HUBUNGAN DENGAN S DI SDN SUK Disu PROGRAM JURUSAN GI KEMENTE PENGETAHUAN GIZI DAN POLA STATUS GIZI ANAK SEKOLAH D KASENANG KECAMATAN SINGA TAHUN 2015 Karya Tulis Ilmiah usun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi Disusun Oleh: LISMAH SAYIDATUL FATIMAH NIM. P2.06.31.1.12.020 M STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMAL IZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKM ERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDON 2015 A MAKAN DASAR APARNA LAYA MALAYA NESIA
93
Embed
Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKANDENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR
DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNATAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi
Disusun Oleh:
LISMAH SAYIDATUL FATIMAHNIM. P2.06.31.1.12.020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA
JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKANDENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR
DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNATAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi
Disusun Oleh:
LISMAH SAYIDATUL FATIMAHNIM. P2.06.31.1.12.020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA
JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKANDENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR
DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNATAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi
Disusun Oleh:
LISMAH SAYIDATUL FATIMAHNIM. P2.06.31.1.12.020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA
JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2015
iv
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZIANAK SEKOLAH DASAR
DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2015
Lismah Sayidatul Fatimah1 Deris Aprianty2
ABSTRAK
Latar Belakang: Anak sekolah mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental diperlukanguna menunjang kehidupannya di masa mendatang,sehingga memerlukan status gizi yang baik.Faktor yang berisiko mempengaruhi status gizi di antaranya, pola makan dan pengetahuan gizi.Berdasarkan data penjaringan anak sekolah yang dilakukan oleh Puskesmas Singaparna padatahun 2014, prevalensi gizi kurang di SDN Sukasenang mencapai 27,03%.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi, pola makandan status gizi, serta mengetahui hubungan pengetahuan gizi, pola makan dengan status gizi anaksekolah kelas 4 dan 5.
Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitikobservasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26sampai 30 Mei 2015 di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna. Sampel penelitian ini sebanyak81 orang. Pengolahan data dengan menggunakan Fisher’s Exact Test dengan tingkatkepercayaan 95%.
Hasil Penelitian: Gambaran pengetahuan gizi anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SDNSukasenang, yang baik 70 orang (85,4%) dan yang tidak baik ada 12 orang (14,6%). Adapungambaran pola makan anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SDN Sukasenang yang pola makanbaik 2 orang (2,4%) dan yang pola makannya tidak baik berjumlah 79 orang (97,6%). Dari 81orang responden, yang memiliki status gizi normal 56 orang (67,3%) dan ada 1 orang (1,2%)yang status gizinya sangat kurus, sedangkan yang status gizinya obesitas ada 3 orang (3,7%).Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antarapengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi anak kelas 4 dan 5 di SDN Sukasenang(p>0,05).
Simpulan: Status gizi tidak berhubungan dengan pengetahuan gizi dan pola makan. Sebaiknyaanak kelas 4 dan 5 meningkatkan konsumsi lauk pauk, sayur dan buah, sehingga lebih beragam.
Kata Kunci: Status Gizi, Pengetahuan Gizi, Pola Makan.
1. Mahasiswa Program Studi D III Gizi Tasikmalaya2. Dosen Program Studi D III Gizi Tasikmalaya
v
RELATED KNOWLEDGE AND NUTRITION DIET NUTRITIONAL STATUS OFCHILDREN WITH PRIMARY
IN SDN SUKASENANG SUBDISTRICT SINGAPARNA 2015
Lismah Sayidatul Fatimah1 Deris Aprianty2
ABSTRACT
Background: Student experience physical and mental growth necessary to support life in thefuture, so it requires a good nutritional status. Risk factors affecting the nutritional status aredietary pattern and nutrition knowledge. Based on data screening student conducted bySingaparna Health Center in 2014, the prevalence of malnutrition in SDN Sukasenang reached27.03% .
Objective: This study was to describe the nutritional knowledge, dietary pattern and nutritionalstatus, as well as determine the relationship of nutrition knowledge, dietary pattern and nutritionalstatus of school children grades 4 and 5.
Methods: The study design used in this study is an observational analytic with cross sectionalapproach. The research was conducted on May 26 to May 30, 2015 in SDN Sukasenangsubdistrict Singaparna. The study sample as many as 81 people. Analysing of data by usingFisher’s Exact Test with 95% confidence level.
Results: The result shows that nutrition knowledge of children grade 4 and 5 in SDN Sukasenangare good about 70 persons (85,4%) and 12 persons (14,6) have a awake nutrition knowledge. Theresult of dietary pattern shows 2 persons (2,4%) that has a good dietary pattern and 79 persons(97,6%) aren’t. Between 81 respondent, 56 persons (67,3%) have a normal nutritional status, aperson (1,2%) is lean and there are 3 persons obesity. Based on statistical test showed that therewas no significant relationship between nutrition knowledge and dietary pattern with nutritionalstatus of student grades 4 and 5 (p> 0.05).
Conclusion: Nutritional status is not related to knowledge of nutrition and dietary pattern. Thechildren grade 4 and 5 should increase to consume the meals, vegetables and fruits, so it will bediverse.
Keywords: Nutritional Status, Knowledge of Nutrition, Dietary Pattern .
1. Student, Departement of Nutrition Poltekkes Ministry of Tasikmalaya2. Lecturer, Departement of Nutrition Poltekkes Ministry of Tasikmalaya
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas
pertolonganNya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada
waktu yang telah direncanakan sebelumnya.Tidak lupa shalawat serta salam
Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat,
semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk melaksanakan tugas penelitian yang
berjudul, ”Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak
Sekolah Dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015”.
Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil
apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Betty Suprapti, S. Kp, M. Kes, selaku direktur POLTEKKES
KEMENKES TASIKMALAYA
2. Ibu Deris Aprianty, S. KM, M. PH, selaku Ketua Jurusan Gizi
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA , Ketua Penguji dan dosen
pembimbing.
3. Bapak H. R. Agus Bachtiar, S. P, M. Kes, selaku Penguji I, yang telah
memberikan kritik dan saran membangun bagi perbaikan karya tulis ilmiah
ini
4. Ibu Irma Nuraeni, S. Si, M. PH, selaku Penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran membangun bagi perbaikan karya tulis ilmiah ini
vii
5. Bapak, Ibu dosen dan staf jurusan Gizi POLTEKKES KEMENKES
TASIKMALAYA
6. Orang tua dan adik tercinta, yang telah memberikan dorongan moril
maupun materil, dan sebagai semangat untuk membuka semangat baru
7. Kepala Sekolah, guru dan staf pengajar di SDN Sukasenang Kecamatan
Singaparna
8. Cincin Retnasari, Dini Mardya Utami, Fadhillah Choerunnisa, Hayatun
Toyibah, Ida Rubiah Adawiyah, Kani Hardiani, Lina Rosdiana, Resti
Widiawati, Revy Rahayu dan Tiarawati Oktaviani, selaku enumerator
yang membatu dalam penelitian ini.
9. Rekan – rekan angkatan 2012 jurusan gizi POLTEKKES KEMENKES
TASIKMALAYA
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila
terdapat kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini penulis mohon maaf, karena
penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
karya tulis ini di masa yang akan datang.
Tasikmalaya, Juni 2015
Lismah Sayidatul F.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
ABSTRACK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup.................................................................................. 4
E. Manfaat ............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ................................................................................7
1. Status Gizi ..............................................................................7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................... 16
5. Distribusi Frekuensi Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan
SDN Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 49
6. Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN
Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 49
7. Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN
Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Kelas .................................. 50
8. Distribusi Frekuensi Umur Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN
Sukasenang Tahun 2015 .................................................................. 51
9. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5
SDN Sukasenang Tahun 2015 ......................................................... 52
10. Distribusi Frekuensi Pegetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar
Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015 ................................... 52
11. Distribusi Frekuensi Pola Makan Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5
SDN Sukasenang Tahun 2015 ......................................................... 53
12. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015.................................... 54
13. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015.................................... 55
xi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
1. Kerangka Teori Status Gizi ...................................................................... 35
2. Kerangka Konsep ..................................................................................... 36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. Jadwal Penelitian2. Instrumen Penelitian3. Surat Bukti Uji Validitas4. Surat Izin Penelitian dari Kesbanglinmas5. Surat Izin Penelitian dari UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Singaparna6. Surat Bukti Melaksanakan Penelitian7. Hasil Uji Statistik8. Master Data9. a. Komponen Pengetahuan Gizi dan Status Gizi
b. Komponen Pola Makan dan Status Gizi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status gizi
yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan (Yudesti dan
Prayitno, 2013). Anak sekolah dasar (SD) yang berusia 7-13 tahun merupakan
masa-masa pertumbuhan pesat kedua setelah masa balita, sehingga penting untuk
memperhatikan konsumsi makanannya. (Istiany dan Rusilanti, 2013).
Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang akan dicapai
dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang diadopsi dari PBB
Tahun 2000 (Todaro, 2005 dalam Yudesti dan Prayitno, 2013). Kurang gizi kronis
berhubungan erat dengan pencapaian akademik murid sekolah yang semakin
rendah. Anak-anak yang kurang gizi lebih banyak yang terlambat masuk sekolah,
lebih sering absen dan tidak naik. (Khomsan, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi status gizi
indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 5-12 tahun di Indonesia yang
kurus dan sangat kurus mencapai 11,2%. Provinsi Jawa Barat prevalensi status
gizi gizi indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 5-12 tahun yang kurus
dan sangat kurus mencapai 9,1%. Adapun berdasarkan pendidikan, yang status
gizinya kurus paling banyak berada pada pendidikan SD/MI yaitu 7,9%.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi menurut
UNICEF (1990), yaitu konsumsi makanan, status infeksi, ketersediaan dan pola
konsumsi rumah tangga, pola asuh, kebersihan dan sanitasi serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan (Bappenas, 2011). Anak sekolah yang
2
kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya konsumsi gizi yang seimbang dalam
makanannya sehari-hari dan sebagai akibat dari kurang gizi pada masa balita serta
tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna pada masa
berikutnya. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan atau kelebihan
gizi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya
(Siagian dkk, 2012). Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan
perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh.
Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar dari pada
golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama
penambahan tinggi badan (Devi, N, 2012 dalam Siagian dkk, 2012). Anak usia
sekolah mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan yang dapat
mengakibatkan nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan
berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003 dalam Purtiantini, 2010).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya yang
bersumber dari laporan penjaringan Puskesmas tahun 2013, jumlah anak sekolah
dasar yang memiliki status gizi kurang di kabupaten Tasikmalaya ada 1,74%,
yang tersebar di SDN, SD swasta, MI negeri dan MI swasta. Angka prevalensi
gizi kurang yang paling banyak disumbangkan oleh SDN yaitu, 81,6%.
SDN Sukasenang merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang berada
di kecamatan Singaparna. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah dasar yang
siswanya memiliki prestasi akademik yang baik. Namun, berdasarkan data
penjaringan anak sekolah yang dilakukan oleh Puskesmas Singaparna pada tahun
2014, prevalensi gizi kurang di SDN Sukasenang merupakan salah satu yang
3
tertinggi di kecamatan Singaparna, yaitu mencapai 27, 03% (Laporan Puskesmas
Singaparna, 2014).
Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin, salah satunya
anak usia sekolah. Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam
perbaikan gizi masyarakat (Calderón, 2002; Choi et al., 2008 dalam Pahlevi,
2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
”Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah
Dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil
yaitu, apakah ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi
anak sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ini untuk mengetahui hubungan
pengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi anak sekolah dasar di
SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi pada anak sekolah dasar di
SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015
b. Mengetahui gambaran pola makan pada anak sekolah dasar di SDN
Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015
4
c. Mengetahui gambaran status gizi pada anak sekolah dasar di SDN
Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015
d. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi pada
anak sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna
Tahun 2015
e. Mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada anak
sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun
2015
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini, meliputi gizi masyarakat. Adapun beberapa
referensi yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatannya yaitu:
1. Yudesti dan Prayitno, (2012) dengan judul ”Perbedaan Status Gizi Anak
SD Kelas IV Dan V Di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SD Non
Unggulan (09 Pagi Pinang Ranti) Kecamatan Makasar Jakarta Timur
Tahun 2012”. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang
digunakan yaitu, analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
pada siswa sekolah dasar dengan pengukuran status gizi menggunakan
indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Adapun perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada teknik
pengambilan sampel, jenis data dan uji statistik yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara multi
stage random sampling, jenis data yang dikumpulkan merupakan data
numerik dan kategorik dan uji yang digunakan yaitu uji T-test, sedangkan
penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengambilan sampel
5
dengan cara systematic random sampling, jenis data yang dikumpulkan
merupakan data kategorik dan uji statistik ang digunakan yaitu, Fisher’s
Exact Test.
2. Pahlevi, (2012) dengan judul ” Determinan Status Gizi Anak Sekolah
Dasar”. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang
digunakan yaitu, analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
pada siswa sekolah dasar. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan terletak pada teknik pengambilan sampel, jenis
data dan uji statistik yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, data status gizi yang
dikumpulkan menggunakan indeks antropometri berat badan menurut
umur (BB/U), dan uji yang digunakan mernggunakan uji Chi Square,
sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan cara systematic random sampling, data status gizi yang
dikumpulkan menggunakan indeks antropometri indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U) dan uji statistik ang digunakan yaitu, Fisher’s
Exact Test.
E. Manfaat
1. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada responden akan pentingnya pengetahuan gizi dan penerapan pola
makan yang baik untuk mencapai status gizi yang baik.
6
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
para pendidik khususnya pada para guru untuk memberikan pemahaman
mengenai gizi dan pola makan yang baik bagi siswat erutama dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai
masukan dan bahan perbandingan serta dijadikan dasar pemikiran dalam
penelitian selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat
dibangku kuliah, khususnya mengenai hubungan pengetahuan gizi dan
pola makan dengan status gizi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Sedangkan keadaan gizi adalah keadaan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat gizi tertentu, atau keadaan fisiologik akibat dari
tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa dkk, 2012).
Status gizi yang dinilai pada responden anak usia sekolah dalam
penelitian ini adalah status gizi antropometri dengan indikator indeks
massa tubuh menurut umur (IMT/U). Penilaian ini dipilih karena
dianggap paling mewakili status gizi anak usia sekolah usia 5-18 tahun
dengan menggunakan metode dengan indikator indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U) (Z-Score) dengan memperhatikan jenis kelamin
(WHO, 2007 dalam Agyatmi, 2012).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status
gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Pada
tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB, karena
menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit didapat
secara benar. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi
8
akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat menggambarkan keadaan
gizi masa lampau (Supariasa dkk, 2012).
Dari berbagai jenis indeks, untuk menginterpretasikannya
diperlukan ambang batas. Kategori dan ambang batas status gizi anak
berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB sebagai berikut.
Tabel 1. Klasifikasi dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks
Sumber : Kemenkes, (2010)
Berdasarkan baku Harvard, status gizi dapat dibagi menjadi empat,
yaitu:
Indeks Kategori Status GiziAmbang Batas
(z-Score)
BB/U
Anak umur 0 – 60 Bulan
Gizi Buruk <- 3 SD
Gizi Kurang -3 SD s.d. <-2 SD
Gizi Baik -2 SD s.d. 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
PB/U atau TB/U Anak Umur 0-
60 Bulan
Sangat Pendek <- 3 SD
Pendek -3 SD s.d. <-2 SD
Normal -2 SD s.d. 2 SD
Tinggi >2 SD
BB/PB atau BB/TB
Anak Umur 0-60 Bulan
Sangat Kurus <- 3 SD
Kurus -3 SD s.d. <-2 SD
Normal -2 SD s.d. 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U
Anak Umur 0-60 Bulan
Sangat Kurus <- 3 SD
Kurus -3 SD s.d. <-2 SD
Normal -2 SD s.d. 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U
Anak Usia 6-18 Tahun
Sangat Kurus <- 3 SD
Kurus -3 SD s.d. <-2 SD
Normal -2 SD s.d. 1 SD
Gemuk 1 SD s.d. 2 SD
Obesitas >2 SD
9
a. Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan
obesitas
b. Gizi baik untuk well nourished
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan
moderate PCM (Protein Calori Malnutrition)
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus,
marasmik-kwashiorkor dan kwashiorkor
Penyakit kurang gizi atau atau gizi kurang merupakan penyakit
tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu
tempat. Umumnya penyakit kekurangan gizi merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang menyangkut multidisiplin dan harus selalu
dikontrol, terutama masyarakat yang tinggal di negara-negara yang baru
berkembang (FK UI, 2008).
Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang
tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan
kebiasaan makan yang buruk (Arisman, 2004). Anak-anak yang
menderita gizi kurang berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan
lebih rendah dibandingkan rekan-rekan sebayanya yang sehat dan
bergizi baik. Laju pertambahan bobot akan lebih banyak terpengaruh
pada kondisi kurang gizi dibandingkan tinggi badan, sehingga
penurunan bobot badan paling sering digunakan untuk menapis anak-
anak yang mengalami gizi kurang (Khomsan, 2003).
Anak-anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat badan
tetap atau turun dalam penimbangan selanjutnya) sering disebabkan
10
oleh kekurangan gizi atau sakit. Anak-anak tersebut mengalami
kekurangan gizi karena kurangnya makanan di tingkat rumah tangga,
cara pemberian makanan yang kurang baik, anak tidak mau makan atau
faktor psikososial lainnya (Khomsan, 2003).
Menurut WHO (2007) dalam Yudesti dan Prayitno (2012),
indikator status gizi yang digunakan harus peka terhadap perubahan
status gizi penduduk pada suatu saat tertentu dan masa yang akan
datang. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan yang kecil pada status
gizi masih dapat ditunjukkan dengan nyata oleh indikator tersebut,
sehingga dapat menjadi penentu perlu tidaknya dilakukan suatu
program intervensi gizi. Pertumbuhan fisik anak yang bercirikan
pertambahan besar ukuran-ukuran antropometri merupakan indeks yang
paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan (Jahari, 2007 dalam
Yudesti dan Prayitno, 2012).
Menurut Supariasa dkk, (2012) penilaian status gizi dapat
dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
a. Penilaian status gizi secara langsung
1) Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai umur dan tingkat gizi.
Dasar antropometri adalah konsep pertumbuhan. Salah satu faktor
11
yang mempengaruhi pertumbuhan adalah gizi. Jadi untuk
mengukur status gizi seseorang dapat digunakan antropometri
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa
parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu
pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang
dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari
indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang
disebut dengan Body Mass Index (BMI) (Supariasa dkk, 2012).
IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa yang berumur 5-
18 tahun. Ada pun untuk anak sekolah dasar, parameter yang cocok
digunakan adalah umur, berat badan dan tinggi badan (Adriani dan
Wirjatmadi, 2012). Beberapa parameter antropometri yang
digunakan dalam penentuan status gizi anak sekolah antara lain:
a) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi
status gizi yang salah. Namun, penentuan umur kadang dapat
menjadi masalah yang mengganjal, terutama di masyarakat
pedesaan, karena banyak yang tidak punyaakta kelahiran anak
atau surat keluarga (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Untuk
melengkapi data umur, dapat dilakukan dengan:
(1)Meminta surat kelahiran atau kartu keluarga
(2)Mencocokkan kalender lokal dengan kalender nasional
12
(3)Berdasarkan daya ingat orang tua pada kejadian-kejadian
penting
(4)Membandingkan dengan anak tetangga atau kerabat.
b) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang
paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari
beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk
mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan
tinggi badan (Gibson, 2005 dalam Yudesti dan Prayitno, 2012).
c) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,
2007 dalam Yudesti dan Prayitno, 2012). Selain itu, tinggi badan
merupakan antropometri dapat menggambarkan keadaan lalu dan
sekarang. Pengukuran tinggi badan anak sekolah menggunakan alat
pengukur tinggi mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm. Cara
pengukurannya yaitu dengan menempelkan mikrotoa pada dinding
yang lurus datar setinggi 2 meter. Anak yang akan diukur tingginya
harus berdiri tegak dengan kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan
bagian kepala belakang harus menempel pada dinding. Kemudian
mikrotoa diturunkan sampai rapat pada kepala bagian atas anak, lalu
baca angka pada skala yang tampak pada gulungan mikrotoa. Angka
tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur (Adriani dan
Wirjatmadi, 2012).
13
Beberapa indeks antropometri yang digunakan dalam menentukan
status gizi anak sekolah antara lain:
(1)Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Indeks berat badan menurut umur pada anak usia 6 bulan sampai
7 tahun dapat menggambarkan malnutrisi akut, yaitu keadaan
malnutrisi pada saat ini (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
(2)Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indeks ini untuk menggambarkan apakah anak sekolah pernah
mengalami malnutrisi atau tidak di masa lampau.
(3)Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Indeks ini untuk menggambarkan status gizi (malnutrisi) yang
baru saja terjadi (1, 2 atau 3 bulan yang lalu) pada anak sekolah.
Ambang batas yang digunakan dalam antropometri anak sekolah
menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012) adalah:
(1)Mean dan SD (Standar Deviasi)
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal,
dengan ini anak dapat ditentukan posisinya, yaitu, mean ± 1 SD
mencakup 66,6%, mean ± 2 SD mencakup 95% dan mean ± 3 SD
mencakup 97,7%.
(2)Persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran
dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai terbesar,
dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti bahwa
anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 berarti bahwa anak
14
tersebut berada pada posisi ke-10 dari bawah di mana embilan anak
kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya.
2) Klinis
Merupakan metode yang didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcupupan zat gizi. Hal ini dapat terlihat dari jaringan
epitel atau organ-organ dekat permukaan tubuh.
3) Biokimia
Merupakan penilaian status gizi dengan melakukan
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris pada
berbagai macam jaringan tubuh untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik.
4) Biofisik
Metode penilaian status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi tubuh dan melihat perubahan struktur jaringan, dan
biasanya digunakan dalam situasi tertentu, seperti kejadian buta
senja.
b. Penilaian status gizi secara tidak langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Merupakan metode pengumpulan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Metode pengukuran konsumsi makanan yang paling sering
dilakukan ada dua, yaitu:
15
a) Food Frequency
Merupakan metode pengukuran konsumsi makanan untuk
memperoleh data tentang frekuensi, jumlah bahan makanan atau
makanan jadi selama proses tertentu, seperti hari, minggu, bulan
atau tahun.
b) Recall 24 jam
Merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi
dalam periode 24 jam yang lalu.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan cara menganalisis data berbagai
statistik, seperti statistik kematian, berdasarkan umur, angka
morbiditas dan mortalitas.
3) Faktor Ekologi
Faktor ekologi merupakan faktor lingkungan yang
mempengaruhi malnutrisi pada masyarakat, keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan sebagainya.
Pada keadaan status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi
gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau
faktor sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan
seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan
oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah
dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang
16
yebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel tubuh setelah makanan
dikonsumsi (Almatsier, 2010)
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut UNICEF (1990) dalam Bappenas (2011), faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi terbagi menjadi dua, yaitu faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Ada pun faktor langsung yang
mempengaruhi status gizi secara langsung yaitu faktor makanan dan
penyakit infeksi. Sedangkan, untuk faktor yang tidak langsung,
dipengaruhi oleh sanitasi dan higiene, ketersediaan pangan, pola asuh
dan pelayanan kesehatan. Selain itu, pola asuh, sanitasi higiene dan
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, akses
informasi dan pendapatan keluarga.
a. Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi
zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang, dan
aman. Pada tingkat makro, konsumsi makanan individu dan keluarga
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan oleh tingkat
produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan beragam sepanjang
waktu dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau oleh semua rumah
tangga sangat menentukan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan
tingkat konsumsi makanan keluarga (Bappenas, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2002), tingkat konsumsi energi itu
berpengaruh secara langsung pada status gizi. Energi itu diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak. Energi diperlukan untuk pertumbuhan,
17
metabolisme, utilisasi bahan makanan dan aktivitas. Kebutuhan energi
disuplai terutama oleh karbohidrat dan lemak, sedangkan protein untuk
menyediakan asam amino bagi sintesis protein sel dan hormon maupun
enzim untuk mengukur metabolisme. Dari hasil penelitian Pahlevi
(2012), diperoleh hasil bahwa konsumsi protein berpengaruh terhadap
status gizi anak. Anak membutuhkan protein yang cukup tinggi untuk
menunjang proses pertumbuhannya. Penyediaan pangan yang
mengandung protein sangat penting, meskipun pertumbuhan masa kanak-
kanak berlangsung lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi
kegiatan fisiknya meningkat.
b. Penyakit Infeksi
Dampak penyakit pada anak-anak sama dengan dampak
kekurangan gizi. Secara umum, adanya penyakit menyebabkan
berkurangnya asupan pangan karena selera makan menurun. Scrimshaw
dkk (1959) dalam Supariasa dkk (2002) menyatakan, bahwa ada
hubungan yang erat antara penyakit infeksi dengan kejadian malnutrisi.
Terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan kejadian infeksi,
infeksi akan mempengaruhi status gizi. Secara patologis mekanismenya
adalah penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,
menurunnya absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit,
peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat penyakit diare, mual
atau muntah akibat perdarahan yang terus-menerus, meningkatnya
kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat di dalam tubuh.
18
Data tentang laporan prevalensi diare and tifus nonspesifik di
antara anak usia sekolah di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi anak-
anak yang terkena penyakit ini di setiap provinsi berkisar antara 2 sampai
20 persen untuk diare dan antara kurang dari 1 persen sampai sedikit
lebih dari 3 persen untuk tifus. Rata–rata angka ISPA pada anak usia
sekolah pada umumnya cukup tinggi; 20 persen atau lebih di semua
provinsi dan 30 persen atau lebih di hampir setengah dari jumlah
provinsi. Malaria telah diidentifikasikan sebagai penyebab utama
ketidakhadiran di sekolah dan prestasi belajar yang rendah. Infeksi
cacing telah dikenal dan dicatat memiliki angka tertinggi pada anak usia
sekolah di negara–negara yang tidak dapat mengontrol infeksi tersebut
karena buruknya sistem air dan sanitasi. Infeksi cacing berperan penting
dalam status gizi dan kesehatan anak usia sekolah dan berkontribusi
terhadap angka ketidakhadiran. Hal ini kemudian dapat mengurangi
kapasitas belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar (Rosso
dan Arlianti, 2010).
c. Ketersediaan dan Pola Konsumsi
Makan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia.
Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara
pengolahannya. Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang
anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk
dari kebiasaan dalam masyarakatnya (Purwani dan Maryam, 2013).
Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai rata-rata konsumsi
energi protein, Fe, asam folat, vitamin B12 per kapita per hari yang
19
diperoleh dari konsumsi bahan makanan keluarga tiap harinya baik dalam
rumah maupun diluar rumah tanpa memperhitungkan makanan yang
terbuang, sisa ataupun yang diberikan kepada binatang peliharaan yang
diperoleh dengan wawancara dengan metode pendaftaran makanan
menggunakan kuesioner terstuktur yang memuat daftar makanan utama
(Priswanti, 2004).
Pendapatan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pangan
dalam keluarga, yang akan mempengaruhi konsumsi zat gizi, dan
akhirnya akan mempengaruhi status gizi (Sudaryati, dkk, 2014).
Keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih banyak menderita gizi
kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang
cukup maupun tinggi (Supariasa dkk, 2012).
Berdasarkan kutipan Apriadji (2010) pada Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat (2010) dalam Palupi (2014), pendapatan keluarga
akan mempengaruhi daya beli keluarga sehingga akan berpengaruh
terhadap status kesehatan. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan
makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga,
harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya
lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas
kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan
makanannya sesuai dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
d. Kebersihan dan Sanitasi
Masalah gizi pada bayi dan anak balita di Indonesia disebabkan
penyakit infeksi yang erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan (Hidayat
20
dan Fuada, 2011).. Anak-anak, terutama anak perempuan, dapat lebih
memilih untuk tidak pergi sekolah daripada harus menggunakan fasilitas
yang buruk. Ketika sebuah sekolah kekurangan akses ketersediaan air
dan fasilitas sanitasi, sementara siswa tidak memiliki kebiasaan
kebersihan diri yang baik, munculnya penyakit yang serius di masa
kanak-kanak akan semakin meningkat dan akan mempengaruhi
partisipasi siswa dan kapasitas belajar mereka (Rosso dan Arlianti, 2010).
3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telingan dan sebagainya), dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari indera penglihatan dan
pendengaran. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki intensitas
yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
Secara garis besar, Notoatmodjo (2010) membagi pengetahuan ke
dalam enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartika sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur seseorang itu tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaa-
pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak mengalami kurang gizi,
dan sebagainya.
21
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang telah memahami objek
yang dimaksud, dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, orang yang
telah memahami metodelogi penelitian, ia akan membuat proposal
penelilitian dimana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakkan, megelompokkan membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkkan kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkkan dalam satu hubungan yang logis dari
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
emampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
22
yang telah ada. Misalnya dapat meringkas atau merangkum kata-kata
dengan kalimat sendiri dari apa yang dibaca atau didengar, dapat
membuat kesimpulan.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini denga sendirinya didasarkan atas suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Misal, aeorang kader dapat menilai atau menentukan seorang anak
kurang gizi atau tidak, dan sebagainya.
Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan
makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara
internal maupun eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu
pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman
hidup. Pengetahuan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal
dari orang lain sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah
(Solihin, 2005 dalam Purtiantini 2010).
Menurut Sukanto (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan, antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
23
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat
pengetahuan.
Ada pun cara pengukuran pengetahuan menurut (Baliwati dkk,
2006), terdiri dari:
1) Baik : > 80% jawaban benar
2) Cukup : 60-80% jawaban benar
3) Kurang: <60% jawaban benar
4. Pola Makan
a. Pengertian
Pengertian pola makan dalam Sulistyoningsih (2011) terdiri dari
beberapa pendapat, yaitu:
1) Buletin Gizi (1988), pola makan didefinisikan sebagai karakteristik
dari kegiatan yang berulang kali dari individu dalam memenuhi
24
kebutuhannya akan makanan, sehingga kebutuhan fisiologis, sosial
dan emosionalnya dapat terpenuhi.
2) Sri Kajati (1985), pola makan adalah berbagai informasi yang
memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan
ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
3) Sri Handajani (1996), pola makan adalah tingkah laku manusia atau
sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan
yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.
4) Suhardjo (1989), pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau
sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsiny
asebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologis, psikologis,
budaya dan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dismpulkan bahwa pola
makan adalah gambaran mengenai kebiasaan makanan yang
dikonsumsi seseorang atau suatu kelompok meliputi sikap,
kepercayaan dan pemilihan makanan sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosial budaya.
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi,
sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat
gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta
perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam
jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-
hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan
25
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier,
dkk, 2011).
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Menurut Sulistyoningsih (2011), pola makan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, agama,
pendidikan, dan lingkungan.
1) Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi
konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga.
Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk
membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,
sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya
daya beli pangan baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi
yang cukup akan menyebabkan seseorang menjadi sangat
konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan
bahan makanan lebih didasarkan pada selera dibanding aspek gizi.
2) Faktor sosial budaya
Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan yang
didasari oleh kebudayaaan umumnya mengandung perlambang atau
nasihat yang dianggap baik atau pun tidak baik yang lambat laun
menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan mempunyai kekuatan
26
cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan
mengolah pangan yang akan dikonsumsi.
Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh dan
tidak boleh mengonsumsi makanan yang dikenal dengan tabu
makanan, meskipun tidak semua tabu makanan masuk akal dan
baik dari segi kesehatan. Tidak sedikit hal yang dilarang dalam
suatu kebudayaan merupakan hal yang baik dalam dunia kesehatan.
3) Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya agama Islam
disebut haram dan individu yang melanggar hukumnya dosa.
Adanya pantangan terhadap makanan/ minuman tertentu dari sisi
agama dikarenakan makanan/minuman tersebut membahayakan
jasmani dan rohani bagi yang mengonsumsinya. Konsep halal
haram sangat mempengaruhi pemilihan makanan yang akan
dikonsumsi. Perayaan hari besar agama juga mempengaruhi
pemilihan makanan yang disajikan. Bagi agama Kristen, telur
merupakan bahan makanan yang selalu ada pada saat perayaan
Paskah, sedangkan bagi umat Islam, ketupat adalah bahan makanan
pokok yang selalu tersedia pada saat hari raya lebaran.
4) Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, yang akan mempengaruhi pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, bagi orang yang
memiliki pendidikan rendah, makan itu yang penting
27
mengenyangkan, sedangkan bagi orang yang memiliki pendidikan
tinggi cenderung memilih bahan makanan secara seimbang.
5) Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap
pembentukan perilaku makan. Lingkungan dapat mencakup
lingkungan keluarga, sekolah dan adanya promosi melalui media
elektronik maupun cetak.
Kebiasaan makan di keluarga sangat berpengaruh besar
terhadap pola makan seseorang, kesukaan makan seseorang
terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapt
dalam keluarga.
Lingkungan sekolah termasuk di dalamnya para guru, teman
sebaya dan keberadaan tempat jajanan sangat mempengaruhi
terbentuknya pola makan bagi siswa sekolah. Anak-anak yang
mendapatkan informasi yang tepat tentang makanan sehat dari
gurunya dan didukung oleh tersedianya kantin atau tempat jajan
yang sehat akan membentuk pola makan yang baik pada anak.
Keberadaan iklan atau promosi makanan atau pun minuman
melalui media elektronik atau pun media cetak sangat besar
pengaruhnya dalam membentuk pola makan, tidak sedikit orang
tertarik untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu karena melihat
iklan di televisi. Akan sangat mendukung jika seruan mengonsumsi
makanan seimbang dipromosikan melalui media iklan di televisi,
28
sehingga masyarakat dapat tetap memilih makanan yang diinginkan
dengan tetap menerapkan prinsip gizi seimbang.
c. Klasifikasi Pola Makan
Pola makan ideal berdasarkan frekuensi makan menurut Tilong
(2014) ada tiga pembagian.
1) Dua Kali Sehari
Pola makan ini dianjurkan karena didasarkan pada psikologi
pelik dari manusia, dimana seseorang yang ingin makan harus
mengambil jeda sebelum menyantap makanan berikutnya. Jeda
tersebut dimaksudkan untuk menunggu hingga perut telah kosong
atau sensasi lapar terasa kembali.
Umumnya makanan tinggal di dalam perut selama enam
hingga delapan jam . ini menunjukkan bahwa jeda makan yang
pertama dan yang kedua berselang antara 8 hingga 10 jam. Pola
makan dua kali sehari dapat memberikan kesempatan pada perut
beristirahat selama 12 jam. Sepanjang durasi itu, tubuh dapat
menyimpan enzim yang dibutuhkan, memperbaharui selaput lendir
dan memperbaiki fungsi normal kontraksi dari sistem pencernaan.
Atas dasar inilah disarankan untuk sarapan mulai dari jam 7 hingga
10 pagi, sedangkan untuk makan kedua dimulai jam 1 siang hingga
jam 3 sore.
2) Tiga Kali Sehari
Makan tiga kali sehari dapat dilakukan dalam tiga waktu
utama, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Di antara
29
ketiga waktu makan ini, dianjurkan untuk melakukan 2 kali makan
selingan antara jam 10 pagi dan jam 3 sore. Hal ini didasarkan atas
kondisi irama tubuh , di mana setiap 2-3 jam gula darah akan
mengalami penurunan. Hal ini ditandai kondisi perut yang merasa
lapar sebagai isyarat bahwa tubuh perlu mendapatkan asupan
energi. Asupan pada selingan tidak harus berupa nasi, bisa berupa
makanan pengganti lainnya.
3) Lebih dari Tiga Kali Sehari
Ada pendapat yang menyatakan bahwa makan dua tau tiga
kali kurang baik untuk tubuh. Sebaliknya, makan lebih dari tiga
kali diyakini dapat meningkatkan metabolisme, mengontrol kadar
gula darah dan menstabilkan berat badan. Selain itu makan lebih
dari tiga kali dapat menekan jumlah porsi makan sehingga tidak
lagi makan dengan porsi yang banyak. Anjuran ini didasarkan pada
kemampuan ritme tubuh dalam menanggapi keadaan tubuh yang
lapar atau tidak. Kelompok yang menyatakan bahwa makan ideal
lebih dari tiga kali menyatakan pola makan ideal adalah lima kali
sehari.
Ada pun pembagian makan yang ideal berdasarkan
pemaparan di atas adalah makan tiga kali sehari, dengan dua kali
makan selingan.
30
Tabel 2.Susunan Makanan Rata-rata Sehari Anak Usia 1-12 tahun
Gol. UmurBB
(Kg)TB
(cm)
Nasi100 g(3/4gls)
Lauk Sayur100 gr(1 gls)
Buah100 grpepaya(1 ptg)
Susu200ml(1 gls)
Minyak5 gr(1/2sdm)
Gula10 gr
(1sdm)
ikan 50gr
(1 ptg)
tempe50 gr
(1 ptg)
Anak-anak
1-3 th 12 90 3p 1p 1p 1p 2p 1p 2p 2p
4-6 th 17 110 4p 2p 1p 2p 3p 1p 4p 2p
7-9 th 25 120 41/2 p 2p 2p 3p 3p 1p 4p 2p
Pria
10-12 th 35 138 51/2 p 1 1/2 p 2p 3p 4p 1p 6p 3p
Wanita
10-12 th 37 145 51/2 1 1/2 p 2p 3p 4p 1p 6p 3p
Keterangan: p= penukar; gls= gelas; ptg= potong
Sumber: Almatsier, (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan
5. Food Frequency Questionare (FFQ)
Metode ini menurut Supariasa, dkk (2012), digunakan untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan
atau makanan jadi selama periode tertentu, seperti hari, minggu, bulan
atau tahun.
Selain itu, dengan metode ini dapat diperoleh gambaran pola
konsumsi bahan makanan secara kualitatif. Bahan makanan yang ada
dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi
yang cukup sering oleh responden.
Kelebihan metode food frequency questionare:
a. Relatif murah dan sederhana
b. Dapat dilakukan sendiri oleh responden
c. Tidak membutuhkan latihan khusus
d. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan
kebiasaan makan
31
Kekurangan metode food frequency questionare:
a. Tidak dapat menghitung asupan zat gizi sehari
b. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
c. Cukup menjemukkan bagi pewawancara
d. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis
bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
e. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi yang tinggi
6. Gizi Anak Sekolah
a. Karakteristik Anak Sekolah
Kelompok anak sekolah (umur 6-12 tahun) termasuk ke dalam
kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok yang
paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena
kekurangan gizi. Kelompok ini berada pada masa pertumbuhan atau
perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih
besar dan apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi
atau kesehatannya. Beberapa gambaran karakteristik anak sekolah dasar
antara lain sebagai berikut: karakteristik anak sekolah dasar yang pertama
adalah senang bermain, karakteristik yang kedua senang bergerak,
karakteristik yang ketiga senang bekerja dalam kelompok dan
karakteristik keempat senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Anak sekolah dasar senang bergerak dan dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30 menit. Dalam pergaulan dengan kelompok
sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi.
Seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan,
32
belajar tidak tergantung pada orang lain dan diterima di lingkungannya,
belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain
secara sehat dan sportif (Notoatmodjo, 2003).
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi Anak Sekolah Usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun
permen, dan beberapa jenis minuman ringan) yang biasa
dikonsumsi siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian tentang hubungan status gizi dengan pengetahuan
gizi dan pola makan perlu diperhatikan pemilihan waktu penelitian,
jenis instrumen yang digunakan dan besar sampel dalam penelitian,
sehingga memperkecil terjadinya bias.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana dan Bambang Wirjamadi. 2012. Peranan Gizi Dalam SiklusKehidupan. Jakarta: Prenada Media
Akmal, Hilda Fauzia. 2012. ”Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktifitas FisikDan Status Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti SenamBugar Lansia”. Laporan Akhir Hasil Penelitian KTI, Fakultas KedokteranUniversitas Dipenogoro.
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Amelia, Kindi. 2013. ”Hubungan Pengetahuan Makanan Dan Kesehatan DenganFrekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah DasarPembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang”. Skripsi, ProgramStudi Pendidikan kesejahteraan Keluarga Gakultas Teknik Universitas negeriPadang.
Amelia. W. R. 2009. ”Hubungan Pola Makan, Aktifitas Fisik dan Status GiziDengan Lemak Tubuh Pada Pramusaji Unit Pelayanan Gizi Gedung ARSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2009”. Skripsi. FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Arisman. 2004. Gizi dalam daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Badan Perencanaan Pebangunan Nasional. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangandan Gizi 2011-2015. Jakarta: Bappenas
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005
Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. 2013. Penjaringan PKG 2013.Tasikmalaya, Dinas Kesehatan Kabupaten
Handono, Nugroho Priyo. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi,Pola Makan, dan Energi Tingkat Konsumsi dengan Status Gizi Anak usiaLima Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri, Wonogiri. JurnalKeperawatan, Vol 1 (1), Juli 2010 p:1-7
Hendrayati, Salmiah dan Suriani Rauf. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan danStatus Gizi Siswa SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. JurnalMedia Gizi Pangan, Vol 9 (1)
65
Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Jahari. 2007. Masalah KKP dalam: Yudesti, Ira dan nanang Prayitno. 2013.Perbedaan Status Gizi Anak SD Kelas IV dan V di SD Unggulan (06 PagiMakasar) Dan SDNon Unggulan (09 Pagi Pasar Pinang Ranti) KecamatanMakassar Jakarta Timur Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 5 (1)Januari, p.1-5
Khairina, Dessy. 2008.” Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi”. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia TentangStandar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta
Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada
Khomsan, Ali. 2012. Etiologi Masalah Gizi, Pangan dan Kemiskinan. Bandung:Alfabeta
Natalia, Putri., Ernawati Nasution dan Albiner Siagian. 2012. Perilaku KonsumsiGizi Seimbang dan Status Gizi Pada Remaja Putri di SMAN 1 TarutungTahun 2012. Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-PrinsipDasar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Teori dan Aplikasi Promosi KesehatanMasyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta
Pahlevi, Andriani Elisa dan Sofwan Indarjo. 2012. Determinan Status Gizi PadaSiswa Sekolah dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 7 (2), p.116-120
Priswanti. 2004. ”Hubungan Ketersediaan Pangan Keluarga Dan TingkatKonsumsi Energi, Protein, Fe, Asam Folat, Vitamin B12 Dengan KejadianKurang Energi Kronis (KEK) Dan Anemia Pada Ibu Hamil”. ArtikelPenelitian, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UniversitasDipenogoro.
Purtiantini. 2010. ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai PemilihanMakanan Jajanan Dengan Perilaku Anak Memilih Makanan Di SDITMuhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura”. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta.
66
Purwani, Erni dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status GiziAnak Usia 1-5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang. Jurnal KeperawatanAnak, Vol 1(1), Mei 2013
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013
Rosa, Revida. 2011. Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Jajanan SertaKebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar di Depok dan Sukabumi dalam:Maulana, La Ode A. M., Saifuddi Sirajudin dan Ulfah Najamudin. 2012.Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tidakan Terhadap Status Gizi Siswa SDInpres 2 Panampu. Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarkat UniversitasHasanudin
Rosso, Joy Miller Del dan Rina Arlianti. 2009. Investasi untuk Kesehatan danGizi Sekolah di Indonesia. Jakarta: Sektor Pengembangan Manusia, BankDunia dan BEC TF
Siagian, Dermawan, Albiner Siagian dan Zulhaida lubis. 2012. Gambaran StatusGizi Anak Sekolah Dasar Daerah Eks Transmigrasi Dan Penduduk Lokal DiKecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provisnsi Jambi Tahun 2012.Jurnal. Medan: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:Graha Ilmu Yogyakarta
Supariasa, I. D. N,. Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2012. Jakarta: EGC
Susanto. 2006. Gizi dan Kesehatan dalam: Purtiantini. 2010. ”HubunganPengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan Jajanan DenganPerilaku Anak Memilih Makanan Di SDIT Muhammadiyah Al KautsarGumpang Kartasura”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiya Surakarta.
Sudaryati, Etti,. Juanita dan Nurmaini. 2014. Internet. Ketahanan Pangan DanStatus Gizi Keluarga Perokok di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo,Medan, Fakultas Kesehatan Masyakarat Universitas Sumatera Utara.http://ictoh.tstc-indonesia.org.wp-content/uploads/2014/06/FULL-PAPER-ICTOH-etti.pdf [Diakses 30 Desember 2014]
Tilong, Adi D. 2014. Rahasia Pola Makan Sehat. Yogyakarta: FlashBooks
Yudesti, Ira dan nanang Prayitno. 2013. Perbedaan Status Gizi Anak SD Kelas IVdan V di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SDNon Unggulan (09 PagiPasar Pinang Ranti) Kecamatan Makassar Jakarta Timur Tahun 2012. JurnalIlmiah Kesehatan, Vol. 5 (1) Januari, p.1-5
67
Waladow, Geiby,. Sarah M. Warouw dan Julia V. Rottie. 2013. Hubungan PolaMakan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 3-5 Tahun di Wilayah KerjaPuskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. E-Journal Keperawatan, Vol 1 (1)
WHO. 2007. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health dalam:Agyatmi, Burhanuddin Bahar dan Saifuddin Sirajuddin. 2012. GambaranAsupan Energi dan Protein dari Makanan Jajanan terhadap Status Gizi AnakUsia Sekolah Sekitar Minimarket dan Perbelanjaan Tradisional KotaMakassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin, Makassar:1-12
LAMPIRAN
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
NO WAKTU KETERANGAN
1 Desember 2014-2 Januari 2015 Penyusunan Proposal
2 6 Januari 2015 Seminar Proposal
3 7-12 Januari 2015 Revisi Proposal
4 13 Januari 2015 Pengumpulan Proposal
5 9 April 2015 Mengurus Izin Ke Kesbanglinmas
6 10 April 2015 Uji Validitas di SD N Sukasirna dan
Pemberian Surat Izin Ke SD N Sukasenang
7 25 Mei 2015 Random Responden
8 26 Mei 2015 Pengumpulan data Pengetahuan Gizi dan
Pola Makan
9 27-30 Mei Pengumpulan data Status Gizi
10 31 Mei-18 Juni 2015 Pengolahan dan Analisis Data11 19-28 Juni 2015 Pembahasan12 29 Juni 2015 Pengumpulan draft KTI
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN(INFORMED CONSENT)
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya mahasiswi Program Studi D - III Gizi Tasikmalaya, Jurusan Gizi Poltekkes KemenkesTasikmalaya Tingkat III TA 2014/2015, bermaksud mengadakan penelitian mengenai”Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar diSDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015”
Saya memohon kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimanaakan dilakukan pengisian kuesioner mengenai pengetahuan gizi dan wawancara mengenaipola makan adik-adik .
Setelah Adik membaca maksud dari kegiatan penelitian di atas, di mohon untuk mengisiidentitas dan tanda tangan di bawah ini:
Nama : ________________________________________________________
Sekolah : ________________________________________________________
Kelas : ________________________________________________________
Tanda Tangan :
Terimakasih atas kesediaan adik untuk turut serta dalam penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Peneliti,
Lismah Sayidatul F
DATA IDENTITAS RESPONDEN
NAMA LENGKAP :
SEKOLAH :
KELAS :
UMUR :
TGL LAHIR :
BB : ....................... kg
TB : ........................ cm
IMT/U : ...............................
KUESIONER PENGETAHUAN GIZI
Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang kamu anggap benar!
No PERTANYAAN BENAR SALAH1 Makanan yang bersih dan tertutup aman untuk dimakan2 Kalau jajan harus memilih di tempat yang bersih3 Sayuran yang dimakan mesih mentah atau lalapan tidak perlu
dicuci dulu sebelum dimakan4 Makanan yang sudah bau atau busuk tidak aman untuk dimakan5 Makanan yang sudah berbau tengik tidak boleh dimakan6 Makanan yang banyak mengandung vetsin atau penyedap rasa
dan terlalu gurih baik untuk dimakan karena rasanya enak7 Jajanan atau snack yang banyak mengandung pewarna seperti
saos berbahaya bagi kesehatan8 Minuman yang menggunakan sakarin atau pemanis buatan
adalah minuman yang menyehatkan9 Makanan yang dibungkus lebih terjamin kebersihannya10 Makanan yang kemasan atau bungkusnya menarik pasti aman
untuk dimakan11 Makanan yang bungkusnya sudah rusak tidak boleh dimakan12 Jajanan yang di bungkus dengan pembungkus yang bersih lebih
aman untuk dimakan13 Jajanan yang harus diolah dulu harus diperhatikan kebersihan
alat yang digunakan untuk mengolah14 Setiap membeli makanan kemasan perlu membaca kandungan
gizi pada bungkusnya15 Makanan yang mengandung banyak zat gizi baik untuk
pertumbuhan16 Sarapan dengan menu lengkap (ada nasi, sayur, lauk, susu)
lebih bergizi daripada membeli jajan di sekolah17 Snack atau jajanan yang digoreng lebih banyak lemaknya
daripada yang direbus atau dikukus18 Dalam memilih makanan kemasan tidak perlu melihat tanggal
kedaluarsa19 Makanan yang sudah melewati tanggal kedaluarsa berbahaya
bagi kesehatan20 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat mencegah
diare21 Jajanan yang banyak pengawet dapat menurunkan konsentrasi
belajar22 Makanan yang banyak mengandung zat gizi dapat
meningkatkan kecerdasan anak23 Makanan yang kandungan gizinya kurang akan menganggu
pertumbuhan24 Makanan yang tidak tertutup dan dihinggapi lalat dapat
menyebabkan penyakit25 Memilih jajanan yang dijual disekitar sekolah yang penting
enak dan harganya murah
Sumber: Purtiantini. 2010. ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan MakananJajanan Dengan Perilaku Anak Memilih Makanan Di SDIT Muhammadiyah Al KautsarGumpang Kartasura”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MuhammadiyaSurakarta.
KUESIONER POLA MAKANBerilah tanda silang (x) 0ada jawaban yang benar!
1. Berapa kali frekuensi makan Adik dalam sehari…a. <2 kali b. 3 kali c. >3 kali
2. Apakah Adik membiasakan sarapan setiap hari…a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
3. Kapan waktu Adik sarapan setiap hari …a. Pukul 5-7 pagib. Pukul 9-10 pagic. Pukul 10-11 pagi
4. Manakah dari menu berikut yang biasa Adik konsumsi setiap sarapan…a. Nasi, tahu, kerupukb. Nasi, telur, tempe, sayurc. Buah dan sayur
6. Kapan waktu Adik makan malam …a. Pukul 6-7 malamb. Pukul 5 sorec. Di atas pukul 9 malam
7. Berapa kali Adik jajan dalam sehari…a. Tidak jajan b. 2 kali c. ≥ 3 kali
8. Manakah jenis makanan selingan atau snack yang biasa Adik konsumsi …a. Chiki, permenb. Buah, batagor, bubur kacangc. Gorengan
9. Kapan waktu yang dianjurkan untuk makan selingan atau snack ...a. Pukul 6-7 pagi dan pukul 12-1 siangb. Pukul 9-11 pagi dan pukul 3-5 sorec. Pukul 2 malam
Sub TotalB Protein Hewani1. Ayam2. Telur ayam3. Telur Bebek4. Ikan5. Ikan Asin6. Daging sapi7. Bakso8. Ati ayam9. Ati sapi
Sub totalC Protein Nabati1. Tahu2. Tempe3. Kacang ijo4. Oncom
Sub totalD Sayuran1. Wortel2. Buncis3. Tomat4. Labu siam5. Kangkung6. Bayam7. Kacang panjang8. Sawi hijau9. Toge10. Kol11. Ketimun12. Kembang kol13. Daun melinjo14. Daun singkong
Sub totalE Buah-buahan1. Alpukat2. Anggur3. Apel4. Duku5. Jambu air6. Jambu biji
Sumber: Modifikasi Supariasa, dkk (2012). Penilaian Status Gizi.