WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011 14 OZONE HOLE DAN KETERKAITANNYA DENGAN PEMANASAN GLOBAL Oleh I Gusti Ngurah Puger 1 Abstrak: Pemanasan global yang berdampak luas pada per- ubahan iklim global, pada hakikatnya berkaitan erat dengan lubang ozon (ozone hole) dan gas rumah kaca. Adanya radikal Cl + yang berasal dari foto dekomposisi CFC oleh sinar ultra- violet dapat mengikat O yang berasal dari ozon, dan pada reaksi selanjutnya gas NO akan mengikat O yang berasal dari ozon mengakibatkan menipisnya lapisan ozon. Adanya radikal Cl + dan gas NO di stratosfer dapat mengakibatkan terjadinya lubang ozon. Lubang ozon ini akan berperan sebagai pintu masuk sinar ultraviolet ke bumi. Sinar ultraviolet ini sebagian diserap oleh bumi dan sebagian dipantulkan ke atmosfer. Karena sinar ultraviolet terperangkap oleh gas rumah kaca, maka sinar tersebut dipantulkan kembali ke bumi, demikian seterusnya. Kejadian inilah yang mengakibatkan adanya pema- nasan global. Kata kunci: Ozone hole, CFC, NO, sinar ultraviolet, dan pemanas- an global. 1) I Gusti Ngurah Puger adalah staf edukatif pada Universitas Panji Sakti Singaraja. Pendahuluan Bumi merupakan satu-satunya planet yang memiliki biosfer. Biosfer merupa- kan lapisan dari bumi yang dapat dihuni oleh makhluk hidup. Agar makhluk hidup di bumi tetap lestari, diperlukan berbagai upaya agar sinar matahari, terutama sinar ultraviolet yang dapat sampai ke bumi akan dapat membahayakan kehidupan di bumi. Secara alamiah, pada lapisan stratosfer bumi sudah ada lapisan yang dapat mencegah sinar ultraviolet matahari sampai ke bumi. Lapisan yang maha vital ini, sering dikenal dengan sebutan lapisan ozon (O3). Dengan adanya ozon, maka kita dan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi dapat melakukan aktivitas dengan aman. Radiasi ultraviolet sinar matahari dengan panjang gelombang kurang dari 240 nm di- serap oleh O2 dan O3 atmosfer, tetapi untuk panjang gelombang antara 240 nm dan 320 nm hanya O3 yang efektif. Panjang gelombang kurang dari 320 nm merupakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
14
OZONE HOLE DAN KETERKAITANNYA
DENGAN PEMANASAN GLOBAL
Oleh I Gusti Ngurah Puger1
Abstrak: Pemanasan global yang berdampak luas pada per-
ubahan iklim global, pada hakikatnya berkaitan erat dengan
lubang ozon (ozone hole) dan gas rumah kaca. Adanya radikal
Cl+ yang berasal dari foto dekomposisi CFC oleh sinar ultra-
violet dapat mengikat O yang berasal dari ozon, dan pada
reaksi selanjutnya gas NO akan mengikat O yang berasal dari
ozon mengakibatkan menipisnya lapisan ozon. Adanya radikal
Cl+ dan gas NO di stratosfer dapat mengakibatkan terjadinya
lubang ozon. Lubang ozon ini akan berperan sebagai pintu
masuk sinar ultraviolet ke bumi. Sinar ultraviolet ini sebagian
diserap oleh bumi dan sebagian dipantulkan ke atmosfer.
Karena sinar ultraviolet terperangkap oleh gas rumah kaca,
maka sinar tersebut dipantulkan kembali ke bumi, demikian
seterusnya. Kejadian inilah yang mengakibatkan adanya pema-
nasan global.
Kata kunci: Ozone hole, CFC, NO, sinar ultraviolet, dan pemanas-
an global. 1) I Gusti Ngurah Puger adalah staf edukatif pada Universitas
Panji Sakti Singaraja.
Pendahuluan
Bumi merupakan satu-satunya planet yang memiliki biosfer. Biosfer merupa-
kan lapisan dari bumi yang dapat dihuni oleh makhluk hidup. Agar makhluk hidup di
bumi tetap lestari, diperlukan berbagai upaya agar sinar matahari, terutama sinar
ultraviolet yang dapat sampai ke bumi akan dapat membahayakan kehidupan di bumi.
Secara alamiah, pada lapisan stratosfer bumi sudah ada lapisan yang dapat
mencegah sinar ultraviolet matahari sampai ke bumi. Lapisan yang maha vital ini,
sering dikenal dengan sebutan lapisan ozon (O3). Dengan adanya ozon, maka kita dan
makhluk hidup lainnya yang ada di bumi dapat melakukan aktivitas dengan aman.
Radiasi ultraviolet sinar matahari dengan panjang gelombang kurang dari 240 nm di-
serap oleh O2 dan O3 atmosfer, tetapi untuk panjang gelombang antara 240 nm dan
320 nm hanya O3 yang efektif. Panjang gelombang kurang dari 320 nm merupakan
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
15
spektra fotoabsorpsi ADN dan dapat menimbulkan gangguan pada proses biologis,
meliputi kanker kulit (Muderawan, 1991). Lebih lanjut dikatakan bahwa berkurang-
nya jumlah ozon atmosfer tidak sebanding dengan kenaikan jumlah radiasi ultraviolet
yang dapat menembus atmosfer dan mencapai bumi. Pengurangan 10% ozon meng-
hasilkan kenaikan 250% pada 290 nm, dan 500% pada 287 nm.
Dalam keadaan alamiah, setiap radikal oksigen dengan cepat bergabung
dengan molekul oksigen (O2) membentuk ozon (O3). Ozon dengan mudah menyerap
sinar ultraviolet atau tampak dan terdisosiasi menjadi dua bagian, yaitu O2 dan O.
Atom oksigen bebas akan bergabung dengan molekul oksigen lainnya membentuk
ozon kembali. Ozon dapat bertumbukan dengan atom oksigen bebas dan membentuk
dua molekul oksigen stabil. Proses ini akan berlangsung terus dan menghasilkan ozon
dalam keadaan tetap (dynamic steady state), di mana laju pembentukan ozon sama
dengan laju peruraian. Laju pembentukan ozon adalah sekitar 107 molekul cm-3 detik-1
pada ketinggian 30 km (Puger, 2010).
Menurut Jones dan Wigley (1989), penggunaan zat kimia secara luas, seperti
klorofluorokarbon (CFC) yang dikenal pula dengan nama freon dapat menyebabkan
hilangnya ozon secara drastis. CFC pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada
tahun 1928 untuk menggantikan berbagai bahan lain yang dianggap tidak aman untuk
mesin pendingin. CFC sangat stabil, tidak mudah terbakar dan sangat ekonomis, diper-
kenalkan dalam kaleng aerosol dan busa, seperti untuk pemadam api. Dua jenis freon
yang utama dan banyak digunakan adalah freon-11, memiliki rumus molekul CFCl2,
dan freon-12 dengan rumus molekul CF2Cl2. Karena kestabilannya, CFC bisa bertahan
sangat lama, untuk freon-11 dan freon-12, masing-masing mampu bertahan sampai
75 tahun dan 100 tahun.
Perlu diketahui bahwa, CFC yang lepas sampai ke atmosfer bumi merupakan
ancaman yang serius bagi bumi itu sendiri. Di satu sisi, CFC merupakan ancaman ter-
hadap kerusakan lapisan ozon, dan di sisi lain, CFC merupakan gas rumah kaca (GRK).
Oleh karena itu, pemakaian CFC dan sejenisnya harus dihentikan dengan cara mencari
senyawa pengganti yang ramah dan aman terhadap lingkungan. Kesepakatan pengu-
rangan dan penghentian pemakaian CFC ini telah disepakati bersama oleh negara-
negara industri, berdasarkan kesepakatan internasional yang diadakan di Montreal,
Kanada pada tahun 1986. Dalam kesepakatan tersebut diharapkan penurunan pro-
duksi sampai 20% dicapai pada tahun 1993, kemudian penurunan produksi sampai
dengan 30% dicapai pada tahun 1998 (Wardhana, 2010).
Berkaitan dengan uraian yang sudah disebutkan, dalam artikel ini diajukan dua
permasalahan, yaitu: Bagaimanakah proses terbentuknya lubang ozon pada atmosfer
bumi?, dan Bagaimanakah keterkaitan lubang ozon dengan pemanasan global?
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
16
Lubang Ozon
Ozon yang kita bicarakan pada bagian ini ialah ozon dalam lapisan stratosfer.
Ozon ini adalah ozon ‘baik’ karena ia melindungi makhluk hidup dari penyinaran sinar
ultraviolet (UV). Ozon di dalam troposfer, walaupun susunan kimianya sama dengan
ozon di stratosfer, mempunyai efek lain terhadap bumi dan makhluk hidup yang
menghuninya. Ozon di troposfer ini bersifat racun dan merupakan salah satu gas
rumah kaca. Karena itu, ozon ini merupakan ozon ‘buruk’.
Ozon mempunyai rumus kimia O3, jadi menyerupai rumus kimia molekul
oksigen ‘O2’ dengan sebuah atom oksigen lebih banyak. Dengan demikian, ozon mem-
punyai berat jenis 1,5 kali lebih besar daripada gas oksigen. Pada suhu kamar, ozon
juga berupa gas. Ia mengkondensasi pada suhu -112oC menjadi zat cair yang berwarna
biru. Zat cair ini membeku pada -251,4oC. Di atas 100oC ozon dengan cepat mengalami
dekomposisi.
Ozon adalah zat oksidan yang kuat, beracun, dan zat pembunuh jasad renik
yang kuat pula. Karena itu, ozon digunakan untuk menyucihamakan air minum, misal-
nya dalam produksi air minum yang kini banyak kita kenal yang dikemas dan dijual
dalam botol plastik. Kecuali menyucihamakan air minum, ozon juga menghilangkan
warna dan bau yang tidak enak dari air. Ozon mengganggu kesehatan tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Menurut Soemarwoto (1992), di dalam stratosfer, ozon terbentuk secara
alamiah dari molekul oksigen (O2) melalui reaksi fotokimia, yaitu reaksi kimia yang
menggunakan cahaya sebagai sumber energinya. Untuk reaksi ini, diperlukan energi
yang besar. Karena itu, dalam pembentukan ozon dari molekul oksigen diperlukan
sinar UV dengan gelombang pendek.
Sinar UV yang dipancarkan oleh matahari dapat dibagi dalam empat bagian.
Bagian pertama disebut sinar UV-A, dengan panjang gelombang antara 320 sampai
400 nm; bagian kedua sinar UV-B dengan panjang gelombang antara 280 sampai 320
nm; bagian ketiga sinar UV-C dengan panjang gelombang antara 200 sampai 280 nm,
dan yang keempat UV ekstrem dengan panjang gelombang antara 100 sampai 200 nm.
Menurut hukum fisika, makin pendek panjang gelombang sejenis sinar, makin tinggi
energi yang terkandung olehnya. Sinar UV ekstrem dan UV-C yang berenergi tinggi
seluruhnya terabsorpsi dalam pembentukan ozon.
Ozon yang terbentuk mengalami pula reaksi fotokimia, yaitu pecah kembali
menjadi O2. Reaksi ini memerlukan energi yang lebih kecil daripada pembentukannya
dari molekul oksigen, yaitu cukup dengan energi yang terkandung dalam UV-B yang
bergelombang lebih panjang. Reaksi ini mengabsorpsi sebagian besar sinar UV-B.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
17
Dalam alam, pembentukan dan destruksi ozon ada dalam keadaan seimbang,
sehingga kadar ozon terdapat dalam keseimbangan dinamik. Kedua reaksi tersebut
dengan efektif dapat menghalangi sinar UV esktrem dan UV-C serta sebagian sinar UV-
B untuk sampai ke bumi. Inilah mekanisme alam yang melindungi bumi dan penghu-
ninya dari penyinaran UV bergelombang pendek yang berbahaya bagi kehidupan.
Kedua reaksi itu juga merupakan sebab naiknya suhu di dalam stratosfer dibanding-
kan dengan di troposfer.
Ozon yang terbentuk tinggal di stratosfer pada ketinggian 12 sampai 25 km
sebagai lapisan yang menyelimuti bumi. Kadar ozon itu sangatlah rendah, sehingga
seandainya seluruh ozon yang ada di stratosfer itu dipadatkan pada suhu dan tekanan
di permukaan bumi tebal lapisan ozon itu hanyalah beberapa milimeter saja. Kadar
ozon dinyatakan dalam satuan dobson. Satu unit Dobson ialah satu seperseratus
(1/100) milimeter tebal lapisan ozon pada suhu dan tekanan standar, yaitu 0oC dan
tekanan udara 1 atmosfer (Gribbin, 1990).
Dalam tahun 1985, Farman dan kawan-kawannya yang merupakan anggota
tim peneliti Antarktika Inggris mengumumkan, antara tahun 1977 sampai 1984 kadar
ozon di atas stasiun penelitian mereka di Halley Bay, Antarktika, telah turun dengan
drastis. Penurunan ini terjadi pada bulan Oktober, yaitu musim semi di Antarktika
pada waktu matahari mulai terbit lagi setelah sepanjang musim dingin tak ada
matahari. Antara tahun 1950 dan pertengahan 1970-an kadar ozon itu berkisar se-
kitar 300 unit Dobson, yaitu setebal lapisan 3 mm pada suhu dan tekanan standar.
Akan tetapi, pada bulan Oktober 1978, kadar itu turun menjadi hanya 125 unit
Dobson. Temuan tim Inggris ini membuat kehebohan, karena satelit Nimbus 7
Amerika Serikat tidak melaporkan penurunan yang drastis itu. Padahal satelit itu
telah mengorbit sejak tahun 1978 dan secara teratur memantau kadar ozon dengan
peralatan pengukuran ozonnya ‘Total Ozone Mapping Spectrometer (TOMS)’ dan Solar
Backscatter Ultraviolet (SBUV). Para pakar di Goddard Space Flight Center yang ber-
tanggung jawab atas eksperimen TOMS dan SBUV sangat terkejut dan merasa keco-
longan. Dengan saksama mereka memeriksa kembali rekaman TOMS dan SBUV dan
ternyata penurunan itu sebenarnya terekam oleh kedua peralatan tersebut. Akan
tetapi, karena para pakar belum pernah menjumpai kadar yang sangat rendah itu,
mereka menginstruksikan kepada komputer yang mengolah data itu untuk menolak
semua angka di bawah 180 unit Dobson. Angka yang rendah itu dianggap salah. Data
TOMS dan SBUV yang diperiksa kembali itu memperkuat temuan Farman dan laporan
Farman itu tidak lagi diragukan oleh para peneliti lain. Seperti telah disebut di muka,
penurunan kadar ozon yang drastis itu kemudian mendapatkan julukan lubang ozon
(ozone hole) (Soemarwoto, 1992).
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
18
Lubang ozon sangat merisaukan, karena dengan menurunnya kadar ozon itu
berarti akan makin bertambahnya sinar UV-B yang akan dapat sampai ke bumi.
Dampak bertambahnya sinar UV-B itu akan sangat besar terhadap makhluk hidup di
bumi. Karena itu, pengumuman tim Inggris itu menarik banyak perhatian dan banyak
penelitian dilakukan untuk berusaha mengungkapkan sebab terjadinya lubang ozon.
Sebelum ditemukannya lubang ozon itu, sebenarnya telah ada kekhawatiran
akan terjadinya masalah itu, yaitu dalam kaitannya dengan pengembangan pesawat
supersonik (SST = Supersonik Transport). Para pakar dan para aktivis lingkungan
mengkhawatirkan uap air dan oksida nitrogen (NOx) yang dihasilkan dalam pemba-
karan bahan bakar pesawat itu akan merusak lapisan ozon di stratosfer. Sistem
NO/NO2 merupakan sistem katalisator perusakan ozon. Gerakan lingkungan itu meru-
pakan faktor penting dalam terhentinya proyek SST Amerika Serikat, namun proyek
pesawat Concord yang dibiayai oleh Inggris dan Perancis dapat terus berjalan. Akhir-
akhir ini kekhawatiran itu timbul lagi dengan adanya usul pembuatan SST baru yang
disebut ‘Orient Express’ yang terbang pada ketinggian yang lebih tinggi lagi.
Ada pula kekhawatiran lain, yaitu naiknya kadar N2O di dalam atmosfer. N2O
itu berasal dari, antara lain, pembakaran biomassa dan penggunaan pupuk N. Di
dalam atmosfer, N2O itu naik sampai ke stratosfer. N2O merupakan sumber untuk ter-
jadinya NO. Kekhawatiran tentang kerusakan ozon itu meningkat setelah Molina dan
Rowland dalam tahun 1973 mengumumkan temuan mereka bahwa segolongan zat
kimia yang disebut klorofluorokarbon, yang disingkat CFC, berpengaruh sangat besar
terhadap perusakan ozon. Setelah itu, CFC mendominasi permasalahan perusakan
ozon dan menjadi zat yang sangat dicurigai sebagai penyebab utama terjadinya
lubang ozon. Karena pentingnya kedudukan CFC dalam masalah lubang ozon, baiklah
kita uraikan dulu tentang CFC.
Klorofluorokarbon merupakan segolongan zat kimia yang terdiri atas tiga jenis
unsur, yaitu klor (Cl), fluor (F), dan karbon (C). Singkatan umum untuk klorofluoro-
karbon adalah CFC. Di samping CFC, terdapat pula segolongan zat kimia lain yang
merusak ozon, yaitu yang disebut halon, dan juga karbontetraklorid (CCl4).
CFC tidak ditemukan dalam alam, melainkan merupakan zat hasil rekayasa
manusia. Ia ditemukan dalam tahun 1920-an. CFC tidak beracun, tidak terbakar, dan
sangat stabil karena tidak mudah bereaksi. Karena itu, ia merupakan zat yang sangat
ideal untuk industri. CFC-12 (CCl2F2) sangat banyak digunakan sebagai zat pendingin
dalam kulkas dan AC mobil. AC rumah lebih banyak menggunakan zat yang menye-
rupai CFC, yaitu HCFC-22 (CHClF2). Perkembangan mesin pendingin ini memacu per-
kembangan industri makanan, pembangunan gedung perkantoran yang besar-besar
dan pariwisata, misalnya hotel dan toko swalayan. Di dalam industri CFC-11 (CFCl3)
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
19
digunakan untuk membuat plastik busa, misalnya bantal kursi dan jok mobil, plastik
pelindung dalam kemasan serta piring dan gelas plastik. Kebutuhan plastik busa naik
pula untuk digunakan sebagai bahan untuk mengisolasi ruangan dari panas atau
dingin, karena naiknya harga energi untuk memanasi atau mendinginkan ruangan.
Campuran CFC-11 dan CFC-12 merupakan bahan utama sebagai gas pendorong pada
aerosol, yaitu bahan yang dikemas dalam kaleng pada tekanan tinggi. Bahan itu dapat
disemprotkan dengan memijat sebuah tombol kecil pada kaleng itu. Beberapa contoh
ialah kemasan aerosol parfum, zat pewangi, hairspray, deodoran, zat pembersih kaca,
dan racun hama. Di dalam industri elektronika, CFC-113 digunakan sebagai zat untuk
membersihkan permukaan mikrocip dari berjenis kotoran. Ia digunakan pula dalam
dry cleaning. Kiranya tak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mengenyam manfaat
CFC. Orang di desa yang membeli barang elektronik yang dikemas dalam dus dengan
dilindungi plastik busa, misalnya, secara tidak langsung telah juga ikut mengonsumsi
CFC (Jones dan Wigley, 1989).
Di samping manfaat CFC di atas, perlu juga diketahui bahwa gas CFC tidak
mudah terurai bila terlepas ke atmosfer, sehingga bisa sampai ke lapisan stratosfer.
Selain bersifat sebagai gas rumah kaca, gas CFC juga bersifat merusak lapisan ozon
sehingga timbul lubang ozon atau ozone hole. Lapisan ozon adalah lapisan pelindung
bumi terhadap radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Apabila lapis-
an ozon rusak, muncul lubang ozon karena lapisan ozon ‘termakan’ oleh gas CFC.
Fungsi lapisan ozon sebagai pelindung bumi pun hilang. Sinar ultraviolet akan mene-
robos atmosfer bumi dan terus sampai ke bumi. Akibatnya, bumi menjadi panas.
Menurut Wardhana (2010), adapun lubang ozon terbentuk karena reaksi foto
dekomposisi oleh energi sinar ultraviolet sebagai berikut.
Reaksi (2) tersebut di atas adalah reaksi terjadinya lubang ozon yang melolos-
kan sinar ultraviolet menembus atmosfer bumi sehingga bumi menjadi panas. Selan-
jutnya pada reaksi (3) tersebut di atas adalah reaksi ikutan yang menghasilkan atom
Cl yang termasuk ke dalam kelompok halogen yang bersifat reaktif. Dalam kelompok
halogen, reaktivitas atom Cl cukup tinggi, menempati urutan kedua setelah reaktivitas
atom Fluor. Ada kemungkinan bahwa atom Cl yang reaktif tersebut akan makin reaktif
saat terkena sinar ultraviolet, karena atom Cl berubah menjadi radikal Cl+, seperti
yang terjadi pada reaksi (1). Reaksi kerusakan lapisan ozon akan berlanjut sebagai
berikut.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
20
Cl + sinar ultraviolet ---> Cl+ (4)
O3 + Cl+ ---> O2 + ClO (5)
Reaksi (5) tersebut di atas adalah reaksi kerusakan lapisan ozon tahap kedua,
sedangkan kerusakan lapisan ozon tahap ketiga diakibatkan adanya Nitrogen Oksida
dalam lapisan atmosfer. Reaksi kerusakan lapisan ozon tahap ketiga didahului oleh
reaksi foto dekomposisi oleh energi sinar ultraviolet terhadap ozon itu sendiri. Reaksi
tahap ketiga adalah sebagai berikut.
O3 + sinar ultraviolet ---> O2 + O (6)
Kemudian atom O yang terbentuk pada reaksi (6) akan bereaksi lebih lanjut dengan
molekul ClO, sebagai berikut. ClO + O ---> Cl + O2 (7) Cl + O2 ---> ClO + O2 (8) --------------------------- + O + O2 ---> 2O3 (9)
Reaksi (9) sebenarnya merupakan reaksi pembentukan ozon alamiah, tetapi hanya
bersifat ‘sementara’ karena ozon yang baru terbentuk akan bereaksi lagi. ClO + NO ---> Cl + NO2 (10) O3 + Cl ---> ClO + O2 (11) ----------------------------- + O3 + NO ---> NO2 + O2 (12)
Reaksi (12) adalah kerusakan lapisan ozon tahap ketiga, yaitu reaksi adanya NO di
atmosfer yang dipicu oleh keberadaan CFC yang terlepas ke lapisan atmosfer bumi.
Pada saat ini lubang ozon telah tampak di atas Kutub Selatan yang menyebab-
kan suhu udara Kutub Selatan lebih hangat dari sebelumnya. Akibatnya, sebagian es
mencair dan banyak pulau es yang hilang karena pencairan tersebut. Lubang ozon di
atas Kutub Selatan pada saat ini makin besar dan mulai bergerak ke arah khatulistiwa.
Bila tidak ada usaha menghentikan pergerakan lubang ozon yang makin besar dan
menuju ke arah utara tersebut, maka negara-negara yang berada di khatulistiwa, ter-
masuk Indonesia akan mengalami bencana.
Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa senyawa kimia CFC kini mulai dila-
rang penggunaannya karena dapat merusak lapisan ozon. Akan tetapi ada negara
industri yang melanggar larangan pemakaian CFC dan tetap memakai senyawa kimia
tersebut dalam aktivitas industrinya, karena hanya memikirkan keuntungan tanpa
memedulikan kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Senyawa CFC memiliki
nama dagang freon atau juga suva (khusus buatan Du Pont).
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
21
Senyawa-senyawa kimia yang merupakan turunan CFC mempunyai kestabilan
atau waktu tinggal (residence time) yang cukup lama, hingga puluhan tahun, bila ter-
lepas ke atmosfer dan pada umumnya bisa menembus sampai melewati lapisan tro-
posfer atas bahkan ada yang sampai ke lapisan stratosfer. Pemakaian senyawa CFC
dan sejenisnya di dunia cukup banyak, dapat mencapai ratusan ribu ton per tahunnya,
sehingga kemungkinan terlepas ke atmosfer cukup besar. Kalau tidak dikendalikan,
pemakaian CFC jelas merupakan ancaman terhadap kerusakan lapisan ozon. Waktu
tinggal senyawa-senyawa tersebut bila terlepas ke atmosfer dan perkiraan emisi se-
nyawa tersebut terlepas ke atmosfer antara lain dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Waktu tinggal senyawa CFC dan sejenisnya di atmosfer.
No. Nama Senyawa Kimia Waktu Tinggal (Tahun) Emisi (1000 ton Per Tahun)
1. Carbon Tetra Chlorid 67 66
2. CFC-11 76 238
3. CFC-12 139 412
4. CFC-113 92 138
5. Halon-1211 12 3
6. Halon-1301 101 3
7. Methyl Chloroform 8 474
Sumber: Wardhana (2010).
Dampak lubang ozon tidak hanya terbatas pada tumbuhan dan hewan, melain-
kan juga pada manusia. Karena energi yang tinggi yang dikandungnya, sinar UV-B juga
dapat merusak protein dan ADN, pembawa sifat keturunan makhluk hidup. Perusakan
ADN dapat mengubah sel menjadi sel kanker, khususnya kanker kulit. Kepekaan ter-
hadap penyakit kanker kulit lebih tinggi pada orang yang berkulit putih daripada
orang berwarna. Hal ini karena pigmen kulit melanin merupakan pelindung terhadap
penyinaran UV-B. Salah satu jenis kanker kulit tersebut ialah melanoma yang jumlah
kasusnya lebih sedikit daripada kanker kulit yang lain, namun mempunyai mortalitas
yang lebih tinggi. Di seluruh dunia, setiap tahunnya sekitar 10.000 orang meninggal
karena kanker ini.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan, pada pen-
duduk yang berkulit putih makin dekat tempat tinggal orang ke khatulistiwa, makin
tinggi laju kematian karena kanker kulit melanoma. Hubungan itu disebabkan karena
makin mendekati khatulistiwa, makin banyak pula penyinaran UV-B. Hubungan yang
serupa terdapat pula di Inggris, Norwegia, Australia, dan Selandia Baru.
Lubang Ozon dan Pemanasan Global
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
22
Pemanasan global telah menjadi isu Internasional yang hangat, meskipun se-
benarnya masih terdapat ketidakpastian yang besar. Isu tersebut timbul mengingat
pemanasan global akan mempunyai dampak yang sangat besar, apabila ia benar ter-
jadi. Dampak itu ialah perubahan iklim sedunia dan kenaikan permukaan air laut.
Rincian perubahan iklim yang akan terjadi itu belum diketahui. Diperkirakan hujan
secara global akan bertambah, tetapi ada daerah yang hujannya akan berkurang dan
ada pula yang bertambah. Hal ini akan mengacaukan sistem pertanian yang ada dan
akan diperlukan biaya yang sangat besar untuk melakukan penyesuaian. Frekuensi
dan intensitas badai dan topan mungkin meningkat. Perubahan iklim juga akan me-
nyebabkan kepunahan banyak jenis.
Sampai pada akhir dekade 1970-an, pemanasan global hanyalah diperdebatkan
di kalangan para ilmuwan. Masyarakat umum belumlah mempunyai perhatian terha-
dapnya. Akan tetapi, dengan makin banyaknya didapatkan petunjuk tentang kemung-
kinan terjadinya pemanasan global dan dengan makin banyak diketahuinya pula
dampak yang dapat ditimbulkan olehnya, masyarakat ramai pun ikut memperbin-
cangkannya. Dengan perkembangan ini, para politisi pun tidak lagi dapat mengabai-
kannya. Sehubungan dengan itu, pada tahun 1987, Kongres Amerika Serikat telah
mengadakan dengar pendapat dengan para ilmuwan. Dari dengar pendapat itu, para
wakil rakyat itu mengambil simpulan bahwa pemanasan global itu memang perlu di-
perhatikan. Sejak itu, permasalahan pemanasan global menjadi isu yang hangat, tidak
saja di Amerika Serikat, melainkan di seluruh dunia.
Soemarwoto (1992) menyatakan pemanasan global merupakan gejala naiknya
suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Oleh karena itu,
untuk dapat memahami pemanasan global, kita perlu menelaah lebih dahulu efek
rumah kaca.
Efek rumah kaca dalam kaitan dengan pemanasan global disebabkan oleh ada-
nya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dapat memantulkan
sinar matahari yang terperangkap di bumi secara berulang-ulang ke bumi. Pemantul-
an sinar matahari ke bumi secara berulang-ulang oleh gas rumah kaca ini, mengaki-
batkan temperatur permukaan bumi meningkat. Bahkan Wardhana (2010) menyata-
kan suhu atmosfer bumi pada saat ini terasa lebih panas daripada sebelumnya. Para
ahli klimatologi memperkirakan bahwa suhu atmosfer bumi telah naik rata-rata se-
besar 0,5oC dari 100 tahun yang lalu. Bahkan berdasarkan pengamatan 30 tahun ter-
akhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di seluruh dunia 2oC. Pada beberapa bagian
belahan bumi ada yang kenaikan suhu rata-rata udaranya lebih besar dari 2oC, misal-
nya kota Bandung sampai mencapai hampir 4oC, kota Jakarta mencapai hampir 5oC,
Kanada dan Amerika, khususnya di California, mencapai keadaan ‘sangat panas’ yang
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
23
menyebabkan kekeringan yang sangat dan kebakaran hutan. Kenaikan suhu rata-rata
tersebut akan terus bertambah bila tidak ada usaha pencegahan. Artinya, bencana
benar-benar mengancam umat manusia! Bencana itu berupa dampak pemanasan
global akibat efek rumah kaca.
Perlu ditegaskan bahwa efek rumah kaca disebabkan oleh adanya gas rumah
kaca di atmosfer. Gas rumah kaca sendiri adalah gas yang timbul secara alamiah dan
merupakan akibat kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca (GRK) adalah CO2