I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pakan, dan pangan. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin yaitu 355 kalori, 9,2 gr protein, 3,9 gr lemak, 73,7 gr karbohidrat, dan 10 mg kalsium. Tanaman jagung juga sebagai sumber pangan di beberapa daerah. Penduduk beberapa daerah di Indonesia, seperti di Madura dan Nusa Tenggara, menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, bijinya dapat dibuat menjadi minyak atau dibuat menjadi tepung jagung atau maizena, dan tepung tongkolnya dapat menjadi bahan baku industri. Tongkol jagung kaya akan pentose yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang sudah direkayasa genetiknya sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Prahasta, 2009). Seiring dengan perkembangan zaman banyak industri pakan ternak yanag memebutuhkan jagung, sehingga jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang diminati. Hal ini menyebabkan permintaan jagung semakin tinggi.
41
Embed
I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/134/2/BAB I II III IV V.pdfpupuk P. Unsur P merupakan unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar
untuk kepentingan industri pakan, dan pangan. Selain untuk konsumsi manusia,
jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Jagung
memiliki kandungan gizi dan vitamin yaitu 355 kalori, 9,2 gr protein, 3,9 gr
lemak, 73,7 gr karbohidrat, dan 10 mg kalsium. Tanaman jagung juga sebagai
sumber pangan di beberapa daerah. Penduduk beberapa daerah di Indonesia,
seperti di Madura dan Nusa Tenggara, menggunakan jagung sebagai makanan
pokok.
Selain sebagai sumber karbohidrat, bijinya dapat dibuat menjadi minyak atau
dibuat menjadi tepung jagung atau maizena, dan tepung tongkolnya dapat menjadi
bahan baku industri. Tongkol jagung kaya akan pentose yang dapat dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang sudah direkayasa genetiknya
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Prahasta, 2009).
Seiring dengan perkembangan zaman banyak industri pakan ternak yanag
memebutuhkan jagung, sehingga jagung menjadi salah satu komoditas pertanian
yang diminati. Hal ini menyebabkan permintaan jagung semakin tinggi.
2
Meningkatnya permintaan jagung tentunya menjadi peluang bagi petani untuk
terus mengembangkan usahanya agar menghasilkan produksi jagung per satuan
luas yang tinggi.
Dalam mencukupi kebutuhan jagung dalam negeri, pada tahun 2015 Pemerintah
menetapkan sasaran produksi sebesar 20,313 juta ton atau naik sekitar 5%
dibanding produksi tahun 2014. Produksi jagung tahun 2014 sebanyak 19,01 juta
ton pipilan kering atau meningkat sebanyak 0,50 juta ton (2,68 persen)
dibandingkan tahun 2013. Produksi jagung tahun 2015 diperkirakan sebanyak
20,67 juta ton pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 1,66 juta ton
(8,72 persen) dibandingkan tahun 2014 (BPS, 2015). Untuk pencapaian
swasembada jagung pada tahun 2016 ini Kementan mencanangkan pertambahan
tanam jagung seluas satu juta hektar (Kemetan RI, 2015).
Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai swasembada
jagung secara bekelanjutan. Namun demikian masih terdapat sejumlah kendala
dan masalah di antaranya belum teradopsinya pemupukan yang berimbang secara
penuh dan utuh di kalangan petani jagung. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam rangka perbaikan teknik budidaya jagung, salah satunya adalah
pemberian pupuk Nitrogen (N) dan Fosfat (P).
Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman
jagung dapat meningkatkan hasil jagung. Penetapan rekomendasi pemupukan N,
3
P dan K pada lahan sawah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Tulang
Bawang Udik adalah Urea 200 kg/ha, SP-36 75 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha
(Permentan, 2007).
Menurut Novizan (2002), N dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting
seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu, N dibutuhkan dalam jumlah
relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap
pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan
daun. Tetapi bila terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan.
Selain pemberian N, pada tanaman jagung juga dipengaruhi dengan pemberian
pupuk P. Unsur P merupakan unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman,
yang berperan penting dalam berbagai proses kehidupan seperti fotosintesis,
respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel, dan
metabolisme karbohidrat dalam tanaman (Salisbury dan Ross, 1995 dalam
Bustami dkk., 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Pengaruh Dosis Pupuk N dan P Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Jagung (Zea mays L.).
4
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil jagung.
2. Mengetahui pengaruh dosis pupuk P terhadap pertumbuhan dan hasil jagung.
3. Mengetahui interaksi antara dosis pupuk N dan pupuk P terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung.
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya untuk
meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan
untuk menambah atau mempertahankan kesuburan tanah, kesuburan tanah dinilai
berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro maupun
hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Tanaman Jagung mempunyai
potensi produksi yang cukup tinggi namun untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan diperlukan unsur hara dalam jumlah yang cukup.
Pemupukan merupakan komponen budidaya yang sangat berperan dalam
pencapaian hasil panen, akan tetapi penggunaan pupuk yang tidak mencukupi atau
berlebih akan berdampak pada hasil panen, efisiensi usahatani dan lingkungan.
(Syafruddin, 2007).
Nitrogen adalah unsur hara yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang di pupuk N bagian vegetatif berwarna hijau cerah hingga
gelap karena N berfungsi sebagai regulator penggunaan kalium, fosfor dan unsur-
unsur lain dalam proses fotosintesis. Bila tanaman kekurangan N, tanaman kerdil
5
dan pertumbuhan perakaran terhambat. Daun-daun berubah kuning atau hijau
kekuningan (khlorosis, kekurangan khlorofil) dan cenderung gugur. Di lain pihak,
bila N berlebihan akan terjadi penebalan dinding sel, jaringan bersifat sukulen
(berair), dan mudah rebah atau terserang hama penyakit (Syekhfani, 2012). Sifat
pupuk N umumnya mobil, maka untuk mengurangi kehilangan N karena
pencucian maupun penguapan, sebaiknya N diberikan secara bertahap (Lingga
dan Marsono, 2008).
Menurut Hairiah dkk. (2000), penambahan unsur nitrogen (N) berupa pemupukan
perlu diupayakan terutama untuk tanah berkadar bahan organik rendah agar status
hara N tanaman cukup menopang produktivitasnya. Namun pupuk N mudah
teroksidasi, sehingga cepat menguap atau tercuci sebelum tanaman menyerap
seluruhnya. Unsur nitrogen (N) sangat penting keberadaannya dalam
pembentukan protein, merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan hasil
buah (Sutapradja dan Sumarni, 1996). Menurut Suwardi dan Roy (2009),
pemberian pupuk Nitrogen dengan pemberian dua kali sudah memberikan hasil
lebih tinggi dengan takaran 100 kg urea/ha. Pemberian hara N yang sesuai
kebutuhan tanaman baik jumlah dan waktu pemberiannya akan menyebabkan N
yang diberikan langsung diserap oleh tanaman.
Menurut Sutapradja (1995) dalam Ayu (2003), pemberian pupuk N 300 kg
urea/ha menunjukkan pertumbuhan diameter batang dan berat tongkol pertanaman
cenderung lebih besar dengan masing-masing 2,197 cm dan 37,437 g
dibandingkan dosis N 250 kg urea/ha dan N 350 kg urea/ha. Sedangkan hasil
penelitian Suwarthe (2003), pemberian pupuk N 293 kg Urea/ha menunjukkan
6
perbedaan yang nyata terhadap variabel tinggi tanaman, panjang tongkol, bobot
tongkol tanpa kelobot, bobot brangkasan umur 56 hst, bobot 100 butir dan hasil
jagung per hektar.
Hasil penelitian Suwarthe (2003), menjelaskan bahwa pemberian pupuk 135 kg
N/ha dengan perlakuan penyiangan menghasilkan peningkatan sebesar 55,79%,
sedangkan tanpa penyiangan dengan pemberian 202,5 kg N/ha ada peningkatan
sebesar 32,29%, bobot berangkasan gulma umur 45 hst pada tanpa penyiangan
mengalami peningkatan 1249% dari pada penyiangan. Hal ini penelitian
menunjukkan terdapat interaksi antara perlakuan penyiangan dan pemberian N
berbagai tingkat dosis pada bobot berangkasan jemur jagung umur 105 hst dan
bobot berangkasan gulma umur 45 hst.
Selain pupuk N, pupuk P merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam
jumlah besar (unsur hara makro). Jumlah P dalam tanaman lebih kecil
dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tetapi P dianggap sebagai kunci
kehidupan (key of life). Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat
primer (H2PO-4) dan ion ortofosfat sekunder (H PO
=4). Fosfor yang diserap
tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa P organik.
Fosfor bersifat mobil atau mudah bergerak antar jaring tanaman. Kadar optimum
P dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% - 0,5% dari berat
kering tanaman (Kurniawan, 2014).
Kekurangan fosfor (P) tanaman menunjukkan pertumbuhan lambat dan kerdil,
perkembangan akar terhambat, gejala pada daun sangat beragam, beberapa
tanaman menunjukkan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal. Tanaman
7
yang kekurangan P menyebabkan, daun berwarna merah keunguan atau pinggiran
daunnya berwarna kuning, pematangan buah terhambat, perkembangan bentuk
dan warna buah buruk dan biji berkembang tidak normal (Novizan, 2002).
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti
besi (Fe), tembaga (Cu) , dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat
secara fisik pada tanaman (Normahani, 2015).
Menurut Kasno dkk. (2006), hara P merupakan hara makro kedua setelah N yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Ketersediaan P
dalam tanah ditentukan oleh bahan induk tanah serta factor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan hara P seperti reaksi tanah (pH), kadar Al dan Fe
oksida, kadar Ca, kadar bahan organik, tekstur dan pengelolaan lahan.
Hasil penelitian Kasno dkk. (2006), menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk
222 kg/ha SP-36 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun per
tanaman jagung umur 30 dan 60 hst. Sedangkan Sirappa dan Razak (2010),
melaporkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg/ha yang
dikombinasikan dengan pupuk kandang 2 ton/ha memberikan rata-rata hasil
jagung lebih tinggi dari rata-rata hasil jagung nasional dan hasil jagung di
Maluku.
Begitu juga hasil penelitian Budiyanto (2009), pemberian pupuk fosfat (SP-36)
dengan dosis 100 kg/ha memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter
yang diamati (tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol, diameter tongkol,
bobot 100 biji, bobot kering brangkasan, dan hasil kering pipilan). Hal ini karena
unsure fosfor penting dalam pembelahan sel dalam tanaman. Secara ringkas unsur
8
fosfat berperan dalam pembentukan karbohidrat dan gula, mempercepat,
pembungaan, pemasakan buah, serta memperkuat pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian Mukhsin (2006), pemberian dosis pupuk Agrodyke pada dosis 5
kg/ha dan pupuk SP-36 pada dosis 50 kg/ha mampu meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman jagung. Penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara dosis
Agrodyke dan dosis pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman jagung umur 8 mst.
Hal ini diduga karena penambahan pupuk Agrodyke yang mempengaruhi
pertumbuhan tergantung dengan taraf dosis pupuk SP-36 yang diberikan,
demikian juga sebaliknya pemberian pupuk SP-36 bergantung pada taraf dosis
pupuk Agrodyke.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Dosis pupuk N yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung.
2. Dosis pupuk P yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk N dan P terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Jagung
2.1.1. Taksonomi Jagung
Tanaman jagung mempunyai Nama botani Zea mays L. Tanaman ini, jika
diklasifikasikan termasuk keluarga rumput-rumputan. Klasifikasi dari tanaman
jagung adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Sumber: Prahasta, 2009
10
2.1.2. Morfologi Tanaman Jagung
Dari bukti genetik, antropologi, dan arkeologi didapat pada daerah asal jagung
adalah Amerika Tengah, yaitu Meksiko bagian selatan. Budidaya jagung telah
dilakukan di daerah tersebut 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi budidaya ini
dibawa ke Amerika Selatan, yaitu Ekuador, 7.000 tahun yang lalu, dan sampai
kedaerah pegunungan di Selatan Peru 4.000 tahun yang lalu (Prahasta, 2009).
Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam akar
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini melambat
setelah plumula muncul kepermukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang
semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya berkembang dari
tiap buku secara berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat
di bawah permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan
unsur hara. Akar udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak
mudah rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan unsur hara dan air
(Riwandi dkk., 2014).
Tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang terbungkus
oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku. Ruas-ruas
bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak bulat pipih. Tunas
batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Percabangan
(batang liar) pada jagung umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar
adalah batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat
permukaan tanah (Riwandi dkk., 2014).
11
Jumlah daun jagung bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15 helai, berwarna
hijau berbentuk pita tanpa tangkai daun. Daun jagung terdiri atas kelopak daun,
lidah daun (ligula) dan helai daun yang memanjang seperti pita dengan ujung
meruncing. Pelepah daun berfungsi untuk membungkus batang dan melindungi
buah. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih
banyak dibandingkan dengan tanaman jagung yang tumbuh di daerah beriklim
sedang. Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan
dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah. Bunga jantan
dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada
tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Biji jagung
mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti buah (Riwandi dkk., 2014).
Jagung mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang terpisah. Tiap kuntum
bunga memiliki struktur khas dari ordo rumput-rumputan, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae atau gluma.
Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga atau
inflorescence. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun atas tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan dan
pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah betina.
Beberapa varietas unggul menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan
disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung untuk
penyerbukan 2-5 hari lebih dini dari pada bunga betinanya atau protandri. Bunga
12
betina jagung berupa tongkol yang terbungkus semacam pelepah dengan rambut.
Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik (Prahasta A., 2009).
2.2. Jagung Hibrida (BISI-18)
Benih Jagung Super Hibrida BISI-18 merupakan sebuah varietas benih jagung
baru kembali dilepas oleh PT. BISI Internationak Tbk pada tahun 2011. Jagung
Super Hibrida BISI-18 merupakan jagung hibrida silang tunggal (single cross),
yang baik sekali bila ditanam pada dataran rendah hingga dataran tinggi sampai
ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut.
Salah satu keunggulan dari jagung Super Hibrida BISI-18 ini muncul saat awal
pertumbuhan tanaman, vigor tanaman yang sangat kuat dan kecepatan
pertumbuhan yang sangat baik, membuat jagung Super hibrida BISI-18
menyenangkan dan menimbulkan optimisme pada produksi yang tinggi.
Ditambah dengan kondisi tanaman yang sangat seragam akan semakin melegakan.
Tinggi tanaman jagung super hibrida BISI-18 mencapai sekitar 230 cm, batang
dan daun berwarna hijau gelap. Daun bertipe medium dan tegak, sedangkan
batang tanaman besar, kokoh dan tegak.
Jagung super hibrida BISI-18 mempunyai ketahanan terhadap penyakit penyakit
karat daun (Puccinia sorghi) dan hawar daun (Helminthosporium maydis).
Saat 50% pembungaan (keluar rambut) pada dataran rendah terjadi pada sekitar
umur 57 hari sedangkan pada dataran tinggi saat sekitar umur 70 hari. Bentuk
malai bunga kompak dan agak tegak dengan warna malai (anther) ungu
13
kemerahan, warna sekam ungu kehijauan serta warna rambut juga ungu
kemerahan.
Kedudukan tongkol jagung super hibrida BISI-18 sekitar 115 cm di atas tanah dan
relatif sama pada setiap tanaman, sedangkan besar tongkolnya relatif sangat
seragam di setiap tanaman. Inilah salah satu keunggulan lain dari jagung super
hibrida BISI-18, karena kondisi tongkol yang relatif sama besar di setiap tanaman
(seragam) akan semakin meningkatkan produksi.
Jagung super hibrida BISI-18 mempunyai klobot yang menutupi tongkol dengan
baik. Klobot yang menutupi tongkol jagung dengan baik bermanfaat untuk
menghindari tetesan air hujan yang masuk ke dalam tongkol jagung yang dapat
menyebabkan tumbuhnya jamur pada biji jagung. Sehingga jagung ini bisa
ditanam pada musim hujan maupun kemarau.
Keunggulan lain dari jagung super hibrida BISI-18 adalah biji jagungnya terisi
penuh sampai ujung. Tingkat pengisian pucuk tongkolnya (tip filling) bisa
mencapai 97%. Kondisi yang fantastis dan semakin meyakinkan.
Bentuk biji termasuk dalam tipe biji semi mutiara, dengan warna biji oranye
kekuningan mengkilap. Jumlah barisan biji dalam satu tongkol antara 14-16
baris. Termasuk tipe tongkol yang besar.
Potensi hasil panen jagung super hibrida BISI-18 mencapai 12 ton per hektar
pipilan kering. Sedangkan rata-rata adalah sekitar 9,1 ton per hektar pipilan
kering. Bobot 1.000 butir biji jagung super hibrida BISI-18 (diukur dalam kondisi
Kadar Air 15%) adalah sekitar 303 gram.
14
Keunggulan utama jagung super hibrida BISI-18 adalah kadar rendemen tongkol
yang cukup tinggi, mencapai sekitar 83%. Hal ini disebabkan karena biji jagung
yang ramping nancap lebih dalam dan bentuk janggelnya yang sangat kecil.
Keistimewaan ini sangat menguntungkan karena prosentase jumlah biji yang
didapatkan per satuan luas semakin tinggi dan produksi semakin tinggi.
Jagung super hibrida BISI-18 bisa dipanen saat masak fisiologis yaitu umur
sekitar 100 hari pada dataran rendah sedangkan pada dataran tinggi saat umur
sekitar 125 hari (PT. BISI International, Tbk., 2014).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu
waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya.
Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk
mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya
selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan
tepat. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan
baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena
pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya,
maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun
pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dkk., 2008).
Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya. Ketinggian
tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas
15
permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
jagung adalah 230 – 27
0 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada
umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah
hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah
(pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung
berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada
musim, namun tergantung pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya
cukup, penanaman jagung pada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan
jagung yang lebih baik (Riwandi dkk., 2014).
2.4. Pupuk
Pupuk adalah semua bahan yang diberikan pada tanah dengan tujuan untuk
memperbaiki keadaan fisik, kimia dan biologi tanah. Sutejo (2002), menyatakan
bahwa pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik organik maupun
anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam
tanah dan meningkatkan produksi tanaman, dimana faktor keliling atau
lingkungan baik.
Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara menjadi dua golongan,
yakni: unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan
tanaman dan terdapat dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan unsur hara
mikro. Walaupun kadar unsur hara berbeda, namun setiap jenis tanaman
umumnya memiliki urutan berdasarnya kadar-kadarnya, yakni: C, H, O, N, P, K,
S, Ca, Mg, Si, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, dan B. Nitrogen bersama-sama P dan K
16
merupakan unsur hara esensial primer, dan merupakan unsur yang paling sering
mejadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman (Munawar, 2011).
2.4.1. Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan bagian dari semua sel hidup. Di dalam tanaman, N
berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim-
enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Oleh karena itu, N diperluakan dalam
jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman. Metabolisme
N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun. Tanaman
yang mendapat pasokan N cukup, pertumbuhan vegetatifnya baik dengan ciri
warna hijau tua, tetapi pasokan yang terlalu banyak dapat menunda pembungaan
dan pembentukan buah. Sebaliknya, kekurangan pasokan N menyebabkan daun
menguning, pertumbuhan kerdil, dan gagal panen (Munawar, 2011).
Nitrogen adalah unsur yang berpengaruh cepat terhadap pertumbuhan tanaman.
Bagian vegetatif berwarna hijau cerah hingga gelap bila kecukupan N; karena ia
berfungsi sebagai regulator penggunaan kalium, fosfor dan unsur-unsur lain dalam
proses fotosintesis. Bila kekurangan N, tanaman kerdil dan pertumbuhan
perakaran terhambat. Daun-daun berubah kuning atau hijau kekuningan
(khlorosis, kekurangan khlorofil) dan cenderung gugur. Di lain pihak, bila N
berlebihan akan terjadi penebalan dinding sel; jaringan bersifat sukulen (berair),
dan mudah rebah atau terserang hama penyakit (Syekhfani, 2012).
Nitrogen diambil akar dalam bentuk ion NH4- dan NO3 . Di dalam tanah, nitrogen
bersifat mobil dan mudah mengalami perubahan bentuk (transformasi). Pada
17
kondisi tertentu ia menjadi tidak tersedia karena terikat atau terfiksasi. Perubahan-
perubahan ini umumnya dilakukan oleh jazad mikro tanah. Beberapa di antaranya
jazad mikro spesifik kondisi aerobik atau anaerobik. Aktivitas jazad, di satu pihak
menyediakan N bagi tanaman, tetapi di lain pihak menyebabkan ketidak-
tersediaan (Syekhfani, 2012).
Nitrogen memiliki beberapa fungsi bagi tanaman, yaitu: (1) untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman, (2) dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman
lebar dengan warna yang lebih hijau, (3) meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman, (4) meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, (5)
meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah. Tanaman
dalam pertumbuhan dan perkembanganya membutuhkan cukup unsur hara. Bila
terdapat kekurangan unsur hara yang esensial, maka akan terjadi gejala defisiensi
pada tanaman. Gejala kekurangan N akan terlihat pada seluruh tanaman yang
dicirikan oleh perubahan warna dari hijau pucat ke kuning-kuningan, terutama
pada daun tampak pada sebelah bawah dari daun tua yang berubah warna menjadi
kuning terutama pada ujungnya (Hakim dkk., 1986 dalam Kurniawan, 2014).
Menurut Prahasta (2009), dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
tergantung pada kesuburan tanah. Anjuran dosis rata-rata pemberian pupuk N
adalah Urea 200 kg/ha. Penggunaan dosis itu dapat disesuaikan dengan kondisi
tanah yang digunakan dan diberikan secara bertahap.
18
2.4.2. Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar(hara makro).
Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan nitrogen dan kalium.
Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan. Tanaman menyerap fosfor dalam
bentuk ion ortofossfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4
-)
(Rosmarkam dan Yuwono,2002).
Menurut Sutejo (2002), fosfor memiliki fungsi bagi tanaman, yaitu (1)dapat
mempercepat pertumbuhan akar semai, (2) dapat mempercepat serta memperkuat
pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya,(3) dapat
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dan (4) dapat
meningkatkan produksi biji-bijian.
Peran fosfor bagi tanaman melalui pengaruhnya terhadap pembungaan,
pembentukan buah dan biji, pemasakan tanaman, perkembangan akar, ketahanan
terhadap penyakit, dan lain-lain. Jumlah fosfor dalam mineral lebih banyak
dibandingkan dengan nitrogen, tetapi jauh lebih sedikit dari kalium, kalsium, dan
magnesium. Penting diketahui bahwa hampir semua fosfor dalam tanah tidak
tersedia bagi tanaman. Juga bila diberikan sebagai pupuk tersedia, fosfor sering
kali menjadi tidak tersedia akibat "fiksasi".
Bentuk fosfat tersedia adalah anion-anion: H2PO4-, HPO42
- , dan PO43
- larut dalam
cairan tanah. Bentuk-bentuk ion ini sangat ditentukan oleh pH tanah. Pada pH
rendah, ion H2PO4-, dominan; sedang pada pH tinggi ion HPO42
- Ion PO43
- terjadi
bila pH berada di atas 10.0 sehingga bentuk ini pada kisaran pH tanah mineral
19
(4.0 hingga 9.0) jarang dijumpai. Jumlah ion H2PO4- dan HPO42
- berimbang pada
kondisi pH netral; sehingga banyak pendapat bahwa pH netral merupakan kondisi
terbaik bagi ketersediaan fosfat (Syekhfani, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Murni dan Arief (2008), takaran pupuk untuk
tanaman jagung di Lampung berdasarkan target hasil 9,5 ton/ha adalah 350-400
kg urea/ha, 100-150 kg SP-36/ha, dan 100-150 kg KCl/ha. Menurut Purwono dan
Hartono (2005) dalam Andika (2014), untuk memenuhi kebutuhan P pada
budidaya varietas jagung hibrida dianjurkan dengan pemberian pupuk SP-36 200
kg/ha.
20
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Kencana Kecamatan Tulang Bawang
Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan Maret—Juni 2016, dengan
ketinggian 30 m dpl, suhu udara 320C —35
0C, dan jenis tanah podzolik
(Monografi Desa Marga Kencana Kec. Tuba. Udik, 2016).
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih Jagung Hibrida varietas
BISI-18, pupuk kandang kambing, Urea, SP-36, KCL, Hebisida kontak dengan
bahan aktif parakuat diklorida 276 g/l (Gromoxone 276SL).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: cangkul, handsprayer,
kalkulator, tali rafia, meteran panjang, timbangan, bambu, ember, strimin, karung
goni, kokrok dan peralatan lain yang mendukung penelitian ini.
3.3. Metodologi Penelitian
Metode penelitian disusun secara Faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan. Sebagai faktor pertama adalah Pupuk
Nitrogen (N) yang terdiri dari 3 taraf yaitu 100 kg Urea/ha (n1), 200 kg Urea/ha
21
(n2) dan 300 kg Urea/ha (n3). Faktor kedua adalah Pupuk Fosfor (P) yang terdiri
dari 3 taraf yaitu 100 kg SP-36/ha (p1), 200 kg SP-36/ha (p2) dan 300 kg SP-