Top Banner
HUBUNGAN STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DENGAN KONDISI FISIKA-KIMIA PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU ANJAR ASMARA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
91

hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Dec 30, 2016

Download

Documents

hatuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

HUBUNGAN STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DENGAN KONDISI FISIKA-KIMIA PERAIRAN PULAU

PRAMUKA DAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU

ANJAR ASMARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2005

Page 2: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan, bahwa Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DENGAN KONDISI FISIKA-KIMIA PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor,13 Oktober 2005

Anjar Asmara C24101043

ABSTRAK

Page 3: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Anjar Asmara. C24101043. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh JOHAN BASMI dan ARIO DAMAR.

Penelitian ini mempelajari struktur komunitas plankton dan hubungannya dengan beberapa parameter fisika dan kimia perairan pada bulan Oktober, November dan Desember 2004 yang berlokasi di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Analisis data meliputi kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi, indeks Canberra dan Bray Curtis serta analisis regresi linier sederhana.

Jenis-jenis fitoplankton yang ada 3 kelas dan 31 jenis, yaitu Bacillariophyceae (25 jenis), Dinophyceae (5 jenis) dan Cyanophyceae (1 jenis). Sedangkan yang ditemukan terdiri dari 5 kelas dan 11 jenis yaitu, Crustacea (4 jenis), Ciliata (4 jenis), Sarcodina (1 jenis), Sagittoidea (1 jenis) dan Polychaeta (1 jenis). Komposisi kelimpahan fitoplankton didominasi kelas Bacillariophyceae dari jenis Asterionella sp., Skeletonema sp., Navicula sp., Nitzschia sp. dan Fragillaria sp. Selanjutnya kelas Cyanophyceae dan Dinophyceae. Sedangkan komposisi berdasarkan kelimpahan zooplankton didominasi dari kelas Crustacea dari jenis Acartia sp., Calanus sp., dan Microsetella sp.

Nilai indeks keanekaragaman seluruh komunitas fitoplankton menunjukkan keanekaragaman yang rendah dengan kisaran 0.11-2.58. Nilai keseragaman fitoplankton menunjukkan bahwa keseragaman jumlah individu relatif sama dengan kisaran 0.26-0.96. Nilai indeks dominansi fitoplankton menunjukkan bahwa hampir tidak terjadi dominasi dalam komunitas dengan kisaran 0.08-0.74. Sedangkan nilai indeks keanekaragaman seluruh komunitas zooplankton menunjukkan keanekaragaman yang rendah dengan kisaran 0.63-1.68. Nilai keseragaman zooplankton menunjukkan bahwa keseragaman jumlah individu relatif sama dengan kisaran 0.48-1, kecuali pada staiun 6 pengamatan bulan November di perairan Pulau Panggang dengan nilai 1. Sedangkan nilai indeks dominansi zooplankton menunjukkan bahwa hampir tidak terjadi dominasi dalam komunitas dengan kisaran 0.20-0.49.

Suhu dan pH permukaan berkisar antara 29.0-31.0 oC dan 7.00-7.92. Sedangkan nilai salinitas yang terukur berkisar antara 32.5-35 o/oo dan nilai kecerahan dan kekeruhan berturut-turut berkisar antara 1-3.2 m dan 0.10-3.86 NTU. Parameter unsur hara (Nitrat, nitrit, ammonia dan ortofosfat) yang terukur, berturut-turut berkisar antara 0.556-1.113 mg/l, 0.001-0.097 mg/l, 0,001-0.067 mg/l. Sedangkan nilai DO, BOD dan COD yang terukur berturut-turut berkisar antara 6.98-7.92 mg/l, 0.34-6.59 mg/l dan 43.65-58.17 mg/l. Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan korelasi yang erat antara kelimpahan fitoplankton dengan ortofosfat dan kekeruhan sebesar 0.70 dan 0.67.

Page 4: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

HUBUNGAN STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DENGAN KONDISI FISIKA-KIMIA PERAIRAN PULAU

PRAMUKA DAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU

ANJAR ASMARA

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2005

Page 5: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

PRAKATA

Alkhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan

skripsi yang berjudul “Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan

Kondisi Fisika-Kimia di Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang,

Kepulauan Seribu” dapat penulis selesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. H Johan Basmi M.S sebagai Ketua

Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Ario Damar M.Si sebagai anggota, atas

segala saran dan masukkannya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada Ibu Dr. Ir. Etty Riany, M.S sebagai Pembimbing Akademik selama

penulis menyelesaikan studi. Ungkapan terima kasih kepada Ayahanda dan

Ibunda tercinta, serta keluarga yang telah memberikan dukungan do’a, moral,

material dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada teman-teman MSP 38 dan

sahabat-sahabatku, atas kerjasama, motivasi dan kepeduliannya selama ini.

Akhir kata penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari

kekurangan. Semoga dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, 13 Oktober 2005

Anjar Asmara

Page 6: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................…................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Pendekatan Masalah ............................................................................ . 2 C. Tujuan ................................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 3 B. Plankton ............................................................................................... . 4 1. Definisi Plankton ............................................................................ 4 2. Hubungan Zooplankton dan Fitoplankton ....................................... 6 C. Ekologi Plankton ................................................................................ 6 1. Suhu .............................................................................................. 6 2. Kecerahan...................................................................................... 7 3. Kekeruhan ..................................................................................... 8

4. Nitrogen ........................................................................................ 8 5. Fosfor ............................................................................................ 11 6. Salinitas......................................................................................... 13 7. pH ................................................................................................. 13 8. DO (Dissolved Oxygen) ................................................................. 14 9. BOD (Biological Oxygen Demand)................................................ 15 10. COD (Chemical Oxygen Demand) ............................................... 15

III. METODOLOGI A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 16 B. Alat dan Bahan ................................................................................... 16 C. Metode Penelitian

1. Lokasi Pengambilan Contoh .......................................................... 17 2. Parameter Fisika-Kimia ................................................................. 18 3. Parameter Biologi .......................................................................... 19

D. Pengumpulan Data .............................................................................. 19 E. Analisis Data ........................................................................................ 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Perairan ................................................................................. 25 B. Struktur Komunitas Plankton .............................................................. 31 C. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ................................. 42 D. Kesamaan Antar Stasiun Pengamatan ................................................. 46 E. Regresi Linier .................................................................................... 54

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ........................................................................................ 61

Page 7: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

B. Saran .................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 62

LAMPIRAN ............................................................................................. 65

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 90

DAFTAR TABEL

Page 8: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Halaman

1. Klasifikasi kesuburan perairan berdasarkan kandungan PO4-P........... 12

2. Parameter fisika kimia air yang diukur .............................................. 20

3. Kisaran nilai parameter fisika kimia di perairan Pulau Pramuka

selama pengamatan............................................................................... 25

4. Kisaran nilai parameter fisika kimia di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan............................................................................... 25

5. Persen saturasi oksigen di perairan Pulau Pramuka............................ 29

6. Persen saturasi oksigen di perairan Pulau Panggang .......................... 29

7. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) masing-masing stasiun di

perairan Pulau Pramuka........................................................................ 32

8. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) masing-masing stasiun di

perairan Pulau Panggang ...................................................................... 33

9. Kelimpahan zooplankton (ind/m3) masing-masing stasiun di

perairan Pulau Pramuka........................................................................ 35

10. Kelimpahan zooplankton (ind/m3) masing-masing stasiun di

perairan Pulau Panggang ..................................................................... 36

11. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi (C) fitoplankton di perairan Pulau Pramuka

selama pengamatan.............................................................................. 42

12. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi (C) fitoplankton di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan.............................................................................. 43

13. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi (C) zooplankton di perairan Pulau Pramuka

selama pengamatan.............................................................................. 44

14. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi (C) zooplankton di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan.............................................................................. 45

Page 9: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pendekatan studi................................................................... 2

2. Siklus nitrogen di laut........................................................................... 9

3. Siklus fosfor di laut .............................................................................. 11

4. Lokasi penelitian .................................................................................. 18

5. Kelimpahan fitoplankton tiap stasiun di perairan Pulau Pramuka

selama pengamatan .............................................................................. 33

6. Kelimpahan fitoplankton tiap stasiun di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan............................................................................... 34

7. Kelimpahan zooplankton tiap stasiun di perairan Pulau Pramuka

selama Pengamatan .............................................................................. 36

8. Kelimpahan zooplankton tiap stasiun di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan............................................................................... 37

9. Persentase kelimpahan fitoplankton masing-masing kelas di perairan

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang pada bulan Oktober...................... 38

10. Persentase kelimpahan fitoplankton masing-masing kelas di perairan

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang bulan November .......................... 39

11. Persentase kelimpahan fitoplankton masing-masing kelas di perairan

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang bulan Desember ........................... 39

12. Persentase kelimpahan zooplankton masing-masing kelas di perairan

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang bulan Oktober .............................. 40

13. Persentase kelimpahan zooplankton masing-masing kelas di perairan

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang bulan November .......................... 41

14. Persentase kelimpahan zooplankton masing-masing kelas di perairan

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang bulan Desember ........................... 42

15. Pengelompokan stasiun berdasarkan kesamaan kelimpahan

fitoplankton di perairan Pulau Pramuka ................................................ 47

16. Pengelompokan stasiun berdasarkan kesamaan kelimpahan

fitoplankton di perairan Pulau Panggang............................................... 48

Page 10: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

17. Pengelompokan stasiun berdasarkan kesamaan kelimpahan

zooplankton di perairan Pulau Pramuka................................................ 48

18. Pengelompokan stasiun berdasarkan kesamaan kelimpahan

zooplankton di perairan Pulau Panggang .............................................. 49

19. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan fitoplankton

di perairan Pulau Pramuka.................................................................... 50

20. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan zooplankton

di perairan Pulau Pramuka.................................................................... 50

21. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan fitoplankton

di perairan Pulau Panggang .................................................................. 51

22. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan zooplankton

di perairan Pulau Panggang .................................................................. 51

23. Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter fisika kimia di perairan

Pulau Pramuka. .................................................................................... 52

24. Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter fisika kimia di perairan

Pulau Panggang.................................................................................... 53

25. Pengelompokan secara temporal berdasarkan parameter fisika kimia di

perairan Pulau Pramuka........................................................................ 53

26. Pengelompokan secara temporal berdasarkan parameter fisika kimia di

perairan Pulau Panggang ...................................................................... 54

27. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan nitrat.................. 54

28. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan nitrit .................. 55

29. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan ammonia............ 56

30. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan ortofosfat........... 57

31. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan kekeruhan.......... 58

32. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan suhu................... 59

33. Regresi linier antara kelimpahan zooplankton dengan kekeruhan.......... 59

34. Regresi linier antara kelimpahan zooplankton dengan suhu .................. 60

Page 11: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Oktober 2004 Pulau Pramuka .... 65

2. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan November 2004 Pulau Pramuka. 66

3. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Desember 2004 Pulau Pramuka . 67

4. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Oktober 2004 Pulau Panggang... 68

5. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan November 2004 Pulau Panggang 69

6. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Desember 2004 Pulau Panggang 70

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0.51 tahun 2004

tentang baku mutu air laut untuk biota laut............................................ 71

3. Parameter fisika-kimia di perairan Pulau Pramuka............................... 72

9. Parameter fisika-kimia di perairan Pulau Panggang ............................. 73

10. Tabel ANOVA hasil analisis rgeresi antara kelimpahan plankton

dengan fisika-kimia perairan ............................................................... 74

11. Indeks similaritas Bray Curtis........................................................... 78

12. Curah hujan bulan Oktober dan November 2004 ............................... 86

13. Curah hujan bulan Desember 2004 .................................................... 87

14. Jenis-jenis plankton yang ditemukan ................................................. 88

I. PENDAHULUAN

Page 12: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

A. Latar Belakang

Kondisi suatu lingkungan perairan merupakan suatu sistem yang kompleks

dan terdiri dari berbagai macam parameter yang saling berpengaruh satu sama

lainnya. Beberapa parameter tersebut antara lain parameter fisika, kimia dan

biologi. Plankton sebagai salah satu parameter biologi dipengaruhi oleh

parameter lainnya dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam

menunjang kehidupan organisme lainnya. Plankton dapat dibagi menjadi

fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer

yaitu organisme yang dapat mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa

organik dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Keberadaan

zooplankton sangat dipengaruhi oleh adanya fitoplankton, karena fitoplankton

merupakan sumber makanan bagi zooplankton. Selain dipengaruhi oleh

fitoplankton, kelimpahan zooplankton juga dipengaruhi oleh kualitas air sebagai

pendukung kehidupan plankton. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama

yang menghubungkan fitoplankton dengan karnivora kecil maupun besar, yang

sangat mempengaruhi rantai makanan di dalam perairan. Plankton merupakan

mata rantai yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme lainnya,

sehingga perlu dikaji. Pengkajian tersebut diharapkan dapat memberikan

gambaran terhadap produktivitas perairan sehingga dapat dipergunakan sebagai

kebijakan dalam pengelolaan di perairan kedua pulau tersebut.

Kepulauan Seribu yang terletak ± 45-47 km sebelah utara Jakarta,

merupakan gugusan pulau karang. Secara administratif, kawasan ini termasuk

Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta Utara. Pulau-pulau di

Kepulauan Seribu berkeping 0-7 m diatas permukaan laut. Pulau Pramuka dan

Pulau Panggang merupakan dua pulau yang termasuk kedalam wilayah kerja

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kegiatan manusia seperti pariwisata,

perikanan budidaya, pemukiman penduduk dan jalur transportasi di kedua pulau

ini akan berdampak terhadap kondisi fisika, kimia dan biologi perairan. Dampak

yang disebabkan oleh manusia ini adalah seperti rusaknya habitat biota laut dan

kerusakan ekosistem termasuk didalamnya perubahan struktur komunitas

Page 13: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

plankton, sehingga perlu dilakukan pengkajian tentang struktur komunitas

plankton dengan kondisi lingkungan perairan daerah tersebut.

B. Pendekatan Masalah

Plankton dalam perairan dapat perairan dapat menyebar secara acak atau

mengelompok. Keberadaan plankton dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya

seperti kondisi fisika, kimia dan biologi perairan. Kegiatan manusia seperti

transportasi, budidaya, pariwisata secara langsung atau tidak langsung dapat

mengakibatkan perubahan badan air. Hal tersebut menyebabkan perubahan

struktur komunitas biota di dalamnya yang diantaranya adalah plankton.

Secara sederhana pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1. Kerangka pendekatan studi

C. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas plankton secara

spasial dan temporal yang meliputi kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman

dan dominansi serta hubungannya dengan beberapa parameter fisika-kimia di

perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

Kegiatan di Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang : - Transportasi - Pariwisata - Budidaya - Pemukiman Penduduk

Kondisi Fisika, kimia dan biologi perairan (suhu, kecerahan, kekeruhan, salinitas, pH, DO, COD, NO2, NO4, PO4, kompetisi, grazing dsb)

Plankton (fitoplankton, zooplankton)

Distribusi, komposisi (Spasial, temporal)

Struktur komunitas plankton (Kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi)

Page 14: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Pulau Panggang merupakan satu dari enam kelurahan yang ada di

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Kelurahan ini termasuk wilayah

Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Secara geografis kelurahan yang terdiri dari

13 pulau ini terletak pada posisi geografis 5o40’00” –5o47’00” LS dan 106 o8’00” –

106o28’00’ BT. Luas Kelurahan Pulau Panggang meliputi areal perairan hampir

sekitar ± 58,5 km2 dan panjang garis pantai 22,74 km (Suwandi dkk, 2001 in

Abdurrohman, 2005). Sembilan pulau dari gugus pulau di kelurahan Pulau

Panggang termasuk dalam wilayah kerja Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu

sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 185/Kpts-II/1997 tanggal

31 Maret 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dan Unit

Taman Nasional. Menurut ketentuan di atas pulau-pulau tersebut yaitu Pulau

Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Karya, Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil,

Pulau Opak Kecil, Pulau Karang Bongkok, Pulau Karang Congkak dan Pulau

Semak Daun termasuk zona pemanfaatan tradisional yang mempunyai fungsi

sebagai penyaring dampak negatif dari kegiatan manusia di dalam maupun di luar

kawasan. Keberadaan zona ini sangat penting bagi kawasan konservasi laut,

sebab untuk menentukan garis batas yang tegas di kawasan Taman Nasional

Kepulauan Seribu sangat sulit dilakukan. Disamping itu Pulau Semak Daun

merupakan pulau Cagar Alam dengan fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yaitu tempat bertelur, mencari makan

dan tumbuh menjadi dewasa penyu sisik (Eretmochelys imbricata) serta tempat

beristirahatnya burung-burung yang dilindungi seperti raja udang (Halycon

capensis), camar laut (Larus sp), pecuk ular (Anhinga melanogaster) dan dara laut

(Ducula bicolor) (Abdullah, 2000).

Dari 13 pulau-pulau yang ada di Kelurahan Pulau Panggang hanya dua

pulau ada pemukimannya, yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Pulau

Pramuka saat ini merupakan Ibukota Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

Pulau-pulau lain dimanfaatkan untuk berbagai tujuan antara lain yaitu resort

wisata dan cottage pribadi (Pulau Air), untuk PHU penghijauan (Pulau Karang

Page 15: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Bangkok, Pulau Karang Congkak, Pulau Kotok Kecil). Pulau Peniki

dipergunakan untuk kepentingan lalu lintas kapal (mercu suar).

Perairan Kelurahan Pulau Panggang merupakan daerah penangkapan ikan

dan sumber daya hayati lain (seperti rumput laut, padang lamun, terumbu karang

dan lain-lain). Kegiatan perikanan tangkap dilakukan di sekitar Taman Nasional

Laut Kepulauan Seribu di zona pemanfaatan tradisional. Sebagaimana di kawasan

Kepulauan Seribu lainnya, beberapa lokasi di kawasan pantai maupun di pulau-

pulau kecil yang tersebar di kelurahan Pulau Panggang berpotensi sebagai tempat

kegiatan wisata dan rekreasi. Hal ini menarik investor untuk berinvestasi

(Abdullah, 2000).

B. Plankton

1. Definisi Plankton

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun

1887, berasal dari bahasa Yunani yang artinya mengembara (Welch, 1952 in

Basmi, 1999). Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air

atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu

dipengaruhi oleh gerakan masa air.(Odum, 1971; Newell dan Newell, 1977).

Nybakken (1992) membagi plankton berdasarkan ukuran plankton dalam

lima golongan yaitu : megaplankton ialah organisme planktonik yang berukuran

lebih dari 2000 µm, makroplankton ialah organisme planktonik yang berukuran

200-2000 µm, sedangkan mikroplankton berukuran 20-200 µm. Ketiga golongan

lainnya yaitu nanoplankton yang berukuran 2-20 µm, dan ultrananoplankton

organisme yang memiliki ukuran kurang dari 2 µm. Plankton dapat dibagi

menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang terdiri dari tumbuhan renik bebas

bergerak dan mampu berfotosintesis sedangkan zooplankton ialah hewan yang

bersifat planktonik.

Fitoplankton merupakan nama umum untuk plankton tumbuhan atau

plankton nabati yang terdiri dari beberapa kelas. Beberapa kelas dari fitoplankton

yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan adalah dari kelas diatom (kelas

Bacillariophyceae), Dinoflagellata (kelas Dinophyceae) dan ganggang hijau (kelas

Chlorophyceae). Keberadaan fitoplankton dalam perairan yang melimpah dapat

Page 16: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

menyebabkan terjadinya blooming algae atau biasa disebut red tide (pasang

merah) yang dapat menyebabkan invertebrata dan ikan mati secara masal serta

merugikan petambak. Zooplankton berbeda dengan fitoplankton baik jumlah fila

maupun dalam daur hidupnya. Semua fila hewan terwakili didalam kelompok

zooplankton yaitu mulai dari filum Protozoa sampai filum Chordata (hewan

bertulang belakang). Dilihat dari cara hidupnya dibedakan atas holoplankton dan

meroplankton (Goldman and Horne (1983) in Basmi, 1988). Holoplankton adalah

plankton hewani yang seluruh masa hidupnya dilalui sebagai plankton seperti

Chaetognata dan Copepoda sedangkan meroplankton adalah plankton hewan yang

masa awal dari siklus hidupnya dilalui sebagai plankton dan sesudah dewasa akan

hidup menjadi nekton atau benthos. Zooplankton dijumpai hampir diseluruh

habitat akuatik tetapi kelimpahan dan komposisinya bervariasi tergantung kepada

keadaan lingkungan dan biasanya terkait erat dengan perubahan musim. Faktor

fisika-kimia seperti suhu, intensitas cahaya, salinitas, pH dan zat pencemar

memegang peranan penting dalam menentukan keberadaan (kelimpahan) dari

jenis plankton di perairan. Sedangkan faktor biotik seperti tersedianya pakan,

banyaknya predator dan adanya pesaing dapat mempengaruhi komposisi spesies

(Nybakken, 1992).

Keberadaan fitoplankton dalam suatu perairan sangat penting karena :

1. Fitoplankton merupakan organisme autotrof (produsen primer) dan

penghasil oksigen dalam perairan.

2. Fitoplankton merupakan makanan alami zooplankton dan beberapa jenis

ikan kecil maupun dewasa.

3. Fitoplankton yang mati akan tenggelam ke dasar perairan dan akan

diuraikan oleh bakteri menjadi bahan organik (Wetzel, 2001).

Dalam proses fotosintesisnya, fitoplankton memanfaatkan dan mengubah

unsur-unsur anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan cahaya matahari.

Kemampuan dalam menyerap cahaya matahari oleh seluruh permukaan sel

menjadikan peranannya lebih penting dari pada tanaman air (Davis, 1955).

Plankton dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan. Perairan yang

tercemar menyebabkan perubahan struktur komunitas plankton terutama pada

keanekaragaman jenis (spesies diversity). Fitoplankton dapat digunakan sebagai

Page 17: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

indikator kualitas perairan, dimana perairan eutrof ditandai dengan adanya

blooming spesies tertentu dari fitoplankton (Boyd,1979).

2. Hubungan Zooplankton dan Fitoplankton

Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton Harvey et

al. (1935) in Basmi (1988) dan Nybakken (1992) dengan mengemukakan teori

grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat populasi zooplankton

yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun karena dimangsa oleh

zooplankton. Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti laju pertumbuhan yang

differensial, zooplankton mempunyai siklus reproduksi lebih lambat maka untuk

mencapai populasi maksimum akan membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan fitoplankton. Steeman-Nielsen (1975) in Basmi (1988). Ada

hubungan yang sangat erat antara fitoplankton dengan zooplankton, pada musim

panas jumlah fitoplankton akan melebihi zooplankton sedangkan pada musim

penghujan jumlah fitoplankton menurun akibat berkurangnya sinar matahari

sehingga jumlah zooplankton melebihi fitoplankton.

C. Ekologi Plankton

Plankton sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (fisika, kimia dan

biologi) di sekitarnya, seperti :

1. Suhu

Suhu merupakan parameter penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh

secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di laut. Menurut

Pescod (1973), suhu air mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan.

Pengaruh suhu secara langsung menentukan kehadiran dari spesies akuatik,

mempengaruhi pemijahan, penetasan, aktivitas dan pertumbuhan organisme.

Sedangkan secara tidak langsung dapat menyebabkan perubahan kesetimbangan

kimia. Suhu juga merupakan fungsi dari kelarutan gas-gas dalam air laut dimana

kelarutan akan meningkat pada saat temperatur rendah (Sumich,1992). Pengaruh

secara tidak langsung terjadi pada keberadaan unsur hara di laut. Hal ini dikaitkan

dengan laju metabolisme organisme air, dimana pada suhu yang tinggi laju

metabolisme akan meningkat. Proses metabolisme ini biasanya merupakan

Page 18: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

pemanfaatan hasil fotosintesis yang akan mempengaruhi proses regenerasi unsur

hara. Tingginya suhu air berkaitan dengan besarnya intensitas cahaya matahari

yang masuk ke perairan, karena intensitas cahaya yang masuk menentukan derajat

panas. Semakin banyak sinar matahari yang masuk maka suhu semakin tinggi

dan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan suhu menurun Welch (1980)

in Basmi (1999). Radiasi sinar matahari hanya dapat menghangatkan sebagian

kecil lapisan air di permukaan, lebih dari 90 % panas yang ada dapat diserap

hingga kedalaman 20 meter pada perairan yang jernih, dan hingga kedalaman 4

meter untuk perairan pesisir, lebih dari itu pemanasan yang terjadi diakibatkan

oleh pencampuran massa air laut lapisan dalam dengan massa air di permukaan.

Menurut Nontji (1987) suhu air dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-

faktor yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembapan udara,

kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu, suhu di

permukaan biasanya mengikuti pola musiman. Dalam setahun terdapat dua suhu

maksimum masing-masing terjadi pada musim peralihan awal tahun sekitar awal

April-Mei dan musim peralihan akhir sekitar bulan November. Hal ini terjadi

karena pada musim peralihan angin biasanya lemah dan laut sangat tenang

sehingga proses pemanasan di permukan dapat terjadi lebih kuat. Pada musim

barat sekitar Desember-Februari suhu turun mencapai minimum yang bertepatan

pula dengan angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi. Rendahnya suhu pada

musim barat disebabkan oleh masukan air hujan dan dan masukan massa air dari

timur laut yang dingin. Pada musim barat suhu air permukaan lebih rendah yakni

antara 26 – 27•C di Perairan Laut China Selatan. Suhu permukaan air di Perairan

Nusantara umumnya berkisar antara 28 – 30•C.

2. Kecerahan

Kecerahan air ditunjukkan dengan kedalaman secchi disk. Kedalaman

secchi disk berhubungan erat dengan intensitas sinar matahari yang masuk ke

suatu perairan. Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat

ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan–bahan organik maupun

anorganik yang tersuspensi dalam perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan

detritus (Sumich, 1992).

Page 19: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Kedalaman secchi disk merupakan ukuran kejernihan perairan yang

menggambarkan sifat optik perairan terhadap transmisi cahaya. Kedalaman

secchi disk merupakan faktor yang menentukan produktivitas primer perairan.

Semakin tinggi kedalaman secchi disk semakin dalam penetrasi cahaya ke dalam

air, yang selanjutnya akan meningkatkan ketebalan lapisan air yang produktif.

Tebalnya lapisan air yang produktif memungkinkan terjadinya pemanfaatan unsur

hara secara kontinyu oleh produsen primer, akibatnya kandungan unsur hara

menjadi berkurang yang selanjutnya produsen primer dibatasi oleh tingkat

regenerasi unsur hara (Sumich, 1992).

3. Kekeruhan

Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang

ditentukan berdasarkan banyaknya sinar (cahaya) yang dipancarkan dan diserap

oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut (APHA,1989). Kekeruhan yang

tampak di perairan dapat berasal dari bahan-bahan tersuspensi seperti : lumpur,

pasir, bahan organik dan anorganik, plankton dan organisme mikroskopik lainnya.

Kekeruhan yang tinggi dapat menganggu proses respirasi organisme perairan

karena akan menutupi insang ikan. Kekeruhan juga menghalangi penetrasi cahaya

matahari ke dalam air sehingga secara tidak langsung mengganggu proses

fotosintesis fitoplankton.

4. Nitrogen

Senyawa nitrogen terdapat di perairan laut dalam bentuk yang beragam

mulai dari molekul nitrogen terlarut hingga bentuk anorganik dan organik.

Senyawa nitrogen merupakan salah satu senyawa yang sangat penting dalam air

laut (Saeni, 1989). Senyawa nitrogen dalam air laut terdapat dalam tiga bentuk

yaitu ammonia, nitrit dan nitrat. Senyawa nitrogen tersebut sangat dipengaruhi

oleh kandungan oksigen bebas dalam air. Pada saat oksigen rendah, nitrogen

bergerak menuju ammonia, sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi nitrogen

bergerak menuju nitrat. Dengan demikian, nitrat merupakan akhir dari oksidasi

nitrogen dalam air (Hutagalung dan Rozak, 1997). Unsur nitrogen yang terdapat

Page 20: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

dalam senyawa nitrat merupakan zat-zat hara anorganik utama yang diperlukan

oleh pertumbuhan fitoplankton.

Menurut Millero dan Sohn (1992) keberadaan nitrat di lapisan permukaan

laut juga diatur oleh proses biologi dan fisika. Pemanfaatan nitrat oleh

fitoplankton terjadi selama berlangsung proses fotosintesis dan bergantung pada

intensitas matahari. Proses regenerasi NO3- sebagian oleh bakteri pengoksidasi

dari nitrogen organik, yang kemudian melepaskan NH4+ dan PO4

2-, selanjutnya

NH4+ akan mengalami oksidasi menjadi NO3

- seperti terlihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Siklus nitrogen di laut (Milero dan Sohn, 1992)

Bentuk senyawa nitrogen yang paling dominan adalah ion nitrat (NO3

-) dan

sangat penting bagi pertumbuhan fitoplankton. Sedangkan ammonia (NH3)

adalah hasil buangan yang penting dari zooplankton yang selanjutnya siap untuk

dioksidasi menjadi ion nitrit (NO2-) dan tahap berikutnya akan dioksidasi kembali

menjadi ion nitrat (NO3-). Pada kondisi yang anoksik, penurunan nitrat menjadi

ammonia atau molekul nitrogen dapat terjadi oleh bakteri denitrifikasi.

Nitrat (NO3-) adalah nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan algae.

Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil yang dihasilkan dari proses

oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Konsentrasi nitrat di suatu

perairan diatur dalam proses nitrifikasi. Nitrifikasi yang merupakan proses

oksidasi ammonia yang berlangsung dalam kondisi aerob menjadi nitrit dan nitrat

adalah proses penting dalam siklus nitrogen. Oksidasi ammonia (NH3) menjadi

nitrit (NO2) dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit (NO2)

Page 21: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

menjadi nitrat (NO3) dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini

adalah bakteri kemotrofik yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses

kimiawi (Effendi, 2003).

Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) distribusi vertikal nitrat di laut

menunjukkan bahwa kadar nitrat semakin tinggi bila kedalaman laut bertambah

dan dari distribusi horizontal kadar nitrat semakin tinggi menuju pantai. Hal ini

dikarenakan masuknya bahan-bahan organik ke dalam perairan melalui sungai dan

run off dari daratan dan limbah rumah tangga (Brotowidjoyo et al, 1995).

Konsentrasi nitrat pada lapisan eufotik ditentukan oleh transfer advektif dari nitrat

ke lapisan permukaan, oksidasi ammonia oleh mikroba dan pemanfaatan oleh

produsen primer. Jika penetrasi cahaya matahari ke dalam air cukup, tingkat

pemanfaatan nitrat oleh oleh produsen primer biasanya lebih cepat daripada

transpor nitrat ke lapisan permukaan. Oleh karena itu, konsentrasi nitrat di hampir

semua perairan pada lapisan permukaan mendekati nol Grashoff et al., (1983) in

Hutagalung dan Rozak (1997).

Ammonia (NH3) dan garam–garamnya bersifat mudah larut dalam air laut.

Sumber ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein

dan Urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air. Selain itu,

sumber ammonia dapat berasal dari dekomposisi bahan organik (biota akuatik

yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur dikenal dengan istilah

ammonifikasi. Ammonia dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik.

Persentase ammonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu

perairan. Toksisitas ammonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan

penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu (Effendi, 2003). Konsentrasi

ammonia di perairan laut menunjukkan variasi yang tinggi dan dapat berubah

dengan cepat. Seringkali bentuk kelimpahan tertinggi dari nitrogen anorganik

pada lapisan permukaan setelah periode produktivitas yaitu ketika fitoplankton

berkembang melepaskan bagian yang terbesar dari nitrat dan fosfat. Pada proses

asimilasi oleh fitoplankton, ammonia digunakan untuk sintesa protein.

Page 22: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

5. Fosfor

Unsur fosfor merupakan salah satu unsur esensial bagi pembentukan protein

dan metabolisme sel organisme. Fosfat merupakan salah satu zat hara yang

diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

hidup organisme di laut (Nybakken, 1992). Fosfat yang terdapat dalam air laut

baik terlarut maupun tersuspensi keduanya berada dalam bentuk anorganik dan

organik. Senyawa fosfat anorganik yang terkandung dalam air laut umumnya

berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat, H3PO4, kira–kira 10 % dari fosfat

anorganik terdapat sebagai ion PO43- dan sebagian besar (90 %) dalam bentuk

HPO42- (Hutagalung dan Rozak, 1997).

Fosfor yang diserap oleh organisme tumbuhan adalah dalam bentuk

orthofosfat. Sumber fosfor dalam perairan dapat berasal dari udara, pelapukan

batuan, dekomposisi bahan organik, pupuk buatan (limbah pertanian), limbah

industri, limbah rumah tangga dan mineral-mineral fosfat (Saeni, 1989). Fosfor

sering dianggap sebagai faktor pembatas, hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa

fosfor sangat diperlukan dalam transfer energi.

Berdasarkan uraian di atas, siklus fosfor di laut dapat dilihat seperti dalam

Gambar 3.

Gambar 3. Siklus fosfor di laut (Millero dan Sohn, 1992)

Page 23: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Berdasarkan siklus fosfor di laut (Gambar 3), Millero dan Sohn (1992)

menggambarkan bahwa keberadaan berbagai bentuk fosfat di laut dikendalikan

oleh proses biologi dan fisika. Pemanfaatan fosfat oleh fitoplankton terjadi

selama proses fotosintesis. Ketika fitoplankton mati, fosfor organik dengan cepat

berubah menjadi fosfat. Banyak fitoplankton dimakan oleh zooplankton yang

dalam prosesnya menghasilkan fosfat. Hidrolisis fosfor organik terjadi dengan

cepat melalui proses fosforilases. Proses dekomposisi fitoplankton yang mati juga

berperan dengan bantuan bakteri untuk menghasilkan fosfor anorganik. Bentuk

polifosfat di daerah pantai dan sungai banyak yang berasal dari deterjen dan jika

mengalami degradasi akan menghasilkan ortofosfat.

Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) secara umum kandungan fosfat

meningkat terhadap kedalaman. Kandungan fosfat yang rendah dijumpai di

permukaan dan kandungan fosfat yang lebih tinggi dijumpai pada perairan yang

lebih dalam. Keberadaan unsur hara di suatu lokasi perairan merupakan

kontribusi kompleks yang bersumber dari proses upwelling, transportasi

horizontal massa air (arus permukaan), suplai dari sistem sungai (daratan) dan

proses kehidupan dalam perairan tersebut (Sanusi, 1994). Sehubungan dengan

kebutuhan bagi pertumbuhan fitoplankton, kisaran ortofosfat yang optimum

adalah 0,09–1,80 ppm. Mackentum (1969) in Basmi (1999) senyawa ortofosfat

merupakan faktor pembatas bila kadarnya di bawah 0,004 ppm, sementara pada

kadar lebih dari 1,0 ppm PO4-P dapat menimbulkan blooming. Berdasarkan

klasifikasi kesuburan yang disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa

konsentrasi fosfat yang optimum terdapat di perairan dengan tingkat kesuburan

yang sedang hingga tinggi.

Tabel 1. Klasifikasi kesuburan perairan berdasarkan kandungan PO4-P (Yoshimura, 1969 in Sanusi, 1994)

Kisaran Nilai PO4-P (ppm ) Tingkat Kesuburan 0,000 – 0,020 Rendah

0,021 – 0,050 Sedang

0,051 – 0,100 Tinggi

> 0,201 Sangat tinggi

Page 24: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

6. Salinitas

Salinitas adalah jumlah gram garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan

dinyatakan dalam satuan perseribu (Nybakken, 1992). Selanjutnya dinyatakan

bahwa dalam air laut terlarut bermacam-macam garam terutama natrium klorida.

Selain itu terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya

(Nontji, 1987). Sebaran salinitas di laut di pengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain pola sirkulasi, penguapan, curah hujan dan aliran sungai.

Pada bulan Februari arus musim barat bergerak dari Laut China Selatan

menuju Laut Jawa dan Flores. Pada bulan Agustus situasi ini berbalik dengan

berkembangnya musim timur. Saat itu adalah musim kemarau di bagian barat

Indonesia hingga pengenceran di Paparan Sunda terjadi lebih sedikit. Air

bersalinitas tinggi berbalik arah, kini mengalir dari timur mendorong air

bersalinitas rendah kembali ke barat. Akibat isohaline 33 ‰ menyusup masuk

sampai ke pertengahan Laut Jawa kira-kira sampai di utara Semarang (Nontji,

1987). Salinitas laut terbuka umumnya hanya berkisar antara 33 ‰ hingga 37 ‰

tergantung dari seberapa besar proses evaporasi dan curah hujan yang terjadi

(Royce,1973).

7. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan

dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Karbonat, hidroksida

dan bikarbonat akan meningkatkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam

mineral bebas dan asam bikarbonat meningkatkan keasaman (Saeni,1989).

Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis

misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam

perairan tersebut (Pescod, 1973). Perubahan nilai pH air laut (asam atau basa)

akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Keberadaan

unsur hara di laut secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai

pH. Jika nilai pH di laut bersifat asam berarti kandungan oksigen terlarut rendah.

Hal ini akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam proses dekomposisi

bahan organik. Salah satunya terjadi proses denitrifikasi yaitu proses

mikrobiologi dimana ion nitrat dan nitrit diubah menjadi molekul nitrogen (N2).

Page 25: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Produksi akhir dari proses tersebut akan menghasilkan gas inert yang tidak dapat

dipakai secara langsung. Akibatnya kandungan unsur hara yang dapat

dimanfaatkan akan menurun. pH di perairan laut umumnya berkisar antara 8.1-

8.3 pada lapisan permukaan. Pada perairan yang lebih dalam dimana kandungan

oksigen lebih rendah, nilai pH umumnya 7.5, dan di lapisan dasar yang stagnan

serta ditemui adanya gas H2S nilai pH biasanya • 7.0.

8. DO (Dissolved Oxygen)

DO menunjukkan banyaknya oksigen terlarut yang terdapat di dalam air

yang dinyatakan dalam ppm. Oksigen di perairan berasal dari proses fotosintesis

dari fitoplankton atau jenis timbuhan air, dan melalui proses difusi dari udara

(APHA,1989). Senyawaan oksigen di air terdapat dalam dua bentuk ; yaitu terikat

dengan unsur lain (NO3-, NO2

-, PO4-,CO2,CO3

-, dll) dan dalam bentuk senyawa

bebas (O2). Kadar oksigen terlarut dalam perairan alami tergantung pada suhu,

salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer (Effendi, 2003). Kadar oksigen

terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman tergantung pada

pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) masa air, aktifitas fotosintesis,

respirasi dan limbah (effluent) yang masuk kedalam badan air. Penurunan DO di

air dapat terjadi karena suhu yang tinggi, proses respirasi, masukan bahan organik,

proses dekomposisi serta tingginya salinitas. Penurunan oksigen terlarut dalam

air dapat disebabkan karena suhu yang tinggi, proses respirasi, masukan bahan

organik, proses dekomposisi serta tingginya salinitas. Kelarutan oksigen dan gas-

gas lainnya juga berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen

di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar (Effendi,

2003).

Oksigen sangat penting bagi hampir seluruh kehidupan organisme, sehingga

keberadaanya sangat membatasi distribusi dari berbagai jenis tumbuhan dan

hewan. Berkurangnya kadar oksigen di perairan disebabkan oleh beberapa hal

yaitu ; pertama proses respirasi dari jenis tumbuhan, hewan dan bakteri di semua

kolom perairan. Kedua perpindahan oksigen dari permukaan air yang kadar

oksigennya lewat jenuh (supersaturasi) ke atmosphere. Ketiga reaksi kimia yang

terjadi dalam air (Royce, 1973).

Page 26: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

9. BOD5 (Biological Oxygen Demand)

BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh dekomposer

(bakteri) untuk menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan-bahan

anorganik (dekomposisi aerobik) selama periode waktu tertentu, sehingga BOD

menunjukkan tingkat kebutuhan oksigen untuk proses dekomposisi secara

biologis (Effendi, 2003). Tinggi rendahnya BOD ditentukan oleh suhu, densitas

plankton, keberadaan mikroba serta jenis dan keberadaan bahan organik yang

terdapat dalam perairan.

10. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD menggambarkan tingkat kebutuhan oksigen untuk penguraian bahan

oganik baik secara kimiawi maupun biologis atau dalam kata lain menyatakan

jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik

yang terdapat di perairan menjadi CO2 dan H2O. Seperti halnya BOD, nilai COD

akan meningkat dengan semakin banyaknya bahan organik yang terdapat di

perairan. Dalam hal ini, nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD.

Page 27: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang

pada bulan Oktober-Desember 2004. Waktu pengambilan sampel air dilakukan

antara pukul 09.00-13.00 WIB pada waktu air surut di perairan kedua pulau

tersebut. Pengambilan sampel air dan plankton dilakukan sekali dalam sebulan

dan bulan Oktober dan November termasuk dalam musim peralihan, sedangkan

bulan Desember merupakan awal musim penghujan (Arinardi et al, 1997).

Analisis fisika dan kimia air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen

Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Sedangkan analisis plankton, dilakukan di Laboratorium

Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel plankton antara

lain: ember volume 10 liter, botol sampel 30 ml, plankton net ukuran 45µm dan 3-

5 tetes Lugol sebagai pengawet. Identifikasi sampel plankton dilakukan dengan

menggunakan mikroskop dan Sedgewick Rafter Cell (volume 1ml) dengan metode

penyapuan dan buku identifikasi plankton dari Yamaji (1966) baik untuk sampel

fitoplankton maupun zooplankton.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah Kemmerer water sampler,

DO meter model TOA DO-20A dengan tingkat ketelitian 0.01 mg/l, secchi disk

diameter 20 cm, turbidimeter model CORONA OT-11, spektrofotometer model

MILTON ROY SPECTRONIC 20D, hand refraktometer model ATAGO tipe

8803, botol sampel volume 500 ml, pH meter model TOA HM-11p dengan

tingkat ketelitian 0.01, thermometer Hg, GPS (Global Positioning System), Ice

Box dan peralatan lain untuk analisis kualitas air. Pengukuran parameter fisika-

kimia perairan dilakukan pada dua tempat, yaitu lapang (in-situ) dan di

laboratorium (ex-situ). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini

Page 28: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

diantaranya adalah es (pendingin sampel), H2SO4 dan bahan-bahan lain yang

digunakan untuk analisa kualitas air.

C. Metode Penelitian

1. Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh

Pengambilan sampel air dilakukan di enam stasiun yang dibedakan

berdasarkan karakteristik masing-masing stasiun. Stasiun pengamatan tersebut

meliputi :

Stasiun pengamatan Pulau Pramuka:

• Stasiun 1 : Daerah dengan karakteristik pelabuhan

• Stasiun 2 : Daerah dengan karakteristik perairan terbuka.

• Stasiun 3 : Daerah dengan karakteristik dekat pemukiman penduduk.

• Stasiun 4 : Daerah dengan karakteristik lamun

• Stasiun 5 : Daerah dengan karakteristik tempat budidaya (bandeng)

• Stasiun 6 : Daerah dengan karakteristik tempat penanaman mangrove.

Stasiun pengamatan Pulau Panggang :

• Stasiun 1 : Daerah dengan karakteristik pelabuhan

• Stasiun 2 : Daerah dengan karakteristik dekat pemukiman penduduk.

• Stasiun 3 : Daerah dengan karakteristik bekas pelabuhan

• Stasiun 4 : Daerah dengan karakteristik lamun

• Stasiun 5 : Daerah dengan karakteristik budidaya

• Stasiun 6 : Daerah dengan karakteristik pangkalan perahu.

Letak dan posisi stasiun penelitian tersebut dapat dilihat dalam Gambar 4.

Page 29: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Gambar 4. Lokasi dan stasiun penelitian (Awaludin, 2002).

2. Parameter Fisika-Kimia

Parameter fisika kimia perairan yang dianalisis terdiri dari 12 parameter.

Parameter fisika kimia dianalisis secara insitu dan exsitu seperti yang terlihat

dalam Tabel 2. Analisis secara exsitu dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan

Departemen Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan berupa analisis contoh air. Pengukuran parameter suhu menggunakan

termometer Hg, parameter salinitas diukur dengan menggunakan hand

refraktometer, parameter pH diukur dengan pH meter, kecerahan perairan diukur

dengan menggunakan secchi disk dengan diameter 20 cm, dan oksigen terlarut

diukur dengan alat DO meter.

Contoh air diperoleh dengan mengambil pada kedalaman sampai 50 cm dari

permukaan perairan sebanyak 1200 ml dengan menggunakan Kemmerer water

Page 30: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

sampler sebanyak satu kali untuk masing-masing stasiun pengamatan. Contoh air

yang sudah diambil kemudian dimasukan kedalam botol sampel ukuran 500 ml

dan diawetkan dengan menggunakan H2SO4 pekat sebanyak 0,5 ml atau sekitar 10

tetes sampai pH 2 untuk analisis parameter nitrat dan COD, sedangkan untuk

parameter nitrit, ammonia, ortofosfat, diawetkan dengan HgCl sebanyak 0,5 ml

(10 tetes). Selanjutnya air sampel dimasukan kedalam ice box kemudian dibawa

ke laboratorium dan disimpan di dalam freezer untuk di analisis. Waktu dari

pengambilan sampel sampai dianalisis kurang lebih 24 jam, sebelum dianalisis

sampel air setelah dikeluarkan dari freezer kemudian dibiarkan terlebih dahulu

sampai kondisi suhunya normal pada suhu kamar antara 26-28 •C . Parameter

kekeruhan diukur dengan menggunakan turbidimeter, parameter BOD dan COD

dilakukan secara titrasi, sedangkan untuk parameter nitrat, nitrit, ammonia, dan

ortofosfat dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang

masing-masing untuk parameter nitrat, nitrit, ammonia, dan ortofosfat sebesar 410

nm, 543 nm, 640 nm, dan 880 nm.

3. Parameter Biologi

Parameter biologi yang dianalisis adalah fitoplankton dan zooplankton.

Sampel fitoplankton diambil dengan cara menyaring air lapisan permukaan

sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember volume 10 liter. Sampel tersebut

disaring menggunakan plankton net dengan ukuran 45 µm, air sampel yang

tersaring dimasukan dalam botol sampel volume 30 ml dan diawetkan dengan

menggunakan pengawet Lugol sebanyak 3-5 tetes. Saat analisis, diambil

sebanyak 1 ml menggunakan pipet dan diamati dengan menggunakan Sedgewick

Rafter Cell (volume 1ml) dan mikroskop.

D. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data primer hasil pengamatan secara langsung di

lapangan dan hasil analisis di laboratorium, seperti terlihat dalam Tabel 2.

Page 31: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Tabel 2. Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur. Parameter Unit Alat Metode Analisis

A. Fisika 1. Suhu •C Termometer Pemuaian Insitu 2. Kecerahan meter Secchi Disk Visual Insitu 3. Kekeruhan NTU Turbidity meter Refraksi cahaya Laboratorium B. Kimia 1. pH - pH meter Visual Insitu 2. Salinitas ‰ Refraktometer Refraksi cahaya Insitu 3. Oksigen Terlarut mg/l DO meter Elektroda Insitu 4. Nitrogen

a. Nitrat mg/l Spektrofotometer Brucine Laboratorium b. Nitrit mg/l Spektrofotometer Indophenol Laboratorium c. Ammonia mg/l Spektrofotometer Sulfanilamide Laboratorium

5. Ortofosfat Spektrofotometer Molybdate ascorbic acid Laboratorium

6. BOD mg/l Titrasi Winkler Laboratorium

7. COD mg/l Titrasi Incubation Reflux Laboratorium

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan

membandingkan data hasil pengolahan dengan referensi yang ada dan standar

baku mutu air laut bagi peruntukan kegiatan perikanan berdasarkan Kep MENLH

No. 51 Tahun 2004 untuk melihat kondisi perairan secara umum. Hasil

pembandingan tersebut selanjutnya digunakan untuk penarikan kesimpulan

mengenai kondisi kualitatif perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang pada

penelitian.

1. Analisis Kelimpahan

Kelimpahan plankton didefinisikan sebagai jumlah individu atau sel per

satuan volume (dalam m3). Untuk fitoplankton dinyatakan dalam sel/m3,

sedangkan zooplankton dinyatakan dalam ind/m3. Jumlah individu atau sel

plankton dalam 1 m3 air dihitung dengan menggunakan metode penyapuan

sebanyak 2 kali ulangan yaitu sebagai berikut (Basmi, 2000):

N = ni x 1/Vd x Vt/Vs x 1000

Dengan ketentuan :

N = Jumlah total individu atau sel plankton per m3 (ind/m3)

Page 32: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

ni = Jumlah individu atau sel spesies ke-i yang tercacah

Vd = Volume air yang disaring (liter)

Vt = Volume air tersaring (30ml)

Vs = Volume sampel di bawah gelas penutup (ml)

1000 = Konversi dalam m3

2. Analisis Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman jenis adalah suatu pernyataan atau penggambaran

secara matematik yang melukiskan struktur kehidupan dan dapat mempermudah

menganalisa informasi-informasi tentang jenis dan jumlah organisme.

Penghitungan indeks keanekaragaman fitoplankton dan zooplankton dilakukan

dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener (Basmi, 1999) yaitu :

n

H’ = - ∑∑ pi ln pi; dengan pi = ni/N i = 0

Dengan ketentuan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (nits/individu)

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Penggolongan kondisi komunitas biota berdasarkan H’ ( Basmi, 1999) adalah :

H’ < 2,30 = Keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah.

2,30 < H’< 6,91 = Keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang.

H’ > 6,91 = Keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi.

3. Analisis Keseragaman

Penyebaran jumlah individu pada masing-masing organisme dapat

ditentukan dengan membandingkan nilai indeks keanekaragaman dengan nilai

maksimumnya. Analisis indeks keseragaman fitoplankton dan zooplankton

menggunakan rumus sebagai berikut (Odum, 1993) :

E = H’/ Hmaks

Page 33: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Keterangan : E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman Hmaks = ln S S = Jumlah Spesies

Dari perbandingan ini akan didapatkan nilai E antara 0 sampai 1, semakin

kecil nilai E maka semakin kecil juga keseragaman suatu populasi, artinya

penyebaran jumlah individu tiap genus tidak sama dan ada kecenderungan bahwa

suatu genera mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai E,

maka populasi menunjukkan keseragaman yaitu jumlah individu setiap genus

dapat dikatakan relatif sama, atau tidak jauh berbeda (Odum,1993;Basmi,2000).

4. Analisis Dominansi

Indeks dominansi digunakan untuk melihat ada tidaknya suatu jenis tertentu

yang mendominasi dalam suatu jenis populasi. Perhitungan indeks dominansi

untuk fitoplankton dan zooplankton menggunakan rumus indeks dominansi

Simpson sebagai berikut (Odum, 1993) :

s

C = ∑∑ [ ni/N ]2 i =1

Dengan ketentuan :

C = Indeks dominansi Simpson

ni = Jumlah individu ke-i

N = Jumlah total individu

s = Jumlah jenis

Nilai C berkisar antara 0 dan 1, apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir

tidak ada individu yang mendominasi, sedangkan bila C mendekati 1 berarti ada

andividu yang mendominasi populasi (Odum, 1993; Basmi, 1999).

5. Indeks Similaritas Bray Curtis

Untuk mengetahui kesamaan suatu lingkungan berdasarkan kelimpahan

fitoplankton dan zooplankton, digunakan analisa indeks kesamaan Bray-Curtis

(Bray and Curtis in Omori dan Ikeda 1976). Formulanya adalah sebagai berikut :

Page 34: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Ó | Y1j – Y1j |

S = 1 –

Ó Y1j + Y1j

Dimana

S = Indeks kesamaan

Y1j – Y1j = Nilai kelimpahan pd 2 stasiun yang berbeda

6. Indeks Similaritas Canberra

Untuk melihat kesamaan antar stasiun pengamatan berdasarkan parameter

fisika-kimia air, dilakukan pengelompokan menggunakan indeks similaritas

Canberra. Nilai yang diperoleh kemudian dibuat dalam bentuk plot (diagram

daun). Rumus yang digunakan sebagai berikut (Lance and Williams in Clifford

and Stephenson, 1975):

Keterangan: I C = Nilai kesamaan indeks Canberra

xi = Nilai parameter fisika-kimia air stasiun 1

yi = Nilai parameter fisika-kimia air stasiun yang lain

s = Jumlah parameter yang diperbandingkan

Dalam mengolah dan menganalisis dengan indeks Canberra dan Bray Curtis

menggunakan software produksi Laboratorium Model dan Simulasi, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pengelompokan data dengan mencari nilai korelasi

antar stasiun, nilai korelasi antar stasiun tersebut selanjutnya disusun dalam

sebuah matriks yang disebut dengan Matriks Similaritas Canberra. Nilai korelasi

antar stasiun kemudian disajikan dalam bentuk dendrogram, garis similaritas yang

digambar terlebih dahulu adalah stasiun-stasiun dengan nilai korelasi yang paling

tinggi dan dilanjutkan sampai dengan stasiun dengan nilai korelasi paling rendah.

Setelah semua stasiun diplotkan akan terbentuk sebuah kelompok besar yang

terdiri dari kelompok kecil dengan tingkat similaritas yang berbeda. Untuk

menentukan taraf kesamaan yang akan memotong kelompok besar pada nilai

tertentu, dengan cara mencari nilai rata-rata similaritas untuk semua stasiun

∑ +−−= )(

)(11 yixi

yixi

sIc

Page 35: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

pengamatan. Jumlah pengelompokan stasiun yang terbentuk ditunjukkan dengan

banyaknya garis yang terpotong oleh garis similaritas rata-rata.

7. Analisis Regresi Sederhana

Regresi linier sederhana digunakan untuk melihat hubungan antara

kelimpahan fitoplankton dengan keberadaan nutrien dan antara kelimpahan

zooplankton dengan beberapa parameter fisika-kimia perairan. Hubungan

tersebut yaitu antara kelimpahan fitoplankton dengan NO3-N, kelimpahan

fitoplankton dengan NO2-N, kelimpahan fitoplankton dengan NH3-N, kelimpahan

fitoplankton dengan PO4-P, kelimpahan fitoplankton dengan kekeruhan,

kelimpahan fitoplankton dengan suhu, kelimpahan zooplankton dengan suhu, dan

antara kelimpahan zooplankton dengan kekeruhan. Secara statistik hubungan

yang umum digunakan adalah sebagai berikut (Steel and Torrie, 1991)

Y = âo + â1 X Hipotesis

Ho : â = 0

H1 : â # 0

Dengan kaidah keputusan :

Fhit > Ftabel maka tolak Ho : ada pengaruh fisika-kimia perairan terhadap

kelimpahan plankton

Fhit < Ftabel maka gagal tolak Ho : tidak ada pengaruh fisika-kimia terhadap

kelimpahan plankton

Dengan asumsi bahwa data yang diambil mewakili satu bulan atau dianggap

homogen.

Page 36: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Perairan

Hasil pengukuran parameter fisika-kimia di perairan Pulau Pramuka selama

pengamatan, disajikan dalam Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Kisaran nilai parameter fisika, kimia di perairan Pulau Pramuka selama pengamatan.

Oktober November Desember

Satuan Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

Suhu oC 29,0 - 30,5 29,833 29,5 - 31,0 30,583 29,0 - 30,5 29,667

Salinitas o/oo 34 - 35 34,167 34 - 35 34,5 33 - 33,5 33,083

Kecerahan m 1,0 - 2,7 1,633 1,0 - 3,1 1,9 1,0 - 3,2 1,967

Kekeruhan NTU 3,07 - 3,86 3,422 0,15 - 0,50 0,367 0,2 - 0,55 0,442

pH 7,25 - 8,20 7,78 8 8 7,00 - 7,02 7,007

DO mg/l 7,14 - 8,38 7,658 6,03 - 10,95 8,225 5,85 - 6,90 6,173

N-Nitrat mg/l 0,595 - 0,780 0,69 0,763 - 1,189 1,024 0,556 - 1,113 0,809

N-Nitrit mg/l 0 014 - 0 065 0,028 0,002 - 0,005 0,003 0,018 - 0,024 0,02

N-Amonia mg/l 0 015 - 0 024 0,017 0,001 - 0,011 0,005 0,007 - 0,037 0,025

Orthofosfat mg/l 0 003 - 0,042 0,021 0,003 - 0,036 0,015 0,003 - 0,031 0,014

BOD5 mg/l 0,34 - 0,79 0,548 0,70 - 2,86 1,857 2,09 - 3,28 2,553

COD mg/l 46,91 - 52,34 50,222 29,88 - 54,99 48,075 43,65 - 45,63 45,217

Sedangkan hasil pengukuran parameter fisika-kimia di perairan Pulau

Panggang selama pengamatan, disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Kisaran nilai parameter fisika, kimia di perairan Pulau Panggang selama

pengamatan.

Oktober November Desember

Satuan Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

Suhu oC 29,0 - 31 29,917 30 - 31 31 29 - 30 29,25

Salinitas o/oo 33 - 34 34 33,5 - 34 33,917 32,5 - 33 32,917

Kecerahan m 1,0 - 2,7 1,883 1,3 - 2,7 1,883 1,4 - 2,7 2,033

Kekeruhan NTU 3 16 - 3,86 3,515 3,33 - 3,86 3,518 0,10 - 0,70 0,367

pH 8 8 8 8 6,98 - 7,02 7,075

DO mg/l 6,39 - 7,58 6,94 7,13 - 9,86 8,017 4,35 - 6,56 5,183

N-Nitrat mg/l 0,598 - 0,763 0,682 0,83 - 1,075 0,964 0,563 - 0,908 0,748

N-Nitrit mg/l 0,023 - 0,097 0,055 0,001 - 0,003 0,002 0,021 - 0,026 0,023

N-Amonia mg/l 0,007 - 0,014 0,01 0,001 - 0,006 0,004 0,022 - 0,067 0,04

Orthofosfat mg/l 0,055 - 0,073 0,062 0,055 - 0,086 0,064 0,082 - 0,125 0,096

BOD5 mg/l 0,73 - 1,69 1,073 1,59 - 6,59 2,393 2,59 - 3,01 2,83

COD mg/l 46,91 - 58,23 50,957 49,8 - 58,17 51,66 47,62 - 48,61 48,195

Page 37: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisika dan kimia di perairan Pulau

Pramuka dan Pulau Panggang pada bulan Oktober, November dan Desember 2004

sebaran horizontal suhu permukaan air laut menunjukkan penyebaran yang

cenderung homogen. Suhu yang terukur merupakan kisaran optimal untuk

pertumbuhan plankton. Variasi suhu yang terukur selama pengamatan sangat

dipengaruhi suhu udara di atasnya dan perbedaan intensitas cahaya matahari pada

saat pengukuran. Selain itu, suhu air dipengaruhi juga oleh kondisi iklim dan

cuaca saat pengamatan. Pada pengamatan bulan Oktober dan bulan November

merupakan musim peralihan dengan suhu yang tidak menentu atau cenderung

tidak stabil. Sedangkan pada bulan Desember merupakan awal dari musim barat

(Desember–Februari) dimana suhu turun mencapai minimum dan bertepatan pula

dengan adanya angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi (Nontji,1987).

Diduga karena hal itu, nilai suhu permukaan pada bulan Desember lebih rendah

dibandingkan dengan bulan Oktober dan November. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa suhu suatu badan perairan

dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan air laut, lama

penyinaran matahari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman

perairan. Kondisi curah hujan selama pengamatan menunjukkan kisaran yang

normal. Pada pengamatan bulan Oktober berkisar antara 154–185 mm, bulan

November berkisar antara 218–250 mm dan bulan Desember berkisar antara 250–

283 mm (www.lapanrs.com).

Secara umum nilai salinitas pada pengamatan bulan Oktober, November dan

Desember 2004 baik di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang tidak ada

perbedaan yang mencolok. Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan bulan

Oktober dan November memiliki nilai salinitas yang berkisar antara 34 o/oo– 35o/oo

sedangkan pada bulan Desember berkisar antara 32,5 o/oo–33,5 o/oo. Adanya

perbedaan tersebut diduga karena adanya perbedaan musim dimana pada bulan

Desember terjadi musim barat dengan curah hujan yang tinggi sehingga terjadi

pengenceran perairan yang menyebabkan turunnya nilai salinitas di perairan Pulau

Pramuka dan Pulau Panggang. Nilai salinitas yang terukur masih dalam kisaran

yang baik untuk pertumbuhan plankton. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) yang menyatakan bahwa salinitas optimal bagi

Page 38: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

plankton adalah antara 20-35 o/oo. Nilai pH air laut pada setiap pengamatan tidak

mempunyai perbedaan yang terlalu mencolok dimana pH perairan di Pulau

Pramuka dan Pulau Panggang berkisar antara 7–8. Nilai pH tersebut masih dapat

ditoleransi untuk pertumbuhan biota khususnya plankton. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Nybakken (1992) yang menyatakan bahwa perairan dengan nilai pH

yang bervariasi antara 7–8 masih dapat ditoleransi sebagian besar biota perairan.

Kecerahan sangat penting bagi perairan karena berkaitan dengan proses

berlangsungnya produktifitas primer melalui fotosintesis fitoplankton. Nilai rata-

rata kecerahan tertinggi ditemukan pada pengamatan bulan Desember baik di

perairan Pulau Pramuka maupun perairan Pulau Panggang. Hal ini diduga karena

pengaruh cuaca dan waktu pengukuran. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh

keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi (Effendi,

2003). Perairan di sekitar Pulau Pramuka dan Pulau Panggang memiliki

kedalaman yang variatif namun relatif dangkal. Kedalaman perairan di stasiun

pengamatan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang berkisar antara 1 sampai 23

meter dengan tingkat kecerahan 1–12,5 meter. Sementara hasil penelitian

sebelumnya menunjukkan kisaran nilai kecerahan antara 3,25–16,15 meter (Dinas

Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2002 in Nirmala 2003).

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena perbedaan aktifitas dan stasiun

pengamatan sehingga nilai yang diperoleh tidak sama. Kep. MENLH no. 51

tahun 2004 menetapkan batas kecerahan untuk perairan dengan ekosistem

terumbu karang adalah >5 meter dan >3 meter untuk ekosistem lamun. Nilai

kecerahan yang tinggi dapat menunjang terjadinya produktifitas primer yang

optimal karena sangat berkaitan erat dengan laju fotosintesis fitoplankton yang

merupakan komponen dasar rantai makanan.

Nilai kekeruhan yang didapat dari hasil pengamatan selama bulan Oktober,

November dan Desember 2004 di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang

berkisar antara 0,1–3,86 NTU. Sementara hasil pengamatan sebelumnya berkisar

antara 0,5–10,5 NTU (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta,

2002 in Nirmala 2003). Nilai kekeruhan terbesar terdapat pada pengamatan bulan

Oktober di perairan Pulau Pramuka dan pengamatan bulan Oktober dan

November di perairan Pulau Panggang. Kep MENLH no. 51 tahun 2004

Page 39: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

menetapkan ambang batas nilai kekeruhan bagi biota laut adalah <5 NTU. Dari

data yang didapat menunjukkan bahwa nilai kekeruhan dari semua stasiun

pengamatan berada dalam kisaran yang masih normal dan sangat baik untuk

menunjang proses kehidupan biota di dalamnya. Nilai kekeruhan yang tinggi

akan mengakibatkan terganggunya proses fisiologis hewan air seperti penglihatan,

pernafasan. Disamping itu nilai kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan

berkurangnya penetrasi cahaya kedalam perairan sehingga menghambat laju

fotosintesis oleh fitoplankton.

Nilai oksigen terlarut selama pengamatan di Pulau Pramuka masing-masing

berkisar antara 7,14 mg/l–8,38 mg/l; 6,030 mg/l –10,95 mg/l dan 5,85 mg/l–6,90

mg/l (Tabel 3). Sedangkan di Pulau Panggang berkisar antara 6,39 mg/l –7,58

mg/l ; 7,13 mg/l –9,89 mg/l dan 4,35 mg/l–6,56 mg/l (Tabel 4). Nilai rata-rata

oksigen terlarut tertinggi adalah 10,99 mg/l pada pengamatan bulan November di

perairan Pulau Pramuka dan nilai rata-rata oksigen terlarut terendah yaitu 5,184

mg/l pada pengamatan bulan Desember di perairan Pulau Panggang. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) bahwa sumber utama oksigen dalam

perairan adalah dari proses fotosintesis. Semakin subur suatu perairan akan

semakin banyak fitoplankton yang hidup di dalamnya dan akhirnya akan

meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air. Adanya kandungan oksigen

terlarut rendah disebabkan karena aktifitas respirasi yang lebih tinggi daripada

fotosintesis. Selain itu nilai yang rendah tersebut diduga karena tingginya

aktifitas respirasi oleh organisme air dan adanya proses dekomposisi aerob oleh

bakteri. Hal ini sesuai dengan tingginya nilai BOD yang didapat pada

pengamatan bulan Desember baik di perairan Pulau Panggang dan Pulau Pramuka

yang lebih tinggi dibandingkan pada pengamatan bulan lain. Begitu pula dengan

nilai saturasi oksigen pada pengamatan bulan Desember yang mempunyai nilai

under saturation, seperti terlihat dalam Tabel 5.

Page 40: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Tabel 5. Persen saturasi oksigen di perairan Pulau Pramuka Oktober November Desember

Stasiun Suhu DO % saturasi Suhu DO % saturasi Suhu DO % saturasi

1 30 7,14 94,48 30 6,2 82,01 29,5 6,19 81,18

2 30 8,08 106,88 30 6,03 79,76 29 5,87 76,33

3 30,5 8,36 109,64 29.5 7,62 99,93 30 6,06 80,16

4 29,5 7,46 97,84 32 10,95 150 30 5,85 77,38

5 30 7,42 98,15 31 8,38 112,79 29 6,17 80,24

6 29 7,47 97,14 31 10,17 136,88 30 6,9 91,27

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat saturasi oksigen di perairan Pulau

Pramuka memiliki nilai rata-rata yang under saturation (dibawah 100%) kecuali

pada stasiun 1 dan 2 bulan Oktober, stasiun 5 dan 6 bulan November yang

mempunyai nilai oksigen yang over saturation (diatas 100%). Tidak ditemukan

nilai oksigen yang dalam tingkat saturation atau jenuh (nilai 100%), hal ini

menunjukkan bahwa masih terjadi proses difusi dalam mencapai kesetimbangan

antara di perairan dengan di atmosfer seperti terlihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Persen saturasi oksigen di perairan Pulau Panggang

Oktober November Desember

Stasiun Suhu DO % saturasi Suhu DO % saturasi Suhu DO % saturasi

1 29 6.39 83.09 30 7.19 95.11 29.5 4.87 63.87

2 30 6.49 85.85 32 9.86 135.07 29 6.56 85.31

3 29 7.58 98.57 31 8.16 109.83 29 4.35 56.57

4 30 7.38 97.62 32 7.17 98.22 30 5.16 68.25

5 31 6.88 92.59 31 8.59 113.62 29 5.15 66.97

6 30 6.92 91.53 30 7.13 94.31 29 5.01 65.15

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat saturasi oksigen di perairan Pulau

Panggang memiliki nilai rata-rata yang under saturation (dibawah 100%) kecuali

pada stasiun 2, 3 dan 5 bulan November yang mempunyai nilai oksigen yang over

saturation (diatas 100%). Tidak ditemukan nilai oksigen yang dalam tingkat

saturation atau jenuh (nilai 100%), hal ini menunjukkan bahwa masih terjadi

proses difusi dalam mencapai kesetimbangan antara di perairan dengan di

atmosfer (Effendi, 2003).

Dari hasil pengamatan selama bulan Oktober, November dan Desember

2004, nilai NO3-N di perairan Pulau Pramuka memiliki kisaran antara 0,595 mg/l–

Page 41: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

0,780 mg/l; 0,763 mg/l–1,189 mg/l dan 0 556 mg/l–1,113 mg/l. Sedangkan nilai

NO3-N di perairan Pulau Panggang berkisar antara 0,574 mg/l–0,780 mg/l; 0,72

mg/l–1,151 mg/l dan 0,563 mg/l–0,908 mg/l. Secara umum nilai NO3-N yang

terukur selama pengamatan relatif mencukupi karena nilai rata-rata NO3-N untuk

setiap stasiun pengamatan lebih dari 0.144 mg/l yang merupakan faktor pembatas

bagi pertumbuhan organisme nabati perairan. Kandungan NO2-N dari hasil

pengukuran di Pulau Pramuka berkisar antara 0,005 mg/l-0,065 mg/l; 0,002 mg/l–

0,005 mg/l dan 0,018 mg/l–0,024 mg/l. Sedangkan di perairan Pulau Panggang

berkisar antara 0,023 mg/l–0,097 mg/l; 0,001 mg/l-0 003 mg/l dan 0,021 mg/l–

0,026 mg/l. Dari kisaran nilai tersebut dapat dilihat bahwa kandugan NO2-N di

Pulau Pramuka dan Pulau Panggang tidak berbahaya bagi organisme air karena

kandungannya tergolong rendah. Kadar NO2-N melebihi 0,5 mg/l dapat bersifat

toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Effendi, 2003). Hasil

pengukuran NH3-N di Pulau Pramuka selama pengamatan memiliki nilai yang

berkisar antara 0,015 mg/l–0,024 mg/l; 0,001 mg/l–0,011 mg/l dan 0,018 mg/l–

0,024 mg/l. Sedangkan di Pulau Panggang memiliki nilai yang berkisar antara

0,007 mg/l–0,014 mg/l; 0,001 mg/l–0,016 mg/l dan 0,022 mg/l–0,067 mg/l.

Amonia berasal dari dekomposisi bahan organik melalui proses amonifikasi

(Goldman dan Horne, 1983). Sedangkan menurut Effendi (2003) proses autolisis

atau pecahnya sel dan ekskresi ammonia oleh zooplankton juga dapat berperan

sebagai sumber ammonia di perairan.

Hasil pengamatan di Pulau Pramuka menunjukkan nilai ortofosfat yang

berkisar antara 0,003 mg/l–0,042 mg/l; 0,003 mg/l–0,036 mg/l dan 0,003 mg/l–

0,031 mg/l. Sedangkan nilai ortofosfat di perairan Pulau Panggang berkisar antara

0,0551 mg/l–0,073 mg/l; 0,055 mg/l–0,086 mg/l dan 0,085 mg/l–0,124 mg/l.

Menurut Mackentum (1969) in Basmi (1999) bila kadar fosfat dalam air rendah

(<0,02 mg/l) maka pertumbuhan plankton akan terhambat. Kep MENLH No.51

tahun 2004 menetapkan ambang batas kandungan ortofosfat untuk kehidupan

biota laut sebesar 0,015 mg/l. Hal ini berarti nilai yang didapat menunjukkan

bahwa nilai tersebut masih dapat atau masih memenuhi untuk kehidupan biota

laut.

Page 42: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Nilai BOD selama pengamatan di perairan Pulau Pramuka menunjukkan

kisaran 0,34 – 3,28 mg/l. Nilai rata-rata tertinggi baik di perairan Pulau Panggang

dan Pulau Pramuka pada pegamatan bulan Desember dan nilai terendah didapat

pada pengamatan bulan Oktober. Kep MENLH No.51 tahun 2004 menetapkan

ambang batas maksimum kandungan BOD bagi kehidupan laut adalah 20 mg/l.

Dari sudut pandang tersebut, terlihat bahwa kondisi perairan di Pulau Pramuka

dan Pulau Panggang masih dalam kondisi yang baik bagi kehidupan biota laut.

Nilai COD yang didapat dari hasil pengamatan di perairan Pulau Pramuka

berkisar antara 29,88–52,34 mg/l. Nilai tertinggi didapat pada pengamatan bulan

Oktober dan nilai terendah didapat pada pengamatan bulan November. Sedangkan

nilai COD di perairan Pulau Panggang berkisar antara 47,62–58,23 mg/l. Nilai

tertinggi didapat pada pengamatan bulan November dan nilai terendah didapat

pada pengamatan bulan Desember. Relatif tingginya nilai COD manunjukkan

bahwa bahan organik yang ada di perairan lebih banyak dalam bentuk yang sukar

didegradasi secara biologis. Dalam Kep MENLH No.51 tahun 2004 tidak

disebutkan nilai baku mutu untuk COD namun demikian nilai COD yang terlalu

tinggi tidak baik untuk kehidupan biota laut khususnya plankton karena akan

banyak oksigen yang digunakan dalam menguraikan bahan organik tersebut.

Nilai COD di perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l

sedangkan di perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/l (Effendi, 2003).

B. Struktur Komunitas Plankton Kelimpahan dan Komposisi

Komposisi fitoplankton yang dijumpai di perairan Pulau Pramuka dan Pulau

Panggang pada pengamatan bulan Oktober, November dan Desember 2004 terdiri

dari 3 kelas yaitu Bacillariophyceae (25 jenis), Dinophyceae (5 jenis) dan

Cyanophyceae (1 jenis). Sedangkan komposisi zooplankton yang dijumpai terdiri

dari 5 kelas yaitu Ciliata (4 jenis), Crustacea (4 jenis), Sagittoidea (1 jenis),

Sarcodina (1 jenis) dan Polychaeta (1 jenis). Pada setiap pengamatan, kelas

Baciilariophyceae yang sering dijumpai memiliki kelimpahan yang relatif tinggi

adalah Nitzschia sp. dan Fragillaria sp. Dari kelas Dinophyceae yang sering

dijumpai adalah dari jenis Peridinium sp. dan dari kelas Cyanophyceae yang

sering dijumpai adalah dari jenis Tricodesmium sp. Sedangkan untuk zooplankton

Page 43: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

dari semua jenis ditemukan merata di tiap kelasnya seperti yang terlihat dalam

Tabel 7.

Tabel 7. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) pada masing-masing stasiun di perairan Pulau Pramuka

Oktober November Desember

Stasiun Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

1 15 17100 20 74700 14 104400

2 17 305100 10 51900 16 137700

3 17 65700 17 116400 16 180600

4 12 70200 12 27000 9 51300

5 20 46500 17 21000 14 40500

6 17 102600 14 64500 12 90900

Hasil uji F kelimpahan fitoplankton di perairan Pulau Pramuka

menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar stasiun pengamatan dan juga

antar waktu pengamatan. Hal ini diduga karena kelimpahan fitoplankton setiap

stasiun dan waktu pengamatan memiliki nilai yang relatif merata atau sama.

Kelimpahan fitoplankton selama pengamatan memiliki nilai rata-rata tiap stasiun

yang berkisar antara 36000–100900 sel/m3. Kelimpahan terendah ditemukan pada

stasiun 4 dan kelimpahan tertinggi ditemukan pada stasiun 2 (tabel 7). Tingginya

kelimpahan fitoplankton pada stasiun 2 diduga berkaitan dengan karakteristik

stasiun 2. pada stasiun 2 memiliki karakteristik tanpa aktifitas, diduga

pertumbuhan fitoplankton dapat optimum karena belum terpengaruh oleh

masukan dari luar atau dengan kata lain pada stasiun 2 kondisinya masih alami.

Sedangkan nilai rata-rata kelimpahan fitoplankton tiap bulan berkisar antara

59250–100900 sel/m3. Pada bulan Oktober memiliki kelimpahan yang tinggi

diduga karena faktor fisika-kimia seperti suhu, salinitas, nitrat dan ortofosfat yang

ada dalam perairan. Jenis yang sering ditemukan adalah dari jenis Asteriorella

sp., Fragillaria sp., Nitzschia sp. dan Skeletonema sp. dari kelas

Bacillariophyceae. Sedangkan dari kelas Cyanophyceae, jenis yang paling banyak

ditemukan adalah Tricodesmium sp. Sementara itu dari kelas Dinophyceae kelas

yang ditemukan relatif merata seperti terlihat dalam Gambar 5.

Page 44: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

050000

100000150000200000250000300000350000

1 2 3 4 5 6Stasiun

Kel

impa

han

Fito

plan

kton

(s

el/m

3 )

Oktober November Desember Gambar 5. Grafik kelimpahan fitoplankton tiap stasiun di perairan Pulau Pramuka

selama pengamatan.

Hasil pengamatan kelimpahan fitoplankton selama pengamatan, disajikan

dalam Tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) pada masing-masing stasiun di perairan

Pulau Panggang Oktober November Desember

Stasiun Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

1 16 120000 16 89100 12 17700

2 17 64500 16 46500 15 32700

3 16 71400 15 24900 14 28800

4 13 10500 7 11100 11 15000

5 11 32400 12 13800 8 11400

6 13 13800 11 9900 8 8400

Hasil uji F kelimpahan fitoplankton di perairan Pulau Panggang

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata baik antar stasiun dan antar waktu

pengamatan. Hal ini dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton baik antar stasiun

maupun antar waktu pengamatan memiliki kelimpahan fitoplankton yang relatif

tidak sama atau berbeda. Kelimpahan fitoplankton di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan memiliki nilai rata-rata tiap stasiun yang bervariasi yaitu

berkisar antara 10700-75600 sel/m3. Tingginya kelimpahan fitoplankton pada

stasiun 1 diduga karena kandungan nutrien yang diperoleh khususnya nitrat (NO3-

N) dan ortofosfat (PO4-P) memiliki nilai yang masih cukup untuk kehidupan

fitoplankton (Lampiran 3). Berdasarkan Kep. MENLH No. 51 tahun 2004, nilai

tersebut masih standar untuk kehidupan biota air. Nitrat (NO3-N) merupakan

Page 45: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

sumber utama nitrogen bagi tumbuhan (fitoplankton) selanjutnya dikonversi

menjadi protein (Effendi, 2003). Nitrat akan menjadi pembatas apabila kurang

dari 0,44 mg/l sedangkan fosfat akan menjadi pembatas bagi kehidupan

fitolankton jika kurang dari 0.02 mg/l (Mackentum, 1969 in basmi, 1988).

Rendahnya kelimpahan fitoplankton diduga karena adanya grazing oleh

zooplankton. Kelimpahan fitoplankton selama pengamatan memiliki nilai rata-

rata tiap bulan yang berkisar antara 19000–52100 sel/m3. Tingginya kelimpahan

fitoplankton pada bulan Oktober diduga karena pengaruh intensitas cahaya yang

cukup tinggi selama bulan Oktober begitu pula dengan rendahnya kelimpahan

fitoplankton pada bulan Desember. Fitoplankton membutuhkan cahaya untuk

fotosintesis dan perumbuhannya (Brotowidjoyo et al, 1995). Pada bulan

Desember, intensitas cahaya rendah karena pada bulan Desember merupakan awal

musim barat dengan tingginya curah hujan dan angin yang kuat (Nontji,1987).

Rendahnya kelimpahan fitoplankton juga diduga karena adanya grazing oleh

zooplankton. Perkembangan fitolankton dipengaruhi oleh zooplankton (Harvey

et. al. (1935) in Basmi (1988) seperti terlihat dalam Gambar 6.

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6Stasiun

Kel

impa

han

Fito

plan

kton

(sel

/m3 )

Oktober November Desember Gambar 6. Grafik kelimpahan fitoplankton tiap stasiun di perairan Pulau

Panggang selama pengamatan

Hasil pengamatan kelimpahan zooplankton di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan, disajikan dalam Tabel 9 sebagai berikut :

Page 46: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Tabel 9. Kelimpahan zooplankton (ind/m3) pada masing-masing stasiun di perairan Pulau Pramuka

Oktober November Desember

Stasiun Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

1 3 2100 4 2700 6 8400

2 5 3300 5 1800 5 5400

3 6 5400 5 3600 5 3300

4 3 2700 4 8700 3 1800

5 4 4500 5 3600 3 2700

6 6 5700 6 5100 6 10800

Hasil uji F kelimpahan zooplankton di perairan Pulau Pramuka

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar stasiun dan antar waktu

pengamatan. Hal ini dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton setiap stasiun dan

waktu pengamatan memiliki nilai yang relatif merata atau sama. Kelimpahan

zooplankton selama pengamatan memiliki nilai rata-rata tiap stasiun yang berkisar

antara 3590–7200 ind/m3. Kelimpahan terendah ditemukan di stasiun 2 dan

kelimpahan tertinggi ditemukan di stasiun 6 (Tabel 9). Tingginya kelimpahan

zooplankton pada stasiun 6 diduga berkaitan dengan karakteristik stasiun, dimana

pada stasiun 6 memiliki karakteristik daerah penanaman mangrove. Kelimpahan

zooplankton memiliki nilai rata-rata tiap bulan yang berkisar antara 3950–5450

ind/m3. Pada bulan Desember memiliki kelimpahan zooplankton yang lebih

tinggi, hal ini diduga berkaitan dengan waktu pengambilan sampel (awal musim

penghujan). Jenis yang sering ditemukan adalah dari kelas Crustacea tetapi tidak

memiliki kelimpahan yang cukup tinggi atau relatif merata setiap jenisnya seperti

terlihat dalam Gambar 7.

Page 47: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1 2 3 4 5 6Stasiun

Kel

impa

han

zoop

lank

ton

(in

d/m

3 )

Oktober November Desember Gambar 7. Grafik kelimpahan zooplankton tiap stasiun di perairan Pulau Pramuka

selama pengamatan

Hasil pengamatan kelimpahan zooplankton di perairan Pulau Panggang

selama pengamatan, disajikan dalam Tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Kelimpahan zooplankton (ind/m3) pada masing-masing stasiun di

perairan Pulau Panggang Oktober November Desember

Stasiun Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

Jumlah Jenis Kelimpahan

1 4 5400 3 2400 3 5100 2 5 6000 6 2700 4 9900 3 3 5100 3 1500 5 15600 4 2 900 4 2100 5 10500 5 3 2700 5 2100 4 5100 6 5 2700 2 600 5 9300

Hasil uji F kelimpahan zooplankton di perairan Pulau Panggang

menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar stasiun pengamatan tetapi

terdapat perbedaan yang nyata antar waktu pengamatan. Hal ini diduga karena

kelimpahan fitoplankton setiap stasiun memiliki nilai yang relatif merata atau

sama sedangkan antar waktu pengamatan memiliki nilai yang relatif tidak sama

atau berbeda. Kelimpahan zoolankton selam pengamatan memiliki nilai rata-rata

tiap bulan yang berkisar antara 1900–9250 ind/m3 (Tabel 10). Tingginya

kelimpahan zooplankton pada pengamatan bulan Desember diduga karena

tingginya kelimpahan fitoplankton pada bulan Desember. Kelimpahan

zooplankton pada bulan Oktober juga memiliki kelimpahan yang cukup tinggi

Page 48: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

yaitu sebesar 3800 ind/m3. Hal ini berkaitan dengan suhu perairan dan faktor

intensitas cahaya. Pada siang hari zooplankton menuju lapisan yang lebih dalam

untuk menghindari cahaya dan mencari makan di lapisan lebih dalam (Arinardi et

al, 1997). Pada bulan Desember (awal musim barat) suhu permukaan turun dan

intensitas cahaya berkurang akibat adanya tingginya curah hujan. Hal ini

menyebabkan zooplankton menuju lapisan dekat permukaan untuk mencari

makan yang dalam hal ini adalah fitoplankton sehingga menyebabkan tingginya

kelimpahan pada bulan Desember seperti yang terlihat dalam Gambar 8.

02000400060008000

1000012000140001600018000

1 2 3 4 5 6Stasiun

Kel

impa

han

Zoo

plan

kton

(in

d/m3 )

Oktober November Desember Gambar 8. Grafik kelimpahan zooplankton tiap stasiun di perairan Pulau

Panggang selama pengamatan.

Persentase kelimpahan fitoplankton dari masing-masing kelas yang

ditemukan pada bulan Oktober 2004 di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang

didominasi oleh kelas Bacillariophyceae yaitu sebesar 80% dan 68 %.

Selanjutnya diikuti dari kelas Cyanophyceae sebesar 18 % dan 27 %. Sedangkan

persentase terkecil dari kelas Dinophyceae dengan persentase 2 % dan 5 %

(Gambar 9). Di perairan Pulau Pramuka kelas Bacillariophyceae banyak

ditemukan dari jenis Skeletonema sp., Fragillaria sp., Navicula sp., Nitzschia sp.

dan Asterionella sp. Kelas Dinophyceae banyak ditemukan dari jenis Peridinium

sp dan Ceratium sp. Sedangkan dari kelas Cyanophyceae banyak ditemukan dari

jenis Trichodesmium sp. Di perairan Pulau Panggang, kelas Bacillariophyceae

banyak di temukan dari jenis Fragillaria sp., Nitzschia sp., dan Navicula sp. Dari

Page 49: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

kelas Dinophyceae banyak ditemukan dari jenis Peridinium sp. Sedangkan dari

kelas Cyanophyceae banyak ditemukan dari jenis Trichodesmium sp.

(A) (B)

Gambar 9. Persentase kelimpahan dari masing-masing kelas fitoplankton di

perairan Pulau Pramuka (A) dan Pulau Panggang (B) pada bulan Oktober.

Persentase kelimpahan fitoplankton dari masing-masing kelas yang

ditemukan pada bulan Oktober 2004 di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang

didominasi oleh kelas Bacillariophyceae sebesar 74 % dikedua pulau tersebut.

Selanjutnya diikuti dari kelas Cyanophyceae sebesar 22 % dan 21 %. Sedangkan

pesentase terkecil dari kelas Dinophyceae dengan persentase 4 % dan 5 %

(Gambar 10). Di Pulau Pramuka kelas Bacillariophyceae banyak ditemukan dari

jenis Skeletonema sp, Fragillaria sp., Navicula sp., Chaetoceros sp., Amphora sp.,

Coscinodiscus sp., Nitzschia sp. dan Asterionella sp. Dari kelas Dinophyceae

banyak ditemukan dari jenis Peridinium sp. Sedangkan dari kelas Cyanophyceae

banyak ditemukan dari jenis Trichodesmium sp. Di perairan Pulau Panggang,

kelas Bacillariophyceae banyak ditemukan dari jenis Fragillaria sp., Asterionella

sp., Nitzchia sp. dan Navicula sp. Dari kelas Dinophyceae banyak ditemukan dari

jenis Peridinium sp. Sedangkan dari kelas Cyanophyceae banyak ditemukan dari

jenis Trichodesmium sp.

(A) (B)

Page 50: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Gambar 10. Persentase kelimpahan dari masing-masing kelas fitoplankton di

perairan Pulau Pramuka (A) dan Pulau Panggang (B) pada bulan November.

Persentase kelimpahan fitoplankton dari masing-masing kelas yang

ditemukan pada bulan Oktober 2004 di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang

didominasi oleh kelas Bacillariophyceae sebesar 70 % dan 64 % Selanjutnya

diikuti dari kelas Cyanophyceae sebesar 28 % dan 31 %. Sedangkan persentase

terkecil dari kelas Dinophyceae dengan persentase 3 % dan 5 % (Gambar 11). Di

Pulau Pramuka kelas Bacillariophyceae banyak di temukan dari jenis Skeletonema

sp., Fragillaria sp., Navicula sp., Nitzschia sp. dan Asterionella sp. Dari kelas

Dinophyceae banyak ditemukan dari jenis Peridinium sp. dan Ceratium sp.

Sedangkan dari kelas Cyanophyceae banyak ditemukan dari jenis Trichodesmium

sp. Di perairan Pulau Panggang, kelas Bacillariophyceae banyak ditemukan dari

jenis Fragillaria sp., Asterionella sp., Nitzschia sp. dan Navicula sp. Dari kelas

Dinophyceae banyak ditemukan dari jenis Gymnodinium sp. Sedangkan dari

kelas Cyanophyceae banyak ditemukan dari jenis Trichodesmium sp.

(A) (B)

Gambar 11. Persentase kelimpahan dari masing-masing kelas fitoplankton di

perairan Pulau Pramuka (A) dan Pulau Panggang (B) pada bulan Desember.

Persentase kelimpahan zooplankton dari masing-masing kelas yang

ditemukan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang pada bulan Oktober 2004

Page 51: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

sebagian besar dari kelas Crustacea yaitu sebesar 56 % dan 51 %, selanjutnya

ditemukan dari kelas Sagittoidea sebesar 25 % dan 13 %, kelas Sarcodina sebesar

10 % dan 29 % serta dari kelas Cilliata yaitu 9 % dan 7 %. Kelimpahan

zooplankton di perairan Pulau Pramuka dan Panggang relatif lebih merata

dibandingkan dengan kelimpahan fitoplankton (Gambar 12). Di Pulau Pramuka

kelas Crustacea banyak ditemukan dari jenis Microsetella sp. Dari kelas

Sarcodina banyak ditemukan dari jenis Globigerina sp. dan dari kelas Sagittoidea

banyak ditemukan dari jenis Sagitta sp. Sedangkan dari kelas Ciliata banyak

ditemukan dari jenis Favella sp. Di perairan Pulau Panggang, kelas Crustacea

banyak di temukan dari jenis Microsetella sp. Dari kelas Sarcodina banyak

ditemukan dari jenis Globigerina sp. dan dari kelas Sagittoidea banyak ditemukan

dari jenis Sagitta sp. Sedangkan dari kelas Ciliata banyak ditemukan dari jenis

Favella sp.

(A) (B)

Gambar 12. Persentase kelimpahan dari masing-masing kelas zooplankton di

perairan Pulau Pramuka (A) dan Pulau Panggang (B) pada bulan Oktober.

Persentase kelimpahan zooplankton dari masing-masing kelas yang

ditemukan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang pada bulan November 2004

sebagian besar dari kelas Crustacea yaitu sebesar 51 % dan 55 %, selanjutnya

ditemukan dari kelas Sagittoidea sebesar 25 % di pulau Pramuka sedangkan di

Pulau Panggang tidak ditemukan kelas Sagittoidea. Selanjutnya dari kelas

Sarcodina sebesar 14 % dan 37 % serta dari kelas Cilliata yaitu 8 % dari kedua

pulau tersebut (Gambar 13). Kelas Polychaeta tidak ditemukan di Pulau

Panggang tapi ditemukan di Pulau Pramuka dengan persentase yang kecil yaitu 2

%. Di Pulau Pramuka kelas Crustacea banyak ditemukan dari genera Microsetella

sp. Dari kelas Sarcodina banyak ditemukan dari jenis Globigerina sp. dan dari

kelas Sagittoidea banyak ditemukan dari jenis Sagitta sp. Sedangkan dari kelas

Page 52: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Ciliata banyak ditemukan dari jenis Favella sp. dan dari kelas Polychaeta banyak

ditemukan dari jenis Temopteris sp. Untuk Pulau Panggang, kelas Crustacea

banyak ditemukan dari kelas Microsetella sp. Dari kelas Sarcodina banyak

ditemukan dari jenis Globigerina sp. Sedangkan dari kelas Ciliata banyak

ditemukan dari jenis Favella sp.

(A) (B)

Gambar 13. Persentase kelimpahan dari masing-masing kelas zooplankton di

perairan Pulau Pramuka (A) dan Pulau Panggang (B) pada bulan November.

Persentase kelimpahan zooplankton dari masing-masing kelas yang

ditemukan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang pada bulan Desember 2004

secara berturut-turut sebagian besar dari kelas Crustacea dan Sagittoidea dengan

persentase kelimpahan sebesar 66 % dan 64 %. Kelas Sagittoidea di Pulau

Pramuka mempunyai persentase kelimpahan sebesar 15 % dan kelas Sarcodina 19

%. Sedangkan Di Pulau Panggang dari kelas Crustacea dengan kelimpahan

sebesar 26 % dan kelas Sarcodina sebesar 10 % (Gambar 14). Di Pulau Pramuka

kelas Crustacea banyak ditemukan dari jenis Microsetella sp. Dari kelas

Sarcodina banyak ditemukan dari jenis Globigerina sp. dan dari kelas Sagittoidea

banyak ditemukan dari jenis Sagitta sp. Di perairan Pulau Panggang, kelas

Crustacea banyak di temukan dari jenis Microsetella sp. Dari kelas Sarcodina

banyak ditemukan dari jenis Globigerina sp. dan dari kelas Sagittoidea banyak

ditemukan dari jenis Sagitta sp.

(A) (B)

Page 53: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Gambar 14. Persentase kelimpahan dari masing-masing kelas zooplankton di

perairan Pulau Pramuka (A) dan Pulau Panggang (B) pada bulan Desember.

C. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks

dominansi fitoplankton di perairan Pulau Pramuka selama pengamatan, disajikan

dalam Tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) fitoplankton di perairan Pulau Pramuka selama pengamatan.

Oktober November Desember Stasiun H' C E H' C E H' C E

1 2,5821 0,084 0,9534 1,8678 0,2786 0,6235 1,9247 0,1972 0,7293

2 0,7275 0,7239 0,2568 1,1946 0,4889 0,5188 1,5939 0,3551 0,5749

3 2,0921 0,171 0,7384 1,8141 0,2379 0,6403 1,7399 0,2185 0,6275

4 1,4431 0,3633 0,5626 1,6849 0,2854 0,678 1,7196 0,2064 0,7826

5 2,3593 0,1434 0,7876 2,3664 0,1376 0,8352 1,8627 0,2221 0,7058

6 1,7574 0,2285 0,6203 1,8188 0,2508 0,8188 1,9629 0,1655 0,7899

Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) fitoplankton di perairan Pulau Pramuka pada bulan Oktober,

November dan Desember 2004 dapat dilihat pada tabel 11. Nilai indeks

keanekaragaman (H’) pada masing -masing bulan berkisar antara 0,73-2,58; 1,19-

2,37 dan 1,59-1,96. Nilai tertinggi diperoleh pada stasiun 1 bulan Oktober sebesar

2,58 dan nilai terendah pada stasiun 2 bulan Oktober sebesar 0,73 (Tabel 11).

Perairan ini keanekaragaman yang relatif kecil dan menunjukkan komunitas yang

tidak stabil (Odum, 1993). Secara umum dari nilai indeks keanekaragaman yang

didapat, memiliki nilai yang semakin menurun. Pada bulan Desember

mempunyai nilai indeks keanekaragaman yang lebih rendah dari buan Oktober.

Page 54: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kenekaragaman jenis pada bulan

November. Penurunan tersebut diduga akibat adanya perbedaan musim yang

mempengaruhi faktor fisika, kimia dan biologi perairan.

Nilai indeks keseragaman (E) fitoplankton selama pengamatan masing-

masing berkisar antara 0,26-0,95; 0,52-0,82 dan 0,58-0,79. Nilai keseragaman

tertinggi ditemukan pada stasiun 1 bulan Oktober sebesar 0,95 dan nilai terendah

ditemukan pada stasiun 2 bulan Oktober sebesar 0,26. Nilai keseragaman yang

diperoleh tersebut mendekati 1 yang berarti bahwa penyebaran organisme relatif

merata. Sedangkan apabila nilai indeks keseragaman mendekati 0, dimungkinkan

ada jenis yang mendominasi di perairan tersebut. Pada umumnya penyebaran

organisme relatif merata sehingga tidak ada jenis yang secara ekstrim

mendominasi di perairan tersebut. Nilai indeks dominansi yang diperoleh selama

pengamatan berkisar antara 0,08-0,74; 0,14-0,48 dan 0,9-0,36. Jenis fitoplankton

yang memiliki kelimpahan yang lebih tinggi dari jenis lainnya adalah Skeletonema

sp.,Tricodesmium sp.,Fragillaria sp. dan Nitzschia sp.

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks

dominansi zooplankton di perairan Pulau Pramuka selama pengamatan, disajikan

dalam Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) zooplankton di perairan Pulau Pramuka selama pengamatan.

Oktober November Desember Stasiun H' C E H' C E H' C E

1 0,9557 0,4286 0,8699 1,273 0,3086 0,9183 1,5832 0,2096 0,9837

2 1,5157 0,2397 0,9418 1,5607 0,2223 0,9697 1,5051 0,2346 0,9352

3 1,504 0,2778 0,8394 1,5171 0,2361 0,9426 0,5157 0,2397 0,9418

4 0,995 0,4074 0,9058 1,0582 0,4174 0,7634 1,0114 0,3889 0,9206

5 1,3229 0,28 0,9543 1,4735 0,25 0,9155 1,0609 0,358 0,9656

6 1,4838 0,2909 0,8281 1,6767 0,2045 0,9358 1,5018 0,287 0,8382

Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) zooplankton di perairan Pulau Pramuka pada bulan Oktober,

November dan Desember 2004 dapat dilihat pada tabel 12. Nilai indeks

keanekaragaman (H’) pada masing -masing bulan berkisar antara 0,96-1,51; 1,05-

1,68 dan 0,5-1,58. Nilai tertinggi diperoleh pada stasiun 6 bulan Oktober sebesar

Page 55: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

1,68 dan nilai terendah pada stasiun 3 bulan Desember sebesar 0,51 (Tabel 12).

Pada bulan Desember memiliki nilai keanekaragaman yang lebih rendah dari

bulan Oktober dan November. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan

keanekaragaman jenis pada bulan Desember. Secara umum dari nilai indeks

keanekaragaman yang diperoleh menunjukkan keanekaragaman yang rendah dan

kestabilan komunitas yang rendah (Odum,1993).

Sedangkan nilai indeks keseragaman yang diperoleh memiliki kisaran

antara 0,82-0,95; 0,76-0,96 dan 0,83-0,98. Nilai keseragaman tertingi dipeoleh

pada stasiun 1 bulan Desember dan nilai terendah diperoleh pada stasiun 4 bulan

November. Nilai keseragaman yang diperoleh menunjukkan bahwa perairan ini

memiliki keseragaman yang tinggi dan penyebaran jenis yang relatif merata

(Basmi,1999). Dari nilai keseragaman yang relatif sama ini, menunjukkan bahwa

tidak adanya dominansi di perairan ini. Nilai indeks dominansi yang diperoleh

berkisar antara 0,24-0,43; 0,22-0,41 dan 0,20-0,38.

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks

dominansi fitoplankton di perairan Pulau Panggang selama pengamatan, disajikan

dalam Tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) fitoplankton di perairan Pulau Panggang selama pengamatan.

Oktober November Desember Stasiun H' C E H' E C H' C E

1 2,1804 0,1551 0,7864 1,7064 0,2874 0,6154 0,1765 0,1428 0,8789

2 1,8507 0,2357 0,6532 2,1539 0,1621 0,7769 2,1295 0,1587 0,7864

3 2,0649 0,1759 0,7288 2,3745 0,1171 0,8768 2,0847 0,1838 0,7899

4 2,4189 0,1004 0,9306 1,3682 0,3864 0,7031 1,9305 0,2044 0,505

5 2,0804 0,1485 0,8676 2,0202 0,1966 0,8129 1,7344 0,2216 0,834

6 2,4065 0,1068 0,9119 2,2441 0,1221 0,9359 1,5676 0,3 0,7539

Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) fitoplankton di perairan Pulau Panggang pada bulan Oktober,

November dan Desember 2004 dapat dilihat pada tabel 13. Nilai indeks

keanekaragaman (H’) pada masing -masing bulan berkisar antara 0,85-2,42; 1,37-

2,37 dan 0,18-2,13. Nilai tertinggi diperoleh pada stasiun 4 bulan Oktober sebesar

Page 56: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

2,42 dan nilai terendah pada stasiun 4 bulan Oktober sebesar 0,11 (Tabel 13).

Nilai indeks keaekaragaman yang diperoleh menunjukkan bahwa perairan ini

memiliki nilai keanekaragaman jenis yang relatif rendah dan kominitas yang

kurang stabil (Odum,1993). Sedangkan nilai indeks keseragaman yang diperoleh

menunjukkan keseragaman antar spesies yang relatif sama dengan kisaran 0,65-

0,93; 0,62-0,93 dan 0,50-0,88. Nilai tertinggi diperoleh pada stasiun 6 bulan

Oktober dan November dan nilai terendah diperoleh pada stasiun 4 bulam

Desember (Tabel 12). Keseragaman antar spesies yang relatif sama di perairan ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi dominansi karena memiliki nilai yang

mendekati 0. Nilai indeks dominansi yang diperoleh berkisar antara 0,10-0,23;

0,1-0,38 dan 0,14-0,3.

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks

dominansi zooplankton di perairan Pulau Panggang selama pengamatan, disajikan

dalam Tabel 14 sebagai berikut :

Tabel 14. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) zooplankton di perairan Pulau Panggang selama pengamatan.

Oktober November Desember Stasiun H' C E H' C E H' C E

1 1,1175 0,3765 0,8061 0,9743 0,4063 0,8869 0,6779 0,6194 0,617

2 1,3831 0,295 0,8594 1,5811 0,2099 0,9824 0,9682 0,4894 0,6984

3 1,0852 0,3426 0,9879 1,1277 0,36 0,9212 1,0049 0,4919 0,6244

4 0,6365 0,5 0,9193 1,0549 0,3061 0,9602 1,1702 0,3959 0,727

5 0,9369 0,4321 0,8528 1,277 0,3061 0,9212 0,6599 0,6886 0,4759

6 1,4271 0,2839 0,8867 0,6931 0,5 1 0,2402 0,3403 0,7706

Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) zooplankton di perairan Pulau Panggang pada bulan Oktober,

November dan Desember 2004 dapat dilihat pada tabel 14 (berdasarkan jenis

fitoplankton yang ditemukan). Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada masing -

masing bulan berkisar antara 0,637–1,427; 0,639–1,581 dan 0,659–1,240. Nilai

tertinggi diperoleh di stasiun 2 pada bulan November yaitu 1,581 dan nilai

terendah di stasiun 4 pada bulan Oktober yaitu 0,637 (Tabel 14). Berdasarkan

rata-rata nilai indeks keanekaragaman tersebut, menunjukkan bahwa perairan ini

memiliki nilai keanekaragaman yang rendah dimana komunitas mudah berubah

Page 57: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

hanya dengan mengalami perubahan lingkungan yang relative kecil (Basmi, 1999).

Secara umum dari nilai indeks keanekaragaman yang didapat, memiliki nilai yang

semakin menurun. Pada bulan Desember mempunyai nilai indeks

keanekaragaman yang lebih rendah dari bulan Oktober dan November. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi penurunan keanekaragaman jenis pada bulan

Desember. Penurunan tersebut diduga akibat peubahan kondisi lingkungan di

perairan tersebut.

Nilai indeks keseragaman zooplankton pada bulan Oktober, November dan

Desember 2004 masing-masing berkisar antara 0,806–0,987; 0,887-1 dan 0,467–

0,771. Nilai keseragaman tertinggi ditemukan di stasiun 4 dan stasiun 6 pada

bulan November yaitu sebesar 1 dan nilai keseragaman terendah ditemukan di

stasiun 5 pada bulan Desember yaitu 0,476. Nilai indeks dominansi pada masing-

masing bulan yang berkisar antara 0,284–0,5; 0,209–0,5 dan 0,396–0,689. Nilai

indeks dominansi yang diperoleh tersebut mendekati 0 berarti komunitas biota

yang diamat tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi suatu komunitas dalam keadaan

stabil, kondisi lingkungan cukup prima dan tidak terjadi tekanan ekologis (stress)

di habitat biota yang bersangkutan.

D. Kesamaan Antar Stasiun Pengamatan 1. Pengelompokan Berdasarkan Kesamaan Kelimpahan Plankton a. Spasial

Untuk mengetahui pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan

plankton, digunakan indeks similaritas Bray Curtis. Pengelompokan stasiun

berdasarkan kelimpahan fitoplankton di perairan Pulau Pramuka disajikan dalam

Gambar 15. Pada taraf kesamaan 57,72 %, komunitas fioplankton membentuk 4

kelompok. Kelompok 1 terdiri dari stasiun 1, kelompok 2 terdiri dari stasiun 4

dan stasiun 5, kelompok 3 terdiri dari stasiun 3 dan stasiun 6 dan kelompok 4

terdiri dari stasiun 2. Stasiun 4 dan stasiun 5 membentuk kelompok karena

memiliki kesamaan jumlah jenis dan kelimpahan yang lebih sedikit dari stasiun

lainnya. Stasiun 3 dan stasiun 6 yang membentuk satu kelompok karena memiliki

kelimpahan dan jenis yang relatif sama dan lebih tinggi dari stasiun lainnya.

Stasiun 1 dan stasiun 2 masing-masing mengelompok sendiri karena memiliki

Page 58: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

jenis yang tidak dimiliki oleh stasiun lainnya yaitu dari jenis Melosira sp.,

Mesogloia sp., Rhicosphenia sp., Thalasionema sp., Thalasiotrix sp. dan

Dinophysis sp.

% SIMILARITAS

100

90

80

70

60

50

40

30

1 4 5 3 6 2

57.72

75.3

59.953.4

47.9

37.1

Gambar 15. Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton di

perairan Pulau Pramuka

Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton di perairan

Pulau Panggang disajikan dalam Gambar 16. Pada taraf kesamaan 58,78 %,

komunitas fitoplankton membentuk 3 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari stasiun

stasiun 1, kelompok 2 terdiri dari stasiun 2 dan stasiun 3 dan kelompok 3 terdiri

dari stasiun 4, stasiun 6 dan stasiun 5. Stasiun 1 mengelompok sendiri karena

memiliki jenis dan kelimpahan fitolankton yang lebih tinggi dari stasiun lain yaitu

dari jenis Asterionella sp., Fragillaria sp. dan Trichodesmium sp. Stasiun 2 dan

stasiun 3 membentuk kelompok karena memiliki kesamaan jenis dan kelimpahan

yaitu dari jenis Navicula sp., Nitzschia sp. dan Trichodesmium sp. Sedangkan

stasiun 4, stasiun 6 dan stasiun 5 membentuk kelompok karena memiliki

kesamaan kelimpahan yang relatif lebih rendah dari stasiun lainnya.

Page 59: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

% SIMILARITAS

100

90

80

70

60

50

40

30

1 2 3 4 6 5

33.7

48.8

73.077.4

61.0

58.78

Gambar 16. Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton di

perairan Pulau Panggang.

Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan zooplankton di perairan

Pulau Pramuka disajikan dalam Gambar 17. Pada taraf kesamaan 80,08 %,

komunitas zooplankton membentuk 4 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari stasiun

1, stasiun 5 dan stasiun 2. Kelompok 2, 3, dan 4 masing-masing terdiri dari

stasiun 3, 4 dan 6 yang mengelompok sendiri-sendiri. Stasiun 1, stasiun 5, dan

stasiun 2 membentuk kelompok karena memiliki kesamaan jumlah jenis dan

kelimpahan yang berbeda dengan stasiun yang lainnya. Stasiun 3 mengelompok

sendiri karena memiliki genera yang tidak dimiliki stasiun lainnya yaitu dari jenis

Tintinidium sp. Stasiun 4 dan stasiun 6 masing-masing mengelompok sendiri

karena memliki jenis yang tidak dimiliki stasiun lainnya yaitu dari jenis

Temopteris sp.

% SIMILARITAS

100

90

80

70

60

50

1 5 2 3 4 6

80.08

65.874.7 77.3

89.393.3

Gambar 17. Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan zooplankton di

perairan Pulau Pramuka.

Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan zooplankton di perairan

Pulau Panggang disajikan dalam Gambar 18. Pada taraf kesamaan 69,72 %,

Page 60: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

komunitas zooplankton membentuk 4 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari stasiun

1, kelompok 2 terdiri dari stasiun 2, stasiun 4 dan stasiun 3, kelompok 3 dan

kelompok 4 terdiri dari stasiun 6 dan stasiun 5 yang masing-masing mengelompok

sendiri. Stasiun 1 mengelompok sendiri karena memiliki jumlah jenis dan

kelimpahan yang berbeda dengan stasiun yang lainnya dan hanya terdapat pada

stasiun 1 yaitu dari jenis Epyplocylis sp. Stasiun 2, stasiun 4 dan stasiun 3

mengelompok karena memiliki kesamaan jumlah jenis dan kelimpahan yang

merata dan tidak dimiliki stasiun lainnya yang membentuk kelompok sendiri.

Sedangkan stasiun 6 dan stasiun 5 masing-masing membentuk kelompok sendiri

karena memiliki jenis yang tidak dimiliki stasiun lainnya terutama jenis Favella

sp., Acartia sp. dan Coracolyptra sp.

% SIMILARITAS

100

90

80

70

60

50

1 2 4 3 6 5

69.7259.5 66.9

68.374.679.3

Gambar 18. Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan zooplankton di

perairan Pulau Panggang

b. Temporal

Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan fitoplankton di

perairan Pulau Pramuka, disajikan dalam Gambar 19. Pada taraf kesamaan 40,5

%, komunitas fitoplankton membentuk 2 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari bulan

Oktober dan kelompok 2 terdiri dari bulan November dan Desember. Bulan

Oktober mengelompok sendiri karena memiliki kelimpahan fitoplankton yang

lebih tinggi dan jumlah jenis yang lebih banyak dari bulan November dan

Desember. Beberapa jenis yang tersebut antara lain Gomphonema sp.,

Thalasiotrix sp. dan Skeletonema sp.

Page 61: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

100

75

50

25

Oktober November Desember

40.5

26

55

% SIMILARITAS

Gambar 19. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan

fitoplankton di perairan Pulau Pramuka

Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan zooplankton di

perairan Pulau Pramuka, disajikan dalam Gambar 20. Pada taraf kesamaan 69,85

%, komunitas fitoplankton membentuk 2 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari

bulan Oktober dan November, sedangkan kelompok 2 bulan Desember. Bulan

Desember mengelompok sendiri karena memiliki kelimpahan zooplankton yang

lebih rendah dan jumlah jenis yang lebih sedikit dari bulan Oktober dan

November. Beberapa jenis yang tersebut antara lain Favella sp., Tintinopsis sp.,

Tintinidium sp. dan Temopteris sp.

100

75

50

Oktober November Desember

74.4

65.3

69.85

% SIMILARITAS

Gambar 20. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan

zooplankton di perairan Pulau Pramuka

Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan fitoplankton di

perairan Pulau Panggang, disajikan dalam Gambar 21. Pada taraf kesamaan 54,4

%, komunitas fitoplankton membentuk 2 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari

bulan Oktober dan November, kelompok 2 terdiri dari bulan Desember. Bulan

Desember mengelompok sendiri karena memiliki kelimpahan fitoplankton yang

lebih rendah dan jumlah jenis yang lebih sedikit dari bulan Oktober dan

November. Beberapa jenis yang tersebut antara lain Climacosphenia sp.,

Page 62: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Nitzschia sp. dan Skeletonema sp. Sedangkan bulan Oktober dan November

membentuk kelompok karena memiliki kesamaan kelimpahan dan jenis.

100

75

50

Oktober November Desember

54.4

44.6

64.2

% S IMILARITAS

Gambar 21. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan

fitoplankton di perairan Pulau Panggang.

Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan zooplankton di

perairan Pulau Panggang, disajikan dalam Gambar 22. Pada taraf kesamaan 54,35

%, komunitas fitoplankton membentuk 2 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari

bulan Oktober dan November, sedangkan kelompok 2 bulan Desember. Bulan

Desember mengelompok sendiri karena memiliki kelimpahan zooplankton yang

lebih tinggi dari bulan Oktober dan November. Beberapa jenis yang tidak

ditemukan pada bulan Desember tetapi ditemukan pada bulan Oktober antara lain

Epyplocilis sp. dan Favella sp.

100

75

50

Oktober November Desember

54.35

47.5

61.2

% SIMILARITAS

Gambar 22. Pengelompokan secara temporal berdasarkan kelimpahan

zooplankton di perairan Pulau Panggang

Page 63: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

2. Pengelompokan Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Perairan a. Spasial

Pengelompokan secara spasial di perairan Pulau Pramuka pada taraf

kesamaan 77,68%, yang disajikan dalam Gambar 23 terdiri dari 3 kelompok.

Kelompok 1 terdiri dari stasiun 1, 2, 5 dan 6 kelompok 2 terdiri dari stasiun 3 dan

kelompok 3 terdiri dari stasiun 4. Stasiun 1, 2, 5 dan 6 membentuk kelompok

sendiri karena memiliki kesamaan nilai salinitas, nitrat dan pH. Stasiun 3 dan

stasiun 4, masing-masing mengelompok sendiri karena nilai dari parameter yang

berbeda dengan stasiun lain khususnya BOD dan salinitas.

100

% S IMILARITAS

90

80

70

60

50

1 2 5 6 3 4

92.487.8

82.9

73.7

49.8

77.68

Gambar 23. Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter fisika-kimia di

perairan Pulau Pramuka.

Pengelompokan secara spasial di perairan Pulau Panggang pada taraf

kesamaan 93,6%, yang disajikan dalam Gambar 24 terdiri dari 3 kelompok.

Kelompok 1 terdiri dari stasiun 1, kelompok 2 terdiri dari stasiun 2, 3, 4 dan

kelompok 3 terdiri dari stasiun 5 dan 6. Stasiun 2, 3 dan 4 membentuk kelompok

sendiri karena memiliki kesamaan nilai salinitas, kecerahan, kekeruhan, BOD dan

COD. Stasiun 1 mengelompok sendiri karena nilai dari parameter yang berbeda

dengan stasiun lain khususnya salinitas, nitrit, amonia dan BOD. Sedangkan

stasiun 5 dan 6 membentuk kelompok karena memiliki kesamaan nilai COD dan

BOD.

Page 64: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

100

% SIMILARITAS

98

1 2 5 63 4

96

94

92

93.6

95.094.6 94.5

92.391.6

Gambar 24. Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter fisika-kimia di

perairan Pulau Panggang. b. Temporal

Pengelompokan secara temporal di perairan Pulau Pramuka pada taraf

kesamaan 93,6%, yang disajikan dalam Gambar 25 terdiri dari 2 kelompok.

Kelompok 1 terdiri dari bulan Oktober dan kelompok 2 terdiri dari bulan

November dan Desember. Bulan Oktober mengelompok sendiri karena memiliki

nilai yang berbeda yaitu kecerahan, kekeruhan, ortofosfat, BOD dan COD.

Sedangkan bulan November dan Desember membentuk kelompok karena

memiliki kesamaan nilai kekeruhan, ortofosfat dan COD.

100

90

80

Oktober November Desember

% SIMILARITAS

70

82.5

76.6

79.55

Gambar 25. Pengelompokan secara temporal berdasarkan parameter fisika-kimia

di perairan Pulau Pramuka.

Pengelompokan secara temporal di perairan Pulau Panggang pada taraf

kesamaan 78,75%, yang disajikan dalam Gambar 24 terdiri dari 2 kelompok.

Kelompok 1 terdiri dari bulan Oktober dan November, kelompok 2 terdiri dari

bulan Desember. Bulan Desember mengelompok sendiri karena memiliki nilai

yang berbeda dengan bulan lain yaitu salinitas, kecerahan, kekeruhan, pH,

Page 65: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

ortofosfat dan COD. Sedangkan bulan Oktober dan November membentuk

kelompok karena memiliki kesamaan nilai kecerahan, kekeruhan, pH dan

ortofosfat.

100

90

80

Oktober November Desember

% SIMILARITAS

70

78.75

82.9

74.5

Gambar 26. Pengelompokan secara temporal berdasarkan parameter fisika-kimia

di perairan Pulau Panggang. E. Analisis Regresi Linier Hubungan Antara Kelimpahan Plankton dengan

Beberapa Parameter Fisika-Kimia Perairan.

Analisis regresi linear merupakan analisis hubungan keeratan antara

kelimpahan fitoplankton sebagai peubah tak bebas dengan parameter unsur hara

perairan. Setiap peubah bebas dikatakan mempunyai pengaruh apabila koefisien

regresi linier berbeda nyata pada taraf uji yang telah ditentukan. Hasil analisis

regresi linear antara kelimpahan fitoplankton dengan NO3-N yang diperoleh

mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut

Y = 1,3028 + 1,3274 X

0 .0 0 0

0 .2 0 0

0 .4 0 0

0 .6 0 0

0 .8 0 0

1 .0 0 0

1 .2 0 0

0 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0

K e lim p a h a n F ito p la nk to n (se l/m 3 )

NO 3

-N (

mg

/l)

Gambar 27. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan nitrat

Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan NO3-N secara linier

menunjukkan hubungan dengan tingkat keeratan sebesar 0,17. Adanya keeratan

Page 66: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

hubungan secara linier yang kecil ini diduga karena kandungan NO3-N dalam

perairan masih dalam kondisi yang cukup untuk pertumbuhan fitoplankton.

Selain itu, korelasi yang kecil ini diduga fitoplankton telah memanfaatkan NO3-N

pada periode sebelumnya sehingga pada saat pengukuran, fitoplankton hanya

sedikit memanfaatkan NO3-N dalam perairan. Sedangkan hubungan antara

kelimpahan zooplankton dengan NO3-N secara linier menunjukkan korelasi

dengan tingkat keeratan sebesar 0,45. Model yang diperoleh hanya dapat

menjelaskan model yang sebenarnya sebesar 3,02 %. Hal ini berarti model ini

kurang baik untuk digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kelimpahan

fitoplankton dengan NO3-N perairan.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan fitoplankton dengan NO2-N

yang diperoleh mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut

Y = 1,5605 – 2,4187 X

0.000

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

0.030

0.035

0.040

0.045

0 50000 100000 150000 200000

Kelimpahan Fitoplankton (sel/m3)

NO

2-N

(mg/

l)

Gambar 28. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan nitrit.

Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan NO2-N secara linier

menunjukkan keeratan hubungan yang sangat kecil yaitu dengan tingkat keeratan

sebesar 0,11. Hal ini diduga karena kecilnya kandungan NO2-N dalam perairan

dan sifatnya yang tidak stabil dengan keberadaan oksigen, teroksidasi menjadi

NO3-N (Effendi, 2003) sehingga menyebabkan kecilnya keeratan hubungan antara

NO2-N dengan kelimpahan fitoplankton. Sedangkan hubungan antara kelimpahan

Page 67: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

zooplankton dengan NO2-N secara linier menunjukkan korelasi dengan tingkat

keeratan sebesar 0,17.Selain itu, NO2-N dapat bersifat toksik sehingga kurang

dimanfaatkan bagi organisme perairan. Model yang diperoleh hanya menjelaskan

1,37 %. Hal ini berarti bahwa model ini kurang baik untuk menjelaskan

hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan NO2-N perairan.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan fitoplankton dengan NH3-N

yang diperoleh model dan kurva linier sebagai berikut

Y = 1,5003 + 3,1889 X

0.000

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

0.030

0 50000 100000 150000 200000

Kelimpahan Fitoplankton (sel/m3)

NH

3-N

(mg/

l)

Gambar 29. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan ammonia.

Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan unsur hara NH3-N secara

linier menunjukkan adanya pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton tingkat

keeratan sebesar 0,13. Hal ini berarti bahwa dengan adanya perubahan unsur hara

NH3-N dalam perairan, mempunyai peran yang sangat kecil terhadap kelimpahan

fitoplankton. Tidak eratnya hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan

NH3-N diduga karena NH3-N dapat bersifat toksik bagi biota perairan walaupun

dengan adanya NH3-N dalam perairan memberikan kontribusi terhadap

kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton seperti

nitrat melalui oksidasi NH3-N (Brotowidjoyo et al, 1995). Model yang diperoleh

hanya dapat menjelaskan model yang sebenarnya sebesar 1,74 %. Hal ini berarti

Page 68: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

model ini kurang baik untuk digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

kelimpahan fitoplankton dengan NH3-N perairan.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan fitoplankton dengan PO4-P

yang diperoleh mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut

Y = 1,6149 – 2,9738 X

0.010

0.000

0.010

0.020

0.030

0.040

0.050

0.060

0.070

0.080

0.090

0 50000 100000 150000 200000

Kelimpahan Fitoplankton (sel/m3)

PO4-

P (m

g/l)

Gambar 30. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan ortofosfat.

Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan unsur hara PO4-P secara

linier menunjukkan adanya pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dengan

tingkat keeratan sebesar 0,70. Secara linier dapat dikatakan bahwa dengan adanya

perubahan kelimpahan fitoplankton sebesar satu satuan akan mempengaruhi

kandungan unsur hara sebesar 2,9738. Hal ini menunjukkan bahwa ortofosfat

lebih lebih berperan sebagai pembatas dalam pertumbuhan fitoplankton

dibandingkan dengan nitrat. Dari model tersebut dapat dilihat bahwa kelimpahan

fitoplankton akan bertambah seiring dengan berkurangnya ortofosfat. Mackentum

(1969) in Basmi (1999) mengatakan bahwa fosfat dapat menjadi pembatas bagi

pertumbuhan fitoplankton jika kurang dari 0,02 ppm. Pratiwi (2003) menyatakan

bahwa dalam suatu periode tertentu, kesuburan unsur hara menurun jika populasi

fitoplankton meningkat dan selanjutnya populasi fitoplankton menurun seiring

dengan peningkatan kesuburan unsur hara. Model yang diperoleh hanya dapat

menjelaskan model yang sebenarnya sebesar 49,36 %. Hal ini berarti model ini

Page 69: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

kurang baik untuk digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kelimpahan

fitoplankton dengan PO4-P perairan.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan fitoplankton dengan

kekeruhan yang diperoleh mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut :

Y = 1,7956 – 1,0879 X

0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

0 50000 100000 150000 200000

Kelimpahan Fitoplankton (sel/m3)

Kek

eruh

an (N

TU

)

Gambar 31. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan kekeruhan.

Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan kekeruhan secara linier

menunjukkan adanya pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dengan tingkat

keeratan sebesar 0,67. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kekeruhan yang tinggi

akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fitoplankton karena tingginya

kekeruhan. Nilai kekeruhan yang tinggi mengakibatkan terhalangnya penetrasi

cahaya ke dalam kolom perairan, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh

fitoplankton.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan fitoplankton dengan suhu

yang diperoleh mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut :

Y = 3,7899 – 3,2786 X

Page 70: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

29.4

29.6

29.8

30.0

30.2

30.4

30.6

30.8

0 50000 100000 150000 200000

Kelimpahan Fitoplankton (sel/m3)

Suhu

(o C)

Gambar 32. Regresi linier antara kelimpahan fitoplankton dengan suhu.

Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan suhu secara linier

menunjukkan adanya pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dengan tingkat

keeratan sebesar 0,36. Rendahnya korelasi tersebut diduga karena suhu perairan

belum optimal bagi pertumbuhan fitoplankton. Model yang diperoleh hanya

mampu menjelaskan model yang sebenarnya sebesar 13,14 %.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan zooplankton dengan

kekeruhan yang diperoleh mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut :

Y = 1,2711 – 1,5508 X

0 .0 0 0

0 .5 0 0

1 .0 0 0

1 .5 0 0

2 .0 0 0

2 .5 0 0

3 .0 0 0

0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0

K e lim p a h a n Z o o p la n k to n (in d /m 3)

Kek

eruh

an (

NT

U)

Gambar 33. Regresi linier antara kelimpahan zooplankton dengan kekeruhan.

Page 71: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan kekeruhan secara linier

menunjukkan adanya pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dengan tingkat

keeratan sebesar 0,15. Rendahnya korelasi ini diduga karena kekeruhan menjadi

penghalang bagi zooplankton dalam mencari makanannya yang dalam hal ini

adalah fitoplankton. Tingginya kekeruhan mengakibatkan berkurangnya penetrasi

cahaya ke dalam kolom perairan sehingga mempengaruhi pergerakan zooplankton

yang bersifat fototaksis dan proses fotosintesis fitoplankton.

Hasil analisis regresi linear antara kelimpahan zooplankton dengan suhu

yang diperoleh mempunyai model dan kurva linier sebagai berikut :

Y = 0,871 X – 2,3253

29.4

29.6

29.8

30.0

30.2

30.4

30.6

30.8

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Kelimpahan Zooplankton (ind/m3)

Suhu

(o C)

Gambar 34. Regresi linier antara kelimpahan zooplankton dengan suhu.

Hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan suhu secara linier

menunjukkan adanya pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dengan tingkat

keeratan sebesar 0,10. Rendahnya korelasi ini diduga karena suhu menjadi

penghalang bagi pergerakan zooplankton menuju lapisan permukaan. Arinardi et.

al.(1997) menyatakan bahwa pada siang hari zooplankton menuju kolom perairan

yang lebih dalam untuk mencari makanan karena tingginya suhu permukaan.

model yang diperoleh hanya mampu menjelaskan model yang sebenarnya sebesar

1.08 %.

Page 72: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Selama penelitian diperoleh masing–masing 3 kelas fitoplankton di Pulau

Pramuka yaitu kelas Bacillariophyceae (25 jenis), kelas Dinophyceae (5 jenis) dan

kelas Cyanophyceae (1 jenis) dan di Pulau Panggang diperoleh 3 kelas

fitoplankton yaitu kelas Bacillariophyceae (20 jenis), kelas Dinophyceae (3 jenis)

dan kelas Cyanophyceae (1 jenis). Sedangkan untuk zooplankton di perairan

Pulau Pramuka diperoleh 5 kelas yaitu kelas Ciliata (3 jenis), kelas Crustacea (4

jenis), kelas Sagittoidea (1 jenis), kelas Sarcodina (1 jenis) dan kelas Polychaeta

(1 jenis) dan di perairan Pulau Panggang diperoleh 4 kelas yaitu kelas Ciliata (2

jenis), kelas Crustacea (4 jenis), kelas Sagittoidea (1 jenis), kelas Sarcodina (3

jenis). Nilai indeks keanekaragaman yang didapat secara umum menunjukkan

keanekaragaman yang rendah, komunitas yang tidak stabil dan penyebaran

individu tiap jenis yang rendah dengan kisaran nilai 0.11-2.58. Nilai keseragaman

menunjukkan bahwa keseragaman jumlah individu yang relatif sama dengan

kisaran nilai 0.26-0.96, sedangkan nilai indeks dominansi yang didapat

menunjukkan bahwa hampir tidak terjadi dominasi dalam komunitas dengan

kisaran nilai 0.08-0.74. Secara umum kualitas perairan masih layak untuk

kehidupan biota perairan berdasarkan Kep. MENLH No.51 tahun 2004 dan secara

linier plankton menunjukkan korelasi yang kurang erat terhadap beberapa

parameter fisika-kimia perairan (Nitrat, nitrit, ammonia, ortofosfat, kekeruhan dan

suhu).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kapekaan dan pengaruh

fisika-kimia perairan terhadap kelimpahan plankton pada bulan yang lain.

2. Dalam pengambilan sampel plankton diusahakan dalam rentang waktu yang

tidak jauh dan berdasarkan kedalaman untuk melihat perbandingan per satuan

waktu per pengamatan.

Page 73: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. 2000. Buku Informasi : Kawasan Taman Nasional Kepulauan

Seribu. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Direktorat Jenderal

Perlindungan dan Konservasi Alam. Balai Taman Nasional Kepulauan

Seribu. 30 hal.

Abdurrohman, A. 2005. Studi parameter fisika-kimia di perairan Pulau Panggang,

Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 64

hal.

APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Method for the

Examinition of Water and Waste Water. American Public Health

Association. Water Pollution Control Federation. Port City Press.

Baltimore, Mariland. 1202 p.

Arinardi, O.H, A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trimaningsih, E Asnaryanti, S.H.

Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton

Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI. Jakarta. 77

hal.

Awaludin. 2002. Studi Beberapa Aspek Bioekologis Teripang (Holothuroidea)

pada Musim Peralihan dan Musim Timur Di Perairan Pulau Pramuka,

Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal.

Basmi, J. 1988. Plankton Sebagai Makanan Ikan Kultur. Makalah Mata Ajaran

Budidaya Perairan (Air 54) Program Studi Ilmu Perairan (S2) FPS

IPB. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 37 hal.

Basmi, J. 1999. Planktonologi : Bioekologi Plankton Algae. Tidak Dipublikasikan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauan. IPB. Bogor. 110 h.

Boyd, C.Z. 1979. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier.

Science Publication Co. Amsterdam. 319 p.

Brotowidjoyo, M.D, D. Tribawono, E. Mulbyantoro, 1995. Pengantar Lingkungan

Perairan dan Budidaya Air. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. 259 hal.

Page 74: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Clifford, H.T and Stephenson. 1975. An Introduction to Numerical Clasification.

Academic Press. New York. San Fransisco.229p.

Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Machigan State

University Press. USA. 562 p.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal

Goldman, C. R. and A. J. Horne. 1983. Limnology. Mc Graw Hill International

Book Company. Tokyo. 464 p.

Hutagalung, H. P. dan A. Rozak. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan

Biota. Buku 2. LIPI. Jakarta.182 hal.

Isnanstyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan

Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta. 116 hal.

Kep MENLH. 2004. Keputusan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

Kep 51 / MENLH / I / 2004. Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu

Lingkungan. 11 hal.

Millero, F.S and M.L Sohn. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pres. London.

531 p.

Newell, G.E and R.C Newell. 1977. Marine Plankton. Machigan State University

Press. USA. 244 p.

Nirmala, R. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu

Karang Secara Berkelanjutan (Kasus Di Kelurahan Pulau Panggang

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Tesis. Program Pasca

Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 151 hal.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jambatan. Jakarta. 368 hal.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa H.

M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo.

PT Gramedia Jakarta. 459 hal.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Tjahjono Samingan.

UGM Press. Yogyakarta. 697 hal.

Omori, I and T. Ikeda. 1976. Method in Marine Zooplankton Ecology. John

Willey and Son. New York. 271 p.

Page 75: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Pratiwi, N. T. M. 2003. Manajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi

Pengelolaaan Situ, Rawa dan Danau. LIPI. Bogor. 404 hal.

Royce, F. W. 1973. Introduction to The Fishery Sciences. College of Fisheries

University of Washington. Academic Press. New York and London.

351 p.

Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. PAU-IPB. Bogor. 177 hal

Sanusi, H.S. 1994. Karakteristik Kimia dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan

Ratu (tahap II-Musim Timur). Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 89 hal.

Steel, R.G.D dan J.H. Torie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik : Pendekatan

Biometrik. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. 748 hal

Sumich, J. L. 1992. Introduction to the Biology of Marine Life. 5th Edition. WCB,

Wm. C. Brown Publishers, USA. 348 p.

Wetzel, R.G. 2001. Limnology. 3rd. Saunders Company. Philadelphia. Toronto.

London. 767 p.

www.lapanrs.com Yamaji, I. 1966. Illustrations of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha

Publishing Co Ltd. Osaka. Japan. 53p.

Page 76: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 1. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Oktober 2004 Pulau Pramuka

Organisme Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Rata-rata total Phytoplankton Bacillariopyceae Amphora sp. 0 0 600 600 1200 1500 650 4550 Asterionella sp. 1200 1500 3000 0 11400 2100 3200 22400 Bacteriastrum sp. 600 0 300 0 0 300 200 1400 Biddulphia sp. 600 1200 0 0 1800 300 650 4550 Chaetoceros sp. 1200 1200 600 600 600 300 750 5250 Climacosphenia sp. 0 0 0 300 0 600 150 1050 Cocconeis sp. 0 1500 900 300 600 600 650 4550 Corethron sp. 0 0 300 0 0 0 50 350 Coscinodiscus sp. 2400 2100 300 4200 1500 900 1900 13300 Cyclotella sp. 0 300 0 0 0 0 50 350 Fragillaria sp. 1200 6000 6300 1200 1800 24600 6850 47950 Gomphonema sp. 0 0 0 0 0 300 50 350 Leptocylindrus sp. 0 0 900 0 600 0 250 1750 Melosira sp. 0 2100 2100 0 300 0 750 5250 Mesogloia sp. 600 0 0 0 300 0 150 1050 Navicula sp. 600 900 6300 1500 1800 8100 3200 22400 Nitzschia sp. 1800 6300 19800 7500 4200 27300 11150 78050 Pleurosigma sp. 0 600 300 0 600 600 350 2450 Rhicosphenia sp 0 900 0 0 600 0 250 1750 Rhizosolenia sp. 600 300 0 300 1200 0 400 2800 Skeletonema sp. 1500 258600 13500 12900 4500 0 48500 339500 Thalasionema sp. 0 0 0 0 0 1800 300 2100 Jumlah 12300 283500 55200 29400 33000 69300 80450 563150 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 1800 20400 8100 39300 11100 31200 18650 130550 Jumlah 1800 20400 8100 39300 11100 31200 18650 130550 Dinophyceae Ceratium sp. 1800 600 1500 600 600 300 900 6300 Dinophysis sp. 600 0 0 0 600 0 200 1400 Peridinium sp. 600 600 900 900 1200 1800 1000 7000 Jumlah 3000 1200 2400 1500 2400 2100 2100 14700 Zooplankton Ciliata Favella sp. 600 600 0 0 0 0 200 1400 Tintinopsis sp. 0 0 0 0 0 300 50 350 Tintinidium sp. 0 0 600 0 0 0 100 700 Jumlah 600 600 600 0 0 300 350 2450 Crustacea Calanus sp. 0 0 2400 1500 0 900 800 5600 Microsetella sp. 300 600 300 600 1500 2700 1000 7000 Paracalanus sp. 0 300 600 0 900 600 400 2800 Jumlah 300 900 3300 2100 2400 4200 2200 15400 Sagittoidea Sagitta sp. 1200 1200 1200 600 1500 300 1000 7000 Jumlah 1200 1200 1200 600 1500 300 1000 7000 Sarcodina Globigerina sp. 0 600 300 0 600 900 400 2800 Jumlah 0 600 300 0 600 900 400 2800

Page 77: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 2. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan November 2004 Pulau Pramuka

Organisme Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Rata-rata total Phytoplankton Bacillariopyceae Amphora sp. 600 0 600 0 0 2100 550 3300 Asterionella sp. 35400 0 2400 300 4500 600 7200 43200 Bacteriastrum sp. 1200 0 300 0 0 0 250 1500 Biddulphia sp. 1500 0 1200 600 600 0 650 3900 Chaetoceros sp. 600 1200 600 4200 600 600 1300 7800 Climacosphenia sp. 0 0 0 0 600 0 100 600 Cocconeis sp. 900 0 300 300 300 1500 550 3300 Corethron sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 Coscinodiscus sp. 600 900 2700 4500 1200 600 1750 10500 Cyclotella sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 Fragillaria sp. 3000 900 5400 600 1200 6900 3000 18000 Leptocylindrus sp. 0 0 0 0 600 600 200 1200 Melosira sp. 0 0 1200 0 0 0 200 1200 Mesogloia sp. 2100 0 0 0 0 0 350 2100 Navicula sp. 2400 1500 17100 600 2100 5700 4900 29400 Nitzschia sp. 2400 3000 47100 900 900 12300 11100 66600 Pleurosigma sp. 300 0 600 0 600 900 400 2400 Rhicosphenia sp 600 0 0 0 0 0 100 600 Rhizosolenia sp. 600 0 0 0 600 0 200 1200 Skeletonema sp. 1200 35400 11400 12900 0 0 10150 60900 Thalasionema sp. 600 0 0 0 0 1800 400 2400 Thalasiotrix sp. 0 900 0 0 0 0 150 900 Triceratium sp. 300 0 600 0 0 0 150 900 Jumlah 54300 43800 91500 24900 13800 33600 43650 261900 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 15900 6900 23100 0 5400 28200 13250 79500 Jumlah 15900 6900 23100 0 5400 28200 13250 79500 Dinophyceae Ceratium sp. 0 900 1200 900 300 600 650 3900 Dinophysis sp. 0 0 0 300 300 0 100 600 Gymnodinium sp. 0 0 0 0 600 0 100 600 Peridinium sp. 3900 300 600 900 600 2100 1400 8400 Pyrocistis sp. 600 0 0 0 0 0 100 600 Jumlah 4500 1200 1800 2100 1800 2700 2350 14100 Zooplankton Ciliata Favella sp. 0 0 0 0 300 900 200 1200 Tintinopsis sp. 300 0 0 0 0 600 150 900 Jumlah 300 0 0 0 300 1500 350 2100 Crustacea Calanus sp. 0 300 600 0 0 0 150 900 Microsetella sp. 600 300 1200 5100 900 1200 1550 9300 Paracalanus sp. 0 300 300 1800 300 0 450 2700 Jumlah 600 900 2100 6900 1200 1200 2150 12900 Sagittoidea Sagitta sp. 600 600 900 1500 1200 1500 1050 6300 Jumlah 600 600 900 1500 1200 1500 1050 6300 Sarcodina Globigerina sp. 1200 300 600 0 900 600 600 3600 Jumlah 1200 300 600 0 900 600 600 3600 Polychaeta Temopteris sp. 0 0 0 300 0 300 100 600 Jumlah 0 0 0 300 0 300 100 600

Page 78: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 3. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Desember 2004 Pulau Pramuka

Organisme Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Rata-rata total Phytoplankton Bacillariopyceae Amphora sp. 9900 2700 1800 0 1200 8700 4050 24300 Asterionella sp. 22800 4200 900 300 1200 0 4900 29400 Bacteriastrum sp. 900 600 600 0 300 0 400 2400 Biddulphia sp. 0 600 6300 900 900 0 1450 8700 Chaetoceros sp. 1500 3600 1500 3300 0 2400 2050 12300 Cocconeis sp. 2100 600 2400 0 600 0 950 5700 Coscinodiscus sp. 3000 1500 600 0 600 1200 1150 6900 Cyclotella sp. 0 0 0 0 0 600 100 600 Fragillaria sp. 34500 10200 42900 13200 12300 18900 22000 132000 Melosira sp. 0 8400 0 0 0 0 1400 8400 Mesogloia sp. 0 0 600 0 600 600 300 1800 Navicula sp. 0 12000 41400 13500 12900 17700 16250 97500 Nitzschia sp. 17400 12600 25200 9900 6000 15600 14450 86700 Pleurosigma sp. 900 300 0 0 900 2100 700 4200 Rabdonema sp. 1200 0 0 0 0 0 200 1200 Rhizosolenia sp. 600 600 600 600 0 0 400 2400 Skeletonema sp. 0 0 1200 900 0 0 350 2100 Thalasionema sp. 0 0 0 0 300 0 50 300 Triceratium sp. 0 0 300 0 0 0 50 300 Jumlah 94800 57900 126300 42600 37800 67800 71200 427200 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 8100 79200 53700 8700 600 18900 28200 169200 Jumlah 8100 79200 53700 8700 600 18900 28200 169200 Dinophyceae Ceratium sp. 1200 600 0 0 0 300 350 2100 Peridinium sp. 1500 600 600 0 2100 4200 1500 9000 Jumlah 2700 1200 600 2100 4500 1850 11100 Zooplankton Crustacea Acartia sp. 900 300 600 0 0 1500 550 3300 Calanus sp. 1800 1500 300 0 1200 600 900 5400 Microsetella sp. 1500 1200 600 0 0 5100 1400 8400 Paracalanus sp. 1800 0 0 300 600 1800 750 4500 Jumlah 6000 3000 1500 300 1800 9000 3600 21600 Sagittoidea Sagitta sp. 900 900 1200 900 0 900 800 4800 Jumlah 900 900 1200 900 0 900 800 4800 Sarcodina Globigerina sp. 1500 1500 600 600 900 900 1000 6000 Jumlah 1500 1500 600 600 900 900 1000 6000

Page 79: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 4. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Oktober 2004 Pulau Panggang

Organisme Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Rata-rata total Phytoplankton Bacillariopyceae Amphora sp. 2100 600 2400 600 2700 600 1500 9000 Asterionella sp. 16500 900 1500 600 600 1500 3600 21600 Bacteriastrum sp. 2700 300 900 300 0 300 750 4500 Biddulphia sp. 600 0 0 0 0 300 150 900 Chaetoceros sp. 6300 0 0 0 0 0 1050 6300 Climacosphenia sp. 0 1500 600 0 0 0 350 2100 Cocconeis sp. 3600 1200 600 600 600 300 1150 6900 Corethron sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 Coscinodiscus sp. 1500 600 1200 900 600 300 850 5100 Cyclotella sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 Fragillaria sp. 12600 8100 7500 1500 6600 1500 6300 37800 Licmophora sp. 0 600 0 300 0 600 250 1500 Melosira sp. 7500 600 900 0 0 0 1500 9000 Navicula sp. 11100 6000 12000 1800 3000 600 5750 34500 Nitzschia sp. 14400 15300 20100 900 5400 1500 9600 57600 Pleurosigma sp. 900 300 0 300 900 0 400 2400 Rhizosolenia sp. 0 600 300 0 0 0 150 900 Skeletonema sp. 0 1500 2100 600 7200 900 2050 12300 Strepthotheca sp. 0 0 600 0 0 0 100 600 Triceratium sp. 300 0 300 0 0 0 100 600 Jumlah 80100 38100 51000 8400 27600 8400 35600 213600 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 36600 25200 16200 900 3300 2700 14150 84900 Jumlah 36600 25200 16200 900 3300 2700 14150 84900 Dinophyceae Ceratium sp. 600 300 600 0 0 900 400 2400 Peridinium sp. 2700 900 3600 1200 1500 1800 1950 11700 Jumlah 3300 1200 4200 1200 1500 2700 2350 14100 Zooplankton Ciliata Epyplocilis sp. 600 0 0 0 0 0 100 600 Favella sp. 0 600 0 0 0 300 150 900 Jumlah 600 600 0 0 0 300 250 1500 Crustacea Acartia sp. 0 1200 0 0 0 1200 400 2400 Calanus sp. 0 0 0 0 300 600 150 900 Microsetella sp. 1800 2700 2100 0 0 300 1150 6900 Paracalanus sp. 0 0 1500 0 0 0 250 1500 Jumlah 1800 3900 3600 0 300 2100 1950 11700 Sagittoidea Sagitta sp. 0 1200 0 300 1500 0 500 3000 Jumlah 0 1200 0 300 1500 0 500 3000 Sarcodina Coracolyptra sp. 0 300 0 0 0 0 50 300 Globigerina sp. 2700 0 1500 600 900 300 1000 6000 Orbulina sp. 300 0 0 0 0 0 50 300 Jumlah 3000 300 1500 600 900 300 1100 6600

Page 80: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 5. Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan November 2004 Pulau Panggang

Organisme Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Rata-rata total

Phytoplankton Bacillariopyceae Amphora sp. 0 900 1200 0 300 600 500 3000 Asterionella sp. 41400 1200 1800 0 5100 0 8250 49500 Bacteriastrum sp. 900 900 300 0 0 0 350 2100 Biddulphia sp. 600 600 600 600 600 0 500 3000 Chaetoceros sp. 2700 0 600 0 600 600 750 4500 Cocconeis sp. 900 1500 600 600 0 600 700 4200 Corethron sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 Coscinodiscus sp. 600 600 600 0 600 900 550 3300 Cyclotella sp. 0 0 0 0 300 0 50 300 Fragillaria sp. 9000 8100 5100 1500 2700 600 4500 27000 Licmophora sp. 0 600 0 0 600 0 200 1200 Melosira sp. 2400 600 0 0 0 0 500 3000 Navicula sp. 2100 6600 1500 600 0 600 1900 11400 Nitzschia sp. 2400 13500 3000 0 600 600 3350 20100 Pleurosigma sp. 300 0 0 0 0 0 50 300 Rhizosolenia sp. 0 600 300 0 0 0 150 900 Skeletonema sp. 1200 2700 2400 0 1200 1500 1500 9000 Triceratium sp. 300 0 0 0 0 0 50 300 Jumlah 64800 38400 18000 3300 12600 6000 23850 143100 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 21300 6600 4500 6600 600 2100 6950 41700 Jumlah 21300 6600 4500 6600 600 2100 6950 41700 Dinophyceae Ceratium sp. 600 600 900 600 0 300 500 3000 Peridinium sp. 2400 900 1500 600 600 1500 1250 7500 Jumlah 3000 1500 2400 1200 600 1800 1750 10500 Zooplankton Ciliata Favella sp. 0 600 0 0 300 0 150 900 Jumlah 0 600 0 0 300 0 150 900 Crustacea Acartia sp. 0 0 300 300 0 0 100 600 Calanus sp. 0 600 0 300 0 0 150 900 Microsetella sp. 900 600 0 600 900 300 550 3300 Paracalanus sp. 300 0 600 0 600 0 250 1500 Jumlah 1200 1200 900 1200 1500 300 1050 6300 Sarcodina Coracolyptra sp. 0 300 600 0 0 0 150 900 Globigerina sp. 1200 600 0 900 300 300 550 3300 Jumlah 1200 900 600 900 300 300 700 4200

Page 81: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 6 Kelimpahan plankton (sel/m3) bulan Desember 2004 Pulau Panggang

Organisme Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Rata-rata total Phytoplankton Bacillariopyceae Amphora sp. 1200 1500 600 0 0 0 550 3300 Asterionella sp. 1200 900 3000 900 600 900 1250 7500 Bacteriastrum sp. 600 0 0 0 0 0 100 600 Biddulphia sp. 0 600 600 900 0 0 350 2100 Chaetoceros sp. 1200 900 600 900 600 0 700 4200 Cocconeis sp. 0 300 600 300 300 0 250 1500 Coscinodiscus sp. 600 600 600 0 0 0 300 1800 Fragillaria sp. 4200 8100 4200 3300 1800 1200 3800 22800 Gyrosigma sp. 0 600 0 0 0 0 100 600 Melosira sp. 0 0 2400 0 0 0 400 2400 Navicula sp. 1200 6000 2400 1500 900 1200 2200 13200 Nitzschia sp. 2100 4200 2100 1200 3000 300 2150 12900 Pleurosigma sp. 0 0 300 0 0 0 50 300 Rhizosolenia sp. 0 0 300 0 0 300 100 600 Skeletonema sp. 0 900 0 0 0 0 150 900 Triceratium sp. 300 0 0 0 0 0 50 300 Jumlah 12600 24600 17700 9000 7200 3900 12500 75000 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 3900 6600 10500 6000 4200 4500 5950 35700 Jumlah 3900 6600 10500 6000 4200 4500 5950 35700 Dinophyceae Ceratium sp. 0 300 0 600 0 0 150 900 Gymnodinium sp. 300 300 0 300 0 300 200 1200 Peridinium sp. 900 900 900 300 600 300 650 3900 Jumlah 1200 1500 600 0 0 0 550 3300 Zooplankton Crustacea Calanus sp. 0 600 2400 2400 300 2400 1350 8100 Microsetella sp. 300 900 1800 600 300 1800 950 5700 Paracalanus sp. 0 0 300 0 300 0 100 600 Jumlah 300 1500 4500 3000 900 4200 2400 14400 Sagittoidea Sagitta sp. 3900 6600 10500 6000 4200 4500 5950 35700 Jumlah 3900 6600 10500 6000 4200 4500 5950 35700 Sarcodina Coracolyptra sp. 0 0 0 300 0 300 100 600 Globigerina sp. 900 1800 600 1200 0 300 800 4800 Jumlah 900 1800 600 1500 0 600 900 5400

Page 82: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut.

No Parameter Satuan Baku mutu FISIKA 1 Kecerahan m Coral >5.

mangrove- lamun:>3

2 Kebauan alami 3 Kekeruhan NTU <5 4 Padatan tersuspensi total mg/l coral; 20 mangrove: 80 lamun: 20 5 Sampah nihil 6 Suhu oC alami 7 Lapisan minyak nihil KIMIA 1 pH 7-8.5 2 Salinitas PSU alami 3 Oksigen terlarut (DO) mg/l >5 4 BOD5 mg/l 20 5 Amonia total (NH3

-N) mg/l 0.3 6 Fosfat (PO4

-P) mg/l 0.015 7 Nitrat (NO3

-N). mg/l 0.008 8 Sianida (CN-) mg/l 0.5 9 Sulfida mg/l 0.01

10 PAH (poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0.003

11 Senyawa fenol total mg/l 0.002

12 PCB total (poliklor bifenil) mg/l 0.01

13 Surfaktan (deterjen) mg/l/MBAS 1 14 Minyak dan lemak mg/l 1 15 Pestisida mg/l 0.01 16 TBT (tributil tin) mg/l 0.01 Logam terlarut

17 Raksa (Hg) mg/l 0.001

18 Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0.005

19 Arsen (As) mg/l 0.012 20 Kadmium (Cd) mg/l 0.001 21 Tembaga (Cu) mg/l 0.008 22 Timbal (Pb) mg/l 0.008 23 Seng (Zn) mg/l 0.05 24 Nikel (Ni) mg/l 0.05

Page 83: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Bray Curtis FITOLANKTON-PANGGANG-SPASIAL

MATRIKS SIMILARITAS CANBERRA PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 4 + 6 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 77.4 ANGGOTA KELOMPOK 4 6 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 73.0 ANGGOTA KELOMPOK 2 3 PENGGABUNGAN KE: 3 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 4 + 5 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 61.0 ANGGOTA KELOMPOK 4 6 5 PENGGABUNGAN KE: 4 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 4 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 5 SIMILARITAS RATA-RATA = 48.8 ANGGOTA KELOMPOK 2 3 4 6 5 PENGGABUNGAN KE: 5 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 6 SIMILARITAS RATA-RATA = 33.7 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3 4 6 5 ZOOPLANKTON-PANGGANG-SPASIAL MATRIKS SIMILARITAS CANBERRA PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 4 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 79.3 ANGGOTA KELOMPOK 2 4

Page 84: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Bray Curtis (lanjutan) PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 74.6 ANGGOTA KELOMPOK 2 4 3 PENGGABUNGAN KE: 3 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 6 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 4 SIMILARITAS RATA-RATA = 68.3 ANGGOTA KELOMPOK 2 4 3 6 PENGGABUNGAN KE: 4 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 5 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 5 SIMILARITAS RATA-RATA = 66.9 ANGGOTA KELOMPOK 2 4 3 6 5 PENGGABUNGAN KE: 5 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 6 SIMILARITAS RATA-RATA = 59.5 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 4 3 6 5 FITOPLANKTON-PRAMUKA-SPASIAL MATRIKS SIMILARITAS CANBERRA PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 3 + 6 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 75.3 ANGGOTA KELOMPOK 3 6 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 4 + 5 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 59.9 ANGGOTA KELOMPOK 4 5

Page 85: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Bray Curtis (lanjutan) PENGGABUNGAN KE: 3 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 4 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 53.4 ANGGOTA KELOMPOK 1 4 5 PENGGABUNGAN KE: 4 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 5 SIMILARITAS RATA-RATA = 47.9 ANGGOTA KELOMPOK 1 4 5 3 6 PENGGABUNGAN KE: 5 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 6 SIMILARITAS RATA-RATA = 37.1 ANGGOTA KELOMPOK 1 4 5 3 6 2 ZOOPLANKTON-PRAMUKA-SPASIAL MATRIKS SIMILARITAS CANBERRA PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 5 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 93.3 ANGGOTA KELOMPOK 1 5 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 89.3 ANGGOTA KELOMPOK 1 5 2 PENGGABUNGAN KE: 3 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 4 + 6 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 77.3 ANGGOTA KELOMPOK 4 6

Page 86: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Bray Curtis (lanjutan) PENGGABUNGAN KE: 4 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 4 SIMILARITAS RATA-RATA = 74.7 ANGGOTA KELOMPOK 1 5 2 3 PENGGABUNGAN KE: 5 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 4 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 6 SIMILARITAS RATA-RATA = 65.8 ANGGOTA KELOMPOK 1 5 2 3 4 6 FITOPLANKTON-PRAMUKA-TEMPORAL PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 55.0 ANGGOTA KELOMPOK 2 3 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 26.0 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3 ZOOPLANKTON-PRAMUKA-TEMPORAL PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 74.4 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 65.3 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3

Page 87: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Bray Curtis (lanjutan) FITOPLANKTON-PANGGANG-TEMPORAL PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 64.2 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 44.6 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3 ZOOPLANKTON-PANGGANG-TEMPORAL

PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 61.2 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 47.5 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3

Page 88: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Canberra

SPASIAL-PRAMUKA PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 94.2 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 5 + 6 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 87.8 ANGGOTA KELOMPOK 5 6 PENGGABUNGAN KE: 3 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 5 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 4 SIMILARITAS RATA-RATA = 82.9 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 5 6 PENGGABUNGAN KE: 4 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 5 SIMILARITAS RATA-RATA = 73.7 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 5 6 3 PENGGABUNGAN KE: 5 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 4 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 6 SIMILARITAS RATA-RATA = 49.8 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 5 6 3 4

SPASIAL-PANGGANG PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 3 + 4 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 95.0 ANGGOTA KELOMPOK 3 4

Page 89: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Canberra (lanjutan) PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 94.6 ANGGOTA KELOMPOK 2 3 4 PENGGABUNGAN KE: 3 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 5 + 6 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 94.5 ANGGOTA KELOMPOK 5 6 PENGGABUNGAN KE: 4 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 5 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 5 SIMILARITAS RATA-RATA = 92.3 ANGGOTA KELOMPOK 2 3 4 5 6 PENGGABUNGAN KE: 5 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 6 SIMILARITAS RATA-RATA = 91.6 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3 4 5 6

TEMPORAL-PRAMUKA PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 2 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2 SIMILARITAS RATA-RATA = 82.5 ANGGOTA KELOMPOK 2 3 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 76.6 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 3

TEMPORAL-PANGGANG PENGGABUNGAN KE: 1 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 2 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 2

Page 90: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

Lampiran 11. Indeks similaritas Canberra (lanjutan) SIMILARITAS RATA-RATA = 82.9 ANGGOTA KELOMPOK 1 2 PENGGABUNGAN KE: 2 DATA YANG DIGABUNGKAN : ( 1 + 3 ) BANYAKNYA DATA DI DALAM GEROMBOL= 3 SIMILARITAS RATA-RATA = 74.5 ANGGOTA KELOMPOK

1 2 3

Page 91: hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia ...

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1983 di Desa

Banjaranyar, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal,

Propinsi Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari

empat bersaudara dari pasangan Bapak Suwarno dan Ibu

Dahwati. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1987 di

TK Handayani Banjaranyar, SD Negeri I Banjaranyar tahun

1989-1995, SLTP Negeri I Balapulang tahun 1995-1998 dan SMU Negeri I

Balapulang tahun 1998-2001.

Pada tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk IPB) dan memilih Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama di IPB, penulis pernah aktif dalam

beberapa organisasi kemahasiswaan seperti HIMASPER (Himpunan Mahasiswa

Manajemen Sumberdaya Perairan) periode tahun 2002-2003 dan 2003-2004, ASC

(Aquares Study Club), Teater Lingkar Seni JARING. Selain itu juga, penulis

pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Perairan dan Tumbuhan Air Terapan

periode tahun 2004-2005. Untuk menyelesaikan studi, penulis melaksanakan

penelitian dan skripsi yang berjudul “Hubungan Struktur Komunitas Plankton

dengan Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang,

Kepulauan Seribu”.