I am the Forest - WordPress.com FB: Bjorneo Bear Carolyn Thompson Primatologist Chris Owen Biologist Heru S. Tyon ... menampilkannya di “I am the Forest – pameran foto alam dari

Exhibition Catalog 2016

GIN KalimantanLaunch / 16 Sept ’16

PublicLaunch / 2 Oct ’16

Kedung Jati, Rungan Sari, Central Kalimantan www.iamtheforest.com

I am the Forest Nature photo exhibition from Kalimantan by gifted photographers from around the world.

© Ulet Ifansasti for Greenpeace

Introducing the photographers and works featured at the “I AM THE FOREST – Nature photo exhibition from Kalimantan”.

CONTENTS Note: Photographers introduced in alphabetical order

Acha’ al CambaCivil Servant

Andrew Walmsley Wildlife photographerhttp://www.andrewwalmsleyphotography.com/

Arbain Wildlife photographer http://www.orangutantrekkingtours.comhttp://www.orangutanphotographytour.comhttp://www.borneotrekkingtour.com FB: Arbain Borneo

Balox Pujinono Macro photographer FB: Balox Berhati Nyaman

Ben Buckley Doctor, photographer

Bernat Ripoll Capilla Conservationist, photographer

Bjorn Olesen Wildlife photographer, author, conservationist http://www.bjornolesen.com/ FB: Bjorn Olesen

Bjorn VaughnFilm director, photographer www.bpi-pt.comFB: Bjorneo Bear

Carolyn ThompsonPrimatologist

Chris OwenBiologistHeru S. TyonNature photographerIG: @hstyonFB: https://www.facebook.com/heru.tyon500px: https://500px.com/hstyon1

Indrayana Orangutan photographer FB: Indrayana, BOS Foundation

Osanna VaughnAuthor, nature photographer

Pau Brugues SintesConservationist, nature photographer

Paul HiltonPhotojournalist

Ulet IfansastiPhotojournalisthttp://www.uletifansasti.com/

© Chris Owen

Acha’ al Camba Civil Servant | Pegawai Negri Sipil

A civil servant based in Palangka Raya, Central Kalimantan, Indonesia, with an interest in wildlife photography since 2013, Acha is passionate about photography because it involves adventure. He hopes to continue documenting biological diversity of animals for the purpose of education, conservation and one day hopefully creating a book.    

__________________________________________________________________________________

Seorang pegawai negeri sipil yang menyukai wildllife photography sejak tahun 2013. Kesukaannya terhadap photography karena di dalamnya ada sebuah "petualangan"(italic). Kerinduannya ke depan, semoga bisa mendokumentasikan begitu banyak keanekaragaman satwa hayati untuk tujuan edukasi, pelestarian dan, berharap karya-karyanya yang berupa photo-photo fauna suatu saat bisa dibukukan.

Andrew Walmsley Wildlife Photographer | Fotografer Satwa Alam

A full-time photographer for nearly 10 years, Andrew Walmsley found his way into photography through an insatiable curiosity for the natural world. Originally trained in marine biology, he transitioned to specialising in working in forests, and has spent a large amount of the past four years hanging around on ropes in the canopy in search of primates. The destruction of forests is one of the biggest threats to the survival of some of our planet’s most vulnerable wildlife and to ourselves, so Andrew strives to create images that inspire a love of our environment and the drive to conserve it for future generations. He has won two awards in the prestigious Wildlife Photographer of the Year competition, organised by the Natural History Museum in London and BBC Wildlife magazine.  

_____________________________________________________________

Fotografer waktu penuh selama hampir 10 tahun Andrew Walmsley menggeluti fotografi karena rasa keingintahuan yang tak pernah terpuaskan terhadap alam. Pada awalnya dilatih untuk biologi laut, ia bertransisi mengkhususkan diri bekerja di hutan, dan selama empat tahun terakhir banyak menghabiskan waktu bergantung di antara tali-

tali pepohonan mencari hewan primata. Perusakan hutan merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap kelangsungan hidup beberapa satwa liar yang paling rentan di planet kita dan bagi kita sendiri, sehingga Andrew berkeinginan untuk menciptakan gambar yang menginspirasi kecintaan terhadap lingkungan kita dan hasrat untuk melindunginya untuk generasi generasi mendatang. Ia telah memenangkan dua hadiah pada kompetisi bergengsi tahunan Fotografer Satwa Liar, yang diselenggarakan oleh Natural History Museum di London dan majalah BBC Wildlife.  

http://www.andrewwalmsleyphotography.com/

Arbain Wildlife Photographer | Fotografer Satwa Alam

In 1995, I spent one year working as a logger in Kalimantan, Indonesia. Up until 1999, I worked at a shop. In November 1999, I started working at Tanjung Puting National Park where I learned about nature. In 2005, I started photography with small pocket camera. In late 2007, I quit my job at Tanjung Puting National Park to pursue photography. In 2008, I became a tour guide, learning photography from professional photographer Takayuki from Japan and my close friend, Faqih Zabach. I am still active in the world of photography today. In 2009, I and 5 friends formed a small group to with the intention of protecting the forest in Kalimantan, which has been 75% logged. We purchased land previously used by local farmers and transformed it into a conservation forest for local education and ecotourism. Thank God there are still many local people who care about the forest and the animals that live in it. With the help of the 34 people that make up the O GREEN TEAM, we bought the land with money earned through providing tours. Some guests from foreign countries have given donations. We thank all of your for your support.

Di tahun 1995 saya penebang liar satu tahun saya bekerja, kemudian saya bekerja di toko sembaku sampai tahun 1999, di Bulan November 1999 saya masuk bekerja di Taman National Tanjung Puting dimana pusatnya rehabilitation center untuk menimba ilmu alam, di tahun 2005 saya belajar tentang photography dengan camera kecil (Poket), di tahun 2007 saya 2007 akhir

saya berhenti bekerja di Taman Nasional Tanjung Puting, kemudian saya menekuni tentang photography di tahun 2008 saya jadi pemandu wisata dan saya ketemu dengan seorang professional photography di Taman National Tanjung Puting di waktu itu saya jadi guide dia. (MR.TAKAYUKI MAEKAWA) dari Japan dan beliau mengajarkan saya tentang photography dan satu teman sekampung saya juga mengajarkan banyak hal tentang photography, sebut saja namanya (FAQIH ZABACH). Terima kasih banyak buat kalian berdua. Sekarang saya masih active di dunia photography.

Pada tahun 2009. Saya dan 5 teman saya membentuk kelompok kecil, menunjukkan sara peduli kami dengan hutan Kalimantan yang hampir 75% hutan habis.

Saya dan 5 teman saya membeli tanah yang dulunya bekas ladang maserakat berladang di jadikan hutan conservation, Local Education dan Ecotourism.

Kami bersukur pada tuhan yang maha esa, karena masih banyak orang local yang peduli dengan hutan dan satwa yang ada di dalam hutan tersebut.

Terima kasih buat teman-teman yang bergabung di O GREEN TEAM, kami ada 34 Orang.

Bagaimana cara kami membeli tanah tersebut, dengan cara mengunpulkan uang

dari tour dan ada berberapa tamu dari negara luar memberikan donation kepada team kami. Terima kasih juga buat mereka yang telah memberikan bantuan kepada team kami.

http://www.orangutantrekkingtours.comhttp://www.orangutanphotographytour.com

http://www.borneotrekkingtour.comFB: Arbain Borneo

Balox Pujiono Macro Photographer | Fotografer Makro

There are all kinds of photographers in the world. Some like to document everything in life that catches their eye. Others specialize in areas like fashion, architecture or nature. Some, in turn, are incredibly specific with what they like to photograph. Balox Pujiono not only specializes in macro photography with a focus on insects. He has narrowed his preferred subjects down to “insects that fly”. Together with a small yet surprisingly large community of photographers in Palangka Raya who share this very specific passion, Balox has developed his own, unique way of exposing the world, showing us the beauty of life’s incredible hidden spectacular details. We are proud to feature him at “I am the Forest – Nature photo exhibition from Kalimantan”.

___________________________________________

Di dunia ini ada banyak jenis  fotografer. Beberapa gemar mengabadikan semuanya dalam kehidupan yang dijumpainya. Sementara yang lain berspesialisasi di berbagai bidang seperti fashion, arsitektur atau alam. Beberapa, sebaliknya, sangat spesifik dengan apa yang mereka gemar abadikan. Balox Pujiono tidak hanya mengkhususkan diri dalam fotografi makro dengan fokus pada serangga. Ia lebih mempersempit subyek yang dipilihnya pada “serangga yang bisa terbang”. Bersama dengan komunitas kecil fotografer yang sebenarnya cukup besar di Palangka Raya yang saling berbagi kegemaran yang sangat khusus ini,  Balox telah mengembangkan caranya sendiri yang unik dalam mengekspos dunia, menunjukkan kepada kami keindahan detil spektakuler yang tersembunyi dari hidup yang

menakjubkan ini. Kami bangga untuk dapat menampilkannya di “I am the Forest – pameran foto alam dari Kalimantan”.

FB : Balox Berhati Nyaman

Ben Buckley Scientist, Photographer | Ilmuwan, Fotografer

I completed my PhD on male orangutan ranging behaviour in Sabangau Peat-swamp Forest, investigating space use in relation to their complicated social system and how this affects the conservation requirements of the Bornean orangutan. During my time in Sabangau, I was lucky enough to be able to combine my research with a keen interest in wildlife photography. Through my research and photos I hope to raise awareness of the incredible biodiversity within the tropical rainforests of Borneo and to help safeguard them for future generations.

_______________________________________

Saya menyelesaikan gelar Profesor saya mengenai tingkah laku kasar orangutan pria di Hutan rawa-gambut Sabangau, mempelajari penggunaan ruang sehubungan dengan sistem sosial mereka yang rumit dan bagaimana hal ini mempengaruhi persyaratan konservasi orangutan Borneo. Selama waktu saya di Sabangau, saya cukup beruntung

dapat mengkombinasikan riset saya dengan ketertarikan saya pada fotografi satwa liar. Melalui riset dan foto foto saya, saya berharap dapat menggugah kesadaran masyarakat atas keanekaragaman hayati yang luar biasa di dalam hutan tropis Borneo,

dan membantu melindungi mereka untuk generasi mendatang. 

Bernat Ripoll Capilla Conservationist, Photographer | Ahli Konservasi, Fotografer

Berni is a co-director of Borneo Nature Foundation and has been working and implementing research and conservation initiatives in Central Kalimantan since 2007. After a year of primate research in South America, Berni came to Sabangau Forest to study and coordinate OuTrop‘s Gibbon Behaviour Project. After his MSc on Primate Research and Conservation he moved from a primate specific background towards other research and project management activities. His career evolved towards a holistic conservation approach, combining applied research, local capacity building and habitat restoration. Currently, he is working on habitat protection initiatives, developing local research collaborations and supervising conservation research activities.

When Berni was 15 he became interested in photography after playing with his dad’s old film camera lens. In 2004 he started working in tropical forests and became fascinated by their unique wildlife. He started capturing the beauty of wildlife in photos, which soon became his hobby and form of artistic expression, improving technique and skill one shot at a time. He likes the simplicity in

nature’s art, combining the beauty of light with interesting and unique compositions.

_______________________________________

Berni adalah salah satu direktur di Borneo Nature Foundation yang telah bekerja dan menerapkan inisiatif riset dan konservasi di Kalimantan Tengah sejak 2007. Setelah satu tahun melakukan riset primata di Amerika Selatan, Berni datang ke Hutan Sabangau untuk mempelajari dan mengepalai Proyek Perilaku Owa Owa OuTrop. Setelah mendapat gelar kesarjanaan ilmiah mengenai Riset dan Konservasi Primata ia pindah dari latar belakang spesifik primata ke kegiatan riset dan manajemen proyek lain. Karirnya berkembang mengarah kepada pendekatan konservasi secara holistik, mengkombinasikan riset terapan, pembinaan kapasitas lokal dan restorasi habitat. Saat ini, ia sedang mengerjakan inisiatif perlindungan habitat, mengembangkan kolaborasi riset lokal dan mengawasi kegiatan riset konservasi.

Ketika Berni berusia 15 tahun ia mulai tertarik dengan fotografi setelah bermain dengan lensa kamera film lama milik bapaknya. Di 2004 ia mulai bekerja di hutan tropis dan

menjadi terpesona dengan satwa liar unik disitu. Ia mulai mengabadikan keindahan satwa liar dalam foto, yang kemudian menjadi hobi dan merupakan bentuk pengutaraan seni, memperbaiki teknik dan keahlian dalam setiap jepretan kameranya. Ia senang dengan kesederhanaan seni di alam, menggabungkan keindahan cahaya dengan komposisi menarik dan unik.

Bjorn Olesen Wildlife Photographer, Author, Conservationist | Fotografer Satwa Alam, Penulis, Konservasionis

Bjorn Olesen is a retired corporate executive, award-winning wildlife photographer, author and engaged conservationist. A Singapore permanent resident, he lived for 16 years in Malaysia and Indonesia. Borneo, which he has visited dozens of times, is literally his home turf. Bjorn is the 2013 Grand Prize winner of the Smithsonian Magazine 10th Photo Competition with 37,600 submissions from 112 countries. His work has been featured in numerous publications, including National Geographic, BBC Wildlife Magazine, Mongaybay.org, and many others. In 2016 he published his second book A Visual Celebration of Borneo’s Wildlife by Fanny Lai & Bjorn Olesen.

______________________________________________________________

Bjorn Olesen adalah seorang pensiunan eksekutif perusahaan, fotografer satwa liar peraih penghargaan, penulis dan konservasionis aktif. Bertempat tinggal di Singapore, ia hidup selama 16 tahun di Malaysia dan Indonesia. Borneo yang ia kunjungi puluhan kali, secara harfiah adalah kampung halamannya. Bjorn adalah pemenang 2013 Grand Prize Kompetisi Foto ke-10 Smithsonian Magazine dengan 37,600 kontestan dari 112 negara. Karyanya telah ditampilkan di banyak publikasi, termasuk National Geographic, BBC Wildlife Magazine, Mongaybay.org, dan banyak lain. Di 2016 ia menerbitkan bukunya yang kedua Sebuah Perayaan Visual mengenai Satwa Liar Borneo oleh Fanny Lai & Bjorn Olesen.

http://www.bjornolesen.com/ FB: Bjorn Olesen

Björn Vaughn Film Director, Photographer | Direktor Film, Fotografer

My love for photography began in the late 1980s when I was 8 years old, after I got my first compact camera by Braun. At 16, I started shooting color, black & white and slide film using a Canon SLR. Around 2001, I created my first internet travel blog documenting a journey around Europe in which I covered more than 4000 kilometers by bicycle. From 2003, I spent 7 years working as a travelling translator, writer and photographer under photography magazine “Leica Fotografie International (LFI)” through whom I received Leica camera sponsorship and multiple magazine features. In 2009, I moved to Indonesia where I helped set up the film production company Borneo Productions International (BPI), I have been living in Kalimantan ever since. My video and photography work has been published by the BBC, mongabay, Channel NewsAsia, United Nations, and others. I was shortlisted Environmental Photographer of the Year 2016 and my work was exhibited at the Royal Geographical Society in London. Photography is and always will be my first love!

______________________________________________________________

Kecintaan saya pada fotografi dimulai sejakakhir 1980an ketika saya berusia 8 tahun, setelah mendapat kamera kompak Braun pertama saya. Pada usia 16, saya mulai mengambil foto berwarna, hitam putih

dan film slide menggunakan Canon SLR. Sekitar 2001, saya menciptakan blog perjalanan internet pertama saya yang mendokumentasikan sebuah perjalanan keliling Eropa, yang saya tempuh lebih dari 4000 kilometer dengan bersepeda. Sejak 2003, saya bekerja selama 7 tahun sebagai penerjemah perjalanan, penulis dan fotografer di majalah fotografi 'Leica Fotografie International (LFI)" dimana saya mendapat bantuan kamera Leica dan banyak ditampilkan di majalah. Di 2009, saya pindah ke Indonesia dimana saya membantu mendirikan sebuah perusahaan rumah produksi film Borneo Productions International (BPI), saya tinggal di Kalimantan sejak itu. Karya video dan fotografi saya telah dipublikasikan oleh BBC, mongabay, Channel NewsAsia, United Nations, dan lain-lain. Saya masuk dalam nominasi pada pemilihan Environmental Photographer of the Year 2016 dan karya saya dipamerkan di Royal Geographical Society di London. Fotografi adalah dan akan selalu menjadi cinta pertama saya!

www.bpi-pt.comFB: Bjorneo Bear

Caryolyn Thompson Primatologist | Ahli Primatologi

Carolyn is a British-Swiss primatologist who has spent the past 10 years working with a variety of primate species in eight countries. She has a particular soft spot for ring-tailed lemurs and gibbons. Her love for nature conservation and the outdoors was apparent from a young age as she was fortunate enough to grow up in Scotland, Indonesia and Norway, surrounded by mountains, forests and lots of wildlife. This, combined with her Swiss routes, made her realise her passion and enthusiasm for mountaineering, which led her on many exciting wildlife treks worldwide. During one particular trek in the Cameroonian highlands whilst tracking Cross River gorillas, Carolyn became very interested in photography, and later accompanied a professional wildlife photographer on a trip to Uganda to learn how to take primate portraits. For the past two years, Carolyn has been studying wild orangutans, gibbons and red langurs in Kalimantan with the Borneo Nature Foundation. She has since returned to the United Kingdom however, to pursue a doctorate study to help conserve the world’s second rarest gibbon, found in Vietnam and China.

________________________________________________________________

Carolyn adalah seorang primatologi Inggris-Swis yang menghabiskan 10 tahun terakhirnya bekerja dengan berbagai spesies primata di delapan negara. Ia sangat menyayangi lemur ekor cincin dan owa-owa. Kecintaannya pada konservasi alam dan dunia luar sudah kelihatan sejak usia dini karena beruntung dapat tumbuh di Skotlandia, Indonesia dan Norwegia, dikelilingi oleh gunung, hutan dan banyak satwa liar. Hal ini, dikombinasi dengan asal usulnya dari Swis, membuatnya menyadari kegemaran dan entusiasmenya terhadap pendakian gunung, yang membawanya menjelajahi satwa liar menarik di seluruh dunia. Selama sebuah perjalanan tertentu di pegunungan Kamerun ketika mencari jejak gorila Cross River, Carolyn menjadi sangat tertarik pada fotografi, dan kemudian didampingi oleh fotografer satwa liar profesional pada saat perjalanan ke Uganda belajar membuat potret primata. Selama dua tahun terakhir, Carolyn mempelajari orangutan, owa-owa dan lutung merah di Kalimantan bersama Borneo Nature Foundation. Namun, sejak itu dia kembali ke Inggris untuk mengikuti studi doktorate untuk membantu melestarikan owa paling langka kedua di dunia, yang ditemukan di Vietnam dan China.

Chris Owen Biologist | Ahli Biologi

Chris is a biologist based in Brighton, UK. He has recently completed a Master of Research degree at University College London, but before spent six months as an intern researcher at OuTrop with the red langur project in the Sabangau Forest.

__________________________________________________________

Chris adalah seorang ahli biologi berbasis di Brighton, Inggris. Belum lama ini ia mendapatkan gelar Master of Research pada University College London, tetapi sebelumnya bekerja selama enam bulan sebagai peneliti magang di OuTrop pada proyek lutung di Hutan Sabangau.

Heru S. Tyon Nature Photographer | Fotografer Alam

Photographing landscapes and animals is my hobby. My everyday work is as a specialist at an industrial gas company in Bontang, East Kalimantan. I have been pursuing landscape and macro photography since 2009. I studied it independently and frequently join in with photo communities in Indonesia. Nature is the source of all energy and inspiration. As nature photographers we can use our photos to show the beauty and richness of nature in Indonesia. It is very important to hold photo exhibitions dedicated to conservation of art, culture, and nature in Indonesia. Together, let us protect the beauty and natural wealth of Indonesia so that it can be enjoyed by our children and grandchildren!

____________________________________________________________

Memotret pemandangan alam dan hewan adalah hobi saya, sehari-hari saya bekerja sebagai spesialis di perusahaan industri gas di Bontang Kalimantan Timur.

Saya menekuni dunia fotografi Landscape dan Macro sejak tahun 2009, belajar secara mandiri dan sering ikut hunting dengan komunitas fotografi di Indonesia.

Alam dan isinya adalah sumber dari segala energi dan inspirasi Nature Photografer, dengan foto kita dapat menceritakan keindahan dan kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia.

Maka sangat tepat jika sering diadakan pameran foto tentang konservasi alam, seni budaya, dan kekayaan alam Indonesia. Mari kita jaga bersama keindahan dan kekayaan alam Indonesia agar dapat dinikmati oleh anak cucu kita.

IG: @hstyonFB: https://www.facebook.com/heru.tyon

500px: https://500px.com/hstyon1

Indrayana Orangutan Photographer | Fotografer Orangutan

Indrayana has been the in-house photographer at the BOS Nyaru Menteng orangutan rehabilitation in Central Kalimantan center since 2009. Every day he enters the forest to take pictures of orangutans for the adoption program under BOS Foundation and for general documentation. There are very few photographers in the world who enjoy this ongoing access and insight into the daily lives of orangutans. This presents him with many photographic opportunities. Indra loves the challenges of trying to get great shots. His photographs are frequently featured on the BOS Foundation Facebook page which has more than 11,000 followers.

____________________________________________________________

Indrayana adalah fotografer di Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF di Nyaru Menteng Kalimantan Tengah sejak 2009. Setiap hari ia masuk ke wilayah Sekolah Hutan untuk mengabadikan gambar orangutan, baik untuk program adopsi BOS Foundation maupun untuk dokumentasi umum. Hanya segelintir fotografer di dunia yang bisa menikmati akses setiap hari masuk ke kehidupan orangutan seperti Indra. Kondisi ini memberikan banyak sekali momen fotografi yang tak ternilai. Indra sangat menyukai tantangan pengambilan foto yang menarik. Karya-karyanya kerap menghiasi halaman Facebook BOS Foundation yang diikuti oleh 11.000 followers.

FB: Indrayana, BOS Foundation

Osanna Vaughn Author, Nature Photographer | Author, Fotografer Alam

I’ve been a life-long amateur photographer since back in the days of my first brownie camera – around 50 years ago! Once I began travelling extensively I developed a passion for the beauty of the landscapes I saw, and soon discovered that slide photography was the way to go. By the time I finally switched to digital, I’d been working for Leica-related magazines for some years, which gave me access to their great cameras. I’ve owned every version of the Leica V-Lux that has come along so far: thanks to its viewfinder, solid build and fixed lens, it suits me perfectly.

Taking trips on the Rungan and other rivers in Kalimantan, my imagination is tickled by the stunning reflections you can capture: very often, if you turn the pictures sideways, you will see all kinds of fantastical faces running down the centre, like a totem pole of curious beasts.

Because of the industrial-level gold panning happening in Kalimantan’s rivers, the waters are churned up and murky. This means that pristine spots, like the black water lake where this picture was taken, belong to an ‘endangered species’ worth protecting along with the flora and fauna.

______________________________________

Sepanjang hidup saya, saya adalah seorang fotografer amatir sejak saya memiliki kamera brownie pertama saya - sekitar 50 tahun yang lalu! Setelah saya mulai bepergian secara ekstensif timbul gairah saya terhadap keindahan alam yang saya lihat, dan menemukan bahwa fotografi slide adalah cara terbaik untuk mengabadikannya. Pada saat saya akhirnya beralih ke digital, saya bekerja untuk majalah terkait Leica selama beberapa tahun, yang memberi kesempatan bagi saya untuk menggunakan kamera mereka yang hebat. Saya telah memiliki setiap versi Leica V-Lux yang masih bertahan sampai sekarang: berkat lensanya yang tangguh, yang cocok sekali bagi saya.

Melakukan perjalanan ke Rungan dan sungai lain di Kalimantan, imajinasi saya tergugah oleh pantulan menakjubkan yang dapat kamu abadikan: terkadang, bila kamu memutar gambar tersebut ke samping, kamu dapat melihat semua jenis wajah fantastis yang melintas di tengah, bagai tiang totem binatang-binatang yang penasaran.

Karena pendulangan emas tingkat-industri di lakukan di sungai-sungai Kalimantan, air sungai menjadi keruh dan kotor. Hal ini berarti bahwa daerah daerah murni, seperti danau air hitam dimana foto ini diambil,

termasuk 'spesies terancam' yang perlu dilindungi selain flora & fauna.

Pau Brugues Sintes Conservationist, Photographer | Ahli Konservasi, Fotografer

Conservation Manager at Borneo Nature Foundation | Manajer Konservasi, Borneo Nature Foundation

Since I can remember I have always been interested in nature. I began watching nature documentaries with my father on the couch and when I grew up I decided I had to do something. I volunteered in a rescue center back home, I got a degree in biology and then I had my first visit to Borneo. Ever since, I have been coming back. Nowadays I am working on the management of the conservation activities that the OuTrop program from BNF is carrying out in the Sabangau forest. To me photography is the way to show the ephemeral beauty of the moment. It is the way to make the moment you witnessed eternal.

__________________________________________________________

Selama saya bisa ingat saya selalu tertarik pada alam. Saya mulai menonton film dokumenter alam dengan ayah saya di atas dipan dan ketika saya dewasa saya memutuskan bahwa saya harus melakukan sesuatu. Saya menjadi relawan pada pusat penyelamatan di kampung halaman, mendapatkan gelar sarjana biologi dan kemudian saya mengunjungi Borneo untuk pertama kali. Sejak saat itu, saya selalu datang kembali. Saat ini saya bekerja pada pengelolaan program kegiatan konservasi OuTrop dari BNF yang dijalankan di hutan Sabangau. Bagi saya fotografi adalah cara

untuk menunjukkan keindahan tidak kekal saat itu. Inilah cara untuk mengabadikan momen tersebut menjadi kekal.

Paul Hilton Photojournalist | Jurnalis Foto

Paul Hilton is a Hong Kong-based photojournalist, who focuses on global environmental and conservation issues.

Hilton has received numerous awards for his conservation photography, including awards in the Asian Geographic Best of the Decade series, for conservation photography and photojournalism. He also won the Ark Trust Award for exposing bear bile farming in China, for Animals Asia Foundation. Hilton’s photos were published in the book, Black Market, which deals with the wildlife trade in Asia, and included investigative photojournalism in the wild-animal markets and theme parks of China.

In 2009, Hilton became a member of the prestigious International League of Conservation Photographers, and in 2010 launched his first book, highlighting the global Shark-Finning industry, Man & Shark. In 2012 he won a World Press Photo award for his body of work on the Shark Fin issue. Also in 2012 his image ' End of Sharks' was awarded in the Wildlife photographer of the year.

Presently, Hilton is working on issues relating to palm oil,

______________________________________________________________

Paul Hilton adalah seorang jurnalis foto berbasis Hong Kong, yang berfokus pada lingkungan global dan isu konservasi.

Hilton telah menerima berbagai penghargaan untuk fotografi konservasinya, termasuk penghargaan di seri Asian Geographic Best of the Decade, untuk fotografi konservasi dan jurnalisme foto. Ia juga memenangkan Ark Trust Award untuk mengekspos peternakan empedu beruang di Cina, untuk Animals Asia Foundation. Foto foto Hilton dipublikasi dalam buku, Black Market, yang berkaitan dengan perdagangan satwa liar di Asia, dan termasuk investigasi foto jurnalistik di pasar hewan-liar dan taman bertema Cina.

Di 2009, Hilton menjadi anggota International League of Conservation Photographers yang bergengsi, dan di 2010 meluncurkan bukunya yang pertama, yang mengetengahkan industri sirip ikan hiu global, Man & Shark. Di 2012 ia memenangkan penghargaan World Press Photo untuk bagian karyanya pada edisi Shark Fin. Juga di 2012 gambarnya 'End of Sharks' mendapat penghargaan fotografer Satwa Liar tahun itu.

Saat ini, Hilton mempelajari isu isu mengenai minyak kelapa sawit, mendokumentasikan penggundulan hutan, pembukaan lahan dan perdagangan satwa liar di Sumatra, Indonesia.

http://www.paulhiltonphotography.com

Ulet Ifansasti Photojournalist | Jurnalis Foto

Ulet Ifansasti is a freelance photojournalist and documentary photographer, with interest in social, environmental and cultural issues. He was born in Papua and is currently based in Yogyakarta, Indonesia.

Ulet joined the international photo agency Getty Images in 2008 and has been a regular contributor and stringer since. As a freelance photographer Ulet covers a variety of assignments for editorial and commercial clients and remains committed to exploring personal projects.

His works have been published in many leading publications including GREENPEACE, World Society for the Protection of Animals (WSPA), The New York Times, The International Herald Tribune, STERN, The Guardian, TIME Magazine, USA Today, LIFE, National Geographic Traveler, an others.

AWARDS

2015 . Nominated Photographer of The Year by The Guardian

2014 . Nominated Photographer of The Year by The Guardian

2014 . 1st Place China International Press Photo Contest, Nature Category

2013 . 2nd Place Indonesian Photojournalist Award, Nature and Environment Category

2011 . 2nd Place Indonesian Photojournalist Award, Art and Entertainment Category

______________________________________

Ulet Ifansasti adalah seorang jurnalis foto freelance dan fotografer dokumenter, dengan minat pada isu isu sosial, lingkungan dan budaya. Ia lahir di Papua dan saat ini berbasis di Yogyakarta, Indonesia.

Ulet bergabung dengan agen foto internasional Getty Images di 2008 dan menjadi kontributor reguler dan stringer sejak itu. Sebagai fotografer freelance Ulet meliputi berbagai tugas untuk nasabah editorial and komersil dan tetap berkomitmen untuk menjelajahi proyek-proyek pribadi.

Karya-karyanya telah dipublikasikan di banyak publikasi ternama termasuk GREENPEACE, World Society for the Protection of Animals (WSPA), The New York Times, The International Herald Tribune, STERN, The Guardian, TIME Magazine, USA Today, LIFE, National Geographic Traveler, dan lainnya.

PENGHARGAAN

2015 . Dinominasi sebagai Photographer of the Year oleh The Guardian

2014. Dinominasi sebagai Photographer of the Year oleh The Guardian

2014. Nomor 1 Kompetisi China International Press Photo, Kategori Alam

2013 . Nomor 2 Indonesian Photojournalist Award, Kategori Alam dan Lingkungan

2011 . Nomor 2 Indonesian Photojournalist Award, Kategori Seni dan Hiburan

http://www.uletifansasti.com/