Page 1
MODUL I
A. BILL of MATERIAL (BOM)
1. Definisi :
Bill of Material (BOM) adalah daftar dari semua
material, parts, dan subassemblies, serta kuantitas dari
masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit
produk atau parent assembly.
Terdapat tiga jenis BOM yang biasa digunakan dalam dunia
perindustrian, yaitu:
1. Phantom Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk
material yang tidak untuk disimpan atau untuk material
yang hanya lewat saja.
2. Modular Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk
material yang menyusun produk dengan sejumlah option yang
berbeda.
3. Pseudo Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk
menyusun daftar kebutuhan material yang bukan untuk
disusun menjadi produk melainkan untuk dikelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu.
Page 2
Jenis bill juga dapat dibagi berdasarkan tingkatan
level yang disampaikannya, yaitu single level BOM dan
multilevel BOM.adapun jenis bill lainnya yaitu planning
bill, yang merupakan jenis bill yang digunakan untuk
kepeluan peramalan dan perencanaan. Planning bill terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Planning bills dengan item yang dijadwalkan merupakan
komponen atau sub assembly untuk pembuatan produk
akhir, dimana item-item yang dijadwalkan itu secara
fisik lebih kecil daripada produk akhir.
2. Planning bills dengan item yang dijadwalkan memiliki
produk akhir sebagai komponen-komponennya, dimana item-
item yang dijadwalkan secara fisik lebih besar daripada
produk akhir.
2. Manfaat
1. Sebagai alat pengendali produksi yang
menspesifikasikan bahan yang penting dari suatu
produk, pesanan yang digabungkan dan seberapa banyak
yang dibutuhkan untuk membuat satu batch.
Page 3
2. Sebagai alat peramalan barang yang keluar masuk dari
inventory.
3. Sebagai penjamin bahwa jumlah bahan yang tepat telah
dikirim ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat.
B. STRUKTUR PRODUK
1. Definisi
Struktur produk adalah cara komponen-komponen bergabung
ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. Struktur
produk berisi informasi mengenai material, komponen, sub-
assembly yang diperlukan untuk membuat produk jadi. Struktur
produk menggambarkan proses perakitan yang dilakukan untuk
memperoleh suatu produk jadi dalam bentuk tingkatan yang
disebut level.
Penyajian struktur produk dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Metode explotion : suatu metode dimana pada level 0
terdapat produk jadi, hina pada level paling bawah
menunjukkan komponen palin awal dirakit.
Page 4
2. Metode implotion : merupakan kebalikan dari metode
explotion, perbedaan antara struktur produk explotion dan
implotion hanya pada penyusunan levelnya.
2. Manfaat
1. Dapat memberikan informasi menenai material, komponen
ataupun sub-assembly yang diperlukan dalam pembuatan
suatu produk.
2. Dapat menetahui proses perakitan dalam pembuatan suatu
produk dengan bentuk tingkatan atau level.
Page 5
JAWABAN DARI MODUL I
1) BILL OF MATERIALS (B0M)
2) STRUKTUR PRODUK LAMPU TL
LEVEL KOMPONEN0 LAMPU TL (1)1 RANGKA LAMPU (1)2 STEKER (2)2 TRAVO (1)2 TEMPAT SEKRING (1)2 BAUT (4)2 MUR (2)2 KABEL (5)2 TUTUP RANGKA (1)
3BAUT PENAHAN TRAVO
(4)
LAMPU TL
(1)
Page 6
3) DATA PENGAMATAN
PENGAMATAN (DETIK)PENGAMATAN KE 1 2 3 4
DATA PENGAMATAN37
40
41
39
4) UJI KESERAGAMAN DATA
BKA = X + kσBKB = X + kσ
RUMUS: σ = √ (X-X)∑
N-1
RANGKALAMPU
(1)
LAMPU TL
(1)
STEKER
(2)
TRAVO
(1)
TEMPATSEKRING
(1)
BAUT
(4)
MUR
(2)
KABEL
(5)
TUTUPRANGKA
(1)BAUT
PENAHANTRAVO
(4)
Page 7
Batas kontrol (-2) dan (+2)
X = 39,25
(X-X)∑ = 8.75
σ = 1,707825
BKA = 42,66565
BKB = 35,83435
Semua data masuk dalam range BKA dan BKB maka data dapatdikatakan seragam
5) UJI KECUKUPAN DATA
X∑ = 157
(X)∑ = 24649
X∑ = 6171
K = 95% = 2
S = 10% = 0.1
RUMUS: N’ = k/s √N X – ( X) ∑ ∑
X∑
= 0,753641 = 1
Karena N’<N , maka data diatas dianggap cukup.
Page 8
6) MENGHITUNG WAKTU NORMAL
P = 110% = 1.1
OPERASIWAKTU PENGAMATAN (DETIK) WAKTU
1 2 3 4RATA-RATA
MELETAKKAN RANGKA 4 3 4 4 3,75EMASANG KABEL TRAVO 37 40 41 39 39,25
MEMASANG TRAVO 24 23 24 22 23,25MEMASANG TEMPAT
SEKRING 15 17 18 16 16,5MEMASANG 2 STEKER 28 32 30 31 30,25
MENGUNCI TUTUP RANGKA 19 23 22 20 21
RUMUS : Wn = Rata-rata waktu silus x P
OPERASIWAKTU PENGAMATAN (DETIK) WAKTU
P Wn1 2 3 4
RATA-RATA
MELETAKKAN RANGKA 4 3 4 4 3,75 1,1 4,125MEMASANG KABEL TRAVO 37 40 41 39 39,25 1,1 43,175
MEMASANG TRAVO 24 23 24 22 23,25 1,1 25,575MEMASANG TEMPAT
SEKRING 15 17 18 16 16,5 1,1 18,15MEMASANG 2 STEKER 28 32 30 31 30,25 1,1 33,275
MENGUNCI TUTUP RANGKA 19 23 22 20 21 1,1 23,1
7) MENGHITUNG WAKTU STANDART
Allowance = 5% = 0.05
RUMUS : Wn x 100% (100% - allowance (100%))
OPERASI WAKTU PENGAMATAN(DETIK)
WAKTU P Wn Ws
Page 9
1 2 3 4 RATA-RATAMELETAKKAN RANGKA 4 3 4 4 3,75 1,1 4,125 3,919
MEMASANG KABEL TRAVO 37 40 41 39 39,25 1,1 43,17541,01
6
MEMASANG TRAVO 24 23 24 22 23,25 1,1 25,57524,29
6MEMASANG TEMPAT
SEKRING 15 17 18 16 16,5 1,1 18,1517,24
3
MEMASANG 2 STEKER 28 32 30 31 30,25 1,1 33,27531,61
1MENGUNCI TUTUP
RANGKA 19 23 22 20 21 1,1 23,121,94
5
Page 10
PERAMALAN (Forecasting)
I. Tujuan
Menentukan Suatu perkiraan tingkat permintaan yang
diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam
periode waktu tertentu dimasa yang akan datang.
II. Landasan Teori
Sebagai suatu aktivitas dalam suatu organisasi,
peramalan diharapkan dapat memberikan informasi yang
sesuai dengan pemasaran, finance, produksi, dimasa
mendatang dan hal – hal lain yang memerlukannya untuk
tujuan – tujuan lainnya.
2.1. Peramalan / Forecasting Sistem Output
Dari sudut pandang manager produksi apa yang diperlukan
untuk perencanaan di masa dating adalah ramalan permintaan
(forecast demand). Demand berkaitan dengan persamaan yang
Page 11
diterima dari konsumen, sedangkan penjualan menyatakan
pengiriman yang dilakukan.
Demand kadang-kadang dapat berbeda dengan jumlah
penjualan akibat keterbatasan kapasitas atau ketidaktepatan
pengiriman akibat keterlambatan produk. Secara umum metode-
metode (model) peramalan dapat dikelompokkan kedalam 2
kelompok utama yaitu :
Metode kualitatif
Metode kuantitatif
2.1.1. Metode Kualitatif
Beberapa model peramalan yang digolongkan sebagai model
kualitatif adalah :
a. Dugaan Manajemen (Manajemen Estimate)
Dimana peramalan semata mata berdasarkan pertimbangan
manajemen, umumnya oleh manajemen senior. Teknik ini
akan digunakan dalam situasi diman atidak ada
alternatif lain dari model peramalan yang dapat
diterapkan.
b. Riset Pasar
Page 12
Merupakan peramalan berdasarkan hasil-hasil dan
survei pasar yang dilakukan oleh tenaga-tenag
pemasaran.
c. Metode kelompok Terstruktur
Misal : Metode Delphi, dll.
Metode Delphi merupakan teknik peramalan berdasaarkan
proses konvergensi dari opini beberapa orang atau
ahli secara interaktif tanpa menyebutkan identitas.
2.1.2. Metode Kuantitatif
Model kuantitatif dapat digolongkan menjadi :
a. Model kuantitatif intrinsik, sering disebut sebagai
model-model deret waktu (time serie model).
Contoh :
Rata-rata bergerak (Moving average)
Exponential Smoothing
Proyeksi Kecenderungan
b. Model Kuantitatif ekstrinsik, sering disebut sebagai
model kausal, dan yang lebih populer adalah model-
model regresi.
Page 13
2.2. Langkah-Langkah Peramalan
Pada dasarnya terdapat sembilan langkah-langkah yang
harus diperhatikan untuk menjamin efektifitas dan efisiensi
dari sistem peramalan dalam manajemen permintaan, yaitu:
1. Menentukan tujuan dari peramalan
2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.
3. Menentukn horizon waktu dari peramalan (jangka pendek,
menengah, atau panjang)
4. Memilih model-model peramalan
5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan
peramalan
6. Validasi model peramalan
7. Membuat peramalan
8. Implementasi hasil – hasil peramalan
9. Memantau keandalan hasil peramalan
III. DATA YANG DIPERLUKAN
a. Data historis permintaan selama 12 periode
Page 14
JAWABAN DARI MODUL II
1. Scatter Diagram
bulandemand
1 195002 252003 299004 276005 258006 210007 192008 154009 1410010 1280011 2000012 21700
Page 15
2. Peramalan 2 metode menggunakan software Win QSB
Single Exponential Smoothing With Trend
Uji Verifikasi
Page 16
Double Exponential Smoothing With Trend
Uji Verifikasi
Page 17
Dari hasil Peramalan diatas dengan menggunakan program
WIN QSB dari metode yang digunakan yaitu single
eksponential smoothing with trend dan double eksponential
smoothing with trend. Dari hasil tracking signal diatas
menunjukkan batas BKA dan BKB tidak melewati batas dari
semua metode yang digunakan sama –sama memiliki jumlah
nilai + yang merata. Jadi untuk menentukan metode mana
yang akan digunakan adalah dengan menentukan nilai MAD
dan MSE yang terkecil dari metode peramalan yang
digunakan. Berdasarkan tabel sebagai berikut:
Tabel MAD dan MSE dari Peramalan
Metode Nilai MAD Nilai MSE
Page 18
SEST 4647,625 2,82575DEST 4443,939 2.592778
Dari tabel diatas maka Double eskponential smoothing
Trend yang terpilih karena memiliki nilai MAD dan MSE
terkecil.
Pemilihan metode yang digunakan
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program Win
QSB, dengan hasil MAD dan MSE terkecil diperoleh dengan
metode double eksponential smoothing with trend. Jadi
permalan yang digunakan adalah metode double eksponential
smoothing with trend selama 12 periode mendatang dengan
hasil peramalan sebagai berikut:
Periode HasilPeramalan
Pembulatan
1 20273,41 202742 20760,6 207613 21247,79 212484 21734,97 217355 22222,16 22223
Page 19
6 22709,35 227107 23196,54 231978 23683,73 236849 24170,92 2417110 24658,11 2465911 25145,3 2514612 25632,49 25633
Page 20
MODUL III
PERENCANAAN AGREGAT DAN JADWAL INDUK PRODUKSI
3.1. PERENCANAAN AGREGAT DAN JADWAL INDUK PRODUKSI
A. PERENCANAAN AGREGAT
I. Tujuan
Perencanaan agregat dibuat dengan tujuan untuk
membuat perencanaan pada tingkat kasar untuk memenuhi
kebutuhan semua produk yang akan dihasilkan (bukan per-
individu produk) dengan menggunakan sumber daya yang ada.
II. Landasan Teori
Perencanaan produksi akan mudah dibuat dalam
menetapkan rencana poduksi bulanan bila tingkat permintaan
konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala.
Akan tetapi pada kenyataan pola permintaan yang bersifat
dinamis akan menyulitkan dalam menetapkan rencana produksi
bulanan. Disinilah perlunya perencanaan agregat dalam
mengatasi masalah tersebut.
Page 21
Perencaaan agregat menyatakan bahwa perencanaa dibuat
pada tingat kasar untuk memenuhi semua kebutuhan produk
yang akan dihasilkan (buka perkindividu produk) dengan
menggunakan sumber daya yang ada.
Sumber daya berupa:
Kapasitas mesin yang tersedia
Jumlah tenaga kerja yang ada
Tingat persediaan yang disediakan
Dan penjadwalannya
Perencanaan agregat akan dimulai dengan menyamakan
satuan kuantitas dengan total item yang akan diproduksi.
Misal dalam jam-orang, ton, liter dll.Langkah berikutnya
adalah menerjemahkan permintaan dalam tingkat produksi
bulanan. Kemudian perencanaan dibuat.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam perencanaan agregat adalah:
1. Jumlah tenga kerjanya tetap dan struktur biayanya
linier
Trial and error
Page 22
Program linier
Transportasi
Program dinamis
2. Jumlah tenaganya berubah-ubah dan struktur biayanya
linier
Program linier
3. Jumah tenaga kerjanya berubah-ubah dan struktur
biayanya non linier
Linier decision rule
Heuristic search
B. JADWAL INDUK PRODUKSI
I. Tujuan
Tujuan dari JIP atau MPS (Master Production Schedule)
adalah mewujudakan perencanaan agregat menjadi suatu
perencanaan terpisah untuk masing-masing item individu.
Page 23
II. Landasan Teori
Setelah perencanaan agregat dibuat hasilnya akan di-
sgregasikan kedalam kebutuhan-kebutuhan berdasrkan tahapan
waktu untuk masing-masing jenis produk (individu
produk),dan perencanaan ini disebut Jadwal Induk Produksi
(JIP) atau MPS. JIP atau MPS adalah rencana tertulis yang
menunjukkan apa dan berapa banyak setiap produk (barang
jadi) yang akan dibuat dalam setiap periode untuk beberapa
periode yang akan datang.
Selain itu JIP atau MPS juga dapat mengevaluasi
jadwal-jadwal alternative dalam hal kebutuhan kapasitas,
menyediakan input untuk system MRP dan membantu manajer
produksi untuk menghasilkan prioritas-prioritas untuk
penjadwalan.
III. DATA YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT PERENCANAAN
AGREGAT :
a. Data peramalan permintaan
b. Waktu standart dari unit produk
Page 24
c. Kapasitas maksimal untuk reguler dan over time
d. Biaya reguler, biaya over time, biaya simpan
3.2. JAWABAN DARI MODUL III
Tabel jumlah jam kerja
bulanhari kerja
jam kerja (RT)
jam kerja(OT)
jumlah jam kerja (RT)
jumlah jam kerja (OT)
1 22 8 2 176 442 19 8 2 152 383 22 8 2 176 444 22 8 2 176 445 22 8 2 176 446 22 8 2 176 447 22 8 2 176 448 22 8 2 176 449 22 8 2 176 4410 22 8 2 176 4411 22 8 2 176 4412 20 8 2 160 40
Jumlah Produk
jumlah produk RT
jumlah produk OT
11966 299210334 258411966 299211966 299211966 299211966 299211966 299211966 299211966 299211966 299211966 299210878 2720
Page 25
Perencanaan Agregat menggunakan windows QSB
Page 26
MODUL IV
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
4.1. MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan
Material) adalah serangkaian teknik atau metoda yang
digunakan untuk merencanakan produksi atau pengedaan dari
sub-assembly, komponen, dan bahan baku yang diperlukan untuk
melaksanaka Jadwal Induk Produksi (JIP)
Teknik MRP digunakan untuk perencanaan dan pengadilan
item barang (komponen) yang tergantung (dependent) pada
item-item ditingkat yang lebih tinggi.
I. Tujuan :
Page 27
Tujuan utama dari sistem MRP adalah merancang suatu
sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk
melakukan aksi yang tepat (Pembatalan Pesanan, Pesan
ulang, penjadwalan ulang).
Aksi ini merupakan pegangan untuk untuk melakukan
pembelian item barang (komponen), dan produksi.
Input Sistem MRP
Ada tiga input yang dibutuhkan oleh sistem MRP :
1. Jadwal Induk Produksi
2. Catatan keadaan persediaan
3. Struktur Produk
Output Dari Sistem MRP
1. Memberikan catatn tentang pesanan penjadwalan yang
harus dilakukan
2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang
3. Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan
4.2. JAWABAN DARI MODUL IV
MRP
Page 28
Komponen = jemuranpipa
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Keb. Kotor
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
On handKeb. Bersih
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Rencana
20274 20761 21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146
25633
Komponen = bagianatas
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Keb. Kotor
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
On handKeb. Bersih
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Rencana
20274 20761 21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146
25633
Komponen = sok L Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-LPeriode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor
162192
166088
169984
173880
177784
181680
185576
189472
193368
197272
201168
205064
On handKeb. Bersih
162192
166088
169984
173880
177784
181680
185576
189472
193368
197272
201168
205064
Rencana
162192
166088
169984
173880
177784
181680
185576
189472
193368
197272
201168
205064
Komponen = sok T Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-LPeriode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Page 29
Keb. Kotor
405480
415220
424960
434700
444460
454200
463940
473680
483420
493180
502920
512660
On handKeb. Bersih
405480
415220
424960
434700
444460
454200
463940
473680
483420
493180
502920
512660
Rencana
405480
415220
424960
434700
444460
454200
463940
473680
483420
493180
502920
512660
Komponen = Tiangjemuran
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor 81096
83044 84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
On handKeb. Bersih 81096
83044 84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
Rencana 81096 83044
84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
Komponen = Penghubungtiang
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor 81096
83044 84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
On handKeb. Bersih 81096
83044 84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
Rencana 81096 83044
84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
Komponen = bagiantengah
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Keb. Kotor
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Page 30
On handKeb. Bersih
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Rencana
20274 20761 21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146
25633
Komponen = Sok ½ 1 Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-LPeriode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor 81096
83044
84992
86940
88892
90840
92788
94736
96684 98636 100584
102532
On handKeb. Bersih 81096
83044
84992
86940
88892
90840
92788
94736
96684 98636 100584
102532
Rencana 81096 83044
84992
86940
88892
90840
92788
94736
96684
98636 100584 102532
Komponen =Penyangga tegak
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor
202740
207610
212480
217350
222230
227100
231970
236840
241710
246590
251460
256330
On handKeb. Bersih
202740
207610
212480
217350
222230
227100
231970
236840
241710
246590
251460
256330
Rencana
202740
207610
212480
217350
222230
227100
231970
236840
241710
246590
251460
256330
Komponen = Penyanggapenguat
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor
20274 2076 2124 2173 22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Page 31
1 8 5
On handKeb. Bersih
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Rencana
20274 20761 21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146
25633
Komponen = bagianbawah
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Keb. Kotor
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
On handKeb. Bersih
20274 20761
21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146 25633
Rencana
20274 20761 21248
21735
22223
22710
23197
23684
24171
24659
25146
25633
Komponen = Penghubungpendek
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor 81096
83044 84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
On handKeb. Bersih 81096
83044 84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
Rencana 81096 83044
84992 86940 88892 90840 92788 94736 96684 98636
100584
102532
Komponen = Penghubungpanjang
Safety stock= 0 Lead time= 1 mggu L-4-L
Periode
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keb. Kotor
81096 8304 8499 8694 8889 9084 9278 9473 9668 98636 100584 10253
Page 32
4 2 0 2 0 8 6 4 2
On handKeb. Bersih 81096
83044
84992
86940
88892
90840
92788
94736
96684 98636 100584
102532
Rencana 81096 83044
84992
86940
88892
90840
92788
94736
96684
98636 100584 102532
MODUL V
PERENCANAAN KEBUTUHAN KAPASITAS (CRP / Capacity Requirements
Planning)
Page 33
5.1. PERENCANAAN KEBUTUHAN KAPASITAS (CRP)
MRP mengasumsikan bahwa apa yang dijadwalkan dapat
diterapkan, tanpa memperhatikan keterbatasan kapasitas.
Kapasitas mengukur kemampuan dari suatu fasilitas produksi
untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam periode waktu
tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya
yang tersedia, seperti : peralatan, mesin, personel, ruang,
dan jadwal kerja.
Tujuan utama CRP adalah menunjukkan perbandingan antara
baahan yang ditetapkan pada pusat kerja melalui pesanan
kerja yang ada dan kapasitas dari setiap pusat kerja selama
periode waktu tertentu.
Input CRP :
Schedule Of Planned Factory Order Releases; jadwal ini
merupakan salah satu output dari MRP.
Work Order Status; Informasi status ini diberikan untuk
semua open orders yang ada dengan operasi yang masih harus
Page 34
diselesaikan, work center yang terlibat, dan perkiraan
waktu.
Routing Data; memberikan jalur yang di rencanakan untuk
factory orders melalui proses produksi dengan perkiraan waktu
operasi.
Work Center Data; data ini berkaitan dengan setiap
production work center, termasuk sumber-sumber daya, standar-
standar utilisasi dan efisiensi, serta kapasitas
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang diperlukan
untuk melaksanakan analisis CRP, yaitu :
1. Memperoleh informasi tentang planned order release dari
MRP
2. Memperoleh informasi tentang standard run time per unit dan
standard setup time per lot size
3. Menghitung kapasitas yang dibutuhkan dari masing-masing
pusat kerja
4. Membuat laporan CRP
5.2. JAWABAN DARI MODUL V
Bulan Penggunaan kapasitas produksi
Page 35
Demand Kapasitas
produksi
Waktu
proses
Kapasitas
aktual
(menit)
Kapasitas
aktual
jam1 20274 850 24 20274 3382 20761 850 24 20761 3463 21248 850 25 21248 3544 21735 850 26 21735 3625 22223 850 26 22223 3706 22710 850 27 22710 3797 23197 850 27 23197 3878 23684 850 28 23684 3959 24171 850 28 24171 40310 24659 850 29 24659 41111 25146 850 30 25146 41912 25633 850 30 25633 427
MODUL VI
KESEIMBANGAN LINTASAN (LINE BALANCING)
I. Tujuan
Menentukan Suatu perkiraan tingkat permintaan yang
diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam
periode waktu tertentu dimasa yang akan datang.
Page 36
1. Mengenal keseimbagan lintasan produksi dalam bentuk
nyata.
2. Mengetahui adanya bottle neck dalam suatu produksi
sebagai akibat ketidakseimbangan masing-masing lintasan.
3. Mengetahui dan mampu mengukur kapasitas produksi pada
suatu lintasan produksi.
4. Mampu merancang stsiun sebagai upaya memperbaiki
lintasan produksi, untuk mencegah terjadinya bottle
neck.
II. Landasan Teori
6.1. Keseimbangan Lintasan (Line Balancing)
Keseimbangan lintasan produksi bermula dari lintasa
produksi massal, dimana dalam proses produksinya dibaikan
pada seluruh operator sehingga beban kerja operator merata.
Jadi keseimbangan lintasan mempelajari bagaimana kita
merancang suatu lintasan produksi agar tercapai keseimbangan
beban yang dialokasikan pada setiap stasiun kerja dalam
menghasilkan produk.
Page 37
Line produksi adalah penempatan area-area kerja dimana
operasi-operaasi diatur secara berurutan dan material
bergerak secara kontinu melalu operasi yang terangkai
seimbang.
Lini produksi dibagi menjadi 2:
1. Lini Fabrikasi, merupakan lintasan produksi yang terdiri
atas sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk
atau mengubah bentuk benda kerja.
2. Lini Perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri
atas sejumlah operasi pekerjaan yang dikerjakan pada
beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi benda
assembly atau subassembly.
6.2. Definisi Keseimbangan lintasan
Istilah keseimbanga lintasan merupankan suatu metode
penugasan sejumlah pekerjaan kedalam stasiun-stasiun kerja
yang saling berkaitan dalam suatu lintasan produksi sehingga
setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi
waktu siklus dari stsiun kerja tersebut. Keterkaitan
sejumlah pekerjaan dalam suatu lintasan produksi harus
Page 38
dipertimbangkan dalam menentukan pembagian pekerjaan kedalam
masing-masing stasiun kerja. Hubungan atau saling
keterkaitan antara satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya
digambarkan dalam satu precedence digram atau diagram
pendahuluan, sedangkan hubungan itu disebut precedence
network (Bedworth, David.D, 361;Elsayed,A,259).
6.3. Istilah-istilah dalam Line Balancing
Precedence Diagram. Precedence Diagram merupakan gambaran
secara grafis dari urutan operasi kerja, serta
ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya
untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan
yang terkait di dalamnya.
Assemble Product, adalah produk yang melewati urutan work
stasiun dimana setiap work stasiun (WS) memberikan
proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada
perakitan akhir.
Work elemen, merupakan bagian dari seluruh proses
perakitan yang dilakukan.
Page 39
Waktu Operasi (Ti), adalah waktu standart untuk
menyeesaikan suatu operasi.
Work Stasiun (Ws), adalah tempat pada lini perakitan di mana
proses perakitan dilakukan. Setelah melakukan interval
waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja efisien dapat
ditetapkan dengan rumus berikut.
Di mana :
Ti : Waktu operasi/elemen (I=1,2,3,....,n)
CT : Waktu siklus stasiun kerja
n : Jumlah elemen
Kmin : Jumlah stasiun kerja minimal
Cycle time (CT) , merupakan waktu yang diperlukan untuk
membuat satu unit produk per satu stasiun. Yang secara
matematis dinyatakan sebagai berikut
Di mana :
timaks : waktu operasi terbesar pada lintasan
CT : waktu siklus (cycle time)
Page 40
P : jam kerja efektif per hari
Q : jumlah produksi per hari
Station Time (ST), jumlah waktu dari elemen kerja
dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama.
Idle Time (I) , merupakan selisih (perbedaan) antara
cycle time (CT) dan stasiun time (ST) atau CT
dikurangi ST.
Balance Delay (D), sering disebut balancing loss,
adalah ukuran dari ukuran ketidakefisien lintasan
yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya
yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang
sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance
Delay ini dinyatakan dalam prosentase. Balance
delay dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dimana :
n : Jumlah stasiun kerja
: Jumlah waktu operasi dari semua operasi
CT : waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
Page 41
ti : Waktu operasi
D : Balance delay (%)
Line Efficiency (LE), adalah rasio dari total waktu
stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan
jumlah stasiun kerja.
Dimana :
Sti : Waktu stasiun dari stasiun ke-1
K : Jumlah (banyaknya)stasiun kerja
CT : Waktu siklus
6.4. Metode Helgeson Birnie
Nama yang lebih populer dari metode ini adalah metode
bobot posisi (positional-Weight Technique). Metode ini
sesuai dengan namanya dikemukakan oleh Helgeson dan Birnie.
Langkah-langkah dalam metode ini adalah sebagai berikut :
1. Buat precedence diagram untuk tiap proses.
Page 42
2. Tentukan bobot posisi untuk masing0-masing elemen kerja
yang berkaitan dengan waktu operasi untuk waktu pengerjaan
yang terpanjang darai mulai operasi permulaan hingga sisa
operasi sesudahnya.
3. Membuat rangking tiap elemen pekerjaan berdasrkan bobot
posisi di langkah 2. Pengerjaan yang mempunyai bobot
terbesar diletakkan pada rangking pertama.
4. Tentukan waktu siklus (CT)
5. Pilih elemen operasi dengan bobot tertinggi, alokasikan
ke stasiun kerja. Jika masih layak (waktu stasiun < CT),
alokasikan operasi dengan bobot tertinggi berikutnya,
namun alokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT
6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun >
CT, maka sisa waktu ini (CT-ST) dipenuhi dengan alokasi
elemen operasi dengan bobot paling besar dan penambahannya
tidak membuat ST>CT.
7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat
ST<CT sudah tidak ada, kembali ke langkah 5.
6.5. JAWABAN DARI MODUL VI
Elemen Kegiatan Siklus waktu pengamatan(menit)
Rata-rata
Page 43
1 2 3 4 5
1 (perakitan rangka bawah)
13 13 12 12 11 12.2
2 (perakitan rangka tengah)
10 9 9 8 7 8.6
3 (perakitan rangka atas)
15 14 13 13 12 13,4
4 (pasang rangka tengah)
6 6 5 5 5 5.4
5 (pasang rangka atas) 5 5 5 4 4 4.6
Waktu normal = Waktu observasi rata-rata x Performance rating
Waktu normal perakitan rangka bawah = 12,2 x 95% = 11,59 mnt
Waktu normal perakitan rangka tengah = 8,6 x 95%= 8,17 mnt
Waktu normal perakitan rangka atas = 13,4 x 95%= 12,73 mnt
Waktu normal pasang rangka tengah = 5,4 x 95%= 5,13 mnt
Waktu normal pasang rangka atas = 4,6 x 95%= 4,37 mnt
Waktu standart = waktu normal x 100% (100% - allowance )
Waktu standar perakitan rangka bawah = 11,59 x 95% = 11,01 mnt
Waktu standar perakitan rangka tengah = 8,17 x 95%= 7,76 mnt
Waktu standar perakitan rangka atas = 12,73 x 95%= 12,09 mnt
Page 44
Waktu standar pasang rangka tengah = 5,13 x 95%= 4,87 mnt
Waktu standar pasang rangka atas = 4,37 x 95%= 4,15 mnt
operasi
Waktu rangking
1 11,01+4,87+4,15= 20,03 22 7,76+4,87+4,15= 16,78 33 12,09+4,87+4,15= 21,11 14 4,87+4,15= 9,02 45 4,15 5
11,01
7,76 4,87 4,15
12,09
CT= = 8x360x60 = 0,96
2x360x250
STAR RAKIT RANGKA TENGAH
RAKIT RANGKA BAWAH
RAKIT RANGKA ATAS
PASANG RANGKA TENGAH
PASANG RANGKA ATAS
Page 45
0,96 < 12,09 maka CT adalah 12,09
K min = = 11,01+7,76+12,09+4,87+4,15 = 3,3 = 3
12,09
Stasiunkerja
operasi Waktu
1 3 12.092 1,2 18.773 4,5 9.02
BD = x 100%= x 100% = 34.03%
Efisiensi lintasan = 100% - balance delay = 65.97%
Page 46
KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan dan perhiungan yang telah
dilakukan pada pratikum ini maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Elemen Kegiatan Siklus waktu pengamatan(menit)
Rata-rata
1 2 3 4 5
1 (perakitan rangka bawah)
13 13 12 12 11 12.2
Page 47
2 (perakitan rangka tengah)
10 9 9 8 7 8.6
3 (perakitan rangka atas)
15 14 13 13 12 13,4
4 (pasang rangka tengah)
6 6 5 5 5 5.4
5 (pasang rangka atas) 5 5 5 4 4 4.6
DATA PERMINTAAN
bulan
deman
d1 195002 252003 299004 276005 258006 210007 192008 154009 14100
10 1280011 2000012 21700
Page 48
Kesimpulan diambil dari pembahasan dan analisis yang telah
dilakukan dan menjawab dari tujuan. Berikut adalah kesimpulan
yang dapat diambil:
1. Peramalan untuk 12 bulan kedepan adalah
Periode
Demand Rencanaproduksi
13 20274 20274
14 20761 20761
15 21248 21248
16 21735 21735
17 22223 22223
18 22710 22710
19 23197 23197
20 23684 23684
21 24171 24171
22 24659 24659
23 25146 25146
24 25633 25633
2. Waktu normal = Waktu observasi rata-rata x Performance
rating
Waktu normal perakitan rangka bawah = 12,2 x 95% = 11,59 mnt
Page 49
Waktu normal perakitan rangka tengah = 8,6 x 95%=
8,17 mnt
Waktu normal perakitan rangka atas = 13,4 x 95%=
12,73 mnt
Waktu normal pasang rangka tengah = 5,4 x 95%= 5,13
mnt
Waktu normal pasang rangka atas = 4,6 x 95%= 4,37 mnt
3. Efisiensi lintasan = 100% - balance delay = 65.97%