Top Banner
LIHAT DIBAWAH YA !!!!!!!! HALAMAN INI ngak TAU CARA HAPUSNYA,,,,,,
24

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

May 16, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

LIHAT DIBAWAH YA !!!!!!!! HALAMAN INI ngak TAU CARA HAPUSNYA,,,,,,

Page 2: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Softlens atau lensa kontak adalah salah satu alat kedokteran yang bertujuan

sebagai pengganti kacamata bagi penderita yang memiliki penglihatan kurang.

Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, softlens yang awalnya

berfungsi sebagai pengganti kacamata untuk penderita gangguan mata kini

berubah menjadi atribut mode atau style. Banyak dari kalangan remaja wanita

maupun pria menggunakan softlens hanya untuk kepentingan gaya semata tanpa

mengetahui akibat apa yang akan ditimbulkan oleh softlens yang terbuat dari

plastik mengandung air. (1) Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan

teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti

kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata. Ide pertama kali pembuatan

lensa kontak dilakukan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1508 dan pertama kali

diproduksi oleh Friedrich Anton pada tahun 1887. (2)

Beberapa alasan orang memilih memakai lensa kontak daripada kacamata

dikarenakan lensa kontak dapat mengikuti pergerakan bola mata dan tidak

sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata, sehingga tidak mengganggu

penglihatan, dapat memperindah penampilan, nyaman, lebih terang dan tidak

menghalangi aktivitas. (3) Rata-rata pemakai lensa kontak seluruh dunia tercatat

128 juta pemakai lensa kontak baik itu untuk kepentingan alat bantu penglihatan,

terapi, maupun kosmetik. Sekitar 13,2 juta orang pemakai lensa kontak berusia

antara 18 sampai 34 tahun. (2)

Lensa kontak tetaplah benda asing yang diletakkan di mata dan dapat

menimbulkan dampak negatif. Jika konsumen menggunakannya dalam waktu

relatif lama maka softlens akan menyerap air di permukaan mata, hal inilah yang

dapat menyebabkan mata perih dan gangguan lainnya, salah satunya adalah iritasi

mata. Hal ini dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai

cara perawatan lensa kontak yang benar. (4)

Kurangnya pengetahuan penggunaan lensa kontak yang bisa berakibat fatal

bagi pengguna nya seperti penggunaan lensa kontak secara bergantian dengan

1

Page 3: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

2

orang lain. Pemakaian softlens secara bergantian dengan orang lain, dapat

menimbulkan iritasi pada mata. Namun terkadang dibeberapa optik hanya

menyediakan satu tester softlens yang diperuntukan untuk calon pembeli,

sehingga dapat menimbulkan resiko penularan bakteri, yang dapat mengakibatkan

iritasi. Tidak mampunya optik untuk memberikan tester softlens yang selalu baru

dan air soflens menjadi suatu masalah yang cukup serius. (5)

Dari hasil penelitian sebanyak 2.500 pengguna softlens mengalami “corneal

ulcers”. Corneal Ulcers adalah kondisi terdapatnya luka sobek pada mata yang

disebabkan oleh infeksi dan goresan yang biasanya terjadi akibat penggunaan

softlens yang kurang berhati-hati dan ganti-ganti softlens dalam waktu yang

singkat.Resiko iritasi penggunaan softlens, memasang dan melepasnya sangatlah

tinggi apabila tidak dilakukan secara berhati-hati baik penanganannya dan

kebersihannya, begitu juga tidak dianjurkan menggunakan merksoftlens dan merk

air softlens yang berganti-ganti dikarenakan dapat mengganggu kenyaman mata

dan kesehatan mata. (6)

Walaupun banyaknya resiko gangguan mata dalam penggunaan softlens,

namun peminat softlens itu sendiri sangatlah banyak, fenomena yang terlihat di

lapangan sebagian besar pemakai lensa kontak masih banyak, tak terkecuali juga

pada mahasiswa Pendidikan Dokter yang masih banyak terdapat mahasiswa yang

memakai lensa kontak dibandingkan kacamata. Aktivitas mahasiswa yang

terkadang menghabiskan waktu seharian membuat pemakaian lensa kontak

menjadi berlebihan dan berkurangnya kesempatan untuk melakukan perawatan

pada lensa kontak yang akan sangat terkait dengan beberapa masalah kesehatan

mata. Namun, terkadang masalah ini tidak dihiraukan oleh sebagian besar

mahasiswa pemakai lensa kontak padahal efek yang ditimbulkan nantinya akan

merugikan mereka. Seperti beberapa penelitian mengenai pengetahuan mahasiswa

akan penggunaan lensa kontak menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif

penggunaannya berada pada kategori sedang. (7) Hasil penelitian lain juga

menunjukkan sebagian besar mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara

menyadari penanganan dan perawatan lensa kontak yang tepat. Hanya beberapa

dari mereka yang tidak menyadari komplikasi potensial yang terkait dengan

Page 4: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

3

penggunaan lensa kontak yang jelek dan beresiko terjadinya keratiti. (8) Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan pemakai

lensa kontak dengan kejadian iritasi mata pada mahasiswa Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan

tingkat pengetahuan pemakai lensa kontak dengan kejadian iritasi mata pada

mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan pemakai lensa kontak dengan kejadian iritasi mata pada mahasiswa

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa khususnya pemakai lensa kontak

untuk menjaga kesehatan matanya dan mengurangi risiko iritasi dan infeksi mata

akibat pemakaian lensa kontak itu sendiri.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi profesi kedokteran secara luas, dapat digunakan sebagai informasi

dalam mengkaji, menganalisis, mendiagnosis, memberikan penyuluhan tentang

pencegahan, dan memberikan perawatan pada pemakai lensa kontak yang

mengalami atau tidak mengalami iritasi mata.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan pemakai lensa kontak dan kejadian iritasi mata pada mahasiswa

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Page 5: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa Kontak

2.1.1 Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada

kornea mata.Lensa kontak memiliki fungsi yang sama dengan kacamata,yaitu

mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi, dan kosmetik. (1)

Lensa kontak terbuat dari kaca ataupun plastic yang diletakkan di

permukaan depan kornea. Lensa-lensa ini tetap di tempatnya karena ada lapisan

tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata.

(9)

2.1.2 Sejarah Lensa Kontak

Lensa kontak pertama kali diproduksi pada tahun 1887 oleh Friedrich Anton

Muller dalam bentuk semacam kapsul dari kaca yang diletakkan pada kornea yang

berfungsi sebagai pengganti kacamata dalam mengoreksi kelainan refraksi. Lensa

kontak yang sesuai dengan kornea pertama kali diperkenalkan pada permulaan

tahun 1930, yaitu lensa kaku skleral.Awalnya lensa kaku skleral terbuat dari bahan

kaca, tetapi kemudian pada tahun 1938 mulai dibuat dari bahan plastik.Lensa ini

disebut lensa skleral karena bentuknya lebar yang tidak hanya menutupi kornea,

tetapi menutupi semua bagian mata. (10)

Pada tahun 1947 berkembang lensa kontak yang terbuat dan bahan plastik

yang sama dengan lensa kaku skleral, yaitu polymethylmethacrylate (PMMA).

Lensa ini disebut lensa kornea karena ukurannya kecil sesuai dengan ukuran

kornea mata. (10)

Pada permulaan tahun 1960, dr. Otto Wichterle dan Czezhoslovakian

National Academy dan dr. Drahoslav Lim, mengembangkan bahan baru untuk

pembuatan lensa kontak, yaitu plastik yang lebih lembut dan juga menyerap air

yang disebut Hydroxyethylmethacrylate (HEMA). Plastik HEMA inilah yang

selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk membuat lensa kontak. Pada tahun-

4

Page 6: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

5

tahun berikutnya para ahli mengadakan penelitian dan pengembangan, baik pada

desain lensa kontak maupun aplikasi pemakaiannya. (11)

2.2.3 Fungsi Lensa Kontak

1. Alat Bantu Penglihatan

Lensa korektif didesain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada mata dan

kelainan mata lainnya sehingga akan memperbaiki penglihatan, seperti halnya

kacamata. Pada banyak orang, ketidakseimbangan antara kemampuan refraksi

mata dengan panjang mata akan menyebabkan kelainan refraksi. Lensa kontak

akan memperbaiki ketidakseimbangan ini dan membuat cahaya jatuh tepat di atas

retina. (1)

Sifat khusus dari lensa kontak ialah menghilangkan hampir semua

pembiasan yang terjadi di permukaan anterior kornea. Keadaan di atas disebabkan

karena air mata mempunyai indeks bias hampir sama dengan kornea. Permukaan

anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai bagian sistem optik mata,

sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan penting.Pembiasan

oleh lensa ini menggantikan fungsi yang biasanya dilakukan oleh kornea.Dengan

memakai lensa kontak, pembiasan kornea dihilangkan, dan sebagai gantinya

pembiasan dilakukan oleh permukaan anterior lensa. (12)

Lensa kontak mempunyai beberapa keuntungan lain, yaitu;

a. Memberikan penglihatan jelas dengan lapangan pandang yang lebih

luas dibanding kacamata karena ikut serta dengan pergerakan mata.

b. Berpengaruh kecil terhadap ukuran objek yang dilihat seseorang

melalui lensa. Sedangkan kaca mata yang diletakkan beberapa

centimeter di depan mata mempengaruhi besar bayangan selain

mengoreksi pembiasan. (9)

2. Kosmetik

Lensa kontak berwarna dapat digunakan untuk menyamarkan bekas

luka/jaringan parut pada kornea maupun untuk merubah warna iris. Lensa kontak

untuk kepentingan kosmetik didesain untuk merubah warna dan penampilan mata.

Lensa mata kosmetik juga sering digunakan untuk menciptakan efek khusus

pada industri film. Walaupun untuk kepentingan kosmetik namun

biokompabilitasnya tetap harus diperhatikan sama halnya dengan lensa kontak

Page 7: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

6

konvensional lainnya karena lensa kontak kosmetik biasanya membuat oksigen

yang dapat masuk ke mata lebih sedikit dari pada lensa kontak korektif. Hal

tersebut dapat mengganggu dan menimbulkan kerusakan pada mata. (13)

3. Terapeutik

Lensa kontak sering dipakai dalam pengobatan dan menangani kelainan

non-refraksi pada mata. Bebat lensa kontak dapat melindungi kornea yang sakit

atau cedera dan gesekan akibat kedipan kelopak mata yang terus-menerus. Lensa

kontak yang sekaligus memberikan obat untuk mata juga telah dikembangkan.

(14)

2.2.4 Jenis-Jenis Lensa Kontak

1. Soft Contact Lens

Soft contact lens atau yang disebut lensa kontak lunak, sesuai dengan

namanya mempunyai struktur yang lunak, menyerupai potongan plat film,

membuatnya nyaman dipakai.Lensa kontak lunak memiliki ukuran yang lebih

besar sehingga melapisi seluruh bagian iris, kornea, dan sebagian dari sklera mata.

Lensa kontak lunak adalah jenis lensa kontak yang paling banyak dipakai akhir-

akhir ini. (13)

Lensa kontak lunak dibuat dari berbagai macam material, dalam berbagai

ukuran, dan desain untuk mengoreksi hampir sebagian besar kelainan penglihatan.

Lensa jenis ini terbuat dari plastik HEMA yang mengandung lebih banyak air, dan

seperti halnya spons, lensa jenis ini harus disimpan di dalam cairan khusus agar

mencegah lensa menjadi kering. Kemajuan dalam material pembentuk lensa

kontak telah memperkenalkan lensa kontak lunak generasi baru untuk

memperbaiki kinerja lensa kontak dan memenuhi persyaratan kesehatan mata

yang disebut silicone hydrogel lenses. Silicone hydrogel lenses memungkinkan

lebih banyak oksigen yang dapat masuk ke dalam kornea dan pada jenis lensa

kontak lunak berbahan dasar konvensional, membuat lensa kontak lunak lebih

aman untuk mata. (13)

Walaupun ukurannya lebih besar daripada lensa kontak kaku, lensa kontak

lunak lebih nyaman digunakan dan membuat kita membutuhkan waktu yang lebih

sedikit untuk beradaptasi. (14)

Page 8: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

7

Lensa kontak lunak sering dibedakan berdasarkan frekuensi dan lama

pemakaian. Lama pemakaian bisa sehari, setiap dua minggu, bulanan, setiap tiga

bulan ataupun lebih. (12)

2. Hard Contact Lens

Hard Contact Lens atau yang disebut dengan lensa kontak kaku sudah lebih

dahulu ada daripada lensa kontak lunak, walaupun banyak perbaikan yang telah

dilakukan selama ini untuk memungkinkan lebih banyak oksigen dapat masuk

melewati bahan lensa kontak. (12) Lensa kontak kaku dibuat dari bahan plastic

dan tidak mengandung air. Bahan yang paling sering digunakan adalah

flourusilicone acrilate. Kekakuan lensa jenis ini berarti secara umum membuatnya

lebih mudah dipakai daripada lensa kontak lunak. Lensa jenis ini berukuran lebih

kecil daripada lensa kontak lunak dan biasanya hanya menutupi sebagian kornea

mata. (15)

3. Rigid Gas Permeable Contact Lenses

Rigid Gas Permeable Contact Lenses bersifat mudah dilalui oksigen

sehingga kornea dapat berfungsi dengan baik, pada Rigid Gas Permeable Contact

Lenses, oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tapi juga dari udara

bebas yang dapat melalui lensa untuk mencapai kornea. Hal ini menyebabkan

Rigid Gas Permeable Contact Lenses lebih nyaman dipakai dalam waktu yang

lama. Rigid Gas Permeable Contact Lenses memerlukan masa penyesuaian 2-4

minggu.

Rigid Gas Permeable Contact Lenses dibuat dalam berbagai pilihan material

ukuran, dan desain.Meskipun terjadi penurunan dalam pemakaian lensa kontak

kaku, beberapa praktisi lensa kontak percaya bahwa Rigid Gas Permeable Contact

Lenses memberikan pilihan yang lebih sehat untuk pemakaian jangka panjang

daripada lensa kontak lunak. Lensa kontak jenis ini juga lebih baik dalam

memperbaiki penglihatan pada mata yang berbentuk tidak teratur (keratokonus

ireguler) daripada lensa kontak lunak, dan lebih tahan lama sehingga relatif lebih

ekonomis dibandingkan lensa kontak lunak. (12)

Page 9: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

8

2.2.5 Pola Pemakaian Lensa Kontak

Pada tahun 1979, pemakaian lensa kontak mengharuskan pemakai melepas

dan membersihkan lensa kontak setiap malam. (15) Kini pemakaian lensa kontak

mempunyai dua macam pola tergantung pada kadar lalu oksigen masing-masing

jenis lensa kontak sesuai dengan bahan, kadar air, desain, dan ketebalannya, yaitu:

1. Pemakaian harian

Pemakaian harian artinya lensa kontak tidak diperbolehkan dipakai lebih

dari 24 jam sehari tanpa lepas. Lensa harus dilepas setiap malam, selanjutnya

lensa kontak harus dicuci dan direndam dalam larutan untuk perawatan lensa

selama beberapa jam, baru kemudian dapat dipakai lagi.

2. Pemakaian tidak terbatas

Lensa kontak dengan pola pemakaian ini dapat dipakai lebih dari satu

malam tanpa dilepas dan dicuci walaupun saat tidur. Namun, meski dinamakan

sebagai pemakaian tanpa batas, biasanya lensa juga hanya dapat dipakai selama

maksimal 7 hari berturut-turut tanpa dilepas. Setelah seminggu berturut-turut

dipakai, lensa harus dilepas, dicuci, serta direndam dalam larutan beberapa jam,

setelah itu dapat dipakai kembali. (3)

2.2.6 Indikasi Pemakaian Lensa Kontak

Pemakaian lensa kontak dapat dibedakan berdasarkan beberapa indikasi,

yaitu: (16)

1. Perbaikan penglihatan: pengganti kaca mata, astigmatisma ireguler,

keratokonus, miopia tinggi dan afakia.

2. Medik

a. Melindungi kornea (dengan memakai lensa kontak untuk mata kering).

b. Pengganti perban: keratopati bulosa, ulkus kornea, descematocele.

3. Preventif mencegah terjadinya simblepharon.

4. Diagnostik: pemakaian gonioskopi, elektroretinografi.

5. Operasi: dipakai selama operasi goniostomi pada glaukoma kongenital.

6. Kosmetik: pada parut kornea untuk menutupi makula maupun leukoma luas.

7. Pekerjaan: olahragawan, pilot, aktor.

Page 10: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

9

2.2.7 Kontra Indikasi Pemakaian Lensa Kontak

1. Kontra Indikasi Absolut

Lensa kontak tidak dapat dipakai pada keadaan peradangan, bleparitis,

konjungtivitis akut, keratitis.

2. Kontra Indikasi Relatif

Lensa kontak sebaiknya tidak dipakai pada keadaan-keadaan seperti dry eye

syndrome, blep setelah operasi glaukoma, penderita gangguan kekebalan tubuh,

kelainan-kelainan palpebra: kalazion, trikiasis, entropion, koloboma, kelainan

Konjungtiva: pteregium, pinguekula. (16)

2.2.9 Cara Pemakaian (Memasang dan Melepas) Lensa Kontak

Cara memakai lensa kontak baik itu untuk memasang maupun melepas

lensa kontak adalah sebagai berikut:(17)(18)

1. Cara Memasang Lensa Kontak

a. Sebelum memegang lensa kontak, tangan harus dicuci terlebih dahulu

dan berdiri menghadap cermin.

b. Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.

c. Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang

sebelumnya sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.

d. Basahi lagi lensa dengan setetes cairan pembasah.

e. Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya tidak

berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.

f. Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di

kornea.

g. Lepaskan kelopak bawah perlahan-lahan kemudian kelopak mata atas.

2. Cara melepaskan lensa kontak

Untuk melepaskan lensa kontak bisa memakai tangan ataupun dengan

bantuan alat berupa karet penghisap.

a. Melepas lensa kontak dengan bantuan karet penghisap

1) Sebelum melepas lensa kontak, tangan harus dicuci dahulu dan

berdiri menghadap cermin.

Page 11: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

10

2) Ujung karet penghisap dibersihkan dengan cara dicelupkan ke

dalam air bersih.

3) Dekatkan dan tempelkan penghisap tadi ke lensa kontak yang

menempel di kornea, maka dengan sendirinya lensa kontak akan

terhisap.

4) Tarik perlahan hingga keluar dari mata. Jangan menarik dari karet

penghisap untuk melepaskannya, tetapi geserlah lensa kontak

tersebut secara perlahan-lahan.

b. Melepas lensa kontak tanpa bantuan alat

1) Sebelum melepas lensa kontak, tangan barus dicuci terlebih dahulu

dan berdiri di depan cermin.

2) Basahi tangan dengan cairan agar lensa kontak mudah melekat

pada tangan.

3) Jari tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan mata tidak

berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.

4) Dengan memakai telunjuk dan ibu jari tangan kanan, cubit dan

tarik perlahan lensa kontak hingga terlepas dari kornea.

Gambar 2.1 Cara Pemakaian Lensa Kontak (Puspitasari, 2011).

Bersihkan kotoran pada kontak lens

Periksa kontak lens setiap penggunaan 10 hari

Kornea mata yang berbentuk cekung terletak pada bagian depan mata

Syaraf Optik

Gunakan lensa kontak pada mata yang rusak selama 3 minggu

Lensa kontak akan memperbaiki kornea yang rusak dan memperbaiki penglihatan secara cepat.

Page 12: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

11

2.3 Perawatan Lensa Kontak

Perawatan lensa kontak adalah hal yang sangat penting untuk diketahui.

Kurangnya perawatan lensa kontak akan menyebabkan berbagai masalah pada

mata, termasuk iritasi dan bahkan bisa menyebabkan kebutaan. Sebenarnya,

perawatan lensa kontak tidaklah sulit.Apalagi, kini perawatan dengan sistem satu

jenis cairan saja dan lensa kontak sekali pakai membuat perawatan lensa hanya

membutuhkan waktu, biaya dan permasalahan yang lebih sedikit. (19)

2.3.1 Cairan Perawatan Lensa Kontak

Merawat lensa kontak, diperlukan beberapa jenis cairan perawatan, yaitu:

(16) (20)

1. Cairan Pencuci Lensa (Cleaning Solution)

Cairan ini dipakai untuk membersihkan lensa pada saat sebelum dan

sesudah dipakai.Cairan pencuci lensa berguna untuk menghilangkan kotoran di

permukaan seperti lipid dan lender.

2. Cairan Pembasah (Wetting Solution)

Cairan ini dipakai untuk membasahi kembali lensa kontak dengan cara

meneteskannya ke mata apabila lensa kontak terasa kering di mata dan

menjernihkan mata agar lensa kontak tetap baik.Cairan ini digunakan saat

pemasangan dan bertindak sebagai bantalan antara lensa dan kornea dan

meningkatkan penyerapan air mata pada permukaan lensa.Efek cairan ini bertahan

untuk 5-15 menit.

3. Cairan Perendam (Soaking Solution)

Cairan ini dipakai untuk menjaga lensa agar tetap basah, tidak tergores, dan

bebas hama sewaktu disimpan.

4. Cairan Pelumas

Cairan pelumas dipakai untuk perawatan dan pemeliharaan lensa kontak

sebagai tetes mata yang mengandung polimer dan suatu bahan untuk

meningkatkan viskositas. Selain itu, cairan pelumas juga berguna untuk:

a. Menurunkan gesekan antara kornea, kelopak mata, dan permukaan

lensa kontak.

b. Memberikan tambahan cairan ke mata bagian depan.

Page 13: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

12

c. Mengeluarkan kotoran dari belakang lensa kontak dengan memakai

menjadi lebih mudah setelah diberi tetes mata pelumas.

5. Enzim Pembersih

Enzim pembersih dianjurkan untuk membersihkan protein pada lensa

kontak berbentuk tablet ataupun cairan.

2.3.2 Cara Perawatan Lensa Kontak

1. Perawatan Harian

a. Bila lensa telah dilepas atau akan dipasang, segera bilas dengan NaCl

0.9%.

b. Simpan lensa kontak dalam kotak penyimpanan yang telah diisi 2/3

bagiannya dengan cairan desinfeksi. (16)

2. Perawatan Mingguan

Setiap satu minggu, pakai tablet penghilang protein untuk menghilangkan

endapan protein pada lensa yang berasal dari air mata. (16)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemakai lensa kontak: (21)

1. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak. Cuci dan didesinfeksi

lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.

2. Ikutilah petunjuk perawatan lensa kontak anda.

3. Buanglah cairan yang telah dipakai segera, jangan dipakai untuk kedua

kalinya.

4. Jangan menyimpan lensa kontak dalam cairan yang tidak steril seperti air

kran.

5. Jangan memakai lensa kontak yang rusak atau sudah kadaluarsa.

6. Periksakan mata anda secara teratur (minimal setahun sekali)

7. Hentikan pemakaian lensa kontak segera jika mata merah atau tidak nyaman

saat memakai lensa kontak.

2.4 Iritasi Mata

Iritasi mata adalah rasa tidak nyaman yang superfisial biasanya akibat

kelainan di permukaan mata. Gatal, sebagai gejala primer, sering merupakan tanda

adanya alergi.Rasa kering, perih, berpasir, dan sensasi benda-asing yang ringan

Page 14: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

13

dapat terjadi pada mata kering atau jenis iritasi kornea ringan lainnya. Refleks

berair mata mendadak umumnya disebabkan oleh iritasi di permukaan

mata.Sekret mata sering tidak spesifik.(7) Iritasi pada mata merupakan salah satu

keadaan terjadinya mata kemerahan, nyeri, pembengkakan, gatal dan berair pada

mata serta penglihatan kabur juga merupakan tanda-tanda iritasi mata yang

mungkin saja mengarahkan pada masalah mata yang lebih serius seperti infeksi.

(7)

Iritasi mata dapat terjadi karena pemakaian lensa kontak yang terlalu lama,

lensa kontak yang sudah melewati batas kadaluarsa, kurangnya perawatan lensa

kontak, cara pemakaian yang salah, intoleransi pada cairan pembersih, ataupun

infeksi sekunder akibat pemakaian lensa kontak. (1)

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada saat penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (22)

Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.(23)

Melihat dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers pada tahun 1974 mengungkapkan bahwa sebelum

orang tersebut mengadopsi perilaku baru, terjadi proses yang berurutan, yakni: (1)

Kesadaran (Awarness), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (obyek); (2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus

atau obyek tersebut, sikap subyek sudah mulai timbul; (3) Menimbang-nimbang

(Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; (4) Trial

Page 15: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

14

(Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus; (5) Adopsi (Adoption), dimana subyek telah

berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.(23)

2.5.2 Tingkatan Pengetahuan

Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan, yaitu: (22)

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami

Memahami adalah kemampuan menjelaskan dan menginterpretasikan

dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang

sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

c. Penerapan

Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-

hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

menguraikan objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam

suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merangkum atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.

Penilaian tersebut dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau kriteria yang

disusun sendiri.

Page 16: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

15

2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain: (22)

a. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin tinggi pula pengetahuan

seseorang. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah

mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung aspek positif dan negatif yang akan menentukan sikap seseorang.

Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka semakin positif

pula sikap seseorang terhadap objek tertentu.

b. Pengalaman

Pengalaman dapat memperluas pengetahuan seseorang, karena dari

pengalaman dapat diketahui kebenaran pengetahuan tersebut dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh. Pengalaman dapat diperoleh dari

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

c. Keyakinan

Keyakinan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.Biasanya

keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun

keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi seperti majalah, radio, koran, televisi,

buku dan lain-lain juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap seseorang.

Namun, penghasilan yang cukup besar dapat menyediakan fasilitas yang lebih

baik untuk menambah pengetahuan.

f. Sosial-budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Page 17: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

16

2.5.4 Pengukuran Pengetahuan

Kita dapat melakukan pengukuran pengetahuan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang pengetahuan atau materi yang ingin kita ukur

dari orang yang ingin diteliti. Wawancara dapat dilakukan dengan bercakap-cakap

secara langsung dengan responden atau tidak langsung (misalnya melalui

telepon). Angket berupa formulir yang berisi pertanyaan dan diajukan secara

tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan terkait hal yang

akan kita ukur. Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif. (22)

Page 18: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

17

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan Pemakaian Lensa Kontak

Cara Pemakaian

Lensa Kontak

Pola Pemakaian

Lensa Kontak

Jenis-Jenis Lensa

Kontak

Cairan Perawatan

Lensa Kontak

Iritasi Mata

Page 19: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan potong lintang (Cross sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2015. Jadwal

kegiatan dapat dilihat pada lampiran 1.

3.3 Populasi

Populasi pada penelitian adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih aktif dan

sedang ataupun pernah memakai lensa kontak.

3.4 Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih aktif dan sedang

ataupun pernah memakai lensa kontak serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

samplig. Jumlah sampel yang di ambil adalah sebanyak 60 mahasiswa Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih

aktif dan sedang ataupun pernah memakai lensa kontak.

Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi adalah:

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu:

a. Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh yang menggunakan lensa kontak.

b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

c. Penggunaan lensa kontak lebih kurang seminggu sekali.

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini, yaitu:

18

Page 20: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

19

a. Mata tidak mengalami iritasi akibat dari penggunaan lensa kontak.

b. Pengunaan lensa kontak kurang dari 6 bulan.

3.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan. Variabel dalam penelitian adalah tingkat

pengetahuan pemakai lensa kontak sebagai variabel independen dan hubungannya

dengan kejadian iritasi mata pada mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sebagai variabel dependen.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah kejadian iritasi mata pada

Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh.

Sedangkan variabel independen (bebas) penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

pemakai lensa kontak.

3.6.2 Definisi Operasional

1. Kejadian iritasi

Iritasi mata adalah rasa tidak nyaman yang superfisial biasanya akibat

kelainan di permukaan mata ditandai dengan adanya rasa gatal, rasa kering, mata

berair, dan sekret.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pengukuran dilakukan dengan

cara memilih jawaban multiple choice. Hasil ukur dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a. Iritasi (x ≥ x ), apabila skor total jawaban responden lebih besar atau

sama dengan rata-rata skor jawabanresponden.

Tingkat Pengetahuan Kejadian Iritasi Mata

Page 21: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

20

b. Tidak iritasi (x <x ¿,apabila skor total jawaban responden lebih besar

atau sama dengan rata-rata skor jawaban responden. Skala Pengukuran:

Ordinal

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh mahasiswa

pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala tentang

pengetahuan lensa kontak. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Cara

pengukurannya melalui angket kuesioner yang berisi 11 pertanyaan setiap

pertanyaan benar akan diberi skor 1 sedangkan yang menjawab salah diberi skor

0. Hasil ukur dikategorikan menjadi baik dan kurang baik dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Baik (x ≥x), apabila skor total jawaban responden lebih besar atau sama

dengan rata-rata skor jawaban responden.

b. Kurang baik (x<x), apabila skor total jawaban responden lebih rendah

daripada rata-rata skor jawaban responden.

Skala pengukuran yang diperoleh adalah skala ordinal.

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer

yaitu pengambilan data secara langsung oleh peneliti dengan membagikan

kuesioner terhadap subjek penelitian.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari angket kuesioner yang telah diisi oleh responden yang

telah bersedia mengisi kuesioner.Peneliti menunggu hingga kuesioner selesai

diisi.Selanjutnya kuesioner dikumpulkan dan dilakukan pengecekan terhadap

jawaban responden.Jika jawaban tidak lengkap atau tidak jelas, maka dilakukan

pengambilan data ulang terhadap responden tersebut.

3.7.3 Alat/Instrumen Penelitian

Page 22: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

21

Alat ukur yang akan dijadikan instrumen dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Berikut merupakan bagian-bagian dari kuesioner:

a. Bagian I merupakan daftar pertanyaan pengetahuan pemakai lensa

kontak dengan pilihan jawaban ya atau tidak yang berisi 11 pertanyaan.

b. Bagian II merupakan daftar pertanyaan iritasi mata dengan pilihan

jawaban ya atau tidak yang berisi 3 pertanyaan.

3.7.4 Uji Validitas dan Reabilitas

Sebelum kuesioner digunakan oleh peneliti maka terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reabilitias. Uji coba kuesioner akan dilakukan dengan

cara memberikan angket pada 20 orang responden.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur

mengukur apa yang ingin diukur. Selanjutnya untuk mengetahui apakah kuesioner

yang telah disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur maka dapat diuji

dengan uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud. Uji validitas

dilakukan dengan mencari koefisien korelasi butir total terkoreksi yaitu dengan

rumus korelasi product moment, item pertanyaan dinyatakan valid jika

mempunyai r hitung lebih besar dari r standar. Nilai korelasi dari pertanyaan pada

kuesioner dinyatakan valid bila nilai r hasil > 0,444. Dari hasil pengujian validitas

didapat nilai r hitung untuk 16 pertanyaan (11 pertanyaan pengetahuan, 5

pertanyaan iritasi mata) >0,444 (terlihat pada kolom Corrected Item-Total

Correlation di lampiran 5), maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.

(23)

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil

pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap

masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Nilai reabilitas

dihitung dengan menggunakan Uji Cronbach’s Alpha. Bila hasilnya sama dengan

Page 23: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

22

atau lebih besar dari r standar maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian reabilitas kuesioner, didapat nilai alpha untuk 11

pertanyaan pengetahuan adalah 0,838, dengan nilai r standar = 0.444. Karena

nilainya lebih dari 0,444 maka butir pertanyaan dalam kuesinoer dinyatakan

reliabel.(24)

3.8 Teknik Pengolahan Data

1. Coding, yaitu pemberian kode untuk memudahkan pengolahan data.

2. Editing, yaitu memeriksa kembali data untuk menghindari kesalahan,

menjamin data sudah lengkap dan benar.

3. Tabulating, yaitu data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan

karakteristik dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

4. Cleaning, yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan

dalam pengolahan data.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan frekuensi masing-

masing variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen.Data yang

diperoleh dan hasil angket dicatat dan dikumpulkan, kemudian disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Analisis ini dilakukan dengan pengujian

statistik yaitu Chi Square test melalui rumus:

x2=∑ (0−E)2

E

Keterangan:

x² = chi square

O = nilai hasil pengamatan (observed)

E = nilai ekspektasi (expected)

Page 24: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak dengan Kejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean

23

Kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) yang

dihasilkan dengan 95% CI dan a = 0,05. Adapun kriterianya sebagai berikut:

a. Jika p value > 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan

b. Jika p value 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan Jika uji

Chi -Square tidak memenuhi maka akan dilakukan analisis menggunakan uji

Fisher Exact.(24)

3.10 Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Peneliti mendatangi responden yang sudah memenuhi kriteria inklusi

Penjelasan dan persetujuanpengambilan sampel

Membagikan kuisioner

Pengisian kuisioner

Pengolahan data

Analisis data