I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di ekosistem beberapa komponen kehidupan membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi, terputusnya salah satu mata rantai tersebut akan mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga harus dilestarikan. Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan, pengguna (konsumsi) dan lain-lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah menimbulkan gejala yang mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan produk pertanian. Ironisnya pengguna bahan kimia dan bahan an-organik lainya yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan pencemar itu merupakan hasil karya para ahli yang mengharapkan dapat menjawab tantangan kebutuhan hidup masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam proses budidaya tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembelahan sel atau meningkatkan aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik yang mudah didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hasil yang diperoleh dari usahatani demikian apabila diperhatikan sekilas memang bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya, tetapi jika kita teliti lebih detail, ternyata dibalik keherhasilan tersebut terdapat suatu kerugian yang tidak kalah besarnya, yaitu adanya pencemaran lingkungan dan produk pertanian, pemutusan mata rantai kehidupan dan efek-efek negatif lainnya yang akan sangat terasa bila sudah berjalan beberapa waktu lamanya. Efek residu dari penggunaan pestisida antara lain dapat mencemari tanah disertai matinya beberapa organisme perombak tanah, mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya binatang tersebut dapat bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan serangga hama. Dari hal ter sebut yang tidak kalah menariknya untuk kita renungkan adalah bahan aktif pestisida yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi dapat meracuni kita dan akan terakumulasi di dalam tubuh, maka tidak heran banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah bahan kimia tersebut, misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang teracuni langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah, 1
30
Embed
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - staff.unila.ac.idstaff.unila.ac.id/bungdarwin/files/2017/03/5-PEDOMAN-PERTANIAN...PENGERTIAN, BATASAN, DAN PRINSIP DASAR PERTANIAN ORGANIK 2.1 Pengertian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di
ekosistem beberapa komponen kehidupan membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi, terputusnya salah satu mata rantai
tersebut akan mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga harus dilestarikan.
Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan,
pengguna (konsumsi) dan lain-lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah menimbulkan gejala
yang mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan produk pertanian. Ironisnya pengguna bahan kimia dan bahan an-organik
lainya yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan pencemar itu merupakan hasil karya para ahli yang mengharapkan dapat
menjawab tantangan kebutuhan hidup masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam proses budidaya
tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang
pembelahan sel atau meningkatkan aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik yang mudah
didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Hasil yang diperoleh dari usahatani demikian apabila diperhatikan sekilas memang bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya, tetapi
jika kita teliti lebih detail, ternyata dibalik keherhasilan tersebut terdapat suatu kerugian yang tidak kalah besarnya, yaitu adanya
pencemaran lingkungan dan produk pertanian, pemutusan mata rantai kehidupan dan efek-efek negatif lainnya yang akan sangat terasa
bila sudah berjalan beberapa waktu lamanya. Efek residu dari penggunaan pestisida antara lain dapat mencemari tanah disertai
matinya beberapa organisme perombak tanah, mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya binatang tersebut
dapat bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan serangga hama. Dari hal ter sebut yang tidak kalah
menariknya untuk kita renungkan adalah bahan aktif pestisida yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi dapat meracuni kita dan
akan terakumulasi di dalam tubuh, maka tidak heran banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah bahan kimia tersebut,
misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang teracuni langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah,
1
daun, bunga, umbi dan lain-lain) yang jelas-jelas masih mengandung pestisida. Efek negatif yang berkepanjangan pada suatu areai pertanian akan
menurunkan produktifitas lahan itu sendiri. Dengan demikian tujuan yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas lahan pertanian
justru terbalik, bahkan akan menjadikan bumerang bagi kita.
Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang
mempertahankan keseimbangan lingkungan. Salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita dengar adalah
Pertanian Organik. Pertanian Organik merupakan suatu tekhnologi budidaya tanaman yang pada penerapannya disesuaikan dengan
keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan mata rantai
makhluk hidup.
1.2 Tujuan Tujuan utama pertanian organik, antara lain :
• Menghasilkan pangan berkualitas tinggi yang bebas residu pestisida, residu pupuk kimia organik sistetik, dan bahan kimia lainnya untuk
membantu meningkatkan kesehatan masyarakat
• Melindungi dan melestarikan keragaman hayati agar dapat berfungsi secara alami dalam mempertahankan interaksi di ekosistem
pertanian sesuai sistem alami
• Memasyarakatkan kembali budidaya organik untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan guna menunjang sistem
usahatani yang berkelanjutan
• Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan sarana produksi dari luar yang harganya mahal dan berpotensi menyebabkan
pencemaran lingkungan sehingga petani dapat memperhitungkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan pertanian organik dan
pengolahannya
• Mendorong meningkatnya siklus biologi dalam sistem usahatani dengan melibatkan tanah, tanaman, ternak, flora dan fauna dalam
ekosistem
2
• Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang secara berkelanjutan
• Efisiensi penggunaan air
• Memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya alam secara lokalita untuk mendukung sistem pertanian organik
• Mengembangkan keseimbangan yang harmonis antara produksi pertanian dan peternakan
II. PENGERTIAN, BATASAN, DAN PRINSIP DASAR PERTANIAN ORGANIK
2.1 Pengertian Pertanian Organik
Kegiatan usahatani secara menyeluruh dari proses produksi sampai proses pengolahan hasil yang dikelola secara alami dan ramah
lingkungan tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetic sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.
2.2 Batasan Pertanian Organik
Sistem usahatani bisa dikatagorikan pertanian organik apabila :
a. Lokasi, lahan dan tempat penyimpanan harus terpisah secara fisik dengan batas alami dari pertanian non organik.
b. Masa konversi lahan dari pertanian non organik menjadi pertanian organik diperlukan waktu 12 bulan untuk tanaman musiman dan 18
bulan untuk tanaman tahunan.
c. Bahan tanaman ( Benih/bibit) bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik ataupun
zat pengatur tumbuh.
d. Media tumbuh tidak menggunakan bahan kimia sintetik
e. Perlindungan tanaman tidak menggunakan bahan kimia sintetik, tapi berupa pengaturan sistem tanam/pola tanam , pestisida nabati,
agens hayati dan bahan alami lainnya.
f. Pengelolaan produk harus terpisah dari produk non organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive.
3
III. PROSPEK PERTANIAN ORGANIK
Prospek pertanian organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik dan cerah, karena kesadaran konsumen untuk
menkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin meningkat. Konsumen yang baik bukan hanya memperhatikan porsi yang
ideal dan makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan dampak-dampaknya.
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibanding dengan budidaya pertanian biasa. Beberapa kriteria yang
mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan, warnanya lebih menarik dan pasti lebih sehat karena tidak mengandung
residu bahan-bahan kimia.
Produk pertanian yang tidak mengandung residu bahan kimia berbahaya disukai konsumen saat ini dan masa mendatang, karena
masyarakat yang telah memahami tentang kesehatan akan memilih dan mengkonsumsi makanan yang tidak merugikan kesehatan
tubuh.
Dalam proses penerapan budidaya pertanian organik memang agak sulit dibandingkan dengan budidaya biasa yang menggunakan
bahan kimia (anorganik). Untuk itu orang yang akan mengembangkan pertanian organik harus mempunyai jiwa juang dan cinta
terhadap lingkungan dan semua isi alam. Harus mau mengenal alam dimana dia berada, mengembangkan cara-cara bertani yang
sesuai dengan keadaan alam setempat, mengenali dan mengembangkan sumber-sumber daya yang ada ditempat itu.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian organik adalah pemahaman tentang makhluk hidup dalam hubungannya
dengan lingkungan, sehingga mutlak dituntut kejelian dan ketelitian dalam setiap pengambilan keputusan serta tindakan di lahan usahataninya.
Sistem usahatani yang cocok untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah lainnya, karena berkaitan dengan varietas yang
ditanam akan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesuburan tanah, suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya matahari. Selain itu jenis
hama dan penyakit yang berkembang akan ditentukan oleh varietas yang ditanam, perlakuan budidaya dan pengaruh lingkungan
setempat, sehingga kita harus menyesuaikan keadaan setempat untuk menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan
tumbuhan, binatang, mikroorganisme, tanah, udara dan unsur-unsur yang lainnya.
4
IV. TEKNOLOGI PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK
Proses belajar dalam pelaksanaan kegiatan Penerapan Pertanian Organik diwujudkan dalam bentuk fasilitasi kegiatan Demonstrasi
Penerapan Pertanian Organik. Penerapan pertanian organik pada tahap awal dapat mengacu ke sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) atau ke Sistem Rice Intensification (SRI). Dari sistem tersebut dapat dipilih dan diaplikasikan di tingkat lapangan sesuai dengan
keadaan/ kebutuhan di masing-masing lokasi, dengan gambaran sebagai berikut :
a) Dasar Pemikiran Sistem PTT
5
Sistem Padi Sawah Masa Lalu
Hara tdktersedia Hara
tersedia Serapan
Hara tanaman
Pertumb. tanaman
Biomastanaman
Radiasi Suhu
Sistem Tanah Sistem Tanaman
Lingkungan
Pengelolaan
Bhn Org
>6 bln
1- 6 blnLAMBAT 0,4 kg N/hari
12 ton
Sistem Padi Sawah Masa Kini
Hara tdktersedia
Hara tersedia
Serapantanaman
Hara tanaman
Pertumb. tanaman
Biomastanaman
Suhu
Pupuk
Sistem Tanah Sistem Tanaman
RadiasiRadiasiRadiasiRadiasiLingkungan
Pengelolaan
<4 bln
<1 bln
Bhn Org
11 ton
CEPAT 0,8 kg N/hari
Tahapan menuju padi organik Nasional
Model PTT
PTT-Organik/ Semi organik
Model Supra InsusModel Supra InsusModel Supra Insus
Model PTT
Model PTT
PTT-Organik/ Semi organik
Padi-Organik
Wa
ktu
/Ta
hu
n Perubahan Proporsi Luas Area Adopsi
b) Dasar Pemikiran SRI
Lahan Demonstrasi Penerapan Pertanian Organik merupakan salah satu
fasilitas dalam proses belajar yang sangat menentukan. Lahan yang
digunakan adalah lahan milik petani/ kelompok tani peserta yang lokasi dan
tata letaknya sesuai persyaratan suatu petak demontrasi. Luas lahan
demonstrasi ditentukan seluas ± 15 Ha yang dikelola bersama dengan
perlakuan yang sama, yaitu sesuai ketentuan/syarat-syarat penerapan
pertanian organik. Pola pertanian organik/pertanian ramah lingkungan yang
akan diterapkan disesuaikan dengan keadaan dan kesesuaian di masing-
masing lokasi, antara lain :
1. Pola SRI
a. Pengolahan Lahan dan Pemupukan
• Pengolahan tanah dilakukan sebayak 3 kali, yaitu pembajakan, penggaruan, dan perataan tanah (ngangler). Setelah pembajakan
selesai, pupuk organik ditaburkan secara merata dengan dosis rata-rata 7.000 kg/ha atau sesuai kebutuhan setempat berdasarkan
analisis tanah dan analisis pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang bukan berasal dari kotoran ayam ras, tapi
merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik (bokasi).
• Pada saat dilakukan penggaruan dan pertaan tanah (ngangler) keadaan air macak-macak harus dipertahankan (pintu pemasukan dan
pengeluaran air ditutup) agar tanah dan unsur hara tidak terbawa hanyut.
• Setelah selesai perataan tanah dibuat saluran air tengah dan saluran air pinggir di sekeliling pematang.