dilihat bahwa tiga

besar negara tujuan offshoring adalah

India, Cina dan Malaysia. Mereka

membuat beberapa kemudahan agar

iklim bisnis menarik para korporasi membuka

offshoring. Di antaranya adalah penundaan

pajak,kemudahan ijin tenaga asing, pembiayaan

modal dan lain-lain.

Beberapa faktor kunci yang diperhatikan oleh

korporasi dalam mengoperasikan offshoring

adalah:

1. Struktur finansial, seperti biaya gaji, biaya infrastruktur dan peraturan perpajakan.

2. Ketrampilan dan ketersediaan tenaga kerja,

seperti akumulasi pengalaman bisnis,

pendidikan, ketersediaan orang, ketrampilan

berbahasa dan pertumbuhan pekerjaan

3. Lingkungan bisnis, dengan contoh kondisi

ekonomi politik, kualitas infrastruktur,

adaptasi budaya dan perlindungan hak

intelektual.

Dilihat dari 25 negara tujuan utama offshore,

India menjadi tujuan utama karena keunggulan dari tiga faktor di atas. Negara ASEAN yang

termasuk dalam negara tujuan utama adalah

Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan

Vietnam.

Page 87: IBCN panel discussion

79

Gambar 1. Negara-negara tujuan

offshore, diambil dari AT Kearney’s

2004 Offshore Location Attractiveness

Index

Malaysia

Malaysia dengan program Multimedia

Super Coridor (MSC) mencoba

mengimbangi Singapura dari sisi keuangan sementara ketrampilan tenaga

kerjanya mengungguli negara ASEAN

selain Singapura. Terdapat 2006

perusahaan yang terdaftar sebagai MSC

status. Sejak dikonsepkan tahun 1996,

program ini telah membuat 63.000

pekerjaan baru. Bukan pekerjaan

berkemahiran rendah, tetapi pekerjaan

yang melibatkan pengetahuan teknologi

informasi. Penelitian dan pengembangan

sudah menelan biaya 814 juta ringgit (2,2 trilyun rupiah). Pendapatan yang

dihasilkan adalah 13 trilyun ringgit (35

ribu trilyun rupiah). Kegunaan yang didapatkan

perusahaan adalah fasilitas teknologi kelas

dunia, biaya hidup yang tidak terlalu tinggi

dibandingkan negara maju termasuk Singapura,

prosedur yang jelas, kemudahan meminjam dari

luar negeri, dan perizinan tenaga kerja yang

mudah.

Indonesia Indonesia terkenal dengan orang-orangnya yang

kreatif. Jumlah karya budaya Indonesia sangat

besar, sampai merambah ke manca negara, baik

hasil karyanya maupun artis kreatifnya. Dari

produk sinetron, walaupun banyak yang tidak

berkualitas, lagu, sampai film nasional sering

disiarkan stasiun televisi negara lain. Selain itu

artis seni Indonesia sering memenangkan lomba

lagu internasional. Belum lagi ditambah seni

fotografi dan seni digital yang cukup dikuasai

orang Indonesia di kawasan ASEAN. Indonesia yang multi budaya memperkaya khasanah

kreatifitas orang Indonesia. Dalam pergaulan

Page 88: IBCN panel discussion

80

sehari-hari, orang Indonesia

diperkenalkan dengan keberagaman

agama, suku budaya dan bahasa daerah.

Secara tipikal, orang Indonesia

menguasai bahasa Indonesia dan bahasa

pergaulan / bahasa daerah.

Prestasi anak negeri di ajang

internasional juga membanggakan.

Seringnya utusan Indonesia menang di

ajang kompetisi perancangan chip VLSI

(Very Large Scale Integrated) membuktikan kehandalan putra

Indonesia. Ajang lomba algoritma dan

pemrograman juga mulai dimenangi oleh

delegasi Indonesia. Dari Google Jam

Code dan topcoder, anak negeri bersaing

dengan jagoan-jagoan programer dari

seluruh dunia dan menjadi finalis atau

juara. Olimpiade Fisika dan Matematika

merupakan tempat persemaian calon

cendikia dan Indonesia menjadi

langganan semifinalis atau finalis kompetisi internasional itu.

Ada nama-nama Indonesia yang familiar.

Disini akan disebut dua: Anggun dan

Marvell. Anggun adalah orang Indonesia

yang bermigrasi ke Perancis dan menjadi

artis unggulan di negeri itu. Marvell

adalah perusahaan orang Indonesia yang

bersekolah di Amerika dan membangun

perusahaan pembuat chip yang skalanya

mampu menyaingi Texas Instrument dan

Hewlett-Packard.

Di sisi lain, infrastruktur yang jelek

membuat Indonesia kurang diminati oleh

investor luar negeri untuk tujuan

offshoring. Selain itu, birokrasi yang

tidak efisien dan ekonomi biaya tinggi

merupakan hal utama yang harus

dipertimbangkan jika suatu korporasi

hendak membangun bisnis di Indonesia.

Kericuhan sosial dan keamanan nasional

mulai menjadi perhatian perusahaan negara maju untuk merelokasi proses

bisnisnya ke Indonesia.

Fokus Program

Dengan melihat kekuatan Indonesia pada

kreativitas dan inovasi, sebaiknya

program pengembangan potensi negara

berfokus pada faktor-faktor keunggulan

tadi. Beberapa bidang yang secara potensi bisa

menghasilkan devisa dan memperkuat

kedudukan ekonomi politik adalah:

Desain dan Seni. Ini mencakup seni digital dan

fotografi. Ditambah lagi dengan kreasi musik

dan sastra.

Pengembangan program open source. Web 2.0

merupakan tren yang bisa dimanfaatkan

Indonesia, selain untuk membawa masuk

devisa, juga mengembangkan solusi open

source itu sendiri. Potensi anak negeri sudah ada

untuk mencetuskan disruptive technology, teknologi yang memecah kejumudan dan

membuat genre tekno baru. Tinggal pengarahan

dan fasilitas yang bisa membuat ini terjadi.

Perancangan chip VLSI. Sementara Malaysia

membuat pabrikasi chip di Penang, Indonesia

bisa mulai membuat perancangan VLSI besar-

besaran di Bandung.

Prasarana

Prasarana yang diperlukan adalah sambungan internasional suara dan data berkapasitas tinggi.

Sambungan internet yang menghubungkan

Indonesia sekarang ini berada di pulau Jawa.

Untuk lebih memeratakan pembangunan dan

menyuburkan semangat inovasi, perlu dibangun

infrastruktur sambungan internet dari pulau-

pulau selain Jawa:

1. Sumatra, melalui Medan sebagai kota

terbesar di pulau itu, tersambung ke

Malaysia

2. Kalimantan, dengan Pontianak sebagai hub,

melalui jalur terhubung dengan Singapura 3. Sulawesi terkoneksi langsung dengan

Filipina dari kota Manado

4. Bali sebagai pusat pariwisata dihubungkan

kabel bawah laut dengan Australia

5. Irian Jaya tersambung dengan Australia

secara langsung

Untuk referensi jaringan internet antar negara

Asia saat ini bisa dilihat di Gambar 2.

Gambar 2: Jaringan kabel bawah laut Asia, diambil dari www.starhub.com

Pembiayaan

Untuk membiayai proyek pembangunan

prasarana internet ini, beberapa cara bisa

ditempuh. Suatu reksadana infrastruktur jangka

panjang dapat dibuat oleh bank investasi atau

Page 89: IBCN panel discussion

81

badan permodalan nasional. Reksadana

ini selain untuk membiayai proyek

pembangunan juga bisa dilanjutkan

untuk perawatan dan perbaikan

infrastruktur. Alternatif lain adalah

dengan modal ventura. Suatu institusi

permodalan dapat membiayai proyek ini

dari awal bekerjasama dengan beberapa

pengusaha daerah atau koperasi daerah.

Exit plan dari modal ventura ini dipakai

saat aplikasi dan servis yang berjalan di

atas infrastruktur baru ini menampakkan hasil yang menggembirakan.

Penghasilan jaringan internet berasal

utamanya dari pelanggan jaringan. Selain

itu persentase dari penyedia aplikasi

dapat menambah pemasukan.

Wirausahawan daerahlah yang lebih tahu

mengenai daerahnya dan bisa menggali

potensi daerah.

Jika badan permodalan ingin menjual sahamnya, badan usaha milik daerah dan

badan usaha milik negara dapat

membelinya. Dengan pembelian oleh

BUMD/BUMN, pembinaan

kewirausahaan dapat diteruskan oleh

pemerintah selain melindungi

kepentingan nasional. Bisa juga penjualan

saham dilakukan melalui bursa efek.

Mudah-mudahan rencana ini bisa dijalankan.

Referensi

Friedman, Thomas, The World is Flat: A Brief

History of The Globalized World in The 21st

Century, Penguin Group, 2005

Tapscott, D, Williams, A. D., Wikinomics: How Mass Collaboration Changes Everything,

Penguin Group, 2006

http://www.mscmalaysia.my/topic/1207305075

3950

http://www.techcrunch.com/2008/01/09/sign-of-

the-times-web-20-outsourcing-humor/

http://en.wikipedia.org/wiki/Offshoring_IT_Ser

vices

http://bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-

MIS/2007/205/

http://www.starhub.com http://yudanto.wordpress.com

Page 90: IBCN panel discussion

82

BIOGRAFI PEMAKALAH

Page 91: IBCN panel discussion

83

Assoc. Prof. Muhammad Akhyar Adnan, Ph.D, MBA lahir di Pekanbaru pada

tanggal 13 Juni 1958. Beliau memiliki seorang istri dan dua orang anak. Lulus S1

dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada pada tahun

1985, kemudian melanjutkan studinya dengan mengambil S2 di University of

Wollongong Department of Management, Faculty of Commerce yang selesai pada

tahun 1991 dan S3 di universitas dan fakultas yang sama pada Department of

Accounting and Finance yang selesai pada tahun 1996.

Karirnya dimulai sebagai Junior Auditor di Kantor Akuntan Publik Dr. Moechtar

Talib, MBA dari tahun 1983 hingga 1985. Kemudian pada tahun 1985 hingga

1986 menjadi Kepala Bagian Akuntansi di PT Pembangunan Perumahan cabang

Jawa Timur & Kalimantan Timur. Dari tahun 1986 hingga 2006, beliau menjadi

pengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Beberapa jabatan

pernah diemban beliau diantaranya Direktur Program Doktor dan Wakil Rektor

UII. Dari tahun 2006 hingga saat ini menjadi Associate Professor di International

Islamic University Malaysia (IIUM).

Bidang yang diminati olehnya diantaranya adalah akuntansi, bisnis, ekonomi,

perbankan, pendidikan, da’wah Islamiyyah dan lain-lain. Beliau juga aktif di

berbagai organisasi seperti Muhammadiyah, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia,

Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Masyarakat Ekonomi Syariah dan lain –

lain.

Beliau aktif menghasilkan karya tulis baik berupa makalah dan buku. Makalah

terbarunya yang dipublikasikan di Jurnal Akuntansi dan Investasi pada bulan

Januari 2006 berjudul “Toward an Ideal Balance if Islamic Banking Products

Portfolio; The Case of Sharia Bank Industry in Indonesia”. Beliau juga mengarang

buku bersama Irma H. Labatjo dengan judul “Sejarah Akuntansi Dalam Perspektif

Islam: Benarkah Luca Pacioli Bapak Akuntansi Modern?” yang diterbitkan pada

tahun 2006.

Page 92: IBCN panel discussion

84

Mohamad Fany Alfarisi, SE lahir di Jakarta pada tanggal 27 Mei 1979. Lulus S1

dari Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas Padang pada

tahun 2002.

Saat ini beliau sedang meneruskan studinya dengan mengambil S2 di International

Islamic University Malaysia (IIUM) dengan program M.Sc in Finance pada

Kulliyyah of Economics and Management Sciences.

Beliau berkarir sebagai pengajar di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi,

Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat dari tahun 2003 hingga saat ini.

Selain itu beliau juga menjadi Graduate Research Assistant dan Graduate

Teaching Assistant di Kuliyyah of Economics and Management, IIUM. Beliau

menjadi anggota Islamic Economic Forum for Indonesia Development (ISEFID)

Kuala Lumpur Malaysia serta aktif sebagai Editor in Chief ISEFID Review.

Page 93: IBCN panel discussion

85

Assoc. Prof. Dr. Iis Sopyan lahir di Indramayu pada tanggal 13 Juni 1966. Lulus

S1 dari Department of Pure and Applied Chemistry, Faculty of Science and

Technology, Tokyo University of Science pada tahun 1991 kemudian melanjutkan

studinya dengan mengambil program S2 dari jurusan, Fakultas dan Universitas

yang sama dari tahun 1991 hingga 1993. Program S3 diambilnya dari tahun 1993

hingga 1996 dari department of Applied Chemistry, Faculty of Engineering, The

University of Tokyo.

Beliau memulai karirnya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dari

tahun 1996 hingga tahun 2004 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Grup

Teknologi Keramik, Pusat Teknologi Material. Selain itu beliau juga mengajar di

Universitas Indonesia (1999) dan Institut Sains dan Teknologi Nasional (2000-2004).

Sejak Tahun 2004 hingga kini, beliau bekerja sebagai dosen di International Islamic

University Malaysia (IIUM). Selain menjadi dosen, beliau juga menjadi Chairman of

Biomedical Engineering Research Group dan juga Manager of Biomaterials Laboratory di IIUM.

Beliau mempunyai ketertarikan di bidang biomaterial, photocatalytic engineering, sol-

gel science, nanomaterial, fine ceramics dan biopolymers. Sudah banyak penghargaan

yang beliau terima, diantaranya yang terbaru adalah “Gold Award” pada British

Innovation and Technology Show tahun 2007 dan “Gold Medal” untuk inovasi dalam

“Bioactive Dense Bone Implants” pada 56th EUREKA International Invention and

Innovation Show di Brussel, Belgia pada 22-25 November 2007. Publikasi terakhir

beliau dan kawan-kawan yang dimuat dalam jurnal internasional berjudul “The

Influence of Ca/P ratio on the properties of hydroxyapatite bioceramics”. Sementara

publikasi beliau dan kawan-kawan yang dipresentasikan di International Conference

on MEMS and Nanotechnology berjudul “The Development of Cement Bonded TiO2 Photocatalyst for Phenol Removal”.

Page 94: IBCN panel discussion

86

Prof. Dr. Tjia Hong Djin lahir di Bandung pada tahun 1934. Lulus S1 dari Fakultas

Teknik Universitas Indonesia di Bandung pada tahun 1957, lulus S2 dari jurusan

geologi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1959. Beliau mengambil studi post-

graduate di Columbia University Amerika Serikat pada tahun 1960 – 1961. Beliau

mendapatkan gelar Doktor Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dari Istitut Teknologi Bandung

pada tahun 1966.

Beliau mengawali karirnya sebagai dosen muda di Jurusan Geologi Insitut

Teknologi Bandung pada tahun 1959 hingga 1968. Dari tahun 1968 hingga tahun

1993 bekerja sebagai professor di departemen geologi Universitas Kebangsaan

Malaysia. Saat ini beliau bekerja sebagai Honorary Senior Fellow of LESTARI

(Institute for the Environment and Development) Universitas Kebangsaan

Malaysia. Beliau mendapatkan penghargaan sebagai professor emeritus dari

Universitas Kebangsaan Malaysia pada bulan Agustus 2004. Selain itu beliau

pernah menjadi Technical Advisor (Upstream) Petronas Research & Scientific

Services Sdn. Bhd. Dari tahun 1993 hingga 2002 dan juga menjadi Structural

Geologist di Petronas Carigali Sdn. Bhd. Dari tahun 2002 hingga 2004.

Beliau telah mempublikasikan sekitar 250 artikel pada jurnal lokal dan

internasional yang meliputi geologi struktur, tektonik , geomorfologi, perubahan

muka air laut, geologi kuarter, geologi planet dan lain – lain. Selain itu beliau

menyumbangkan karyanya sebanyak 2 bab dalam buku ” Petronas Petroleum

Geology” (1999).

Page 95: IBCN panel discussion

87

Ir. Rovicky Dwi Putrohari M.Sc lahir di Yogyakarta pada 12 Maret 1963.

Beliau memiliki seoraang istri dan dua anak. Lulus S1 Teknik Geologi Universitas

Gajah Mada pada tahun 1987 dan S2 Geofisika Universitas Indonesia tahun 2000.

Beliau telah bekerja selama 16 tahun di bidang Eksplorasi dan Produksi minyak

dan gas bumi, baik itu onshore ataupun offshore, termasuk diantaranya operasi

pemboran di lapangan, studi eksplorasi dan eksploitasi untuk aktivitas eksplorasi

lanjut, aktivitas pencarian lapangan baru hingga intepretasi seismik untuk

karakterisasi reservoir.

Karir beliau diawali sebagai operation geologist di Hudbay Oil pada tahun 1988

hingga 1990. Kemudian karirnya dilanjutkan di LASMO Malacca Strait sebagai

regional (exploration) geologist dari tahun 1990 hingga 1992 dan LASMO

Indonesia sebagai new venture geologist dari tahun 1992 hingga 1995. Pada tahun

1995 hingga 2001, beliau berkarir di Kondur Petroleum S.A. dengan jabatan

terakhir sebagai manajer geologi. Sejak tahun 2001 hingga 2005, beliau bekerja

sebagai konsultan eksplorasi di berbagai perusahaan seperti Brunei Shell

Petroleum, Total E&P Indonesie dan Murphy Oil. Sejak tahun 2005 hingga

sekarang beliau bekerja sebagai geological advisor di HESS Oil and Gas.

Beliau sangat tertarik pada aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi baru pada

eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Beliau menjadi anggota dari

organisasi-organisasi seperti: IPA (Indonesian Petroleum Association), IAGI

(Ikatan Ahli Geologi Indonesia), HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia),

AAPG (American Association of Petroleum Geology) dan SEG (Society of

Exploration Geophysicist). Publikasi terbarunya yang dipresentasikan pada

konvensi IPA pada tahun 2007 adalah “PSC : Terms And Conditions And

Implementation In South East Asia”. Hingga saat ini beliau terus mencari

tantangan baru dengan bekerja pada aplikasi dari ilmu pengetahuan dan teknologi

di industri minyak dan gas bumi seluruh dunia.

Page 96: IBCN panel discussion

88

Wahyudin Suwarlan, B.Sc merupakan lulusan Teknik Geofisika Colorado

School of MinesAmerika Serikat pada tahun 1987.

Beliau mengawali karirnya di dunia perminyakan di Vico Indonesia dari tahun

1987 sampai 1992. Kemudian beliau melanjutkan karir di Lapindo Brantas sampai

than 2001 dengan posisi terakhir sebagai manajer eksplorasi. Setelah itu beliau

melanjutkan karirnya di Kondur Petroleum dari tahun 2001 sampai tahun 2003

dengan posisi terakhi sebagai manajer G & G (Geologi & Geofisika). Sejak 2003

bekerja di Petronas Carigali dan banyak terlibat dalam proyek-proyek

pengembangan lapangan tua di daerah offshore Sarawak. Posisi beliau saat ini

sebagai Senior Geoscientist dan Subsurface Team Leader untuk Project Baram

dan Temana.

Beberapa karya tulis teknikal telah dipublikasikan dan dipresentasikan di beberapa

konferensi seperti IPA, PGCE, SEAPEX dan SPE baik sebagai penulis maupun

penulis bersama.

Page 97: IBCN panel discussion

89

Ir. Isra Yendhi Ismail merupakan lulusan Teknik Perminyakan ITB, Bandung

dan sejak September 2002 bekerja di Petronas Carigali Sdn Bhd sebagai Senior

Drilling Engineer.

Karir di dunia perminyakan diawali di Mobil Oil Indonesia dari tahun 1980

sampai 1996. Dimulai sebagai Reservoir Engineer kemudian pindah jalur menjadi

Drilling Engineer dengan jabatan terakhir Drilling Engineering Supervisor. Selain

di Indonesia, pernah juga bekerja di Mobil Exploration & Production U.S. di New

Orleans, Louisiana (USA) tahun 1988-1989 sebagai Senior Drilling Engineer dan

Senior Drilling Supervisor.

Setelah berhenti dari Mobil Oil Indonesia, tahun 1997 bekerja sebagai Senior

Drilling Supervisor untuk Asamera Oil yang kemudian menjadi Gulf Resources

(Indonesia) Ltd selama satu tahun, dan kemudian untuk Total Indonesie sebagai

konsultan Senior Drilling Supervisor selama 7 bulan. Tahun 1998-2002 bekerja

untuk JOB Pertamina-HEDI sebagai Senior Drilling Engineer dan Drilling

Superintendent.

Sejak September 2002 bekerja di Petronas Carigali dan banyak terlibat dalam

proyek-proyek infill drilling. Mulai Juni 2008 menjadi anggota project assessment

team untuk S.E. Asia.

Selain itu juga menulis buku “Haji – Persiapan dan Pelaksanaannya” yang

diterbitkan oleh BDI (Badan Dakwah Islam) Mobil Oil Indonesia tahun 1994.

Page 98: IBCN panel discussion

90

Askar Triwiyanto, ST lahir di Jakarta pada 17 Maret 1976. Beliau lulus dari

Departemen Metalurgi Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) pada tahun

2000. Saat ini beliau sedang melanjutkan studi dengan mengambil program master

di jurusan Material Engineering International Islamic University Malaysia.

Semasa menjadi mahasiswa UI, beliau aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu

senat mahasiswa UI. Pada tahun 1999-2000 beliau menjadi ketua Senat

mahasiswa Fakultas Teknik UI. Ketika masa reformasi. beliau menjadi

koordinator lapangan Aksi Damai Mahasiswa menolak Anarki, Salemba 13-15

Mei 1998. Hingga kini Askar Triwiyanto tetap aktif di organisasi kemahasiswaan

dengan menjadi ketua steering commitee Kongres X PPI Malaysia pada tanggal

31 Mei 2008.

Publikasi terakhir beliau berjudul “Tragedi 13 Mei : Studi Komparasi Malaysia-

Indonesia” dipresentasikan di “International Indonesian Student Conference” di

Kuala Lumpur pada bulan Mei 2008. Makalah yang sama akan di presentasi

kembali di seminar kali ini.

Page 99: IBCN panel discussion

91

Dr. Riza Muhida lahir di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1969. Beliau memiliki

seorang istri dan seorang anak. Lulus S1 dari Teknik Fisika Istitut Teknologi

Bandung pada tahun 1995, beliau meneruskan studinya di Kokusai Kotoba

Gakuin Japanese School di Jepang untuk mengambil program diploma bahasa

Jepang dari tahun 1996 sampai tahun 1998. Beliau melanjutkan studinya dengan

mengambil S2 Teknik Elektro di Osaka University yang diselesaikan pada tahun

2001 yang kemudian dilanjutkan dengan mengambil S3 di bidang Semiconductor

and Optical Electronics di universitas yang sama yang diselesaikan pada tahun

2004.

Karir beliau dimulai sebagai teaching assistant di Osaka University dari tahun

2001 hingga tahun 2004. Sejak tahun 2004 hingga sekarang beliau mengajar di

Department of Mechatronics Engineering Intenational Islamic University

Malaysia (IIUM) dan sejak 2006 beliau menjadi senior assistant professor di

IIUM.

Dr. Riza aktif di organisasi IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineer)

dan menjadi anggota Executive Committee IEEE Malaysia Section pada tahun

2007. Beliau telah banyak mempublikasikan hasil penelitiannya di berbagai

konferensi internasional.Penelitian terbaru beliau bersama kolega-koleganya

berjudul “Nanoscopic Chaacterization of Textured Substrate for Thin Film Solar

Cells” yang dipresentasikan di “5th

International Conference on Physical and

Numerical Simulation of Materials Processing” di Zhengzhou Cina tahun 2007.

Page 100: IBCN panel discussion

92

Taufik Kadarusman, ST lahir di Sukabumi pada tanggal 21 Oktober 1975.

Beliau memiliki seorang istri dan empat orang anak. Beliau lulus dari Teknik Sipil

Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1998. Beliau memulai karirnya di

PT. Berlian Sistem Informasi dengan jabatan terakhir sebagai senior programmer.

Dari tahun 2005 sampai saat ini beliau berkarir di Vantage Point Consulting Sdn.

Bhd. Sebagai SAP Senior Consultant. Saat ini beliau aktif di organisasi My-

commit sebagai fasilitator. Programming dan web design adalah bidang yang

sangat digemarinya.

Page 101: IBCN panel discussion

93

Ir. Hari Primadi, MT saat ini menjabat sebagai Ketua IATMI (Ikatan Ahli

Teknik Perminyakan Indonesia) Komisariat Kuala Lumpur. Sehari-hari bekerja

sebagai Independent Consultant di bidang Reservoir/Geomodeling. Beliau lulus

S1 dari jurusan geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”

Yogyakarta dan lulus S2 dari jurusan geologi Institut Teknologi Bandung (ITB)

Bandung.

Beliau sangat aktif berorganisasi. Sebelum menjadi Ketua IATMI – KL, beliau

pernah menjabat sebagai sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Komisariat Duri, Riau dan anggota pengurus Serikat Pekerja Caltex Pacific

Indonesia di Duri, Riau. Minatnya terhadap kegiatan di alam terbuka sangat

tinggi. Hal ini terlihat dari pengalaman organisasi yang pernah diikuti seperti

Ketua Pencinta Alam semasa SMA, sekretaris sekaligus pendiri Kelompok

Penelusur dan Peneliti Gua “ASC” Yogyakarta pada tahun 1984. Beliau juga

pernah menjadi koordinator Ekspedisi Speleologi di Blora dan menjadi anggota

Ekspedisi Anglo-Australia-Indonesia (1984-1986) yang juga menemukan gua

terpanjang di Indonesia.

Page 102: IBCN panel discussion

94

Adhika Adipratama lahir di Pekanbaru 8 Juli 1993. Saat ini berstatus Pelajar di

Mutiara International MIGS, Kuala Lumpur dan akan masuk Grade 10 pada tahun

ajaran yang akan datang.

Pendakian pertamanya saat berusia 8 tahun ke Gunung Merapi di Jogja tahun

2001. Ketika itu mbah Maridjan selaku Juru Kunci Gunung Merapi sempat

berfoto bersama. Gunung Kinabalu merupakan pendakian ke-4 yang dilakukan

pada bulan Juli tahun lalu. Hingga kini telah 5 gunung didakinya, yaitu Merapi (2

kali), Gede, Kinabalu, dan Rinjani.

Selain mendaki gunung Adhika juga menggemari penelusuran gua, termasuk gua

vertikal yang menggunakan tali dengan teknik Single Rope Technique (SRT)

untuk menuruninya. Wall climbing juga ditekuninya sejak 2 tahun lalu.

Page 103: IBCN panel discussion

95

Ir. Bonie Erwanto, MBA., MAFIS. lahir di Cirebon pada tanggal 27 Oktober

1972. Beliau memiliki seorang istri dan dua orang anak. Lulus S1 dari Teknik

Sipil Universitas Trisakti pada tahun 1997. Pada tahun 1998 mendapat gelar

Master of Business Administration dari Cleveland State University dan pada

tahun 1999 mendapat gelar Master of Accountancy and Financial Information

System dari universitas yang sama.

Karirnya dimulai sebagai Consultant Process and Change Management di

Accenture dari tahun 2000 hingga 2002. Pada tahun 2002 hingga 2006 berkarir di

PT Excelcomindo Pratama, Tbk sebagai Senior Manager Corporate Process and

Systems. Dari tahun 2006 hingga kini menjabat sebagai General Manager/Head of

Division Business Performance di TM International Bhd (Holding).

Beliau meminati bidang makro dan mikro ekonomi, strategi dan kinerja

perusahaan, merger dan akuisisi, dan teknologi dan aplikasinya. Beliau pernah

menjadi pembicara dalam TM Forum ASEAN Regional Summit, Kuala Lumpur

September 2005, dengan judul makalah “eTOM in XL: Process Architecture in

Action – Case Study”. Beliau juga pernah menjadi dosen tamu di Fakultas

Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia pada bulan Mei 2005 dengan

judul makalah ” The Need for Managing Process Performance to Positively

Impact Your Business” dan menjadi dosen luar biasa di Fakultas Magister

Akuntansi Universitas Trisakti selama tahun 2005 hingga 2006 dengan materi

“Corporate Performance and Metrics, Balanced Scorecard”.

Page 104: IBCN panel discussion

96

Ir. Yudanto Hendratmoko lahir di Jakarta pada tahun 1969. Beliau memiliki

seorang istri dan satu orang anak. Lulus S1 dari Teknik Informatika Institut

Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1995 dan saat ini sedang mengambil S2 di

program Master of Business Administration Universiti Teknologi Malaysia.

Sejak awal karirnya, beliau bekerja sebagai SAP Consultant. Dimulai di Astra

International dari tahun 1996 hingga 1999, kemudian di Arthur Andersen

Business Consulting dari tahun 1999 hingga 2000, lalu di Pricewaterhouse

Coopers / IBM dari tahun 2000 hingga 2003 dan terakhir di Shell IT International

dari tahun 2003 hingga saat ini.

Bidang yang diminati oleh beliau antara lain adalah manajemen rantai suplai,

kreatifitas dan inovasi, dan ekonomi syari’ah. Saat ini beliau menjadi anggota My-

commit dan ikatan alumni ITB cabang Malaysia. Beliau mempunyai blog pribadi

sebagai media untuk mempublikasikan karyanya. Blog tersebut dapat dikunjungi

di http://yudanto.blogspot.com/ (pemikiran), http://yudanto.blogspot.com/ (sastra)

dan http://www.flickr.com/photos/yudanto/ (foto).

Page 105: IBCN panel discussion

97

Susunan Panitia Seminar Indonesia 5 Juli 2008

Penanggung Jawab : KBRI Kuala Lumpur / IATMI - KL

Koordinator : 1 Ir. H. Edison Sirodj, MT, MM.

Senior Geoscientist, PCSB, L16, T2, PTT, KLCC,

50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23317295 / 60129356285

[email protected]

2 Ir. Choky Nasution

Senior Drilling Engineer, PCSB, L22, T1, PTT,

KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319302 / 60143288236

[email protected]

Bendahara / Dana Usaha : 1 Fierzan Muhammad, ST.

Geoscientist, PCSB, L11, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23317660 / 60126377315

[email protected]

2 Desia Suzana, ST.

Geoscientist, PCSB, L11, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23317976 / 60123425819

[email protected]

Sekretaris : 1 Putri Eka Julivia, ST.

Drilling Engineer, PCSB, L22, T1, PTT, KLCC,

50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319127 / 60123425798

[email protected]

2 Anggie Rengganis, ST.

Geoscientist, PCSB, L23, T2, PTT, KLCC, 50088,

Kuala Lumpur, Malaysia

603-23315647 / 60163839074

[email protected]

Acara : 1 Ir. Theresia H. Kuswardhany, MBA.

Senior Geoscientist, PMU, L22, T2, PTT, KLCC,

50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23318031 / 60122287291

[email protected]

2 Ir. Prama Arta

Senior Geoscientist, PCSB, L44, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23315397 / 60129263953

[email protected]

3 Wahyu Singgih Prastetyotomo, ST.

Geoscientist, PCSB, L10, T2, PETT, KLCC,

50088, KL, Malaysia

603-23316863 / 60129172695

[email protected]

Page 106: IBCN panel discussion

98

MC : 1 Septiana Dewi Nugraeni, ST.

Reservoir Engineer, PMU, L22, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23315936 / 60176880975

[email protected]

Perlengkapan : 1 Hendra Iriansyah Darmawan, ST.

Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088,

Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319437 / 60126377374

[email protected]

Dokumentasi / Publikasi : 1 Mochamad Arie Arizona, ST.

Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088,

Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319441/ 60123468982

[email protected]

2 Ritchie Martua Simamora, ST.

Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088,

Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319432 / 60123469037

[email protected]

Makalah / Paper : 1 Rizki Krishna Pratama, ST.

Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319516 / 60173425960

[email protected]

2 Muhammad Aip, ST.

Geoscientist, PCSB, L11, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23317714 / 60126377325

[email protected]

Umum : 1 Radityo Herbasuki, ST.

Drilling Engineer, PCSB, L22, T1, PTT, KLCC,

50088, Kuala Lumpur, Malaysia

603-23319401 / 60146207151

[email protected]

Konsumsi : 1 Ibu Niken Edison Sirodj

2 Ibu Niken Hari Primadi

Koordinator Moderator : 1 Afar Alzubaid Mbai, ST.,S.Sos.,MSc.

Senior Petroleum Engineer, Petronas PMU,L27,T1,PTT,KLCC,50088,KL,Malaysia

603-23318527 / 60172261597

[email protected]

2 Paul Judagama Kristianto, Ir

Sales Manager-SEA, Rohas Perkasa 11th Flr, Jln Perak No 8, Kuala-Lumpur Malaysia

603-27308855 / 60123902031

[email protected]