I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan. Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas yang masih rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha. Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan lahan. Intensifikasi dilakukan dengan penerapan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah. SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan. Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan. 1.2 Tujuan Tujuan pendampingan SL PTT pada tahun 2010 adalah: 1. Mendampingi minimal 60% dari unit LL yang ada di Provinsi Bengkulu (965 unit) . 2 Meningkatkan kordinasi dan keterpaduan pelaksanaan peningkatan produksi melalui kegiatan SL-PTT antara pusat, provinsi dan kabupaten. 3. Mempecepat penerapan komponen teknologi SL PTT oleh petani sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengelola usahatani mereka. 4. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani >15%.
93
Embed
I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan
pangan. Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan
berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi
besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman
Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai
potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu
memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas yang masih
rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha. Peluang untuk meningkatkan
produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi
penggunaan lahan. Intensifikasi dilakukan dengan penerapan Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah.
SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari
dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. Teknologi yang disusun dengan PTT
bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah,
sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program
SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat
diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah
ditetapkan.
1.2 Tujuan
Tujuan pendampingan SL PTT pada tahun 2010 adalah:
1. Mendampingi minimal 60% dari unit LL yang ada di Provinsi Bengkulu (965 unit) .
2 Meningkatkan kordinasi dan keterpaduan pelaksanaan peningkatan produksi melalui
kegiatan SL-PTT antara pusat, provinsi dan kabupaten.
3. Mempecepat penerapan komponen teknologi SL PTT oleh petani sehingga dapat
meningkatkan ketrampilan dalam mengelola usahatani mereka.
4. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani >15%.
2
II. TINJAUAN PUSAKA
Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan
berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi
besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman
Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Senjang hasil (yield gap) antara hasil penelitian dengan hasil riel di tingkat petani
sangat tinggi yaitu lebih dari 40%. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas padi
sawah di Bengkulu dapat mencapai 6,5 -7,5 t/ha, sedangkan produktivitas yang dicapai petani
baru berkisar antara 4 – 5,5 t/ha. Rata-rata produktivitas padi di Provinsi Bengkulu baru
mencapai 3,84 t/ha, sedangkan secara nasional sudah mencapai 4,97 t/ha (BPS Provinsi
Bengkulu, 2009; Dirjen Tanaman Pangan, 2010a).
Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi
yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). PTT adalah
suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan
petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Dengan pendekatan ini diharapkan
selain produksi padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan
tetap terpelihara sehingga bisa berkelanjutan.
PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu:
(1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat
serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan.
(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial
budaya, dan ekonomi petani setempat.
(3) Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu
(4) Sinergis atau serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar
komponen teknologi yang saling mendukung.
(5) Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan
Iptek serta kondisi sosial ekonomi setempat.
3
SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar – mengajarnya di lakukan
di lapangan dan di tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar, tidak terikat
ruang kelas. Sekolah lapang (SL) menjadi tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan utamanya dalam mengenali potensi,
penyusunan rencana usahatani, mengatasi permasalahan. Melalui SL petani diharapkan
mampu mengambil keputusan untuk menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi
sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian
usahataninya lebih efisien, produktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pendekatan SL-PTT
berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus
tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen
kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
SL-PTT merupakan salah satu cara untuk mengenalkan inovasi teknologi spesifik lokasi
secara partisipatif kepada masyarakat tani. Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi
perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi
teknologi dengan benar untuk meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan
usahataninya.
Dalam pelaksanaan SL-PTT terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar
dan komponen ilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat dianjurkan
untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas:
(1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida
(2) Benih bermutu dan berlabel
(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam
bentuk kompos.
(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum
(5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
(6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu).
Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan
dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas:
4
(1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
(2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
(3) Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
(4) Pengairan secara efektif dan efisien
(5) Penyiangan dengan landak atau gasrok
(6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
Falsafah SL-PTT menunjukkan bahwa agar teknologi yang diintroduksikan dapat
diterima, diadopsi dan didifusikan secara luas, maka peran dari seluruh panca indra haruslah
dioptimalkan. Falsafah dari SL PTT adalah sebagai berikut:
Mendengar, Saya Lupa Melihat, Saya Ingat
Melakukan, Saya Faham Menemukan Sendiri, Saya Kuasai
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah
dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan
mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan
metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat,
tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian
(menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik
lokasi. Di sini nampak adanya bentuk pemberdayaan petani. Dengan cara ini diharapkan
petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan
penyuluh.
Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi
yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan
serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Proses pembelajaran
bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif
dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif
merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun
melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat
penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang
spesifik lokasi. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat
berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
5
Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan
kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Salah satu cara untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan petani adalah melalui pertemuan kelompok. Pertemuan
kelompok dilaksanakan oleh pelaksana SL-PTT dan tempat pertemuan juga berada di lokasi
SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh pemandu lapangan.
Pertemuan – pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali pertemuan, oleh karena itu perlu
dijawalkan secara periodik dengan kesepakatan petani peserta sehingga tidak mengganggu
waktu petani (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
6
III. PROSEDUR
3.1 Waktu dan Tempat
Pendampingan dimulai dari persiapan hingga pengumpulan data dan pelaporan, yaitu
dari bulan Januari sampai dengan Desember 2010. Pendampingan SL-PTT dilakukan di 10
kabupaten/kota yaitu: Mukomuko, Lebong, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahyang,
Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan dan Kaur.
Benih padi gogo 4 varietas yang tersedia di BB Padi Sukamandi (Limboto, Towuti, Situ
Patenggang, Situ Bagendit).
Bahan informasi yang berupa buku saku dan juknis.
BWD, PUTK dan PUTS.
Pupuk an organik (urea dan PONSKA).
Pupuk organik (kompos/pupuk kandang).
Insektisida, rodentisida dan herbisida.
Papan merk demplot di 10 kabupaten/kota.
Papan merk varietas.
Karung.
3.3 Ruang Lingkup
Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu meliputi kegiatan koordinasi dan
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) baik untuk pemandu lapang di tingkat
kabupaten/kecamatan dan juga kepada petani. Bentuk peningkatan SDM dilakukan secara
teori dan praktek ataupun kombinasi dari keduanya. Kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan peningkatan SDM (petani dan petugas) diantaranya adalah pelatihan/apresiasi,
pelatihan PL II dan III (sebagai narasumber), pencetakan dan pendistribusian bahan
7
informasi teknologi yang berupa buku saku dan Juknis, demonstrasi plot varietas unggul baru
(VUB) dan display VUB.
Kegiatan pendampingan ini adalah kombinasi dari pendekatan top down dan buttom
up, yang bersifat partisipatif. Top down karena kegiatan ini merupakan program nasional, di
mana setiap daerah mendapatkan bagian atau jatah sesuai dengan potensi wilayahnya
masing – masing. Luasan atau unit SL-PTT telah ditetapkan quotanya dari pusat. Daerah,
dalam hal ini Pemkab, melalui Dinas Pertaniannya menentukan kelompok tani yang layak
untuk mendapatkan program SL PTT. Dalam hal ini pihak pusat tidak melakukan intervensi
dan menyerahkan sepenuhnya kepada daerah, sehingga penentuan poktan untuk SL PTT
dengan pendekatan buttom up.
Lima prinsip utama dalam penerapan PTT adalah terpadu, sinergis, spesifik lokasi,
dinamis, dan partisipatif. PTT padi sawah menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan.
Teknologi dasar adalah teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan disemua lokasi
padi sawah (Ditjen Tanaman Pangan, 2010). Teknologi ini ini terdiri atas:
1. Varietas unggul baru, inhibrida atau hibrida
2. Benih bermutu dan berlabel
3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami kesawah atau dalam bentuk
kompos.
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum.
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
6. Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT.
Teknologi pilihan adalah teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan
kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam.
2. Penggunaan bibit muda (<21 hari).
3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun.
4. Pengairan secara efektif dan efisien.
5. Penyiangan dengan landak atau gasrok.
6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
8
3.4 Tahapan Pelaksanaan
3.4.1 Penentuan Jumlah Unit Pendampingan
Secara garis besarnya pendampingan dilakukan dalam 2 cara yaitu pendampingan
secara tidak langsung dan pendampingan secara langsung. Pendampingan secara tidak
langsung dilakukan melalui pelatihan/apresiasi serta penerbitan bahan informasi teknologi
dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM dari petugas dan petani pelaksana SL PTT.
Pendampingan secara langsung dilakukan melalui demplot dan display VUB. Dalam demplot
diterapkan PTT secara penuh, dimana komponen teknologi disusun oleh BPTP Bengkulu.
Pada tahun 2010, pendampingan SL-PTT dilakukan pada 10 kabupaten/kota yang
melaksanakan SL PTT padi dan jagung. Ada 1608 unit LL padi dan jagung yang terdistribusi
di seluruh Provinsi dengan perincian sebagai berikut: padi inhibrida 1.200 unit, padi hibrida
150 unit, padi lahan kering 120 unit, dan jagung hibrida 138 unit. Dari data ini diketahui
bahwa ada 965 unit LL (60%) yang di dampingi oleh BPTP Bengkulu. Pendampingan utama
dilakukan melalui kegiatan apresiasi, pelatihan dan pendistribusian bahan informasi.
Pendampingan dilaksanakan secara proporsional sesuai dengan jumlah unit SL-PTT di setiap
kabupaten/kota (Lampiran 1).
Setelah daftar calon petani calon lokasi (CPCL) diperoleh, baik untuk tingkat provinsi
maupun kabupaten, maka LO segera melakukan koordinasi. LO bersama dengan Dinas
pertanian kabupaten dan BP4K menentukan 60% lokasi LL yang akan didampingi (Tabel 3).
Kriteria dari lokasi LL yang akan didampingi diantaranya adalah: lokasinya strategis dan
mudah dijangkau, petaninya kooperatif, serta kondusif kondisi sosial budayanya. Setelah
lokasi pendampingan ditentukan, maka LO segera mencari informasi ke Tim Teknis SL PTT
kabupaten untuk mengetahui jadwal dan perencanaan pelaksanaan SL PTT. Jadwal yang
perlu diketahui adalah jadwal pelaksanaan Pelatihan Pemandu Lapang (PL II dan PL), jadwal
tanam, dan jadwal pertemuan kelompok.
Penyebarluasan VUB dilakukan melalui uji adaptasi pada lahan seluas 0,25 - 0,50 ha
di luar lokasi SL, sesuai dengan keputusan Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi Bengkulu.
BPTP hanya menyalurkan benih tanpa saprodi lainnya (pupuk dan pestisida) guna
penyebarluasan varietas unggul baru yang mempunyai produktivitas tinggi.
Dinas Pertanian Provinsi dan kabupaten/kota sepakat bahwa pendampingan untuk
disply VUB yang dilaksanakan oleh BPTP berada di luar lokasi LL dan bahkan di luar lokasi SL,
dengan alasan untuk tertib administrasi dan disesuaikan dengan Pedoman pelaksanaan.
9
3.4.2 Pembentukan Tim Inti Pelaksana SL- PTT BPTP Bengkulu
Tim ini disusun dengan keanggotaan yang kompeten (koordinator program,
penanggung jawab kegiatan SL-PTT, peneliti/penyuluh), karena tim ini mempunyai tugas
yang cukup penting dalam pelaksanaan SL PTT. Tugas dari tim ini diantaranya adalah:
1. Merancang, mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan SL-PTT.
2. Menyusun panduan teknis pelaksanaan SL-PTT spesifik lokasi dengan inovasi baru
yang spesifik lokasi.
3. Melakukan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi dan pusat.
4. Membantu mekanisme kelancaran distribusi benih dari BB padi ke lokasi demoplot.
3.4.3 Penunjukan LO
LO ditunjuk oleh Kepala Balai berdasarkan kompetensi dan dedikasi dari staf. Tugas
LO cukup berat karena dituntut untuk mampu berkoordinasi, bernegosiasi, dan
berargumentasi serta menguasai teknologi budidaya padi baik secara teoritis maupun praktis.
BPTP Bengkulu menugaskan peneliti/penyuluh sebagai tenaga penghubung di tiap kabupaten
atau kota di seluruh Provinsi Bengkulu. LO ini diharapkan juga masuk dalam Tim Teknis SL-
PTT Kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar ada koordinasi yang terpadu antara BPTP dan
kabupaten, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan SL PTT dapat
diinformasikan dengan cepat. Tugas LO diantaranya adalah:
Membuat demplot PTT dengan luasan 0.25 hektar di luar SL pada 1 - 2 titik (unit) per
kabupaten. Demplot berisikan (a) keragaan berbagai varietas unggul baru dan (b)
Komponen teknologi PTT secara lengkap.
Sebagai narasumber untuk teknologi PTT (padi dan jagung).
Mengumpulkan data sebagai bahan laporan pendampingan.
Membantu kelancaran distribusi benih dari BB Padi ke lokasi-lokasi yang
berdekatan/berdampingan dengan lokasi SL-PTT dan demplot.
3.4.4 Kegiatan Utama Pendampingan
10
Pada tahun 2010 didampingi 60% dari total unit SL PTT padi dan jagung (965 unit).
Di sekitar lokasi SL PTT dilakukan display VUB yaitu INPARI 1, INPARI 3, INPARI 4, INPARI
6, INPARI 10, INPARI 13 dan Silugonggo dengan luas 0,25 - 0,5 ha . Pada tiap unit
dibagikan 5 VUB, masing-masing varietas sebanyak 1 kg. Varietas yang diujiadaptasikan
berasal dari BB Padi Sukamandi. BPTP Bengkulu hanya menyalurkan bantuan 7 VUB yang
berasal dari BB Padi, sedangkan upah dan saprodi lainnya disiapkan secara mandiri oleh
petani. Hal yang sama dilakukan juga untuk padi lahan kering.
Demplot dan display varietas untuk padi hibrida dan jagung tidak dapat direalisasikan
karena keterlambatan dan ketersediaan benih dari Balit Komoditas. Keragaman musim tanam,
perubahan waktu tanam antar kabupaten juga mempunyai andil yang besar terhadap
pencapaian kinerja pendampingan.
Koordinasi antar institusi
Koordinasi ke pusat dan provinsi banyak dilakukan oleh Tim Teknis SL PTT, sedangkan
koordinasi ke daerah/kabupaten/kecamatan banyak dilakukan oleh LO. Hal ini tidak mutlak
dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan koordinasi secara bersamaan antara Tim
Teknis dengan LO.
Peran BPTP cukup penting dan strategis dalam pendampingan SL-PTT. BPTP banyak
mendapatkan dukungan dari UK/UPT di lingkup Badan Litbang Pertanian (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Tim Tingkat Provinsi terdiri dari beberapa instansi,
dengan saran Kadistan sebagai ketua, BPTP sebagai Sekretaris dan Bakorluh sebagai Wakil
Ketua dan anggotanya dinas/instansi terkait mengikuti struktur organisasi PUAP. Kepala BPTP
sebagai sekretaris dalam teknis operasionalnya dibantu oleh Tim Teknis SL-PTT dari BPTP.
Tim Pendamping SL-PTT tingkat Kabupaten terdiri dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten,
Bappeluh, POPT, PL-II dan LO. Tim Pendamping SL-PTT di tingkat kecamatan adalah POPT,
Koordinator penyuluh, KCD/KPK, dan PPL.
Di Bengkulu Tim Teknis SL PTT di tingkat Provinsi dan Kabupaten belum terwujud. Hal
ini juga menyebabkan kendala dalam koordinasi antar institusi. BPTP Bengkulu sudah
memberikan informasi dan advokasi tentang pentingnya Tim Teknis, tetapi belum
mendapatkan respon yang positif.
11
Kegiatan SL PTT diintegrasikan dan disinergikan dengan kegiatan PUAP agar lebih
produktif dan efisien (Gambar 3.1). Sebagian besar LO juga akan bertindak sebagai korwil
PUAP di kabupaten yang sama. Selain dengan program PUAP, kegiatan SL PTT juga
dipadukan dan disinergikan dengan kegiatan diseminasi dari BPTP Bengkulu (visitor display
dan gelar teknologi).
Gambar 3.1 Mekanisme Pendampingan SL-PTT
Penyediaan informasi teknologi, bahan, dan alat pendukung
Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para
petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan,
pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Informasi
teknologi, bahan, dan alat pendukung SL-PTT untuk penyuluh maupun petani harus
disiapkan dengan baik. Pemahaman yang benar terhadap SL-PTT akan menimbulkan persepsi
yang positif baik dari petugas maupun petani pelaksana. Bahan informasi diantaranya adalah
buku panduan pelaksanaan SL-PTT, buku saku, poster, dan leaflet (bersinergi dengan
kegiatan visitor display). Bahan dan alat pendukung lainnya adalah BWD, PUTS, pupuk,
pestisida, dan benih.
12
Demontrasi plot PTT
Demonstrasi plot PTT padi BPTP Bengkulu dilakukan pada lahan seluas 0,50 ha pada
tiap kabupaten/kota. Demplot VUB dilaksanakan di luar lokasi SL untuk menguji paket
teknologi lengkap PTT. Lahan demoplot yang luasnya 0,50 ha itu dianggap sebagai super
imposed oleh BPTP, sekaligus sebagai media pembuktian teknologi PTT yang sebenarnya
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Perlakuan yang diterapkan
sepenuhnya memenuhi kaidah-kaidah PTT Padi sawah (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Teknologi PTT Padi sawah untuk Demplot VUB di Provinsi Bengkulu.
KOMPONEN TEKNOLOGI KETERANGAN
1. Varietas Unggul Baru 2. Benih bermutu dan berlabel 3. Pemberian bahan organik 4. Pengaturan populasi tanaman secara
optimum. 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan
tanaman dan status hara tanah. 6. Pengendalian OPT 7. Pengolahan tanah 8. Penggunaan bibit muda 9. Penggunaan bibit/lubang 10. Pengairan secara efektif dan efisien 11. Penyiangan 12. Panen
- INPARI 1,3, 4, 6, 10, 13 dan Silugonggo.
- Label ungu/biru - 2 ton/ha - Dengan sistem legowo 4:1 dengan
jarak tanam 20x20x10 cm. - PONSKA 300 kg/ha dan Urea 200
kg/ha. * 150 kg/ha PONSKA diberikan pada umur 7 HST,
dan 150 kg/ha diberikan pada umur 21 -25 HST. * 50 kg/ha urea diberikan pada umur 21 – 25 HST
dan 150 kg/ha diberikan pada umur 45 HST.
- Dengan pendekatan PHT - Sempurna - Umur < 21 hari - 1-3 bibit - Intermitten/berselang-seling - Secara manual atau khemis - Tepat waktu dan segera di rontok
Lahan SL yang luasnya 24 ha bisa dijadikan lahan perluasan inovasi teknologi yang
dikembangkan dalam LL dan lahan demoplot. Penyelenggaraan pendampingan di SL
dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Pengamatan hasil panen dilakukan secara
ubinan untuk tiap varietas dengan ukuran 5 - 6 m2 tergantung dari jarak tanam. Ubinan
diambil di lokasi LL, luar LL di dalam SL dan pada lahan petani yang bukan peserta SL. Hasil
gabah ditimbang dalam bentuk kering panen. Kegiatan usahatani yang bersifat teknis maupun
non teknis dalam pelaksanaan SL-PTT dicatat.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tahapan pelaksanaan yang telah dilaksanakan adalah: penentuan jumlah unit
pendampingan; pembentukan Tim Inti Pelaksana SL-PTT BPTP Bengkulu; penunjukan LO dan
pelaksanaan kegiatan utama pendampingan. Kegiatan utama pendampingan meliputi:
koordinasi antar institusi; Nara sumber dalam pelatihan (PL II dan PL), sosialisasi dan
apresiasi; penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi, bahan (termasuk benih VUB
dan pendukung lainnya); dan demplot VUB.
4.1.1 Penentuan jumlah unit pendampingan
Pada tahun 2010, pendampingan SL-PTT dilakukan pada 10 kabupaten/kota yang
melaksanakan SL PTT padi dan jagung. Ada 1608 unit LL padi dan jagung yang terdistribusi
di seluruh Provinsi dengan perincian sebagai berikut: padi inhibrida 1.200 unit, padi hibrida
150 unit, padi lahan kering 120 unit, dan jagung hibrida 138 unit. Dari data ini diketahui
bahwa ada 965 unit LL (60%) yang di dampingi oleh BPTP Bengkulu. Pendampingan utama
dilakukan melalui kegiatan apresiasi, pelatihan dan pendistribusian bahan informasi.
Pendampingan dilaksanakan secara proporsional sesuai dengan jumlah unit SL-PTT di setiap
kabupaten/kota.
4.1.2 Pembentukan Tim SL PTT dan LO
Tim SL PTT dan LO dibentuk untuk meningkatkan peran BPTP dalam pendampingan.
Tim disusun dengan keanggotaan yang kompeten (koordinator program, penanggung jawab
kegiatan SL-PTT, peneliti/penyuluh), karena tim ini mempunyai tugas yang cukup penting
dalam pelaksanaan SL PTT (Tabel 4.1).
14
Tabel 4.1. Tim teknis dan LO SL PTT BPTP Bengkulu tahun 2010.
NO
KABUPATEN
LO dan Anggota Tim SL- PTT
LO TIM SL-PTT
NAMA NO. HP NAMA NO 1. Seluma Ir. Eddy Makruf 0815 390 3294 Dr. Wahyu Wibawa MP. 0857 64689228
2. Kapahyang Ir. Sri Suryani MR. M.Agr. 0811 73 8710 Dr. Umi Pudji Astuti, MP 0815 1640953
3. Bengkulu Tengah Ir. Ahmad Damiri, MSi 0816 393 870 Ir. Eddy Makruf 0815 390 3294
4. Kaur Drs. Afrizon 0815 390 4222 Ir. Sri Suryani MR. MAgr. 0811 73 8710
13 (40 kg) dan Silugonggo (720 kg). Benih tersebut untuk pendampingan pada 720 unit SL-
PTT padi inhibrida yang tersebar di 10 kab/kota di Provinsi Bengkulu (Lampiran 2). Benih padi
gogo juga telah diterima sebanyak 526 kg. Benih padi gogo berasal dari Kebun Percobaan
Taman Bogo yang dikirimkan pada bulan November 2010.
Koordinasi dengan pusat telah dilaksanakan beberapa kali pada bulan Februari dan
Maret 2010. Pada tanggal 3-5 Februari 2010 dilakukan pertemuan dan sinkronisasi
pelaksanaan program dan kegiatan tanaman pangan tahun 2010 di Dirjen Tanaman Pangan
Jakarta. Selanjutnya dilaksanakan Rakor persiapan pendampingan SL-PTT di Puslitbangtan
tanggal 11-12 Maret 2010. Hasil dari pertemuan diantaranya terbitnya surat dari Dirjen
Tanaman Pangan tertanggal 24 Maret 2010 tentang pendampingan Badan Litbang Pertanian
di Lokasi SL PTT tahun 2010. Adapun isi surat tersebut adalah:
1). Alternatif penentuan lokasi untuk uji adaptasi varietas/display varietas sebagai berikut: a.
Uji adaptasi VUB menjadi bagian dari LL seluas 1 ha; b. Uji adaptasi VUB merupakan
15
tambahan dari LL, sehingga luas LL menjadi 1,25 ha untuk padi dan jagung, dengan
konsekwensi perlu ada tambahan sarana produksi; c. Uji adaptasi VUB dilakukan
berdampingan dengan LL atau di luar LL tetapi masih dalam kawasan SL PTT; d. Uji
adaptasi VUB ditempatkan di lokasi lain berdasarkan kesepakatan antara Dinas
Pertanian Tanaman pangan Kabupaten/kota dan BPTP Bengkulu.
2. Benih yang dihasilkan dari uji adaptasi VUB tersebut selanjutnya dapat digunakan oleh
kelompoktani yang bersangkutan untuk pertanaman musim selanjutnya.
3. Pendampingan peneliti dari BPTP difokuskan dilokasi LL di dalam SL PTT.
4. Pendampingan akan dilakukan oleh para peneliti BPTP pada areal seluas 60% dari luas
areal SLPTT.
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi dan kabupaten dilaksanakan dengan
intensif, khususnya untuk validasi data CPCL, jadwal tanam, dan data penyuluh pendamping
(Lampiran 3 dan 4). Koordinasi telah dilaksanakan di 10 kabupaten dan kota. Pada koordinasi
ini disampaikan tentang peran BPTP dalam pendampingan SL-PTT. Dalam pendampingan ini
tidak hanya melakukan apresiasi/pelatihan tetapi juga menyediakan media informasi tercetak
dalam rangka meningkatkan kapasitas penyuluh. Hal ini dilakukan karena banyak dikeluhkan
bahwa pemahaman penyuluh terhadap SL PTT masih kurang.
Penyediaan Informasi Teknologi, Alat dan Bahan Pendukung
Informasi teknologi sangat diperlukan dalam peningkatan kapasitas (pengetahuan dan
ketrampilan) bagi penyuluh dan petani. Hasil umpan balik kebutuhan teknologi menunjukkan
bahwa penyuluh memerlukan informasi yang up to date sebagai bahan penyuluhan kepada
masyarakat tani. Sering ditemui penyuluh kurang memahami filosafi Program SL PTT.
Bahan informasi yang dicetak diantaranya adalah Petunjuk Teknis SL PTT (300
eksemplar) dan Buku saku mendukung program SL PTT (900 eksemplar). Buku Panduan
Teknologi, leaflet dan poster dalam mendukung program SL PTT juga dicetak melalui
kegiatan visitor display. Bahan informasi ditulis oleh anggota tim SL PTT dan Tim Inti
Pelaksana SL PTT BPTP Bengkulu. Buku saku berisi tentang filosopi SL PTT dan penjelasan
tentang 12 komponen PTT yang ditulis secara ringkas disertai dengan gambar agar lebih
mudah dipahami. Buku saku dicetak untuk meningkatkan kapasitas penyuluh dalam
mengawal dan membina petani SL PTT.
16
Alat dan bahan pendukung dalam pendampingan SL PTT diantaranya adalah benih
padi, sarana produksi (pupuk dan pestisida), PUTS, PUTK dan PUP, papan merk demplot,
papan merk varietas. Perangkat uji tanah dan pupuk diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani dan penyuluh dalam menentukan dosis pupuk. Untuk
keperluan tersebut telah dibeli 2 PUTS, 2 PUTK, dan 1 PUP dari BBSDLP Bogor. Benih yang
dapat disediakan adalah benih padi sawah 3.600 kg dan benih padi Gogo 526 kg. Benih padi
hibrida dan jagung tidak dapat direalisasikan karena kurang tepatnya ketersediaan Benih dari
Balit komoditas dan ketidakpastian CPCL serta jadual tanam di Kabupaten dan kota.
Narasumber pada Sosialisasi, Pelatihan dan Apresiasi SL PTT
Sosialisasi SL PTT. Sosialisasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari koordinasi persiapan
pelaksanaan Program SL PTT yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 di Puslitbangtan.
Salah satu hasil koordinasi adalah adanya alternatif untuk pelaksanaan Display VUB oleh
Badan Litbang Pertanian dilaksanakan di lokasi LL.
Sosialisasi pendampingan SL PTT telah dilaksanakan di Kabupaten Kaur, Bengkulu
Selatan, Seluma, Kota Bengkulu dan Bengkulu Tengah (Lampiran 5). Semula Kabupaten/Kota
bisa menerima/sepakat agar uji adaptasi varietas berada di dalam LL, sehingga ada
pembinaan yang intensif dan tersedia alternatif varietas untuk pengembangan selanjutnya.
Pada tanggal 19 -20 Mei 2010 dilakukan pertemuan seluruh Dinas pertanian Kabupaten
yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, yang salah satu agendanya
adalah menentukan lokasi display varietas yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian.
Dalam pertemuan ini disepakati bahwa uji adaptasi yang akan dilaksanakan oleh BPTP berada
di luar lokasi SL. Aspek teknis dan administrasi menjadi alasan dari pelaksanaan uji adaptasi
VUB berada di luar lokasi LL. Dalam lokasi SL dan LL benih telah disediakan oleh PT SHS
maupun PT Pertani, sehingga jika ada pembagian benih lagi dari BPTP Bengkulu, tentu ada
kelebihan benih. Alasan lain adalah adanya ketidaksesuaian antara rencana dengan pedoman
pelaksanaan SLPTT tahun 2010.
Dengan kesepakatan ini tentu sangat berpengaruh terhadap kesiapan BPTP Bengkulu
dalam pelaksanaannya. Badan Litbang pertanian melalui BPTP sudah merancang agar display
VUB dapat dilaksanakan di dalam LL. Dengan melakukan display VUB di luar kawasan SL
berarti merubah skenario dan strategi pelaksanaan SL PTT.
17
Pelatihan dan Apresiasi. Kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah atau kabupaten
diantaranya adalah sebagai nara sumber PL II dan PL III di Kabupaten Lebong, Rejang
Lebong, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kaur, Kota Bengkulu, Seluma,
serta Kabupaten Kepahiang. Berbagai materi telah disiapkan oleh tim SL PTT untuk memenuhi
permintaan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten sebagai Nara sumber pada SL PTT padi,
Jagung dan Kacang tanah. Pelatihan dapat bersifat teoritis dan praktis atau kombinasi dari
keduanya. Materi dan narasumber yang telah disampaikan pada PL II, PL III dan pelatihan
lainnya di tampilkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Materi dan nara sumber dalam mendukung pelaksanaan SL PTT di Kabupaten/kota.
NO NAMA WAKTU MATERI PENYELENGGARA 1. Ir. Miswarti 11 Mei 2010
7 Agustus 2010
PTT padi dan SRI SL PTT Padi sawah SL PTT Kacang Tanah
BP3K Kec. Sukaraja Kab. Seluma BPK Kec. Air Besi Kab. Bengkulu Utara
2. Ir. Eddy Makruf Dr. Wahyu Wibawa
21 Mei 2010 30 Juni 2010
SL-PTT Kacang tanah Pemahaman dan implementasi SL-PTT jagung hibrida Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP)
Dinas Pertanian Kab. Seluma (Pelaksanaan di BPP Sukaraja) Dinas Pertanian Kabupaten Seluma (Pelaksanaan di BPP Mas Mambang) PL III
3. Yartiwi, SP 25 Mei 2010 Aplikasi usahatani melalui pendekatan SL PTT
Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Selatan
4. Ir. A. Damiri, MSi 29 Juni 2010 6 Juli 2010 7 Agustus 2010
- Pemupukan spesifik lokasi padi sawah.
- Praktek pengambilan contoh tanah
- Praktek penggunaan BWD - Budidaya kacang tanah - Praktek pengambilan sampel tanah - Praktek penggunaan PUTK - SL PTT padi sawah dan kacang
tanah - Budidaya kacang tanah
Dinas Pertanian Benteng (PL III) Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Tengah (PL III) BPP Air Besi Dinas Pertanian Bengkulu Utara (PL III).
5. Drs. Afrizon Yahumri SP
9 Agustus 2010 - Demo pembuatan kompos jerami dengan menggunakan aktivator tricoderma
- Demo pembuatan MOL dengan
bahan dasar keong Mas
- KPK Tanjung kemuning Diikuti oleh 48 petani
18
6. Yong Farmanta, SP 20 Juni 2010 - SL PTT untuk peningkatan produktivitas dan produksi padi di Bengkulu Utara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Bengkulu Utara (PL III)
7. Dr. Wahyu Wibawa 21 Mei 2010
30 Mei 2010
- SL PTT kacang tanah - Implementasi teknologi SL-PTT
kacang tanah. - SL PTT padi - SL PTT Padi
Dinas Pertanian Kabupaten Seluma (PL III) Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Selatan. Dinas Pertanian Kab. Kaur. Dinas Pertanian Rejang Lebong
8. Ir. SS. Rambe MAgr 25 Mei 2010 11 Juni 2010 16 Juni 2010 30 Juni 2010 27 Juli 2010 3-4 Agust 2010
- Pemupukan padi spesifik lokasi - Pemupukan padi an jagung spesifik lokasi. - Teknologi budidaya kacang tanah - KKP jagung Hibrida - Varietas unggul dan budidaya jagung - Pengelolaan hara spesifik lokasi - Pengelolaan hara spesifik lokasi - Varietas unggul dan budidaya tanaman padi.
- Dinas Pertanian Provinsi (PL II).
- Dinas Pertanian
Kepahiang (PL III).
- Dinas Pertanian Lebong
- Dinas Pertanian
Seluma. - Dinas Pertanian
Provinsi (PL II) - Dinas Pertanian
dan peternakan Kota.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari penyuluh dan petani maka
dilakukan apresiasi SL PTT di 10 Kabupaten/kota. Apresiasi ini diikuti oleh petani dan
penyuluh yang jumlahnya mencapai 800 orang. Apresiasi dilaksanakan pada bulan Oktober –
November 2010. Tempat penyelenggaraan juga bervariasi, tetapi utamanya adalah di BP4K
dan BPP (Lampiran 6).
19
Distribusi benih dan demplot VUB.
Distibusi benih telah dilakukan di 10 kabupaten/Kota. Benih yang telah dikirimkan ke
Dinas Pertanian kabupaten/kota, BPP maupun kelompok tani berjumlah 3.600 kg. Rincian
distribusi benih per kabupaten adalah sebagai berikut: Kabupaten Bengkulu Selatan 364 kg,
Kabupaten Kaur 240 kg, Kepahyang 163 kg, Bengkulu Tengah 500 kg, Lebong 380 kg,
Seluma 687 kg, Bengkulu Utara 620 kg, Rejang Lebong 222 kg, Mukomuko 108 kg, dan Kota
Bengkulu 316 kg. Jadwal pertanaman untuk SL PTT mengalami penundaan baik disebabkan
oleh faktor teknis/non teknis.
Keterbatasan sumberdaya dan sumber dana menyebabkan kesulitan untuk memantau
perkembangan dan hasil dari display varietas. Apalagi pelaksanaannya berada di luar kawasan
SL PTT. Kurang harmonisnya Dinas dengan institusi penyuluhan juga menjadi masalah
tersendiri dalam pengumpulan data dan informasi dari display varietas.
Demontrasi plot telah dilaksanakan di 10 Kabupaten/Kota. Dalam demplot ini digunakan
komponen teknologi yang sama untuk seluruh lokasi. Seluruh komponen teknologi SL PTT
diterapkan untuk mengetahui potensi hasil dari masing-masing VUB yang diintroduksikan.
Untuk pemupukan digunakan pupuk PONSKA dan urea serta kompos dengan dosis masing-
masing 300 kg, 200 kg dan 2000 kg/ha. Pupuk kompos diberikan pada saat tanam,
sedangkan pupuk anorganik diberikan 3 kali berdasarkan kebutuhan serta pertumbuhan dan
perkembangan tanaman padi. Saprodi yang diperlukan (pupuk dan pestisida) disediakan oleh
BPTP Bengkulu.
Hasil demplot menunjukkan bahwa demplot dengan komponen teknologi SL PTT dapat
meningkatkan produktivitas secara sangat nyata. Produktivitas rata-rata dari demplot VUB
adalah sebagai berikut: INPARI 1, 5,53 t GKP/ha; INPARI 3 6,84 t GKP /ha, INPARI 4,
6,88 t GKP/ha, INPARI 6, 6,7 t GKP/ha; INPARI 13, 7,5 t GKP/ha; dan Silugonggo 5,8 t
GKP/ha.
Secara umum petani dan petugas (PPL) pada tiap lokasi demplot sepakat bahwa
varietas yang adaptif dan berpotensi untuk dikembangkan adalah varietas INPARI 3, 4, dan
13. Produktivitas yang tinggi menjadi indikator utama bagi petani dan penyuluh dalam menilai
adaptasi VUB yang diintroduksikan (Lampiran 7). Varietas Silugonggo dan INPARI 1 kurang
diminati karena produktivitasnya yang relatif rendah (5,53 – 5,8 kg GKP/ha). Rendahnya
produktivitas dari 2 VUB tersebut dikarenakan umurnya yang relatif lebih genjah, sehingga
intensitas serangan hama (walang sangit dan burung) sangat tinggi.
20
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Jumlah Unit Pendampingan
Jumlah unit pendampingan sangat banyak (965 unit) yang terdiri atas SL PTT padi
sawah, padi hibrida, padi gogo, dan jagung yang tersebar di 10 Kabupaten dan Kota. Jumlah
unit pendampingan ditentukan berdasarkan data CPCL dari Kabupaten/kota dan Provinsi.
Menentukan jumlah unit pendampingan tidaklah sulit, karena formulanya sudah jelas yaitu
60% dari unit SL PTT yang dilaksanakan di Provinsi Bengkulu. Menentukan 60% lokasi
pendampingan justru yang cukup sulit dan banyak menyita waktu dan tenaga. Hal ini
disebabkan karena CPCL yang disusun oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten sangat
dinamis dan sering berubah.
Kecepatan penyusunan CPCL pada masing-masing kabupaten dan kota juga bervariasi,
ada yang cepat, tetapi sebaliknya ada yang sangat lambat. Perubahan tidak hanya pada pada
lokasi/kelompok pelaksana tetapi juga jadwal tanamnya. Kondisi ini juga menjadi hambatan
tersendiri bagi kinerja tim SL PTT di BPTP Bengkulu. Permasalahan lambatnya CPCL di
Kabupaten dan kota disiasati dengan mengintensifkan koordinasi antara BPTP Bengkulu, yang
dalam hal ini diwakili oleh LO, dengan Dinas pertanian Kabupaten.
Tuntutan kinerja dan permintaan data dari pusat terkadang tidak sesuai dengan kondisi
riel di lapangan. Sebagai contoh adalah bahwa fokus pengawalan para peneliti dan penyuluh
BPTP berada di lokasi LL, tetapi kenyataannya di Bengkulu display dan demplot VUB tidak
boleh di kawasan SL PTT. Jumlah (persentase) pendampingan dengan berpedoman pada
jumlah unit SL sangat sulit untuk direalisasikan. Hal ini berkaitan dengan kompleksitas
koordinasi, keterbatasan SDM dan biaya. Keberhasilan dari pengkajian, penelitian, maupun
pendampingan mempunyai hubungan yang erat dengan ketersediaan SDM (jumlah dan
kualitas), buged, dan waktu. Ketiga faktor tersebut harus bersinergi, karena kurang optimal di
salah satu faktor saja sudah sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kinerja kegiatan.
Untuk itu perlu dikaji ulang tentang penetapan sasaran pendampingan (%). Hal ini harus
disesuaikan dengan keberadaan SDM, kondisi wilayah, sosial budaya, sarana/fasilitas dan
ketersediaan anggaran di masing-masing BPTP.
21
4.2.2 Pembentukan Tim Inti Pelaksana dan Penunjukan LO
Tim inti dibentuk oleh Kepala Balai dan di tuangkan dalam bentuk SK Balai. Anggota
Tim cukup kompeten dari berbagai disiplin ilmu yaitu agronomi, ilmu tanah, dan ekonomi
pertanian. Tim ini cukup banyak memberikan masukan dan saran untuk pelaksanaan SL PTT.
Tim ini cukup banyak perannya dalam koordinasi, sosialisasi, apresiasi, nara sumber
pelatihan serta dalam penulisan buku panduan maupun buku saku SL PTT.
Tim SL PTT terdiri atas 15 orang dengan berbagai disiplin ilmu (agronomi, ilmu tanah,
dan ekonomi pertanian). Anggota tim tidak seluruhnya mempunyai latar belakang di bidang
ilmu pertanian (tanaman pangan/produksi tanaman), diantaranya mempunyai disiplin ilmu
peternakan, ekonomi pertanian dan paska panen. Hal ini dikarenakan ketersediaan SDM yang
terbatas. Namun hal ini bukanlah menjadi masalah, karena pengetahuan dan keterampilan
dari anggota tim dapat ditingkatkan dengan cepat. Untuk meningkatkan kapasitas dari
anggota tim, maka dilakukan pertemuan rutin untuk saling bertukar pengalaman terutama
kaitannya dengan komponen teknologi PTT padi dan jagung. Selain itu juga dilakukan diskusi-
diskusi dalam pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan pendampingan.
Sepuluh LO ditunjuk oleh Kepala Balai untuk dapat memperlancar koordinasi,
pengumpulan data dan informasi dari Kabupaten dan Kota. Tidak semua LO mempunyai latar
belakang pendidikan agronomi maupun tanah, sebagian dari LO mempunyai latar belakang
pendidikan peternakan dan paska panen. Penunjukan LO diluar bidang ilmunya, semata-mata
dilakukan karena adanya keterbatasan SDM di BPTP Bengkulu. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan memperbanyak pertemuan untuk berbagi pengetahuan antar sesama anggota tim
pendampingan.
Jumlah LO disesuaikan dengan jumlah kabupaten yang melaksanakan kegiatan SL
PTT. Di Bengkulu, seluruh kabupaten/kota melaksanaan kegiatan PTT, sehingga jumlah LO
ada 10. LO mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dalam kelancaran pelaksanaan
kegiatan pendampingan. LO bertugas untuk berkoordinasi dan juga mengumpulkan data-data
yang diperlukan dalam kegiatan pendampingan. Data yang perlu diambil diantaranya adalah
data CPCL, jadwal tanam, data dasar seperti varietas, produktivitas, dan existing teknologi
sebelum pelaksanaan SL PTT. LO dan tim SL PTT dibentuk untuk meningkatkan peran BPTP
Bengkulu dalam pendampingan.
22
Upaya untuk memasukkan LO sebagai Tim Teknis SL PTT Kabupaten belum dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan Tim Teknis SL PTT di tingkat Kabupaten dan Provinsi belum
terbentuk. BPTP Bengkulu sudah berupaya untuk memberikan advokasi kepada Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten, namun belum mendapatkan respon yang positif. Kondisi ini
juga menjadi masalah dalam meningkatkan kinerja dan koordinasi dari LO. Apapun kondisinya
LO tetap didorong untuk berkoordinasi dan menjalankan tugasnya secara optimal.
Mempertimbangkan jumlah penyuluh lapangan yang tersedia, perlu dipelajari dan
dirumuskan luas satu unit SL-PTT yang ideal untuk setiap komoditas. Pelaksanaan SL-PTT
padi yang sudah dilaksanakan selama tiga tahun ini (2008- 2010) juga memerlukan evaluasi
apakah perlu dimodifikasi dalam pelaksanaannya sehingga bisa meningkatkan kemandirian
petani.
4.2.3 Kegiatan Utama Pendampingan
Koordinasi antar institusi
Persamaan persepsi tentang filosopi pelaksanaan SL PTT dari tingkat pusat hingga
daerah perlu ditingkatkan. Pada saat ini persepsi tentang pelaksanaan SL PTT belum sama,
sehingga menimbulkan tafsiran, kebijaksanaan dan implementasi yang beragam. Untuk
meningkatkan pemahaman dan menyamakan persepsi, maka BPTP Bengkulu berinisiatif
untuk melakukan sosialisasi program strategis kementerian pertanian (PUAP, SLPTT, PSDS
dan pengembangan kawasan agribisnis hortkultura). Salah satu hasil dari pertemuan di
Bogor pada tanggal 11 -12 Maret 2010 adalah Lokasi uji adaptasi VUB dapat dilakukan di
lokasi LL sehingga total luas LL menjadi 1,25 ha atau tetap 1 ha sedangkan benih BLBU yang
tersedia untuk LL sebanyak 0,25 ha ditambahkan ke lokasi di luar LL, dalam SL-PTT yang
sama. Berkaitan dengan hal tersebut, Ditjentan mengirimkan surat kedinas-dinas di tiap
provinsi yang berisi tentang alternatif penempatan uji adaptasi VUB oleh BPTP.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa hasil koordinasi dan raker di tingkat pusat
belum seluruhnya dapat diimplementasikan dan dioperasikan dengan baik di tingkat
lapangan. Di tingkat lapangan banyak ditemukan permasalahan-permasalahan yang spesifik
dan komplek. Hal ini berdampak juga terhadap kinerja pendampingan SL PTT yang dilakukan
oleh BPTP Bengkulu.
23
Penyediaan Informasi Teknologi, Alat dan Bahan Pendukung
Ketersediaan bahan informasi, alat dan bahan pendukung kegiatan pendampingan SL
PTT sangat penting. Bahan informasi diperlukan oleh penyuluh maupun petani dalam rangka
meningkatkan dan mempercepat pemahaman tentang SL PTT. Pemahaman yang benar dapat
memotivasi penyuluh dan petani untuk melaksanakan SL PTT dengan baik dan benar.
Harapan selanjutnya adalah terjadinya adopsi dan difusi inovasi pertanian.
Bahan informasi dan alat serta saprodi lainnya harus tepat waktu agar sasaran
kegiatan dapat dicapai. Menyiapkan bahan khususnya benih VUB tepat waktu sangat penting,
namun permasalahannya cukup komplek. Permasalahan yang sering terjadi adalah terjadinya
perubahan jadwal tanam, dan musim tanam antar wilayah (kecamatan dan kabupaten)
sangat beragam. Masa berlakunya label terbatas, hal ini juga merupakan permasalahn
tersendiri dalam penyiapan benih. Jika benih terlambat maka, petani tidak mau menunggu
dan tetap menggunakan benih asalan. Sebaliknya jika benihnya terlalu awal pengirimannya
juga repot, karena benihnya akan expired dan daya kecambah/mutunya menurun.
Benih padi untuk lahan sawah irigasi telah sampai pada tanggal 25 April 2010, untuk
antisipasi penanaman pada bulan Mei 2010. Benih dikirim sudah cukup awal, namun demikian
sudah ada 2 kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Mukomuko yang terlebih dahulu
menyebar benih, yaitu di awal bulan April. Disisi lain kabupaten lainnya baru mulai tanam
pada bulan Juli 2010. Rentang waktu yang luas juga menjadi persoalan yang serius.
Benih padi hibrida dan Jagung tidak dapat direalisasikan karena CPCL dan jadwal
tanam yang belum jelas. Hal ini di perparah oleh belum tersediannya benih padi hibrida dan
jagung hibrida dari balit komoditas. Ketersediaan benih yang tidak tepat sangat mengganggu
kinerja pendampingan.
Sosialisasi, pelatihan dan apresiasi pendampingan SL PTT
Sosialisasi. Sosialisasi SL PTT dilaksanakan sebagai tindak lanjut rakor di Bogor.
Sosialisasi dilakukan pada bulan April – Mei 2010 di Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan
Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma dan Kota Bengkulu. BPTP Bengkulu berharap
uji/display varietas berada di dalam LL atau setidaknya di dalam lokasi SL PTT. Semula
Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, dan Seluma sudah
sepakat (pada acara sosialisasi SL PTT yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu) untuk
menempatkan uji VUB di lokasi LL, tetapi kondisinya jadi berubah setelah dilakukan
pertemuan dengan Dinas pertanian Provinsi pada tanggal 19 dan 20 Mei 2010. Seluruh Dinas
24
Pertanian Kabupaten di seluruh Provinsi Bengkulu sepakat bahwa display VUB oleh
BPTP/Badan Litbang Pertanian dilaksanakan di luar kawasan SL PTT.
Guna mempertahankan capaian swasembada beras dan jagung serta menuju
swasembada kedelai dan meningkatkan produksi kacang tanah, upaya peningkatan produksi
melalui Sekolah Lapang PTT pelaksanaannya perlu terus disempurnakan dengan lebih
memberdayakan LL sebagai lokasi inovasi teknologi baru dan penyuluh lapangan untuk
meningkatkan adopsi teknologi spesifik lokasi. Fokus pendampingan atau pengawalan SL-PTT
sesuai penugasan Kepala Badan Litbang Pertanian adalah : (a) membantu daerah dalam
penerapan teknologi spesifik lokasi, (b) membantu pemecahan masalah penerapan teknologi
spesifik lokasi, (c) memperkenalkan teknologi baru (varietas unggul baru) dan (d)
menyediakan narasumber teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan oleh BPTP
akan lebih efektif dan mengenai sasaran jika pelaksanaan display VUB berada di dalam unit LL
atau minimal di dalam kawasan SL. Pada kenyataannya, di Bengkulu pelaksanaan display
varietas oleh BPTP tidak berada di dalam kawasan SL PTT. Dalam kondisi seperti ini berarti
masing-masing institusi bekerja sendiri-sendiri, sehingga sinergisme program belum berjalan
secara optimal.
Di daerah masih banyak keraguan dalam menterjemahkan dan menelaah isi dari
petunjuk pelaksanaan ataupun panduan pelaksanaan SL PTT. Sebagai contoh adalah luas
kawasan dalam 1 unit SL PTT padi sawah ditetapkan 25 ha, sedangkan pada kondisi normal,
untuk wilayah Bengkulu, kebanyakan tiap kelompok tani hanya mempunyai luasan yang
kurang dari 25 ha. Untuk itu diharapkan agar dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan lebih
fleksibel, sehingga angka/kuantitatifnya dinyatakan dalam bentuk kisaran/range, misalnya 20
- 25 ha. Hal ini dimaksudkan agar data yang disampaikan benar-benar valid dan tidak
direkayasa. Tidaklah mungkin dalam satu kelompok mempunyai hamparan yang
sama/seragam secara keseluruhan yaitu 25 ha.
Nara sumber pelatihan. Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu
meliputi kegiatan koordinasi dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) baik
untuk pemandu lapang di tingkat kabupaten/kecamatan dan juga kepada petani. Bentuk
peningkatan SDM dilakukan secara teori dan praktek ataupun kombinasi dari keduanya.
Kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan SDM (petani dan petugas)
diantaranya adalah pelatihan/apresiasi, pelatihan PL II dan III (sebagai narasumber),
pencetakan dan pendistribusian bahan informasi teknologi yang berupa buku saku, panduan
25
teknologi SL PTT Padi, dan leaflet SL PTT padi, demonstrasi plot varietas unggul baru (VUB)
dan display VUB. Bahan atau materi baik yang dipresentasikan/disampaikan secara langsung
maupun melalui media cetak disesuaikan dengan kebutuhan penyuluh/pemandu lapangan
dan petani. Bahan yang disampaikan harus dapat memberikan pencerahan baik dari aspek
budidaya, paska panen maupun kelembagaan. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam
penerapan PTT padi dan jagung diantaranya adalah:
1. Penerapan paket teknologi budidaya yang dilaksanakan belum sesuai spesifik lokasi.
2. Varietas yang digunakan hanya berdasarkan keinginan/kebiasaan petani.
3. Petani sudah merasa puas atas produksi yang dihasilkan melalui SL-PTT padahal
produksi tersebut masih bisa ditingkatkan karena masih ada komponen teknologi
yang belum diterapkan.
4. Kemampuan keuangan petani yang tidak sama, sehingga penerapan teknologinya
bervariasi antara petani.
5. Pengetahuan dan keterampilan para penyuluh dalam pemanduan SL-PTT masih
lemah. Pemahaman terhadap PTT di dilingkup penyuluh masih kurang.
6. Jumlah kelompoktani relatif banyak sedangkan petugas pembina/pendamping relatif
terbatas.
7. Pemahaman tentang maksud dan tujuan SL-PTT oleh aparat tingkat
kabupaten/kecamatan masih perlu ditingkatkan.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemanduan penyuluh dalam pemanduan SL
PTT maka dilakukan apresiasi dan juga pendistribusian buku panduan SL PTT padi, buku
saku, dan leaflet yang berkaitan dengan SL PTT. Buku panduan memuat komponen teknologi
PTT secara lengkap dan detail, sedangkan buku saku mengulas komponen teknologi PTT padi
sawah secara praktis.
Dalam kegiatan apresiasi dijelaskan tentang filosofi, prinsip dasar, dan komponen
teknologi PTT. Disamping itu juga diajarkan tentang cara pengambilan sample untuk
pengamatan komponen pertumbuhan, komponen hasil dan cara pengubinan. Hal ini dilakukan
agar pengetahuan dan ketrampilan para penyuluh dilapangan dapat di upgrade melalui
pembelajaran yang bersifat teori, praktek, maupun gabungan antara keduanya. Dalam
kegiatan ini juga dijelaskan komponen hasil yang harus dikumpulkan. Data sangat penting
perannya dan tidak boleh diabaikan agar laporan dapat disusun dengan baik.
26
Distribusi, display dan demplot VUB
Salah satu tujuan dari display varietas adalah untuk memperkenalkan dan sekaligus
menyebarluaskan VUB release terbaru produk Badan Litbang Pertanian (BB Padi Sukamandi)
dalam upaya untuk mengurangi dominansi dari varietas IR 64 dan Ciherang. Varietas yang
didisplay adalah Inpari 1, 3, 4, 6, 10, 13 serta Silugonggo.
Idealnya display varietas berada di lokasi LL, sehingga masing-masing varietas
mendapatkan perlakuan yang sama dan diharapkan dapat menampilkan potensi hasil yang
maksimum. Hasil kajian menunjukkan bahwa petani akan mengadopsi teknologi jika mereka
dapat melihat dan mendapatkan bukti secara langsung bahwa teknologi yag diintroduksikan
mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani. Teknologi akan diterima oleh petani
jika teknologi itu secara ekonomis menguntungkan, secara teknis dapat dilaksanakan, dan
tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat tani setempat.
Hasil dari display varietas tidak dapat dibandingkan secara fair (adil) terhadap hasil
yang dicapai pada lokasi LL. Hal ini dikarenakan display varietas dilaksanakan oleh petani di
luar SL, yang tentu saja input produksi yang diberikan sebatas kemampuan petani. Idealnya
display varietas berada di dalam lokasi LL, sehingga peserta SL PTT dapat melihat dan
membandingkan VUB release terbaru dengan varietas yang mereka tanam di kawasan SL.
Jika ternyata ada VUB release terbaru yang memberikan produktivitas lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas yang ditanam oleh kebanyakan petani, maka ada harapan VUB
release terbaru diadopsi secara luas oleh petani.
Distribusi dan pelaksanaan demplot agak lambat karena berbagai alasan teknis dan
non teknis. Banyak lokasi yang pelaksanaannya dimusim tanam ke dua, karena petani sudah
tanam pertama pada bulan April/Mei.
Hasil demplot VUB dari berbagai Kabupaten menunjukkan bahwa produktivitas dari
VUB yang diintroduksikan cukup beragam, mulai dari 3 – 8 t GKP/ha. Secara umum petani
memilih varietas berdasarkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit serta
produktivitasnya. Varietas INPARI 1 dan Silugonggo kurang diminati oleh petani karena
rentan terhadap serangan hama dan penyakit serta produktivitasnya yang relatif rendah.
Petani di Bengkulu umumnya berminat terhadap varietas INPARI 3, 4 dan Inpari 13.
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pendampingan secara langsung (kegiatan lapangan) baru mencapai 83 % dan masih
perlu dioptimalkan, sedangkan pendampingan secara tidak langsung (sosialisasi, bahan
informasi, pelatihan dan apresiasi) sudah optimal.
2. Koordinasi antar institusi di pusat dan daerah cukup intensif tetapi belum ada sinergi
pada tingkat implementasi.
3. Penggunaan VUB (INPARI 3, 4, dan 13), penanaman bibit muda dan pengaturan populasi
tanaman merupakan komponen teknologi yang cepat diadopsi oleh petani.
4. Pendekatan PTT dengan varietas INPARI 3, 4 dan 13 mampu meningkatkan produktivitas
dan pendapatan petani pada kisaran 25 - 40%.
5. INPARI 3, 4 dan 13 mempunyai produktivitas yang tinggi (7 – 8 t GKP/ha) dan berpotensii
untuk dikembangkan di Bengkulu dalam upaya menggeser dominansi varietas IR 64 dan
Ciherang.
5.2 Saran
1. Koordinasi dan persamaan persepsi tentang filosofi pelaksanaan SL PTT dari tingkat
pusat hingga daerah perlu ditingkatkan agar tidak menimbulkan tafsiran, kebijaksanaan
dan implementasi yang beragam.
2. Pelaksanaan SL-PTT padi perlu dievaluasi dan dimodifikasi dalam pelaksanaannya
sehingga bisa meningkatkan kemandirian petani.
3. Kegiatan SL PTT dilaksanakan secara terintegrasi dan bersinergi dari semua pihak
pelaksana SL PTT dari tingkat Pusat sampai ke daerah.
4. Diperlukan analisis dampak dari pelaksanaan program SL PTT dalam peningkatan
produktivitas, produksi dan pendapatan petani.
5. Mekanisme dan strategi pendampingan SL PTT perlu diperbaiki agar tujuan dan sasaran
pendampingan tercapai sesuai dengan target yang direncanakan.
28
VI. KINERJA HASIL
SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari
dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. Pendampingan merupakan salah satu
aspek penting dalam mensukseskan program SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi,
terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi
pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.
Pencapaian dari pendampingan SL-PTT diantaranya adalah: 1) Introduksi dan
distribusi 6 VUB padi sawah sejumlah 3.600 kg ke 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu
dan 526 Kg VUB padi lahan kering. 2) Menjadi Nara sumber dalam pelatihan PL II ditingkat
Provinsi Bengkulu dan pelatihan PL III di 10 kabupaten/kota. 3) Melaksanakan apresiasi SL
PTT bagi penyuluh dan petani SL PTT untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
(800 Orang). 4) Pelaksanaan demplot VUB dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan
petani secara nyata (> 15%). 5) Ditemukan VUB (INPARI 4 dan INPARI 13) yang mempunyai
adaptasi yang baik (produktivitas 6 – 8 t GKP/ha) dan diminati oleh petani di Bengkulu.
Pendampingan secara langsung (display VUB) belum optimal dan diperlukan strategi
baru untuk mencapai target yang telah ditentukan. Lemahnya koordinasi antar stakeholders
pelaksana, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan dana, serta lokasi pelaksanaan (di
luar hamparan/lokasi SL PTT) menjadi faktor penghambat pencapaian target yang telah
ditetapkan. Agar pendampingan lebih efektif dan efisien serta optimal maka untuk
perbaikannya disarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Kegiatan SL PTT dilaksanakan secara
terintegrasi dan bersinergi dari semua pihak pelaksana SL PTT dari tingkat Pusat sampai ke
daerah; 2) Diperlukan analisis dampak dari pelaksanaan program SL PTT dalam
peningkatan produktivitas, produksi dan pendapatan petani; 3) Mekanisme dan strategi
pendampingan SL PTT perlu diperbaiki agar tujuan dan sasaran pendampingan tercapai
sesuai dengan target yang direncanakan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRIMA TANI. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
Balasubramaniam V., Rajendran, R., Ravi, V dan Las, I. 2006. Integrated Crop Management (ICM): Field Evaluation and Lesson Learn. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.
BPS Provinsi Bengkulu. 2007. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.
Damardjati, J.S. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.
Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Ditjen Tanaman Pangan. Jakarta. 72 p.
Ditjen Tanaman Pangan. 2010. Pedoman Pelaksanaan: SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang tanah. Ditjen Tanaman Pangan. Jakarta. 123 p.
Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10.
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.
Simatupang, P., 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Hal. 119-146.
30
Lampiran 1. Lokasi pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung di Provinsi Bengkulu tahun 2010. No. Kabupaten/Kota Padi inhibrida Padi hibrida Padi Lahan kering Jagung Hibrida
Luas (ha)
Sasaran (Unit)
Luas (ha)
Sasaran (Unit)
Luas (ha) Sasaran (Unit)
Luas (ha)
Sasaran (Unit)
1 Bengkulu Selatan 3.900 156 100 10 - - - -
2 Bengkulu Utara 5.000 200 300 30 1.000 40 300 20
3 Rejang Lebong 4.000 160 300 30 500 20 600 40
4 Kaur 2.600 104 - - 500 20 - -
5 Seluma 5.500 220 300 30 - - 495 33
6 Muko muko 3.200 128 - - 1.000 40 375 25
7 Lebong 2.800 112 200 20 - - - -
8 Kepahiang 1.500 60 - - - - 300 20
9 Bengkulu Tengah 1.000 40 - - - - - -
10 Kota Bengkulu 500 20 300 30 - - - -
Jumlah 30.000 1.200 1.500 150 3.000 120 2.070 138
Sumber: Ditjen Tanaman Pangan (2010).
31
Lampiran 2. Sebaran pendampingan SL PTT padi dan jagung (60%, 965 unit) tahun 2010.
Unit pendampingan
No. Kabupaten / Kota Padi Non Hibrida
Padi Hibrida Padi Gogo Jagung
1. Bengkulu Utara 120 15 25 11
2. Bengkulu Selatan 93 10 0 0
3. Rejang Lebong 96 15 27 24
4. Kaur 62 0 20 0
5. Seluma 132 0 0 28
6. Mukomuko 77 0 0 20
7. Lebong 67 20 0 0
8. Kepahyang 36 0 0 0
9. Bengkulu 24 0 0 0
10. Kota Bengkulu 13 30 0 0
Jumlah 720 90 72 83
32
Lampiran 3. Data CPCL SL PTT Padi dan Jagung di Provinsi Bengkulu. a. Padi Inhibrida
No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Varietas Nama Kelompok
Tani
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 BENGKULU UTARA Air Besi 1 Tj Agung IR-64 1 Harapan Maju I
BENGKULU UTARA Air Besi IR-64 2 Harapan Maju II
BENGKULU UTARA Air Besi IR-64 3 Seta Budi
BENGKULU UTARA Air Besi IR-64 4 Banyu Palik
BENGKULU UTARA Air Besi IR-64 5 Air Kotok
BENGKULU UTARA Air Besi IR-64 6 Bina Karya
BENGKULU UTARA Air Besi IR-64 7 Setia Bersama
BENGKULU UTARA Air Besi 2 Tl Pungguk Ciherang 8 Pajar Subur
BENGKULU UTARA Air Besi Ciherang 9 Pungguk Hijau
BENGKULU UTARA Air Besi 3 Kertapati Ciherang 10 Harapan Maju
BENGKULU UTARA Air Besi 4 Penyangkak Ciherang 11 Serumpun
BENGKULU UTARA Air Besi 5 Tl Lembak Ciherang 12 Tl Sari Rejeki
BENGKULU UTARA Air Besi Ciherang 13 Liring Indah
BENGKULU UTARA Air Besi 6 Kota Agung Ciherang 14 Harapan Maju I
BENGKULU UTARA Air Besi 7 Tj Karet Ciherang 15 Air Buan
BENGKULU UTARA Air Besi 8 Tl Renah Ciherang 16 Bina Tani
BENGKULU UTARA Kerkap 1 Air Baus II Semeru 17 Sri Kencana
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 18 Karya Mukti II
BENGKULU UTARA Kerkap 2 Batu Raja Kol IR-64 19 Sri Rejeki
BENGKULU UTARA Kerkap 3 Penyangkak Ciherang 20 Pematang Sari
BENGKULU UTARA Kerkap 4 Air Bani Ciherang 21 Sri Rahayu
BENGKULU UTARA Kerkap 5 Sumber Rejo Ciliwung 22 Cinta Tani
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 23 Dwi Karya I
BENGKULU UTARA Kerkap Ciliwung 24 Dwi Karya II
BENGKULU UTARA Kerkap 6 Alun II IR-64 25 Cinta Sepakat
BENGKULU UTARA Kerkap 7 Pematang Balam Ciliwung 26 Dayang Sakti
33
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 27 Batu Agung
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 28 Sama Makmur
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 29 Suka Damai
BENGKULU UTARA Kerkap 8 Pd Bendar Ciliwung 30 Telaga Biru
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 31 Renah Nakai
BENGKULU UTARA Kerkap 9 Batu Roro Ciliwung 32 Sumber Makmur II
BENGKULU UTARA Kerkap IR-64 33 Karya Tani Makmur
BENGKULU UTARA Kerkap 10 Air Baus I IR-64 34 Harapan jaya
BENGKULU UTARA Kerkap 11 Tl Rendah Ciliwung 35 Maju Bersama
BENGKULU UTARA Kerkap 12 Lb Duarian IR-64 36 Durian Serumpun
BENGKULU UTARA Batik Nau 1 Samban Jaya Ciherang 37 Anugrah
BENGKULU UTARA Batik Nau Ciherang 38 Sejahtera
BENGKULU UTARA Batik Nau Ciherang 39 Sari Bukit
BENGKULU UTARA Padang Jaya 1 Marga Sakti IR-64 40 Harapan Maju
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 41 Sri Rejeki II
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 42 Dwi Tunggal
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 43 Rukun Tani I
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 44 Setia Usaha
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 45 Sido Rukun
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 46 Karya Tani A
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 47 Harapan
BENGKULU UTARA Padang Jaya IR-64 48 Gemah Ripah
BENGKULU UTARA Padang Jaya 2 Tambak Rejo IR-64 49 Sumber Makmur