I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertaniannya. Salah satu hasil pertanian yang terlihat semakin berkembang sehubungan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat adalah sektor hortikultura. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah- buahan, sayuran dan tanaman hias. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2010), komoditas hortikultura cukup potensial dikembangkan secara agribisnis, karena memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Salah satu yang termasuk dalam jenis hortikultura tersebut adalah sayuran. Sayuran merupakan komoditas yang berprospek cerah, karena dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan permintaannya cenderung terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), dimana produksi sayuran di Indonesia dari tahun 2010 ke 2013 mengalami peningkatan dari 10.699.420 ton per tahun menjadi 11.630.379 ton per tahun. Peningkatan produksi tersebut terjadi karena adanya permintaan sayuran yang terus meningkat, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia dan semakin meningkatnya tingkat kesadaran penduduk untuk mengkonsumsi sayuran yang bermanfaat bagi kesehatan. Persentase pengeluaran penduduk Indonesia untuk sayuran pada tahun 2007 ke 2013 mengalami peningkatan dari 7,87% per tahun menjadi 8,74% per tahun (Sabarella dan Cakrabawa 2013). Pemanfaatan sayuran tidak hanya sebatas pada industri rumah tangga, tetapi juga lebih mengarah pada industri bisnis seperti rumah makan, restoran siap saji, dan hal-hal yang berkaitan dengan industri makanan. Data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dalam Sugianto (2013) menunjukkan pertumbuhan industri makanan dan minuman dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang positif. Walaupun sempat terjadi penurunan pada 2010 dan 2011, namun penurunan tersebut tidak begitu besar. Hal ini terbukti dengan angka pertumbuhan industri makanan dan minuman lima tahun ke belakang yang dapat dilihat pada Tabel 1.
41
Embed
I. PENDAHULUAN - sumberbelajar.seamolec.orgsumberbelajar.seamolec.org/Media/Dokumen/59c114f7865eacc86be3cd2b/33a2...buahan, sayuran dan tanaman hias. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertaniannya.
Salah satu hasil pertanian yang terlihat semakin berkembang sehubungan dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat adalah sektor hortikultura. Hortikultura
merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-
buahan, sayuran dan tanaman hias. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2010),
komoditas hortikultura cukup potensial dikembangkan secara agribisnis, karena
memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah cukup tinggi dibandingkan dengan
komoditas lainnya. Salah satu yang termasuk dalam jenis hortikultura tersebut
adalah sayuran.
Sayuran merupakan komoditas yang berprospek cerah, karena dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari dan permintaannya cenderung terus meningkat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), dimana produksi sayuran di
Indonesia dari tahun 2010 ke 2013 mengalami peningkatan dari 10.699.420 ton
per tahun menjadi 11.630.379 ton per tahun. Peningkatan produksi tersebut terjadi
karena adanya permintaan sayuran yang terus meningkat, sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia dan semakin meningkatnya tingkat
kesadaran penduduk untuk mengkonsumsi sayuran yang bermanfaat bagi
kesehatan. Persentase pengeluaran penduduk Indonesia untuk sayuran pada tahun
2007 ke 2013 mengalami peningkatan dari 7,87% per tahun menjadi 8,74% per
tahun (Sabarella dan Cakrabawa 2013).
Pemanfaatan sayuran tidak hanya sebatas pada industri rumah tangga, tetapi
juga lebih mengarah pada industri bisnis seperti rumah makan, restoran siap saji,
dan hal-hal yang berkaitan dengan industri makanan. Data Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dalam Sugianto (2013)
menunjukkan pertumbuhan industri makanan dan minuman dari tahun ke tahun
mengalami pertumbuhan yang positif. Walaupun sempat terjadi penurunan pada
2010 dan 2011, namun penurunan tersebut tidak begitu besar. Hal ini terbukti
dengan angka pertumbuhan industri makanan dan minuman lima tahun ke
belakang yang dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Pertumbuhan industri makanan dan minuman
Tahun Pertumbuhan
2009 12,0%
2010 10,0%
2011 9,19%
2012 10,0%
2013 8-10%
Sumber: GAPMMI, diolah Kememperin dalam Sugianto (2013)
Berdasarkan Tabel 1, pertumbuhan industri makanan mengalami
peningkatan mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2013, hal ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan jumlah industri makanan yang ada di Indonesia dan
mendorong meningkatnya kebutuhan pasokan bahan baku makanan. Salah satu
kebutuhan bahan baku makanan adalah kebutuhan sayuran, dimana sayuran
merupakan bahan pelengkap makanan yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan sayuran tersebut, industri makanan seperti restoran
umumnya bekerja sama dengan mitra produsen sayuran. Salah satu perusahaan
pemasok sayuran untuk restoran adalah PT Sayuran Siap Saji.
Pendirian PT Sayuran Siap Saji berkaitan erat dengan perkembangan toko-
toko makanan siap saji, seperti Mc Donald dan Burger King. Hotel dan restoran
juga mulai tertarik untuk menggunakan sayuran fresh cut dalam memenuhi
kebutuhan sayuran pada menu makanan. Menurut Hadinata dalam Ihorti (2014),
untuk mempercepat proses produksi makanan, perusahaan-perusahaan food
industry (termasuk di dalamnya restoran, hotel, dan catering) membutuhkan
barang setengah jadi. Kondisi itulah yang menjadi peluang PT Sayuran Siap Saji
untuk menyediakan produk sayuran fresh cut untuk mempermudah industri
restoran dalam memasak dan mempercepat penyajian makanan kepada konsumen.
Pada bulan Desember 2011 PT Sayuran Siap Saji mulai beroperasi memasok
produknya dengan menyediakan sayuran berbentuk fresh cut yang sudah dicuci
bersih, dikupas, dan dipotong-potong yang sudah siap untuk dikonsumsi atau
untuk diproses lebih lanjut. Produk sayuran fresh cut merupakan produk sayuran
sehat berkualitas siap masak yang telah melewati standard kualitas yang tinggi.
Produk ini bukan hanya meningkatkan efisiensi namun juga memberikan
kemudahan dalam penyajian makanan. Sebanyak 20 jenis sayuran seperti caisim,
wortel, kol, selada, jamur, bawang bombay, dan lain-lain sudah dipasarkan ke
restoran-restoran yang tersebar di Jakarta.
5
Perkembangan bisnis PT Sayuran Siap Saji setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,5% per tahun, dengan
bertambahnya mitra konsumen yang melakukan order permintaan sayuran fresh
cut dari restoran-restoran yang berada di kawasan Jakarta. PT Sayuran Siap Saji
dalam menjalankan usaha sayuran fresh cut telah mengeluarkan investasi, namun
investasi yang telah dikeluarkan oleh PT Sayuran Siap Saji belum dianalisis
kelayakannya secara finansial maupun non finansial. Akan tetapi, perusahaan ini
sudah berjalan hampir tiga tahun sehingga perlu dilakukan evaluasi keuangan
untuk dua tahun usaha yang sudah berjalan apakah anggaran yang dikeluarkan
sudah sesuai pengalokasiannya. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian kelayakan
usaha dari berbagai aspek, mulai dari aspek pasar, teknis, manajemen, finansial,
analisis switching value dan evaluasi keuangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Fresh Cut
Menurut Syamsir (2010), teknologi fresh cut dapat disebut juga dengan
teknologi olah minimal, yang dibuat dengan menggunakan aplikasi proses yang
minimal (pengupasan, pemotongan pengirisan dan lain-lain)
dengan proses pemanasan minimal atau tanpa pemanasan sama sekali. Perlakuan
minimal ini menyebabkan kesegaran buah dan sayur masih tetap bertahan, tetapi
proses yang diberikan tidak mengaktifkan mikroba yang ada di dalam produk.
Contoh dari produk yang diolah minimal adalah salad buah dan sayur,
produk buah sayur potong/irisan (fresh cut product) dalam bentuk tunggal atau
campuran yang siap untuk dikonsumsi (ready to eat) dan siap masak (ready to
cook). Keunggulan dari produk yang diolah minimal terletak pada aspek
kemudahan dalam pemanfaatannya, selain nilai nutrisi dan kesegarannya
yang relatif tidak berbeda dari buah dan sayur segar.
Proses pengupasan, pemotongan, pengirisan yang diberikan menyebabkan
buah dan sayur yang diolah minimal bersifat sangat mudah rusak dengan umur
simpan yang pendek. Kerusakan produk yang diolah minimal karena perubahan
reaksi fisiologis dan biokimia serta kerusakan mikrobiologis menyebabkan
degradasi warna, tekstur dan flavor produk diolah minimal menjadi lebih cepat
dari bahan segarnya.
Suhu yang tepat untuk penyimpanan produk ini adalah ≤5°C. Penyimpanan
diatas suhu ini sebaiknya dihindari karena akan mempercepat kerusakan dan
merangsang pertumbuhan mikroba pathogen. Fluktuasi suhu penyimpanan juga
sedapat mungkin dicegah karena dapat menyebabkan terjadinya kondensasi uap
air didalam kemasan yang akan mempercepat kerusakan. Jika produk disiapkan
hari ini untuk dikonsumsi besok seperti yang umum dilakukan oleh industri jasa
boga, maka proses yang dilakukan relatif murah dan sederhana. Penting
diperhatikan adalah bahan baku buah dan sayurnya bermutu baik, dapur,
peralatan, permukaan dan pekerja berada dalam kondisi higienis dan pekerjaan
dilakukan dengan menerapkan GMP, tidak ada pencucian „berat‟ buah dan sayur
setelah dikupas dan suhu penyimpanan maksimal 5°C.
6
2.2. Studi Kelayakan Bisnis
Studi kalayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama
masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan
yang ada dalam kegiatan bisnis telah menutut perlu adanya penilaian sejauh mana
kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis
dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi
kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar
kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari suatu bisnis, sehingga
hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi (Nurmalina et al.
2009).
2.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Sebelum melakukan perencanaan bisnis, hendaknya analisis terhadap pasar
potensial yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan
dilakukan terlebih dahulu. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek bisnis ke
depan pun tidak jelas, maka resiko kegagalan bisnis menjadi besar (Umar 2007).
Dalam mengkaji aspek pasar terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu
market potensial yang tersedia untuk mengetahui jumlah permintaan masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang, serta variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap permintaan tersebut (Husnan dan Muhammad 2000).
Setelah menentukan aspek pasar, selanjutnya perusahaan melakukan analisis
lingkungan internal perusahaan, yaitu aspek pemasaran. Dari segi pemasaran
kegiatan bisnis dapat diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang
dihasilkan mampu mendapat tempat dipasaran serta dapat menghasilkan jumlah
hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menganalisis aspek pemasaran adalah penentuan segmen
pasar, target pasar, posisi produk pada pasarnya, selera konsumen, dan strategi
pemasaran.
2.2.2 Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji aspek teknis
adalah lokasi proyek, besarnya skala operasi atau luas produksi yang ditetapkan,
kriteria pemilihan mesin, peralatan utama, dan mesin pembantu, proses produksi
yang dilakukan, dan jenis teknologi yang akan digunakan (Husnan dan
Muhammad 2000).
1. Lokasi Bisnis
Dalam pemilihan lokasi bisnis ini terdapat dua variabel, yaitu variabel
primer dan variabel sekunder. Variabel-variabel primer terdiri dari
ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel-variabel
sekunder terdiri dari hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan
tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.
2. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin,
jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi,
kemampuan manajemen dan finansial perusahaan, serta kemungkinan
adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
3. Proses Produksi
Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses
produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu, dan kombinasi. Sistem
yang kontinu akan lebih mampu menekan resiko kerugian akibat fluktuasi
harga dan efektifitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan
sistem terputus. Umumnya proses produksi kontinu menggunakan mesin-
mesin dengan teknologi yang lebih baik.
4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan
yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin
yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang
akan dipergunakan telah menjadi satu. Sehingga dalam pemilihan mesin
tidak terlalu sulit.
8
Selain itu, dalam aspek teknis dan teknologi juga lebih menekankan apakah
dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara
teknis dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek teknologi yang akan
dipakai (Umar 2007).
2.2.3 Aspek Organisasi dan Manajemen
Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan
agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tujuan menganalisis aspek manajemen
adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat
dinyatakan layak atau tidak layak. Aspek manajemen bisnis juga mempelajari
tentang manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa
operasi (Umar 2007).
Dalam evaluasi manajemen, tidak mengenal rumus-rumus matematis,
pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis pun tidak dapat
dilihat secara visual. Sehingga dalam mengevaluasi aspek manajemen menjadi
berat. Namun selama persiapan investasi kegiatan bisnis, evaluasi manajemen
harus dilakukan dengan baik karena manajemen adalah bagian terpenting diantara
seluruh faktor produksi yang dikerahkan. Pihak manajemenlah yang mengelola
uang, tanah, mesin, bahan baku, tenaga kerja sehingga bisnis secara keseluruhan
dapat mencapai berbagai macam tujuan yang dikehendaki oleh berbagai pihak
yang bersangkutan dengan kegiatan bisnis (Nurmalina et al. 2009).
2.3. Analisis Kelayakan Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang sangat menentukan bagi perusahaan
untuk menentukan pengambilan keputusan menjalankan bisnis tersebut atau tidak
sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. Tujuan menganalisis aspek finansial
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 2007).
Dalam perhitungan finansial dibutuhkan komponen yang sangat penting
untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut, yaitu penerimaan
9
dan pengeluaran yang dikenal dengan aliran (cash flow). Selain itu, untuk
menentukan kelayakan bisnis digunakan kriteria investasi, diantaranya nilai bersih
kini (NPV), Net Benefit Cost Rasio, tingkat pengembalian internal (IRR), dan
jangka waktu pengembalian modal investasi (PP).
2.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan
maximum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga ouput,
penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input
atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih
tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada beberapa besar perubahan terjadi
sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0). Perubahan atas komponen
dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan, dan
perubahan internal rate of return (IRR) atau return on investment (ROI). Tujuan
utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki
desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk
mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan
pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek.
2.5. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator
keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai
kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi
keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan
berlanjut. Pengukuran kinerja dan indikator merupakan bagian dari proses
manajemen strategis (Jackson dan Palmer dalam Batafor 2011). Oleh karena itu,
sebagai suatu elemen manajerial, kinerja merupakan kunci sukses. Keputusan
strategis disusun melalui kebijakan untuk mencapai sasaran dan target yang
diinginkan. Pencapaian sasaran dan target membutuhkan informasi tentang aktual
kinerja yang diharapkan dengan membandingkan kebijakan yang ditetapkan
(setting objectives). Informasi yang diharapkan harus tersusun, dan merupakan
desain pengukuran kinerja dan indikator yang terurai dan jelas. Dalam penelitian
ini penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan perhitungan
10
statistik dengan analisis uji-t (t-test) untuk mengetahui perkembangan variabel
yang dianalisis pada cash flow dan laporan laba rugi data realisasi dengan data
prediksi.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Restoran cepat saji adalah salah satu industri di dunia yang berkembang
dengan cepat, khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya
hidup modern dengan fleksibilitas yang semakin meningkat. Dengan adanya
perubahan gaya hidup serta semakin diterimanya restoran cepat saji oleh
masyarakat, maka persaingan antar gerai restoran cepat saji terhadap kualitas
produk dan layanan akan semakin menonjol di masa mendatang (Goyal et al.
dalam Widaningrum 2010).
Perkembangan restoran siap saji, seperti Mc Donald dan Burger King, hotel
dan restoran mulai tertarik untuk menggunakan sayuran fresh cut dalam
memenuhi kebutuhan sayuran pada menu makanan seperti burger, hotdog, pizza,
dan sebagainya. Walaupun jumlah permintaan akan sayuran fresh cut meningkat,
namun semua produk fresh cut masih dikerjakan secara manual oleh tenaga kerja
terlatih yang dibantu dengan alat yang cukup sederhana. Sehingga hal tersebut
menjadi peluang bagi perusahaan agribisnis untuk mencari teknologi yang
berkaitan dengan mesin produksi sayuran fresh cut. Hal ini dilakukan juga oleh
PT Sayuran Siap Saji untuk memenuhi permintaan dengan cara pengerjaan
mesinisasi agar pengerjaannya cepat dan semua permintaan terpenuhi.
Pada bulan Desember 2011 PT Sayuran Siap Saji mulai beroperasi
memenuhi semua kebutuhan sayuran fresh cut dengan sistem mesinisasi untuk
memenuhi jumlah order yang diperlukan dan memaksimalkan kapasitas mesin itu
sendiri. PT Sayuran Siap Saji dalam menjalankan usaha sayuran fresh cut telah
mengeluarkan investasi, namun investasi yang telah dikeluarkan oleh PT Sayuran
Siap Saji belum dianalisis kelayakannya secara finansial maupun non finansial.
Akan tetapi, perusahaan ini sudah berjalan hampir tiga tahun sehingga perlu
dilakukan evaluasi keuangan untuk tiga tahun usaha yang sudah berjalan apakah
anggaran yang dikeluarkan sudah efektif pengalokasiannya. Oleh karena itu,
diperlukan pengkajian kelayakan usaha dari berbagai aspek, mulai dari aspek
pasar, teknis, manajemen, finansial, analisis switching value dan evaluasi
keuangan. Penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
12
PT Sayuran Siap Saji
Studi Kelayakan dan Evaluasi Keuangan
Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif 1. Aspek Pasar dan
Pemasaran 2. Aspek Teknis dan
Teknologi
3. Aspek Organisasi dan
Manajemen
4. Aspek Finansial
a. NPV (Net Present
Analisis Sensitivitas
1. Komponen inflow
(penurunan harga ouput,
penurunan produksi)
2. Komponen outflow
(peningkatan harga
input atau peningkatan
biaya produksi) yang
masih dapat ditoleransi
Evaluasi Keuangan
Perbandingan laporan data
prediksi dan realisasi
finansial :
Analisis uji beda dengan
Uji-t(t-test)
1. Cash flow
2. Laba Rugi
Value)
b. Net B/C (Net Benefit
Cost Rasio)
c. IRR (Internal Rate of Return)
d. PP (Payback Period).
agar bisnis masih
layak.
tetap
Layak / Tidak Layak
Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka pemikiran PT Sayuran Siap Saji
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang analisis kelayakan usaha sayuran siap saji ini dilakukan di
PT Sayuran Siap Saji di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan
Megamendung Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat ini dilakukan dengan sengaja
(purposive), karena pihak perusahaan pada bulan Desember 2011 baru mulai
beroperasi, sehingga perlu dikaji kelayakan usaha secara finansial dan non
finansial. Pengumpulan dan pengambilan data dilakukan selama 3 bulan pada
bulan Desember 2012 – Februari 2013.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian analisis kelayakan usaha
sayuran siap saji ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di PT Sayuran Siap Saji.
13
Kemudian untuk data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki perusahaan,
literatur baik dari buku-buku pertanian, majalah pertanian, bahan kuliah, internet,
koran, penelitian sebelumnya, serta data dari lembaga pemerintahan seperti Badan
Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, dan Kelurahan Kabupaten Bogor.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui
gambaran usaha di tempat penelitian dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar,
teknis, dan aspek manajemen. Aspek pasar dan pemasaran meliputi market
potensial, segmen pasar, target pasar, posisi produk pada pasarnya, selera
konsumen, dan strategi pemasaran. Aspek teknis dan teknologi meliputi lokasi
proyek, besarnya skala operasi atau luas produksi yang ditetapkan, kriteria
pemilihan mesin, peralatan utama, dan mesin pembantu, proses produksi yang
dilakukan, serta jenis teknologi yang akan digunakan.
Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang
untuk mengkaji penerimaan dan pengeluaran uang dengan aliran (cash flow) dan
mengkaji kelayakan investasi. Kriteria investasi yang dikaji adalah NPV, IRR, Net
B/C dan Pay Back Period. Selain itu juga melihat kepekaan kelayakan investasi
digunakan analisis switching value dalam menghadapi beberapa perubahan.
Sedangkan untuk evaluasi keuangan menggunakan perhitungan statistik dengan
uji-t (t-test). Data-data yang diperoleh untuk melakukan penelitian ini baik untuk
analisa kualitatif maupun kuantitatif berasal dari hasil wawancara, survei,
pengamatan langsung serta pencarian data-data terkait.
3.4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam mengkaji aspek pasar terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu
market potensial yang tersedia untuk mengetahui jumlah permintaan masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang, serta variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap permintaan tersebut (Husnan dan Muhammad 2000). Analisis
permintaan pasar dilakukan dengan cara memproyeksikan jumlah permintaan
produk berdasarkan pesanan dari restoran. Penawaran pasar dianalisis dengan cara
menghitung realisasi penjualan sayuran siap saji di perusahaan tersebut.
14
Selain itu dianalisis juga jenis pasar yang dimasuki oleh perusahaan, jika
dilihat dari sisi produsen dan konsumen. Pemasaran perusahaan juga dinilai
dengan cara melihat penempatan perusahaan PT Sayuran Siap Saji pada
segmentasi, target, dan posisi pasar. Tujuannya untuk melihat bagaimana
perusahaan tersebut mampu bersaing dengan melihat bauran pemasarannya yang
meliputi 4P (product, price, promotion, place).
3.4.2 Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis dianalisis secara deskriptif dengan melihat kebutuhan bahan
baku, tenaga kerja, peralatan pada perusahaan PT Sayuran Siap Saji, dan teknis
proses produksi suatu produk dibuat. Proses produksi dibuat terkait kapasitas
produksi, jenis teknologi yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, pemakaian
peralatan, lokasi proyek, input proyek (persediaan) serta output (produk). Selain
itu mengkaji proses pembuatan produk beserta komposisinya untuk menghasilkan
produk pada perusahaan tersebut.
3.4.3 Aspek Organisasi dan Manajemen
Melihat perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian perusahaan PT
Sayuran Siap Saji yang sudah berjalan tiga tahun dalam beroperasi apakah sesuai
atau tidak dengan struktur organisasi yang ada. Analisis ini digunakan secara
kualitatif untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam
kegiatan operasional suatu usaha. Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai
tidaknya proyek dengan pola kerja pihak yang terlibat dan kesanggupan atau
keahlian staf yang ada untuk mengelola usaha. Jika fungsi manajemen dapat
diterapkan, maka usaha perusahaan PT Sayuran Siap Saji layak dari aspek
manajemen.
3.4.4 Aspek Finansial
Dalam perhitungan finansial dibutuhkan komponen yang sangat penting
untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut, yaitu penerimaan
dan pengeluaran yang dikenal dengan aliran (cash flow). Selain itu, untuk
menentukan kelayakan bisnis digunakan kriteria investasi, diantaranya nilai bersih
kini (Net Present Value = NPV), Net Benefit Cost Rasio (Net B/C), tingkat
pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR), dan jangka waktu
pengembalian modal investasi (Payback Period = PP).
15
1. Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus
biaya terhadap arus manfaat. Suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur
yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur
tersebut terdiri dari : inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran),
manfaat bersih (Net Benefit), dan manfaat bersih tambahan (Incremental Net
Benefit) bila diperlukan.
2. Kriteria Investasi
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan suatu evaluasi terhadap
investasi proyek adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost (Net
B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi
dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas
operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Suatu
bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih dari 0 (NPV > 0) yang artinya
bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Nilai yang dihasilkan
oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang Rupiah (Rp).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
........................ (1)
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun t (Rupiah)
t = Tahun kegiatan bisnis ( t = 0,1,2,3,…,n), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya (tahun)
i = Tingkat Discount Rate (% / tahun)
b. Net Benefit / Cost Ratio
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dinyatakan
16
layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dinyatakan tidak layak bila
Net B/C lebih kecil dari satu. Secara sistematis dapat dinyatakan sebagai
berikut.
................................. (2)
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun t (Rupiah)
i = Discount rate (% / tahun)
t = Tahun (tahun)
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal
investasi yang digunakan. Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan
persentase (%). Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba
nyata yang dihasilkan proyek. Sebuah bisnis dinyatakan layak apabila
IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Berikut