1 A. Judul Tesis HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME PENDIDIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMADIYAH KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 B. Latar Belakang Masalah Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sudah memakai sistem kelas dan menekankan pelajaran agama. Namun di masyarakat kualitas Madrasah masih menjadi sorotan terutama prestasi belajar peserta didik yang kurang merata. Hal ini bisa terjadi, karena beberapa faktor, antara lain kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru. Wahjosumidjo (2007:83) mengemukakan Kepala dapat diartikan “Ketua” atau “Pemimpin” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai : “Seorang tenaga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
A. Judul Tesis
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
PROFESIONALISME PENDIDIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMADIYAH KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
B. Latar Belakang Masalah
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sudah memakai sistem
kelas dan menekankan pelajaran agama. Namun di masyarakat kualitas Madrasah
masih menjadi sorotan terutama prestasi belajar peserta didik yang kurang merata.
Hal ini bisa terjadi, karena beberapa faktor, antara lain kepemimpinan kepala sekolah
dan profesionalisme guru.
Wahjosumidjo (2007:83) mengemukakan Kepala dapat diartikan “Ketua”
atau “Pemimpin” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah
adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai :
“Seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.
Pendidik merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman
yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya.1
keberadaan pendidik tersebut sangat penting sekali bagi peserta didik yaitu sebagai
penunjuang keberhasilan belajar peserta didik. Bahkan menurut E. Mulyasa, hasil
2
belajar peserta didik salah satunya adalah ditentukan oleh peran pendidik.2
Tanpa pendidik di sekolah jelas sekali peserta didik tidak mungkin dapat belajar
memahami mata pelajaran sekaligus mengatur operasionalnya hanya dengan dirinya
sendiri. Di sinilah letak peran pendidik yang demikian sentral bagi kepentingan
peserta didik di sekolah.
Menurut Wrigtman, seorang pendidik harus dapat mewujudkan terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi
tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya. 3 Pelaksanaan profesionalisme
pendidik tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa perwujudan yaitu
profesionalisme pendidik sebagai motivator, organisator, fasilisator serta sebagai
evaluator bagi peserta didik di sekolah. 4
Berdasarkan konsep profesionalisme pendidik, maka keberadaan pendidik
juga sangat sentral mengingat pendidik adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam proses pembentukan sumber
data manusia yang potensial di bidang pembangunan. Kegiatan belajar mengajar
akan berhasil kalau seorang pendidik disiplin dan kreatif. Seseorang yang
mempunyai disiplin akan terwujud suri tauladan bagi peserta didiknya bahkan
disiplin pendidik tersebut sangat berpengaruh terhadap peserta didiknya.
Berkaitan dengan masalah disiplin pendidik, Subari mengatakan bahwa
“Disiplin pendidik yang baik merupakan pengendalian (controlling) dan pengaruh
(directing) segala perasaan dan sikap orang yang ada di dalam sekolah untuk
menciptakan dan memelihara suau suasana bekerja yang efektif.”5 Pendidik dalam
28. Ibid., hal.21
3
menjalani fungsi sekolah harus mempunyai disiplin tinggi karena keberhasilan
pendidik dalam proses pembelajaran ditentukan oleh disiplin pendidik. Untuk itu
disiplin memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pengajaran secara
maksimal.
Pendidik dipandang sebagai factor yang menempati posisi yang sangat
penting karena ia sebagai subyek yang merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya pendidikan di kota lebih
berkualitas daripada pendidikan di desa. Hal ini tidak terlepas dari profesionalisme
para pendidik yang tentu saja lebih professional, kesejahteraan lebih tinggi dan sikap
disiplin yang tinggi pula.6
Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar di Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah karanggede kabupaten Boyolali
yang telah diupayakan oleh pendidik sekaligus pengajar bagi peserta didik, idealnya
juga di ukur kualitanya baik dari segi pemahamanya terhadap materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek
afektif) dan pengalamanya (aspek psikomotor).7 ketiga aspek ini merupakan ranah
kejiwaan yang sangat erat sekali dalam berkaitan sehingga ketiganya tidak mungkin
lagi untuk dipisahkan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar itu sendiri.
Benjamin S. Bloom juga menyatakan bahwa taksonomi (pengelompokan)
tujuan pendidikan sebagai tolak ukur dari prestasi belajar peserta didik juga harus
senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau daerah ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu : ranah berfikir (cognitive domain), ranah nilai 5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), hal.766. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
4
atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psikomotor domain) sehingga
pembelajaran disekolah dapat terlaksana dengan baik dengan hasil belajar peserta
didik yang baik dan dinamis dari waktu ke waktu.8
Realitas gejala yang ada dalam pengamatan pra penelitian terdapat indikasi
bahwa kinerja kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru sebagian telah
dilaksanakan dengan baik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali,
dan sebagian yang lagi belum terlaksana dengan baik. Sedangkan hasil belajar
peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali sebagian
peserta didik telah memiliki hasil belajar yang baik dan sebagian lainnya hasil
belajarnya masih kurang baik.
Adanya profesionalisme pendidik, kedisiplinan pendidik dan hasil belajar
peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali yang berbeda-
beda tersebut, sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Mengingat hal tersebut dapat
memunculkan spekulasi pendapat, yaitu apakah prestasi hasil belajar peserta didik di
MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali memperoleh kontribusi dari
faktor hubungan kepemipinan kepala sekolah dan kompetensi guru di MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali ataukah karena faktor lain.
Oleh karena itu, apabila kontribusinya diberikan oleh hubungan kinerja
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali, maka kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru yang belum dapat berjalan secara maksimal dan harus ditingkatkan
lagi sampai semaksimal mungkin dalam rangka untuk lebih meningkatkan hasil
prestasi belajar peserta didik MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
28. Ibid., hal.21
5
Pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa
kinerja kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru memberikan pengaruh
terhadap prestasi hasil belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede
Kabupaten Boyolali. Namun demikian kebenaran mengenai realitas gejala pada
hubungan kinerja kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap
prestasi hasil belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten
Boyolali tersebut masih harus dibuktikan kebenaranya. Sehingga kebenaran yang
dimaksud tidak ditimbulkan oleh factor perkiraan atau spekulasi pendapat. Maka
untuk mencari kebenaran hal tersebut harus dilakukan pembuktian serta harus diuji
pula secara ilmiah.
Pembuktian yang dimaksud dilakukan dengan jalan mengadakan penelitian
yang didalamnya mengkaji dan meneliti tentang hubungan kepemimpinan kepala
sekolah dan kompetensi guru terhadap prestasi hasil belajar peserta didik, sehingga
dapat di lihat nantinya hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai
gambaran hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap
prestasi belajar peserta didik tahun 2011/2012.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, maka peneliti berusaha untuk
membahas dan menganalisis hal tersebut pada penelitian yang tersusun dalam bentuk
tesis dengan judul : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMADIYAH KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas dan kenyataan bahwa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian ilmiah dalam rangka penyusunan tesis,
maka dibutuhkan batasan permasalahan yang jelas. Oleh karena itu peneliti membuat
beberapa rumusan permasalahan yang akan dijadikan sebagai penuntun dalam
langkah-langkah penelitian pada bab-bab berikutnya. Adapun yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana profesionalisme pendidik di MTs Muhammadiyyah Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Bagaimana prestasi belajar peserta didik kelas IX di MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
4. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalisme pendidik terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IX di
MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dalam relevansinya dengan permasalahan tersebut di atas,
terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu :
28. Ibid., hal.21
7
1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah di MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
2. Untuk mengetahui profesionalisme pendidik di MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012
3. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik kelas IX di MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
4. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalimependidik terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IX di
MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
E. Kegunaan Penelitian
Sebuah penelitian terhadap suatu masalah pasti memiliki harapan atas
manfaat dan kegunaan yang ingin dicapai. Termasuk dalam penelitian ini penulis
berharap bahwa penelitian akan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut:
1) Kegunaan secara teoritis
a. Dapat memberikan informasi khususnya tentang kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalime
pendidik terhadap prestasi belajar peserta didik di MTs, sehingga dapat
meningkatkan kinerja guru lebih professional dan menarik.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
8
b. Dapat memberikan informasi mengenai pengembangan dalam
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses pembelajaran
dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi peserta didik MTs.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun kebijakan bagi kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme pendidik dan prestasi
peserta didik.
d. Sebagai bahan kajian lebih lanjut, khususnya bagi peneliti dan
akademisi yang berkait dengan bidang pendidikan.
2) Manfaat Praktis :
a. Untuk pedoman memecahkan berbagai masalah dan memberikan
pengaruh yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalisme pendidik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
didik secara dinamis.
b. Sebagai acuan untuk memperbaiki strategi kinerja kepemimpinan
kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme pendidik dan
prestasi peserta didik.
c. Agar institusi MTs Muhammadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya melalui peningkatan
profesionalisme dan kinerja kepala sekolah dan guru dalam bertugas.
3) Manfaat Individual
Untuk mendapatkan gelar Pasca Sarjana (S2) Pada Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) Surakarta.
28. Ibid., hal.21
9
F. Kerangka Teori dan Hipotesa
1. Kerangka Teori
a. Pengertian kepemimpinan.
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas
seorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk
mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership
telah didefinisikan oleh banyak para ahli diantaranya adalah Stoner
mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-
kegiatan dari sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan
tugasnya.
T. Hani Handoko (1999:294) mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi
lainnya seperti peencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi.
b. Pelaksanaan tugas kepemimpinan.
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu
perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
10
Usaha-usaha yang sistematis tersebut membuahkan teori sifat dan kesifatan
dari kepemimpinan.
Salah satu teori sifat atau kesifatan adalah yang dikemukakan oleh
Soebagio (1991:153-154) bahwa kepemimpinan dibagi lagi menjadi
beberapa yaitu kepemimpinan struktural, filsafat dan parsitipatif. Kepala
Sekolah sebagai pemimpin harus memperhatikan dan mempraktekkan
fungsi kepemimpinan dalam kehidupan sekolah.
Covey dalam Antonio (2007:20) menekankan bahwa pemimpin dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus memiliki empat fungsi
kepemimpinan yang dimaksud yaitu :
1) Fungsi Perintis (pathfinding)
Mengungkapkan bagaimana upaya sang pemimpin memahami dan
memenuhi kebutuhan utama para stake holder-nya, misi dan nilai-nilai
yang dianutnya, serta yang berkaitan dengan visi dan strategi, yang
kemana perusahaan (lembaga yang dipimpin) akan akan dibawa dan
bagaimana caranya agar usaha yang dilakukan mampu membawa
lembaga tersebut dalam pencapaian tujuan.
2) Fungsi Penyelaras (aliging)
Yaitu berkaitan dengan bagaimana pemimpin menyelaraskan keseluruhan
system dalam organisasi agar mampu bekerja dan saling sinergis.
3) Fungsi Pemberdayaan (empowering)
Yaitu berhubungan dengan upaya pemimpin untk menumbuhkan
lingkungan dan dapat memaksimalkan sumber daya yang ada termasuk
28. Ibid., hal.21
11
sumber daya manusia (SDM) agar setiap orang dalam organisasi mampu
melakukan yang terbaik dan selalu mempunyai komitmen yang kuat
(committed).
4) Fungsi Panutan (modeling)
Yaitu mengungkapkan bagaimana agar pemimpin dapat menjadi panutan
bagi para karyawannya. Seorang pemimpin hendaknya mampu
memberikan contoh kepada karyawannya yang menjadi tanggung
jawabnya dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif.
c. Pengertian Kediplinan Pendidik
Pengertian kedisiplinan bisa diartikan sebagai suatu ketaatan pada
aturan atau tata tertib.14 Kedisiplinan juga merupakan salah satu bentuk
implementasi dari terwujudnya peraturan yang telah dibuat dalam rangka
mengatur dan menjaga keseimbangan sosial yang ada di suatu lingkungan
sosial sekolah.
d. Hubungan Kepemimpinan Kepala sekolah dan Kompetensi Guru dengan
Prestasi Belajar Peserta didik.
Pengamatan yang telah dilakukan tentang kepemimpinan kepala
sekolah dan kompetensi profesionalisme guru di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukan
adanya indikasi bahwa sebagai kepala sekolah dan guru telah melaksanakan
kinerja cukup baik. Namun demikian dalam pengamatan pra peneliti, kepala
sekolah dan sebagian guru yang lain di MTs Muhamadiyah Karanggede
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
12
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, masih ada yang belum
mengetahui tentang kompetensi guru dengan baik.
Berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat di
indikasikan bahwa sebagian peserta didik prestasin belajarnya sudah cukup
baik, akan tetapi sebagian peserta didik yang lain juga masih ada yang
belum baik. Upaya untuk meminimalisir spekulasi pendapat tentang adanya
hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam
menunjang peningkatan prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, masih perlu
penelitian.
Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka teori penelitian tentang
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap
prestasi belajar peserta didik dapat dilihat skema gambar sebagai berikut:
Gambar 1Skema Kerangka Berfikir Penelitian
28. Ibid., hal.21
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Prestasi Belajar Peserta didik (Y)
Kompetensi Guru (X2)
13
2. Hipotesis
dalam pengertian secara teoritis, hipotesis ialah “Jawaban sementara
terhadap masalah penelitian, yang kebenaranya masih harus diuji secara
empiis”.21 Sedangkan secara teknis, hipotesis adalah “pernyataan mengenai
populasi yang akan diuji kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh dari
sempel penelitian”.22
Penelitian pada tesis ini dapat dirumuskan bahwa hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru berhubungan secara
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik di MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang pada
umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak melalui
perhitungan dalam bentuk angka.23 dalam pendekatan penelitian kuantitatif
ini peneliti analis data dilakukan dengan statistik menggunakan rumus
product moment sebagai langkah untuk menyelesaikan penelitian ini.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Waktu Penelitian
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
14
Penelitian tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru terhadap prestasi belajar peserta didik MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012, adalah menggunakan waktu mulai bulan Maret sampai bulan
Juni 2012.
b. Tempat penelitian
Tempat yang dipakai oleh penulis dalam meneliti obyek yang sedang
dikaji adalah di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
3. Populasi,Sampel dan Sampling
a. Populasi
Populasi adalah ”seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.24 Penelitian ini adalah kepala
sekolah MTs Muhamadiyah Karanggede, seluruh guru MTs Muhamadiyah
Karanggede, dan peserta didik siswi MTs Muhamadiyah Karanggede yang
berjumlah 6 kelas dengan jumlah peserta didik 192 peserta didik.
b. Sampel
Secara definitif Sampel adalah ”Sebagai bagian dari populasi, sebagai
contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”.25 Adapun
sampel yang penulis ambil adalah kepala sekolah MTs Muhamadiyah
Karanggede, seluruh guru MTs Muhamadiyah Karanggede, dan peserta
didik siswi Muhamadiyah Karanggede berjumlah 6 kelas dengan jumlah
peserta didik 192 peserta didik.
c. Sampling
28. Ibid., hal.21
15
Sampling atau tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
dengan memperhatikan dan melihat populasi. Maka penulis mengambil
sampel menurut pendapat dari Suharsimi Arikunto (1989: 107) yang
menyebutkan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil
10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.
Berdasarkan Dari pendapat di atas, penelitian ini mengambil pendapat
Arikunto yaitu masing-masing 20 % dari semua populasi. Mengambil
pendapat dari Arikunto sebesar 20%, karena keterbatasan biaya yang
dimiliki oleh peneliti. Sehingga sampelnya adalah 192 x 20 % = 40
dibulatkan menjadi 40 orang.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik
simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari semua anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
anggota populasi tersebut.
4)Variabel Penelitian.
Variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita diletakkan
bilangan atau nilai (Kerlinger, 1988 : 49). Dalam penelitian ini variabel-
variabel yang diteliti terdiri atas dua jenis yaitu yang pertama Variabel bebas
(Indepent) yang meliputi Kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan Kompetensi
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
16
Guru (X2) sedang yang kedua Variabel terikat (Dependent) yang meliputi
Prestasi belajar Peserta didik. (Y)
a. Variabel bebas (Indepent) (X1).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui data kepemimpinan kepala
sekolah tersebut, peneliti mengelompokan beberapa indikator yaitu :
1) Kompetensi kepala sekolah.
2) Fungsi kepemimpinan kepala sekolah.
3) Kreatifitas kepala sekolah.
4) Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.
b. Variabel bebas (Indepent) (X2).
Kedisiplinan pendidik, dengan indikatornya sebgaai penunjang
dalam spesifikasi pada variabel yang dapat dipakai sebagai acuan adalah
sebagai berikut :
1) Kedisiplinan pribadi
2) Kedisiplinan sosial
3) kedisiplinan di sekolah
4) Kedisiplinan dalam mengajar
5) Kedisiplinan dalam menjalankan tugas
c. Variabel terikat (Dependent) (Y)
Prestasi belajar peserta didik MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten
Boyolali dalam penelitian ini diamati dengan indikator-indikator hasil
28. Ibid., hal.21
17
belajar peserta didik untuk semua mata pelajaran yang diberikan selama
semester gasal tahun pelajaran 2011/2012.
Gambar 2Gambar Bagan Hubungan Variabel X1,X2 terhadap Y
5) Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang akan peneliti kumpulkan
yaitu data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif dikumpulkan untuk
memperoleh keterangan yang mendalam mengenai obyek penelitian.
Sedangkan data kuantitaif dikumpulkan untuk memperoleh gambaran
diskriptif yang dapat menunjang dan mempertajam data kuantitif.
Untuk memperoleh data tersebut di atas penulis menggunakan
beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang Nampak pada obyek penelitian”.27 Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh profesionalisme
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
X1
Y
X2
18
pendidik dan kedisiplinan pendidik terhadap prestai belajar peserta didik
kelas IV dan V di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
b. Metode Angket
Metode angket ialah “Suatu metode pengumpulan infomasi
dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara
tertulis pula oleh responden”.28 Metode angket digunakan untuk
disampaikan dan diajukan kepada responden sebagai anggota sampel,
dalam rangka upaya memperoleh data tentang pengaruh profesionalisme
pendidik dan kedisiplinan pendidik terhadap prestasi belajar peserta kelas
IV dan V didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ialah metode yang digunakan untuk
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.29
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data dan
informasi serta pengetahuan kepustakaan yang berkaitan dengan materi
penelitian ini yaitu tentang pengaruh profesionalisme pendidik dan
kedisiplinan pendidik terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IV dan
V di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
II. Analisis Pendahuluan
Setelah data terkumpul, selanjutnya dalam analisis pendahuluan
penulis melakukan pengolahan data dengan tehnik sebagai berikut :
28. Ibid., hal.21
19
1. Editing, yaitu tehnik pemeriksaan kembali kelengkapan jawaban yang
telah diperoleh.
2. Coding, yaitu tehnik pemberian kode pada masing-masing jawaban
responden dengan cara mempertimbangkan katagori-katagori yang sudah
ada atau yang sudah disusun sebelumnya.
3. Tabulating, yaitu teknik memutuskan atau meletakkan data pada tabel atau
grafik untuk keperluan tersebut sesuai dengan jenis kodenya.30.
Analisis pendahuluan ini dilakukan oleh peneliti dengan menyusun data
yang telah terkumpul dari hasil penelitian, kemudian dimasukan kedalam
tabel distribusi frekuensi untuk tiap-tiap variabel. Untuk memudahkan
pengolahan data statistiknya maka dari semua alternatif jawaban dari tiap
item atau soal dari variabel diberi skor sebagai berikut :
1. Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) diberi skor 5
2. Untuk jawaban S (Setuju) diberi skor 4
3. Untuk jawaban KS (Kurang Setuju) diberi skor 3
4. Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) diberi skor 2
5. Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1
III. Analisis Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara variabel-variabel. Tehnik analisis data yang dipilih untuk
menganalisis data menggunakan tehnik analisis korelasi dengan
menggunakan korelasi produk moment, untuk menguji hipotesis hubungan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
20
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen dan korelasi
ganda untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel independen
dan satu variabel dependen (Sugiyono, 2008: 153). Langkah-langkah yang
dipergunakan dalam tehnik analisis ini adalah:
1. Merumuskan hipotesis penelitian.
2. Merumuskan hipotesis statitik, yang terdiri dari hipotesis nol (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha), dengan ketentuan :
Jika Ho : = 0 , maka tidak ada hubungan antara variabel X dan Y.
Jika Ha : ≠ 0, maka ada hubungan antara variabel X dan Y.
3. Menentukan nilai statistik hitung dengan rumus th=r √ n−2
1−r2
Keterangan:
th = t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel yang diteliti
Untuk menentukan nilai koefisien korelasi (r) menggunakan rumus
korelasi product moment :
rXY =
N (∑ XY ) − (∑ X ) (∑ Y )
√ {N (∑ X2) − (∑ X )2} {N (∑Y 2) − (∑ Y )2 }dan korelasi ganda
dengan rumus
28. Ibid., hal.21
21
rx1x2y = √ r 2 x1 y+r2 x2 y−2 rx1 y . rx 2 y .rx 1 x2
1−r2 x1 x2
keterangan:
X adalah variabel bebas
Y adalah variabel terikat
4. Menentukan nilai t tabel.
t tabel = t [( 1 – α ), ( n – 2 )] dan nilai α = 5%.
5. Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Kriteria pengujian
Ho diterima apabila −t tabel < thitung < t tabel
Ho ditolak apabila thitung > t tabel
6. Menentukan persamaan garis regresi.
Secara umum persamaan garis regresi sederhana (dengan satu prediktor)
adalah: Y = a + bX.
Keterangan :
Y = Nilai yang diprediksikan.
a = Konstanta atau apabila nilai X = 0
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
22
b = Koefisien regresi.
X = Nilai variabel independen.(Sugiyono, 2003: 188)
Sedangkan persamaan garis regresi ganda adalah : Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Nilai yang diprediksikan.
a = Konstanta atau apabila nilai X = 0
b = Koefisien regresi.
7. Membuat keputusan uji berupa simpulan.
8. Melakukan Pembuktian Hipotesis
c. Analisis Lanjut
Analisis lanjut merupakan analisis yang dilakukan oleh peneliti
setelah dilakukan analisis pendahuluan dan analisis dan analisis uji hipotesis.
Analisis ini dilakukan dalam rangka menganalisis secara orientatif tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap prestasi belajar
peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah Karanggede Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
H. Sistematika Penulisan
28. Ibid., hal.21
23
Sebagai suatu upaya memudahkan pembahasan atau untuk mengetahui
gambaran secara umum tesis ini, perlu kiranya peneliti memaparkan sistematika yang
dalam hal ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian
ahir.
Pada bagian awal terdiri dari jilid luar, jilid dalam, lembar persetujuan
pembimbing, lembar pengesahan, motto, abstrak Bahasa Indonesia, abstrak Bahasa
Inggris, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.
Pada bagian isi terdiri :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan
Hipotesis, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II : KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU
DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
Pada bab ini berisi kajian teori tentang kepemimpinan kepala sekolah
dan kompetensi guru dan prestasi belajar peserta didik.
BAB III : GAMBARAN UMUM MTs MUHAMADIYAH KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI.
Pada bab ini berisi profil keberadaan sekolah, keberadaan kepala
sekolah, keberadaan guru dan keberadaan peserta didik MTs
Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012.
BAB IV : ANALISIS HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
24
DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PESERTA DIDIK MADRASAH TSANAWIYAH
MUHAMADIYAH
KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011-2012
Pada bab ini berisi analisis kepemimpinan kepala sekolah di MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran
2011/2012, analisa kompetensi guru di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012, analisa
prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012, dan analisis
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru
terhadap prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012.
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
I. Time Schedule
Time schedule pada penulisan tesis ini dapat dilihat pada pemaparan
berikut.
N0 BULAN KEGIATAN
1. Januari 2012 Pengajuan judul tesis
28. Ibid., hal.21
25
2. Februari 2012 1. Pengajuan proposal tesis2. Revisi proposal tesis
3. Maret 2012 1. Pelaksanaan penelitian berupa inventarisasi data2. Pelaksanaan penelitian berupa pengumpulan data
dengan menggunakan intrumen angket3. Analisis data4. Penyimpulan data
4. April 2012 1. Penyusunan laporan tesis2. Revisi laporan tesis
5. Mei 2012 1. Pelaksanaan ujian tesis2. Revisi hasil ujian tesis3. Penggandaan naskah ujian
J. Kerangka Isi Tesis
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Kegunaan Penelitian
e. Kerangka Teori Dan Hipotesis
f. Metode Penelitian
g. Sistematika Penelitian
BAB II : KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI
GURU DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
26
B. Kompetensi Guru
C. Prestasi Belajar Peserta didik
BAB III : OBYEK PENELITIAN
A. Profil MTs Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012
B. Keberadaan kepala sekolah MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
C. Keberadaan guru MTs Muhammadiyyah Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012
D. Keberadaan peserta didik MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
BAB IV : ANALISIS
A. Analisis kepemimpinan kepala sekolah MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012
B. Analisis kompetensi guru MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
C. Analisis prestasi belajar peserta didik MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012
28. Ibid., hal.21
27
D. Analisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru terhadap prestasi peserta didik MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
K. Daftar Pustaka
Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan kepala sekolah tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Poerwadarminto W.J.S. 1987. Kamus bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Kamal Muhammad Isa. 1994. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Fikahati Anesta
M. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, \Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ahmad Tafsir 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. RemajaRosdakarya
Handoko T. Hani. 1995. Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Yogyakarta : LPFE
Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen Serta Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005
Soebagio Admodiwito. 1991. Kepemimpinan kepala sekolah. Semarang. Adhi Waskito .
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
28
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
M. Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian,Jakarta: PT. Rineka Cipta Atzine, Amitai, 1989, Organisasi modern, Terjemahan Suratin, Jakarta : UI
Stephen R.Covey.1997. Kepemimpinan yang berprinsip. Jakarta: Binarupa Aksara
The Liang Gie. 1997. Administrasi perkantoran modern. Yogyakarta: Liberty
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
30
Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen Serta Standar Nasional
Pendidikan Tahun 2005
Donald R. Cruickshank, Deboran Bainer Jenkins, and Kim K. Metcalf. 2006. The act of teaching. Boston: Mc.Graw Hill
1.Kamal Muhammad Isa,Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati
Anesta,1994), Cet. Ke-1, h. 64.
2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.
3 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006),Cet. Ke-20, h. 15.
4Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), Cet. Ke-1, h. 3
5 Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4
28. Ibid., hal.21
31
6Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4-5.
7Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: GaungPersada
Press, 2007), Cet. Ke-2, h. 4.
8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: PT. RemajaRosdakarya,
2005), Cet. 6,h. 107.
BAB II
PEMBAHASAN
PROFESIONALISME GURU DANHUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI
BELAJAR PESERTA DIDIK
A.Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris
Indonesia, “ profession berarti pekerjaan”.1 Arifin dalam buku Kapita Selekta
Pendidikan mengemukakan bahwa Profession mengandung arti yang sama dengan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
32
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus.2
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang
ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.3
Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur
berlandaskan intelektualitas.4
Jasin Muhammad yang dikutipoleh Yunus Namsa, beliau menjelaskan bahwa
profesi adalah “suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya
memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi
lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli”. Pengertian profesi ini
tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta
prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang
ahli.5
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi
adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas,
sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara
akademis.
28. Ibid., hal.21
33
Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian
dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran,dan pelatihan yang
ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
bersangkutan. Guru sebagai profesiberarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan
kompetensi (keahliandan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar
dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.6
Adapun mengenai kata “Profesional”, Uzer Usman memberikan suatu
kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional memerlukan beberapa
bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentingan umum. Kata“ prifesional” itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti
pencaharian dan sebagai katabenda yang berarti orang yang mempunyai keahlian
seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini,
maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.7
H.A.R. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang professional menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki
kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran.
Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
34
menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan
pelatihan.8
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah,suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang
mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.9.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain,maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru
yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya.10 Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa
guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru
dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah
berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.11
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu
jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan
tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional.
Dengan demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme
guru dalam bidang studi Fiqih, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan
28. Ibid., hal.21
35
keahlian khusus dalam bidang studi Fiqih serta telah berpengalaman dalam mengajar
Fiqih sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru Fiqih dengan
kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru
profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumbermata pencaharian.
2.Dalil Guru Profesional
3.Perlunya Guru Profesional
Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan
pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman,
nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah peserta didik
dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa
berat diterima oleh para peserta didik. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan
keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari
hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat
diperlukan.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang
bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harusmampu menemukan jati diri
dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritasyang sangat rendah pada pembangunan
pendidikan selama beberapa puluhtahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas
bagi kehidupanberbangsa dan bernegara.12
Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikansaat ini,
penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaanguru profesioanal.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
36
Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatasmenjalankan profesinya, tetapi guru
harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan
perbaikan kualitas pelayananterhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun
kompetensi lainnyayang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan
belajarmengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.
Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam
bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Barumengemukakan bahwa guru
dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan
harus menjadi direktur belajar.Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar
(kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan
belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi
lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsikhusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi
profesionalismekeguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut,
Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsisebagai:
a.Designer of intruction(perancang pengajaran)
b.Manager of intruction(pengelola pengajaran)
c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar peserta didik).13
Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalismedunia
pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkanmelaksanakan tugas
kependidikan yang tidak semua orang dapatmelakukannya, artinya hanya mereka yang
memang khusus telahbersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru
28. Ibid., hal.21
37
profesional.Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan
danmenggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskanbahwa
guru itu adalah sebuah profesi. Sebagai profesi, memangdiperlukan berbagai syarat,
dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami,dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru
memahami dengan benar apayang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan
menyadaribagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian
iamelakukannya sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuatdemikian,
ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorangprofesional, yang menjadi
semakin profesional.14
Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yangprofesional,
penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatulembaga pendidikan
diharapkan akan memberikan perbaikan kualitaspendidikan yang akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar peserta didik.Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan
peningkatan prestasi belajar,maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan
terwujud dengan baik.Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain
untuk mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga
diharapkanmampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga
mampumenghasilkan peserta didik yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu,
perludipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guruyang
memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas pendidikandan cara pandang
yang maju.
4.Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
38
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahasmengenai
pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akanmenjelaskan mengenai
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guruyang profesional. Karena seorang
guru yang profesional tentunya harusmemiliki kompetensi profesional. Dalam buku
yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu
mencakupempat aspek sebagai berikut:
a.Kompetensi Pedagogik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butira
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuanmengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahamanterhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.15
b.Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butirb,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil,dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.16
a. Kompetensi Profesioanal. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butirc dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi
profesional adalahkemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
danmendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik
28. Ibid., hal.21
39
memenuhistandar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
NasionalPendidikan.17
b. Kompetensi Sosial.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butird
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosialadalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik,sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserte didik,dan masyarakat sekitar.18
Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutippernyataan
Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakanefektif dalam mengajar
apabila ia memiliki potensi atau kemampuanuntuk mendatangkan hasil belajar pada
murid-muridnya. Untuk mengaturefektif tidaknya seorang guru, Mitzel
menganjurkan cara penilaian dengan3 kriteria, yaitu: presage, process dan product .
Dengan demikian seorangguru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif
apabila ia dari segi: presage, ia memiliki“ personality attributes”dan“ teacher
knowledge” yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampumendatangkan
hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampumenjalankan (mengelola dan
melaksanakan) kegiatan belajar-mengajaryang dapat mendatangkan hasil belajar
kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang
dikehendaki oleh masing-masingmuridnya.Dengan penjelasan di atas berarti latar
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
40
belakang pendidikan atauijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage,
sedangkanijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar.
Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambilkesimpulan
bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan
product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1.Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yangterdiri dari unsur
sebagai berikut:
a.Latar belakang pre-servicedan in-service guru.
b.Pengalaman mengajar guru.
c.Penguasaan pengetahuan keguruan.
d.Pengabdian guru dalam mengajar.
2.Kriteria Process (kemampuan guru dalam mengelola danmelaksanakan proses
belajar mengajar) terdiri dari:a.Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan
ProsesPembelajaran (RPP).
b.Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar didalam kelas.
c.Kemampuan guru dalam mengelola kelas.
3.Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiridari hasil-
hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan olehguru tersebut.Dalam
prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau dimadrasah tentunya
harus didasarkan kepada effektifitas mengajar gurutersebut sesuai dengan tuntutan
kurikulum sekarang yang berlaku,dimana guru dituntut kemampuannya untuk
merumuskan danmengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan
evaluasipengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses
28. Ibid., hal.21
41
belajarmengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan
ataumembimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami olehmurid-
muridnya.19
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secarakonseptual,
unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan danKebudayaan dan Johnson
mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuanprofesional, (b) kemampuan sosial, dan
(c) kemampuan personal (pribadi).Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:
a.Kemampuan profesional mencakup:
1)Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahanyang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan daribahan yang diajarkannya itu.
2)Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasankependidikan dan keguruan.
3)Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran peserta didik.
b.Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.
c.Kemampuan personal (pribadi) mencakup:
1)Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2)Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh
seseorang guru.
3)Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
peserta didiknya.20
Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsamengemukakan
pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajardengan baik, guru harus
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
42
memiliki kemampuan profesional, yaituterpenuhinya 10 kompetensi guru, yang
meliputi:
a.Menguasai bahan meliputi:
1)Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;
2)Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;
b.Mengelola program belajar mengajar, meliputi :
1)Merumuskan tujuan intsruksional;
2)Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yangtepat;
3)Melaksanakan program belajar mengajar;
4)Mengenal kemampuan anak didik;
c.Mengelola kelas, meliputi:
1)Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;
2)Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;
d.Menggunakan media atau sumber, meliputi:
1)Mengenal, memilih dan menggunakan media;
2)Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana;
3)Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;
4)Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalanlapangan;
e.Menguasai landasan-landasan pendidikan.
f.Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
g.Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pelajaran.
h.Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:
28. Ibid., hal.21
43
a.Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan;
b.Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;
i.Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah;
j.Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitianpendidikan guna
keperluan pengajaran.21
Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yangdiselenggarakan oleh
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G),telah dirumuskan sejumlah
kemampuan dasar seorang calon guru lulusansistem multistrata sebagai berikut:
a.Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum-kurikulum
sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b.Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional,
mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur
instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal
kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan
merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.
c.Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA, dan
menciptakan iklim belajar yang efektif.
d.Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuatalat-alat
bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium,
mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar mengajar.
e.Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f.Merencanakan program pengajaran.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
44
g.Mengelola interaksi belajar mengajar.
h.Menguasai macam-macam metode mengajar.
i.Menilai kemampuan prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran.
j.Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah.
k.Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
l.Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikanyang sederhana
guna kemajuan pengajaran.22
Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskanmengenai
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:
a.Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagaiagen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilkikemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b.Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahtingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorangpendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yangrelevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
c.Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasardan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1)Kompetensi pedagogik;
2)Kompetensi kepribadian;
3)Kompetensi profesional; dan
4)Kompetensi sosial.
28. Ibid., hal.21
45
d.Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/sertifikat keahliansebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khususyang diakui dan diperlukan dapat
dianggap menjadi pendidik setelahmelewati uji kelayakan dan kesetaraan.
e.Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaransebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4)dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.23
Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2)mengenai
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pulabahwa:
Pasal 1
a.Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dankompetensi guru
yang berlaku secara nasional.
b.Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yangdimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteriini.
Pasal 2 Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhikualifikasi
akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur denganPeraturan Menteri
tersendiri.24
Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas mengenai aspek-aspek
kompetensi guru profesional, untuk memudahkan penulis dalammelakukan
penelitian, maka indikator yang akan diteliti dalam skripsi ini akan merujuk kepada
pendapat yang ditulis oleh Nana Sudjana dalambukunya yang berjudul Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar.
Menurut Nana Sudjana, untuk keperluan analisis tugas gurusebagai pengajar,
maka kemampuan guru atau kompetensi guru yangbanyak hubungannya dengan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
46
usaha meningkatkan proses dan hasil belajardapat diguguskan ke dalam empat
kemampuan yakni:
a.Merencanakan program belajar mengajar.Sebelum membuat perencanaan belajar
mengajar, guru terlebih dahuluharus mengetahui arti dan tujuan perencanaan
tersebut, dan menguasaisecara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat
dalamperencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan programbelajar
mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori,keterampilan dasar, dan
pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Makna
atau arti dariperencanaan/program belajar mengajar tidak lain adalah
suatuproyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukanpeserta didik
selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebutsecara terinci harus jelas
ke mana peserta didik akan dibawa (tujuan), apayang harus peserta didik pelajari (isi
bahan pelajaran), bagaimana cara peserta didik mempelajarinya (metode dan teknik)
dan bagaimana kita mengetahuibahwa peserta didik telah mencapainya (penilaian).25
b.Menguasai bahan pelajaran.Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bahan
integral dariproses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi profesi
guru.Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahanyang akan
diajarkannya. Penguasaan bahan pelajaran ternyatamemberikan pengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik. Nana Sudjanamengutip pendapat yang dikemukakan oleh
Hilda Taba yangmenyatakan bahwa keefektifan pengajaran dipengaruhi oleh
(a)karakteristik guru dan peserta didik, (b) bahan pelajaran, dan (c) aspek lainyang
berkenaan dengan sistuasi pelajaran. Jadi terdapat hubunganyang positif antara
penguasaan bahan pelajaran oleh guru dengan hasilbelajar yang dicapai oleh peserta
28. Ibid., hal.21
47
didik. Artinya, makin tinggi penguasaanbahan pelajaran oleh guru makain tinggi pula
hasil belajar yangdicapai peserta didik.
c.Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.Melaksanakan
atau mengelola program belajar mengajar merupakantahap pelaksanaan program
yang telah dibuat. Dalam pelaksanaanproses belajar mengajar kemampuan yang
dituntut adalah keaktifanguru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
peserta didik belajarsesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan.
Guruharus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah
kegiatan mengajar dihentikan, ataukah diubah metodenya,,apakah mengulang
kembali pelajaran yang lalu, manakala para peserta didikbelum dapat mencapai
tujuan pengajaran. Pada tahap ini di sampingpengetahuan teori tentang belajar
mengajar, tentang pelajar,diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik
mengajar.Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu
pengajaran,penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajarpeserta
didik, keterampilan memilih dan menggunakan strategi ataupendekatan mengajar.
d.Menilai kemajuan proses belajar mengajar.Setiap guru harus dapat melakukan
penilaian tentang kemajuan yangdicapai para peserta didik, baik secara iluminatif-
obsrvatif maupun secarastruktural-objektif. Penilaian secara iluminatif-observatif
dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dankemajuan
yang dicapai peserta didik. Sedangkan penilaian secara struktural-objektif
berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yangbiasa dilakukan dalam
rangka penilaian hasil belajar peserta didik.26
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
48
5. Aspek Guru Islam Profesional
Kamal Muhammad ‘Isa mengemukakan bahwa seorang guru dituntut harus
memilki berbagai sifat dan sikap yang antara lain sebagaiberikut:
a.Seorang guru haruslah manusia pilihan. Siap memikul amanah danmenunaikan
tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.
b.Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurnamungkin.
Agar bisa berperan sebagai pendidik dekaligus sebagai da’I yang selalu menyeru ke
jalan Allah. Oleh sebab itu, kebutuhan hidupguru, haruslah dapat dipenuhi oleh pihak
penguasa. Agar dalamketenangan hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugasnya denganpenuh
rasa cinta dan ikhlas.
c.Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru semata-mata hanya mengharapkan
ganjaran dan pahala dari Allah swt.Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Hud as dalam
Q.S. Huud ayat 51:“ Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku
ini.Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah
kamu memikirkan-Nya?” .(Q.S. Huud (11): 51)
d.Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep ilahidimana dia hidup
dengan konsep itu, dan mampu mengamalkannya.
e.Seorang guru harus memilki sikap yang terpuji, berhati lembut,berjiwa mulia,
ruhya suci, niatnya ikhlas, taqwanya hanya pada Allah,ilmunya banyak dan pandai
menyampaikan berbagai buah pikirannyasehingga penjelasannya mudah ditangkap
dengan atau tanpa alatperaga.
f.Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi.
28. Ibid., hal.21
49
g.Seorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yangshalih.
h.Seruan dan anjuran seorang guru hendaknya tercermin pula dalamsikap keluarga atau
para sahabatnya.
i.Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya. Tidak bolehangkuh dan
tidak boleh menjauh, sebaliknya ia harus mendekati anak didiknya.27
6. Kriteria Guru Sebagai Profesi
Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh MartinisYamin
menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memilikipengetahuan dan
keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dantujuan, (4) mengutamakan
layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapatpengakuan dari orang lain atas
pekerjaan yang digelutinya.28
Kemudian Robert W. Richey dalam bukunya “Preparing for aCarier in Education”,
yang dikutip Yunus Namsa mengemukakan ciri-cirisekaligus syarat-syarat dari suatu
profesi sebagai berikut:
a.Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan
pribadi.
b.Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahliannya.
c.Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta mampu
mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
50
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikapserta cara
kerja.
e.Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanandisiplin diri dalam
profesi, serta kesejahtraan anggotannya.
g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier ) danmenjadi seorang
anggota yang permanen.29
Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruanmengemukakan,
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yangmencoba menyusun kriteria profesi
keguruan. Misalnya
National Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria
sebagaiberikut:
a.Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b.Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.
c.Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d.Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yangbersinambungan.
e.Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yangpermanen.
f.Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.
g.Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalinerat.30
Dalam buku yang dikutip Yunus Namsa, Sanusi mengutarakanciri-ciri utama
suatu profesi sebagai berikut :
a.Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yangmenentukan (crusial).
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
28. Ibid., hal.21
51
c.Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melaluipemecahan masalah
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d.Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,sistematik,
eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e.Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi denganwaktu yang
cukup lama.
f.Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-
nilai profesional itu sendiri
g.Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang
teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h.Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam
memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom danbebas dari
campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat danoleh karenanya
memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa,Syafaruddin dan Irwan
Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasanrasional dan empirik sehingga tugas
mengajar disebut sebagai profesiadalah; (1) bidang tugas guru memerlukan
perencanaan yang matang,pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas
mengajardilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajarmemerlukan
dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidangpendidikan ini
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
52
memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan danlatihan, sejak pendidikan dasar
sampai pendidikan tenaga keguruan.31
7. Kriteria Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, sepertiyang dibayangkan
sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materidan menyampaikannya kepada
peserta didik sudah cukup, hal ini belumlah dapatdikategori sebagai guru yang
memiliki pekerjaan profesional, karena guruyang profesional, mereka harus memiliki
berbagai keterampilan,kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode
etik guru, danlain sebagainya.
Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru profesional
harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
a.Memiliki bakat sebagai guru.
b.Memiliki keahlian sebagai guru.
c.Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d.Memiliki mental yang seha.
e.Berbadan sehat
.f.Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g.Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h.Guru adalah seorang warga negara yang baik.32
Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan professional memerlukan
persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilanberdasarkan konsep dan
teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)menekankan pada suatu keahlian dalam bidang
28. Ibid., hal.21
53
tertentu sesuai denganbidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan
yangmemadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan daripekerjaan
yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangansejalan dengan dinamika
kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugasyang ditandai
dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.Selain itu, juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalammelaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru
yang profesional hendaknyamampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai
guru kepadapeserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.
Guruprofesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral,dan
spiritual.33
6. Indikator Guru Profesional
Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teorimengenai profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih. memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkanindikator guru profesional yang akan diteliti dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Indikator Guru Profesional
Tabel 1 Indikator Guru Profesional No.
Kompetensi
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
54
Konsep Sub Kompetensi Indikator
1.1 Kemampuan merencanakan program belajar-mengajar.
a. Mampu membuat Rencana program Pembelajaran (RPP). b. Kemampuan guru
dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
1.2 Menguasai bahan pelajaran.
a. Mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik. b. Mampu menjawab
soal/pertanyaan dari peserta didik.
1. Kompetensi Profesional
Merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang
yang menjadi mata pencaharian. Guru profesional adalah guru yang memilki
kompetansi yang
1.3Melaksanakan/
mengelola proses belajar-mengajar.
a. Mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik. b.
Mampu memberikan appersepsi kepada peserta didik. c.
Mampu menggunakan metode mengajar
28. Ibid., hal.21
55
Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesional adalah
guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikan keguruan
dan telah berpengalaman dalam mengajar.
B.Prestasi Belajar
1.Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu
“prestasi”dan “belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya)”.34
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
56
Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: “
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.35
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan
bahwabelajar adalah “tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap.36
Dalam rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi
mengemukakanbahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan
34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895.
35 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka
25Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
BaruAlgesindo, 1998), Cet. Ke-4, h. 19-20.
28. Ibid., hal.21
119
26 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,h. 20-22.
27 Kamal Muhammad ‘isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.
FikahatiAnesta, 1994), Cet. Ke-1, h. 64-67.
28 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 14.
29 M. Yunus Namsa,Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan
MetodologiPengajaran Agama Islam, h. 39.
30
Soetjipto dan Raflis Kosasi,Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2004 ), Cet.
Ke-2, h. 18
31 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan
MetodologiPengajaran Agama Islam, h. 31-32
32Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP,h. 5-7.
33Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47.
28
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
120
28. Ibid., hal.21
121
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
122
28. Ibid., hal.21
123
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
124
Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesionaladalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikankeguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar
28. Ibid., hal.21
125
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
126
29yang bervariasi.d. Mampumenggunakan alatbantu pengajaran.e. Mampu Mengatur danmengubah suasanakelas.g. Mampu memberikanteguran bagi peserta didik.h. Mampu mengaturanmurid.i. Mampu memberireward dan sanksipada peserta didik.i. Mampu Memberipujian kepada peserta didik.dipersyaratkanuntuk melakukantugaspendidikandanpengajaran.1.4 Menilaikemajuanprosesbelajar-mengajar.a. Mampu membuat danmengkoreksi soal.b. Mampu memberikanhasil penilaian(raport ).c. Mampu mengadakanremedial.Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesionaladalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikankeguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar