1 | I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Pengawasan pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik merupakan satu aspek penting untuk menunjang keberhasilan pembinaan Bidang Jalan dan Jembatan, utamanya keberhasilan dalam meningkatkan mutu pelaksanaan pekerjaan fisik jalan dan jembatan. Buku Ajar Pengawasan Teknis Pekerjaan Fisik atau disebut juga Manual Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan ini dipersiapkan dalam rangka memberikan acuan kepada para pengawas pekerjaan fisik di lapangan untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan Kontraktor / Penyedia Jasa agar memenuhi spesifikasi teknis yang dipersyaratkan, sesuai dengan Detailed Engineering Design (DED) yang dibuat, sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. B. TUJUAN Tujuan disusunnya buku ajar ini untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan fisik dilingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Batang, tanpa adanya penyimpangan kontrak yang dapat berakibat gagalnya pelaksanaan kegiatan fisik yang juga mengakibatkan kerugian Negara yang disebabkan tidak tercapainya sasaran kegiatan. Yang dimaksud penyelenggaraan pekerjaan konstruksi disini meliputi tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran. Tahap pengawasan menjadi salah satu tahap yang tidak kalah pentingnya sebagai proses pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik. Salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan prasarana jalan dan jembatan yang berkualitas adalah peningkatan Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan oleh seluruh Unit Kerja/ Satuan Kerja/ Unit Pelaksana Kegiatan di lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Batang. Fungsi dasar pengawasan pekerjaan konstruksi (Supervisi) yaitu mempunyai beberapa wujud karakter antara lain: 1. Quality Control yaitu mengamankan seluruh komponen secara menyeluruh dan
107
Embed
I. PENDAHULUAN · dalam pengendalian mutu pekerjaan dilapangan dengan menerapkan prosedur kerja dan uji mutu bahan pada setiap tahapan pekerjaan sesuai dokumen kontrak dan melakukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
| Rapat PCM
I. PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Pengawasan pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik merupakan satu
aspek penting untuk menunjang keberhasilan pembinaan Bidang Jalan dan Jembatan,
utamanya keberhasilan dalam meningkatkan mutu pelaksanaan pekerjaan fisik jalan
dan jembatan.
Buku Ajar Pengawasan Teknis Pekerjaan Fisik atau disebut juga Manual
Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan ini dipersiapkan dalam rangka
memberikan acuan kepada para pengawas pekerjaan fisik di lapangan untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan Kontraktor / Penyedia Jasa agar memenuhi
spesifikasi teknis yang dipersyaratkan, sesuai dengan Detailed Engineering Design
(DED) yang dibuat, sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan
standar mutu yang telah ditetapkan.
B. TUJUAN
Tujuan disusunnya buku ajar ini untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan
fisik dilingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Batang, tanpa adanya penyimpangan kontrak yang dapat berakibat
gagalnya pelaksanaan kegiatan fisik yang juga mengakibatkan kerugian Negara yang
disebabkan tidak tercapainya sasaran kegiatan. Yang dimaksud penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi disini meliputi tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan
beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan
penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran. Tahap pengawasan menjadi salah satu
tahap yang tidak kalah pentingnya sebagai proses pengendalian terhadap
pelaksanaan pekerjaan fisik. Salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan
prasarana jalan dan jembatan yang berkualitas adalah peningkatan Sistem
Manajemen Mutu yang dilaksanakan oleh seluruh Unit Kerja/ Satuan Kerja/ Unit
Pelaksana Kegiatan di lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Batang.
Fungsi dasar pengawasan pekerjaan konstruksi (Supervisi) yaitu mempunyai
beberapa wujud karakter antara lain:
1. Quality Control yaitu mengamankan seluruh komponen secara menyeluruh dan
2
| Rapat PCM
mendetail (tidak secara random) untuk memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan
dan selalu dilengkapi daftar simak apa yang akan diperiksa.
2. Quality Assurance yaitu suatu kegiatan yang sistematik dan terencana yang
ditetapkan dalam sistem mutu, untuk menyakinkan apakah proses Quality Control
cukup terarah sesuai sasaran dan cukup efektif, secara random dilakukan kontrol
pengamanan kualitas sebagai sarana counter check.
3. Safety Control yaitu menekankan pada pengamanan dalam seluruh proses
pekerjaan yang terlibat, secara teknis lebih banyak kearah mengamankan struktur
pekerjaan dan langkah pengendalian resiko dalam cara pelaksanaan
(kemungkinan kecelakaan, kebakaran dll).
4. Observasi berkala yaitu mengamankan tercapainya sasaran desain dengan
segala konsep, metode, asumsi, perilaku struktur, urutan pelaksanaan, dan
observasi cermat serta detail.
Untuk itu diperlukan suatu manual atau pedoman pengawasan pekerjaan
konstruksi sesuai ketentuan teknis yang disyaratkan, sebagai acuan dalam
implementasi kegiatan pengawasan di lapangan.
C. RUANG LINGKUP
Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam buku ajar pengawasan pekerjaan
konstruksi jalan dan jembatan ini meliputi :
1. Persiapan Pengajuan Request;
2. Rencana Mutu Kontrak (RMK);
3. Pengawasan Mobilisasi Proyek;
4. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan atau Pre Construction Meeting (PCM);
Perlunya mendapat ijin/dispensasi/rekomendasi ini antara lain untuk
menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan misalnya : rusaknya
jalan karena repitisi beban kendaraan yang berlebihan atau ambruk/ collapse-
nya jembatan karena beban yang melebihi kapasitas jembatan, sehingga perlu
batasan berat muatan. ljin ini dimintakan persetujuannya kepada Menteri PU
melalui Balai/Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dengan mengikuti prosedur
yang berlaku.
11. Komposisi Peralatan.
Direksi Pekerjaan harus memeriksa tentang kecukupan dan komposisi armada
peralatan (fleet) yang dimobilisasi oleh Penyedia Jasa ke lapangan, kapasitas
alat berat tersebut harus sesuai dengan keperluan, kondisi setempat serta jenis
dan jumlahnya telah mencukupi untuk melaksanakan pekerjaan.
12. Mobilisasi Personil
Dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Untuk tenaga-tenaga inti
Penyedia Jasa maka Direksi Pekerjaan harus mengacu pada Daftar Personil
Inti (keypersonnel) yang dilampirkan oleh Penyedia Jasa dalam berkas
penawarannya.
Direksi Pekerjaan juga harus selalu meneliti keterampilan / keahlian /
kemampuan personil, terutama tenaga inti yang dibawa Penyedia Jasa ke
proyek (lokasi pekerjaan), agar sesuai dengan yang dibutuhkan.
17
| Rapat PCM
F. PROSEDUR, TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB
Prosedur, tugas dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pedoman pengawasan mobilisasi proyek dijelaskan melalui tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1 Prosedur, Tugas dan Tanggung Jawab
No Pelaku
Penanggungjawab Kegiatan Rekaman
1
Direksi Pekerjaan/PPK
a. Memerintahkan pemeriksaan kuantitas dan kualitas serta kelayakan pakai peralatan, fasilitas dan kelengkapan-kelengkapan yang dimobilisasi oleh Penyedia Jasa terhadap Kontrak.
b. Menerima laporan pelaksanaan mobilisasi dari Direksi Teknis.
c. Menerima rekomendasi pelaksanaan mobilisasi dari Direksi Teknis.
d. Menyusun dan mengesahkan Berita Acara Mobilisasi.
e. Merekam dan membuat arsip sebagai Dokumen Proyek.
- BA Mobilisasi
- Back Up data
2 Penyedia Jasa / Kontraktor
a. Melaksanakan kegiatan mobilisasi peralatan, fasilitas dan perlengkapan di lokasi pekerjaan sesuai schedule mobilisasi yang telah disepakati.
b. Membuat daftar peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang telah dimobilisasi.
c. Menyampaikan Daftar peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang telah dimobilisasi kepada Direksi Teknis.
d. Menandatangani Berita Acara mobilisasi. e. Menyampaikan kepada Direksi Pekerjaan
dan Direksi Teknis.
3 Direksi Teknis / Pengawas
a. Melakukan pengawasan, pengujian, pengecekan kuantitas dan kualitas serta kelayakan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang dimobilisasi Penyedia Jasa.
b. Mengecek Daftar peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang disampaikan Penyedia Jasa.
c. Mengecek masa laku kalibrasi peralatan yang akan digunakan oleh Penyedia Jasa.
d. Menyampaikan rekomendasi kepada Direksi Pekerjaan tentang jumlah, mutu dan kelaikan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang dimobilisasi Penyedia Jasa.
e. Menandatangani Berita Acara mobilisasi. f. Menyampaikan laporan pelaksanaan
mobilisasi kepada Direksi Pekerjaan.
18
| Rapat PCM
G. BUKTI KERJA :
Bukti kerja yang didapat dari pedoman pengawasan mobilisasi proyek antara lain :
a. Berita Acara Mobilisasi
b. Back Up Kuantitas dan Kualitas serta kelaikan pakai peralatan, fasilitas dan
kelengkapan yang dimobilisasi oleh Penyedia Jasa.
19
| Rapat PCM
V. RAPAT PERSIAPAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN PRE-
CONSTRUCTION MEETING (PCM)
A. TUJUAN
Tujuan rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan yaitu :
1 Mengatur tatacara pelaksanaan rapat persiapan pekerjaan (Pre Construction
Meeting/PCM) untuk menghilangkan keragu-raguan dan perbedaan persepsi
tentang dokumen kontrak dan turunannya.
2 Menyatukan pengertian terhadap seluruh Dokumen Kontrak, dan membuat
kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat dalam Dokumen
Kontrak maupun kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan terjadi dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3 Petunjuk dalam rangka penyusunan kerangka kerja yang sebaik-baiknya,
Kasatker/PPK diharapkan mampu untuk menggalang kekompakan semua unsur
yang terkait di dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang terdiri dari pihak
Satuan Kerja (Satker)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebagai Direksi
Pekerjaan, Direksi Teknis sebagai wakil Direksi Pekerjaan selaku Pengawas
Teknis yang umumnya dari Konsultan Supervisi, dan Kontraktor yang
selanjutnya disebut Penyedia Jasa sebagai Pelaksana pekerjaan.
4 Uraian ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk mendapatkan kesepakatan
bersama di dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan
timbul dilapangan saat pelaksanaan, sebagai tahapan awal dari tindakan
pengendalian oleh Direksi Pekerjaan terhadap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
B. RUANG LINGKUP
Uraian ini memuat proses penyelenggaraan rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan (Pre C onstruction Meeting/PCM) yang dapat diselenggarakan segera
setelah kontrak ditandatangani atau selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sampai dengan selesainya Berita
Acara PCM yang merupakan bagian dari dokumen Kegiatan.
20
| Rapat PCM
C. ACUAN
Acuan rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan antara lain :
1 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 8 tahun 2006.
2 Peraturan Menteri PU Nomor 34/PRT/M/2006.
3 Peraturan Menteri PU Nomor 07/PRT/M/2011.
4 Peraturan Menteri PU Nomor 20/PRT/M/2018.
5 Peraturan Menteri PU Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
6 Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Untuk
Konstruksi Jalan dan Jembatan No.004/BM/2006.
7 Dokumen kontrak.
D. DEFINISI
Rapat persiapan pelaksanaan (Pre Construction Meeting) adalah pertemuan
yang diselenggarakan oleh unsur-unsur yang terkait dengan pelaksanaan Kegiatan
seperti pihak Direksi Pekerjaan sebagai unsur pengendalian, Direksi Teknis
sebagai pengawas teknis dan Penyedia Jasa sebagai pelaksana pekerjaan untuk
menyamakan persepsi terhadap seluruh Dokumen Kontrak dan membuat
kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat dalam dokumen
kontrak maupun kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan terjadi dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 5.1 Rapat Persiapan Pelaksanaan / PCM
21
| Rapat PCM
E. KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum dalam rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan antara lain :
1. Sebelum pelaksanaan kontrak, Kasatker/PPK bersama-sama dengan Penyedia
Jasa, Unsur Perencanaan dan Direksi Teknis harus mengadakan Rapat
2. Pelaksanaan Pre Construction Meeting (PCM) harus diselenggarakan paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
3. Rapat Persiapan Pekerjaan dituangkan dalam Berita Acara dan ditanda tangani
oleh 3 (tiga) pihak, Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi Pekerjaan dan Penyedia
Jasa.
Berita Acara Rapat Persiapan Pekerjaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari Dokumen Kontrak yang berlaku.
4. Beberapa hal yang perlu dibahas dan disepakati dalam Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak adalah:
a. Struktur Organisasi kerja.
b. Persamaan persepsi tentang pasal-pasal atau butir butir yang tertuang
dalam dokumen kontrak. (Kepmen 349/KPTS/M/2004 Bab IV K).
Pasal-pasal dalam dokumen kontrak, perihal ;
▪ Asuransi pekerjaan.
▪ Pekerjaan tambah kurang.
▪ Penyelesain perselisihan.
▪ Pemeliharaan pekerjaan.
▪ Kompensasi.
▪ Denda.
▪ Pemutusan kontrak dan,
▪ Hal-hal lain yang dianggap perlu (yang berhubungan dengan pasal-pasal
dalam kontrak dan muncul dalam pembahasan).
c. Usulan usulan perubahan mengenai isi dalam pasal pasal dokumen kontrak,
seperti jadwal mobilisasi, schedule atau segala sesuatu yang telah
disepakati saat penanda tanganan kontrak.
d. Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat
mengenai rencana kerja.
22
| Rapat PCM
e. Pembahasan prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, sebagai
berikut :
▪ Tata cara pengajuan Permintaan Pekerjaan (Request).
▪ Tata cara pengajuan pengetesan.
▪ Tatacara pengajuan Pembayaran.
▪ Pengajuan perubahan pekerjaan.
▪ Tatacara pelaksanaan Mutual Check dan Pengajuan Revisi Desain.
▪ Pengajuan Gambar Kerja.
▪ Pengajuan PHO dan FHO dan lainnya yang dianggap perlu.
f. Presentasi Penyedia Jasa dalam rencana penanganan pekerjaan melalui
program mutu penyedia jasa (RMK), yang meliputi ;
Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dan Hubungan Kerja;
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
Jadwal Mobilisasi tenaga kerja dan kompetensinya;
Jadwal Peralatan dan kendalanya;
Prosedur dan Instruksi Kerja;
Detail Penanganan Konstruksi yang Dominan dianggap sulit;
Metode Kerja yang diusulkan;
Rencana Penempatan Lokasi Base Camp;
Rencana Quarry, Pembahasan deposit;
Rencana Pemeriksaan Mutu;
Rencana Pengendalian Lingkungan;
Rencana Pengendalian K3, termasuk pemeliharaan dan pengaturan lalu
lintas;
Pendokumentasian arsip proyek
Rencana Sosialisasi kepada Masyarakat dan Pemda setempat tentang
Rencana Kerja;
Penyusunan Rencana Pemeriksaan Lapangan (Mutual Check);
Format – format yang akan dipakai.
g. Presentasi Konsultan Supervisi tentang prosedur pengawasan pekerjaan
berdasarkan uraian kegiatan pekerjaan penyedia jasa.
h. Pembahasan kendala yang diperkirakan akan timbul, beserta rencana
penanganannya.
i. Masalah – masalah lapangan terkait dengan Ruang Milik Jalan, Lokasi
Quarry, Lokasi Base Camp .
23
| Rapat PCM
j. Rencana Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu lintas (Manajemen Lalu Lintas)
selama pelaksanaan konstruksi, meliputi pemasangan rambu sementara,
pengaturan jalan sementara/ detour (jika ada), antrean lalu lintas bergiliran,
pembatasan kecepatan, dll.
k. Dalam hal rencana pemeliharaan dan pengaturan lalu lintas (Manajemen
Lalu Lintas) harus melibatkan unsur-unsur Kepolisian dan DLLAJR.
F. KONDISI KHUSUS
1. Apabila pada saat pelaksanaan Rapat Persiapan Pekerjaan, keberadaan
Konsultan Supervisi belum tersedia dilapangan, maka Rapat Persiapan
Pekerjaan tetap dapat dilaksanakan, berita acara Rapat Persiapan Pekerjaan
harus menyusul disampaikan kepada konsultan supervisi untuk dipedomani.
2. Dalam hal konsultan supervisi memiliki pandangan yang berbeda dengan hasil
rapat yang telah ditentukan, maka usulan atau persamaan persepsi dapat
dilakukan melalui rapat rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tahap
selanjutnya.
G. BUKTI KERJA
Bukti kerja yang didapatkan dari rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan antara
lain :
1. Berita Acara Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan;
2. RMK Penyedia Jasa;
3. RMK Konsultan Supervisi.
24
| Rapat PCM
VI. PROSEDUR PENYIAPAN GAMBAR KERJA (SHOP
DRAWING)
A. TUJUAN
Pedoman ini dimaksudkan sebagai referensi dalam menyiapkan gambar
kerja pada suatu proyek penanganan jalan dan jembatan.
B. RUANG LINGKUP
Pedoman ini memuat tahapan proses penyiapan gambar kerja (shop
drawing) pada suatu kegiatan dari bagian atau sub bagian penanganan pekerjaan
jalan, jembatan dan bangunan pelengkap lainnya dimulai dari penyerahan
dokumen kontrak sampai dengan persetujuan gambar kerja yang dituangkan dalam
Berita Acara.
C. ACUAN
Dokumen Kontrak :
1. Spesifikasi
2. Gambar Rencana
3. Metode Kerja
D. DEFINISI
Gambar Kerja (shop drawing) adalah gambar yang digunakan untuk
pelaksanaan suatu bentuk konstruksi yang akan dikerjakan yang disusun
berdasarkan gambar rencana (design drawing) dan telah disesuaikan ( secara detail
termasuk dimensi dan elevasi, perhitungan dan estimasi ) dengan kondisi lapangan
terkini dan akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan rencana mutu kontrak
Penyedia Jasa (Contractor’s Quality Plan/CQP).
E. KETENTUAN UMUM
Penyedia jasa harus membuat gambar kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan
dan harus mendapatkan persetujuan direksi teknis baik untuk pelaksanaan pekerjaan
permanen maupun pekerjaan sementara.
25
| Rapat PCM
Penyedia jasa juga harus mengajukan ijin kerja (Request of Work) sebelum
melaksanakan pekerjaan kepada Direksi Teknik (Engineer) yang dilampiri Gambar
Kerja (Shop Drawing) yang telah disetujui. Direksi Teknis akan memberi rekomendasi
Menyetujui/Menolak/Merevisi request of work paling lambat dalam waktu 48 jam
setelah diterima pengajuan ijin kerja. Kontraktor segera melaksanakan pekerjaan
paling lambat 24 jam setelah disetujuinya ijin kerja oleh Direksi Teknis dan apabila
melebihi ketentuan akan dilakukan pengecekan ulang oleh Direksi Teknis tentang
kesiapan pekerjaan, sedangkan prosedur pengajuan ijin kerja dan gambar kerja dapat
dilihat pada lampiran dibawah ini.
Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam Dokumen Kerja dari Gambar
Kerja harus dipindahkan dengan teliti ke dalam Gambar Rekaman Akhir (As built
Drawing) menurut masing-masing gambar aslinya, dan penjelasan yang lengkap dari
semua perubahan selama pelaksanaan dan lokasi aktual dari semua jenis pekerjaan
harus ditunjukkan dengan jelas. Buatlah semua catatan perubahan pada dokumen
yang asli dengan rapi, konsisten, dan ditulis dengan tinta atau pinsil hitam keras.
F. PROSEDUR, TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB
Prosedur, tugas dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan dalam
prosedur penyiapan gambar kerja dijelaskan melalui tabel sebagai berikut.
Tabel 6.1 Prosedur, Tugas dan Tanggung Jawab
No Pelaku
Penanggungjawab Kegiatan Rekaman
1 Direksi Pekerjaan a. Memeriksa hasil survey lapangan yang terkait dengan gambar kerja yang diajukan dan membandingkan dengan gambar desain atau rencana semula;
b. Persetujuan gambar kerja sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
26
| Rapat PCM
2 Direksi Teknis a. Membuat analisis untuk merumuskan parameter desain berdasarkan gambar kerja dan parameter desain;
b. Melakukan pemeriksaan dan pembahasan konsep gambar kerja;
c. Memberikan rekomendasi terhadap konsep gambar kerja kepada Direksi Pekerjaan dan Penyedia Jasa.
d. Memeriksa gambar kerja yang terkait dengan metode kerja diajukan oleh Penyedia Jasa dan kontrol terhadap kuantitas pekerjaan.
3 Penyedia Jasa a. Setelah pekerjaan survei lapangan lengkap selesai, Penyedia Jasa menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survei ini kepada Direksi Pekerjaan/Direksi Teknis, sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan;
b. Menyampaikan konsep gambar kerja kepada Direksi Teknis untuk dibahas.
c. Menyerahkan gambar pelaksanaan untuk pemeriksaan / pembahasan dan meyiapkan perhitungan metode kerja (jika diperlukan) kepada Direksi Teknis.
d. Memperbaiki gambar kerja jika terdapat koreksi atau perbaikan hingga mendapat persetujuan dari Direksi Teknis atau Direksi Pekerjaan.
G. BUKTI KERJA
Bukti kerja yang telah dilakukan :
1. Gambar Kerja yang telah disetujui.
2. Risalah hasil pemeriksaan perhitungan terkait dengan gambar kerja.
3. Foto lapangan, laporan teknis dan bukti penyimpangan (jika ada) yang
berkaitan dengan gambar kerja.
4. Seluruh bukti kerja tersebut diatas disimpan kedalam arsip dengan
identifikasi berdasarkan penomoran.
5. Penyimpanan berdasarkan kategori pengelompokan pekerjaan.
27
| Rapat PCM
VII. PROSEDUR PERUBAHAN KONTRAK
A. UMUM
Umumnya di dalam pelaksanaan kontrak pekerjaan jalan dan jembatan
hampir selalu mengalami perubahan kontrak atau yang lebih dikenal 'Addendum'.
Addendum kontrak bisa disebabkan adanya perpanjangan waktu (time extension)
atau bisa juga disebabkan karena ada pengurangan nilai kontrak (negative
addendum) atau karena penambahan nilai kontrak (positive addendum) sebagai
akibat adanya revisi design atau penambahan pekerjaan item baru.
Faktor-faktor yang penting didalam mengajukan suatu proses perubahan
kontrak adalah apa yang menjadikan `alasan utama' (Why) sehingga addendum
perlu diadakan. Selanjutnya, uraian pekerjaan apa atau subyek apa (What) yang
akan dijadikan issue sehingga terjadi suatu perubahan pada kontrak yang sedang
berjalan. Kemudian bagaimana revisi/kajiannya (How) terhadap usulan
perubahan tersebut dapat memenuhi kelayakan teknis maupun finansialnya atau
biasa disebut technical and financial justifications. Ketiga unsur pertanyaan
tersebut di atas merupakan sesuatu keharusan yang perlu dibahas dan
dikembangkan untuk dapat dipertanggung jawabkan dalam kelayakan teknis
maupun finansialnya.
B. SYARAT-SYARAT KONTRAK
Acuan yang digunakan dalam perubahan kontrak atau pekerjaan
tambah/kurang harus sesuai dengan syarat-syarat kontrak yang antara lain :
1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ditentukan dalam
dokumen kontrak, maka Pejabat Pembuat Komitmen bersama penyedia jasa dapat
melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain:
a. Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
b. Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan/mata pembayaran;
c. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan.
28
| Rapat PCM
2. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai harga yang
tercantum dalam kontrak awal.
3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen secara
tertulis kepada penyedia jasa, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga
dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
4. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan
addendum kontrak.
Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah
lebih dari 10% (sepuluh persen) dari kuantitas awal, maka harga satuan pembayaran
utama tersebut disesuaikan dengan negosiasi. Apabila diperlukan mata pembayaran
baru, maka penyedia jasa harus menyerahkan analisa harga satuannya kepada
Pejabat Pembuat Komitmen. Penentuan harga satuan mata pembayaran baru
dilakukan dengan negosiasi.
Sedangkan prosedur addendum kontrak dilakukan sebagai berikut:
1. Pejabat Pembuat Komitmen memberikan perintah tertulis kepada penyedia jasa
untuk melaksanakan perubahan kontrak, atau penyedia jasa mengusulkan
perubahan kontrak;
2. Penyedia jasa harus memberikan tanggapan atas perintah perubahan dari
Pejabat Pembuat Komitmen dan mengusulkan perubahan harga dan atau waktu
pelaksanaan (bila ada) selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari;
3. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita acara hasil
negosiasi;
4. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat addendum kontrak.
C. PROSES VERIFIKASI
Biasanya usulan perubahan kontrak (amandemen kontrak) biasanya
berkenaan dengan adanya usulan revisi desain atau perpanjangan waktu (Time
Extension). Pada Bagan alur terlampir sudah jelas unit-unit kerja mana yang harus
dilalui guna mengkaji dan memeriksa usulan revisi desain berdasarkan wewenang
dan kepentingan masing-masing unit kerja.
Peran Satker Fisik dan PPK yang dibantu Supervision Engineer merupakan
unit awal yang perlu menguji kebenaran data, misalnya data lalu lintas, pengujian
tanah, data kondisi existing dan lain sebagainya. Namun tidak terbatas pada kajian
teknis saja tetapi juga harus mencakup pada faktor pembiayaan.
29
| Rapat PCM
Bilamana dalam suatu kondisi diperlukan adanya perubahan seperti, pekerjaan
tambah atau kurang atau mungkin perlu perpanjangan waktu, maka hal ini harus
dianggap sebagai suatu akibat. Oleh karena itu di dalam mengkaji suatu usulan revisi
desain, Kasatker dan PPK harus mengetengahkan alasan pokok (main reason) yang
mengakibatkan perlunya perubahan.
Umumnya jenis perubahan dibagi dua jenis, yaitu Perintah Perubahan Kontrak
(Contract Change Order) dengan tidak ada penambahan biaya maupun waktu, dan
Addendum Kontrak yang disebabkan adanya revisi desain yang mengakibatkan
adanya penambahan atau pengurangan biaya atau perubahan waktu pelaksanaan.
Masing-masing tipe dijelaskan sebagai berikut di bawah ini.
1. Contract Change Order (CCO)
Apabila tidak ada perubahan (penambahan/pengurangan) dalam
keseluruhan lingkup pekerjaan seperti : panjang efektif dalam kilometer tidak
berubah.
Apabila tidak ada perubahan (penambahan/pengurangan) dalam lamanya
waktu kontrak.
Ada sedikit perubahan di dalam masing-masing item pekerjaan (kurang dari
10%).
Tidak ada item pekerjaan baru.
Tidak ada perubahan (pengurangan /penambahan) di dalam keseluruhan
biaya.
Dokumen Pendukung
Pembenaran secara teknis (Justifikasi Teknis) yang dihasilkan oleh PPK,
Direksi Teknis dan Penyedia Jasa serta ditandatangani (PPK, SE dan GS);
Hasil rapat yang tertulis (notulen) untuk negosiasi antara PPK dan Penyedia
Jasa;
Revisi Schedule kurva – S;
Ringkasan tabel dari perubahan per item pekerjaan;
Photo dokumentasi sesuai keperluan.
2. Addendum Kontrak
Digunakan apabila :
Perubahan (penambahan / pergurangan) di dalam keseluruhan lingkup
pekerjaan seperti : panjang efektif kontrak dalam kilometer berubah;
Penambahan / pengurangan dalam lamanya waktu kontrak;
30
| Rapat PCM
Ada perubahan (penambahan / pengurangan) kuantitas per item pekerjaan
yang melebihi 10% yang nilainya lebih besar 1 % dari harga kontrak awal;
Terdapat item pekerjaan baru;
Perubahan(penambahan/pengurangan) keseluruhan biaya kontrak.
Dokumen Pendukung
Justifikasi secara teknis yang dihasilkan oleh PPK dan Direksi Teknis serta
ditandatangani oleh PPK, SE dan GS mencakup ketentuan sebagai berikut:
• Untuk item-item yang mengalami perubahan (bertambah atau berkurang)
sebanyak 10% atau lebih dimungkinan untuk merubah (menambah atau
mengurangi) rata-rata unit harga satuan pekerjaan melalui negosiasi
dengan Penyedia Jasa, dengan menggunakan harga satuan rata-rata yang
relevan dari kontrak lain yang sudah dilelang sebagai acuan untuk backup
data dan kebenaran kontrak nantinya.
• Untuk penambahan item pekerjaan baru harus dilakukan negosiasi untuk
masing-masing unit harga satuan pekerjaan. Dalam hal ini pemilik harus
mempertimbangkan unit harga satuan pekerjaan paling tidak dari dua atau
tiga kontrak yang sedang berjalan sebagai acuan untuk menentukan harga
satuan item kontrak baru serta sebagai backup data dalam justifikasi hasil
akhir kontrak nantinya.
• Revisi Schedule kurva – S.
• Photo dokumentasi sesuai keperluan.
• Berita acara hasil rapat negosiasi (notulen) antara PPK dan Direksi Teknis
dan Penyedia Jasa.
Proses Persetujuan
Untuk Addendum Kontrak dengan revisi desain diproses sebelum pekerjaan fisik
revisi dimulai, Balai Pelaksana Jalan (BBPJN/BPJN) sebagai fasilitator /
pengundang kegiatan pembahasan justifikasi teknik dan dibentuk Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak.
Tim Pembahas Teknis menandatangani hasil justifikasi teknik pada lembar Berita
Acara dan disetujui oleh Kepala BBPJN/BPJN melalui surat persetujuan, jika dalam
berita acara justifikasi teknik belum dapat disetujui karena adanya perbaikan, maka
dibuat notulen rapat yang ditandatangani bersama sebagai acuan dalam
penyusunan berita acara.
31
| Rapat PCM
D. REVISI SCHEDULE
Berdasarkan Surat Ditjen Bina Marga No.KU 0808.D6/975 tanggal 19 Juli
1988 mengenai "Pedoman Perpanjangan Waktu Kontrak dan Revisi Schedule
Pelaksanaan Pekerjaan Borongan". Maka untuk menyegarkan ingatan kembali
(me-refresh) didalam merubah (revisi) schedule, di dalam tulisan ini akan diuraikan
lebih rinci mengenai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menghadapi
setiap bentuk perubahan.
Prinsip utama yang perlu diperhatikan pada perubahan (revisi) schedule adalah
sebagai berikut:
1. Kurva 'S' awal (original 'S' curve) yang-sudah disepakati pada saat awal kontrak
harus tetap dipertahankan. Jadi walaupun terjadi revisi, bentuk dan trend kurva
S tidak mengalami perubahan.
2. Revisi schedule tidak bertujuan untuk memperkecil deviasi keterlambatan. yang
dapat memperkecil deviasi hanya re-schedule akibat perpanjangan waktu.
3. Pembuatan re-schedule selalu pada kurva S, dimulai pada titik dimana tanggal
terjadinya perubahan. Jadi kurva re-schedule tidak melanjutkan kurva realisasi.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dapat dikembangkan sebagai berikut :
1. Pada grafik re-schedule terdapat tiga bagian, yaitu:
a. Bagian sebelah kiri dari titik batas re-schedule; yaitu bagian priode kontrak
yang sudah dilewati
b. Titik transisi atau titik batas re-schedule, yaitu pada tanggal terjadinya re-
schedule.
c. Bagian sebelah kanan dari titik batas re-schedule; yaitu bagian periode kontrak
yang belum dijalankan dimana akan dilakukan re-schedule.
Bagian Kiri
Apapun alasan re-schedule, kurva di 'wilayah' ini harus tetap (tidak berubah),
dengan dimikian bar charts yang menyatakan % bobot (representasi dari volume
atau harga) harus tetap (tidak berubah) atau tidak dapat digeser. Penggeseran
hanya dimungkinkan oleh perpanjangan waktu, itupun pada bagian sepanjang
perpanjangan waktu (dari titik transisi).
Semua bobot bar charts yang ada di bagian ini memungkinkan berubah apabila
ada pengurangan volume (CCO) atau ada penambahan dana.
Titik Transisi / Titik Batas Reschedule
Titik ini berada pada grafik schedule awal dimana saat (tanggal) terjadinya re-
32
| Rapat PCM
schedule. Jadi titik ini bukan pada kurva realisasi.
Bilamana pada design revision ada penambahan biaya kontrak, letak titik tersebut
di atas kemungkinan dapat turun dilihat pada grafik reschedule. Walaupun
demikian, pada dasarnya tidak mengalami perubahan. Kita lihat ilustrasi berikut :
Contoh Revisi Schedule terjadi pada tanggal 25 Agustus 2018.
Nilai Kontrak (awal) Rp.1.000.000.000,-
Re-Schedule s/d 25 Agustus 2018 = 30/100 x Rp.1.000.000.000 = Rp.
300.000.000,-
Re-Schedule terjadi karena perubahan nilai kontrak menjadi Rp.
1.500.000.000,-
Jadi titik awal re-schedule (25 Agustus 2018) = 300.000.000/1.500.000.000 x 100%
= 20,0 %.
Dengan demikian 2 (dua) titik pada tanggal 25 Agustus 2018, pertama 30% dan
kedua 20,0% pada dasarnya sama, karena mempunyai nilai yang sama, yakni Rp.
300.000.000,-
Bagian Kanan
Bagian kanan grafik dari schedule awal / sebelumnya adalah bagian revisi
schedule. Walaupun ada revisi, bentuk kurva S awal harus tetap dipertahankan,
yakni :
- Apabila perpanjangan waktu, dengan menggeser kurva tersebut (termasuk
Bar-Chartnya) sesuai perpanjangan waktunya.
- Apabila tidak ada tambahan dana atau CCO balance, kecenderungan bentuk
kurva tetap dipertahankan, tidak melakukan pergeseran Bar - Chart schedule
dengan tujuan memperkecil deviasi.
2. Cara mengontrol atau menguji bahwa schedule dengan perubahannya sudah
benar.
a. Setiap ada revisi schedule harus digambarkan kurva schedule sebelumnya
(Original or Previous Schedule). Selalu terdapat bagian kiri, batas transisi
titik re-schedule, dan bagian kanan.
b. Apabila terjadi perpanjangan waktu, maka perlu ditarik garis horizontal dari
titik transisi ke bagian kiri sepanjang perpanjangan waktu. Sepanjang garis
horizontal tersebut tanpa ploting batangan schedule per-item.
c. Schedule awal dan revisinya (termasuk apabila dilakukan berulang-ulang)
pada dasarnya satu kesatuan yang utuh. Bagian schedule satu dengan
lainnya saling berangkai tidak berdiri terpisah.
33
| Rapat PCM
d. Untuk menguji secara kuantitatip schedule keseluruhan:
- Jumlah bobot (%) pada tiap-tiap 'batangan' schedule per-item harus sama
dengan bobot item tersebut dalam kontrak.
- Demikian juga apabila bobot tersebut dikonversikan ke dalam volume
atau finansialnya.
34
| Rapat PCM
VIII. PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI JALAN
A. TUJUAN
Tujuan Pengawasan dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan yaitu
untuk pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilapangan agar pelaksanaan pekerjaan
tersebut sesuai dengan rencana mutu, biaya, dan waktu serta sasaran kinerja yang
telah ditetapkan di dalam kontrak jasa konstruksi. Fungsi Dasar Pengawasan adalah
membentuk sistem pengaman untuk penerapan desain/rencana dan spesifikasi teknik
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan supaya dapat berjalan sesuai dengan sasaran
yang diharapkan, dengan resiko yang sekecil mungkin. Disamping itu pengawasan
juga berperan membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) didalam melaksanakan
administrasi teknis pekerjaan pada lokasi kegiatan yang sedang berlangsung.
B. RUANG LINGKUP
Lingkup pekerjaan supervisi jalan dan jembatan secara umum adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis pada ruas jalan dan jembatan yang
ditangani agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi teknik,
sehingga terhindar dari resiko kegagalan konstruksi .
2. Melaksanakan pengawasan teknis terhadap pekerjaan di lapangan secara
profesional, efektif dan efisien, pada setiap tahapan kegiatan dan memahami
prosedur atau metode pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengendalian mutu pekerjaan dilapangan dengan menerapkan prosedur kerja, uji
mutu bahan olahan dan hasil pekerjaan pada setiap tahapan kegiatan pekerjaan
sesuai persyaratan dalam dokumen kontrak.
4. Menyiapkan laporan progress pekerjaan dilapangan, dan sistem administrasi
pekerjaan serta membuat rekomendasi setiap permasalahan yang timbul
dilapangan.
5. Membuat laporan teknis (bila diperlukan) pada setiap terjadinya perubahan kinerja
pekerjaan.
6. Monitoring secara berkala dan mengevaluasi performa/kinerja hasil pekerjaan
dilapangan.
35
| Rapat PCM
7. Melakukan pengujian untuk pengukuran dan pembayaran atau Verifikasi progres
fisik dan progres keuangan yang diajukan oleh penyedia jasa konstruksi
(kontraktor).
Pekerjaan yang dapat dimulai pelaksanaannya hanya pekerjaan yang Request-nya
telah diterima oleh Direksi Teknis. Dalam tahapan aktivitas konstruksi, Direksi Teknis
akan melakukan aktivitas pengawasan teknis terhadap pekerjaan Penyedia Jasa
(Kontraktor), dari aktivitas pengendalian mutu sejak proses pengolahan bahan hingga
prosedur kerja sampai hasil pekerjaan dapat terlaksana sesuai ketentuan.
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :
1. Pekerjaan selesai tepat waktu (Pengendalian Waktu).
2. Pekerjaan selesai dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu).
3. Pekerjaan selesai dengan biaya terkendali (Pengendalian Biaya).
4. Pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas
(Pengaturan Lalu Lintas).
5. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja.
C. ACUAN
Acuan dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan antara lain :
1. Dokumen Kontrak dan perubahannya,
2. Berita Acara dan Risalah Pre Construction Meeting (PCM),
3. Rencana Mutu Kontrak yang telah disepakati,
4. Peraturan – peraturan yang terkait seperti SNI dan sebagainya.
D. DEFINISI
1. Instruksi Lapangan adalah memo tempat Direksi Teknis mencatat instruksi /
pengarahan kepada Penyedia Jasa.
2. Lembar Monitoring Penerimaan Material adalah lembar pemeriksaan tempat
Inspector mencatat hasil pengawasan penerimaan material di lokasi pekerjaan.
3. Lembar Pemeriksaan Pekerjaan adalah lembar pemeriksaan tempat Inspector
mencatat hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
4. Lembar Pemeriksaan Pengujian adalah lembar pemeriksaan tempat Lab.
Technician mencatat hasil pengawasan pelaksanaan pengujian mutu pekerjaan.
36
| Rapat PCM
5. Buku Komunikasi adalah buku tempat Direksi Teknis mencatat semua kegiatan,
rencana kegiatan dan kondisi lapangan. Berfungsi sebagai alat komunikasi antar
personil Direksi Teknis.
E. KETENTUAN UMUM
Ketentuan dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan :
1. Lembar Pemeriksaan dan Lembar Monitoring tersedia dikantor Direksi Teknis
dan harus dibawa oleh personil yang bersangkutan, diisi pada saat melakukan
pengawasan dan disimpan sampai proses validasi dilakukan.
2. Instruksi Lapangan dibuat rangkap 2 (dua), asli diberikan kepada Penyedia Jasa
dan salinan disimpan sebagai arsip.
3. Buku Komunikasi harus berada di kantor Direksi Teknis dan diisi setiap hari oleh
setiap personil Direksi Teknis sesuai dengan kegiatan dan kondisi di lokasi
pekerjaan yang diawasinya.
4. Semua personil Direksi Teknis harus membaca Buku Komunikasi setiap pagi
untuk mengetahui tugas masing-masing.
5. Inspector harus mengawasi dari waktu ke waktu pelaksanaan pekerjaan di lokasi
pekerjaan.
6. Lab. Technician harus mengawasi dari waktu ke waktu pelaksanaan pengujian
mutu pekerjaan di lokasi pekerjaan dan di laboratorium
7. Lab. Technician harus meminta copy lembar pengujian yang telah
ditandatangani bersama.
8. Chief Inspector secara berkala melakukan pengawasan kegiatan Inspector di
lokasi pekerjaan.
9. Quality Engineer secara berkala melakukan pengawasan kegiatan Lab.
Technician di lokasi pekerjaan dan di laboratorium.
10. Semua peralatan yang digunakan harus sesuai dengan yang diusulkan dan telah
disetujui dalam pemeriksaan Request pekerjaan bersangkutan.
F. BUKTI KERJA
Bukti kerja dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan :
1. Daftar simak yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, uji mutu,
pengawasan pekerjaan dan metode kerja.
2. Back up data pelaksanaan pekerjaan.
37
| Rapat PCM
G. PELAKSANAAN PENGAWASAN
Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Direksi Teknis / Pengawas di Bidang
Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Batang memiliki ruang lingkup pekerjaan antara lain :
1. Lapis Fondasi Agregat
Direksi Teknis / Pengawas harus memiliki pengetahuan yang mencukupi dalam
pengawasan pekerjaan dalam penghamparan lapis fondasi agregat.
Pengetahuan yang harus dimiliki sebagai pedoman dalam pekerjaan Lapis
Fondasi Agregat ini berdasarkan SPESIFIKASI UMUM 2018 untuk pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan.
Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan yang
telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam
Gambar, dan memelihara lapis fondasi agregrat atau lapis drainase yang telah
selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu,
pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan kegiatan lainnya yang
perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi ini.
Gambar 8.1 Lapis Fondasi Agregat
Pekerjaan ini termasuk penambahan lebar perkerasan eksisting sampai lebar
jalur lalu lintas yang diperlukan dan juga pekerjaan bahu jalan, yang ditunjukkan
38
| Rapat PCM
pada Gambar. Pekerjaan harus mencakup penggalian dan pembuangan bahan
yang ada, penyiapan tanah dasar, dan penghamparan serta pemadatan bahan
dengan garis dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar.
Terdapat tiga jenis yang berbeda dari Lapis Fondasi Agregat yaitu Kelas A, Kelas
B dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Fondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Fondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Fondasi Agregat
Kelas B adalah untuk Lapis Fondasi Bawah. Lapis Fondasi Agregat Kelas S
digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup.
Toleransi Dimensi dan Elevasi
a. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel toleransi di bawah
ini
Tabel 8.1 Toleransi Elevasi Permukaan Relatif Terhadap Elevasi
Rencana
Bahan dan Lapisan Fondasi Agregat
Toleransi Elevasi Permukaan
Relatif Terhadap Elevasi
Rencana
Lapis Fondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai Lapis Fondasi Bawah (hanya permukaan atas dari La isan Fondasi Bawah)
+ 0 cm
- 2 cm
Permukaan Lapis Fondasi Agregat
Kelas A.
+ 0 cm
- I cm
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal
dengan Lapis Fondasi Agregat Kelas
S atau Lapis Dramase.
+ 1,5 cm
- 1,5 cm
b. Pada permukaan semua Lapis Fondasi Agregat tidak boleh terdapat
ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua punggung
(camber) permukaan iłu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dałam
Gambar.
c. Tebal total minimum Lapis Fondasi Agregat tidak boleh kurang satu
sentimeter dari tebal yang disyaratkan
d. Tebal minimum Lapis Fondasi Agregat Kelas A dan Lapis Drainase
tldak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
e. Pada permukaan Lapis Fondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk
lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua
bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka
39
| Rapat PCM
penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang diukur
dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang
sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.
f. Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap perkerasan yang
dihampar diatasnya, tidak boleli lebih tinggi maupun lebih rendah 1,0
cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan
g. Lereng melintang bahu tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0% dari
lereng melintang rancangan
Lapis Fondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan
sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah
hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang
ditentukan.
Perbaikan terhadap Lapis Fondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan :
a. Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak
memenuhi ketentuan toleransi yang disyaratkan, atau yang
permukaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau
setelah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis
permukaan tersebut dan membuang atau menambahkan bahan
sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan
dan pemadatan kembali, atau dalam hal Lapisan Fondasi Agregat yang
tidak memenuhi ketentuan telah dilapisi dengan Lapisan diatasnya.
Kekurangan tebal dapat dikompensasi dengan Lapisan diatasnya
dengan tebal yang diperlukan untuk penyesuaian dengan bahan yang
mempunyai kekuatan minimum sama.
b. Lapis Fondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air seperti yang disyaratkan atau seperti yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air
dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
c. Lapis Fondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti
yang ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan atau seperti
yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca kering
dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam
pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai
40
| Rapat PCM
tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka Pengawas
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dibuang dan
diganti dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
d. Perbaikan atas Lapis Fondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan
atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus
seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar
air dan pernadatan kembali pembuangan dan penggantian bahan, atau
menambah suatu ketebalan dengan bahan tersebut.
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian
kepadatan atau lainnya hanłs segera ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dengan
bahan Lapis Fondasi Agregat, diikuti pemetiksaan oleh Pengawas Pekerjaan dan
dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan dalam
Spesifikasi ini.
Tahapan dalam penghamparan dan pemadatan Lapis Fondasi Agregat yaitu :
1) Penyiapan Formasi untuk Lapis Fondasi Agregat
a) Bilamana Lapis Fondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan eksisting, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan
atau bahu jalan eksisting harus diperbaiki terlebih dahulu.
b) Bilamana Lapis Fondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan eksisting atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis
fondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan
sepenuhnya, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Fondasi Agregat,
sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan
paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan Lapis Fondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-
tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus
disiapkan dan disetujui sebelum lapis fondasi agregat dihampar.
d) Bilamana Lapis Fondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Pengawas
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan
atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar
meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.
41
| Rapat PCM
e) Lebar pelebaran harus diberi tambahan yang cukup sehingga
memungkinkan tepi setlap lapisan yang dihampar bertangga terhadap
lapisan di bawahnya atau terhadap perkerasan eksisting. Susunan
bertangga ini diperlukan untuk memungkinkan penggilasan yang sedikit
ke luar dan tepi hamparan dan untuk memperoleh daya dukung samping
yang memadai, dan harus dibuat berturut-turut selebar 5 cm untuk setiap
pelapisan (overlay) yang dihampar.
f) Penebangan pohon hanya akan dilaksanakan bilamana mutlak
diperlukan untuk pelaksanaan pelebaran jalan, baik pada jalur lalu lintas
maupun pada bahu jalan
Pohon-pohon yang sudah ditebang hans diganti dengan cara
penanaman pohon baru di daerah manfaat jalan (di luar bahu jalan).
Penebangan pohon tidak boleh dilaksanakan bilamana kestabilan lereng
lama menjadi terganggu. Pengukuran dan pembayaran untuk
penebangan dan pembuangan pohon sesuai dengan perintah Pengawas
Pekerjaan.
2) Penghamparan
a) Lapis Fondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan untuk Lapis Fondasi Agregat harus dihampar pada
kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus
tersebar secara merata.
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Fondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik
d) Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan
peralatan khusus yang disetujui Oleh Pengawas Pekerjaan
3) Pemadatan
a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui Oleh Pengawas Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit
42
| Rapat PCM
100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) sepertl
yang ditentukan Oleh SNI 1743:2008, metode D untuk Lapis Fondasi
Agregat..
b) Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi
berlebihan dari Lapis Fondasi Agregat.
c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar
air optimum, di mana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan
Oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan
Oleh SNI 1743 :2008, metode D.
d) Kegiatan penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak
sedlkit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada
bagian yang ber”superelevasi' , penggilasan harus dimulai dari bagian
yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih
tinggi. Kegiatan penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas
roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
Iainnya yang disetujui
4) Pengujian
a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan
minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan,
yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat
pada sumber bahan tersebut.
b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Fondasi Agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila menurut pendapat
Pengawas Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode
produksinya, termasuk perubahan sumber bahan
c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang
43
| Rapat PCM
diperintahkan Oleh Pengawas Pekerjaan tetapi untuk setiap 1.000 meter
kubik bahan yang diproduksi untuk pembangunan jalan atau
penambahan lajur dan 500 meter kubik bahan untuk pelebaran menuju
lebar standar, paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5)
pengujian gradasi partikel untuk Lapis Fondasi Agregat, dan khususnya
Lapis Fondasi Agregat tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks
plastisitas dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum
menggunakan SNI 1743:2008, metode D. Pengujian CBR untuk Lapis
Fondasi Agregat harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan Lapis Fondasi Agregat yang dipadatkan
harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 2828:2011 dan/atau Light
Weight Deflectometer (LWD) yang diuji sesuai dengan Pd 03-2016-B
yang dilengkapi dengan korelasi hubungan lendutan dengan kepadatan,
bilamana disetujui Oleh Pengawas Pekerjaan. Pengujian harus
dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang
ditetapkan Oleh Pengawas Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang seling
lebih dari 100 m per lajur untuk pembangunan jalan atau penambahan
lajur dan 50 m untuk pelebaran menuju lebar standar.
2. Perkerasan Beton Semen
Pengawasan pekerjaan ini meliputi pembuatan Perkerasan Beton Semen
(Perkerasan Kaku) dan Lapis Fondasi Bawah yang dilaksanakan sesuai
dengan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembuatan perkerasan beton semen
antara lain :
a. Persiapan
Sebelum mulai pekerjaan beton semua pekerjaan lapis fondasi bawah,
selongsong (ducting) dan kerb yang berdekatan harus sudah selesai dan
disetujul Pengawas Pekerjaan.
Survei elevasi harus dilakukan pada lapis fondasi bawah dan setiap
lokasi yang lebih tinggi 5 mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki
sebelum dilakukannya setiap pekerjaan berikutnya.
b. Acuan dan alat pengendali elevasi
Acuan dan alat pengendali elevasi (jenis kawat atau Iainnya) harus
44
| Rapat PCM
dipasang secukupnya di muka bagian perkerasan yang sedang
dilaksanakan agar diperoleh kinerja dan persetujuan atas semua
kegiatan yang diperlukan pada atau berdekatan dengan garis-garis
acuan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan
sekurang-kurangnya 3 paku untuk setiap ruas sepanjang 3 m. Sebuah
paku harus diletakkan pada setiap ujung sambungan. Bagian-bagian
acuan harus kokoh dan tidak goyah. Perbedaan permukaan acuan dari
garis yang sebenamya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat
sedemiklan rupa sehingga tahan, tanpa terlihat adanya lentingan atau
penurunan, terhadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan
penyelesaian. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton
dihamparkan. Ceceran beton yang tertumpah pada permukaan beton
yang telah selesai dihampar harus disingkirkan dengan cara yang
disetujui.
Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu
diperbaiki oleh Penyedia Jasa segera sebelum beton dicor. Bilamana
acuan berubah posisinya atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus
diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan
toleransi elevasi tidal melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif
terhadap rancangan elevasi permukaan yang telah selesai. Lagipula,
acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang sedemikian hingga
tidak ada satu titikpun pada ketebalan pelat beton yang setelah
pengecoran dan pemadatan akan kurang dari tebal rancangan.
c. Pengecoran beton
Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga
pekerjaan pemindahan sedapat mungkin dihindari. Kecuali truk
pencampur, truk pengaduk, atau alat angkutan Iainnya yang dilengkapi
dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan,
beton harus dituangkan ke dalam alat penghampar dan dihamparkan
secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi.
Penghamparan harus dilakukan secara menerus di antara sambungan
melintang tanpa sekatan sementara. Penghamparan secara manual
diperlukan harus dilakukan dengan memakai sekop bukan perlengkapan
perata (rakes). Tenaga kerja tidak boleh menginjak hamparan beton
45
| Rapat PCM
yang masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati oleh tanah atau
kotoran Iainnya.
Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang
telah selesai terlebih dahulu, dan peralatan mekanik harus dljalankan di
atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai
sekurang-kurangnya 90% dari kekuatan yang ditentukan untuk beton 28
hari. Bilamana hanya peralatan penyelesaian yang akan melewatl lajur
yang ada, penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat dilakukan
setelah umur beton tersebut mencapai 3 hari.
Beton harus dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan,
sepanjang dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan
menggunakan vibrator yang dimasukkan ke dalam beton. Vibrator tidak
boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau Sisi acuan.
Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi
dan sambungan kontraksi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan
langsung dari corong curah atau penampung (hopper) ke arah
perlengkapan sambungan kecuali jika penampung (hopper) tersebut
telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak
menggeser posisi sambungan.
Ceceran beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah
selesai dihampar harus disingkirkan dengan cara yang disetujui.
Gambar 8.2 Pengecoran Beton
46
| Rapat PCM
d. Pemasangan baja tulangan
Setelah beton dituangkan, beton harus dibentuk agar memenuhi
penampang mellntang yang ditunjukan dalam gambar. Bilamana
perkerasan beton bertulang dihampar dalam dua lapis, lapis bawah
harus digetar dan dipadatkan sampal panjang dan kedalaman tertentu
sehingga anyaman kawat baja atau hamparan baja tulangan dapat
diletakkan di atas beton dengan tepat. Baja tulangan harus langsung
diletakkan di atas hamparan beton tersebut, sebelum lapisan atasnya
dituangkan, digetar dan dihampar. Lapis bawah beton yang sudah
dituang lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan lapis atas harus
dibongkar dan diganti dengan beton yang baru atas biaya Penyedia
Jasa. Bilamana perkerasan beton dibuat langsung dalam satu lapisan,
baja tulangan harus diletakkan dengan kaku sebelum pengecoran beton,
atau dapat dihampar pada kedalaman sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar pada beton yang masih dalam tahap plastis, setelah
terhampar, dengan memakai peralatan mekanik atau vibrator.
Sambungan antara anyaman kawat baja, kawat baja pertama dari
anyaman kawat baja harus berada pada anyaman kawat baja yang
lengkap sebelumnya, dan baglan yang tumpang tindih (overlap) tidak
kurang dari 450 mm.
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, cat, gemuk, dan karat
yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton.
e. Penyelesaian dengan mesin
Beton harus didistribusi atau disebar sesegera mungkin setelah beton
dicor, dibentuk dan diratakan dengan mesin pembentuk (finishing
machine). Mesin harus melintas setiap bagian permukaan jalan
beberapa kali dengan interval yang diperlukan untuk memperoleh
kepadatan yang sebagimana mestinya dan menghasilkan tekstur
permukaan yang rata. Kegiatan yang berlebihan di atas permukaan
beton harus dihindarkan. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan
gerakan mesin di atas acuan hams dijaga agar jangan sampai bergetar,
goyah atau getaran lainnya yang cenderung mempengaruhi presisi akhir.
Pada lintasan pertama mesin pembentuk (finishing machine), beton di
depan screed harus dibuat rata pada keseluruhan jalur yang dikerjakan.
47
| Rapat PCM
f. Penyelesaian dengan tangan
Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau
dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan jika tempat kerja sangat
terbatas untuk dilaksanakan dengan metode seperti yang disebutkan
dalam butir e) di atas, beton harus didistribusi dan dihampar dengan
tangan tanpa segregasi atau pra-pemadatan.
Beton yang dipadatkan dengan balok vibrator harus digetar sampai level
tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan,
permukaan beton lebih tinggi daripada acuan samping. Beton harus
dipadatkan dengan balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas
baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari 225
mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter
lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit
demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai alternatif
pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga
digunakan. Bilamana ketebalan beton melebihi 200 mm, atau bila
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, untuk menyempurnakan
pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar
perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan,
balok vibrasi harus dikembalikan sejarak 1,5 m untuk mengulang lagi
dengan pelan-pelan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk
memperhalus permukaan.
Gambar 8.3 Penghamparan Beton Dengan Tangan
48
| Rapat PCM
Permukaan beton kemudian harus diratakan dengan paling sedikit 2 kali
lintasan mistar lurus pengupas dengan panjang pisau tidak kurang dari
1,8 m. Bilamana permukaan beton koyak karena mistar lurus (straight-
edge), karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi,
lalu diikuti lagi dengan mistar lurus pengupas.
Bilamana penghamparan perkerasan beton bertulang harus
dilaksanakan dalam dua lapis, lapis pertama harus dihamparkan,
dibentuk dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja tulangan
setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera
setelah pemasangan baja tulangan maka lapis atas beton harus
dituangkan dan dlselesaikan.
g. Penyetrika (floating)
Setelah dibentuk dan dipadatkan, selanjutnya beton harus diperhalus,
diperbaiki dan dipadatkan lagi dengan bantuan alat-alat penyetrika,
dengan salah satu metode berikut,
1) Metoda Manual
Penyetrika memanjang yang dljalankan manuał dengan panjang tidak
kurang dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi
dengan pengaku agar tidak melentur atau melengkung. Penyetrika
memanjang dijalankan dari atas jembatan yang dipasang
membentang di kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu
sejajar dengan garis sumbu jalan (centreline), dan bergerak
berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju
sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-angsur dengan
pergeseran tidak lebih dari setengah panjang penyetrika. Setiap
kelebihan air atau całran harus dibuang ke luar sisi acuan pada setiap
lintasan.
2) Metoda Mekanik
Penyetrika mekanik harus dari rancangan yang disetujui Pengawas
Pekerjaan dan harus dałam keadaan dapat dijalankan dengan baik.
Penyetrłka harus disesuaikan dengan akurat terhadap punggung jalan
yang dikehendaki dan disesuaikan dengan mesin penyelesaian
melintang (transverse finishing machine).
49
| Rapat PCM
Sebagai altematif dari penyetrika mekanis yang disebutkan di atas,
Penyedia Jasa dapat menggunakan mesin yang mencakup
pemotong, penyetrika dan penghalus, yang dipasang pada dan
dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dljalankan dengan
alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping.
Bilamana diperlukan, setelah penyetrikaan dengan salah satu metode
di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada
permukaan beton dapat digunakan penyetrika dengan tangkai yang
panjang, dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150
mm. Penyetrika bertangkai ini tidak boleh digunakan pada seluruh
permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu
metode penyetrikaan di atas. Bila pembentukan dan pemadatan
dikerjakan tangan dan punggung jalan tidak mungkin dikerjakan
dengan penyetrika longitudinal, pemukaan harus digaru secara
melintang dengan penyetrika bertangkai. Perhatian khusus harus
diberikan pada punggung jalan selama kegiatan penyetrikaan ini.
Setelah penyetrikaan, setiap kelebihan air dan sisa beton yang ada di
pemukaan harus dibuang dari permukaan perkerasan dengan mistar
lurus pengupas sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus
dilintasi lagi dengan setengah panjang mistar lurus pengupas.
h. Memperbaiki permukaan
Setelah penyetrikaan selesał dan kelebihan air dibuang, sementara
beton masih plastis, bagian-bagian yang ambles harus segera diisi
dengan beton baru, dibentuk, dipadatkan dan diselesaikan (finishing)
lagi. Lokasi yang menonjol harus dipotong dan diselesaikan (finishing)
lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa
permukaan sambungan memenuhi kerataan yang disyaratkan.
Perbaikan pemukaan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan
didapati bebas dari perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan
beton memenuhi kelandaian dan penampang melintang yang diperlukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mistar lurus
(straightedge) tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan .
i. Membentuk tepian
Segera setelah beton dibentuk dan dipadatkan, tepi perkerasan beton di
sepanjang acuan dan pada sambungan harus diselesaikan dengan
50
| Rapat PCM
perkakas (edging tool) untuk membentuk permukaan seperempat
lingkaran yang halus dengan radius tertentu, bilamana tidak ditentukan
lain pada gambar, adalah 12 mm.
j. Penyelesaian permukaan
Setelah sambungan dan tepian selesal dikerjakan, dan sebelum bahan
perawatan pada permukaan perkerasan beton digunakan, permukaan
beton harus dikasarkan dengan disikat tegak lurus dengan garis sumbu
(centreline) jalan.
Pengkasaran ini dilakukan dengan menggunakan sikat kawat dengan
lebar tidak kurang dari 450 mm. Sikat tersebut harus terdiri dari dua baris
kawat dengan panjang kawat 100 mm dan ukuran kawat per 32 gauge
serta jarak kawat dari as ke as adalah 25 mm Kedua baris kawat harus
mempunyai susunan berselang-seling (zig-zag) sehingga jarak kawat
pada baris kedua dengan kawat pada baris pertama adalah 12,5 mm.
Masing-masing baris harus mempunyai 14 kawat dan harus diganti bila
panjang kawat terpendek telah mencapai 90 mm. Kedalaman tekstur
rata-rata tidak boleh kurang dari 3 mm.
k. Survey elevasi permukaan
Dalam 24 jam setelah pengecoran, Penyedia Jasa harus melakukan
survei elevasi permukaan dari lapis permukaan dan tebal lapisan.
Elevasi setiap titik dari lapis permukaan Lapis Fondasi Bawah Beton
Kurus tidak boleh berbeda lebih dari 10 mm di bawah atau 10 mm di atas
elevasi rancangan (-10, +10 mm) dan untuk Perkerasan Beton Semen
juga tidak boleh berbeda lebih dari 10 mm di bawah atau 10 mm di atas
elevasi rancangan (-10, +10 mm).
Lapis Pondai Bawah Beton Kurus harus mempunyai lereng melintang
sama dengan lereng melintang rancangan dengan toleransi ± 0,3 %.
l. Menguji permukaan
Begitu beton mengeras, permukaan Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus
atau Perkerasan Beton Semen harus diuji dengan memakai mistar lurus
(straight-edges) sepanjang 3,0 m. Lokasi yang menunjukan ketinggian
lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3,0 m, itu harus
ditandai dan segera diturunkan elevasinya dengan gurinda yang telah
disetujui, sampai elevasinya tidak melampaui 3 mm bilamana diuji ulang
dengan mistar lurus sepanjang 3,0 m. Bilamana penyimpangan
51
| Rapat PCM
penampang melintang terhadap yang semestinya malampaui 12,5 mm,
perkerasan beton harus dibongkar dan diganti oleh Penyedia Jasa atas
biaya sendiri.
Setiap lokasi atau ruas yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m
panjangnya atau tidak boleh kurang dari lebar lajur yang terkena
pembongkaran. Bilamana diperlukan dalam membongkar dan mengganti
suatu bagian perkerasan, setiap bagian yang tersisa dari pembongkaran
perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m,
harus ikut dibongkar dan diganti.
m. Perawatan (curing)
Permukaan Perkerasan Beton Semen yang terekspos harus segera
dirawat dengan penyemprotan bahan perawatan yang disetujui,
disemprot segera setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan
dengan sikat sesuai dengan kondisi berikut ini :
1) Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus dan tak
terputus, dan disemprotkan dengan merata dalam 2 kali
penyemprotan
a) Pertama-tama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air
pennukaan 'tidak begitu mengkilap", dan
b) Yang kedua 10 sampai 30 menit setelah itu atau sebagaimana
disarankan pabrik pembuatnya.
2) Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama
haruslah dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua
haruslah 15 sampai 45 menit sesudahnya.
3) Alat penyemprot yang dapat berjalan penuh merupakan prasyarat
untuk penghamparan perkerasan.
4) Masing-masing penyemprotan harus dengan kadar yang sesual
dengan sertifikat pengujian untuk perawatan yang efisien, harus
memenuhi nilai minimum 0,20 Itr/m2 , kecuali bahwa;
Untuk lokasi yang disemprot selain dengan alat penyemprot
mekanik, kadar penyemprotan harus lebih tinggi 25% dari kadar yang
disebutkan dalam sertifikat pengujian untuk perawatan yang efisien,
harus memenuhi nilai minimum 0,20 Itr/m2 . Lokasi ini termasuk
permukaan untuk sambungan dan ruas-ruas dengan tepi acuan
52
| Rapat PCM
bergerak yang ditunjang oleh acuan sementara pada saat
penyemprotan awal.
5) Setiap ruas yang penyemprotannya tidak memenuhi syarat harus
disemprot ulang dalam waktu 6 (enam) jam dengan kadar
penyemprotan yang telah diuji tidak kurang dari kekurangan dua kali
penyemprotan semula.
6) Lapisan perawatan harus dipertahankan utuh dalam bentuk selaput
(membrane) yang menerus dan tidak patah sampai kekuatan
lapangan mencapai 70% kekuatan rancangan. Setiap kerusakan
selaput perawatan (curing membrane) harus diperbaiki dengan
penyemprotan manual pada lokasi yang cacat.
Sebagai tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen
baru baik arah melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan
beton yang telah dicor sebelumnya dengan umur kurang dari 7 hari harus
dilakukan penyemprotan ulang nunimum 2 m pada sisi yang
bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat diperluas pada
lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada sambungan
konstruksi.
Untuk perkerasan beton semen fast track, setelah permukaan beton
cukup keras, bila diperlukan permukaan dapat ditutup dengan lembaran
penutup insulasi dalam Tabel di bawah ini.
Tabel 8.2 Penggunaan Penutup Insulasi
Temperatur (°C) Waktu Pembukaan Terhadap Lalu Lintas (jam)
8 24
10- 18 Ya Ya
18- 27 Ya Tidak
≥ 27 Tidak Tidak
Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus yang saat selesai dikerjakan harus
segera dirawat paling tidak sampai 70% kekuatan yang disyaratkan
tercapai. Perawatan permukaan harus dilaksanakan dengan salah satu
metoda berikut:
53
| Rapat PCM
1) Penutupan dengan lembaran plastik yang kedap sampai lapis
perkerasan berikutnya dihampar, tertambat kokoh terhadap tiupan
pada permukaan dan mempunyai sambungan tumpang tindih
sekurang-kurangnya 300 mm dan dipasang sedemikian hingga
kadar air di bawahnya tidak menguap keluar.
2) Sebelum permukaan disemprot dengan merata dengan bahan
perawatan berpigmen putih.
3) Pengabutan yang berkesinambungan menutup seluruh permukaan
dan mempertahankan kondisi kadar air yang permanen selama
seluruh durasi perioda perawatan. Perawatan dengan pembasahan
yang sebentar-sebentar tidak dapat diterima.
Gambar 8.4 Perawatan Beton
n. Membongkar acuan
Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang
baru dicor sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus
dibongkar dengan hati-hati agar tidak merusak perkerasan beton.
Setelah acuan dibongkar, bagian sisi perkerasan beton harus dirawat
(curing) sesual dengan butir m) di atas.
Lokasi keropos yang kecil harus dlbersihkan, dibasahi dan ditambal
dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2
agregat halus. Penambalan tidak boleh dilakukan sampai lokasi yang
keropos diperiksa dan metoda penambalan disetujui Pengawas
Pekerjaan.
54
| Rapat PCM
Lokasi yang banyak keroposnya dianggap pekerjaan yang cacat mutu
dan harus dibongkar dan diganti. Setiap lokasi atau ruas yang dibongkar
tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh
lajur yang terkena pembongkaran. Bilamana diperlukan dalam
membongkar dan mengganti suatu bagian perkerasan, setlap bagian
yang tersisa dari pembongkaran perkerasan beton dekat sambungan
yang panjangnya kurang dari 3,0 m, harus ikut dibongkar dan diganti.
Pengawas Pekerjaan harus menentukan kapan Perkerasan Beton Semen
dapat dibuka untuk lalu lintas. Perkerasan beton tidak boleh dibuka untuk lalu
lintas sebelum hasil pengujian terhadap benda uji yang dicetak dan dirawat
sesuai dengan SNI 4810:2013 mencapai 90% dari kuat lentur minimum (45
kg/cm2). Sebelum dibuka untuk lalu lintas, perkerasan beton harus
dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan harus telah selesai
dikerjakan.
Baik peralatan maupun lalu lintas, termasuk kendaraan kegiatan pekerjaan
tidak diperkenankan melewati permukaan Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus
yang telah selesai sampai beton tersebut mencapai paling tidak 70% dari
kekuatan yang disyaratkan
Setelah masa perawatan maka peralatan dan kendaraan yang diperlukan
untuk pekerjaan lanjutan diperkenankan melewati permukaan Lapis Fondasi
Bawah Beton Kurus.
Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus harus dipelihara sebagaimana mestinya
sebelum lapis perkerasan berikutnya dihampar. Setiap kerusakan sebagai
akibat dari sebab apapun harus diperbaiki dengan penggantian lokasi yang
bersangkutan dengan biaya Penyedia Jasa.
Tebal perkerasan beton aktual umumnya akan ditentukan dengan perbedaan
elevasi hasil survei sebelum dan sesudah perkerasan beton semen dicor.
Bilamana setiap lokasi yang tebal betonnya berbeda dengan yang dihitung
dari dua kali survei elevasi, Pengawas Pekerjaan dapat meminta
pengambilan benda uji inti untuk menetapkan tebal beton aktual pada lokasi
tersebut. Bilamana pengambilan benda uji inti ini diperlukan, tebal
perkerasan pada lokasi ini ditentukan dari hasil rata-rata pengukuran dengan
Sigmat terhadap benda uji inti yang diambil sesuai dengan SNI 03-6969-
2003.
55
| Rapat PCM
Dalam perhitungan tebal rata-rata perkerasan, pengukuran yang melampaui
lebih dari 5 mm dari tebal yang disyaratkan akan dipandang sebagai tebal
yang disyaratkan ditambah 5 mm.
Lokasi yang kurang sempurna dengan kekurangan tebal yang lebih dari 12,5
mm akan dievaluasi oleh Pengawas Pekerjaan, dan jika keputusannya
terhadap lokasi yang kurang sempurna ini memerlukan pembongkaran,
maka perkerasan tersebut harus dibongkar dan diganti dengan beton yang
tebalnya sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
3. Campuran Beraspal Panas
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis
perata , lapis fondasi, lapis antara atau lapis aus campuran beraspal panas
yang terdiri dari agregat, bahan aspal, bahan anti pengelupasan dan serat
selulosa (untuk ±), yang dicampur secara panas di pusat instalasi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di
atas fondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan
spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang
ditunjukkan dalam gambar.
Semua campuran dirancang dalam spesifikasi ini untuk menjamin bahwa
asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara,
stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.
Jenis campuran beraspal :
a. Stone Matrix Asphalt (SMA)
Stone Matrix Asphalt selanjutnya disebut SMA, terdiri dari tiga jenis: SMA
Tipis; SMA Halus dan SMA Kasar, dengan ukuran partikel maksimum
agregat masing-masing campuran adalah 12,5 mm, 19 mm, dan 25 mm
Setiap campuran SMA yang menggunakan bahan Aspal Polymer disebut
masing-masing sebagai SMA Tipis Modifikasi, SMA Halus Modifikasi dan
SMA Kasar Modifikasi.
b. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri
dari dua jenis campuran, HRS Fondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus
(HRS Wearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-
masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi
agregat kasar lebih besar daripada HRS-WC.
56
| Rapat PCM
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus
dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam
Spesifikasi dengan kunci utama yaitu gradasi yang benar-benar senjang.
c. Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)
Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tlga
jenis: AC Lapis Aus (AC-WC); AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-
BC) dan AC Lapis Fondasi (AC-Base), dengan ukuran maksimum agregat
masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, dan 37,5 mm. Setiap
jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polymer disebut
masing-masing sebagai AC-WC Modifikasi, AC-BC Modifikasi, dan AC-
Base Modifikasi.
Tebal lapisan toleransi :
a. Tebal setiap lapisan campuran beraspal bukan perata harus diperiksa
dengan benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa
sesual petunjuk Pengawas Pekerjaan. Benda uji inti (core) paling sedikit
harus diambil dua titik pengujian yang mewakili per penampang melintang
per lajur secara acak sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari 100 m
b. Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan
sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti (baik lebih maupun kurang
dari tebal yang ditunjukkan dalam gambar) yang diambil dari segmen
tersebut yang memenuhi syarat toleransi yang disyaratkan.
c. Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu kali produksi
AMP dalam satu hari pada satu hamparan.
d. Tebal aktual hamparan lapisan beraspal bukan perata, mendekati tebal
rancangan sepraktis mungkin sebagaimana yang ditunjukkan dalam
gambar. Pengawas Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui
dan menerima tebal aktual hamparan lapis pertama yang kurang dari tebal
rancangan yang ditentukan dalam gambar karena adanya perbaikan
bentuk.
e. Bilamana campuran beraspal yang dihampar lebih dari satu lapis dan tebal
aktual lapisan pertama tidak memenuhi tebal yang ditunjukkan dalam
gambar, maka kekurangan tebal ini dapat diperbaiki dengan penyesuaian
tebal dari lapis berikutnya. Tebal total campuran beraspal tidak boleh
57
| Rapat PCM
kurang dari jumlah tebal rancangan dari masing-masing jenis campuran
yang ditunjukkan dalam gambar minus 5 mm. Bilamana penyesuaian tebal
dari lapis berikutnya yang terakhir (lapis permukaan) pada suatu sub-
segmen tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang disebutkan di atas
maka sub-segmen yang tidak memenuhi syarat tersebut harus dibongkar
atau dilapis kembali dengan tebal nominal minimum yang disyaratkan.
f. Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal
Stone Matrix Asphalt Tipis : - 2,0 mm
Stone Matrix Asphalt Halus : - 3,0 mm
Stone Matrix Asphalt Kasar : - 3,0 mm
Lataston Lapis Aus : - 3,0 mm
Lataston Lapis Fondasi : - 3,0 mm
Laston Lapis Aus : - 3,0 mm
Laston Lapis Antara : - 4,0 mm
Laston Lapis Fondasi : - 5.0 mm
Tabel 8.3 Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal
Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal
Minimum (cm)
Stone Matrix Asphalt - Tipis SMA-Tipis 3,0
Stone Matrix Asphalt - Halus SMA-Halus 4,0
Stone Matrix Asphalt - Kasar SMA-Kasar 5,0
Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0
Lapis Fondasi HRS-Base 3,5
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
Lapis Antara AC-BC 6,0
Lapis Fondasi AC-Base 7,5
g. Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang
dihampar harus dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas
pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan
terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih
lima persen dan berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti
(core), maka Pengawas Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk
menyelidiki sebab terjadinya selisih berat ini sebelum menyetujui
58
| Rapat PCM
pembayaran bahan yang telah dihampar. Investigasi oleh Pengawas
Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
1) Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau
lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji Inti (core);
2) Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan
prosedur pengujian di laboratorium
3) Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan
pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di
lapangan.
4) Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara
terinci.
Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekuensi
pengambilan benda uji Inti (core), untuk survei geometrik tambahan
ataupun pengujian laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun
tindakan Iainnya yang dianggap perlu oleh Pengawas Pekerjaan untuk
mencari penyebab dilampauinya toleransi berat harus ditanggung oleh
Penyedia Jasa sendiri.
h. Perbedaan kerataan permukaan lapisan aus (SMA-Halus, SMA-Halus
Modifikasi, SMA-Kasar, SMA-Kasar Modifikasi, HRS-WC, AC-WC dan
AC-WC Modifikasi) yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi
kriteria berikut :
1) Kerataan Melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan
tepat di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk
lapis aus dan lapis antara atau 10 mm untuk lapis fondasi.
Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang melintang tidak
boleh melampaui 5 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang
melintang yang ditunjukkan dalam gambar.
2) Kerataan Memanjang
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer
tidak boleh melampaui 5 mm.
i. Bilamana campuran beraspal dihamparkan sebagai lapis perata maka
tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan
dan tidak boleh kurang dari diameter maksimum partikel yang digunakan.
59
| Rapat PCM
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan
dalam keadaan kering dan diperkirakan tidak akan turun hujan.
Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak terpenuhi atau
bilamana benda uji inti dari lapisan beraspal dalam satu sub-segmen
tidak memenuhi persyaratan tebal sebagaimana ditetapkan dalam
spesifikasi ini, maka panjang yang tidak memenuhi syarat harus
diperbaiki dengan jenis campuran yang sama panjang yang tidak
memenuhi syarat ditentukan dengan benda uji tambahan sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan selebar satu hamparan
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core)
atau Iainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran
beraspal oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan hlngga kepadatan serta
kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan dalam
spesifikasi.
Setiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata dengan
tebal yang bervariasi dalam suatu rentang sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar .
Penghamparan campuran beraspal panas dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu :
a. Menyiapkan permukaan yang akan dilapisi
1) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan
setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau
permukaan beraspal eksisting telah berubah bentuk secara
berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di
bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan
permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran
beraspal atau bahan lain yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung
sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak
memadai, sebagaimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan
plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan
bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus
dlteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound).
60
| Rapat PCM
Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang
disyaratkan untuk pelaksanaan lapis fondasi agregat.
2) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar
harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki
dengan sapu mekanis yang dibantu dengan cara manual bila
diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat (prime
coat) harus diterapkan sesuai dengan spesifikasi.
b. Acuan Tepi
Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan
besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana
dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya.
c. Penghamparan dan pembentukan
1) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat
penghampar harus dipanaskan. Campuran beraspal harus
dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta
bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
2) Penghamparan harus dimulal dari lajur yang lebih rendah menuju
lajur yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih
dari satu lajur.
3) Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan
selama penghamparan dan pembentukan.
4) Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan,
sisa campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur
yang disyaratkan.
5) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan
yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk
ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan
harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan dan ditaati.
6) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan,
maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan
lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
7) Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar
atau bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang
halus sedapat mungkin harus dihindari sebelum pemadatan.
61
| Rapat PCM
Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan di atas permukan yang
telah padat dan bergradasi rapat.
Gambar 8.5 Penghamparan Aspal
8) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin
pada tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
9) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau
hanya satu lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan
penghamparan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur yang satu
dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat
seminimal mungkin.
10) Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus
dipantau dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual
sebagaimana yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya
elevasi rancangan dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan
dari lapisan beraspal :
a) Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara
manual)
b) Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan superelevasi yang
diperlukan.
62
| Rapat PCM
c) Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang
telah dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya
pemadatan.
d) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan beraspal
eksisting dengan menggunakan batang perata, kawat baja
atau hasil penandaan survei.
d. Pemadatan
1) Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan
yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan
harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang disyaratkan.
2) Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang
terpisah berikut ini :
a) Pemadatan Awal
b) Pemadatan Antara
c) Pemadatan Akhir
3) Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik
dengan alat pemadat roda baja atau pemadat bergetar drum ganda
(twin drum vibratory) untuk SMA. Pemadatan awal harus
dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat
penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua
lintasan penggilasan awal.
Selain untuk SMA, pemadatan kedua atau utama harus
dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di
belakang penggilasan awal. Pemadatan kedua untuk SMA
menggunakan alat pemadat roda baja dengan atau tanpa
penggetar (vibrasi) sebagaimana hasil penghamparan percobaan
yang disetujui Pengawas Pekerjaan. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja
tanpa penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan
bekas jejak roda pemadatan setelah pemadatan kedua, pemadatan
akhir bisa tidak dilakukan.
4) Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan
melintang yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang
63
| Rapat PCM
diperlukan untuk menahan pergerakan campuran beraspal akibat
penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk menyambung
lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus
dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak
yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang
telah dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-
kira 15 cm.
5) Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali
untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah
lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada
titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
6) Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk
pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah
dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar
roda pernadat yang memadatkan tepi sambungan yang belum
dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus
dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi
sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang
dipadatkan dengan rapi.
7) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah
sehingga tidak mengakibatkan bergesemya campuran panas
tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah
secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan
terdorongnya campuran beraspal.
8) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara
menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat
campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat
dihilangkan.
64
| Rapat PCM
9) Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara
terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal
pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk
menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.
10) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas
permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh
permukaan tersebut dingin.
11) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari
kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa
di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan
dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa
atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa.
12) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan
lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang
disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang menjadi lepas
atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk
apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang
baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal
terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan
diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan
akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus
diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
13) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan,
Penyedia Jasa harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris
rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus
setelah pemadatan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar
daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
65
| Rapat PCM
Gambar 8.6 Pemadatan Aspal
e. Sambungan
1) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang
berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis
satu tidak terletak segaris yang Iainnya. Sambungan memanjang
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas
berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
2) Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran
beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana
tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau
dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan
alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal
sambungan harus lapis perekat.
4. Pasangan Batu
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan stuktur yang ditunjukkan dalam
gambar atau seperti yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan, yang dibuat
dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan,
penyiapan seluruh formasi atau fondasi termasuk galian dan seluruh
pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti
yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan.
Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti
dinding penahan tanah, talud, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala
gorong-gorong besar dari pasangan batu yang digunakan untuk menahan
beban luar yang cukup besar. Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan
sebagai penahan gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan
66
| Rapat PCM
selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong (spillway apron) atau
pekerjaan pelindung Iainnya pada lereng atau di sekitar ujung gorong-
gorong, maka Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework) atau
pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip rap) seperti yang disyaratkan
masing-masing, akan digunakan untuk pekerjaan ini.
Pelaksanaan pasangan batu :
a. Persiapan fondasi
1) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar, dasar
fondasi untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau
bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk
struktur lain, dasar fondasi harus mendatar atau bertangga yang
juga horisontal.
2) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung
penyaring harus disediakan bilamana disyaratkan.
3) Bilamana ditunjukkan dalam gambar, atau yang diminta lain oleh
Pengawas Pekerjaan, suatu fondasi beton mungkin diperlukan.
b. Pemasangan batu
1) Landasan dari adukan mortar semen baru paling sedikit 3 cm
tebalnya harus dipasang pada fondasi yang disiapkan sesaat
sebelum penempatan masing-masmg batu pada lapisan pertama.
Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan
pengelompokkan batu yang berukuran sama.
Gambar 8.7 Pemasangan Batu
67
| Rapat PCM
2) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan
muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding
dari batu yang terpasang.
3) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau
memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok
harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan
atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang tidak
diperkenankan.
c. Penempatan adukan mortar semen
1) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi
sampai merata dan dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan
penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya
landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang
bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
2) Tebal dari landasan adukan mortar semen harus pada rentang
antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum
untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang
terisi penuh.
3) Banyaknya adukan mortar semen untuk landasan yang
ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu
hanya dipasang pada adukan mortar semen baru yang belum
mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah
adukan mortar semen mencapal pengerasan awal, maka batu
tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan mortar semen yang baru.
d. Ketentuan lubang sulingan dan delatasi
1) Dinding dan pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang
sulingan. Kecuali ditunjukkan lain pada gambar atau diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan
dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu
lainnya dan harus berdiameter 50 mm
2) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan
tanah, maka delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak
68
| Rapat PCM
lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm lebamya dan harus
diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan
untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan
dimensi yang disyaratkan di atas.
3) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan drainase
porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih
sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika
melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut melewati
sambungan.
e. Pekerjaan akhir pasangan batu
1) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir
rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup
batu, sebagaimana pekerjaan dilaksanakan
2) Terkecuali disyaratkan Iain, permukaan horisontal dan seluruh
pasangan batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan mortar
semen tahan cuaca setebal 2 cm, dan dikerjakan sampai
permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang dapat
menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan
tahan cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur
yang disyaratkan.
3) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan mortar
semen masih baru, seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari
bekas adukan.
4) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang
disyaratkan.
5) Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat,
dan dalam waktu yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan
pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali harus
dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.
6) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
untuk memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan
pasangan batu sehingga akan memberikan drainase yang lancar
dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu
69
| Rapat PCM
5. Beton Kinerja Tinggi
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan
tambah membentuk massa padat
Beton kinerja tinggi adalah beton yang memiliki kinerja khusus, dan
persyaratan keseragaman (uniformity) yang tidak selalu dapat dicapai hanya
oleh material, pencampuran (mixing) normal, penempatan (placing), dan
perawatan (curing) konvensional. Persyaratan kinerja tersebut meliputi
penempatan dan pamadatan tanpa segregasi, kekuatan awal (early age
strength), keteguhan (toughness), stabilitas volume (volume stability), masa
layan (service life) seperti beton memadat sendiri (self compacting concrete,
SCC).
Gambar 8.8 Beton Kinerja Tinggi
Beton Memadat Sendiri (self compacting concrete, SCC) adalah beton yang
tidak memerlukan penggetaran untuk pemadatannya. Beton ini dapat
mengalir karena beratnya sendiri, sehingga dapat mengisi penuh acuan dan
memperoleh hasil beton yang padat dan kedap tanpa pemadatan, bahkan
pada penulangan yang rapat.
Beton Bervolume Besar (mass concrete) adalah beton dengan ukuran relatif
besar dengan dimensi terkecil sama atau lebih besar dari 1 m atau komponen
struktur dengan ukuran yang lebih kecil dari 1 m tetapi mempunyai potensi
menghasilkan temperatur maksimum/puncak melebihi batas temperatur
yang diizinkan.
70
| Rapat PCM
Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pengadaan perawatan beton, lantai kerja dan
pemeliharaan fondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar fondasi tetap kering.
Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam Kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Mutu beton yang
digunakan dalam Spesifikasi ini dapat dibagi sebagai berikut :
Tabel 8.4 Mutu Beton dan Penggunaan
Jenis
Beton fc ‘ (MPa) Uraian
Mutu
tinggi fc ' ≥ 45
Umumnya digunakan untuk beton pratekan
seperti tiang pancang beton pratekan, gelagar
beton pratekan, pelat beton pratekan,
diafragma pratekan, dan sejenisnya.
Mutu
sedang 20 ≤ fc ‘ < 45
Umumnya digunakan untuk beton bertulang
seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma non pratekan, kereb
beton pracetak, gorong-gorong beton
bertulang, bangunan bawah jembatan,
perkerasan beton semen.
Mutu
rendah
15 ≤ fc ‘ < 20 Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa
tulangan seperti beton siklop, dan trotoar
fc ' < 15 Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan
kembali dengan beton.
Pengajuan kesiapan kerja :
a. Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang
hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat
bahan yang disyaratkan.
b. Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design)
untuk masing-masing mutu beton yang akan digunakan sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian
71
| Rapat PCM
bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton di laboratorium
berdasarkan kuat tekan beton secara umum untuk umur 7 dan 28 hari
serta tambahan pengujian urnur 56 hari untuk beton bervolume besar,
kecuali ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh Pengawas Pekerjaan.
c. Beton Bervolume Besar
Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton ber-volume besar, Penyedia
Jasa harus menyerahkan Rancangan Pengendalian Temperatur disertai
dengan perhitungan rancangan untuk disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan. Rancangan tersebut berupa perancangan campuran beton
serta metode dan lama perawatan beton disertai dengan perlengkapan
berikut :
1) Pengendalian dengan Dinding Insulasi
Bila digunakan dinding pelapisan acuan untuk menjaga perbedaan
temperatur, bahan yang digunakan harus memiliki tingkat penahan
panas antara 2 - 4 hour-foot2/BTU.
I BTU (BTU : British Termal Unit) didefinisikan sebagai jumlah
panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur untuk 1
pound (sekitar 454 gram) air sebesar 1 derajat Fahrenheit. 143 BTU
dibutuhkan untuk mencairkan 1 pound es.
2) Peralatan Sensor Temperatur
Sensor temperatur yang digunakan adalah tipe thermistor atau
yang sejenisnya. Sensor harus dapat menunjukkan temperatur
dalam rentang 10 - 95 °C atau dalam rentang yang disyaratkan
dengan ketelitian baca 0,5 °C. Alat temperatur harus dikalibrasi.
d. Penyedia Jasa harus mengirim Gambar detail untuk seluruh perancah
yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
e. Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan
pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.
Semen sebagai salah satu bahan utama dalam pengecoran harus disimpan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
b. Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 30 cm dari lantai
ruangan, tidak menempel/melekat pada dinding ruangan dan tinggi
72
| Rapat PCM
timbunan maksimum 8 zak semen.
c. Tumpukan zak semen dlsusun sedemiklan rupa sehingga tldak terjadl
perputaran udara di antaranya, dan mudah untuk diperiksa.
d. Semen dari berbagai jenis/merek disimpan secara terpisah.
e. Semen yang baru datang tidak boleh ditumpuk di atas tumpukan semen
yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan
pengiriman.
f. Untuk semen dalam bentuk curah harus disimpan di dalam silo yang
terbuat dari baja atau beton dan harus terhindar dari kemungkinan
tercampur dengan bahan lain.
g. Apabila semen telah disimpan lebih dari 2 (dua) bulan, maka sebelum
digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut masih
memenuhi syarat.
Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan :
a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang
memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran
yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan dan dapat meliputi :
1) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang
belum dikerjakan;
2) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal;
3) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan.
b. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Pengawas Pekerjaan
dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah
dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan
tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang
diakibatkan oleh kelalaian Penyedia Jasa merupakan tanggung jawab
Penyedia Jasa dan harus dilakukan dengan biaya sendiri. Penyedia Jasa
tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul berasal dari
73
| Rapat PCM
bencana alam yang tidak dapat dihindarkan, asalkan pekerjaan yang
rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan oleh Pengawas Pekerjaan
secara tertulis telah selesai.
d. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana yang disyaratkan dapat mencakup pembongkaran dan
penggantian seluruh beton.
Tahapan dalam pelaksanaan pengecoran antara lain :
a. Penyiapan Tempat Kerja
1) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti
dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat
yang disyaratkan.
2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kernbali fondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan sesuai dengan ketentuan, dan harus
membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika
diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat
diperiksa dengan mudah dan aman.
3) Seluruh telapak fondasi, fondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas
persetujuan Pengawas Pekerjaan beton dapat dicor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.
4) Sebelum pelaksanaan pengecoran beton bervolume besar, Penyedia
Jasa harus menginspeksi dan menguji sistem sensor pengamatan
dan pencatatan temperatur. Selama pelaksanaan, semua proses
pengecoran harus diawasi dan dilaporkan secara harian kepada
Pengawas Pekerjaan. Salinan laporan harus tersedia di tempat
pekerjaan.
5) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
74
| Rapat PCM
benda lain yang akan dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.
6) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Pengawas Pekerjaan, bahan
landasan untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan
ketentuan.
7) Pengawas Pekerjaan akan memenksa seluruh galian yang disiapkan
untuk fondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja
tulangan atau pengecoran beton dan dapat meminta Penyedia Jasa
untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan
cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah fondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar fondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman dan fondasi dan/atau menggali dan
mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah fondasi
atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b. Acuan
1) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Pengawas Pekerjaan,
harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
2) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang
diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan
beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus
dibulatkan
4) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton dengan memberikan lapisan oil form pada permukaan
acuan sehingga beton tidak menempel.
75
| Rapat PCM
c. Pengecoran
1) Penyedia Jasa harus memberitahukan Pengawas Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton,
atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton
telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.
Pengawas Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan
tertulis dari Pengawas Pekerjaan.
2) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan
bilamana Pengawas Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
3) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi
dengan air atau diolesi minyak yang khusus (oilform) di sisi dalamnya
dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
4) Pekerjaan beton harus sudah selesai sebelum waktu ikat awalnya
(initial setting time).
5) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
6) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi
partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam
cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi
akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui
satu meter dari tempat awal pengecoran.
7) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk
yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor
dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15
cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus
76
| Rapat PCM
sepanjang seluruh keliling struktur. Apabila digunakan beton SCC,
maka beton dapat dicorkan tanpa berlapis.
8) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam acuan dengan ketinggian
lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat
dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus
dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, di mana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi
harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran
beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
9) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa
hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga
dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
10) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang
akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-
bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan aır hingga
jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang
kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya.
11) Air tidak boleh dialirkan di ataş atau dinaikkan ke permukaan
pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
12) Untuk meminimalisir terjadinya kenaikan temperatur pada saat
pengecoran beton bervolume beşar atau tingkat penguapan yang
melebihi 1 kg/m2/jam, sistem pendingınan menggunakan es batu
yang dihancurkan (tidak berupa bongkahan besar) pada beton segar
dapat dilakukan dengan sebagai bagian dari campuran beton atau
menginjeksi cairan nitrogen ke dalam mixer atau pendınginan agregat
dengan cara penyiraman agregat, dan pengendalian temperatur
semen.
77
| Rapat PCM
d. Pengendalian Temperatur Beton Bervolume Besar
1) Pengendalian dengan Komposisi Bahan
Pengendalian komposisi bahan beton untuk menghasilkan
temperatur beton maksimum yang disyaratkan harus dibuktikan
dengan pengukuran temperatur pada benda uji (mock up) dengan
ukuran minimum yang sesuai dengan elemen struktur yang akan
dilaksanakan
2) Sıstem Pendinginan Mekanis
Jika Penyedia Jasa memilih untuk menggunakan sistem pendinginan
mekanıs, maka harus direncanakan sesuai dengan rencana
pengendalian temperatur dengan persyaratan :
a) Sistem pendinginan mekanis harus terletak di dalam elemen
beton dan bila telah mencapai umur beton pengecoran
sambungan permukaan ke pipa pendingin harus dapat dibuang
sampaı kedalaman 10 cm dari permukaan.
b) Acuan harus dırencanakan sehingga pembukaan acuan tidak
menggangu pengamatan sistem pendingin dan temperatur
c) Pipa pendingin tidak boleh pecah atau melendut selama
pengecoran beton dan harus dijamin terlindung dari gerakan.
Pipa pendingin yang rusak harus segera diganti.
d) Sistem pendıngin mekanıs harus diuji tekan pada 30 psi selama
30 menit untuk mengetahui tidak ada kebocoran sebelum
pengecoran beton
e) Sirkulasi pendinginan sudah harus dilakukan saat pengecoran
dimulai setelah proses pendinginan selesai, pipa pendingin
harus segera digrouting dengan campuran grouting tanpa
penyusutan yang sesuai dengan ASTM C1 107-17 untuk 0,0
persen penyusutan dan ASTM C-82716 untuk pengembangan
0,0 — 4,0 persen. Pelaksanaan grouting harus sesuaı dengan
rekomendasi pabrik pembuatnya.
f) Setelah sambungan permukaan ke pipa pendingin dibuka,
lubang harus diisi dengan mortar.
3) Sistem Pengamatan dan Pencatatan Temperatur
Sistem pengamatan dan pencatatan temperatur harus terdiri dari alat
sensor temperatur yang dihubungkan ke sistem pengumpul data
78
| Rapat PCM
yang dapat mencetak, menyımpan, dan mengunduh (downloading)
data ke sebuah kompüter. Sensor temperatur harus diletakkan
sedemikian sehingga perbedaan temperatur maksimum dalam beton
dapat teramati. Sedikitnya, temperatur beton harus diamati pada
lokasi terpanas dari hasil perhitungan atau pada pusat massa, dan
pada sedikitnya 2 dinding luar atau pada kedalaman 50 mm dari
permukaan terluar dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
4) Pembacaan Temperatur
Pembacaan temperatur harus secara otomatis tercatat pada setiap
jam atau lebih cepat. Satu set sensor cadangan harus dipasang
dekat sensor utama. Sensor cadangan harus dapat dicatat, tapi
pencatatan tidak perlu dilakukan bila sensor utama bekerja dengan
baik. Pembacaan temperatur dapat dihentikan bila; perbedaan
temperatur di dalam beton dengan temperatur udara harian rata-rata
kurang dari perbedaan temperatur yang diizinkan selama tiga hari
berturut-turut dan tidak terdapat pengecoran beton bervolume besar
yang berdekatan. Data harus dicetak dan diserahkan pada
Pengawas Pekerjaan setiap hari.
5) Perlindungan Sensor
Metode pemadatan beton bervolume besar harus dapat melindungi
sistem pengamatan dan pembacaan temperatur. Kanel dari sensor
temperatur yang terpasang di dalam beton harus dilindungi dari
pergerakan. Panjang kabel harus dibuat sependek mungkin. Ujung-
ujung sensor temperatur tidak boleh bersentuhan dengan acuan atau
tulangan
6) Kegagalan Alat
Bila terdapat kerusakan alat pada sistem pengamatan dan
pencatatan temperatur, selama pelaksanaan beton bervolume
besar, Penyedia Jasa harus segera melakukan perbaikan sesuai
dengan Rencana Pengendalian Temperatur.
Kegagalan memenuhi persyaratan temperatur menyebabkan
penolakan hasil pekerjaan beton
7) Temperatur Yang Diizinkan (masuk persyaratan penerimaan)
Pekerjaan beton bervolume besar harus memenuhi kriteria
persyaratan penerimaan dan persyaratan temperatur berikut ini :
79
| Rapat PCM
a) Temperatur maksimum yang diizinkan 71°C;
b) Perbedaan temperatur maksimum yang diizinkan 21°C, kecuali
bisa dibuktikan dengan analisis bahwa struktur beton mampu
mengakomodasi perbedaan temperatur yang lebih besar dari 21
°C.
8) Kegagalan Pemenuhan Persyaratan Temperatur
Jika Penyedia Jasa gagal memenuhi persyaratan temperatur
makslmum sebagaimana yang disyaratkan, elemen beton yang
bersangkutan harus ditolak. Beton yang ditolak harus disingkirkan
atas biaya Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus memodifikasi
Rencana Pengendalian Temperatur dan perhitungan perencanaan
untuk mengatasi masalah dan menyerahkan kembali Rencana
Pengendalian Temperatur yang sudah dikoreksi.
9) Tenggang Waktu
Penyedia Jasa harus diberi waktu 15 hari untuk meninjau kembali
Rencana Pengendalian Temperatur yang dikoreksi. Pengecoran
tidak boleh dilakukan sebelum Pengawas Pekerjaan mengesahkan
Rencana Pengendalian Temperatur yang dikoreksi. Tidak ada
perpanjangan waktu atau penggantian untuk setiap penolakan
elemen struktur atau perbaikan Rencana Pengendalian Temperatur.
e. Sambungan Konstruksi (Construction Joint)
1) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis struktur yang diusulkan dan Pengawas Pekerjaan harus
menyetujui lokasi sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau
sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh
ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali
disyaratkan demikian.
2) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan
gaya geser minimum.
3) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus
menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
struktur tetap monolit.
80
| Rapat PCM
4) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan
kedalaman pallng sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak
fondasi dan dinding. Untuk pelat yang terletak di atas permukaan,
sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-
pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil
5) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga kerja dan bahan tambah
sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi
tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan
akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian
pekerjaan oleh Pengawas Pekerjaan.
6) Atas persetujuan Pengawas Pekerjaan, bahan tambah kimia
(admixture) dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan
konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya.
7) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak
diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air
terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan Iain
dalam Gambar.
f. Pemadatan
1) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik
Iain di dalam acuan.
2) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi
tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan,
dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
3) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga
menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan
terjadinya segregasi pada agregat.
4) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
81
| Rapat PCM
sekurang-kurangnya 5.000 putaran per menit dengan berat efektif
0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
5) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5.000 vibrasi per menit (vpm) apabila digunakan pada
beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius
daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
6) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke
dalam beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat
melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan
menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan
dimasukkan kembali pada posisi Iain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik,
juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke
lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
7) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam
Tabel.
Tabel 8.5 Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Alat
4
8
12
16
20
2
3
4
5
6
g. Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas fc ' 15
MPa dengan batu-batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan
dengan hati-hati, tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau
ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk
acuan atau pasangan-pasangan Iain yang berdekatan. Semua batu-batu
pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu
82
| Rapat PCM
pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton
siklop.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60
cm dapat digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap
batu harus cukup dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm, batu
pecah tidak boleh lebih dekat dari 30 cm dalam jarak terhadap
permukaan atau 15 cm dalam jarak terhadap permukaan yang akan
dilindungi dengan beton penutup (caping).
Pengerjaan akhir dalam pengecoran memiliki beberapa ruang lingkup, antara
lain :
a. Pembongkaran Acuan
1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa minimum 85% dari kuat tekan rancangan beton
telah dicapai.
2) Untuk memudahkan pekerjaan akhlr, acuan yang digunakan untuk