Hubungan sanitasi lingkungan rumah
dengan kejadian TB paru
dikampung ujoh bilang wilayah kerja puskesmas ujoh bilang
Nama : Prisca
NPM : 10.11.107.13201.01369
Kelas : 5 D (Sore)
Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
Fakultas Kesehatan Masyarakat
2012
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Majelis perserikatan bangsa-bangsa telah
menetapkan 2008 sebagai Tahun sanitasi Internasional. Hal ini
disebabkan masih terdapat sebanyak 2,6 milyar manusia didunia
berkembang belum menikmati sanitasi, hasilnya tiap anak meninggal
setiap tahun karena hasil yang sesungguhnya dapat dicegah. PBB
menganggap sanitasi vital untuk kesehatan, berpengaruh pada aspek
ekonomi karena sanitasi yang lebih baik berdamapak positif pada
pengurangan kemiskinan, sanitasi berkontribusi positif pada
pembangunan sosial, mengurangi penyakit, meningkatkan gizi anak,
meningkatkan daya tangkap anak sekolah, serta meningkatkan
produktifitas kerja orang dewasa.Sanitasi tidak hanya mencakup
sanitasi dasar seperti jamban, penyediaan air bersih, tempat
pembuangan sampah, dan saluran air limbah saja, namun juga meliputi
ventilasi, kelembaban udara, kepdatan hunian dll. Dengan terjaganya
kondisi sanitasi baik ditempat umum terutama dirumah kita maka
kemungkinan resiko terjadinya penyebaran penyakit dapat
dicegah.Pengaruh lingkungan terhadap status kesehatan manusia telah
diakui seluruh ahli kesehatan yang menytakan bahwa sehat dan sakit
berkenaan dengan interaksi timbal balik antara tiga komponen yaitu
lingkungan ( environment), penjamu (host), bibit penyakit (agent).
Hal ini sesuai dengan teori H.L bloom yang menyatakan bahwa derajat
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor tersebut.Lingkungan
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit yang sudah lama diketahui
orang. Banyak penyakit-penyakit yang tingkat kejadian (insidensi)
menurun secara drastis seiring dengan perbaikan lingkungan, ekonomi
dan pendidikan. program pemberantasan penyakit menular mempunyai
peran dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian yang merupakan
saah satu upaya untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat
melalui pencegahan dan penyembuhan penyakit menular tersebut. Salah
satu penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian yang cukup
tinggi adlah TB paru.Penyakit TB sudah dikenal sejak puluhan tahun
silam, penyakit ini disebabkan oleh kuman/bakteri mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini pada umumnya menyerang paru-paru dan
sebagian lagi dappat menyerang diluar paru-paru seperti kelenjar
getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput
otak, dan sebagainya. Menurut data yang diperoleh dari WHO penyakit
TB merupakan salah satu masalah yang besar bagi negara berkembang
termasuk indonesia, krena diperkirakan 95% penderita TB berada
dinegara berkembang, dan 75% dri penderita TB tersebut adalah
kelompok usia produktif (15-50 tahun )Diindonesia penyakit TB
sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit endemis karena
menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT) bahwa diindonesia
penyakiit TB merupakan penyakit kematian nomor 2 (dua) setelah
penyakit kardiovaskuler pada semua golongan usia dan peringkat
pertama penyebab kematian untuk jenis penyakit infeksi.
Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 500.000 kasus TB dimana
200.000 penderita didapat disekitar puskesmas, 200.000 ditemukan
pada pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah. Jumlah kematian
akibat TB paru diperkirakan 175.000 orang pertahun. (depkes
2012)Laporan dinas kesehatan provinsi kalimantan timur tahun 2010
menunjukan bahwa jumlah penderita TB sebanyak 1,920% kasus, dan
pada tahun 2011 jumlah kasus TB sebanyak 1,889% kasus, proposi
terbanyak pada usia produktif 49,04% (Dinkes prov kaltim, 2012).
Dikabupaten kutai barat, saat ini angka kejadian tuberkulosis
dewasa meningkat. Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten
kutai barat tercatat dari tahun 2011 sampai 2012 triwulan III sudah
mencapai 165 orang penderita BTA (+).Diwilayah kerja puskesmas ujoh
bilang jumlah penderita TB paru yng menjalani program pengobatan
tiap tahun cenderung meningkat, tahun 2010 sebanyak 21 orang, tahun
2011 26 orang, dan tahun 2012 meningkat menjadi 30 orang penderita.
Sehubungaan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik meneliti
kondisi sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian TB paru dikampung
ujoh bilang wilayah kerja puskesmas ujoh bilang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas
maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikemukakan oleh penulis
yaitu : bagaimana hubngan kondisi kesehatan perumahan dengan
kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja puskesmas ujoh bilang
kecamatan kutai barat?
C. Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan kondisi kesehatan
perumahan dengn kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja
puskesmas ujoh bilang kecamatan long bangun kutai barat tahun
2012.
D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Bagi Puskesmas Sebagai sumber
informasi tambahan bagi puskesmas khususnya puskesmas ujoh bilang
kecamatan long bangun kabupaten kutai barat, juga memperioritaskan
kesehatan lingkungan rumah penderita TB dengan keluarga guna
menjadi upaya preventif untuk menangani penyebaran penyakit TB paru
dimasyarakat.2. Manfaat ilmiah Penelitian ini dapat menjadi
refrensi untuk melengkapi kepustakaan dari penelitian sebelumnya
yang berkenaan dengan penyakit TB paru yang pernah diteliti oleh
mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat universitas widya gama
mahakam samarinda sebelumnya. 3. Manfaat bagi penulis Merupakan
sebuah pengalaman berharga, serta pelajaran yang baik untuk
meningkatkan kemampuan sebagai calon serjana kesehatan masyarakat,
sebelum nantinya terjun langsung di lapangan, selain itu sebagai
sarana untuk berbagai informasi kepada sesama mahasiswa, maupun
instansi terkait lainnya.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit TB Paru 1. Pengertian TB paru
Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis, ditemukan pertama
kali pada tahun 1882 oleh robert koch. Kuman tersebut biasanya
masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru,
kemudian kuman tersebut menyebar dari paru kedalam tubuh lain
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui
saluran pernapasan (bronchus) atau penyebaran langsung
kebagian-bagian tubuh lainnya.Penyakit TB adlah penyakit yang
ditandai dengan gejala-gejala yang muncul dan daapat dibedakan pada
orang dewasa dan anak-anak. Gejala yang tampak pada orang dewasa
biasanya batuk terus menerus dengn dahak selama 3 minggu atau
lebih, kadang-kadang dahak yang keluar becampur dengan darah
sehingga menyebabkan sesak nafas dan nyeri pada dada, badan terasa
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sering berkeringat
malam hari walau tanpa aktivitas dan demam meriang (demam ringan)
lebih dari sebulan.
2. Krakterlitrik kuman tuberkolosaDiluar tubuh manusia, kuman
mycobacterium tuberkolosa hidup baik pada lingkungan yang lembab
akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari (notowatmodjo. S,
2001). Mycobacterium tuberkolosa mempunyai panjang 1-4 mikron dan
lebar 0,2-0,8 mikron.kuman ini mulai melayang di udarah dan di
sebut droplet nuclei (girsang,1999).Bakteri miko bakterium
tuberkolosa seperti halnya bakteri lian pada umumnya,akan tumubuh
dengan subur pada lingkungan dengan kelemban yang tinggi. Air
membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal
essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri
(gould dan brooker 2003). Manusia merupakan reservoar untuk
penularan kuman mikobakterium tuberku losa.kuman tuberkolisis
menular melalui druplet nuclei. Seseorang penderita tubrkolusis
dapat menularkan 10 / 15 orang 3. Riwayat kontak TB paruRiwayat
kontak adalah adanya interaksi seseorang dengan penderita kuhsusnya
TB paru aktif yang semulanya seseorang tersebut sehat (tidak
menderita suatu penyakit TB paru ) kontak serumah dengan penderitah
TBC salah satu faktor terjadinya TBC, beberapa penelitian
menunjukan bahwa kontak erat dengan penderita TBC BTA ( + )
mempunyai resiko maksimum untuk terinfeksi (aditama, T.Y,1998).
4. Cara penularan TB paru Cara penularan dari seseorang
penderita TBC ditentukan oleh (notoatmodjo, 2007) : 1. Banyaknya
kuman yang terdapat dalam paru penderita.2. Penyebaran kuman
diudara.3. Penyebaran kumn bersama dahak berupa droplet dan berada
disekitar penderita TBC.
Kuman mycrobacterium tuberculosis pada penderita TB paru dapat
terlihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA
positif) dan sangat infeksius. Sedangkan penderita yang
kumannyatidak dapat dilihat lagsung dengan mikroskop pada sediaan
dahaknya (BTA negatif) dan sangat kurang menular. Penderita TB BTA
positif mengeluarkan kuman-kuman diudara dalam bentuk droplet yang
sangat kecil pada waktu bersin atau batuk. Droplet yang sangat
kecil ini mengering dengan sangat cepat dan menjadi droplet yang
mengandung kuman tuberculosis dan dapat bertahan diudara selama
beberapa jam (notoatmodjo, 2007). Droplet yang mengandung kuman ini
dapat terhisap orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam
paru orang yang menghirupnya. Kuman mulai membela diri (berkembang
biak) dan terjaadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB
BTA (+) adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar kuman
tuberculosis (notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian ekologi
kesehatan, tingkat penularan tuberculosis dilingkungan keluarga
cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menukarkan
kepada 3 orang didalam rumahnya. Didalam rumah dengan ventilasi
yang baik kuman ini dapat hilaang terbawa angin dan akan lebih baik
lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang
bisa menangkap kuman TB (atmosukarto dan soewati.S,2000).Tingginya
angka kesakitan TB paru disebabkan oleh berbagai faktor yaitu
keadaan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah (kemiskinan),
tindakan pengobatan yang masih terbatas, rendahnya suatu gizi
masyarakat dan kondisi suatu perumahan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan (atmosukarto dan soewati.S,2000).B. Tinjauan umum tentang
kesehatan lingkungan pemungkiman1. Pengertian kesehatan lingkungan
pemungkimanKesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu
kondisi atau keadan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif terhadap terwujudnya satuts kesehatan yang optimal pula.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:
perumahan,pembuangan kotoran manusia (tinja), penyedian air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor ( air limbah), rumah hewan
ternak (kandang) dan sebagainya. Usaha kesehatan lingkungan adalah
suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup
manusia agar merupakan media baik untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup didalamnya ( notoatmodjo, 2007).2.
Kesehatan perumahanRumah adalah salah satu persyaratan pokokbagi
kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman ke
zaman mengalami perkembangan. Sejak zaman dulu manusia telah
mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing-masing yang
dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan
membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (local
material) pula. Setelah manusia masuk abad moderen ini meskipun
rumah mereka di bangun bukan dengan bahan-bahan setempat, kadang
dengan desainnya masih mewarisi kebudayan generasi sebelumnya
(notoatmodjo, 2007).Pengertian rumah menurut WHO adalah tempat
untuk tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohai dan sosial.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sasaran pembinaan keluarga. Dan tempat untuk
berlindung/bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan,
matahari dan lain-lain), sert merupakan tempat untuk beristirahat
setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (slamet
J.S,1994).Kesehatan berasal dari kata sehat. Seht adalah suatu
proses yang dinamis, dengan proses ini manusia menyesuaikan diri
dengan lingkungan hidup. Dengan demikian manusia yang sehat adalah
manusia yang menyesuaikan sepenuh-penuhnya badan dan jiwanya dengan
lingkungan hidup. Sehat adalah keadaan sempurna dari jasmani,rohani
dan sosial serta bebas daari cacat dan kelemahan (slamet
J.S,1994).Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik
fisik, mental, dan sosial bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit atau kelemahan. Sedangkan sehat menurut undangg-undang
republik indonesia no 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi ( slamet J.S, 1994)Kebijakan nasional yang
melandasi upaya penyehatan lingkungan pemukiman adalah (slamet
J,S.1994) :a. Upaya penyehatan lingkungan pemukiman,
diselenggarakan berdasarkan berdasarkan pada kebijakan pembangunan
kesehatan. b. Pemecahan masalah perumahan adalah jaangka panjang,
diarahkan agar setiap keluarga indonesia menempati rumah yang
layaak, dipandag dari segi hakekat dan fungsi rumah bagi kehidupan
manusia yang layak.c. Kegiata penyehatan perumahan diperioritaskan
bagi penduduk berpenghasilan rendah dan penduduk yang mempunyai
resiko tinggi terhadap penularan penyakit menular didaerah
pedesaan, perkotaan dan pemukiman.d. Perumahan rumah didaerah
transmigrasi, didaerah rawan dan strategis diperbatasan perlu
mendapat perhaatian sesuai dengan persyaratan kesehatan agar dapat
dijadikan sebgai sabuk pengaman (benteng pengaman) bagi negara
terhadap gangguan dan ancaman berasal dari luar.e. Pembangunan
perumahan dan pemukiman harus ditangani dari berbagai aspek secara
lintas sektor dan memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan terpadu
dengan menitik berat kan pada penaataan, pengaturan, pengadaan dan
pemanfaatannya.
3. Syarat Rumah sehat Syarat-syarat rumah sehat berdasarkan WHO
yaitu antara lain (lubis .P,2000) :a. Memenuhi kebutuhan fisiologis
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kebutuhan
fisiologis antara lain (lubis.P,2000) :
1) Pencahayaan alam Pencahayaan Alam Diperoleh Dengan Masuknya
Sinar Matahari Ke Dalam Rungan Melalui Jendela,Celah-Celah Dan
Bagian-Bagian Bangunan Yang Terbuka. Cahaya Matahari Beguna Selain
Untuk Penrangan Juga Dapat Mengurangi Kelembaban Ruangan,Mengusir
Nyamuk,Membunuh Kuman-Kuman Penyakit Terntu Seperti
Tbc,Influenza,Penyakit Mata Dan Lain-Lain.Kebutuhan Standar Minimum
Cahaya Alam Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Untuk Berbagi Keprluan
Menurut Who Diamana Salah Satunya Adalah Untuk Kamar Keluarga Dan
Tidur Dalam Rumah Adalah 60-120 Lux. Untuk Memperoleh Jumlah Cahaya
Matahari Pada Pagi Hari Secara Optimal Sebaiknya Jendela Kamar
Tidur Menghadap Ke Timur.Luas Jendela Yang Baik Paling Sedikit
Mempunyai Luas 10-20 % Dari Luas Lantai.2)Pencahayaan
BuatanPencahayaan Buatan Yang Baik Dan Memenuhi Standar Dapat
Dipengaruhi Oleh:a) Cara Pemasang Sumber Cahaya Padad Dinding Atau
Langit-Langi.b) Konstruksi Sumber Cahaya Dalam Ornament Yang
Dipergunakan.c) Luas Dan Bentuk Ruangan.d) Penyebaran Sinar Dan
Sumber Cahaya.
b. Memenuhi Kebutuhan PsikologisDengan Tercapainya Kebutuhan
Psikologis Dari Suatu Rumah,Maka Penghuninya Akan Terjamin
Ketenangan Dan Kebebasannya Sehingga Dapat Melakukan Kegiatan
Sehari-Hari Dengan Bebas,Merasa Nikmat Dan Bahagia Sepanjang
Hari.Agar Penghuni Merasa Nyaman,Senang Dan Tentram,Maka Suatu
Rumah Perlu Adanya Pengaturan Ruangan Atau Kamarisasi Dengan
Memperhitungkan Jumlah Penghuninya.Banyak Penghuninya Dalam Suatu
Rumah Akan Menuntut Jumlah Ruangan Yang Banyak Trutama Kamar
Tidur.Umumnya Jumlah Ruangan Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan
Seperti Ruangan Tidur,Ruang Tidur,Ruang Makan Dan Tidur.Tercapainya
Kebutuhan Psikologis Suatu Rumah Maka Penghunya Akan Terjamin
Ketenangan Dan Kebebasannya,Sehingga Dapat Melakukan Kegiatan
Sehari-Hari Dengan Bebas,Mesa Nikmat Dan Bahagia Setiap Hari.Agar
Penghuninya Merasa Nyaman,Tenang Dan Tentram Serta Perifasi Dapat
Terjamin,Maka Suatu Rumah Memerlukan Adanya Pengaturan Ruangan Atau
Kamar Dengan Memperhitungkan Jumlah Penghuninya.Banyaknya Penghuni
Dalam Suatu Rumah Akan Menuntut Jumlah Ruangan Yang Banyak,Terutama
Kamar Tidur.Suatu Rumah Harus Mempunyai Wc Dan Kamar Mandi Sendiri
Dan Terpelihara Kebersihannya.Bila Tidak Mempunyai Wc Sendiri,Maka
Buang Air Besar Dilakukan Disembarang Tempat (Sungai,Kebun,Empang
Dan Lain-Lain) Yang Sebenarnya Tidak Dibenrakan Karena Dapat
Menyebabkan Dan Memudahkan Penyakit-Penyakit Tertentu Dapat
Ditlarkan Melalui Pembuangan Kotoran Yang Tidak Sehat.Kebutuhan
Rumah Sebagai Tempat Tinggal Bagi Keluarga Harus Memmperhatikan
Pula Faktor-Faktor Mempengaruhi Penularan Penyakit Bagi Penghuninya
antara Lain:a. Bebas Dari Serangga Dan TikusMenghindari Adanya
Kehidupan Serangga (Lalat,Tikus Dan Keoa), Dengan Cara Atau Usaha
Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan Di Dalam Dan Di Luar Rumah.b.
Pembuangan SampahSampah Dibedakan Menjadi: Sampah Basah,Sampah
Kering Dan Sampah Sukar Busuk (Kaleng,Kaca,Paku Dan
Lain-Lain.Sampah Jangan Dibuang Di Tempat Terbuka Lebih Dari 24 Jam
Karena Akan Menyebabkan Lalat Dan Tikus Untuk Bersarang.c.
Pembuangan Tinja.Usahakan Rumah Mempunyai Jamban Sendiri,Selau
Bersih Dan Tidak Berbau (Konstruksi Leher Angsa). Jarak Cukup Jauh
Dari Sumber Air Dan Letaknya Di Bagian Hilir Air TanahWc Harus
Selalu Bersih, Mudah Dibersihkan, Cahaya Dan Cukup
Ventilasi,Sehingga Tidak Menjadi Penyakit.Orang-Orang Yang Batuk
Dan Bersin-Bersin Mengelurkan Udara Yang Penuh Dengan Kuman-Kuman
Penyakit (Tbc,Pneumonia,Dll) Yang Dapat Menifecteer Udara Di
Sekelilingnya.Penyakit-Penyakit Menular Yang Penularannya Dengan
Perantara Udara,Antra Lain: Tbc,Bronchitis,Pneumonia,Dan
Lain-Lain.Faktor-Faktor Pada Rumah Yang Berpengaruh Terhadap
Kesehatan (Slamat J.S,1994) :a. Kualits Bangunan, Dimana Dapat
Dilihat Dari Segi :1. Bahan Bangunan Dan Konstruksinya, Menentukan
Apakah Suatu Rumah Mudah Rusak,Terbakr,Lembab,Panas,Mudah Menjadi
Sarang Pembawa Penyakit,Bising Dan Lainnya.2. Denah
Rumah,Menentukan Cukup Tidaknya Jumlah Penghuni Serta Berbagi
Kegiatan.
b. Pemanfaatan Atau Penggunaan Rumah Yang Secara Teknis Memenuhi
Syarat Kesehatan,Tetapi Apabila Penggunanya Tidak Sesuai,Maka Dapat
Terjadi Gangguan Kesehatan.Misalnya Rumah Yang Dibangun Untuk
Dihuni 4 Orang Tak Jarang Dihuni Lebih Dari Semestinya.Segala
Fasilitas Yang Disediakan,Apabila Tidak Terpelihara Dengan Baik
Akan Menunjang Terjadinya Penyakit.Misalnya Lantai Rumah Yang
Jarang Dibersihkan,Banyak Debu Yang Mengundang Bakteri Atau Zat-Zat
Yang Menimbulkan Alergi.Rumah Sehat Menurut Winslow Dan APHA
(American Public HealthAssociation), harus memenuhi beberapa
persyaratan (Lubis.P 2000) :a) VentilasiVentilasi adalah usaha
untuk memelihara kondisi atmosfir yang menyenangkan dan menyehatkan
bagi manusia.tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat
dibutuhkan oleh manusia.suatu ruangan yang tidak mempunyi sistem
ventilasi yang baik dan dihuni oleh manusia akan menimbulkan
beberapa keadaan yang dapat merugikan kesehatan manusia,misalnya
kadar O2 akan berkurang,kadar CO2 akan meningkat,ruangan
berbau,kelembaban udara dalam ruangan akan meningkat karena terjadi
proses penguapan dari kulit pernapasan.Didalam ruangan yang tidak
memiliki ventilasi yang yang baik dan Dan lembab merupakan faktor
resiko terjadinya kontak antara mycobacterim tersebut dengan
orang,sehingga terjadinya efek (sakit) (Notoatmodjo,S.2002).Dua
cara pengaturan ventilasi dalam rumah, yakni:1) Ventilasi
alamiAdalah ventilasi yang terjadi secara alamiah diaman udara
masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu ataupun lubang angin
yang senga dibuat untuk itu. Ventilasi udara berungsi untuk
melakukan pertukaran udara dari dan menuju kedalam rumah. Untuk
itu, ukuran ventilasi udara pada bangunan rmah harus dibuat secara
cukup sehingga mampu mengalirkan udara segar yang diperlukan kedala
ruangan.Penempatan, ventilasi udara biasa dilakukan berdasarkan
kebutuhan dan arah angin yang palng doinan di lokasi rumah. Selai
itu pergerakan udara ddalam rumah bida diakibatkan oleh perbedaaan
suhu antara daerah yang terpapar sinar matahari dengan bagian yang
terlindung, misalnya adanya pepohonan di halaman rumah juga akan
turut mempengaruh proses sirkulasi udara di rumah. Upayakan agar
aliran udara harus diarahkan keruang-ruang yang sering digunakan
sehingg proses penghawaan alami biasa efisien.2) Ventiasi
buatanAdalah dengan mempergunakan alat yang khusus untuk
mengalirkan udara, misalnya : mesin penghisap udara dan air
conditioner (Helmyhisyam, 2009)Syarat-syarat dari ventilasi adalah
:1) Luas lubang ventilasi teta, minimum 5 % dari luas lantai
ruangan. Sedangkan lua lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka
dan ditutup) minimal 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10 % kali luas
lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga
udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.2)
Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan
lain-lain.3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan
menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran
udara ini jangan sampai terhalang oleh barangbarag besar (lemari,
dinding sekat, dan lain-lain). Pada prinsipya fungsi dari ventilasi
dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu :1. Penyediaan udara
segarDengan adanya ventilasi diharapkan menyediakan udara segar
sesuai dengan kebutuhan akan udara segar bagi penghuni rumah
tersebut.2. Pendinginan konfekifPergantian udara dalam rumah dengan
udara yang berasal dari luar apabila suhunya lebih rendah akan
menyebabkan rasa dingin dalam ruangan tersebut.3. Pendinginan
filosfisGerakan udara mengenai kulit akan mempercepat hilangnya
panas melalui dua jalan:a. Meningkatkan hilangnya panas konveksib.
Mempercepat penguapan dari tubuh lewat keringat Rumah sehat
kontruktif dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam (Notomodjo, S, 2002)
:1. Rumah Panggung2. Rumah Bukan Panggungb. KamarisasiKamar adalah
pembagian ruangan atau sekat dalam rumah. Apabila rumah tersebut
tidak terdapat bagian kamar atau ruangan, maka akan lebih mudah
terjadinya penurunan penyakit, seperti contoh bila didalam suatu
rumah tersebut terdapat sumber penularan tuberculosis maka akan
berpotensi terjadi penularan akan penyakit tersebut. Dapat lebih
mudah dan cepat terhadap orang yang tinggal bersama dalam satu
rumah tersebut. Jumlah ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan
fungsi ruangan tersebut, seperti ruangan tidur, ruangan tamu, ruang
makan, dan dapur serta ruangan MCK (Mandi Cuci Kakus).Kebutuhan
akan ruangan minimal untuk rumah kediaman, yaitu :1) Satu kamar
tidur dengan ukuran 9 m2 dengan tinggi langit-langit 2,75 m2) Satu
dapur dan kakus Kondisi perumahan tanpa kamarisasi tidak memenuhi
syarat kesehatan karena penularan penyakit, terutama penyakit
penularan kesehatan akan mudah terjadi disebabkan tidak adanya
ruangan untuk memisahkan penghuninya yang terkena penyakit dengan
penghuni lainnya.
c. Kepadatan Kepadatan penghuni akan menyebabkan efek negatif
terhadap kesehatan baik fisik maupun mental. Penyebaran penyakit
menular pada rumah dengan kepadatan tinggi akan cepat terjadi.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada ruangan yang padat, penyebaran
penyakit menular terutama penyakit pada salura pernapasan
mempercepat terjadinya penyakit tersebut. Rumah tinggal yang
dinyatakan padat, bila jumlah penghuni menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:1) Dua invidu dari dua jenis yang berbeda dan berumur
diatas sepuluh tahun an tidak berstatus sebagai suami istri, tidur
dalam satu kamar.2) Jumlah orang dalam satu rumah dibandingkan
dengan luas melebihi ketentuan yang ditetapkan.Pengaruh psikologis
juga menimbulkan oleh adanya penghuni rumah ini akibat jumlah
penghuni dalam ruangan melebihi persyaratan yang maksimal untuk dua
orang setiap kamar tidur, sehingga dari tiap-tiap anggota keluarga
tidak terganggu, tersedianya jumlah ruangan kediaman yang cukup
yakni 9 m2 penghuni dimaksukan agar dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ada dua cara
untuk menilai kepadatan hunian didalam rumah yaitu:1) Jumlah orang
dibandingkan dengan jumlah kamar tidur Tabel. 1Jumlah orang
dibandingkan jumlah kamar tidurNoJumlah KamarJumlah Penghuni
1Satu2 Orang
2Dua3 Orang
3Tiga5 Orang
4Empat7 Orang
5Lima atau lebih10 Orang
Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 2000Dengan ketentuan bahwa
setiap penambahan satu kamar tidur diatas rumah tersebut
diperkenankan menambah penghuni sebanyak dua orang.2) Jumlah orang
dibandingkan dengan luas lantai kamarTabel. 2NoLuas lantai
kamarJumlah penghuni maksimal
14,64 m20
24,64 6,54 m20,5
36,5 8 m21
48 10 m21,5
5Lebih dari 10 m22
Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 2000 Dengan ketentuan anak
dibawah umur satu tahun tidak diperhatikan, umur 1 10 dihutung
setengah.Menurut tupasi, kepadatan hunian ditentukan dengan jumlah
kamar tidur dibagi dengan jumlah penghuni, dinyatakan:a. Baik: bila
kepadatan lebih atau sama dengan 0,7b. Cukup: bila kepadatan antara
0,5 0,7c. Kurang: bila kepadatan kurang 0,5
C. Kerangka KonsepGambar 1. Bagian Kerangka Konsep
Penelitian
VariabelVariabelIndependent DependentKejadian TB Paru
Syarat Rumah Sehat: Ventilasi Kamarisasi Kepadatan Penghuni
(Kel. Kasus) Riwayat Kontak
Kelembabab UdaraPencahayaan
Tidak AdaKejadian TB Paru
(Kel. Kontrol)
Keterangan :: Variabel Yang Diteliti: Variabel Yang Tidak
Diteliti
Secara narasi maka bagan kerangka konsep penelitian diatas dapat
dijelakan sebagaimana kosnep awal penelitian ini dibentuk yakni,
penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan antara syarat rumah
sehat yaitu; ventilasi, kamarisasi, dan kepadatan penghuni rumah
dengan kejadian penyakit TB paru.D. Hiotesis Penelitian1. Hubungan
Ventilasi Dengan Kejadian Penyakit TB parua. Ho : Tidak ada
hubungan antara Ventilasi Dengan Kejadian Penyakit TB paru.b. Ha :
Ada hubungan antara Ventilasi Dengan Kejadian Penyakit TB paru.2.
Hubungan Kamarisasi Dengan Kejadian Penyakit TB paru.a. Ho : Tidak
ada hubungan antara Kamarisasi Dengan Kejadian Penyakit TB paru.b.
Ha : Ada hubungan antara Kamarisasi Dengan Kejadian Penyakit TB
paru.3. Hubungan Kepadatan Penghuni Dengan Kejadian Penyakt TB
parua. Ho : Tidak ada hubungan anatara Kepadatan Penghuni Dengan
Kejadian Penyakit TB parub. Ha : Ada hubungan antara Kepadatan
Penghuni Dengan Kejadian Penyakit TB paru.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan oleh enulis
pada penelitian ini yaitu observasional yang bersifat analitik,
dengan menggunakan metode kasus-kontrol untuk mengetahui hubungan
kondisi kesehatan perumahan dengan kejadian penyakit TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Ujoh Bilang Kecamatan Long Bagun Kabupaten
Kutai Barat.B. Variabel Penelitian1. Variabel Independent (Bebas)a.
Ventilasi b. Kamarisasi c. Kepadatan Penghuni2. Variabel Dependent
(Terikat) : Kejadian TB paru.
C. Definisi Operasional1. Deinisi Operasional VentilasiVentilasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem penghawaan pada
sebuah rumah, baik alami maupun buatan termasuk jendela yang diukur
penghawaannya berdasarkan luasan ventilasi terhadap luas lantai
ruangan.Kriteria Objektif, dengan skala nominal:a. Dikatakan
memenuhi syarat bila : luas ventilasi terhadap luas lantai 10 %b.
Dikatakan tidak memenuhi syarat bila : luas ventilasi terhadap luas
lantai 10 %.2. Definisi Operasional KamarisasiKamarisasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembagian masing-masing
ruangan atau sekat pada rumah kontak TB paru berdasarkan luas (m2)
msing-maisng ruangan,Kriteria Objektif, dengan skala nominal;a.
Dikatakan memenuhi syarat bila : rata-rata luas tiap kamar atasu
skat pada rumah 9 m2 .b. Dikatakan tidak memenuhi syarat bila :
rata-rata luas tiap kamar atau sekat pada rumah 9m2 .3. Definisi
Operasional Kepadatan PenghuniKepadatan penghuni yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah jumlah orang atau anggota keluarga yang
mendiami atau menghuni sebuah rumah, tidak termasuk kamar mandi dan
jamban (water closed) berdasarkan luas lantai dibagi dengan jumlah
penghuni.Kriteria Objektif, dengan skala nominal:a. Dikatakan
memenuhi syarat bila : luas lantai 6,5 8 m2 per satu orang
penghuni.b. Dikatakan tidak memenuhi syarat bila : luas lantai 6,5
m2 per satu orang penghuni.4. Definisi Operasional Kejadian TB
paruKejadian penyakit TB paru yang dimaksud dalam penelitianini
adalah orag atau responden yang telah dinyatakan TB paru BTA (+)
oleh pihak Puskesmas Ujoh Bilang Kecamatan Long Bagun.
D. Populasi dan SampelBerdasarkan metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini maka populasi dan sampel dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu semua rumah
penderita TB paru yang salah satunya penghuninya pernah terdaftar
dan berobat ke Puskesmas Ujoh Bilang pada bulan Januari 2011 sampai
dengan bulan Januari 2012, yaitu sebanyak 30 rumah tangga yang mana
sebagian atau lebih dari penghuni atau anggotanya teridentifikasi
penderita kontak TB paru, yang diambil secara Purposive Sampling
sebagai kelompok kasus, sedangkan populasi untuk kelompok
kontrolnya yaitu 30 rumah yang penghuninya bukan penderita TB
paru.Kriteria Inklusi :Semua rumah TB paru BTA (+) yang tercatat
sebagai pasien TB paru, masuk program pengobatan TB Paru dan
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Ujoh Bilang Kecamatan Bagun
Kabupaten Kutai Barat.Kriteria Ekslusi :1. Penderita sudah
meninggal2. Penderita TB paru BTA (-)3. Penderita tidak melanjutka
pengobatan di Puskesmas Ujoh Bilang4. Tidak mau diamati dan
diwawancarai5. Pasien atau keluarga tidak ditempatt6. Pasien
bertempat tinggal 6 bulan
E. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan
di semua rumh kontak penderita TB Paru yang salah satu penghuninya
terdaftar dan berobat ke Puskesmas Ujoh Bilng Long Bagun Kabupaten
Kutai Barat :Tabel. 3Jadwal Kegiatan Penelitian
NoKegiatan20112012
Juli Ags Ags Okt Nov
1Persiapan proposal
2Pembuatan proposal
3Seminar proposaal
4Perizinan penelitian
5Pelaksanaan penelitian
6Pengolahan data
7Seminar hasil
8Ujian skripsi
F. Teknik Pengumpulan Data1. Data PrimerData yang diperoleh dari
hasil pengukuran terhadap rumah penderita TB dan dari responden
yang bukan penderita TB paru.2. Data SekunderData yang diperoleh
baik dari pihak Puskesmas berupa keterangan mengenai jumla dan
keterangan mengenai penderita TB paru BTA (+) yang berada diwilayah
kerja Puskesmas Ujoh Bilang Kecamatan Long Bagun Kabupaten Kutai
Barat. Selain itu data sekunder lainnya berupa kartu pengobatan
(Register TB 01) dan Register Laboratorium TB 04 yang dimiliki oleh
responden.
G. Analisa Data1. Analisa UnivariatAnalisa ini digunakan untuk
mendiskripsikan variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti.
Data frekuensi dalam persentase dan disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi untuk mempermudah analisi selanjutnya.2. Analisa
BivariatAnalisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan atau
korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji Chi
Square (X2) karena semua tabel yang diteliti berskala ordinal.
Perhitungan dibantu oleh tabel 2 X 2.
Tabel. 4Bentuk tabel 2 x 2 untuk membantu perhitungan dalam
penggunaan rumusVariabel IndependentKejadian TB paruJumlah
AdaTidak Ada
Tidak Memenuhi Syarat(TMS)ABa + b
Memenuhi Syarat (MS)CDc + d
Totala + cb + da + b + c + d
Sumber : Hastono, S.P, 2001Sedangkan untuk mengetahui hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat, menggunakan Uji-Chisquare
(X2), dengan rumus (Hastono, S.P, 2001) :Adalah = (0 - E)2 = X2 n
(ad bc - 1/2n)2 E(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)Keterangan :X2 = chi Kuadrat0
= Nilai observasi (nilai yang diperoleh/diamati)E = Nilai expected
(nilai yang diharapkan)Syarat-syarat penggunaan uji Chi Square
untuk kasus 2 x 2 (Stang, 2002) :a. Jika n 40 gunakan (X2) dengan
koreksi kontigitas (Yates Corrected)b. Jika n ada diantara 20
sampai dengan 40, jika semua nilai expected (E) lima atau lebih
gunakan (X2) dengan koreksi kontigitas (Yates Corrected).Tetapi
jika terdapat nilai (E) kurang dari 5 gunakan uji fisher (Fisher
Exact)Rumus Uji Fisher : P = (A+B)! (C+D)! (A+C)! (B+D)! N!A!B!C!D!
Jika P hitung lebih besar dari taraf kesalahan = 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak.c. Jika n 20, gunakan uji fisher Exact
untuk uji apapun.d. Jika nilai observed (0) ada yang bernilai ol
maka uji alternatif yang digunakan adalah uji Fisher (Fisher
Exact).Syarat-syarat penggunaan Uji Chi-Square (Stang, 2002)a.
Semua hipotesis untuk kategori tidak berpasangan menggunakan uji
chi-square, bila memenuhi syarat.b. Syarat uji chi-square adalah
sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20 % dari
jumlah sel.c. Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi, maka uji
alternatifnya:1. Alternatif uji chi-square untuk tabel 2 x 2 adalah
uji fisher 2. Alternatif uji chi-square untuk 2 x K adalah uji
kolmogorof semirnof3. Alternatif uji chi-square untuk tabel selain
2 x 2 dan 2 x K adalah penggabungan sel. Setelah dilakukan
penggabungan sel akan terbentuk suatu tabel B x K yang baru.Sesuai
dengan metode penelitiannya yaitu kasus kontrol maka dalam
penelitian ini juga menggunakan OR (Odd Rasio) untuk menganalisa
hasil penelitiannya, sehingga diperoleh keterangan mengenai tingkat
kemaknaan dari hubungan yang diujikan dalm penelitian ini.
H. Instrumen PenelitianInstrumen atau alat penelitian yang
digunakan yaitu berup check-list, yang dirancang untuk melakukan
pencatatan mengenai hasil observasi yang berkenaan dengan kesehatan
lingkungan rumah kontak seperti ventilasi, kamarisasi dan kepadatan
peenghuni.