LIHAT DIBAWAH YA !!!!!!!! HALAMAN INI ngak TAU CARA HAPUSNYA,,,,,,
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Softlens atau lensa kontak adalah salah satu alat kedokteran yang bertujuan
sebagai pengganti kacamata bagi penderita yang memiliki penglihatan kurang.
Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, softlens yang awalnya
berfungsi sebagai pengganti kacamata untuk penderita gangguan mata kini
berubah menjadi atribut mode atau style. Banyak dari kalangan remaja wanita
maupun pria menggunakan softlens hanya untuk kepentingan gaya semata tanpa
mengetahui akibat apa yang akan ditimbulkan oleh softlens yang terbuat dari
plastik mengandung air. (1) Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan
teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti
kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata. Ide pertama kali pembuatan
lensa kontak dilakukan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1508 dan pertama kali
diproduksi oleh Friedrich Anton pada tahun 1887. (2)
Beberapa alasan orang memilih memakai lensa kontak daripada kacamata
dikarenakan lensa kontak dapat mengikuti pergerakan bola mata dan tidak
sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata, sehingga tidak mengganggu
penglihatan, dapat memperindah penampilan, nyaman, lebih terang dan tidak
menghalangi aktivitas. (3) Rata-rata pemakai lensa kontak seluruh dunia tercatat
128 juta pemakai lensa kontak baik itu untuk kepentingan alat bantu penglihatan,
terapi, maupun kosmetik. Sekitar 13,2 juta orang pemakai lensa kontak berusia
antara 18 sampai 34 tahun. (2)
Lensa kontak tetaplah benda asing yang diletakkan di mata dan dapat
menimbulkan dampak negatif. Jika konsumen menggunakannya dalam waktu
relatif lama maka softlens akan menyerap air di permukaan mata, hal inilah yang
dapat menyebabkan mata perih dan gangguan lainnya, salah satunya adalah iritasi
mata. Hal ini dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai
cara perawatan lensa kontak yang benar. (4)
Kurangnya pengetahuan penggunaan lensa kontak yang bisa berakibat fatal
bagi pengguna nya seperti penggunaan lensa kontak secara bergantian dengan
1
2
orang lain. Pemakaian softlens secara bergantian dengan orang lain, dapat
menimbulkan iritasi pada mata. Namun terkadang dibeberapa optik hanya
menyediakan satu tester softlens yang diperuntukan untuk calon pembeli,
sehingga dapat menimbulkan resiko penularan bakteri, yang dapat mengakibatkan
iritasi. Tidak mampunya optik untuk memberikan tester softlens yang selalu baru
dan air soflens menjadi suatu masalah yang cukup serius. (5)
Dari hasil penelitian sebanyak 2.500 pengguna softlens mengalami “corneal
ulcers”. Corneal Ulcers adalah kondisi terdapatnya luka sobek pada mata yang
disebabkan oleh infeksi dan goresan yang biasanya terjadi akibat penggunaan
softlens yang kurang berhati-hati dan ganti-ganti softlens dalam waktu yang
singkat.Resiko iritasi penggunaan softlens, memasang dan melepasnya sangatlah
tinggi apabila tidak dilakukan secara berhati-hati baik penanganannya dan
kebersihannya, begitu juga tidak dianjurkan menggunakan merksoftlens dan merk
air softlens yang berganti-ganti dikarenakan dapat mengganggu kenyaman mata
dan kesehatan mata. (6)
Walaupun banyaknya resiko gangguan mata dalam penggunaan softlens,
namun peminat softlens itu sendiri sangatlah banyak, fenomena yang terlihat di
lapangan sebagian besar pemakai lensa kontak masih banyak, tak terkecuali juga
pada mahasiswa Pendidikan Dokter yang masih banyak terdapat mahasiswa yang
memakai lensa kontak dibandingkan kacamata. Aktivitas mahasiswa yang
terkadang menghabiskan waktu seharian membuat pemakaian lensa kontak
menjadi berlebihan dan berkurangnya kesempatan untuk melakukan perawatan
pada lensa kontak yang akan sangat terkait dengan beberapa masalah kesehatan
mata. Namun, terkadang masalah ini tidak dihiraukan oleh sebagian besar
mahasiswa pemakai lensa kontak padahal efek yang ditimbulkan nantinya akan
merugikan mereka. Seperti beberapa penelitian mengenai pengetahuan mahasiswa
akan penggunaan lensa kontak menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif
penggunaannya berada pada kategori sedang. (7) Hasil penelitian lain juga
menunjukkan sebagian besar mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara
menyadari penanganan dan perawatan lensa kontak yang tepat. Hanya beberapa
dari mereka yang tidak menyadari komplikasi potensial yang terkait dengan
3
penggunaan lensa kontak yang jelek dan beresiko terjadinya keratiti. (8) Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan pemakai
lensa kontak dengan kejadian iritasi mata pada mahasiswa Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan
tingkat pengetahuan pemakai lensa kontak dengan kejadian iritasi mata pada
mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan pemakai lensa kontak dengan kejadian iritasi mata pada mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa khususnya pemakai lensa kontak
untuk menjaga kesehatan matanya dan mengurangi risiko iritasi dan infeksi mata
akibat pemakaian lensa kontak itu sendiri.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi profesi kedokteran secara luas, dapat digunakan sebagai informasi
dalam mengkaji, menganalisis, mendiagnosis, memberikan penyuluhan tentang
pencegahan, dan memberikan perawatan pada pemakai lensa kontak yang
mengalami atau tidak mengalami iritasi mata.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan pemakai lensa kontak dan kejadian iritasi mata pada mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lensa Kontak
2.1.1 Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada
kornea mata.Lensa kontak memiliki fungsi yang sama dengan kacamata,yaitu
mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi, dan kosmetik. (1)
Lensa kontak terbuat dari kaca ataupun plastic yang diletakkan di
permukaan depan kornea. Lensa-lensa ini tetap di tempatnya karena ada lapisan
tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata.
(9)
2.1.2 Sejarah Lensa Kontak
Lensa kontak pertama kali diproduksi pada tahun 1887 oleh Friedrich Anton
Muller dalam bentuk semacam kapsul dari kaca yang diletakkan pada kornea yang
berfungsi sebagai pengganti kacamata dalam mengoreksi kelainan refraksi. Lensa
kontak yang sesuai dengan kornea pertama kali diperkenalkan pada permulaan
tahun 1930, yaitu lensa kaku skleral.Awalnya lensa kaku skleral terbuat dari bahan
kaca, tetapi kemudian pada tahun 1938 mulai dibuat dari bahan plastik.Lensa ini
disebut lensa skleral karena bentuknya lebar yang tidak hanya menutupi kornea,
tetapi menutupi semua bagian mata. (10)
Pada tahun 1947 berkembang lensa kontak yang terbuat dan bahan plastik
yang sama dengan lensa kaku skleral, yaitu polymethylmethacrylate (PMMA).
Lensa ini disebut lensa kornea karena ukurannya kecil sesuai dengan ukuran
kornea mata. (10)
Pada permulaan tahun 1960, dr. Otto Wichterle dan Czezhoslovakian
National Academy dan dr. Drahoslav Lim, mengembangkan bahan baru untuk
pembuatan lensa kontak, yaitu plastik yang lebih lembut dan juga menyerap air
yang disebut Hydroxyethylmethacrylate (HEMA). Plastik HEMA inilah yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk membuat lensa kontak. Pada tahun-
4
5
tahun berikutnya para ahli mengadakan penelitian dan pengembangan, baik pada
desain lensa kontak maupun aplikasi pemakaiannya. (11)
2.2.3 Fungsi Lensa Kontak
1. Alat Bantu Penglihatan
Lensa korektif didesain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada mata dan
kelainan mata lainnya sehingga akan memperbaiki penglihatan, seperti halnya
kacamata. Pada banyak orang, ketidakseimbangan antara kemampuan refraksi
mata dengan panjang mata akan menyebabkan kelainan refraksi. Lensa kontak
akan memperbaiki ketidakseimbangan ini dan membuat cahaya jatuh tepat di atas
retina. (1)
Sifat khusus dari lensa kontak ialah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi di permukaan anterior kornea. Keadaan di atas disebabkan
karena air mata mempunyai indeks bias hampir sama dengan kornea. Permukaan
anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai bagian sistem optik mata,
sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan penting.Pembiasan
oleh lensa ini menggantikan fungsi yang biasanya dilakukan oleh kornea.Dengan
memakai lensa kontak, pembiasan kornea dihilangkan, dan sebagai gantinya
pembiasan dilakukan oleh permukaan anterior lensa. (12)
Lensa kontak mempunyai beberapa keuntungan lain, yaitu;
a. Memberikan penglihatan jelas dengan lapangan pandang yang lebih
luas dibanding kacamata karena ikut serta dengan pergerakan mata.
b. Berpengaruh kecil terhadap ukuran objek yang dilihat seseorang
melalui lensa. Sedangkan kaca mata yang diletakkan beberapa
centimeter di depan mata mempengaruhi besar bayangan selain
mengoreksi pembiasan. (9)
2. Kosmetik
Lensa kontak berwarna dapat digunakan untuk menyamarkan bekas
luka/jaringan parut pada kornea maupun untuk merubah warna iris. Lensa kontak
untuk kepentingan kosmetik didesain untuk merubah warna dan penampilan mata.
Lensa mata kosmetik juga sering digunakan untuk menciptakan efek khusus
pada industri film. Walaupun untuk kepentingan kosmetik namun
biokompabilitasnya tetap harus diperhatikan sama halnya dengan lensa kontak
6
konvensional lainnya karena lensa kontak kosmetik biasanya membuat oksigen
yang dapat masuk ke mata lebih sedikit dari pada lensa kontak korektif. Hal
tersebut dapat mengganggu dan menimbulkan kerusakan pada mata. (13)
3. Terapeutik
Lensa kontak sering dipakai dalam pengobatan dan menangani kelainan
non-refraksi pada mata. Bebat lensa kontak dapat melindungi kornea yang sakit
atau cedera dan gesekan akibat kedipan kelopak mata yang terus-menerus. Lensa
kontak yang sekaligus memberikan obat untuk mata juga telah dikembangkan.
(14)
2.2.4 Jenis-Jenis Lensa Kontak
1. Soft Contact Lens
Soft contact lens atau yang disebut lensa kontak lunak, sesuai dengan
namanya mempunyai struktur yang lunak, menyerupai potongan plat film,
membuatnya nyaman dipakai.Lensa kontak lunak memiliki ukuran yang lebih
besar sehingga melapisi seluruh bagian iris, kornea, dan sebagian dari sklera mata.
Lensa kontak lunak adalah jenis lensa kontak yang paling banyak dipakai akhir-
akhir ini. (13)
Lensa kontak lunak dibuat dari berbagai macam material, dalam berbagai
ukuran, dan desain untuk mengoreksi hampir sebagian besar kelainan penglihatan.
Lensa jenis ini terbuat dari plastik HEMA yang mengandung lebih banyak air, dan
seperti halnya spons, lensa jenis ini harus disimpan di dalam cairan khusus agar
mencegah lensa menjadi kering. Kemajuan dalam material pembentuk lensa
kontak telah memperkenalkan lensa kontak lunak generasi baru untuk
memperbaiki kinerja lensa kontak dan memenuhi persyaratan kesehatan mata
yang disebut silicone hydrogel lenses. Silicone hydrogel lenses memungkinkan
lebih banyak oksigen yang dapat masuk ke dalam kornea dan pada jenis lensa
kontak lunak berbahan dasar konvensional, membuat lensa kontak lunak lebih
aman untuk mata. (13)
Walaupun ukurannya lebih besar daripada lensa kontak kaku, lensa kontak
lunak lebih nyaman digunakan dan membuat kita membutuhkan waktu yang lebih
sedikit untuk beradaptasi. (14)
7
Lensa kontak lunak sering dibedakan berdasarkan frekuensi dan lama
pemakaian. Lama pemakaian bisa sehari, setiap dua minggu, bulanan, setiap tiga
bulan ataupun lebih. (12)
2. Hard Contact Lens
Hard Contact Lens atau yang disebut dengan lensa kontak kaku sudah lebih
dahulu ada daripada lensa kontak lunak, walaupun banyak perbaikan yang telah
dilakukan selama ini untuk memungkinkan lebih banyak oksigen dapat masuk
melewati bahan lensa kontak. (12) Lensa kontak kaku dibuat dari bahan plastic
dan tidak mengandung air. Bahan yang paling sering digunakan adalah
flourusilicone acrilate. Kekakuan lensa jenis ini berarti secara umum membuatnya
lebih mudah dipakai daripada lensa kontak lunak. Lensa jenis ini berukuran lebih
kecil daripada lensa kontak lunak dan biasanya hanya menutupi sebagian kornea
mata. (15)
3. Rigid Gas Permeable Contact Lenses
Rigid Gas Permeable Contact Lenses bersifat mudah dilalui oksigen
sehingga kornea dapat berfungsi dengan baik, pada Rigid Gas Permeable Contact
Lenses, oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tapi juga dari udara
bebas yang dapat melalui lensa untuk mencapai kornea. Hal ini menyebabkan
Rigid Gas Permeable Contact Lenses lebih nyaman dipakai dalam waktu yang
lama. Rigid Gas Permeable Contact Lenses memerlukan masa penyesuaian 2-4
minggu.
Rigid Gas Permeable Contact Lenses dibuat dalam berbagai pilihan material
ukuran, dan desain.Meskipun terjadi penurunan dalam pemakaian lensa kontak
kaku, beberapa praktisi lensa kontak percaya bahwa Rigid Gas Permeable Contact
Lenses memberikan pilihan yang lebih sehat untuk pemakaian jangka panjang
daripada lensa kontak lunak. Lensa kontak jenis ini juga lebih baik dalam
memperbaiki penglihatan pada mata yang berbentuk tidak teratur (keratokonus
ireguler) daripada lensa kontak lunak, dan lebih tahan lama sehingga relatif lebih
ekonomis dibandingkan lensa kontak lunak. (12)
8
2.2.5 Pola Pemakaian Lensa Kontak
Pada tahun 1979, pemakaian lensa kontak mengharuskan pemakai melepas
dan membersihkan lensa kontak setiap malam. (15) Kini pemakaian lensa kontak
mempunyai dua macam pola tergantung pada kadar lalu oksigen masing-masing
jenis lensa kontak sesuai dengan bahan, kadar air, desain, dan ketebalannya, yaitu:
1. Pemakaian harian
Pemakaian harian artinya lensa kontak tidak diperbolehkan dipakai lebih
dari 24 jam sehari tanpa lepas. Lensa harus dilepas setiap malam, selanjutnya
lensa kontak harus dicuci dan direndam dalam larutan untuk perawatan lensa
selama beberapa jam, baru kemudian dapat dipakai lagi.
2. Pemakaian tidak terbatas
Lensa kontak dengan pola pemakaian ini dapat dipakai lebih dari satu
malam tanpa dilepas dan dicuci walaupun saat tidur. Namun, meski dinamakan
sebagai pemakaian tanpa batas, biasanya lensa juga hanya dapat dipakai selama
maksimal 7 hari berturut-turut tanpa dilepas. Setelah seminggu berturut-turut
dipakai, lensa harus dilepas, dicuci, serta direndam dalam larutan beberapa jam,
setelah itu dapat dipakai kembali. (3)
2.2.6 Indikasi Pemakaian Lensa Kontak
Pemakaian lensa kontak dapat dibedakan berdasarkan beberapa indikasi,
yaitu: (16)
1. Perbaikan penglihatan: pengganti kaca mata, astigmatisma ireguler,
keratokonus, miopia tinggi dan afakia.
2. Medik
a. Melindungi kornea (dengan memakai lensa kontak untuk mata kering).
b. Pengganti perban: keratopati bulosa, ulkus kornea, descematocele.
3. Preventif mencegah terjadinya simblepharon.
4. Diagnostik: pemakaian gonioskopi, elektroretinografi.
5. Operasi: dipakai selama operasi goniostomi pada glaukoma kongenital.
6. Kosmetik: pada parut kornea untuk menutupi makula maupun leukoma luas.
7. Pekerjaan: olahragawan, pilot, aktor.
9
2.2.7 Kontra Indikasi Pemakaian Lensa Kontak
1. Kontra Indikasi Absolut
Lensa kontak tidak dapat dipakai pada keadaan peradangan, bleparitis,
konjungtivitis akut, keratitis.
2. Kontra Indikasi Relatif
Lensa kontak sebaiknya tidak dipakai pada keadaan-keadaan seperti dry eye
syndrome, blep setelah operasi glaukoma, penderita gangguan kekebalan tubuh,
kelainan-kelainan palpebra: kalazion, trikiasis, entropion, koloboma, kelainan
Konjungtiva: pteregium, pinguekula. (16)
2.2.9 Cara Pemakaian (Memasang dan Melepas) Lensa Kontak
Cara memakai lensa kontak baik itu untuk memasang maupun melepas
lensa kontak adalah sebagai berikut:(17)(18)
1. Cara Memasang Lensa Kontak
a. Sebelum memegang lensa kontak, tangan harus dicuci terlebih dahulu
dan berdiri menghadap cermin.
b. Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.
c. Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang
sebelumnya sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.
d. Basahi lagi lensa dengan setetes cairan pembasah.
e. Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya tidak
berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.
f. Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di
kornea.
g. Lepaskan kelopak bawah perlahan-lahan kemudian kelopak mata atas.
2. Cara melepaskan lensa kontak
Untuk melepaskan lensa kontak bisa memakai tangan ataupun dengan
bantuan alat berupa karet penghisap.
a. Melepas lensa kontak dengan bantuan karet penghisap
1) Sebelum melepas lensa kontak, tangan harus dicuci dahulu dan
berdiri menghadap cermin.
10
2) Ujung karet penghisap dibersihkan dengan cara dicelupkan ke
dalam air bersih.
3) Dekatkan dan tempelkan penghisap tadi ke lensa kontak yang
menempel di kornea, maka dengan sendirinya lensa kontak akan
terhisap.
4) Tarik perlahan hingga keluar dari mata. Jangan menarik dari karet
penghisap untuk melepaskannya, tetapi geserlah lensa kontak
tersebut secara perlahan-lahan.
b. Melepas lensa kontak tanpa bantuan alat
1) Sebelum melepas lensa kontak, tangan barus dicuci terlebih dahulu
dan berdiri di depan cermin.
2) Basahi tangan dengan cairan agar lensa kontak mudah melekat
pada tangan.
3) Jari tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan mata tidak
berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.
4) Dengan memakai telunjuk dan ibu jari tangan kanan, cubit dan
tarik perlahan lensa kontak hingga terlepas dari kornea.
Gambar 2.1 Cara Pemakaian Lensa Kontak (Puspitasari, 2011).
Bersihkan kotoran pada kontak lens
Periksa kontak lens setiap penggunaan 10 hari
Kornea mata yang berbentuk cekung terletak pada bagian depan mata
Syaraf Optik
Gunakan lensa kontak pada mata yang rusak selama 3 minggu
Lensa kontak akan memperbaiki kornea yang rusak dan memperbaiki penglihatan secara cepat.
11
2.3 Perawatan Lensa Kontak
Perawatan lensa kontak adalah hal yang sangat penting untuk diketahui.
Kurangnya perawatan lensa kontak akan menyebabkan berbagai masalah pada
mata, termasuk iritasi dan bahkan bisa menyebabkan kebutaan. Sebenarnya,
perawatan lensa kontak tidaklah sulit.Apalagi, kini perawatan dengan sistem satu
jenis cairan saja dan lensa kontak sekali pakai membuat perawatan lensa hanya
membutuhkan waktu, biaya dan permasalahan yang lebih sedikit. (19)
2.3.1 Cairan Perawatan Lensa Kontak
Merawat lensa kontak, diperlukan beberapa jenis cairan perawatan, yaitu:
(16) (20)
1. Cairan Pencuci Lensa (Cleaning Solution)
Cairan ini dipakai untuk membersihkan lensa pada saat sebelum dan
sesudah dipakai.Cairan pencuci lensa berguna untuk menghilangkan kotoran di
permukaan seperti lipid dan lender.
2. Cairan Pembasah (Wetting Solution)
Cairan ini dipakai untuk membasahi kembali lensa kontak dengan cara
meneteskannya ke mata apabila lensa kontak terasa kering di mata dan
menjernihkan mata agar lensa kontak tetap baik.Cairan ini digunakan saat
pemasangan dan bertindak sebagai bantalan antara lensa dan kornea dan
meningkatkan penyerapan air mata pada permukaan lensa.Efek cairan ini bertahan
untuk 5-15 menit.
3. Cairan Perendam (Soaking Solution)
Cairan ini dipakai untuk menjaga lensa agar tetap basah, tidak tergores, dan
bebas hama sewaktu disimpan.
4. Cairan Pelumas
Cairan pelumas dipakai untuk perawatan dan pemeliharaan lensa kontak
sebagai tetes mata yang mengandung polimer dan suatu bahan untuk
meningkatkan viskositas. Selain itu, cairan pelumas juga berguna untuk:
a. Menurunkan gesekan antara kornea, kelopak mata, dan permukaan
lensa kontak.
b. Memberikan tambahan cairan ke mata bagian depan.
12
c. Mengeluarkan kotoran dari belakang lensa kontak dengan memakai
menjadi lebih mudah setelah diberi tetes mata pelumas.
5. Enzim Pembersih
Enzim pembersih dianjurkan untuk membersihkan protein pada lensa
kontak berbentuk tablet ataupun cairan.
2.3.2 Cara Perawatan Lensa Kontak
1. Perawatan Harian
a. Bila lensa telah dilepas atau akan dipasang, segera bilas dengan NaCl
0.9%.
b. Simpan lensa kontak dalam kotak penyimpanan yang telah diisi 2/3
bagiannya dengan cairan desinfeksi. (16)
2. Perawatan Mingguan
Setiap satu minggu, pakai tablet penghilang protein untuk menghilangkan
endapan protein pada lensa yang berasal dari air mata. (16)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemakai lensa kontak: (21)
1. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak. Cuci dan didesinfeksi
lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.
2. Ikutilah petunjuk perawatan lensa kontak anda.
3. Buanglah cairan yang telah dipakai segera, jangan dipakai untuk kedua
kalinya.
4. Jangan menyimpan lensa kontak dalam cairan yang tidak steril seperti air
kran.
5. Jangan memakai lensa kontak yang rusak atau sudah kadaluarsa.
6. Periksakan mata anda secara teratur (minimal setahun sekali)
7. Hentikan pemakaian lensa kontak segera jika mata merah atau tidak nyaman
saat memakai lensa kontak.
2.4 Iritasi Mata
Iritasi mata adalah rasa tidak nyaman yang superfisial biasanya akibat
kelainan di permukaan mata. Gatal, sebagai gejala primer, sering merupakan tanda
adanya alergi.Rasa kering, perih, berpasir, dan sensasi benda-asing yang ringan
13
dapat terjadi pada mata kering atau jenis iritasi kornea ringan lainnya. Refleks
berair mata mendadak umumnya disebabkan oleh iritasi di permukaan
mata.Sekret mata sering tidak spesifik.(7) Iritasi pada mata merupakan salah satu
keadaan terjadinya mata kemerahan, nyeri, pembengkakan, gatal dan berair pada
mata serta penglihatan kabur juga merupakan tanda-tanda iritasi mata yang
mungkin saja mengarahkan pada masalah mata yang lebih serius seperti infeksi.
(7)
Iritasi mata dapat terjadi karena pemakaian lensa kontak yang terlalu lama,
lensa kontak yang sudah melewati batas kadaluarsa, kurangnya perawatan lensa
kontak, cara pemakaian yang salah, intoleransi pada cairan pembersih, ataupun
infeksi sekunder akibat pemakaian lensa kontak. (1)
2.5 Pengetahuan
2.5.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada saat penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (22)
Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.(23)
Melihat dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers pada tahun 1974 mengungkapkan bahwa sebelum
orang tersebut mengadopsi perilaku baru, terjadi proses yang berurutan, yakni: (1)
Kesadaran (Awarness), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (obyek); (2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus
atau obyek tersebut, sikap subyek sudah mulai timbul; (3) Menimbang-nimbang
(Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; (4) Trial
14
(Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus; (5) Adopsi (Adoption), dimana subyek telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.(23)
2.5.2 Tingkatan Pengetahuan
Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan, yaitu: (22)
a. Tahu
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya
dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.
b. Memahami
Memahami adalah kemampuan menjelaskan dan menginterpretasikan
dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang
sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.
c. Penerapan
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-
hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.
d. Analisis
Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
menguraikan objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam
suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merangkum atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Penilaian tersebut dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau kriteria yang
disusun sendiri.
15
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain: (22)
a. Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin tinggi pula pengetahuan
seseorang. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung aspek positif dan negatif yang akan menentukan sikap seseorang.
Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka semakin positif
pula sikap seseorang terhadap objek tertentu.
b. Pengalaman
Pengalaman dapat memperluas pengetahuan seseorang, karena dari
pengalaman dapat diketahui kebenaran pengetahuan tersebut dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh. Pengalaman dapat diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
c. Keyakinan
Keyakinan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.Biasanya
keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun
keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi seperti majalah, radio, koran, televisi,
buku dan lain-lain juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap seseorang.
Namun, penghasilan yang cukup besar dapat menyediakan fasilitas yang lebih
baik untuk menambah pengetahuan.
f. Sosial-budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
16
2.5.4 Pengukuran Pengetahuan
Kita dapat melakukan pengukuran pengetahuan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang pengetahuan atau materi yang ingin kita ukur
dari orang yang ingin diteliti. Wawancara dapat dilakukan dengan bercakap-cakap
secara langsung dengan responden atau tidak langsung (misalnya melalui
telepon). Angket berupa formulir yang berisi pertanyaan dan diajukan secara
tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan terkait hal yang
akan kita ukur. Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif. (22)
17
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan Pemakaian Lensa Kontak
Cara Pemakaian
Lensa Kontak
Pola Pemakaian
Lensa Kontak
Jenis-Jenis Lensa
Kontak
Cairan Perawatan
Lensa Kontak
Iritasi Mata
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan potong lintang (Cross sectional).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2015. Jadwal
kegiatan dapat dilihat pada lampiran 1.
3.3 Populasi
Populasi pada penelitian adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih aktif dan
sedang ataupun pernah memakai lensa kontak.
3.4 Sampel
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih aktif dan sedang
ataupun pernah memakai lensa kontak serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
samplig. Jumlah sampel yang di ambil adalah sebanyak 60 mahasiswa Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih
aktif dan sedang ataupun pernah memakai lensa kontak.
Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi adalah:
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu:
a. Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh yang menggunakan lensa kontak.
b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
c. Penggunaan lensa kontak lebih kurang seminggu sekali.
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini, yaitu:
18
19
a. Mata tidak mengalami iritasi akibat dari penggunaan lensa kontak.
b. Pengunaan lensa kontak kurang dari 6 bulan.
3.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan. Variabel dalam penelitian adalah tingkat
pengetahuan pemakai lensa kontak sebagai variabel independen dan hubungannya
dengan kejadian iritasi mata pada mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sebagai variabel dependen.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah kejadian iritasi mata pada
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh.
Sedangkan variabel independen (bebas) penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
pemakai lensa kontak.
3.6.2 Definisi Operasional
1. Kejadian iritasi
Iritasi mata adalah rasa tidak nyaman yang superfisial biasanya akibat
kelainan di permukaan mata ditandai dengan adanya rasa gatal, rasa kering, mata
berair, dan sekret.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pengukuran dilakukan dengan
cara memilih jawaban multiple choice. Hasil ukur dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Iritasi (x ≥ x ), apabila skor total jawaban responden lebih besar atau
sama dengan rata-rata skor jawabanresponden.
Tingkat Pengetahuan Kejadian Iritasi Mata
20
b. Tidak iritasi (x <x ¿,apabila skor total jawaban responden lebih besar
atau sama dengan rata-rata skor jawaban responden. Skala Pengukuran:
Ordinal
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh mahasiswa
pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala tentang
pengetahuan lensa kontak. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Cara
pengukurannya melalui angket kuesioner yang berisi 11 pertanyaan setiap
pertanyaan benar akan diberi skor 1 sedangkan yang menjawab salah diberi skor
0. Hasil ukur dikategorikan menjadi baik dan kurang baik dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Baik (x ≥x), apabila skor total jawaban responden lebih besar atau sama
dengan rata-rata skor jawaban responden.
b. Kurang baik (x<x), apabila skor total jawaban responden lebih rendah
daripada rata-rata skor jawaban responden.
Skala pengukuran yang diperoleh adalah skala ordinal.
3.7 Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer
yaitu pengambilan data secara langsung oleh peneliti dengan membagikan
kuesioner terhadap subjek penelitian.
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari angket kuesioner yang telah diisi oleh responden yang
telah bersedia mengisi kuesioner.Peneliti menunggu hingga kuesioner selesai
diisi.Selanjutnya kuesioner dikumpulkan dan dilakukan pengecekan terhadap
jawaban responden.Jika jawaban tidak lengkap atau tidak jelas, maka dilakukan
pengambilan data ulang terhadap responden tersebut.
3.7.3 Alat/Instrumen Penelitian
21
Alat ukur yang akan dijadikan instrumen dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Berikut merupakan bagian-bagian dari kuesioner:
a. Bagian I merupakan daftar pertanyaan pengetahuan pemakai lensa
kontak dengan pilihan jawaban ya atau tidak yang berisi 11 pertanyaan.
b. Bagian II merupakan daftar pertanyaan iritasi mata dengan pilihan
jawaban ya atau tidak yang berisi 3 pertanyaan.
3.7.4 Uji Validitas dan Reabilitas
Sebelum kuesioner digunakan oleh peneliti maka terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reabilitias. Uji coba kuesioner akan dilakukan dengan
cara memberikan angket pada 20 orang responden.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur
mengukur apa yang ingin diukur. Selanjutnya untuk mengetahui apakah kuesioner
yang telah disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur maka dapat diuji
dengan uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud. Uji validitas
dilakukan dengan mencari koefisien korelasi butir total terkoreksi yaitu dengan
rumus korelasi product moment, item pertanyaan dinyatakan valid jika
mempunyai r hitung lebih besar dari r standar. Nilai korelasi dari pertanyaan pada
kuesioner dinyatakan valid bila nilai r hasil > 0,444. Dari hasil pengujian validitas
didapat nilai r hitung untuk 16 pertanyaan (11 pertanyaan pengetahuan, 5
pertanyaan iritasi mata) >0,444 (terlihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation di lampiran 5), maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.
(23)
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap
masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Nilai reabilitas
dihitung dengan menggunakan Uji Cronbach’s Alpha. Bila hasilnya sama dengan
22
atau lebih besar dari r standar maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil pengujian reabilitas kuesioner, didapat nilai alpha untuk 11
pertanyaan pengetahuan adalah 0,838, dengan nilai r standar = 0.444. Karena
nilainya lebih dari 0,444 maka butir pertanyaan dalam kuesinoer dinyatakan
reliabel.(24)
3.8 Teknik Pengolahan Data
1. Coding, yaitu pemberian kode untuk memudahkan pengolahan data.
2. Editing, yaitu memeriksa kembali data untuk menghindari kesalahan,
menjamin data sudah lengkap dan benar.
3. Tabulating, yaitu data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan
karakteristik dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
4. Cleaning, yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan
dalam pengolahan data.
3.9 Analisis Data
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan frekuensi masing-
masing variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen.Data yang
diperoleh dan hasil angket dicatat dan dikumpulkan, kemudian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis ini dilakukan dengan pengujian
statistik yaitu Chi Square test melalui rumus:
x2=∑ (0−E)2
E
Keterangan:
x² = chi square
O = nilai hasil pengamatan (observed)
E = nilai ekspektasi (expected)
23
Kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) yang
dihasilkan dengan 95% CI dan a = 0,05. Adapun kriterianya sebagai berikut:
a. Jika p value > 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan
b. Jika p value 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan Jika uji
Chi -Square tidak memenuhi maka akan dilakukan analisis menggunakan uji
Fisher Exact.(24)
3.10 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Peneliti mendatangi responden yang sudah memenuhi kriteria inklusi
Penjelasan dan persetujuanpengambilan sampel
Membagikan kuisioner
Pengisian kuisioner
Pengolahan data
Analisis data