1 Revitalisasi SMK Untuk Meningkatkan Daya Saing Ketenagakerjaan: Framework Re-enginering Struktur Kompetensi dan Pedagogi Pendidikan Kejuruan Yang Sesuai Kebutuhan dan Tuntutan Pasar I Gusti Kade Siladana, S.Pd.T Guru SMK Negeri 3 Tabanan Bali Email: [email protected]Pengantar Faktor determinan yang mempengaruhi daya saing suatu bangsa saat ini telah mengalami pergeseran dari keunggulan komparatif menuju keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif salah satunya terlihat dari melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, dan juga melimpahnya jumlah tenaga kerja yang murah (Dirjen Dikti, 2008: 17). Sedangkan keunggulan kompetitif salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tercermin dari keunggulan inovasi teknologi (engineering-technology) dan ilmu pengetahuan (science), bahkan bila perlu kemampuan mengkombinasikan keduanya (Trilling & Fadel, 2009: 91-93). Untuk itu sekolah dalam hal ini guru perlu membentuk mindset siswa dengan konsep berpikir seorang engineer (teknokrat) sekaligus juga sebagai scientist (ilmuwan). Seperti diilustrasikan dalam bagan berikut ini. Hubungan Science dan Teknologi dalam Menghasilkan Karya (Sumber: Trilling & Fadel, 2009 : 92)
17
Embed
I Gusti Kade Siladana, S.Pd.T Pengantarsimposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/dikmen_2/... · Framework Re-enginering Struktur Kompetensi dan Pedagogi Pendidikan ... kewirausahaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Revitalisasi SMK Untuk Meningkatkan Daya Saing Ketenagakerjaan: Framework Re-enginering Struktur Kompetensi dan Pedagogi Pendidikan
Kejuruan Yang Sesuai Kebutuhan dan Tuntutan Pasar
I Gusti Kade Siladana, S.Pd.T Guru SMK Negeri 3 Tabanan Bali Email: [email protected]
Pengantar
Faktor determinan yang mempengaruhi daya saing suatu bangsa
saat ini telah mengalami pergeseran dari keunggulan komparatif menuju
keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif salah satunya terlihat
dari melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, dan juga
melimpahnya jumlah tenaga kerja yang murah (Dirjen Dikti, 2008:
17). Sedangkan keunggulan kompetitif salah satunya ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia yang tercermin dari keunggulan inovasi
teknologi (engineering-technology) dan ilmu pengetahuan
(science), bahkan bila perlu kemampuan mengkombinasikan
keduanya (Trilling & Fadel, 2009: 91-93). Untuk itu sekolah dalam hal
ini guru perlu membentuk mindset siswa dengan konsep berpikir
seorang engineer (teknokrat) sekaligus juga sebagai scientist
(ilmuwan). Seperti diilustrasikan dalam bagan berikut ini.
Hubungan Science dan Teknologi dalam Menghasilkan Karya (Sumber: Trilling & Fadel, 2009 : 92)
2
Kedua perspektif berpikir tersebut bila dipadukan akan menghasilkan
sebuah karya yang tidak hanya berguna bagi penyelesaian masalah di
kehidupan sehari-hari (proposed solutions), tetapi juga mampu
menjelaskan konsep atau hal-hal yang mendasari penciptaan sebuah
karya secara ilmiah (proposed explanations).
Berkaitan dengan upaya dalam mengembangkan keunggulan
kompetitif, maka keberadaan SMK memegang peranan yang sangat
penting. Pendidikan kejuruan di SMK berorientasi pada penyiapan tenaga-
tenaga kerja terampil yang nantinya diharapkan dapat menjadi motor
penggerak penguatan ekonomi lokal bahkan nasional, baik itu melalui
sektor formal maupun informal. Untuk itu ukuran keberhasilan program
pendidikan kejuruan di SMK memiliki standar ganda, yaitu: : (1) in-school
success standards dan (2) out-school success standards (Finch &
Crunkilton, 1999: 15-16).
Pespektif in-school success standards lebih menekankan pada
keberhasilan jangka pendek yang dipotret dari capaian hasil belajar dan
kompetensi lulusan pada akhir program pendidikan kejuruan. Sementara
itu, perspektif out-school success standards lebih menekankan pada
secara eklektik terdiri dari 5 tahapan, meliputi: (1) be clear about the goal
of vocational education; (2) understand the nature of your subject; (3) be
clear about the breadth of desired outcomes; (4) understand the range of
learning methods that may taken together and provide the best blend; and
(5) bear in mind any contextual factors: the nature of learners, the
expertise of the teacher and the setting for learning (Lucas, Spencer &
Claxton, 2012: 108).
Tahap pertama, guru harus paham benar esensi tujuan pendidikan
kejuruan. Selanjutnya, guru juga hendaknya memahami karakteristik
materi ajar yang diampunya. Kemudian, guru harus paham benar cakupan
hasil belajar yang dikehendaki. Apakah hanya sampai thinking skills atau
hands on expertise, atau keduanya? Setelah itu, guru harus memahami
hubungan antara karakteristik materi ajar dengan beberapa metode
penyampaian materi ajar. Ini akan lebih baik bila mampu memadukan
secara eklektik beberapa metode (blending methods) untuk menghasilkan
kualitas pengalaman belajar terbaik bagi siswa secara individu. Terakhir,
pertimbangkan dengan cermat aspek kontekstualitas pembelajaran yang
diampu, meliputi: (1) karakteristik peserta didik; (2) kapabilitas guru terkait
keterampilan teknis/praktek (teaching literacy), penguasaan metode &
penggunaan media, kemanfaatan materi terhadap karir siswa kelak; dan
(3) situasi lingkungan belajar saat materi diberikan, apakah pada jam
awal, pertengahan atau menjelang pulang? Jika semua tahapan dipahami
dengan baik maka kualitas pengalaman belajar yang terbaik bagi siswa
akan tercapai secara optimal.
Selanjutnya masalah kedelapan yaitu minimnya inisiatif
pembelajaran kolaboratif antara mata diklat kejuruan, kewirausahaan, dan
mata diklat relevan lainnya. Kolaborasi ditinjau dari aspek perencanaan,
13
pelaksanaan dan strategi penilaian hasil belajar siswa dalam perspektif
“hands on learning experience”. Apabila ditinjau dari filosofi pragmatisme
John Dewey bahwa sebuah konsep dikatakan baik apabila mampu
menunjukkan kemanfaatan praktis secara nyata, bukan hanya baik secara
teoritis. Materi diklat kejuruan akan bermanfaat bila guru mampu
menunjukkan manfaat ekonomis dari penguasaan kompetensi tersebut.
Materi kewirausahaan akan lebih membumi apabila mampu mengantarkan
penguasaan kompetensi keahlian menjadi sesuatu yang layak jual dan
prospek bisnisnya feasible. Mata diklat seni budaya dan budi pekerti akan
bermanfaat apabila mampu memberikan nilai tambah (added value) dari
sebuah produk penguasaan kompetensi keahlian, baik dari sisi tampilan,
penghayatan esensi human relationship, empati, atau merangkai narasi
yang indah pada sebuah jargon pemasaran, dan sebagainya.
Rumusan tahapan kolaborasi mata diklat kejuruan, kewirausahaan
dan mata diklat relevan lainnya, meliputi: (1) menyatukan visi dan misi
bersama di antara guru-guru mata diklat yang terlibat; (2) membuat tabel
atau daftar kompetensi dari mata diklat yang terlibat; (3) menyusun
matriks kemungkinan kolaborasi atau integrasi di antara kompetensi-
kompetensi mata diklat yang terlibat; (4) menemukan kompetensi generik
hasil kolaborasi atau integrasi pada tahap sebelumnya; (5) merancang
metode pembelajaran dan pendekatan evaluasi hasil belajar yang sesuai
dengan karakteristik materi, karakteristik siswa, setting lokasi belajar
(kelas, lab/workshop, atau out door study); (6) mengimplementasikan
skenario pembelajaran secara kontekstual, baik di kelas, lab/workshop,
atau out door study, berserta evaluasi proses dan produk/hasil belajar; (7)
menganalisa dan melakukan refleksi terhadap temuan data proses dan
evaluasi hasil belajar; (8)merevisi program pembelajaran dan mengujicoba
kembali sampai diperoleh format atau model yang paling ideal;
(9)mendokumentasikan semua proses, skenario pembelajaran (RPP),
semua evident/artifact transkrip pengamatan, tes, interview, rekaman
audio atau video, foto dan sebagainya dalam bentuk laporan utuh sebuah
14
best practise pembelajaran; dan (10) diseminasi hasil best practise dalam
lingkup forum ilmiah guru tingkat internal sekolah atau juga eksternal
sekolah.
Kesimpulan dan Harapan Penulis
Berdasarkan uraian-uraian pada bagian sebelumnya, beberapa
simpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Untuk membentuk orientasi karir yang ideal pada siswa, sekolah harus
merevitasilasi peran program bimbingan konseling terutama bidang
bimbingan karir melalui kolaborasi dengan figur wirausahawan sukses,
kolaborasi dengan guru produktif/kejuruan dan kewirausahaan.
2. Sekolah harus merevitalisasi peran bursa kerja khusus (BKK) selain
sebagai penyalur lulusan, juga sebagai pendamping program
kewirausahaan, financial intermediary, dan mediator coorporate social
responsibility dalam hal pemberian modal usaha baik bagi lulusan
atau bisa juga bagi siswa yang masih aktif untuk belajar berwirausaha.
3. Revitalisasi sistem re-engineering struktur kompetensi keahlian SMK,
dari hanya melayani social demand (animo masyarakat) menjadi man
power demand (mengacu pada profil kebutuhan tenaga kerja).
4. Framework re-engineering struktur kompetensi keahlian SMK harus
didasarkan pada dua orentasi utama yaitu: (a) education for life dan
(b) education for work. Hal tersebut dilakukan melalui: (a) pembekalan
fundamental skills dan generic work skills oleh sekolah dan (b)
pembekalan industry specific work skills dan employer specific work
skills oleh sekolah dan juga industri pasangan.
5. Guru harus mampu melepaskan diri dari miskonsepsi pemilihan
vocational pedagogy. Caranya dengan memahami esensi pendidikan
kejuruan, aspek kontekstualitas pembelajaran: tujuan dan karakteristik
materi ajar, peserta didik, situasi lingkungan belajar, metode evaluasi,
kapabilitas guru (teaching literacy).
15
6. Guru-guru SMK hendaknya mampu menyelenggarakan pembelajaran
kolaboratif interdisipliner (produktif-kewirausahaan-seni budaya, dan
sebagainya) dalam bentuk materi dan pembelajaran generik yang
dievaluasi secara autentik (by process and by product).
Harapan penulis terkait potret permasalahan pendidikan kejuruan
dalam kaitannya dengan sumbangan ide pemecahan masalah dalam
tulisan ini, yaitu:
1. Re-engineering struktur kompetensi keahlian SMK pada masa-masa
mendatang benar-benar didasarkan pada man power demand
(berorientasi pada profil kebutuhan tenaga kerja), tidak hanya atas
dasar kepentingan melayani animo masyarakat (social demand).
2. Diberikannya ruang gerak yang lebih luas dan apresiasi bagi guru-
guru SMK yang penuh ide kreatif dalam rangka menghasilkan solusi
alternatif untuk mengurai permasalahan pendidikan kejuruan baik
secara lokal/daerah maupun nasional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik. (2015). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015.Jakarta: BPS
2. Blank, W.E. (1982). Handbook for Developing Competency-BasedTraining Programs. London: Prentice-Hall, Inc.
3. Cheng, Y.C. (2005). New Paradigm For Re-Engineering Education,Globalization, Localization and Individualization. Dordrecht: Springer.
4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2008). Technopreneurship.Jakarta: Kemendikbud
5. Finch, C.R & Crunkilton, J.R. (1999). Curriculum Development inVocational and Technical Education. Boston: Allyn & Bacon
6. Lucas.B., Spencer.,E., Claxton.G. (2012). How to Teach VocationalEducation, A Theory of Vocational Pedagogy. London: Centre forSkills Development
7. Putu Sudira. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran BerbasisKompetensi Menyongsong Skill Masa Depan. Yogyakarta: AAKM
8. Prosser. C.A & Quigley. T.H (1950). Vocational Education in aDemocracy. Great Britain: American Technical Society.
9. Trilling, B. dan Fadel, C. (2009). 21st Century Skills Learning for Life inOur Times. Sanfrancisco: Jossey Bass
BIO DATA PESERTA SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016
1. Nama I Gusti Kade Siladana, S.Pd.T 2. NIP 19810416 200804 1 001 3. NUPTK 4748-7596-6020-0042 4. NPWP 79.845.271.0-908.000 5. Pangkat/Gol. Ruang Penata. III/c 6. Tempat / Tanggal Lahir Tabanan Bali, 16 April 19817. Jenis Kelamin Laki-Laki 8. Agama Hindu 9. Mata Diklat/ Pelajaran Mata Diklat Produktif Otomotif 10. Judul Karya Tulis Revitalisasi SMK Untuk Meningkatkan Daya
Saing Ketenagakerjaan: Framework Re-enginering Struktur Kompetensi dan Pedagogi Pendidikan Kejuruan Yang Sesuai Kebutuhan dan Tuntutan Pasar
11. Pendidikan Terakhir S1 Pendidikan Teknik Mesin (K.K Otomotif) 12. Fakultas / Perguruan
TinggiFakultas Teknik/ Universitas Negeri Yogyakarta
13. Status Perkawinan Kawin 14. Sekolah :
a. Kepala Sekolahb. Nama Sekolahc. Jaland. Kelurahan / Desae. Kecamatanf. Kabupateng. Propinsih. Teleponi. Email (Surel)
Drs. I Ketut Suardana, MM SMK Negeri 3 Tabanan Jln. Kahyangan, Bunut Puhun Bantas Selemadeg Timur Tabanan Bali 08123692575 [email protected]