1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN KEPESERTAAN ASKESKIN DI PUSKESMAS NGLIPAR II GUNUNGKIDUL TESIS Oleh: Susilo Yulianto (S 540907024) PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
93
Embed
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN ... · HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ... C. Paradigma Penelitian ... setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1A. Latar Belakang……………………………………………… 1B. Identifikasi Masalah ……………………………………….. 5C. Batasan Masalah …………………………………………… 5D. Rumusan Masalah ………………………………….............. 6E. Tujuan Penelitian …………………………………………… 7F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …… 9A. Deskripsi Teoritik................................................................... 9B. Kerangka Berfikir................................................................... 34C. Paradigma Penelitian.............................................................. 36D. Pengajuan Hipotesis ............................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 41A. Pendekatan Penelitian………………………………………. 41B. Waktu dan Tempat penelitian …………………………….... 43C. Variabel Penelitian ……………………………………….… 43D. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 45E. Metode Pengumpulan data …………………………………. 49F. Instrumen Penelitian ……………………………………….. 54G. Teknik Analisis Data ………………………………………. 60
Tabel 12 Rangkuman Hasil Uji Linieritas Regresi Antara Variabel Bebas
(X) Dengan Variabel Terikat (Y) ………………………………….. 81
Tabel 13 Rangkuman Anareg Model Penuh ……………………………….. 85
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Paradigma Penelitian…………………………………………… 37
Gambar II Histogram Variabel Gaya Belajar ……………………………… 73
Gambar III Histogram Variabel Motivasi Kuliah …………………………. 76
Gambar IV Histogram Variabel Prestasi Belajar …………………………… 78
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Data Butir Try Out Instrumen
Lampiran 2 Hasil Analisis Kesahihan Butir Variabel Gaya Belajar
Lampiran 3 Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach Variabel Gaya Belajar
Lampiran 4 Hasil Analisis Kesahihan Butir Variabel Motivasi Kuliah
Lampiran 5 Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach Variabel Motivasi Kuliah
Lampiran 6 Tabel Data Penelitian
Lampiran 7 Sebaran Frekuensi dan Histogram
Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas Sebaran
Lampiran 9 Hasil Uji Linieritas
Lampiran 10 Analisis Regresi
Lampiran 11 Kuesioner Penelitian
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian
13
ABSTRAK
Susilo Yulianto, S540907024. 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Keluarga Dengan Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin Di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan peranan Pendidikan Profesi Kesehatan dalam Program JPKMM, yang apabila dilihat dari jenisnya ialah penelitian kuantitatif non eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Langkah pertama adalah melakukan analisis regresi, kemudian dilanjutkan dengan analisis uji t dan uji F. Hasil analisis dengan program SPSS dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Secara parsial ada hubungan positif dan signifikan antara variabel Tingkat Pendidikan terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin dan hubungan negatif dan signifikan anatara Pendapatan Keluarga terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin. Hal ini dapat dilihat dari hasil t hitung masing-masing variabel sebagai berikut: Tingkat Pendidikan terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin, thitung
sebesar -2,458 < -ttabel sebesar 1,960; Pendapatan Keluarga terhadap pemanfaatan Kepesertaan Askeskin, thitung sebesar -2,458 < -t tabel sebesar -1,960, pada level of significance 5%. 2) Ada hubungan secara simultan anatar variabel Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga dengan Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin, yang dilanjutkan dengan Fhitung sebesar 6,938 > Ftabel sebesar 2,45 (ά= 0,000). Oleh karena kedua variabel berhubungan dan signifikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul, maka perlu peningkatan maka perlu peningkatan sosialisasi program, ketepatan dalam penetapan sasaran, pendekatan fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.
14
ABSTRACT
Susilo Yulianto, S540907024. 2008. The factors which influence the using of Askeskin (Health Insurance for the poor) membership in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul. Affecting Askeskin Participation Utilization in Puskesmas Nglipar II of Regency Gunungkidul. Thesis: Postgraduate Program sebelas Maret University Surakarta. This research is a pioneer for the next researches related to the role of Health Profession Educators in JPKMM Program. This is a non experimental quantitative research in order to know the factors which influence the using of Askeskin (Health Insurance for the poor) membership in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul. The variables examined in this research are the level of Education and The Family Income to the using of Askeskin membership. The samples taken are 89 respondens (head of household of Askeskin members) in Nglipar Gunungkidul. The primary data was taken using questionnaire and interview. That data then was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Sciences) program. The first step was to do the regression analysis and followed by the t-test and F-test analysis. From the analysis using SPSS Program it can be concluded that: 1) Partially there is a positive and significant influence between The Level of Educational variable to the using of Askeskin membership. There is a negative and significantinfluence between The Family Income variable to the using of askeskin membership as well. It can be seen from the result of tstatistic of every variables as follow: The Level Educational Level to the using of Askeskin membership, tstatistic
is 2.933 > ttable is 1.960; The Family Income to the using of Askeskin membership tstatistic is – 2.458 < -ttable is is -1.960, in level of significance 5%. 2) There is a simultaneous influence between The Level of Education and the Family Income to the using of Askeskin membership, which in indicated by Fstatistic is 6.938 > ttable is 2.45 (ά= 0,000). Those four variables influence and important to using of Askeskin membership in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul, that,s why the socialization program, the accuracy in objects determining and the service quality in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul should be improved, as well bringing the facilities of health service closer to the community.
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang nomor
23/1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental
setiap warga, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatan. Oleh sebab itu selama lima dekade,
pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengembangan dan perluasan
jaringan pelayanan kesehatan agar berada sedekat mungkin dengan penduduk
yang membutuhkannya. Perubahan pola penyakit yang menimbulkan beban
ganda, perkembangan teknologi kesehatan dan kedoktreran, pola pembiayaan
kesehatan berbasis pembayaran out of pocket dan subsidi pemerintah untuk semua
lini pelayanan, membawa ketimpangan dalam pelayanan kesehatan dan
mendorong peningkatan biaya kesehatan. Krisi moneter yang terjadi sekitar tahun
1997, telah meningkatkan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan biaya
kesehatan yang berlipat ganda, sehingga menekan akses penduduk terutama
penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan.
Untuk mengatasi hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan, sejak tahun 1998 pemerintah melaksankan beberapa upaya
pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Dimulai dengan pengembangan
16
Program Jaring Pengaman Nasional (JPS-BK) tahun 1998-2001, Program
Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001, Program Kompensasi
Bahan Bakar Minyak (PKS-BBM) tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005,
melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1241/Menkes/XI/2004 menetapkan
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui
pihak ketiga, dengan menunjuk PT. Askes (Persero), yang mana penyelenggaraan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin meliputi kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rujukan dengan sasaran
sejumlah 36.146.700 jiwa sesuai data BPS tahun 2004. Namun pada semester II
tahun 2005 terjadi perubahan peningkatan jumlah sasaran program dimana
ditetapkan menjadi 60.000.000 jiwa sampai dengan pelaksanaan program tahun
2006 yang dikenal dengan Program Askeskin.
Peserta program ini adalah masyarakat miskin dan tidak mampu (selanjutnya
disebut masyarakat miskin) yang terdaftar dan memiliki kartu Askeskin dan
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap serta pelayanan
kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan dan rawat inap kelas III di Rumah
Sakit. Dengan haknya tersebut peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan
alasan apapun.
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin atau
Askeskin mempunyai tujuan umum meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien yang
17
dijabarkan dalam tujuan-tujuan khusus yang salah satunya yaitu meningkatnya
cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan jaringannya. Dengan tujuan tersebut maka sebagai
patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan program
secara nasional ditentukan indikator-indikator salah satunya yaitu angka utilitas
rata-rata 15% per bulan.
Berdasarkan data laporan bulanan pelaksanaan Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) di Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2006 diketahui bahwa kunjungan peserta Askeskin di
Puskesmas masih di bawah indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu rata-rata
sebesar 7,64% per bulan, sedangkan di Puskesmas Nglipar II selama tahun 2007
kunjungan peserta Askeskin rata-rata 2,62% per bulan, dan pada bulan Januari,
Februari dan Maret 2008 berturut-turut kunjungan peserta Askeskin Kabupaten
Gunungkidul sebesar rata-rata 3,3%, 3,4% dan 3,2%, masih di bawah rata-rata
kunjungan peserta Askeskin di Puskesmas se Kabupaten Gunungkidul.
Penelitian di Nepal menunjukkan ada tiga karakteristik The Health Behavior
Model (HBM) yaitu predisposisi, enabling dan need, berhubungan signifikan
terhadap penggunaan maupun tidak menggunakan sistem pelayanan kesehatan, di
mana pendapatan keluarga, jumlah anak yang hidup pendidikan ibu, jarak dengan
fasilitas kesehatan, penilaian tentang pengalaman petugas kesehatan dan
pengalaman kematian anak berhubungan positif terhadap penggunaan pelayanan
kesehatan, tetapi umur responden berhubungan negatif terhadap penggunaan
pelayan kesehatan (Niraula, 1994: 151).
18
Faktor situasional pendapatan keluarga akan mempengaruhi minat membeli
dan keputusan membeli dan keputusan membeli jasa pelayanan kesehatan (Engel,
et al, 1994: 11). Pemilihan sarana pelayanan kesehatan juga dipengaruhi jarak,
pendapatan, fasilitas Rumah Sakit, dokter spesialis, kemauan merujuk, perhatian
petugas dan Kebersihan lingkungan (Kamalia, 1996: 63).
Kondisi tersebut menarik bagi kami untuk meneliti hubungan antara tingkat
pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin
di Kabupaten Gunungkidul, karena ternyata dengan jaminan pelayanan gratis
yang disediakan melalui Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Masyarakat Miskin, pemanfaatan kepesertaan Askeskin masih di bawah indikator
keberhasilan program yang diharapakan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin
di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan jelas batasannya, maka penulis
membatasi masalah ini sebagai berikut:
19
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar dalam
diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat
menunjukkan status kesehatan seseorang.
2. Pendapatan Keluarga
Pemerataan pendapatan keluarga merupakan hal yang sangat penting
untuk peningkatan daya beli masyarakat termasuk juga akses terhadap
pelayanan kesehatan yang memadai.
3. Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul.
D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah didapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul?
2. Apakah didapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul?
3. Apakah didapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga
dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II
Kabupaten Gunungkidul?
20
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Membuktikan adanya berbagai faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan
antara:
a. Tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di
Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;
b. Pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di
Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;
c. Tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten gunungkidul.
F. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat miskin.
21
2. Manfaat Praktis
a. Untuk mendapatkan suatu kebenaran bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten gunungkidul;
b. Untuk mendapatkan gambaran adanya berbagai hubungan yang
berpengaruh terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas
Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;
c. Sebagai bukti empiris (realita) untuk mendapatkan bukti ilmiah bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga
dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II
Kabupaten Gunungkidul;
d. Memberikan masukan kepada para pemegang kebijakan dalam Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin, dalam penentuan
kebijakan selanjutnya.
G. Sistematika
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Bab I yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika;
b. Bab II yaitu landasan teori, penelitian terkait yang pernah dilakukan, kerangka
berpikir dan perumusan hipotesis;
22
c. Bab III yaitu metodelogi penelitian berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, subyek penelitian, teknik dan alat pengumpulan data,
identifikasi variabel penelitian dan definisi operasional serta teknik analisa
data;
d. Bab IV yaitu hasil dan pembahasan berisi gambaran umum obyek penelitian,
deskripsi data responden, pengujian persyaratan regresi atau uji asumsi klasik,
pengujian hipotesis, pembahasan dan keterbatasan;
e. Bab V yaitu penutup berisi tentang kesimpulan dan saran;
f. Daftar Pustaka.
g. Lampiran-lampiran terdiri dari kuesioner, data-data dan hasil pengolahan data.
23
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin
Saat ini pemerintah sedang memantapkan pemeliharaan kesehatan bagi
masyarakat miskin dengan prinsip jaminan kesehatan melalui Asuransi Sosial
sebagai awal dari pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan Sosial secara
menyeluruh yang bersifat wajib bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan
pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang
telah lebih dahulu mengembangakan jaminan kesehatan, sistem ini dirasakan
suatu pilihan yang tepat untuk dapat menata subsistem pelayanan kesehatan
yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan
pemeliharaan ini akan dapat mendorong perubahan-perubahan mendasar
seperti penataan standarisasi pelayanan, standariasasi tarif yang didasari
perhitungan yang benar, penataan formularium dan penggunaan obat rasional
yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.
Program jaminan pemeliharaan bagi masyarakat miskin mengacu pada
prinsip-prinsip:
a. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-
mata peningkatan kesehatan masyarakat miskin;
b. Pelayanan kesehatan bersifat menyeluruh (komprehensif) sesuai standar
pelayanan kesehatan yang cost efektif dan rasional;
24
c. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan prinsip terstruktur dan
berjenjang;
d. Portabilitas dan ekuitas;
e. Mekanisme asuransi sosial dengan iuran peserta dibayar pemerintah;
f. Transparasi dan Akuntabilitas.
Kriteria masyarakat miskin menurut Surat Keputusan Bupati
Gunungkidul No. 412.6/232 H Tahun 2004 tentang Penetapan Kriteria
Keluarga Miskin Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan penghasilan/pendapatan
1) tidak bekerja/tidak memiliki penghasilan atau pendapatan
2) penghasilan/pendapatan kurang dari UMR Rp. 400.000,-/KK/Bulan
Rp. 133.251,- perkapita.
Terpenuhi salah satu kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut
miskin pendapatan.
b. Pemilikan
1) Tidak memiliki ternak: sapi, kambing
2) Tidak memiliki alat angkut, kecuali sepeda
3) Tidak mendapat penerangan listrik
4) Tidak memiliki tanah garapan
Terpenuhi salah 3 dari 4 kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut
miskin pemilikan.
c. Perumahan
1) Tidak memiliki tanah dan rumah
25
2) Punya rumah dinding sederhana9bambu, rumbia, kayu usang)
3) Berlantai tanah, tidak punya WC
4) Kebutuhan air bersih tidak cukup
Terpenuhi 2 dari 4 kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut
miskin perumahan.
d. Pangan
1) Makan sehari 1-2 kali tanpa lauk
2) Persediaan pangan terbatas 1-2 hari
Terpenuhi 1 dari 2 kriteria termasuk miskin, yang selanjutnya disebut
miskin pangan.
e. Pendidikan
Terdapat anak usia sekolah (7-15 tahun) yang drop out atau terancam
drop out karena alasan ekonomi
f. Kesehatan
1) Terdapat PUS, WUS KEK
2) Terdapat balita gizi buruk
3) Ketidakmampuan berobat/mendapatkan pelayanan KB ke sarana
pelayanan kesehatan
Terpenuhi salah satu kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut
miskin kesehatan.
Tata laksana kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
Miskin adalah sebagai berikut:
26
a.Peserta Program Askeskin adalah setiap orang miskin dan tidak mampu
(selanjutnya disebut masyarakat miskin) yang terdaftar dan memiliki kartu
Askeskin dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan;
b.Jumlah masyarakat miskin dalam program ini adalah 60.000.000 jiwa yang
ditetapkan oleh Menkes RI bersumber dari hasil pendataan Kabupaten/Kota
Tahun 2006;
c.Berdasarkan penetapan SK Menkes sebagaimana butir 2 di atas, Bupati dan
Walikota menetapkan nama dan alamat peserta Askeskin yang dituangkan
dalam Surat Keputusan;
d.Bagi Kabupaten/Kota yang telah memiliki data BPS, Bupati/Walikota dapat
menetapkan nama dan alamat peserta Askeskin yang mengacu pada daftar BPS
tersebut;
e.Berdasarkan daftar nama yang ditetapkan Bupati/Walikota, diterbitkan kartu
peserta Askeskin oleh PT. ASKES (Persero);
f. Selama masa transisi, masyarakat miskin yang belum memperoleh kartu peserta
Askeskin dapat menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)/Kartu
Sehat/Kartu Subsidi Langsung Tunai (SLT)/Kartu Gakin;
g.Penerbitan dan pendistribusian kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab
PT. ASKES (Persereo) dan dalam pendistribusiannya PT. ASKES (Persero)
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan atau pihak ketiga yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten;
h.Kartu Askeskin yang diterbitkan pada tahun 2006 ( dengan atau tanpa pas foto)
masih tetap berlaku selama nama peserta tersebut tercantum dalam keputusan
27
Bupati/Walikota tahun 2007. Untuk penerbitan kartu Askeskin selanjutnya tidak
menggunakan foto tetapi menggunakan cap jempol jari tangan;
i. Jumlah peserta secara bertahap akan disesuaikan dengan pendataan masyarakat
miskin oleh BPS dan akhir masa transisi ditetapkan oleh Pemerintah.
Tatalaksana pelayanan kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin adalah sebagai berikut:
a. Setiap peserta Askeskin mempunyai hak mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas adan jaringannya meliputi pelayanan
kesehatan rawat inap dan rawat jalan serta pelayanan kesehatan rujukan
rawat jalan tingkat lanjutan dan rawat inap kelas III di Rumah Sakit;
b. Pelayanan kesehatan menerapkan sistem rujukan terstruktur dan
berjenjang;
c. Pada kasus gawat darurat (emergency), seluruh PPK wajib memberikan
pelayanan walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama dengan PT.
Askes (Persero). Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke
PT. Askes (Persero) sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk peserta
Askeskin;
d. Pelayanan rawat inap dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan dan ruang
rawat inap kelas III (III) di Rumah Sakit Pemerintah termasuk Rumah
Sakit Khusus, TNI/POLRI dan Rumah Sakit Swasta yang bekerjasama
dengan PT. Akes (Persero);
28
e. Pelayanan obat Puskesma beserta jaringannya dan di Rumah Sakit
menggunakan obat generik yang daftar harganya ditatapkan oleh Menteri
Kesehatan;
f. Penggunaan di luar obat generik masih dapat dimungkinkan sepanjang
sesuai dengan indikasi medis berdasarkan protokol terapi yang diusulkan
oleh komite medik dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit atau Pejabat
yang diberi wewenang oleh Direktur;
g. Apabila terjadi ketiadaan obat generik di Apotik atau Rumah Sakit
(Instalasi Farmasi), maka menjadi kewajiban PT.Askes (Persero) untuk
segera menyediakan obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak Rumah
Sakit atau Apotik yang bekerja sama dengan PT.Askes (Persero);
h. Semua apotik/instansi farmasi dapat menyediakan obat generik untuk
pelayanan masyarakat miskin melalui kerjasama dengan PT.Askes
(Persero);
i. Instalasi farmasi Rumah Sakit dan Apotik yang bekerjasama dengan
PT.Askes (Persero) dapat mengganti obat diluar generik dengan obat-
obatan yang sepadan, dengan sepengetahuan dokter penulis resep;
j. Apabila terjadi peresepan diluar obat generik kecuali sebagaimana pada
butir 6 (enam) diatas maka Pemerintah daerah atau pihak RS bertanggung
jawab menanggung selisih harga tersebut;
k. Peserta tidak boleh dikenakan iuran bayar dengan alasan apapun;
l. Pelayanan transportasi rujukan emergency dan rujukan non emergency
(bila diperlukan) bukan dalam bentuk uang, tapi merupakan pelayanan
29
transportasi rujukan. Besarnya biaya pelayanan transportasi rujukan dan
pemulangan pasien/jenasah maksimal Rp 4.000,-/km, dengan minimum
pembayaran Rp 40.000,- dengan hitungan jarak sekali jalan. Apabila
terjadi kekurangan pembiayaan trasnportasi ini menjadi tanggung jawab
Pemda dari daerah yang merujuk;
m. PT.Askes (persero) membuat perjanjian kerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat yang meliputi berbagai aspek
pengaturan pelayanan kesehatan dasar.
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Askeskin
adalah :
a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke
Puskesmas dan jaringannya;
b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan
kartu Askeskin. Dalam mas transisi, peserta masih dapat menggunakan
SKTM/Kartu Sehat/Kartu SLT/Kartu Gakin;
c. Apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka peserta
yang disertai rujukan dan identitas miskin sebagaimana dimaksud dalam
butir ke 2 (dua) yang ditunjukkan sejak awal mulai berobat.
d. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :
i. Pelayanan rawat jalan spesialistik di Puskesmas yang
memiliki pelayanan spesialistik;
ii. Pelayanan Rawat Inap/ Persalinan di Puskesmas;
30
iii. Pelayanan rawat jalan lanjutan di Rumah
Sakit/BKMM/BP4/BKIM;
iv. Pelayanan rawat inap kelas III di Rumah Sakit;
e. Pada kasus gawat darurat, peserta wajib menunjukkan identitas miskin
dalam waktu maksimal 3 x 24 jam hari kerja. Pada kondisi dimana pasien
gawat darurat tersebut tidak mampu menunjukkan identitas miskin
termasuk SKTM maka menjadi kewenangan Direktur Rumah Sakit atau
Pejabat yang ditunjuk Direktur RS untuk menetapkan status miskin.
Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk peserta Askeskin bersifat
komprehensif sesuai indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan
tidak dijamin.
a. Pelayanan yang dibatasi (Limitation)
1) Kacamata diberikan dengan lensa koreksi minimal =1/-1 dengan
nilai maksimal Rp 150.000,-
2) Alat bantu dengar diberi penggantian resep dari dokter spesialis
THT, pemilihan alat bantu dengar berdasarkan harga yang paling
murah dan ketersediaan alat tersebut di daerah;
3) Alat Bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda,korset) diberikan
berdasarkan resep dokter dan disetujui Direktur Rumah Sakit atau
Pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut
memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi dalam aktifitas
sosial peserta tersebut. Pemilihan alat bantu gerak berdasarkan
31
harga paling efisien dan ketersediaan alat tersebut di daerah yang
disepakati bersama dengan PT.Askes (Persero) Kantor Cabang atau
Kantor Regional setempat;
4) Pelayanan penunjang diagnostik canggih. Pelayanan ini diberikan
hanya pada kasus-kasus ’life saving’ dan kebutuhan penegakan
diagnosa yangsangat diperlukan melalui pengkajian dan
pengendalian oleh komite medik atau tim pengendali Askeskin
rumah sakit.
b. Pelayanan yang tidak dijamin (Exclusion)
1) Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
2) Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika
3) General chek up
4) Prothesis gigi tiruan
5) Pengobatan alternative
6) Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya
mendapat keturunan termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi.
2. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar dalam
diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat
32
menunjukkan tingkat status kesehatan seseorang (Basov, 2002: 1-
4;Folland, et al.,2001:116-117).
Adanya perbedaan tingkat pendidikan pada diri seseorang juga
menyebabkan pengetahuan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan,
semakin mudah seseorang menerima serta mengembangkan pengetahuan
dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga (World Bank,
1993:42; Groosman, 1999:31). Terdapat korelasi yang positif antara
tingkat pendidikan dan status kesehatan, dimana tingkat kesehatan
seseorang adalah investasi yang cukup tinggi dalam pendidikan (Basov,
2002:2). Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak
langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan
masyarakat terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada
kurangnya akses perawatan dan pelayanan kesehatan (deri masria dan
yuristianti, 2000:21).
b. Pendapatan keluarga
Pemerataan pendapatan merupakan hal yang sangat penting untuk
peningkatan daya beli masyarakat termasuk juga akses terhadap pelayanan
kesehatan yang memadai, karena pemerataan pendapatan merupakan salah
satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan di Indonesia.
Ketimpangan dalam distribusi hasil-hasil pembangunan dapat
33
menimbulkan masalah yang berdampak luas terhadap pembangunan
bidang kesehatan (Wiryo, 2001:3-4).
Dengan terjadinya krisis ekonomi secara umum anggaran
pengeluaran rumah tangga di Indonesia mengalami penurunan. Hal
tersebut sangat menyulitkan terutama untuk mencegah dan mengatasi
penyakit (Khudori, 2003: 1).Sementara harga pelayanan kesehatan naik,
namunpengeluaran kesehatan menurun sangat berarti
(Frankenberg.et.al.,1999:10). Hal ini akan mengurangi akses ke pelayanan
kesehatan karena pada masyarakat miskin pedesaan rata-rata pengeluaran
per harinya kurang dari Rp 5.000 (Dursin, 2000:3). Rendahnya pendapatan
tersebut akan berdampak buruk terhadap status kesehatan dan gizi
masyarakat, khususnya keluarga miskin.
Dengan adanya Program Jaminan pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat miskin diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat
berpendapatan rendah pada pelayanan kesehatan dasar. Sejalan dengan hal
tersebut penelitian Jowett et al., (2002:9) tentang Pemanfaatan program
Asuransi Kesehatan Masyarakat secara sukarela di Vietnam pada 2751
responden menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, dimana pada pasien
berpenghasilan rendah model asuransi lebih bermanfaat dibanding pada
pasien dari masyarakat berpenghasilan tinggi. Permasalahannya di
Indonesia model asuransi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
34
c. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. (Goetsh, dalam Tjiptono, 2001: 51). Pendapat tersebut
membandingkan kualitas secara lebih luas, tidak hanya aspek hasil baik saja
yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan dan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya.
Kualitas suatu bentuk pelayanan atau produk bukan ditetapkan oleh
suatu institusi atau pemberi jasa, akan tetapi ditentukan oleh penilaian atau
persepsi pemakai atau pelanggan itu sendiri. Penilaian atau persepsi dari
pelanggan terhadap kualitas pelayanan sangat berbeda, tergantung seberapa
besar antara harapan dan kenyataan yang akan diterima oleh pelanggan.
Menurut Tjiptono (1996: 59) kualitas jasa pelayanan adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Menurut Rangkuti (2002: 29) jenis kualitas yang digunakan untuk
memenuhi kualitas jasa adalah sebagai berikut:
1) Kualitas teknik (outcome)
2) Kualitas pelayanan (proses)
Kualitas pelayanan atau Service Quality dapat diartikan sebagai seberapa
jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pada pelanggan atas layanan
yang mereka terima.
Menurut Sabihaini (2000: 36), kualitas layanan merupakan suatu
bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima
35
(perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan (expected
service). Jadi kualitas layanan sebuah perusahaan dapat diketahui dengan
cara membandingkan perspsi para pelanggan atas layanan yang seharusnya
mereka terima dengan layanan yang sesungguhnya.
Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa
jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan
yang mereka terima atau peroleh.
Menurut Parasuraman dkk, Kualitas Pelayanan meliputi lima
dimensi, yaitu:
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai
dan sarana komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik,
penampilan karyawan, peralatan dan teknologi yang digunakan dalam
memberi layanan. Fasilitas fisik seperti gedung, ruang tempat pelayanan,
kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan tempat parkir
merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa, karena akan memberikan
sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan. Penampilan
karyawan yang baik akan memberikan rasa dihargai bagi konsumen
yang dilayani, sedangkan peralatan dan teknologi yang digunakan dalam
memberikan pelayanan akan memberikan kontribusi positif pada
kecepatan dan ketepatan pelayanan;
2) Reliability ( keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Dimensi ini
berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan, kemampuan menyediakan
36
pelayanan yang dijanjikan dengan akurat dan dapat diandalkan, sikap
simpatik dan dapat dipercaya dari para karyawan dalam menangani
masalah atau keluhan-keluhan para pelanggan dan kemampuan dalam
menyimpan data secara benar dan akurat (bebas dari kesalahan-
kesalahan);
3) Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
Hal ini tercermin pada kecepatan, ketepatan pelayanan yang diberikan
pada pelanggan, keinginan karyawan untuk membantu para pelanggan
(misal: customer service mampu memberikan informasi dengan jelas
seperti yang diperlukan oleh pelanggan), serta tersedianya karyawan
pada jam-jam sibuk;
4) Assurance (jaminan), yaitu kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan
keragu-raguan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan karyawan dalam
menanamkan kepercayaan pada pelanggan, adanya perasaan aman bagi
pelanggan, pengetahuan dan sopan santun karyawan dalam meberikan
layanan kepada konsumen. Pengetahuan, kesopanan dan kemampuan
karyawan akan menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan
terhadap perusahaan;
5) Emphaty (empati), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan
pelanggan. Hal ini berhubungan dengan perhatian atau kepedulian
37
karyawan kepada pelanggan, kemudahan mendapatkan pelayanan
(berkaitan dengan banyaknya outlet, kemudahan mendapatkan
informasi melauli telepon), kepedulian karyawan terhadap
permasalahan yang dihadapi pelanggan. Perusahaan memiliki
objektivitas yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua
pelanggan. Semua pelanggan berhak untuk memperoleh kemudahan
pelayanan yang sama tanpa didasari apakah mereka mempunyai
hubungan khusus dengan karyawan atau tidak..
d. Jarak Pelayanan Kesehatan
Semakin meningkatnya persebaran sarana pelayanan kesehatan baik
oleh pemerintah maupun swasta, maka perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan sarana kesehatan sangat dipengaruhi oleh jarak terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Jarak rumah dengan lokasi
pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan ibu hamil untuk menentukan tempat pelayanan kesehatan
yang dimanfaatkannya (Anantanyu et.al., 2001: 57-71).
B. Penelitian Terkait Yang Pernah Dilakukan
1. Penelitian tentang Kajian Implementasi Program JPS
Penelitian ini dilakukan oleh bakti et al (2000:1). Tujuan penelitian
adalah untuk melakukan evaluasi terhadap program JPS tahun 1998/1999 dan
dilakukan pada 191 responden yang terdiri pelaksana, tokoh masyarakat,
38
penerima bantuan dan masyarakat bukan penerima bantuan. Data primer
dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara mendalam dan diskusi terfokus.
Hasil studi menemukan bahwa persoalan yang menghambat program
adalah kurangnya sosialisasi program di tingkat pelaksana. Sementara
palaksana program JPS-BK sangat terburu-buru, bahkan ada daerah yang tidak
melaksanakan sosialisasi program.
2. Pengaruh Kepesertaan JPS-BK terhadap Pengeluaran Pelayanan Persalianan
Penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan kohort historis
yaitu membandingkan pengeluaran pelayanan persalinan antara ibu bersalin
peserta JPS-BK dan ibu bersalin bukan pesertta JPS-BK.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kepesertaan JPS-BK
menurunkan pengeluaran pelayanan persalinan sebesar 59,9% dari pada ibu
bersalin bukan peserta JPS-BK.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terkait terdahulu maka dibangun
sebuah kerangka berfikir dengan variabel bebas tingkat pendidikan dan
pendapatan keluarga. Sedangkan variabel terikatnya adalah pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul, sehingga
dapat kami sajikan pada gambar 1 sebagai berikut:
39
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
Pendapatan Keluarga
Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Gungkidul
Tingkat Pendidikan
Peserta Askeskin
40
Desain penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:
Stratifikasi
Random Random Sampling Sampling
Gambar 2.2. Desain Penelitian
Peserta Askeskin
Peserta Askeskinyang memanfaatkan
Peserta Askeskinyang tidak memanfaatkan
Sampel peserta Askeskinyang berkunjung di Puskesmas
Nglipar II, 1 tahun terakhir
Sampel peserta Askeskin yang tidak berkunjung di Puskesmas
Nglipar II, 1 tahun terakhir
Pengukuran variable-variabel:- Tingkat pendidikan, - Pendapatan keluarga.
Analisis data:Regresi Linier Ganda
41
D. Perumusan Hipotesis
1. Didapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul;
2. Didapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul;
3. Didapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan
keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II
Kabupaten Gunungkidul.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan
pendekatan cross sectional menggunakan desain penelitian metode deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang mencoba menghubungkan tingkat pendidikan dan
pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas
Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II
Kabupaten Gunungkidul, pada bulan seperti tertera pada tabel dibawah ini :
NO Uraian Kegiatan OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI
II III IV I II III IV I II III IV I II III
1. Pengumpulan data
√
2 Penyusunan proposal penelitian
√ √ √
3 Seminar √
4 Persiapan penelitian
√
5 Ijin penelitian √
6 Pelaksanaan Penelitian
√ √
7 Penyusunan Hasil dan Pembahasan
√ √
8 Penyusunan Tesis
√
43
9 Ujian Tesis √
10 Revisi √
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya ( Sugiyono, 2005 : 49 ). Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat miskin peserta ASKESKIN di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 sebanyak 1.251 KK.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2005 : 49). Besar
sampel pada penelitian ini diambil secara acak (random sampling) sebanyak 89
KK. Penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :
χ2 . N. P (1-P)
S =
d2 (N-1) + χ2 P.(1-P)
S : Ukuran sample
χ2 : Harga Chi kuadrat untuk ∞ 95% (1,96)
44
N : Ukuran populasi
P : Proporsi pada populasi 50% (0,5)
d : Ketelitian (Error) 10% (0,1)
( Arikunto, 2006)
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian.
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan keluarga. Sedangkan variabel
dependen atau variabel terikatnya yaitu Pemanfaatan Kepesertaan
Askeskin.
2. Definisi operasional
a. Pemanfaatan kepesertaan Askeskin adalah Masyarakat miskin yang
memiliki kartu Askeskin berdasarkan kriteria yang tercantum dalam
Surat Keputusan Bupati Gunungkidul No. 412/232 H Tahun 2004, yang
memanfaatkan dan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.
b. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai
Kepala Keluarga dengan sekolah, yang diakui pemerintah.
c. Pendapatan Keluarga adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh anggota
keluarga dalam rumah tangga karena melakukan pekerjaan secara rutin
atau bersumber dari lainnya selama enam bulan terakhir.
45
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan wawancara
langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari
Tingkat Pendidikan, Pendapatan keluarga serta pemanfaatan kepesertaan
Askeskin dan dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari
dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin seperti laporan bulanan, buku
registrasi pasien dan Profil Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Bebas merupakan variabel yang diharapkan berhubungan dengan
variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Tingkat Pendidikan (X1)
b. Pendapatan Keluarga (X2)
2. Variabel Terikat
Variabel terikatnya adalah Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di
Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul (Y).
46
G. Teknik Analisa Data
1. Teknik Uji Instrumen Penelitian
Seperti dijelaskan di atas bahwa pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan alat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 1999: 135).
a. Uji Validitas
Uji Validitas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cermat suatu
tes (alat ukur) melakukan fungsi ukurnya. Cara menguji validitas ini
dilakukan dengan melkngkorelasikan antara skor konstruk dengan skor
totalnya. Adapun teknik korelasi yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah teknik korelasi Product Moment dari Karl Parson
adalah sebagai berikut:
NXY – (X) (Y)rxy =
NX2 – (X)2} NY2 – (Y)2}
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi
xy = Jumlah Product deviasi variable x dan y (butir dan total)
x = Jumlah varian variable x (butir)
47
y = Jumlah varian variable y (total) (Suharsimi Arikunto, 2006 :
275).
b. Uji Realiabilitas
Analisis reliabilitas menunjukkan pada pengertian apakah instrument
dapat mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke
waktu. Ukuran dikatakan reliabel jika ukuran tersebut membeikan hasil
yang konsisten. Reliabilitas diukur dengan menggunakan metode
cronbach alpha.
rumus cronbach alpha yaitu :
k b2
r11 = ( ) (1 - ) (k – 1) 2t
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b2 = Jumlah varians butir
2t = varians total ( suharsimi Arikunto, 2006 : 196).
2. Pengujian Persyaratan Regresi atau Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik Normal P-P Plot,
dimana terjadinya gejala tersebut dideteksi dengan melihat titik-titik yang
48
mengikuti arah garis linear dari kiri bawah ke kanan atas. Bila titik-titik
mengikuti arah garis linier berarti terjadi adanya gejala normalitas.
b. Autokorelasi
c. Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Multikolinier
3. Teknik Uji Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression)
Analisisi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. Adapun rumus yang digunakan adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
( Sugiyono, 1999 : 211 )
Keterangan :
X1 = Tingkat Pendidikan
X2 = Pendapatan Keluarga
Y = Pemanfaatan kepesertaan ASKESKIN
a = Konstanta
b1 ….b2 = Koefisien regresi
e = error/kesalahan
49
4. Uji Hipotesis
a. Uji t
Langkah-langkah pengujian : (Subagyo, 1997 : 162)
5) Menentukan Ho dan Ha
6) Penentuan Level of Significant ( α ) = 0,05
7) Kriteria pengujian
8) Nilai hitung
T hitung = b – β Sb
Keterangan :
b = Koefisien regresi
β = Nilainya nol
Sb = Standart error of regression coefficient
b. Uji F (F-Test)
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variable
Pendidikan dan Pendapatan keluarga secara serempak terhadap Pemanfaatan
kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunung Kidul.
Langkah-langkah pengujian :
1) menentukan Ho dan Ha
2) Penentuan Level of Significant ( α ) = 0,05
3) Kriteria Pengujian
4) Nilai F hitung
50
SSR/kF hitung =
SSE / n-1-k
( Subagyo, 1997 : 168)
Keterangan :
SSR = Sum of Squares Regression
SSE = Sum of Squares Residual
k = Banyaknya variabel bebas
n = Banyaknya sampel
c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya sumbangan
pengaruh variable Pendidikan, Pendapatan, Jarak Fasilitas kesehatan dan
Kualitas Pelayanan terhadap Pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Koefisien
determinasi dinyatakan dalam prosentase. Adapun rumus R2 adalah :
β1 YX1 + β2 YX2
R2 = Y2
(Subagyo, 1992 ; 164)
Keterangan :
β1, β2 = Koefisien regresi
X1, X2 = data variable independent
Y = data variable independent
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Letak Geografi Puskesmas Nglipar II
Puskesmas Nglipar II terletak di dusun Natah Wetan, desa Natah,
Kecamatan Nglipar kabupaten Gunungkidul, dengan wilayah kerja meliputi empat
desa, yaitu:
1. Desa Kedungpoh
2. Desa Katongan
3. Desa Pilangrejo
4. Desa Natah
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Nglipar II:
a. Utara : Desa Tancep kecamatan Ngawen
b. Barat : Desa Hargomulyo kecamatan Gedangsari
c. Selatan : Desa Bejiharjo kecamatan Karangmojo
d. Timur : Desa Beji kecamatan Ngawen
Tabel 4.1
DATA GEOGRAFI Puskesmas Nglipar II
Luas Wilayah 41.09 km2
Jumlah desa 4 desa
52
Jumlah dusun 30 dusun
Jumlah musim 2 musim (kemarau dan hujan)
Suhu 22°C – 34°C
Kelembaban udara Tinggi
Jenis tanah Kapur liat/tanah merah
2. Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II sebanyak 17.940
jiwa, yang tersebar di 4 (empat) desa, dengan jumlah penduduk yang memiliki
kartu Askeskin sebanyak 1.251 KK (6.750 jiwa).
Tabel 4.2
DISTRIBUSI PENDUDUK SE-WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGLIPAR II MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN
NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak/belum tamat SD
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Seklah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Akademi/Perguruan Tinggi
14.579
1.102
1.260
859
140
Jumlah 17.940
53
Tabel 4.3
DATA PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN
SE-WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGLIPAR II
NO. MATA PENCAHARIAN JUMLAH PROSENTASE
1. Petani 7.991 43,12
2. Buruh tani 1.831 9,98
3. Buruh/swasta 912 4,97
4. PNS 133 0,72
5. Pengrajin 873 4,76
6. Pedagang 204 1,11
7. Montir 13 0,08
8. Dokter 2 0,01
Jumlah 11.959 100
B. Deskripsi Data Responden
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diketahui beberapa deskripsi data
responden yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan keluarga dan
pemanfataan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II dan jaringannya.
Tabel 4.4
Tingkat Pendidikan Responden
NO. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
1. Tidak pernah sekolah 26 29,21
54
2. SD 46 51,68
3. SLTP 9 10,12
4. SLTA 8 08,99
5. AKADEMI 0 00,00
6. Perguruan Tinggi 0 00,00
Jumlah 89 100,00
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden
yang terbanyak yaitu SD 51,68%, tidak pernah sekolah 29,21%, SLTP 10,12%
dan SLTA 08,99%.
Tabel 4.5
Pendapatan Keluarga Responden
NO. PENDAPATAN KELUARGA JUMLAH PROSENTASE
1. Tidak ada pendapatan (<Rp. 100.000,-) 4 03,56
2. Rp. 100.000,- s/d Rp. 199.000,- 15 13,35
3. Rp. 200.000,- s/d Rp. 299.000,- 18 16,02
4. Rp. 300.000,- s/d Rp. 399.000,- 24 21,36
5. Rp. 400.000,- s/d Rp. 500.000,- 16 14,24
6 >Rp. 500.000,- 12 10,68
Jumlah 89 100,00
Dari tabel di atas, rata-rata pendapatan keluarga responden per bulan yaitu
199.000,- (13,35%), >Rp. 500.000,- (10,68%) dan tidak ada pendapatan (<Rp.
100.000,-) (03,56%).
Dari 89 responden yang diwawancarai terdapat 4 responden (3,56%) yang
menyatakan tidak pernah sakit, sehingga mereka tidak memanfaatkan kepesertaan
Askeskin.
Sedangkan dari 89 responden yang diwawancarai, 85 responden (96,44%)
menyatakan pernah sakit dan memanfaatkan kepesertaan Askeskin di Puskesmas
Nglipar II, yang menyatakan tidak punya biaya 35,6%, jaraknya dekat dengan
rumah 16,02%, kualitas pelayanannya baik 11,57%, prosedurnya mudah 6,23%,
pelayanannya cepat 2,67% dan petugasnya ramah 27,91%. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin
NO. ALASAN MEMANFAATKAN JUMLAH PROSENTASE
0. Tidak punya biaya 40 35,6%
1. Jaraknya dekat dengan rumah 18 16,02%
2. Kualitas pelayanannya baik 13 11,57%
3. Prosedurnya mudah 7 6,23%
4. Pelayanannya cepat 3 2,67%
5. Petugasnya ramah 8 7,12%
Jumlah 89 100%
56
C. Hasil dan Analisis
1. Uji Persyaratan Regresi atau Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan menguji unstandardized
residual dari model regresi yang dihasilkan menggunakanuji Kolmogorov-
Smirnov, dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Sminov
One-Sample Kolmogorov-Sminov Tes
Res 1
N
Normal Parameters Mean
Std. Deviation
Most Extreme Absolute
Differences Positive
Negative
Kolmogorov-Sminov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
92
.3286011
.23512973
.187
.187
-.108
1.793
.322
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
Hipotesis:
Ho : F(x) = Fo(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili
oleh sample (residual) dan Fo(x) adalah fungsi distribusi satu populasi
berdistribusi normal
H1 : F(x) ≠ Fo(x) atau distribusi populasi tidak normal.
Tabel 4.7 menunjukkan hasil Z dari Kolmogorov – Smornov sebesar 1.793
dengan signifikansi sebesar 0.322 > 0,05 menunjukkan bahwa nilai Z tidak
57
signifikan, berarti menerima Ho yaitu residual berdistribusi normal. Jika
residual berdistribusi normal, maka semua data dari variabel di dalam model
regresi tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pendeteksian
adanya multikolinearitas menggunakan collinearity diacnostics yang disajikan
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Uji Multikolinearitas
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
StatisticsModel
B Std.Error Beta
t Sig.
Tolera
nce
VIF
1 (Constant)
Pendidikan
Pendapatan
.618
.269
-.368
.088
.090
.150
.282
-.237
7.048
2.993
-.2.458
.000
.004
.016
.982
.934
1.018
1.070
a. Dependent Variable: Pemanfaatan
Hasil perhitungan nilai VIF lebih kecil dari 10,0 menunjukkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabel independent dalam model regresi. Pengolahan
data penelitian ini diperoleh hasil bahwa nilai VIF untuk pendidikan sebesar
1.018, nilai VIF untuk pendapatan sebesar 1.070, sehingga tidak ada
multikolinearitas antar variabel independent dalam penelitian ini.
58
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Untuk menguji model regresi
dalam penelitian ini apakah homoskedastisitas atau heteroskedastisitas digunakan
uji White, yang disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Regresi Residual dengan Uji White
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant)
Pendidikan
Pendapatan
.381
-.091
-.047
.049
.050
.084
-.188
-.060
7.757
-1.807
-.561
.000
.074
.576
a. Dependent Variable: res-1
Uji White dilakukan dengan meregresi nilai residual (unstandardized
residual) dengan variabel bebas. Apabila hasilnya tidak signifikan maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Tabel 4.9. menunjukkan bahwa Uji heteroskedastisitas
didapatkan hasil bahwa variabel independent setelah diregresi dengan residual
maka hasilnya tidak signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas atau dengan
kata lain persamaan regresi heteroskedastisitas atau varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap.
59
d. Uji Otokorelasi
Tabel 4.10. Hasil uji Otokorelasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .492 .242 .207 .412 1.787
a. Predictors : (Constant), Pendidikan, Pendapatan
b. Dependent Variabel : Pemanfaatan
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Durbin-Watson sebesar 1.787 akan
dibandingkan dengan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat
kepercayaan 5%, jumlah sample 89 dan jumlah variabel bebas 2, maka di tabel
Durbin Watson akan didapat nilai dL dan 4-du atau 1,58,1,787,2,25 maka
diterima. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model
regresi.
2. Uji Hipotesis
a. Model Persamaan Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengukur nilai variabel terikat dan seberapa
besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut. Rumus regresi
linear berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = variabel Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin
X1 = variabel Tingkat Pendidikan
X2 = variabel Pendapatan Keluarga
60
a = nilai konstanta
e = Residual
Dari hasil olahan data dengan menggunakan SPSS 15.00 ditunjukkan pada
tabel 4.11. berikut:
Tabel 4.11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant)
Pendidikan
Pendapatan
.618
.269
-.368
.088
.090
.150
.282
-.237
7.048
2.993
-2.458
.000
.044
.016
a. Dependent Variable: pemanfaatan
Regresi linier berganda sebagai berikut:
Y= 0,618 + 0,269 X1 - 0,368X2 + e
(0,000)** (0,004)** (0,016)**
Dari persamaan di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 0,618, berarti bahwa apabila nilai variabel dimensi
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang terdiri dari tingkat pendidikan (X1)
dan pendapatan keluarga (X2), maka variabel pemanfaatan (Y) akan
bertambah;
2) Pendidikan mempunyai signifikansi sebesar 0,004 , 0,05 sehingga tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Hal ini
61
mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
tinggi tingkat pemanfaatan kepesertaan Askeskin;
3) Pendapatan keluarga mempunyai signifikansi sebesar 0,016 , 0,05, berarti
pendapatan keluarga berpengaruh dan signifikan terhadap pemanfaatan
kepesertaan Askeskin;
4) Pendidikan mempunyai koefisien paling besar, dari persamaan regresi yakni
(0,269), berarti pendidikan merupakan variabel yang paling dominant antara
variabel independent yang berpengaruh terhadap pemanfaatan kepesertaan
askeskin.
b. Uji t
Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan signifikansi pengaruh
variabel bebas secara individual (parsial) terhadap variabel terikat, yang telah
dirumuskan dalam suatu hipotesis. Dengan membandingkan nilai t hitung
terhadap t tabel maka dapat disimpulkan menerima atau menolak hipotesis
tersebut.
Hasil analisis data yang diperoleh dengan program SPSS 15.00 ditunjukkan
pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Uji t
Variabel t-hitung t-tabel Sig
Tingkat pendidikan 2.993 1,960 0.004
Pendapatan keluarga -2.458 -1,960 0.016
Dari tabel 4.12. diatas menunjukkan hasil sebagai berikut:
62
1) Pendidikan mempunyai nilai t hitung sebesar 2.993 > t tabel sebesar 1,960
dengan tingkat signifikansi 0,004 lebih besar dari ά = 0,05 berarti Ho ditolak.
Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan secara individual mempunyai
hubungan positif dan signifikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.
2) Pendapatan keluarga mempunyai nilai t hitung sebesar -2.458 < -t tabel sebesar
-1,960 dengan tingkat signifikansi 0,016 lebih besar dari ά = 0,05 berarti Ho
ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan keluarga secara individual
mempunyai pengaruh yang negative dan signifikan terhadap pemanfaatan
kepesertaan Askeskin.
c. Uji F
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan variabel bebas yang diteliti secara
bersama-sama terhadap variabel terikat dilakukan Uji statistic F, seperti yang
terlihat pada tabel 4.13. di bawah ini:
Tabel 4.13. Hasil Uji F
ANOVA
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regresion
Residual
Total
4.711
14.767
19.478
4
87
91
1.178
170
6.938 .000a
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, pendapatan
b. Dependent Variable: Pemanfaatan
Dari hasil analisis diperoleh F hitung sebesar 6.938 > F tabel sebesar 2.45
dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho
63
ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan
keluarga secara simultan memiliki hubungan signifikan terhadap pemanfaatan
kepesertaan Askeskin.
d. Koefisien Determinasi
Tabel 4.14. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .492a .242 .207 .412
a. Predictors : (Constant), Pendidikan, Pendapatan
Dari tabel 4.14. Koefisien determinasi ditunjukkan melalui nilai R Square
sebesar 0.242. Hal ini menunjukkan bahwa variasi perubahan hubungan tingkat
pendidikan dan pendapatan keluarga mampu menjelaskan variasi hubungan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin sebesar 24,2%, sedangkan sisanya sebesar
75,8% dijelaskan oleh hubungan lain yang tidak dijelaskan di model, seperti factor
sosialisasi program, keberadaan sarana kesehatan yang lain, demografi dan
sasaran peserta Askeskin.
64
D. Pembahasan
1. Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa ada hubungan positif dan signifikan
antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di
Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul (nilai t hitung sebesar 2.993 > t
tabel sebesar 1,960) dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda
diketahui bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai koefisien yang paling
besar, dari persamaan regresi yakni (0.269), berarti tingkat pendidikan merupakan
variabel yang paling dominant diantara variabel independent yang berhubungan
terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa rendahnya tingkat pendidikan
dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya,
sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan dan pelayanan kesehatan
(Deri Maria dan Yuristianti, 2000:21).
Penelitian tentang kegunaan pelayanan kesehatan pada 625 keluarga dan 719
perempuan usia 15 – 54 tahun di Nepal Tengah juga menunjukkan bahwa wanita
yang berpendidikan, lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan modern
dibandingkan dengan wanita yang buta huruf (Niraula, 1994: 151 – 166).
Penelitian tentang pengaruh penggunaan pelayanan kesehatan di Cebu
Philipina, juga menunjukkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan pada masyarakat pedesaan, di mana terjadi kenaikan
kunjungan ke fasilitas pelayanan modern sebesar 11% pada sekolah menengah
65
umum dan kenaikan sebesar 19% untuk kenaikan pendidikan tiap tahunnya
(Becker, et al, 1993: 77 – 89).
Hasil penelitian dan beberapa studi tersebut memberikan makna bahwa
masyarakat yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai akses yang lebih baik
terhadap akses pelayanan kesehatan yang modern dan berkualitas. Di Indonesia
pelayanan modern seperti ini biasanya juga didikuti dengan tarif pelayanan yang
mahal sehingga biaya yang dikeluarkannya semakin tinggi.
2. Pendapatan keluarga
Variabel pendapatan keluarga terdapat hubungan yang signifikan dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul, di mana nilai – t hitung < - t tabel (-1,960) yaitu -2,458, hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin
rendah tingkat pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Hal ini sejalan dengan
pendapat penelitian Jowett et al., (2002:9) tentang Pemanfaatan Program Asuransi
Kesehatan Masyarakat secara sukarela di Vietnam pada 2751 responden
menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan, di mana pada pasien berpenghasilan rendah
model asuransi lebih bermanfaat dibanding pada pasien dari masyarakat
berpenghasilan tinggi. Permasalahannya disini yaitu kemungkinan ketidaktepatan
dalam penetapan sasaran Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin ini, di mana jaminan yang diberikan seharusnya bagi masyarakat yang
benar-benar miskin dengan pendapatan ≤ 400.000,- / bulan.
66
Masyarakat yang pendapatan keluarganya tinggi cenderung dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan modern (rumah sakit), sedangkan pada
keluarga berpenghasilan rendah menggunakan kartu JPS-BK atau pergi ke dukun.
Hasil penelitian Siswanto et al. (1998: 230) juga menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang cukup bermakna untuk menentukan pelayanan kesehatan antara
yang berpenghasilan cukup dan kurang.
Menurut Azrul Azwar (Dursin, 2000: 2) sejak krisis ekonomi, kondisi
kesehatan masyarakat semakin mengkhawatirkan. Penyebabnya adalah beban
hidup yang ditanggung penduduk semakin tinggi, sementara penghasilan keluarga
tidak mencukupi untuk mengakses ke pelayanan kesehatan karena rata-rata tiap
harinya Rp. 5000,-.
Keterbatasan penghasilan keluarga juga menyebabkan terbatasnya kases ke
pelayanan kesehatan. Dari beberapa survei menunjukkan rendahnya pendapatan
keluarga khususnya di pedesaan, menyebabkan tidak terjangkaunya akses ke
pelayanan kesehatan dasar, misalnya ke dokter.
Tingkat pendapatan keluarga menunjukkan status ekonomi seseorang.
Pendapatan keluarga yang semakin tinggi menciptakan peluang yang lebih besar
untuk menentukan pilihan dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan
(Anantanyu et al., 2001: 57-71). Hasil penelitian Niken (2001: 1) menunjukkan
bahwa selain tingkat pendidikan, faktor ekonomi merupakan faktor yang
diperhitungkan dalam memilih rumah sakit sebagai tempat persalinan di
Kabupaten Bantul Yogyakarta.
67
Menurut teori mikroekonomi tentang demand (permintaan) pelayanan
kesehatan menyebutkan bahwa jika pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan
utama (substitusi), makin tinggi pendapatan keluarga maka makin besar demand
terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis pelayanan kesehatan
tersebut merupakan kebutuhan pelengkap (komplemen), meningkatnya
pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis pelayanan
kesehatan tersebut (Blight & Shafto, 1989: 77; Folland, et al, 2001: 25). Hal
tersebut menunjukkan bahwa mahalnya biaya pelayanan kesehatan akan
berdampak pada menurunnya akses masyarakat pada pelayanan tersebut,
khususnya pada masyarakat ekonomi lemah (Bratt, 2002: 281 – 287).
Hasil penelitian dan beberapa studi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan
keluarga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran pelayanan kesehatan.
3. Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin
Apabila kedua variabel yaitu tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga
dilakukan uji F maka hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan
pendapatan keluarga simultan berhubungan signifikan terhadap pemanfaatan
kepesertaan Askeskin, karena nilai F hitung sebesar 6,938 > F tabel sebesar 2.45
dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho
ditolak.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saadah yang dilaporkan
oleh the British Council (2002: 32) yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian
antara kepemilikan Kartu Sehat dengan pemanfaatan dalam mengakses kesehatan.
68
Di mana dari 1.054 responden yang diobservasi, dari 13,7% kepala keluarga yang
memiliki kartu sehat hanya 4,1% yang menggunakannya.
Penelitian pada masyarakat Tanzania juga menunjukkan jika biaya
pelayanan kesehatan mengalami kenaikan maka akan menurunkan minat
masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena
itu masyarakat Tanzania sangat menyambut baik kebijaksanaan pengaturan biaya
pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan (Sahn et al.,
2000: 12). Sedangkan di Republik Dominika kebijakan untuk mengefektifkan
biaya persalinan dengan sistem pembiayaan pada masyarakat dapat meningkatkan
akses ke pelayanan kesehatan khususnya di pedesaan (Thind & Ronald, 2002: 7).
Sebagai bentuk perhatian pemerintah Indonesia untuk rakyat miskin maka
diperkenalkan program kartu sehat pada tahun 1994, sebagai bagian dari strategi
mengurangi beban bagi rakyat miskin. Rakyat yang tidak mampu bila membawa
kartu sehat, maka mendapat bebas biaya berobat di Puskesmas atau di rumah sakit
(Marzolf, 2002: 25). Masalahnya kenyataan di lapangan masih banyak
kepemilikan kartu sehat, sedangkan keluarga yang kurang mampu justru tudak
memiliki kartu sehat (Kristanti, et al, 2002: 1).
E. Keterbatasan Penelitian
Telah disebutkan pada bab III, bahwa metode pengumpulan data yang
dipakai menggunakan kuesioner. Metode ini cukup efektif untuk bias
mendapatkan data yang diinginkan dari sejumlah responden yang memiliki
beragam karakter. Namun demikian bukan berarti dengan metode ini tidak ada
69
kekurangan atau tidak menemui kesulitan. Dalam upaya mendapatkan data yang
akurat dengan menggunakan kuesioner kesulitan yang dihadapi yaitu tidak
selamanya responden langsung memahami apa yang dihadapi dan responden
langsung memahami apa yang dimaksudkan pada pertanyaan atau pernyataan
tersebut. Apalagi dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda, akan
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Disamping itu peneliti mengakui
bahwa tidak professional dalam pembuatan kuesioner sehingga masih terdapat
kekurangan dan ketidaktepatan dalam pembuatan kuesioner. Seperti penetapan
skala data untuk variabel tingkat pendidikan yang hanya menggunakan skala data
kategorikal (dikotom). Namun demikian peneliti telah berusaha semaksimal
mumgkin dengan melakukan uji coba terlebih dahulu kuesioner yang akan
dipakai, sehingga benar-benar valid dan reliable.
Jumlah responden dan variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini sangat
terbatas, juga merupakan keterbatasan penelitian ini sehingga dari nilai R Square
sebesar 0.242 menunjukkan bahwa variasi perubahan faktor tingkat pendidikan
dan pendapatan keluarga hanya mampu menjelaskan variasi perubahan faktor
pemanfaatan kepesertaan Askeskin sebesar 24,2%, sedangkan sisanya sebesar
75,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model, seperti
faktor sosialisasi program, keberadaan sarana kesehatan yang lain, demografi dan
sasaran peserta Askeskin.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dan kajian empiris yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan pemanfaatan kepesertaan Askeskin, maka
dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul. Hal ini dapat diketahui dari hasil Uji t tingkat pendidikan
terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin dengan nilai signifikasi 0,05,
menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,993 > dari t tabel sebesar 1,960.
2. Ada hubungan negatif yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul. Hasil Uji t terhadap variabel ini menunjukkan nilai t hitung
sebesar -2,458 < dari – t tabel sebesar -1,960.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan
keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II
Kabupaten gunungkidul. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji F di mana nilai F
hitung sebesar 6,938 > F tabel sebesar 2,45 (ά = 0,000).
71
B. Saran/Rekomendasi
Saran yang dapat penulis berikan kepada Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul selaku pemberi pelayanan kesehatan I (PPK I), berdasarkan kajian di
atas yaitu sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi Puskesmas Nglipar II
Kabupaten Gunungkidul, untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin, khususnya peserta Askeskin. Sehingga visi Puskesmas
Nglipar II menjadi Puskesmas yang bermutu dan diminati masyarakat demi
terwujudnya Nglipar Sehat dapat tercapai. Selain itu pencapaian indikator
keberhasilan program Jaminan Pemeliharaan Masyarakat Miskin yang
ditetapkan pemerintah sebesar 15% dapat tercapai;
2. Perlu adanya evaluasi terhadap pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin melalui pencapaian indikator –indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan pemerintah sehingga dapat diketahui atau
dimonitor keberhasilan pencapaian indikator tersebut dan dapat menentukan
langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya oleh penentu kebijakan di
Puskesmas Nglipar II Kabupaten gunungkidul;
3. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melihat hubungan-hubungan
lain yang mempengaruhi pemanfaatan kepesertaan Askeskin, yang
kemungkinan mempunyai koefisien determinasi lebih besar seperti sosialisasi
program, keberadaan sarana kesehatan yang lain, demografi dan ketepatan
penetapan sasaran peserta Askeskin.
72
DAFTAR PUSTAKA
Agus W. 2003. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Penggunaan Pelayanan Rawat Inap Anak Rumah Sakit Swasta di Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Surakarta: Program Pasca Sarjana UNS
Anantayu S, Agustono, Minar F, 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil Kecamatan jaten Karanganyar Jurnal Penelitian kependudukan Pusat Penelitian kependudukan Lembaga penelitian Universitas Sebelas Maret Vol 1 No.2 Desember 2001.
Andersen P.1968. A Behavioral Model of Families Use of Health Research Series. University of Chicago
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Rineka Cipta: Jakarta
Bakti T.S., Djainal A.S., Asmanedi, Tata T., M.Yusuf, M.Abdulah. 2000. Kajian Terhadap Implementasi Program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Buku V: Laporan Umum. Tim Pengendali Gugus Tugas Peningkatan Jaring Pengaman Sosial.
Basov S. 2002. Heterogenous Human Capital: Life Cycle Investment in Health and Education. Australia: University of Melbourne
Basov Brian A. Nugroho, 2005. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan TerhadapKepuasan Nasabah Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Solo Sriwedari, Surakarta: Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Depkes RI 2005, Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat Miskin, 2007.Jakarta : Departemen Kesehatan RI
_________ 2006. Pedoman Pelaksanaan Prgram Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Januari 2006. Jakarta: Departeman Kesehatan RI.
Derimaria Sihombing dan G. Yuristianti A. 2000. Jayawijaya Watch Project, Health Section. Jakarta: Jayawijaya Women and Their Children’s Health Project AusAID – World Vision _ Departemen Kesehatan RI.
Engel J.F, Blackwell R.D. dan Miniardi P.W. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I. Edisi Keenam, Jakarta: Binarupa. P.3,11,53.
73
Jowett M, Contoyannis P, and Vinh N.D, 2002. The Impact of Public Voluntary Health Insurance on Private Health Expenditures in Vietnam. Social science and Mediccine (in press).
Kamalia 1996. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Membeli Rawat Inap Rumah Sakit di Kabupaten Belitung. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gajah mada.
Khudori, 2003. proteksi Sosial Bagi Masyarakat Miskin. Website : www. Pikiran rakyat.com/cetak/0103/28/0801.htm.
Marzuki. 1997. Metodologi Riset. Cetakan Keenam. Yogyakarta: PT. Hanindita Offset.
Mills & Gilson. 1990. Ekonomi Kesehatan untuk Negara-negara sedang Berkembang : Sebuah Pengantar. Jakarta : PT. Dian Rakyat Bekerjasama dengan Unit Analisa Kebijaksanaan dan Ekonomi Kesehatan (AKEK), Biro Perencanaan Kesehatan depkes RI.
Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Juni 2006. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Niraula B. 1994. Use of Health Services in Hill Vilages in Central Nepal. Health Transition Review (4) 1994.
Notoatmojo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Parasuman, A.Valeri, A.Zeithaml, Leonard L., Berry. 1988. Serquel : A Quality, Journal of Marketing, Vol.64, number 1 (spring), pp.12-40.
Rangkuti, freddy.2002. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
Sugiyono, 1999. Statistik Non Parametrik.Bandung : CV ALFABANK
Sukmadinata, 2006. Metode Penelitian pendidikan. Bandung : PT.Remadja Rosdakarya.