Top Banner
Human need of activity Pendahuluan Physiology of movement Purposeful coordinated of the body requires the integrated functioning of the skeletal, skeletal muscle, and nervous system of the body Skeletal Adalah struktur yang disatukan oleh tulang, rawan dan persendian. Fungsi dari skeletal system adalah: 1. support support the body provides framework the body gives shape the body 2. protection protect vital organs protect shoft tissue 3. movement provides locomotion by attachment of muscles, tendons and ligament 4. hematopoesis produce red blood cel produce white blood cel roduce platelette 5. storage provides calcium provides phosporous Menurut bentuknya tulang dibagi : 1. tulang panjang (ossa longa) : tulang femur, humerus 2. tulang pendek (ossa brevia) : meta carpal, meta tarsal, phalanges 3. tulang ceper (ossa plana) : tulang tengkorak, ribs, shoulder, hip 4. irreguler (ossa irregularia) : vertebra, patella, facial Persendian
31
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Human Need of Activity

Human need of activity

PendahuluanPhysiology of movementPurposeful coordinated of the body requires the integrated functioning of the skeletal, skeletal muscle, and nervous system of the body

Skeletal Adalah struktur yang disatukan oleh tulang, rawan dan persendian.

Fungsi dari skeletal system adalah: 1. support

support the body provides framework the body gives shape the body

2. protection protect vital organs protect shoft tissue

3. movement provides locomotion by attachment of muscles, tendons and ligament

4. hematopoesis produce red blood cel produce white blood cel roduce platelette

5. storage provides calcium provides phosporous

Menurut bentuknya tulang dibagi :1. tulang panjang (ossa longa) : tulang femur, humerus2. tulang pendek (ossa brevia) : meta carpal, meta tarsal, phalanges3. tulang ceper (ossa plana) : tulang tengkorak, ribs, shoulder, hip4. irreguler (ossa irregularia) : vertebra, patella, facial

Persendian Sendi merupakan hubungan antar tulang untuk memungkinkan adanya pergerakan.

Ada tiga kelas utama dari persendian : 1. Synoarthrosis ( tak dapat bergerak ) contoh pada tulang tengkorak 2. amphiarthrosis ( bergerak sedikit) contoh vertebra 3. diarthrosis ( sendi bebas ) contoh sendi panggul, lutut, bahu dan siku

Tipe-tipe sendi :

1. Ball and socket : sendi pinggul dan bahu.

2. Hinge : sendi siku dan lutut.

3. Pivot : sendi poros dan atlas pada columna vertebra.

Page 2: Human Need of Activity

4. Condylold : sendi pergelangan tangan

5. Saddle : sendi carpometacarpal.

Gliding : sendi antara tibia dan fibula serta sendi intyervertebra.

Muskular system It is the contraction and relaxation of skeletal muscle, however that actually produce movement by pulling on boneTree important function for the body through contraction :

1. motion2. maintenance of posture3. heat production

Dibagi dalam tiga kelompok menurut fungsi kontraksi : 1. otot rangka / lurik

terdapat pada sistem skelet, banyak berisi vaskuler dan berkontraksi bila ada rangsang. Energi berasal dari ATP dan kegiatan kalsium . kecapain dan rasa sakit terjadi ketika kekurangan oksigen pada otot.

2. otot viseral ( polos ) pada saluran cerna, kemih, pembuluh darah, dan mendapat rangsang dari saraf otonom berkontraksi di luar kesadaran.

3. otot kardiak hanya pada jantung , kontraksi diluar kesadaran.

ALAT-ALAT PEMBANTU OTOT1. Fascia, berfungsi untuk melindungi otot, menahan otot tetap ditempatnya,

menahan urat tetap ditempatnya, tempat asal otot, melancarkan aliran darah2. bursa mucossa, berfungsi untuk meudahkan gerakan3. vagina tendenium, merupakan modifikasi dari bursa mucossa pada tempat

sempit yang dilalui banyak urat

nervous systemthe skeletal and muscular system can not produce purposeful movement without a functioning nervous system. It is a nerve impulse that stimulates muscle to contract. Lebih spesifik adalah sbb:

1. the afferent nervous system conveys information from receptors in the periphery of the body to the central nervous system

2. nerve cells called neurons are responsible for conducting impulses from one part of the body to another

3. this information is processed by central nervous system (CNS) and response is decided on

4. the efferent system conveys the desired response from CNS to skeletal muscle by way of the somatic nervous system

Posisi Anatomis Tubuh1. tubuh tegak2. kedua lengan tergantuntung disisi tubuh3. telapak tangan menghadap ke depan4. kedua kaki berdampingan, dengan jari-jari kaki ke depan5. keppala lurus ke depan

Page 3: Human Need of Activity

Terminology commonly used to describe body positions and movement 1. abduction, pergerakanmenjauhi sumbu panjang tubuh2. adduction, pergerakan mendekati sumbu panjang tubuh3. flexion, gerakan penekukan sendi ke arah mendekati tubuh4. extention, gerakanmeluruskan menjauhi sumbu tubuh5. hyperextention, 6. dorsoflexion, backward bending of hand or food7. plantar flexi8. rotation9. internal rotation10. external rotation11. pronation, gerakan mumutar hingga telapak tangan menghadap ke bawah12. supnation, gerakan mumutar hingga telapak tangan menghadap ke atas13. invertion, 14. eversion

Page 4: Human Need of Activity

Konsep Mobilitas.

Mobilitas : kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,

teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup

sehat.

Misal : seseorang harus mencari makan, melindungi diri dari trauma dan

memeneuhi kebutuhan dasar.

Mobilisasi penting untuk tidak tergantug, dan jika orang imobilitas akan

merasa rendah diri karena seperti anak kecil yang harus dilayani.

Mobilitas menunjukan status kesehatan dan kekuatan fisik seseorang dan

selanjutnya akan mempengaruhi harga diri dan body image. Body image

dapat berubah karena adanya kelumpuhan, amputasi atau gangguan fugsi

motorik.

Mobilitas dapat memperlambat aging process karena aktivitas yang teratur

akan memperbaiki kekuatan fisik dan kesehatan.

Join Mobility.

Range of Motion (ROM) dari sendi adalah pergerakan maksimum yang

dimungkinkan sendi.

fleksi

Ektensi netral

hyperektensi

Ektensi netral

fleksi

Page 5: Human Need of Activity

Status mobilitas mempunyai kesehatan dan mental efektivitas fisik

tubuh ;

1. Harga diri dan body image.

2. System tubuh ; aktivitas teratur.

3. Meningkatkan kesehatan.

4. Mencegah ketidakmampuan.

5. Memperlambat penyaklit degeneratif.

Factor-faktor yang mempengaruhi mobilitas :

1. Gaya hidup (life style).

Belaja tentang nilai dari aktivitas dari lingkungan keluarga atau

lingkungan diluar rumah.

Pengaruh factor budaya terhadap aktivitas.

2. Ketidakmampuan (primer disability).

Kelemahan fisik dan mental yang memnghalangi seseorang untuk

melaksanakan aktivitas kehidupan.

a. Ketidakmampuan primer :

Disebabkan langsung karena penyakit atau trauma. Contoh :

paralysis karena injuri spinal cord.

b. Ketidakmampuan sekunder ;

Dampak akibat ketidakmampuan primer. Contoh ; kelemahan otot,

bed rest.

3. Tingkat energi.

Bervariasi diantara individu.

Seseorang meghindar dari stressor untuk mempertahankan kesehatan

fisik dan psikologis.

4. Usia.

Mempengaruhi tingkat aktivitas, diakitka dengan tingkat perkembangan

dari sejak lahir sampai lanjut usia.

KONSEP DASAR TENTANG IMOBILITAS.

Alasan imobilitas ;

1. Pembatasan gerak yang sifatnya terapeutik.

Page 6: Human Need of Activity

Injuri pada exstrimitas.

Pembedahan.

2. Pembatasan yang tidak dapat dihindari karena ketidakmampua primer.

3. Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.

Tingkat Imobilitas.

Bervariasi.

Imobilitas secara komplit. Misalnya pada pasien tidak sadar atau koma.

Imobilitas secara partial. Misalnya pada pasien fraktur.

Pembatasan aktivitas dengan alasan kesehatan. Misalnya pasien

sesak nafas karena penyakit jantung tidak boleh aktivitas berlebihan.

Bedrest.

a. Bedrest total

Klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh pergi

kekamar mandi atau duduk dikursi.

b. Bedrest partial

Klien istirahat ditempat tidur kecuali ketika ia pergi kekamar mandi.

Keuntungan dari bedrest.

1. Mengurangi kebutuhan sel tubuh terhadap oksigen.

2. Menyalurkan sumber energi untuk kebutuhan proses penyembuhan.

3. Pada kasus tertentu dapat mengurangi nyeri.

Klien dengan resiko.

Factor yang meningkatkan resiko terhadap masalah sampai

dengan imobilitas ;

1. Imobilitas pada area tubuh yang luas.

2. Riwayat Imobilitas pada waktu yang lama.

3. Imobilitas pada klien lanjut usia.

4. Klien mengalami nyeri atau spasme otot.

5. Menurunya sentivitas klien terhadap temperature, nyeri dan tekanan.

6. Klien dengan maslah nutrisi.

Page 7: Human Need of Activity

7. Klien tidak dapat belajar menjegah bagaimana cara mencegah

masalah.

8. Klien dengan imobilitas pada satu sisi tubuh dalam waktu yang lama.

Respon fisiologis terhadap imobilitas.

1. Muskuloskeletal.

20 % Kekuatan otot menurun setelah bedrest satu minggu.

Penurunan masa otot atau ATROPI : jika otot tidak berkontraksi.

Disuse osteoporesis : akibat menurunya aktivitas otot dan gangguan

endokrin dan metabolisme.

Contracture.

Atropi otot, menurunya kekuatan otot dan keterbatasan daya tahan.

Mengganggu koordinasi pada ektrimitas atas dan bawah.

Membatasi kemampuan klien dan membatasi aktivitas sehari-hari.

Mengganggu keseimbangan dan kemampuan berdiri dan berjalan.

2. Kardiovskular.

Beban kerja jantung naik : heart rate cardiac out put dan stroke volume

naik.

Resiko pembentukan thrombus naik.

Hipertensi orthostatic (postural) reflek neurovascular turun ;

vasokontriksi ; darah terkumpul pada vena bagian bawah.tubuh ; aliran

darah kesirkulasi pusat terhambat.

3. Respiratory.

Ventilasi paru-paru terganggu : pergerakan dada dan ekspansi paru

terganggu : pertukaran gas menurun, lemahnya oksigensi dan retensi

karbondioksida dalam darah/asidosis respiratory.

Sekresi mucus lebih kental dan menempel sepanjang tarktus

respiratory.

Page 8: Human Need of Activity

Kelemahan otot thorak, ketidakmampuan inhalasi maksimal, gerakan

ciliari menurun ; mekanisme batuk terganggu.

Mucus menjadi statis

Media berkembangnya bakteri : infeksi traktus respiratory bagian bawah

terganggu.

4. Metabolik dan nutrisi.

BMR menurun : kebutuhan energi turun, motilitas gastrointestinal dan

sekresi kelenjar digestive turun.

Ketidakmampuan proses anabolisme dan katabolisme ; nitrogen

dieksresikan secara berlebihan ; negative nitrogen balance.

Anorexia : intake kalori-kalori protein rendah ; malnutrisi.

5. Urinary.

Jika imobilitas, basal metabolisme rate menurun sebagaimana

penggunaan energi tubuh juga menurun. Motilitas gastrointestinal dan

sekresi kelenjar pencernaan juga menurun.

Pengaruh gaya gravitasi kecil ; menghalangi pengosongosongan uria

diginjal dan kadung kemuh secara komplit ; urinary statis ; media

berkembangnya bakteri pada traktus urinary.

Retensi urinary, distensi kadung kemih, incontinence.

Resiko terjadi “ renal calculi “ karena kenaikan tingkat kalsium dalam

urine.

6. Eliminasi fecal.

motilitas colon dan peristaltic turun, spingter kontriksi ; konstipasi.

Kelemahan otot skeletal akan mempengaruhi otot abdomen dan

perinel yang digunakan untuk defekasi.

Pengguanaan bedpan tidak memfasilitasi eliminasi.

7. Integument.

Elastsisitas kulit menurun.

Page 9: Human Need of Activity

Iskemik dan nekrose jaringan superficial ; dekubitus.

8. Neurosensory.

Ketidakmampuan merubah posisi hambatan dalam input sensory,

perasaan lelah, irritable, persepsi tidak realistis, ansietas.

Respon psikososial terhadap imobilitas.

Perubahan social, emosional dan intelektual :

Menurunya input sensory dan lingkungan baru , pengalaman

menakutkan dan menyenangkan.

Perubahan dalam konsep diri dan persepsi peran jika individu

menyadari ketergantungan.

Perasaan tidak berharga, tidak berdaya, kesepian diekspresikan

dengan hostilitas, bingung menarik diri dan apatis.

Kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah

menurun.

Pengkajian.

1. Muskuloskeletal.

Kaji maslah otot : atopri.

Perubahan struktur sendi : nyeri jika bergerak.

Menurunya kekuatan otot dan gangguan koordinasi.

2. Kardiovskular.

Kaji heart rate dan tekanan darah : naiknya nadi dan turunya tekanan

darah jika berubah posisi ; indikasi orthostatik hipertensi.

Kaji gangguan sirkulasi perifer : kekuatan nadi periver turun, kulit

dingin terutama pada akral.

3. Respiratory.

Auskultasi suara nafas.

Cek analisa gas darah.

Page 10: Human Need of Activity

Kaji gerakan dinding thorak.

Kaji adanya mucus, batuk yang productive diikutin panas, nyeri saat

respirasi : pneumonia.

4. Metabolik dan nutrisi.

Kaji intake kalori dan protein : jumlah dan jenis makanan.

Ukur berat badan setiap minggu.

Menurunya serum protein : penyembuhan luka lambat.

5. Urinary.

Kaji status hidrasi : intake dan outut.

Palpasi pada syimpisis pubis, keluhan tidak nyaman pada abdoment

pada bagian bawah, retensi urine.

Test laboratorium : leukosit dan bakteri dalam urine, keluhan sering

kencing dengan jumlah sedikit, disuria, demam. Pusing : infeksi traktus

urinarius.

Kaji adanya batu pada urinary : keluhan nyeri abdoment bagian bawah,

batu pada uriene.

6. Eliminasi fecal.

Kaji input dan output makanan berserat.

Kaji pola BAB.

7. Integument.

Kaji status hidrasi dan dehidrasi : manaiknya gangguan pada kulit;

mudah pecah-pecah.

8. Neurosensory.

Kaji perubahan perespsi sensori.

9. Pengakjian psikososial.

Perubahan emosi : perasaan tidak berharga, tidak berdaya, kesepian,

apatis dan menarik diri.

Ketidakmampuan konsentrasi dan memberi keputusan.

Page 11: Human Need of Activity

Pengakjian Joint Range of Motion.

Gerakan maksimal yang dapat dilaksanakan pada setiap persendian tubuh.

Pengakajian Activities of Daily Living (ADL).

Kaji tingkat ketergantungan klien dalam melaksanakan ADL.

Pengakjian Actyvity Tolerance.

Kaji dan ketahanan klien untuk berpartisipasi dalam melaksanakan aktivitas

yaitu dengan menentukan aktivitas yang sesuai.

Diagnosa Keperawatan.

Metabolic.

1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksi.

2. Gangguan keseimbangan cairan b/d anoreksia sekunder imobilisasi.

Kardiovaskular.

1. Gangguan dalam cardiac output b/d imoblisasi.

2. Resiko injuri : jatuh b/d ortostatic hipertensi.

Muskuloskeletal.

1. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri sekunder terhadap pembedahan.

2. Gangguan mobilitas fisik b/d trauma spinal cord.

3. Activity intolerance b/d menurunnya tonus dan kekuatan otot.

4. Self care defisit b/d menurunnya kekuatan dan fleksibilitas otot.

Eliminasi Urinary.

1. Retensi urine b/d imobilitas yang lama.

2. Incontinensia urine b/d gangguan moblitas fisik.

3. Potensial infeksi tractus urinarius b/d urinary statis.

Respiratory.

1. Tidak efektifnya pola nafas b/d terbatasnya ekspansi dada.

2. Tidak efektifnya pola nafas b/d tidak efektifnya batuk dan penumpukan

secret.

3. Gangguan pertukaran gas b/d menurunya gerakan respiratory.

Eliminasi Fecal.

Page 12: Human Need of Activity

1. Gangguan eliminasi fecal : konstipasi b/d imobilitas.

2. Gangguan eliminasi fecal : kostipasi b/d kurangnya intake cairan sekunder

terhadap anoreksia.

Psikososial.

1. Tidak efektifnya koping individu b/d imobilitas.

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b/d imobilitas dan kebutuhan

tergantung pada orang lain.

3. Gangguan interaksi sosial b/d imoblitas.

Perencanaan dan Implementasi.

Tujuan :

1. Meningkatkan fungsi kardiovaskular.

2. Meningkatkan fungsi respirasi.

3. Meningkatkan fleksibilitas sendi.

4. Meningkatkan ketrampilan motorik.

5. Meningkatkan fungsi gastrointestinal untuk mencegah konstipasi.

6. Meningkatkan kesehatan emosi.

7. Meningkatkan produktivitas.

8. Memperlambat proses penuaan.

Intervensi Keperawatan untuk mencegah imobilitas.

1. System Muskuloskeletal.

Memperbaiki system tubuh.

Weigh-beiring activity.

Kemandirian dalam ADL.

Isotonic dan isomatrik exercise.

Active dan passieve ROM exercse.

0. Sistem Kardiovaskular.

gerakan dan latihan ambulasi dini dan mandiri, latihan ADL.

Meperbaiki sirkulasi vena periver.

3. System respirasi.

Page 13: Human Need of Activity

Meningkatkan ekpansi alveokar, mencegah tertahanya secret,

memepertahankan alat nafas, meningkatkan pertukaran gas.

Latihan nafas dalam dan batuk efektif.

Merubah posisi setiap 1-2 jam.

Postural drainage.

Perkusi dan vibrasi dada.

4. Metabolisme da nutrisi.

Diet TKTP dan supplement vitamin.

5. System urinary.

Merubah posisi dan latihan.

Meningkatkan hidrasi.

Menjaga kebersihan.

Kateterisasi urinary.

Mencegah incontinensia urinary.

6. Eliminasi Fecal.

Meningkatkan tonis otot dan kekuatan otot perineal.

7. System neurosensory.

Merubah posisi dan latihan.

Gerakan yang dapat meningkatkan aktivitas motorik.

8. System integument.

9. Pendekatan psikososial (Sosial, emosional dan intelektual)

Evaluasi.

1. Klien mempunyai ROM normal.

2. Tidak terjadi masalah kulit sebagai dampak imobilisasi.

3. Klien merasa nyaman.

4. Klien mengekspresikan positif tentang dirinya.

Page 14: Human Need of Activity

EXERCISE

ADALAH usaha aktif dari muscle, otot yang terlibat aktif dalam kontraksi dan

relaksasi (dari sekelompok otot)

Type of exercise

i. Isotonic exercise

Terlibat/menyangkut pemendekan otot dan pergerakan aktif

Misal :

1. aktivitas dari ADL

2. range of motion/movement

3. berenang, berjalan, joging, bersepeda

Manfaat :

1. otot-otot berkumpul, bertambah besar, tonus baik dan kuat

2. dalam hubungannya dengan pergerakan:

- meningkatkan sirkulasi

- meningkatkan aktivitas tulang

- meningkatkan fungsi kerja jantung dan pernafasan

b. isometric exercise

terlibat/menyangkut otot tanpa terjadi pemendekan (tidak terjadi

/menghasilkan gerakan) atau sedikit sekali terjadi pemendekan otot>

misal ; kontraksi otot quadriceps dan gluteal

manfaat :

a. otot-otot berkumpul, bertambah besar, tonus baik dan kuat

b. meningkatkan sirkulasi

c. meningkatkan aktivitas tulang

c. Isokinetic exercise

Terlibat/menyangkut kontraksi otot dengan perlawanan

Misal : latihan rehabilitasi untuk lutut dan siku

Penggunaan isokinetic : untuk otot dan sendi, melengkapi ROM

Menurut Hill & Smith (1985) :

Page 15: Human Need of Activity

Pergerakan tubuh terbagi dalam :

1. Aerobic Exercise

2. streching execise ( latihan peregangan)

3. strength and endurance exercise (latihan penguatan dan ketahanan)

4. daily life activity (ADL)

Page 16: Human Need of Activity

MODEL-MODEL INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KLIEN DENGAN

MASALAH AKTIVITAS

Mmobilitas dalam keperawatan mengacu pada kemampuan seseorang untuk

bergerak atau digerakkan diatas tempat tidur, bangkit, berjalan, pindah dari

tempat tidur, ke kamar mandi, dll

Model intervensi yang diberikan pada klien disesuaikan dengan masalah yang

sedang terjadi pada klien. Tujuan intervensi diarahkan pada tindakan

peningkatan keadaan fisik dan pencegahan

Sebelum program dijalankan klien diharapkan mampu :

1. mengidentifikasi manfaat latihan teratur

2. menjelaskan program latihan (jenis aktivitas, frekuensi dan lamanya

latihan)

3. mengidentifikasi denyut nadi normal

A. ROM (range of motion)

Merupakan semua gerakan yang secarah penuh dapat dilakukan oleh

persendian secara normal. ROM dapat dilakukan secara aktif maupun

pasif. Aktif jika psien dapat melakukan secara mandiri. Pasif jika latihan

dilakukan oleh orang lain terhadap klien, atau aktif dengan bantuan jika

pasien dapat melakukan sendiri tetapi perlu bantuan orang lain.

Persendian yang dapat dialkukan ROM dan jenis latihannya:

1. leher : flexi, hiperextensi, lateral flexi dan rotasi

2. bahu : flexi, hiperextensi, extensi, abduksi, adduksi, external rotasi,

internal rotasi

3. siku : flexi, extensi

4. pergelangan tangan : flexi, extensi, hiperextensi

5. jari-jari : flexi, extensi, abduksi, adduksi

6. panggul : lexi, hiperextensi, extensi, abduksi, adduksi, external rotasi,

internal rotasi

7. lutut : flexi, extensi

8. tumit : dorsoflexi, plantar flexi, inversi, eversi

9. jari kaki : flexi, extensi, abduksi, adduksi

Page 17: Human Need of Activity

TUJUAN ROM

1. mengembalikan kemampuan otot

2. mempertahankan fleksibilitas sendi

3. mempertahankan pertumbuhan tulang

4. mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan gastrointestinal

5. mencegah kontraktur

B. Pengaturan posisi

Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mempertahankan posisi tubuh yang

benar dan mencegah terjadinya komplikasi selama klien immobilisasi/bedrest

Perawat perlu mengajarkan pada klien dan keluarga tentang :

1. teknik pengaturan posisi yang benar

2. merubah posisi tiap 2 jam

3. latihan extremitas dan masage pada daerah tertekan

Adapun posisi yang dimaksud meiputi:

1. Posisi Supine/horisontal recumbent/terlentang:

2. Posisi fowler/duduk

3. Posisi sim

4. Posisi dangling

5. Posisi tendelenberg

6. Posisi litotomy

7. Posisi knee cest

8. Posisi prone

9. Posisi dorsal recumbent

C. Pergerakan / pergeseran dari tempat tidur

Memindahkan klien perlu rencana yang tepat untuk mencegah cidera pada

klien maupun perawat. Perawat perlu menyadar kemampuanklien untuk

dibantu, sehingga mungkin diperlukan bantuan dari perawat yang lain.

Komplikasi yang sering terjadi adalah jatuh, dower kateter tertarik lepas, dll

Page 18: Human Need of Activity

Beberapa hal yang berkaitan dengan pergeseran dan atau pemindahan klien

adalah :

1. menggeser klien di tempat tidur

2. memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi, kursi roda, kereta

dorong, dll

D. Membantu Ambulasi

Merupakan cara membantu klien dalam aktivitas berjalan, disekeliling

ruangan, keluar kamar, ke halaman baik dengan maupun tanpa alat bantu

berjalan (tongkat, dll)

Persiapan dalam ambulasi / latihan berjalan:

1. latihan quadriceps bertahap

2. push up/sit up untuk memperkuat otot tricep

3. dangling (mengayun)

4. latihan ADL sebagai latihan terarah

E. Mendesain Program Latihan

Terutama diarahkan untuk program latihan:

1. Activity daily living

2. rencana latihan sesuai type/bagian

F. Evaluasi

Terutama terhadap kemampuan :

1. berjalan umum

2. gaya berjalan

3. body alignment

4. struktur persendian

5. masa, tonus, dan kekuatan otot

6. endurance (ketahanan)

Page 19: Human Need of Activity

BED POSITION

1. Sims's Position : semiprone dengan klien pada satu sisi, dengan lengan,

lutut dan paha dari salah satu sisi kaki di flexikan dan disandarkan pada

bed. Klien dengan posisi sims mempunyai resiko terjadi kelemahan otot

sendi dan permukaan kulit.

Digunakan untuk :

a. kenyamanan ketika istirahat atau tidur

b. ada masalah pada daerah punggung/posterior

c. penatalaksanaan edema

d. pemeriksaan rektum

e. postural drainage

Indikasi :

1. klien tida sadar untuk menjaga kestabilan jalan nafas

2. Lithotomy Position (dorsosakral)Klien menyandarkan punggungnya, paha difleksikan terhadap perutnya, lutut flexi, kaki abduksi dan pinggunl rotasi lateral.Digunakan :

a. pemeriksaan pelvisb. pemeriksaan urogenetalia pada wanita, organ reproduksi wanita

Page 20: Human Need of Activity

3. Knee-Chest Position (Genu pectoral)Posisi Knee Chest atau biasa disebut juga posisi Genu Pectoral (menungging)

mempunyai pengertian :

Membaringkan pasien dengan posisi menungging, kedua kaki ditekuk, dada

menempel pada kasur, kedua tangan lurus dan diletakkan di samping kepala,

kedua telapak tangan menempel pada aksur.

Membaringkan pasien dengan posisi menungging kedua kaki ditekuk dan dada

menempel pada kasur.

Merupakan pasien pada posisi menugging atau lateral dan dengan lembut

mengguakkan bokong.

Indikasi

Pasien yang akan dilakukan kolonoscopy, sygmoidcopy, dan rectorcopy.

Pasien yang mengalami disminore (nyeri saat haid).

Ibu hamil yang letak bayi sungsang (sebelum dibekukan versi luar)

Untuk pemeriksaan anus, rectum, serta sigmoid.

Kontraindikasi

Posisi post operasi

Pasien dengan gangguan jantung dan pernafasan

Pasien fraktur

Pasien yang mengalami artritis

4. POSISI TRENDELEN BURGMembaringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari pada kaki.

TUJUAN :

1. Melancarkan peredaran darah ke otak.

2. Memudahkan jalannya pembedahan pada bagian perut.

DILAKUKAN PADA :

Page 21: Human Need of Activity

1. Pada pasien shock.

2. Pada pasien dengan pemasangan skin traksi pada kaki.

3. Pada posisi dengan peredaran lambung atau usus.

5. DORSAL RECUMBENT adalah posisi berbaring dengan tubuh bagian anterior (depan) menghadap ke atas

atau disebut juga dengan terlentang, lutut ditekuk dan telapak kaki menapak diatas

tempat tidur atau alas dengan posisi kedua kaki diregangkan atau dilebarkan.

Tujuan

1. Mempermudah tindakan pemeriksaan dan perawatan pada daerah antara lain:

Daerah bagian leher

Bertujuan untuk mengetahui letak atau kelainan pada kelenjar limfe,

kelenjar tiroid dan posisi trakea

Daerah genetalia

Bertujuan untuk membersihkan dan mencegah serta menghindari infeksi,

memberikan pengobatan, memberikan rasa aman.

Daerah torax anterior

Bertujuan untuk melihat bentuk, kesimetrisan expansi serta keadaan kulit

torax.

Abdoment. Karena memebrikan keadaak relaksasi pada otot-otot abdomen

2. Mempermudah proses persalinan pada pasien yang akan melahirkan.

Dengan menggunakan posisi DORSAL RECUMBENT akan

mempermudahkan pembukaan labiya mayora dan labiya minora pada pasien

yang akan melahirkan disamping itu juga dapat mempermudah bagi paramedis

atau perawat untuk menegakkan diagnosa dan sangat membantu dalam proses

persalinan.

6. POSISI PRONE (TELUNGKUP)

PENGERTIAN

Membantu mengubah posisi pasien dari suatu posisi ke posisi telungkup,

abdomen terletak pada bagian bawah dan posisi kepala membelok atau memutar

ke arah samping.

Kegunaan Posisi Prone

Posisi Prone mempunyai beberapa kegunaan :

Page 22: Human Need of Activity

a. Posisi ini memberikan ekstensi yang penuh pada pinggang dan lutut,

bila dilakukan secara benar dan teratur dapat mencegah kontraktur

fleksi atau kekakuan pada waktu menekuk pada pinggang dan lutut

b. Posisi prone dapat memudahkan pengaliran cairan dari rongga mulut,

seperti pada pasien setelah pembedahan pada mulut/ kerongkongan.

c. Memberikan rasa nyaman pada klien/ pasien yang berbaring di tempat

tidur.

Indikasi Pemberian Posisi Prone

a. Posisi alternatif untuk pasien yang berada pada suatu posisi yang

terlalu lama.

b. Pada posisi setelah pembedahan pada mulut dan kerongkongan

c. Pada pasien yang lordosis, posisi ini juga sebagai suatu terapi.

Kontra Indikasi posisi Prone

a. Pada orang yang mempunyai problem rahim/ punggung

b. Pada pasien dengan masalah lambung/ pernafasan, apabila dilakukan

posisi tengkurap akan membatasi dan menyebabkan lemas karena

expansi peru terbatas selama pernafasan.

7. Dangling Position

Duduk diatas tempat tidur dengan kaki berjuntai pada tepi tempat tidur.

Digunakan : sebelum klien beranjak dari tempat tidur dan berjalan