Top Banner
HUBUNGAN DENGAN S DI SDN SUK Disu PROGRAM JURUSAN GI KEMENTE PENGETAHUAN GIZI DAN POLA STATUS GIZI ANAK SEKOLAH D KASENANG KECAMATAN SINGA TAHUN 2015 Karya Tulis Ilmiah usun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi Disusun Oleh: LISMAH SAYIDATUL FATIMAH NIM. P2.06.31.1.12.020 M STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMAL IZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKM ERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDON 2015 A MAKAN DASAR APARNA LAYA MALAYA NESIA
93

Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

May 16, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKANDENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR

DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNATAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi

Disusun Oleh:

LISMAH SAYIDATUL FATIMAHNIM. P2.06.31.1.12.020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA

JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKANDENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR

DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNATAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi

Disusun Oleh:

LISMAH SAYIDATUL FATIMAHNIM. P2.06.31.1.12.020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA

JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKANDENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR

DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNATAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Gizi

Disusun Oleh:

LISMAH SAYIDATUL FATIMAHNIM. P2.06.31.1.12.020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA

JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2015

Page 2: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Page 3: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Page 4: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

iv

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZIANAK SEKOLAH DASAR

DI SDN SUKASENANG KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2015

Lismah Sayidatul Fatimah1 Deris Aprianty2

ABSTRAK

Latar Belakang: Anak sekolah mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental diperlukanguna menunjang kehidupannya di masa mendatang,sehingga memerlukan status gizi yang baik.Faktor yang berisiko mempengaruhi status gizi di antaranya, pola makan dan pengetahuan gizi.Berdasarkan data penjaringan anak sekolah yang dilakukan oleh Puskesmas Singaparna padatahun 2014, prevalensi gizi kurang di SDN Sukasenang mencapai 27,03%.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi, pola makandan status gizi, serta mengetahui hubungan pengetahuan gizi, pola makan dengan status gizi anaksekolah kelas 4 dan 5.

Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitikobservasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26sampai 30 Mei 2015 di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna. Sampel penelitian ini sebanyak81 orang. Pengolahan data dengan menggunakan Fisher’s Exact Test dengan tingkatkepercayaan 95%.

Hasil Penelitian: Gambaran pengetahuan gizi anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SDNSukasenang, yang baik 70 orang (85,4%) dan yang tidak baik ada 12 orang (14,6%). Adapungambaran pola makan anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SDN Sukasenang yang pola makanbaik 2 orang (2,4%) dan yang pola makannya tidak baik berjumlah 79 orang (97,6%). Dari 81orang responden, yang memiliki status gizi normal 56 orang (67,3%) dan ada 1 orang (1,2%)yang status gizinya sangat kurus, sedangkan yang status gizinya obesitas ada 3 orang (3,7%).Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antarapengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi anak kelas 4 dan 5 di SDN Sukasenang(p>0,05).

Simpulan: Status gizi tidak berhubungan dengan pengetahuan gizi dan pola makan. Sebaiknyaanak kelas 4 dan 5 meningkatkan konsumsi lauk pauk, sayur dan buah, sehingga lebih beragam.

Kata Kunci: Status Gizi, Pengetahuan Gizi, Pola Makan.

1. Mahasiswa Program Studi D III Gizi Tasikmalaya2. Dosen Program Studi D III Gizi Tasikmalaya

Page 5: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

v

RELATED KNOWLEDGE AND NUTRITION DIET NUTRITIONAL STATUS OFCHILDREN WITH PRIMARY

IN SDN SUKASENANG SUBDISTRICT SINGAPARNA 2015

Lismah Sayidatul Fatimah1 Deris Aprianty2

ABSTRACT

Background: Student experience physical and mental growth necessary to support life in thefuture, so it requires a good nutritional status. Risk factors affecting the nutritional status aredietary pattern and nutrition knowledge. Based on data screening student conducted bySingaparna Health Center in 2014, the prevalence of malnutrition in SDN Sukasenang reached27.03% .

Objective: This study was to describe the nutritional knowledge, dietary pattern and nutritionalstatus, as well as determine the relationship of nutrition knowledge, dietary pattern and nutritionalstatus of school children grades 4 and 5.

Methods: The study design used in this study is an observational analytic with cross sectionalapproach. The research was conducted on May 26 to May 30, 2015 in SDN Sukasenangsubdistrict Singaparna. The study sample as many as 81 people. Analysing of data by usingFisher’s Exact Test with 95% confidence level.

Results: The result shows that nutrition knowledge of children grade 4 and 5 in SDN Sukasenangare good about 70 persons (85,4%) and 12 persons (14,6) have a awake nutrition knowledge. Theresult of dietary pattern shows 2 persons (2,4%) that has a good dietary pattern and 79 persons(97,6%) aren’t. Between 81 respondent, 56 persons (67,3%) have a normal nutritional status, aperson (1,2%) is lean and there are 3 persons obesity. Based on statistical test showed that therewas no significant relationship between nutrition knowledge and dietary pattern with nutritionalstatus of student grades 4 and 5 (p> 0.05).

Conclusion: Nutritional status is not related to knowledge of nutrition and dietary pattern. Thechildren grade 4 and 5 should increase to consume the meals, vegetables and fruits, so it will bediverse.

Keywords: Nutritional Status, Knowledge of Nutrition, Dietary Pattern .

1. Student, Departement of Nutrition Poltekkes Ministry of Tasikmalaya2. Lecturer, Departement of Nutrition Poltekkes Ministry of Tasikmalaya

Page 6: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas

pertolonganNya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada

waktu yang telah direncanakan sebelumnya.Tidak lupa shalawat serta salam

Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat,

semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk melaksanakan tugas penelitian yang

berjudul, ”Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak

Sekolah Dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015”.

Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil

apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Hj. Betty Suprapti, S. Kp, M. Kes, selaku direktur POLTEKKES

KEMENKES TASIKMALAYA

2. Ibu Deris Aprianty, S. KM, M. PH, selaku Ketua Jurusan Gizi

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA , Ketua Penguji dan dosen

pembimbing.

3. Bapak H. R. Agus Bachtiar, S. P, M. Kes, selaku Penguji I, yang telah

memberikan kritik dan saran membangun bagi perbaikan karya tulis ilmiah

ini

4. Ibu Irma Nuraeni, S. Si, M. PH, selaku Penguji II yang telah memberikan

kritik dan saran membangun bagi perbaikan karya tulis ilmiah ini

Page 7: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

vii

5. Bapak, Ibu dosen dan staf jurusan Gizi POLTEKKES KEMENKES

TASIKMALAYA

6. Orang tua dan adik tercinta, yang telah memberikan dorongan moril

maupun materil, dan sebagai semangat untuk membuka semangat baru

7. Kepala Sekolah, guru dan staf pengajar di SDN Sukasenang Kecamatan

Singaparna

8. Cincin Retnasari, Dini Mardya Utami, Fadhillah Choerunnisa, Hayatun

Toyibah, Ida Rubiah Adawiyah, Kani Hardiani, Lina Rosdiana, Resti

Widiawati, Revy Rahayu dan Tiarawati Oktaviani, selaku enumerator

yang membatu dalam penelitian ini.

9. Rekan – rekan angkatan 2012 jurusan gizi POLTEKKES KEMENKES

TASIKMALAYA

10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila

terdapat kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini penulis mohon maaf, karena

penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

karya tulis ini di masa yang akan datang.

Tasikmalaya, Juni 2015

Lismah Sayidatul F.

Page 8: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

ABSTRACK ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan ............................................................................................... 3

D. Ruang Lingkup.................................................................................. 4

E. Manfaat ............................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis ................................................................................7

1. Status Gizi ..............................................................................7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................... 16

3. Pengetahuan Gizi .................................................................. 20

4. Pola Makan ........................................................................... 23

5. Food Freuency Questionare ................................................. 30

6. Gizi Anak Sekolah ................................................................ 31

B. Kerangka Teori.................................................................................. 35

C. Kerangka Konsep .............................................................................. 36

D. Hipotesa............................................................................................. 36

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................................. 37

Page 9: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

ix

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 37

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 37

1. Populasi ................................................................................. 37

2. Sampel................................................................................... 37

D. Variabel Penelitian ............................................................................ 38

1. Variabel Dependen................................................................ 38

2. Variabel Independen ............................................................. 38

E. Definisi Operasional.......................................................................... 39

F. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 41

G. Instrumen Penelitian.......................................................................... 42

H. Pengolahan dan Analisis Data........................................................... 42

I. Jalannya Penelitian............................................................................ 43

J. Keterbatasan Penelitian..................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GambaranUmumSekolah .................................................................. 48

B. GambaranUmumResponden ............................................................. 49

C. Hasil .................................................................................................. 51

1. AnalisisUnivariat................................................................... 51

2. AnalisisBivariat..................................................................... 53

D. Pembahasan....................................................................................... 55

1. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi ................. 56

2. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi........................... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................... 62

B. Saran.................................................................................................. 62

1. Bagi Siswa............................................................................. 62

2. Bagi Sekolah ......................................................................... 63

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64

LAMPIRAN

Page 10: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

x

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

1. Klasisfikasi dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks .... 8

2. Susunan Makanan Rata-rata Sehari Anak Usia 1-12 tahun .............. 30

3. Angka Kecukupan Gizi Anak Sekolah Usia 7-9 tahun dan

10-12 tahun ...................................................................................... 32

4. Instrumen Peneitian .......................................................................... 42

5. Distribusi Frekuensi Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan

SDN Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 49

6. Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN

Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 49

7. Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN

Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Kelas .................................. 50

8. Distribusi Frekuensi Umur Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN

Sukasenang Tahun 2015 .................................................................. 51

9. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5

SDN Sukasenang Tahun 2015 ......................................................... 52

10. Distribusi Frekuensi Pegetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar

Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015 ................................... 52

11. Distribusi Frekuensi Pola Makan Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5

SDN Sukasenang Tahun 2015 ......................................................... 53

12. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar

Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015.................................... 54

13. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar

Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015.................................... 55

Page 11: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

xi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Status Gizi ...................................................................... 35

2. Kerangka Konsep ..................................................................................... 36

Page 12: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Jadwal Penelitian2. Instrumen Penelitian3. Surat Bukti Uji Validitas4. Surat Izin Penelitian dari Kesbanglinmas5. Surat Izin Penelitian dari UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Singaparna6. Surat Bukti Melaksanakan Penelitian7. Hasil Uji Statistik8. Master Data9. a. Komponen Pengetahuan Gizi dan Status Gizi

b. Komponen Pola Makan dan Status Gizi

Page 13: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status gizi

yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan (Yudesti dan

Prayitno, 2013). Anak sekolah dasar (SD) yang berusia 7-13 tahun merupakan

masa-masa pertumbuhan pesat kedua setelah masa balita, sehingga penting untuk

memperhatikan konsumsi makanannya. (Istiany dan Rusilanti, 2013).

Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang akan dicapai

dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang diadopsi dari PBB

Tahun 2000 (Todaro, 2005 dalam Yudesti dan Prayitno, 2013). Kurang gizi kronis

berhubungan erat dengan pencapaian akademik murid sekolah yang semakin

rendah. Anak-anak yang kurang gizi lebih banyak yang terlambat masuk sekolah,

lebih sering absen dan tidak naik. (Khomsan, 2012).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi status gizi

indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 5-12 tahun di Indonesia yang

kurus dan sangat kurus mencapai 11,2%. Provinsi Jawa Barat prevalensi status

gizi gizi indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 5-12 tahun yang kurus

dan sangat kurus mencapai 9,1%. Adapun berdasarkan pendidikan, yang status

gizinya kurus paling banyak berada pada pendidikan SD/MI yaitu 7,9%.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi menurut

UNICEF (1990), yaitu konsumsi makanan, status infeksi, ketersediaan dan pola

konsumsi rumah tangga, pola asuh, kebersihan dan sanitasi serta pelayanan

kesehatan dan kesehatan lingkungan (Bappenas, 2011). Anak sekolah yang

Page 14: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

2

kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya konsumsi gizi yang seimbang dalam

makanannya sehari-hari dan sebagai akibat dari kurang gizi pada masa balita serta

tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna pada masa

berikutnya. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan atau kelebihan

gizi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya

(Siagian dkk, 2012). Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan

perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh.

Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar dari pada

golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama

penambahan tinggi badan (Devi, N, 2012 dalam Siagian dkk, 2012). Anak usia

sekolah mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan yang dapat

mengakibatkan nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan

berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003 dalam Purtiantini, 2010).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya yang

bersumber dari laporan penjaringan Puskesmas tahun 2013, jumlah anak sekolah

dasar yang memiliki status gizi kurang di kabupaten Tasikmalaya ada 1,74%,

yang tersebar di SDN, SD swasta, MI negeri dan MI swasta. Angka prevalensi

gizi kurang yang paling banyak disumbangkan oleh SDN yaitu, 81,6%.

SDN Sukasenang merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang berada

di kecamatan Singaparna. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah dasar yang

siswanya memiliki prestasi akademik yang baik. Namun, berdasarkan data

penjaringan anak sekolah yang dilakukan oleh Puskesmas Singaparna pada tahun

2014, prevalensi gizi kurang di SDN Sukasenang merupakan salah satu yang

Page 15: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

3

tertinggi di kecamatan Singaparna, yaitu mencapai 27, 03% (Laporan Puskesmas

Singaparna, 2014).

Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia

yang berkualitas pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin, salah satunya

anak usia sekolah. Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam

perbaikan gizi masyarakat (Calderón, 2002; Choi et al., 2008 dalam Pahlevi,

2012).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

”Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah

Dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil

yaitu, apakah ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi

anak sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya tulis ini untuk mengetahui hubungan

pengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi anak sekolah dasar di

SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi pada anak sekolah dasar di

SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015

b. Mengetahui gambaran pola makan pada anak sekolah dasar di SDN

Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015

Page 16: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

4

c. Mengetahui gambaran status gizi pada anak sekolah dasar di SDN

Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015

d. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi pada

anak sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna

Tahun 2015

e. Mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada anak

sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun

2015

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini, meliputi gizi masyarakat. Adapun beberapa

referensi yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatannya yaitu:

1. Yudesti dan Prayitno, (2012) dengan judul ”Perbedaan Status Gizi Anak

SD Kelas IV Dan V Di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SD Non

Unggulan (09 Pagi Pinang Ranti) Kecamatan Makasar Jakarta Timur

Tahun 2012”. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang

digunakan yaitu, analitik observasional dengan pendekatan cross sectional

pada siswa sekolah dasar dengan pengukuran status gizi menggunakan

indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Adapun perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada teknik

pengambilan sampel, jenis data dan uji statistik yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara multi

stage random sampling, jenis data yang dikumpulkan merupakan data

numerik dan kategorik dan uji yang digunakan yaitu uji T-test, sedangkan

penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengambilan sampel

Page 17: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

5

dengan cara systematic random sampling, jenis data yang dikumpulkan

merupakan data kategorik dan uji statistik ang digunakan yaitu, Fisher’s

Exact Test.

2. Pahlevi, (2012) dengan judul ” Determinan Status Gizi Anak Sekolah

Dasar”. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang

digunakan yaitu, analitik observasional dengan pendekatan cross sectional

pada siswa sekolah dasar. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan terletak pada teknik pengambilan sampel, jenis

data dan uji statistik yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teknik

pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, data status gizi yang

dikumpulkan menggunakan indeks antropometri berat badan menurut

umur (BB/U), dan uji yang digunakan mernggunakan uji Chi Square,

sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengambilan

sampel dengan cara systematic random sampling, data status gizi yang

dikumpulkan menggunakan indeks antropometri indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U) dan uji statistik ang digunakan yaitu, Fisher’s

Exact Test.

E. Manfaat

1. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

kepada responden akan pentingnya pengetahuan gizi dan penerapan pola

makan yang baik untuk mencapai status gizi yang baik.

Page 18: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

6

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

para pendidik khususnya pada para guru untuk memberikan pemahaman

mengenai gizi dan pola makan yang baik bagi siswat erutama dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai

masukan dan bahan perbandingan serta dijadikan dasar pemikiran dalam

penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat

dibangku kuliah, khususnya mengenai hubungan pengetahuan gizi dan

pola makan dengan status gizi.

Page 19: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu. Sedangkan keadaan gizi adalah keadaan akibat dari

keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan

penggunaan zat gizi tertentu, atau keadaan fisiologik akibat dari

tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa dkk, 2012).

Status gizi yang dinilai pada responden anak usia sekolah dalam

penelitian ini adalah status gizi antropometri dengan indikator indeks

massa tubuh menurut umur (IMT/U). Penilaian ini dipilih karena

dianggap paling mewakili status gizi anak usia sekolah usia 5-18 tahun

dengan menggunakan metode dengan indikator indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U) (Z-Score) dengan memperhatikan jenis kelamin

(WHO, 2007 dalam Agyatmi, 2012).

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status

gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Pada

tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB, karena

menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit didapat

secara benar. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi

Page 20: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

8

akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat menggambarkan keadaan

gizi masa lampau (Supariasa dkk, 2012).

Dari berbagai jenis indeks, untuk menginterpretasikannya

diperlukan ambang batas. Kategori dan ambang batas status gizi anak

berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB sebagai berikut.

Tabel 1. Klasifikasi dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks

Sumber : Kemenkes, (2010)

Berdasarkan baku Harvard, status gizi dapat dibagi menjadi empat,

yaitu:

Indeks Kategori Status GiziAmbang Batas

(z-Score)

BB/U

Anak umur 0 – 60 Bulan

Gizi Buruk <- 3 SD

Gizi Kurang -3 SD s.d. <-2 SD

Gizi Baik -2 SD s.d. 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

PB/U atau TB/U Anak Umur 0-

60 Bulan

Sangat Pendek <- 3 SD

Pendek -3 SD s.d. <-2 SD

Normal -2 SD s.d. 2 SD

Tinggi >2 SD

BB/PB atau BB/TB

Anak Umur 0-60 Bulan

Sangat Kurus <- 3 SD

Kurus -3 SD s.d. <-2 SD

Normal -2 SD s.d. 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U

Anak Umur 0-60 Bulan

Sangat Kurus <- 3 SD

Kurus -3 SD s.d. <-2 SD

Normal -2 SD s.d. 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U

Anak Usia 6-18 Tahun

Sangat Kurus <- 3 SD

Kurus -3 SD s.d. <-2 SD

Normal -2 SD s.d. 1 SD

Gemuk 1 SD s.d. 2 SD

Obesitas >2 SD

Page 21: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

9

a. Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan

obesitas

b. Gizi baik untuk well nourished

c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan

moderate PCM (Protein Calori Malnutrition)

d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus,

marasmik-kwashiorkor dan kwashiorkor

Penyakit kurang gizi atau atau gizi kurang merupakan penyakit

tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu

tempat. Umumnya penyakit kekurangan gizi merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang menyangkut multidisiplin dan harus selalu

dikontrol, terutama masyarakat yang tinggal di negara-negara yang baru

berkembang (FK UI, 2008).

Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang

tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan

kebiasaan makan yang buruk (Arisman, 2004). Anak-anak yang

menderita gizi kurang berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan

lebih rendah dibandingkan rekan-rekan sebayanya yang sehat dan

bergizi baik. Laju pertambahan bobot akan lebih banyak terpengaruh

pada kondisi kurang gizi dibandingkan tinggi badan, sehingga

penurunan bobot badan paling sering digunakan untuk menapis anak-

anak yang mengalami gizi kurang (Khomsan, 2003).

Anak-anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat badan

tetap atau turun dalam penimbangan selanjutnya) sering disebabkan

Page 22: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

10

oleh kekurangan gizi atau sakit. Anak-anak tersebut mengalami

kekurangan gizi karena kurangnya makanan di tingkat rumah tangga,

cara pemberian makanan yang kurang baik, anak tidak mau makan atau

faktor psikososial lainnya (Khomsan, 2003).

Menurut WHO (2007) dalam Yudesti dan Prayitno (2012),

indikator status gizi yang digunakan harus peka terhadap perubahan

status gizi penduduk pada suatu saat tertentu dan masa yang akan

datang. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan yang kecil pada status

gizi masih dapat ditunjukkan dengan nyata oleh indikator tersebut,

sehingga dapat menjadi penentu perlu tidaknya dilakukan suatu

program intervensi gizi. Pertumbuhan fisik anak yang bercirikan

pertambahan besar ukuran-ukuran antropometri merupakan indeks yang

paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan (Jahari, 2007 dalam

Yudesti dan Prayitno, 2012).

Menurut Supariasa dkk, (2012) penilaian status gizi dapat

dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

a. Penilaian status gizi secara langsung

1) Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah

ukuran dari tubuh. Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai umur dan tingkat gizi.

Dasar antropometri adalah konsep pertumbuhan. Salah satu faktor

Page 23: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

11

yang mempengaruhi pertumbuhan adalah gizi. Jadi untuk

mengukur status gizi seseorang dapat digunakan antropometri

(Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa

parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu

pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang

dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari

indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang

disebut dengan Body Mass Index (BMI) (Supariasa dkk, 2012).

IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa yang berumur 5-

18 tahun. Ada pun untuk anak sekolah dasar, parameter yang cocok

digunakan adalah umur, berat badan dan tinggi badan (Adriani dan

Wirjatmadi, 2012). Beberapa parameter antropometri yang

digunakan dalam penentuan status gizi anak sekolah antara lain:

a) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi

status gizi yang salah. Namun, penentuan umur kadang dapat

menjadi masalah yang mengganjal, terutama di masyarakat

pedesaan, karena banyak yang tidak punyaakta kelahiran anak

atau surat keluarga (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Untuk

melengkapi data umur, dapat dilakukan dengan:

(1)Meminta surat kelahiran atau kartu keluarga

(2)Mencocokkan kalender lokal dengan kalender nasional

Page 24: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

12

(3)Berdasarkan daya ingat orang tua pada kejadian-kejadian

penting

(4)Membandingkan dengan anak tetangga atau kerabat.

b) Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari

beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk

mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan

tinggi badan (Gibson, 2005 dalam Yudesti dan Prayitno, 2012).

c) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,

2007 dalam Yudesti dan Prayitno, 2012). Selain itu, tinggi badan

merupakan antropometri dapat menggambarkan keadaan lalu dan

sekarang. Pengukuran tinggi badan anak sekolah menggunakan alat

pengukur tinggi mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm. Cara

pengukurannya yaitu dengan menempelkan mikrotoa pada dinding

yang lurus datar setinggi 2 meter. Anak yang akan diukur tingginya

harus berdiri tegak dengan kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan

bagian kepala belakang harus menempel pada dinding. Kemudian

mikrotoa diturunkan sampai rapat pada kepala bagian atas anak, lalu

baca angka pada skala yang tampak pada gulungan mikrotoa. Angka

tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur (Adriani dan

Wirjatmadi, 2012).

Page 25: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

13

Beberapa indeks antropometri yang digunakan dalam menentukan

status gizi anak sekolah antara lain:

(1)Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur pada anak usia 6 bulan sampai

7 tahun dapat menggambarkan malnutrisi akut, yaitu keadaan

malnutrisi pada saat ini (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

(2)Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Indeks ini untuk menggambarkan apakah anak sekolah pernah

mengalami malnutrisi atau tidak di masa lampau.

(3)Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Indeks ini untuk menggambarkan status gizi (malnutrisi) yang

baru saja terjadi (1, 2 atau 3 bulan yang lalu) pada anak sekolah.

Ambang batas yang digunakan dalam antropometri anak sekolah

menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012) adalah:

(1)Mean dan SD (Standar Deviasi)

Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal,

dengan ini anak dapat ditentukan posisinya, yaitu, mean ± 1 SD

mencakup 66,6%, mean ± 2 SD mencakup 95% dan mean ± 3 SD

mencakup 97,7%.

(2)Persentil

Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran

dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai terbesar,

dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti bahwa

anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 berarti bahwa anak

Page 26: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

14

tersebut berada pada posisi ke-10 dari bawah di mana embilan anak

kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya.

2) Klinis

Merupakan metode yang didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcupupan zat gizi. Hal ini dapat terlihat dari jaringan

epitel atau organ-organ dekat permukaan tubuh.

3) Biokimia

Merupakan penilaian status gizi dengan melakukan

pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris pada

berbagai macam jaringan tubuh untuk menentukan kekurangan

gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Metode penilaian status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi tubuh dan melihat perubahan struktur jaringan, dan

biasanya digunakan dalam situasi tertentu, seperti kejadian buta

senja.

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung

1) Survei Konsumsi Makanan

Merupakan metode pengumpulan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Metode pengukuran konsumsi makanan yang paling sering

dilakukan ada dua, yaitu:

Page 27: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

15

a) Food Frequency

Merupakan metode pengukuran konsumsi makanan untuk

memperoleh data tentang frekuensi, jumlah bahan makanan atau

makanan jadi selama proses tertentu, seperti hari, minggu, bulan

atau tahun.

b) Recall 24 jam

Merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan

mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

dalam periode 24 jam yang lalu.

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan cara menganalisis data berbagai

statistik, seperti statistik kematian, berdasarkan umur, angka

morbiditas dan mortalitas.

3) Faktor Ekologi

Faktor ekologi merupakan faktor lingkungan yang

mempengaruhi malnutrisi pada masyarakat, keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi dan sebagainya.

Pada keadaan status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi

gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau

faktor sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan

seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan

oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi

pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah

dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang

Page 28: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

16

yebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel tubuh setelah makanan

dikonsumsi (Almatsier, 2010)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut UNICEF (1990) dalam Bappenas (2011), faktor-faktor

yang mempengaruhi status gizi terbagi menjadi dua, yaitu faktor

langsung dan faktor tidak langsung. Ada pun faktor langsung yang

mempengaruhi status gizi secara langsung yaitu faktor makanan dan

penyakit infeksi. Sedangkan, untuk faktor yang tidak langsung,

dipengaruhi oleh sanitasi dan higiene, ketersediaan pangan, pola asuh

dan pelayanan kesehatan. Selain itu, pola asuh, sanitasi higiene dan

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, akses

informasi dan pendapatan keluarga.

a. Konsumsi Makanan

Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi

zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang, dan

aman. Pada tingkat makro, konsumsi makanan individu dan keluarga

dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan oleh tingkat

produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan beragam sepanjang

waktu dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau oleh semua rumah

tangga sangat menentukan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan

tingkat konsumsi makanan keluarga (Bappenas, 2011).

Menurut Supariasa, dkk (2002), tingkat konsumsi energi itu

berpengaruh secara langsung pada status gizi. Energi itu diperoleh dari

karbohidrat, protein dan lemak. Energi diperlukan untuk pertumbuhan,

Page 29: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

17

metabolisme, utilisasi bahan makanan dan aktivitas. Kebutuhan energi

disuplai terutama oleh karbohidrat dan lemak, sedangkan protein untuk

menyediakan asam amino bagi sintesis protein sel dan hormon maupun

enzim untuk mengukur metabolisme. Dari hasil penelitian Pahlevi

(2012), diperoleh hasil bahwa konsumsi protein berpengaruh terhadap

status gizi anak. Anak membutuhkan protein yang cukup tinggi untuk

menunjang proses pertumbuhannya. Penyediaan pangan yang

mengandung protein sangat penting, meskipun pertumbuhan masa kanak-

kanak berlangsung lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi

kegiatan fisiknya meningkat.

b. Penyakit Infeksi

Dampak penyakit pada anak-anak sama dengan dampak

kekurangan gizi. Secara umum, adanya penyakit menyebabkan

berkurangnya asupan pangan karena selera makan menurun. Scrimshaw

dkk (1959) dalam Supariasa dkk (2002) menyatakan, bahwa ada

hubungan yang erat antara penyakit infeksi dengan kejadian malnutrisi.

Terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan kejadian infeksi,

infeksi akan mempengaruhi status gizi. Secara patologis mekanismenya

adalah penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,

menurunnya absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit,

peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat penyakit diare, mual

atau muntah akibat perdarahan yang terus-menerus, meningkatnya

kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat di dalam tubuh.

Page 30: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

18

Data tentang laporan prevalensi diare and tifus nonspesifik di

antara anak usia sekolah di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi anak-

anak yang terkena penyakit ini di setiap provinsi berkisar antara 2 sampai

20 persen untuk diare dan antara kurang dari 1 persen sampai sedikit

lebih dari 3 persen untuk tifus. Rata–rata angka ISPA pada anak usia

sekolah pada umumnya cukup tinggi; 20 persen atau lebih di semua

provinsi dan 30 persen atau lebih di hampir setengah dari jumlah

provinsi. Malaria telah diidentifikasikan sebagai penyebab utama

ketidakhadiran di sekolah dan prestasi belajar yang rendah. Infeksi

cacing telah dikenal dan dicatat memiliki angka tertinggi pada anak usia

sekolah di negara–negara yang tidak dapat mengontrol infeksi tersebut

karena buruknya sistem air dan sanitasi. Infeksi cacing berperan penting

dalam status gizi dan kesehatan anak usia sekolah dan berkontribusi

terhadap angka ketidakhadiran. Hal ini kemudian dapat mengurangi

kapasitas belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar (Rosso

dan Arlianti, 2010).

c. Ketersediaan dan Pola Konsumsi

Makan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia.

Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara

pengolahannya. Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang

anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk

dari kebiasaan dalam masyarakatnya (Purwani dan Maryam, 2013).

Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai rata-rata konsumsi

energi protein, Fe, asam folat, vitamin B12 per kapita per hari yang

Page 31: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

19

diperoleh dari konsumsi bahan makanan keluarga tiap harinya baik dalam

rumah maupun diluar rumah tanpa memperhitungkan makanan yang

terbuang, sisa ataupun yang diberikan kepada binatang peliharaan yang

diperoleh dengan wawancara dengan metode pendaftaran makanan

menggunakan kuesioner terstuktur yang memuat daftar makanan utama

(Priswanti, 2004).

Pendapatan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pangan

dalam keluarga, yang akan mempengaruhi konsumsi zat gizi, dan

akhirnya akan mempengaruhi status gizi (Sudaryati, dkk, 2014).

Keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih banyak menderita gizi

kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang

cukup maupun tinggi (Supariasa dkk, 2012).

Berdasarkan kutipan Apriadji (2010) pada Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat (2010) dalam Palupi (2014), pendapatan keluarga

akan mempengaruhi daya beli keluarga sehingga akan berpengaruh

terhadap status kesehatan. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan

makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga,

harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya

lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas

kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan

makanannya sesuai dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

d. Kebersihan dan Sanitasi

Masalah gizi pada bayi dan anak balita di Indonesia disebabkan

penyakit infeksi yang erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan (Hidayat

Page 32: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

20

dan Fuada, 2011).. Anak-anak, terutama anak perempuan, dapat lebih

memilih untuk tidak pergi sekolah daripada harus menggunakan fasilitas

yang buruk. Ketika sebuah sekolah kekurangan akses ketersediaan air

dan fasilitas sanitasi, sementara siswa tidak memiliki kebiasaan

kebersihan diri yang baik, munculnya penyakit yang serius di masa

kanak-kanak akan semakin meningkat dan akan mempengaruhi

partisipasi siswa dan kapasitas belajar mereka (Rosso dan Arlianti, 2010).

3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaaan manusia, atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telingan dan sebagainya), dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari indera penglihatan dan

pendengaran. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki intensitas

yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Secara garis besar, Notoatmodjo (2010) membagi pengetahuan ke

dalam enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartika sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur seseorang itu tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaa-

pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak mengalami kurang gizi,

dan sebagainya.

Page 33: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

21

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila seseorang telah memahami objek

yang dimaksud, dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, orang yang

telah memahami metodelogi penelitian, ia akan membuat proposal

penelilitian dimana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada

tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakkan, megelompokkan membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkkan kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkkan dalam satu hubungan yang logis dari

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

emampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

Page 34: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

22

yang telah ada. Misalnya dapat meringkas atau merangkum kata-kata

dengan kalimat sendiri dari apa yang dibaca atau didengar, dapat

membuat kesimpulan.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini denga sendirinya didasarkan atas suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Misal, aeorang kader dapat menilai atau menentukan seorang anak

kurang gizi atau tidak, dan sebagainya.

Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan

makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara

internal maupun eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu

pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman

hidup. Pengetahuan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal

dari orang lain sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah

(Solihin, 2005 dalam Purtiantini 2010).

Menurut Sukanto (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan, antara lain :

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Page 35: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

23

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan lebih luas.

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

e. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat

pengetahuan.

Ada pun cara pengukuran pengetahuan menurut (Baliwati dkk,

2006), terdiri dari:

1) Baik : > 80% jawaban benar

2) Cukup : 60-80% jawaban benar

3) Kurang: <60% jawaban benar

4. Pola Makan

a. Pengertian

Pengertian pola makan dalam Sulistyoningsih (2011) terdiri dari

beberapa pendapat, yaitu:

1) Buletin Gizi (1988), pola makan didefinisikan sebagai karakteristik

dari kegiatan yang berulang kali dari individu dalam memenuhi

Page 36: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

24

kebutuhannya akan makanan, sehingga kebutuhan fisiologis, sosial

dan emosionalnya dapat terpenuhi.

2) Sri Kajati (1985), pola makan adalah berbagai informasi yang

memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan

makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan

ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

3) Sri Handajani (1996), pola makan adalah tingkah laku manusia atau

sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan

yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

4) Suhardjo (1989), pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau

sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsiny

asebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologis, psikologis,

budaya dan sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dismpulkan bahwa pola

makan adalah gambaran mengenai kebiasaan makanan yang

dikonsumsi seseorang atau suatu kelompok meliputi sikap,

kepercayaan dan pemilihan makanan sebagai bentuk pemenuhan

kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosial budaya.

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi,

sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat

gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta

perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam

jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-

hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan

Page 37: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

25

mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier,

dkk, 2011).

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Menurut Sulistyoningsih (2011), pola makan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, agama,

pendidikan, dan lingkungan.

1) Faktor ekonomi

Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi

konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga.

Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk

membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,

sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya

daya beli pangan baik secara kualitas maupun secara kuantitas.

Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi

yang cukup akan menyebabkan seseorang menjadi sangat

konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan

bahan makanan lebih didasarkan pada selera dibanding aspek gizi.

2) Faktor sosial budaya

Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat

dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan yang

didasari oleh kebudayaaan umumnya mengandung perlambang atau

nasihat yang dianggap baik atau pun tidak baik yang lambat laun

menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan mempunyai kekuatan

Page 38: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

26

cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan

mengolah pangan yang akan dikonsumsi.

Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh dan

tidak boleh mengonsumsi makanan yang dikenal dengan tabu

makanan, meskipun tidak semua tabu makanan masuk akal dan

baik dari segi kesehatan. Tidak sedikit hal yang dilarang dalam

suatu kebudayaan merupakan hal yang baik dalam dunia kesehatan.

3) Agama

Pantangan yang didasari agama, khususnya agama Islam

disebut haram dan individu yang melanggar hukumnya dosa.

Adanya pantangan terhadap makanan/ minuman tertentu dari sisi

agama dikarenakan makanan/minuman tersebut membahayakan

jasmani dan rohani bagi yang mengonsumsinya. Konsep halal

haram sangat mempengaruhi pemilihan makanan yang akan

dikonsumsi. Perayaan hari besar agama juga mempengaruhi

pemilihan makanan yang disajikan. Bagi agama Kristen, telur

merupakan bahan makanan yang selalu ada pada saat perayaan

Paskah, sedangkan bagi umat Islam, ketupat adalah bahan makanan

pokok yang selalu tersedia pada saat hari raya lebaran.

4) Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan

pengetahuan, yang akan mempengaruhi pemilihan bahan makanan

dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, bagi orang yang

memiliki pendidikan rendah, makan itu yang penting

Page 39: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

27

mengenyangkan, sedangkan bagi orang yang memiliki pendidikan

tinggi cenderung memilih bahan makanan secara seimbang.

5) Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap

pembentukan perilaku makan. Lingkungan dapat mencakup

lingkungan keluarga, sekolah dan adanya promosi melalui media

elektronik maupun cetak.

Kebiasaan makan di keluarga sangat berpengaruh besar

terhadap pola makan seseorang, kesukaan makan seseorang

terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapt

dalam keluarga.

Lingkungan sekolah termasuk di dalamnya para guru, teman

sebaya dan keberadaan tempat jajanan sangat mempengaruhi

terbentuknya pola makan bagi siswa sekolah. Anak-anak yang

mendapatkan informasi yang tepat tentang makanan sehat dari

gurunya dan didukung oleh tersedianya kantin atau tempat jajan

yang sehat akan membentuk pola makan yang baik pada anak.

Keberadaan iklan atau promosi makanan atau pun minuman

melalui media elektronik atau pun media cetak sangat besar

pengaruhnya dalam membentuk pola makan, tidak sedikit orang

tertarik untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu karena melihat

iklan di televisi. Akan sangat mendukung jika seruan mengonsumsi

makanan seimbang dipromosikan melalui media iklan di televisi,

Page 40: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

28

sehingga masyarakat dapat tetap memilih makanan yang diinginkan

dengan tetap menerapkan prinsip gizi seimbang.

c. Klasifikasi Pola Makan

Pola makan ideal berdasarkan frekuensi makan menurut Tilong

(2014) ada tiga pembagian.

1) Dua Kali Sehari

Pola makan ini dianjurkan karena didasarkan pada psikologi

pelik dari manusia, dimana seseorang yang ingin makan harus

mengambil jeda sebelum menyantap makanan berikutnya. Jeda

tersebut dimaksudkan untuk menunggu hingga perut telah kosong

atau sensasi lapar terasa kembali.

Umumnya makanan tinggal di dalam perut selama enam

hingga delapan jam . ini menunjukkan bahwa jeda makan yang

pertama dan yang kedua berselang antara 8 hingga 10 jam. Pola

makan dua kali sehari dapat memberikan kesempatan pada perut

beristirahat selama 12 jam. Sepanjang durasi itu, tubuh dapat

menyimpan enzim yang dibutuhkan, memperbaharui selaput lendir

dan memperbaiki fungsi normal kontraksi dari sistem pencernaan.

Atas dasar inilah disarankan untuk sarapan mulai dari jam 7 hingga

10 pagi, sedangkan untuk makan kedua dimulai jam 1 siang hingga

jam 3 sore.

2) Tiga Kali Sehari

Makan tiga kali sehari dapat dilakukan dalam tiga waktu

utama, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Di antara

Page 41: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

29

ketiga waktu makan ini, dianjurkan untuk melakukan 2 kali makan

selingan antara jam 10 pagi dan jam 3 sore. Hal ini didasarkan atas

kondisi irama tubuh , di mana setiap 2-3 jam gula darah akan

mengalami penurunan. Hal ini ditandai kondisi perut yang merasa

lapar sebagai isyarat bahwa tubuh perlu mendapatkan asupan

energi. Asupan pada selingan tidak harus berupa nasi, bisa berupa

makanan pengganti lainnya.

3) Lebih dari Tiga Kali Sehari

Ada pendapat yang menyatakan bahwa makan dua tau tiga

kali kurang baik untuk tubuh. Sebaliknya, makan lebih dari tiga

kali diyakini dapat meningkatkan metabolisme, mengontrol kadar

gula darah dan menstabilkan berat badan. Selain itu makan lebih

dari tiga kali dapat menekan jumlah porsi makan sehingga tidak

lagi makan dengan porsi yang banyak. Anjuran ini didasarkan pada

kemampuan ritme tubuh dalam menanggapi keadaan tubuh yang

lapar atau tidak. Kelompok yang menyatakan bahwa makan ideal

lebih dari tiga kali menyatakan pola makan ideal adalah lima kali

sehari.

Ada pun pembagian makan yang ideal berdasarkan

pemaparan di atas adalah makan tiga kali sehari, dengan dua kali

makan selingan.

Page 42: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

30

Tabel 2.Susunan Makanan Rata-rata Sehari Anak Usia 1-12 tahun

Gol. UmurBB

(Kg)TB

(cm)

Nasi100 g(3/4gls)

Lauk Sayur100 gr(1 gls)

Buah100 grpepaya(1 ptg)

Susu200ml(1 gls)

Minyak5 gr(1/2sdm)

Gula10 gr

(1sdm)

ikan 50gr

(1 ptg)

tempe50 gr

(1 ptg)

Anak-anak

1-3 th 12 90 3p 1p 1p 1p 2p 1p 2p 2p

4-6 th 17 110 4p 2p 1p 2p 3p 1p 4p 2p

7-9 th 25 120 41/2 p 2p 2p 3p 3p 1p 4p 2p

Pria

10-12 th 35 138 51/2 p 1 1/2 p 2p 3p 4p 1p 6p 3p

Wanita

10-12 th 37 145 51/2 1 1/2 p 2p 3p 4p 1p 6p 3p

Keterangan: p= penukar; gls= gelas; ptg= potong

Sumber: Almatsier, (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan

5. Food Frequency Questionare (FFQ)

Metode ini menurut Supariasa, dkk (2012), digunakan untuk

memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan

atau makanan jadi selama periode tertentu, seperti hari, minggu, bulan

atau tahun.

Selain itu, dengan metode ini dapat diperoleh gambaran pola

konsumsi bahan makanan secara kualitatif. Bahan makanan yang ada

dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi

yang cukup sering oleh responden.

Kelebihan metode food frequency questionare:

a. Relatif murah dan sederhana

b. Dapat dilakukan sendiri oleh responden

c. Tidak membutuhkan latihan khusus

d. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan

kebiasaan makan

Page 43: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

31

Kekurangan metode food frequency questionare:

a. Tidak dapat menghitung asupan zat gizi sehari

b. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

c. Cukup menjemukkan bagi pewawancara

d. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis

bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner

e. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi yang tinggi

6. Gizi Anak Sekolah

a. Karakteristik Anak Sekolah

Kelompok anak sekolah (umur 6-12 tahun) termasuk ke dalam

kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok yang

paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena

kekurangan gizi. Kelompok ini berada pada masa pertumbuhan atau

perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih

besar dan apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi

atau kesehatannya. Beberapa gambaran karakteristik anak sekolah dasar

antara lain sebagai berikut: karakteristik anak sekolah dasar yang pertama

adalah senang bermain, karakteristik yang kedua senang bergerak,

karakteristik yang ketiga senang bekerja dalam kelompok dan

karakteristik keempat senang merasakan atau melakukan sesuatu secara

langsung. Anak sekolah dasar senang bergerak dan dapat duduk dengan

tenang paling lama sekitar 30 menit. Dalam pergaulan dengan kelompok

sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi.

Seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan,

Page 44: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

32

belajar tidak tergantung pada orang lain dan diterima di lingkungannya,

belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain

secara sehat dan sportif (Notoatmodjo, 2003).

Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi Anak Sekolah Usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun

KomposisiZat Gizi

Usia 7-9tahun

Usia 10-12 tahunLaki-Laki Perempuan

Energi (kkal) 1850 2100 2000Protein (g) 49 56 60Lemak (g) 72 70 67Karbohidrat (g) 254 289 275Serat (g) 26 30 28Air (ml) 1900 1800 1800Vit A (mcg) 500 600 600Vit D (mcg) 15 15 15Vit E (mg) 7 11 11Vit K (mcg) 25 35 35Vit B1 (mg) 0,9 1,1 1,0Vit B2 (mg) 1,1 1,3 1,2Vit B3 (mg) 10 12 11Vit B5 (mg) 3 4 4Vit B6 (mg) 1,0 1.3 1,2Folat (mg) 300 400 400Vit B12 (mg) 1,2 1,8 1,8Biotin (mg) 12 20 20Kolin (mg) 375 375 375Vit C (mg) 45 50 50

Sumber: AKG, (2013)

b. Pola dan Konsumsi Makan untuk Anak Usia Sekolah

Perilaku dan kebiasaan orang tua dalam hal makanan yang

dipengaruhi oleh faktor budaya akan mempengaruhi sikap suka dan tidak

suka seorang anak terhadap makanan. Satu keluarga diusahakan untuk

makan bersama untuk menjalin komunikasi antaranggota keluarga.

Sebuah studi yang dilakukan terhadap sekelompok anak usia 9-14 tahun

menunjukkan terdapat hubungan positif antara kegiatan makan malam

Page 45: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

33

bersama dalam keluarga dengan kualitas diet anak. Pola makan anak juga

dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan (guru, teman sebaya).

Anak-anak ingin mencoba makanan yang diiklankan di televisi. Pengaruh

teman sebaya juga cukup besar, karena anak usia sekolah lebih banyak

menghabiskan waktu denganteman sebaya dibanding dengan keluarga

(Sulistyoningsih, 2011).

Makanan sehari anak usia sekolah sebaiknya terdiri atas tiga kali

makanan lengkap dan dua kali snack di antara waktu makan. Susunan

hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan susu.

Istiany dan Rusilanti (2013), menguraikan pola makan anak sekolah

berdasarkan kelompok umurnya, yaitu usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun

sebagai berikut:

1) Usia 7-9 tahun

Pada usia ini anak pandai menentukan makanan yang disukai

karena sudah mengenal lingkungan. Banyak anak menyukai

makanan jajanan yang hanya mengandung karbohidrat dan garam

yang hanya akan membuat cepat kenyang dan dapat mengganggu

nafsu makan anak. Pada usia ini perlu pengawasan dalam

pemilihan makanan agar tidak salah atau pun terpengaruh oleh

lingkungan.

2) Usia 10-12 tahun

Pada usia ini, kebutuhan anak sudah harus dibagi dalam jenis

kelaminnya. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik

sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak. Sedangkan anak

Page 46: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

34

perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan energi

protein dan zat besi yang lebih banyak.

c. Masalah Gizi Anak Usia Sekolah

Masalah gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk,

gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan besi,

dan karies gizi. Kurangnya vitamin A (KVA) dan gangguan akibat

kekurangan yodium (GAKY) juga masih merupakan masalah gizi

pada anak-anak di Indonesia (Almatsier dkk, 2011).

Secara keseluruhan, prevalensi pendek (menurut TB/U) pada

anak umur 5-12 tahun adalah 30,7% terdiri dari, 12,3% sangat

pendek dan 18,4% pendek. Selain itu, berdasarkan IMT/U pada

anak umur 5-12 tahun adalah 11.2 persen, terdiri dari 4,0 persen

sangat kurus dan 7,2 persen kurus. Selain permasalah status gizi,

anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

dengan prevalensi pada anak usia 5-12 tahun mencapai 29%,

sedangkan permasalahan anak yang berisiko kekurangan iodium

usia 6-12 tahun dari hasil pemeriksaan nilai eksresi iodium dalam

urin (EIU) mencapai 14,9%, ditambah lagi permasalahan yang

berkaitan dengan vitamin A dapat dilihat dari prevalensi kebutaan

nasional sebesar 0,4 %, dengan prevalensi severe low vision umur 6

tahun ke atas secara nasional sebesar 0,9 % (Riskesdas, 2013).

Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi masalah gigi dan

mulut usia 5-14 tahun yaitu 21,6%. Frekuensi makan gula dan

kelengketannya pada gigi lebih berpengaruh terhadap terjadinya

Page 47: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

35

karies gigi dibanding minuman manis. Banyaknya penggunaan

bahan tambahan pangan (food additive) seperti penambah rasa, zat

pengawet, pewarna dan pemanis juga perlu diwaspadai karena

sering digunakan melebihi batas aman atau menggunakan bahan

berbahaya untuk kesehatan (Almatsier dkk, 2011).

B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka,

dapat dibentuk sebuah kerangka teori sebagai berikut:

Status Gizi

Konsumsi Makanan Status Infeksi

Ketersediaan danPola KonsumsiRumah Tangga

PelayananKesehatan dan

KesehatanLingkungan

Pola Asuh,Pemberian

ASI/MP ASI,Higiene dan

Sanitasi

Pembangunan, Ekonomi, Politk dan SosialBudaya

Daya Beli, Akses Pangan, Akses Informasi dan AksesPelayanan

Kemiskinan, Ketahanan Pangan dan Gizi, Pendidikan

PengetahuanGizi

Page 48: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

36

Gambar 1. Kerangka Teori Status Gizi

Sumber: Modifikasi UNICEF (1990) dalam Bappenas 2011 dan Solihin dalamPurtiantini (2010)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesa

1. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada

anak sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna

tahun 2015

2. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak

sekolah dasar di SDN Sukasenang Kecamatan Singaparna tahun

2015

Pola Makan

Pengetahuan Gizi

StatusGizi

Page 49: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHAAN

A. Gambaran Umum Sekolah

SDN Sukasenang merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang

ada di wilayah kecamatan Singaparna. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1957

di tanah seluas 2.860 m2. Sekolah berlokasi di Jalan KH. Ruhiat RT 03

RW 06 Desa Cipakat Kecamatan Singaparna. Sekolah ini diselenggarakan

pada pagi hingga siang hari, mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan

pukul 13.00 WIB. SDN Sukasenang merupakan sekolah hasil peleburan

dari SDN Sukasenang 1, 2, 3 dan 4.

Jumlah siswa yang ada di sekolah ini pada tahun 2015 yaitu, 698

orang, yang terdiri dari siswa kelas 1 hingga kelas 6. Di setiap tingakatn

kelas dibagi menjadi empat hingga lima kelas. Ada pun jumlah kelas yang

paling banyak yaitu kelas 6 yang terdiri dari lima kelas.

Siswa yang ada di SDN Sukasenang berjumlah 698 orang yang

terdiri dari 355 orang siswa laki-laki dan 343 orang siswa perempuan.

Jumlah siswa yang paling banyak terdapat pada kelas 5C yaitu 36 orang

siswa.

Selain jumlah siswa yang cukup banyak, jumlah pendidik dan

tenaga kependidikan yang ada di sekolah ini berjumlah 44 orang, yang

terdiri dari 38 orang guru dan 6 orang tenaga administrasi sekolah. Ada

pun Distribusi frekuensi jumlah pendidik dan tenaga kependidikan

berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut.

Page 50: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

49

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan

SDN Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jumlah Pendidik dan Tenaga KependidikanJenis Kelamin n Persentase

Laki-Laki 13 29,54%Perempuan 31 70,46%Total 44 100%

Berdasarkan Tabel di atas, jumlah pendidik dan tenaga

kependidikan terdiri dari 13 orang laki-laki dan 31 orang perempuan,

sehingga total pendidik berjumlah 44 orang. Jumlah ini cukup berimbang

dilihat dari jumlah siswa yang tidak sedikit.

B. Gambaran Umum Responden

Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 81

orang. Responden merupakan siswa yang berada di kelas 4 dan 5 yang

dipilih secara acak menggunakan metode systematic random sampling.

Ada pun Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dan

tingkatan kelas sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN

Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n PersentaseLaki-laki 41 50,6%Perempuan 40 49,4%TOTAL 81 100%

Berdasarkan Tabel 5, siswa yang menjadi responden dalam

penelitian ini berjumlah 81 orang, 41 orang di antaranya atau setara

dengan 50,6% laki-laki, dan 40 orang (49,4%) perempuan.

Page 51: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

50

Jumlah responden yang diambil dari setiap kelas jumlahnya tidak

sama, sehingga selain berdasarkan jenis kelamin, ada pula distribusi

frekuensi responden berdasarkan kelas, sebagai berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN

Sukasenang Tahun 2015 Berdasarkan Kelas

Kelas n PersentaseIV A 10 12,3%IV B 9 11,1%IV C 8 9,9%IV D 9 11,1%V A 9 11,1%V B 11 13,6%V C 13 16,0%V D 12 14,8%

TOTAL 81 100%

Berdasarkan Tabel 6, jumlah responden yang paling banyak berasal

dari kelas VC, yaitu 13 orang (16,0%), hal ini disebabkan jumlah siswa

yang ada di kelas VC palaing banyak di antara kelas lainnya, sehingga

responden paling banyak berasal dari kelas tersebut. kelas yang

respondennya paling sedikit berasal dari kelas IVC, yaitu 8 orang atau

setara dengan 9,9%.

Responden yang terpilih di setiap kelas mempunyai umur yang

bervariasi, mulai dari yang paling muda hingga yang usianya menginjak

remaja. Distribusi frekuensi responen berdasarkan umur sebagai berikut.

Page 52: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Umur Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5

SDN Sukasenang Tahun 2015

Umur n Persentase9 3 3,7%10 21 25,9%11 46 56,8%12 11 13,6%

TOTAL 81 100%

Berdasarkan Tabel 7, responden paling banyak memiliki umur 11

tahun, yaitu berjumlah 46 orang (56,8%) dan yang paling sedikit memiliki

umur 9 tahun yaitu 3 orang (3,7%).

C. Hasil

1. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil distribusi frekuensi

status gizi, pengetahuan dan pola makan responden.

a. Status Gizi

Pengukuran status gizi yang dilakukan pada anak kela 4 dan kelas 5

sekolah dasar menggunakan indikator indeks massa tubuh menurut

umur (IMT/U). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui status gizi anak

kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang. Ada pun distribusi frekuensinya

sebagai berikut.

Page 53: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

52

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4

dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015

Status Gizi n PersentaseSangat Kurus 1 1,2%Kurus 14 17,3%Normal 55 67,9%Gemuk 8 9,9%Obesitas 3 3,7%

JUMLAH 81 100%

Berdasarkan Tabel di atas, responden dari 81 orang memiliki yang

status gizi normal 55 orang (67,9%) dan ada 1 orang (1,2%) yang status

gizinya sangat kurus, sedangkan yang status gizinya obesitas ada 3

orang (3,7%).

b. Pengetahuan Gizi

Pengukuran pengetahuan anak kelas 4 dan 5 terkait gizi dilakukan

dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian,

pengetahuan anak terkait gizi distribusi frekuensinya sebagai berikut.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar

Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015

Pengetahuan Gizi n PersentaseBaik 70 86,4%Tidak baik 11 13,6%JUMLAH 81 100%

Berdasarkan Tabel di atas, dari 81 responden yang pengetahuan

terkait gizinya baik ada 70 orang (86,4%) dan responden yang

pengetahuannya tidak baik ada 11 orang (13,6%).

Page 54: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

53

c. Pola Makan

Pengukuran pola makan anak kelas 4 dan 5 dilakukan dengan

menggunakan food frequency questionare (FFQ). Berdasarkan hasil

penelitian, distribusi frekuensi pola makan anak sebagai berikut.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Pola Makan Anak Sekolah Dasar Kelas

4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015

Pola Makan n PersentaseBaik 2 2,5%Tidak Baik 79 97,5%JUMLAH 81 100%

Berdasarkan Tabel di atas, dari 81 responden yang memiliki pola

makan yang baik yaitu 2 orang (2,5%) dan responden yang pola

makannya tidak baik berjumlah 79 orang (97,5%).

2. Analisis Bivariat

Berdasarkan analisis bivariat, ditentukan hubungan antara status

gizi dengan pengetahuan gizi dan hubungan status gizi dengan pola

makan.

a. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi

Hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut.

Page 55: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

54

Tabel 11. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Anak

Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015

Status Gizi

PengetahuanGizi

TidakNormal Normal Total P

Valuen % n % n %

Baik 23 32,9% 47 67,1% 70 100% 1,00Tidak Baik 3 27,3% 8 72,7% 11 100%Total 26 31,7% 55 68,3% 81 100%

Berdasarkan Tabel 11, diketahui dari 81 orang responden, 26

orang atau 31,7% memiliki status gizi yang tidak normal dan 55

orang atau 68,3% memiliki status gizi yang normal. Dari 81

orang itu pun diketahui pengetahuannya terkait gizi, 70 orang

memiliki pengetahuan yang baik terkait gizi dan 11 orang

memiliki pengetahuan yang tidak baik terkait gizi. Ada pun dari

70 orang yang memiliki pengetahuan gizi baik yang status

gizinya tidak normal berjumlah 23 orang (32,9%) dan orang

yang status gizinya Normal berjumlah 47 orang (67,1%). Dari

11 orang yang pengetahuan gizinya tidak baik, yang status

gizinya Tidak Normal ada 3 orang (27,3%) dan yang status

gizinya Tidak Normal ada 8 orang (72,7%).

Nilai p value dari status gizi dan pengetahun yaitu, 1,00.

Hasil ini lebih dari nilai α (0,05), sehingga berdasarkan hasil uji

fisher exact tidak ada hubungan antara status gizi dengan

pengetahuan gizi.

Page 56: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

55

b. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi

Hubungan pola makan dengan status gizi dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut.

Tabel 12. Hubungan Status Gizi dengan Pola Makan Anak Sekolah

Dasar Kelas 4 dan 5 SDN Sukasenang Tahun 2015

Status Gizi

PolaMakan

TidakNormal

Normal Total PValue

n % n % n %Baik 0 0,0% 2 100% 2 100% 1,00Tidak Baik 26 32,9% 53 67,1% 79 100%Total 26 32,1% 55 67,9% 81 100%

Berdasarkan Tabel 12, diketahui dari 81 orang responden,

yang memiliki pola makan baik berjumlah 2 orang dan yang

memiliki pola makan yang tidak baik ada 79 orang. Dari 2 orang

yang pola makannya baik memiliki status gizi yang normal,

sedangkan dari 79 orang yang pola makannya tidak baik, 26

orang (32,1%) memiliki status gizi tidak normal dan yang status

gizinya normal berjumlah 53 orang (67,9%).

Hasil nilai p dari status gizi dan pola makan, yaitu 1,0, lebih

besar dari nilai α =0,05 yang artinya, tidak ada hubungan antara

pola makan dengan status gizi.

D. Pembahasan

Dari 81 orang responden mayoritasnya memiliki status gizi normal 55

orang (67,9%) dan ada 1 orang (1,2%) yang status gizinya sangat kurus,

sedangkan yang status gizinya obesitas ada 3 orang (3,7%).

Page 57: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

56

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki status gizi

IMT/U yang normal. Parameter IMT/U menurut Kemenkes RI tahun 2005

adalah sebagai berikut, sangat kurus: <-3 SD, kurus -3 SD s.d <-2 SD,

normal -2 SD s.d 1 SD, gemuk 1 SD s.d 2 SD, dan obesitas >2 SD.

Agar memudahkan dalam proses pengolahan dan analisis data

statistika, dilakukan pengelompokkan status gizi, di mana anak yang status

gizinya sangat kurus, kurus, gemuk dan obesitas termasuk ke dalam

kelompok status gizi ”Tidak Normal” dan anak yang status gizinya normal

termasuk ke dalam kelompok status gizi ”Normal”. Ada pun anak yang

pengetahuannya baik yang memiliki status gizi normal 26 orang atau

31,7% memiliki status gizi yang tidak normal dan 55 orang atau 68,3%

memiliki status gizi yang normal.

1. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi

Dari 81 orang responden diketahui pengetahuannya terkait gizi, 70

orang memiliki pengetahuan yang baik terkait gizi dan 11 orang memiliki

pengetahuan yang tidak baik terkait gizi. Ada pun dari 70 orang yang

memiliki pengetahuan gizi baik yang status gizinya Tidak Normal

berjumlah 23 orang (32,9%) dan orang yang status gizinya Normal

berjumlah 47 orang (67,1%). Berdasarkan hasil analisis data statistik,

diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi

dengan nilai p > dari α.

Page 58: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

57

Adapun skor pengetahuan yang paling tinggi yaitu, 25 dan yang

paling rendah yaitu, 10. Pengetahuan gizi dikatakan baik apabila jawaban

benar ≥80% pertanyaan atau sekitar 20 pertanyaan dari 25 pertanyaan.

Berdasarkan Lampiran 9a, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan

salah oleh responden yaitu pada pertanyaan nomor 10 mengenai makanan

kemasan atau yang dibungkus lebih terjamin keamanannya. Responden

yang jawabannya salah pada nomor 10 berjumlah 24 orang, 17 orang di

antaranya memiliki status gizi normal dan 7 orang di antaranya memiliki

status gizi tidak normal. Ada pun pertanyaan yang paling banyak dijawab

dengan benar yaitu pertanyaan nomor 1 mengenai kebersihan makanan

yaitu dijawab benar oleh 80 orang responden, dari 80 orang responden,

yang memiliki status gizi normal 59 orang dan tidak normal 21 orang,

sehingga dapat diketahui bahwa reponden telah memiliki pengetahuan

mengenai kebersihan makanan.

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telingan dan sebagainya), dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dana persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera pengedaran dan

penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas

yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan gizi dan

keamanan pangan siswa berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam

pemilihan pangan yang dibeli, dengan pengetahuan gizi dan keamanan

Page 59: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

58

pangan yang baik, diharapkan siswa akan memilih pangan yang aman dan

bergizi (Purtiantini, 2010).

Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang

zat gizi maka seseorang dengan mudah mengetahui status gizi mereka. Zat

gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai dengan makanan

yang dikonsumsi yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan.

Pengetahuan gizi dapat memberikan perbaikan gizi pada individu maupun

masyarakat (Suhardjo, 1986) dalam Khairina (2008).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hendrayati,dkk (2010) status gizi responden dan pengetahuan gizi

responden pada umumnya baik, namun tidak ada hubungan yang

bermakna di antara keduanya. Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu

mendasari pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh

kebiasaan dan kemampuan daya beli. Pada penelitian ini tidak ditelusuri

faktor daya beli keluarga atau pun uang saku anak.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan, hasil penelitian dari

Handono, (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan gizi dengan status gizi. Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi

dapat membentuk sikap positif terhadap masalah gizi. Sikap yang didasari

atas pengetahuan akan lebih langgeng daripada sikap yang tidak didasari

pengetahuan. Pengetahuan dibutuhkan dalam hal pemberian dan pemilihan

makananan, sehingga seorang anak tidak mengalami kekurangan gizi.

Page 60: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

59

2. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi

Pola makan responden diketahui dari 81 orang responden, yang

memiliki pola makan baik berjumlah berjumlah 2 orang dan yang

memiliki pola makan yang tidak baik ada 79 orang. Dari 2 orang yang pola

makannya baik memiliki status gizi yang normal, sedangkan dari 79 orang

yang pola makannya tidak baik, 26 orang (32,1%) memiliki status gizi

tidak normal dan yang status gizinya normal berjumlah 53 orang (67,9%).

Berdasarkan data analisis statistik, diketahui tidak ada hubungan

antara pola makan dengan status gizi, dengan nilai p > α. Hasil penelitian

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Waladow, dkk (2013), di

mana berdasarkan hasil penelitiannya terdapat hubungan yang signifikan

antar pola makan dengan status gizi.

Pola makan dikatakan baik apabila hasil kuesioner dan wawancara

food frequency questionare baik. Skor pola makan tertinggi dari kuesioner

yaitu, 9 dan yang terendah yaitu, 1. Ada pun komponen pola makan yang

ditanyakan dalam kuesioner sebagai berikut.

Berdasarkan Lampiran 9b, dapat diketahui pertanyaan pola makan

yang banyak dijawab salah oleh responden yang memiliki status gizi tidak

normal yaitu pertanyaan nomor 7 dan 8 yaitu terkait frekuensi jajan sehari

dan jenis makanan yang biasa dikonsumsi untuk snack. Dari 81 orang, 50

orang jajan lebih dari 3 kali sehari, dari 50 orang tersebut, yang memiliki

status gizi normal 38 orang dan yang status gizinya tidak normal 12 orang.

Berdasarkan pertanyaan nomor 8, dapat diketahui bahwa dari 81 orang

responden, 42 orang mengkonsumsi chiki, gorengan dan permen saat jajan.

Page 61: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

60

Dari 42 orang tersebut, 32 orang di antaranya memiliki status gizi normal

dan 10 orang memiliki status gizi tidak normal.

Berdasarkan hasil food frequency questionare (FFQ), dapat diketahui

bahwa makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu makanan pokok atau

sumber karbohidrat dan jajanan, di antara sumber karbohidrat yang sering

dikonsumsi yaitu, nasi, mie, roti, bubur dan lontong. Makanan jajanan

yang paling sering dikonsumsi di antaranya, cimol, cilok, chiki, cireng dan

minuman ringan. Makanan tersebut walau pun termasuk makanan jajanan,

namun bahan utamanya dari jenis tepung-tepungan, sehingga dapat

diambil kemungkinan bahwa status gizi anak sekolah yang normal bisa

jadi diakibatkan oleh banyaknya atau seringnya mengkonsumsi makanan

sumber karbohidrat.

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber

zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan

untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan

produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan

kebutuhan. Pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna

untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang

optimal (Almatsier, dkk, 2011). Pola makan anak sekolah berdasarkan

hasil penelitian, kebanyakan kurang beragam, kebanyakan mengkonsumsi

makanan jajanan, dan kebanyakan makanan jajanan yang dikonsumsi

bersumber dari tepung-tepungan yang merupakan sumber karbohidrat. Hal

ini sesuai dengan pendapat Natalia, dkk (2012), di mana pengetahuan baik

maupun kurang cenderung mengonsumsi pola makan yang tidak beragam.

Page 62: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

61

Hal ini berkaitkan dengan menu makanan keluarga yang disajikan pada

umumnya sudah baik, tetapi pemilihan pola konsumsi makan yang kurang

baik. Selain itu, pola makan anak dipengaruhi berbagai faktor

(Sulistyoningsih, 2011), salah satunya yaitu lingkungan. Faktor lingkungan

cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan.

Lingkungan sekolah, termasuk guru, teman dan keberadaan tempat jajan

mempengaruhi terbentuknya pola makan siswa. Di SDN Sukasenang,

terdapat kantin sekolah yang di dalamnya banyak pedagang yang berjualan

makanan jajanan, sehingga mempengaruhi pola makan anak.

Page 63: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Gambaran pengetahuan gizi anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di

SDN Sukasenang dari 81 responden, yang baik 70 orang (85,4%) dan

responden yang pengetahuannya tidak baik ada 12 orang (14,6%). Adapun

gambaran pola makan anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SDN

Sukasenang dari 81 responden yang memiliki pola makan yang baik yaitu

2 orang (2,4%) dan responden yang pola makannya tidak baik berjumlah

80 orang (97,6%). Dari 81 orang responden, yang memiliki status gizi

normal 56 orang (67,3%) dan ada 1 orang (1,2%) yang status gizinya

sangat kurus, sedangkan yang status gizinya obesitas ada 3 orang (3,7%).

Pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan status gizi anak kelas 4

dan 5 di SDN Sukasenang. Begitu pula antara pola makan dengan status

gizi anak kelas 4 dan 5 di SDN Sukasenang. Sebaiknya meningkatkan

konsumsi lauk pauk, sayur dan buah untuk meningkatkan keragaman

makanan.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Diharapkan bagi siswa untuk lebih memperhatikan makanan yang

dikonsumsi dan lebih teratur dalam mengkonsumsi makanan yang

seimbang, tanpa memilah-milah makanan jenis tertentu, serta

disarankan mengurangi konsumsi makanan yang berbahan dasar

tepung untuk mengurangi asupan makanan sumber karbohidrat.

Page 64: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

63

2. Bagi Sekolah

Diharapkan kepada sekolah dapat memberlakukan ketentuan

tertentu kepada penjual makanan di kantin sekolah agar menjual

makanan yang memenuhi syarat kebersihan dan menyehatkan.

Beberapa jenis makanan yang dijual di kantin sekolah di antaranya,

batagor, martabak, cilok, cimol, lontong, sate, snack (chiki,

permen, dan beberapa jenis minuman ringan) yang biasa

dikonsumsi siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian tentang hubungan status gizi dengan pengetahuan

gizi dan pola makan perlu diperhatikan pemilihan waktu penelitian,

jenis instrumen yang digunakan dan besar sampel dalam penelitian,

sehingga memperkecil terjadinya bias.

Page 65: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

64

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Bambang Wirjamadi. 2012. Peranan Gizi Dalam SiklusKehidupan. Jakarta: Prenada Media

Akmal, Hilda Fauzia. 2012. ”Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktifitas FisikDan Status Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti SenamBugar Lansia”. Laporan Akhir Hasil Penelitian KTI, Fakultas KedokteranUniversitas Dipenogoro.

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Almatsier, Sunita., Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekatri. Gizi SeimbangDalam Daur Kehidupan. 2011. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Amelia, Kindi. 2013. ”Hubungan Pengetahuan Makanan Dan Kesehatan DenganFrekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah DasarPembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang”. Skripsi, ProgramStudi Pendidikan kesejahteraan Keluarga Gakultas Teknik Universitas negeriPadang.

Amelia. W. R. 2009. ”Hubungan Pola Makan, Aktifitas Fisik dan Status GiziDengan Lemak Tubuh Pada Pramusaji Unit Pelayanan Gizi Gedung ARSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2009”. Skripsi. FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Arisman. 2004. Gizi dalam daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Badan Perencanaan Pebangunan Nasional. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangandan Gizi 2011-2015. Jakarta: Bappenas

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005

Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. 2013. Penjaringan PKG 2013.Tasikmalaya, Dinas Kesehatan Kabupaten

Handono, Nugroho Priyo. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi,Pola Makan, dan Energi Tingkat Konsumsi dengan Status Gizi Anak usiaLima Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri, Wonogiri. JurnalKeperawatan, Vol 1 (1), Juli 2010 p:1-7

Hendrayati, Salmiah dan Suriani Rauf. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan danStatus Gizi Siswa SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. JurnalMedia Gizi Pangan, Vol 9 (1)

Page 66: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

65

Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jahari. 2007. Masalah KKP dalam: Yudesti, Ira dan nanang Prayitno. 2013.Perbedaan Status Gizi Anak SD Kelas IV dan V di SD Unggulan (06 PagiMakasar) Dan SDNon Unggulan (09 Pagi Pasar Pinang Ranti) KecamatanMakassar Jakarta Timur Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 5 (1)Januari, p.1-5

Khairina, Dessy. 2008.” Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi”. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia TentangStandar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta

Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada

Khomsan, Ali. 2012. Etiologi Masalah Gizi, Pangan dan Kemiskinan. Bandung:Alfabeta

Natalia, Putri., Ernawati Nasution dan Albiner Siagian. 2012. Perilaku KonsumsiGizi Seimbang dan Status Gizi Pada Remaja Putri di SMAN 1 TarutungTahun 2012. Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PTRineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-PrinsipDasar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Teori dan Aplikasi Promosi KesehatanMasyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta

Pahlevi, Andriani Elisa dan Sofwan Indarjo. 2012. Determinan Status Gizi PadaSiswa Sekolah dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 7 (2), p.116-120

Priswanti. 2004. ”Hubungan Ketersediaan Pangan Keluarga Dan TingkatKonsumsi Energi, Protein, Fe, Asam Folat, Vitamin B12 Dengan KejadianKurang Energi Kronis (KEK) Dan Anemia Pada Ibu Hamil”. ArtikelPenelitian, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UniversitasDipenogoro.

Purtiantini. 2010. ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai PemilihanMakanan Jajanan Dengan Perilaku Anak Memilih Makanan Di SDITMuhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura”. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta.

Page 67: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

66

Purwani, Erni dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status GiziAnak Usia 1-5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang. Jurnal KeperawatanAnak, Vol 1(1), Mei 2013

Riset Kesehatan Dasar. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013

Rosa, Revida. 2011. Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Jajanan SertaKebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar di Depok dan Sukabumi dalam:Maulana, La Ode A. M., Saifuddi Sirajudin dan Ulfah Najamudin. 2012.Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tidakan Terhadap Status Gizi Siswa SDInpres 2 Panampu. Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarkat UniversitasHasanudin

Rosso, Joy Miller Del dan Rina Arlianti. 2009. Investasi untuk Kesehatan danGizi Sekolah di Indonesia. Jakarta: Sektor Pengembangan Manusia, BankDunia dan BEC TF

Siagian, Dermawan, Albiner Siagian dan Zulhaida lubis. 2012. Gambaran StatusGizi Anak Sekolah Dasar Daerah Eks Transmigrasi Dan Penduduk Lokal DiKecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provisnsi Jambi Tahun 2012.Jurnal. Medan: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:Graha Ilmu Yogyakarta

Supariasa, I. D. N,. Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2012. Jakarta: EGC

Susanto. 2006. Gizi dan Kesehatan dalam: Purtiantini. 2010. ”HubunganPengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan Jajanan DenganPerilaku Anak Memilih Makanan Di SDIT Muhammadiyah Al KautsarGumpang Kartasura”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiya Surakarta.

Sudaryati, Etti,. Juanita dan Nurmaini. 2014. Internet. Ketahanan Pangan DanStatus Gizi Keluarga Perokok di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo,Medan, Fakultas Kesehatan Masyakarat Universitas Sumatera Utara.http://ictoh.tstc-indonesia.org.wp-content/uploads/2014/06/FULL-PAPER-ICTOH-etti.pdf [Diakses 30 Desember 2014]

Tilong, Adi D. 2014. Rahasia Pola Makan Sehat. Yogyakarta: FlashBooks

Yudesti, Ira dan nanang Prayitno. 2013. Perbedaan Status Gizi Anak SD Kelas IVdan V di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SDNon Unggulan (09 PagiPasar Pinang Ranti) Kecamatan Makassar Jakarta Timur Tahun 2012. JurnalIlmiah Kesehatan, Vol. 5 (1) Januari, p.1-5

Page 68: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

67

Waladow, Geiby,. Sarah M. Warouw dan Julia V. Rottie. 2013. Hubungan PolaMakan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 3-5 Tahun di Wilayah KerjaPuskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. E-Journal Keperawatan, Vol 1 (1)

WHO. 2007. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health dalam:Agyatmi, Burhanuddin Bahar dan Saifuddin Sirajuddin. 2012. GambaranAsupan Energi dan Protein dari Makanan Jajanan terhadap Status Gizi AnakUsia Sekolah Sekitar Minimarket dan Perbelanjaan Tradisional KotaMakassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin, Makassar:1-12

Page 69: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

LAMPIRAN

Page 70: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

NO WAKTU KETERANGAN

1 Desember 2014-2 Januari 2015 Penyusunan Proposal

2 6 Januari 2015 Seminar Proposal

3 7-12 Januari 2015 Revisi Proposal

4 13 Januari 2015 Pengumpulan Proposal

5 9 April 2015 Mengurus Izin Ke Kesbanglinmas

6 10 April 2015 Uji Validitas di SD N Sukasirna dan

Pemberian Surat Izin Ke SD N Sukasenang

7 25 Mei 2015 Random Responden

8 26 Mei 2015 Pengumpulan data Pengetahuan Gizi dan

Pola Makan

9 27-30 Mei Pengumpulan data Status Gizi

10 31 Mei-18 Juni 2015 Pengolahan dan Analisis Data11 19-28 Juni 2015 Pembahasan12 29 Juni 2015 Pengumpulan draft KTI

Page 71: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN(INFORMED CONSENT)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya mahasiswi Program Studi D - III Gizi Tasikmalaya, Jurusan Gizi Poltekkes KemenkesTasikmalaya Tingkat III TA 2014/2015, bermaksud mengadakan penelitian mengenai”Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar diSDN Sukasenang Kecamatan Singaparna Tahun 2015”

Saya memohon kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimanaakan dilakukan pengisian kuesioner mengenai pengetahuan gizi dan wawancara mengenaipola makan adik-adik .

Setelah Adik membaca maksud dari kegiatan penelitian di atas, di mohon untuk mengisiidentitas dan tanda tangan di bawah ini:

Nama : ________________________________________________________

Sekolah : ________________________________________________________

Kelas : ________________________________________________________

Tanda Tangan :

Terimakasih atas kesediaan adik untuk turut serta dalam penelitian ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Peneliti,

Lismah Sayidatul F

Page 72: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

DATA IDENTITAS RESPONDEN

NAMA LENGKAP :

SEKOLAH :

KELAS :

UMUR :

TGL LAHIR :

BB : ....................... kg

TB : ........................ cm

IMT/U : ...............................

Page 73: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

KUESIONER PENGETAHUAN GIZI

Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang kamu anggap benar!

No PERTANYAAN BENAR SALAH1 Makanan yang bersih dan tertutup aman untuk dimakan2 Kalau jajan harus memilih di tempat yang bersih3 Sayuran yang dimakan mesih mentah atau lalapan tidak perlu

dicuci dulu sebelum dimakan4 Makanan yang sudah bau atau busuk tidak aman untuk dimakan5 Makanan yang sudah berbau tengik tidak boleh dimakan6 Makanan yang banyak mengandung vetsin atau penyedap rasa

dan terlalu gurih baik untuk dimakan karena rasanya enak7 Jajanan atau snack yang banyak mengandung pewarna seperti

saos berbahaya bagi kesehatan8 Minuman yang menggunakan sakarin atau pemanis buatan

adalah minuman yang menyehatkan9 Makanan yang dibungkus lebih terjamin kebersihannya10 Makanan yang kemasan atau bungkusnya menarik pasti aman

untuk dimakan11 Makanan yang bungkusnya sudah rusak tidak boleh dimakan12 Jajanan yang di bungkus dengan pembungkus yang bersih lebih

aman untuk dimakan13 Jajanan yang harus diolah dulu harus diperhatikan kebersihan

alat yang digunakan untuk mengolah14 Setiap membeli makanan kemasan perlu membaca kandungan

gizi pada bungkusnya15 Makanan yang mengandung banyak zat gizi baik untuk

pertumbuhan16 Sarapan dengan menu lengkap (ada nasi, sayur, lauk, susu)

lebih bergizi daripada membeli jajan di sekolah17 Snack atau jajanan yang digoreng lebih banyak lemaknya

daripada yang direbus atau dikukus18 Dalam memilih makanan kemasan tidak perlu melihat tanggal

kedaluarsa19 Makanan yang sudah melewati tanggal kedaluarsa berbahaya

bagi kesehatan20 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat mencegah

diare21 Jajanan yang banyak pengawet dapat menurunkan konsentrasi

belajar22 Makanan yang banyak mengandung zat gizi dapat

meningkatkan kecerdasan anak23 Makanan yang kandungan gizinya kurang akan menganggu

pertumbuhan24 Makanan yang tidak tertutup dan dihinggapi lalat dapat

menyebabkan penyakit25 Memilih jajanan yang dijual disekitar sekolah yang penting

enak dan harganya murah

Page 74: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: Purtiantini. 2010. ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan MakananJajanan Dengan Perilaku Anak Memilih Makanan Di SDIT Muhammadiyah Al KautsarGumpang Kartasura”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MuhammadiyaSurakarta.

Page 75: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

KUESIONER POLA MAKANBerilah tanda silang (x) 0ada jawaban yang benar!

1. Berapa kali frekuensi makan Adik dalam sehari…a. <2 kali b. 3 kali c. >3 kali

2. Apakah Adik membiasakan sarapan setiap hari…a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

3. Kapan waktu Adik sarapan setiap hari …a. Pukul 5-7 pagib. Pukul 9-10 pagic. Pukul 10-11 pagi

4. Manakah dari menu berikut yang biasa Adik konsumsi setiap sarapan…a. Nasi, tahu, kerupukb. Nasi, telur, tempe, sayurc. Buah dan sayur

5. Kapan waktu Adik makan siang …a. Pukul 2-3 siangb. Pukul 12-1 siangc. Pukul 3-4 siang

6. Kapan waktu Adik makan malam …a. Pukul 6-7 malamb. Pukul 5 sorec. Di atas pukul 9 malam

7. Berapa kali Adik jajan dalam sehari…a. Tidak jajan b. 2 kali c. ≥ 3 kali

8. Manakah jenis makanan selingan atau snack yang biasa Adik konsumsi …a. Chiki, permenb. Buah, batagor, bubur kacangc. Gorengan

9. Kapan waktu yang dianjurkan untuk makan selingan atau snack ...a. Pukul 6-7 pagi dan pukul 12-1 siangb. Pukul 9-11 pagi dan pukul 3-5 sorec. Pukul 2 malam

Page 76: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

FORM FOOD FREQUENCY QUESTIONNARE

No MakananFrekuensi Konsumsi

…x/Hari …x/Mgg …x/Bln …x/Thn KETERANGANA Makanan Pokok1. Nasi2. Mie3. Roti4. Bubur5. Lontong

Sub TotalB Protein Hewani1. Ayam2. Telur ayam3. Telur Bebek4. Ikan5. Ikan Asin6. Daging sapi7. Bakso8. Ati ayam9. Ati sapi

Sub totalC Protein Nabati1. Tahu2. Tempe3. Kacang ijo4. Oncom

Sub totalD Sayuran1. Wortel2. Buncis3. Tomat4. Labu siam5. Kangkung6. Bayam7. Kacang panjang8. Sawi hijau9. Toge10. Kol11. Ketimun12. Kembang kol13. Daun melinjo14. Daun singkong

Sub totalE Buah-buahan1. Alpukat2. Anggur3. Apel4. Duku5. Jambu air6. Jambu biji

Page 77: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: Modifikasi Supariasa, dkk (2012). Penilaian Status Gizi.

7. Jeruk8. Mangga9. Melon10. Nanas11. Nangka12. Pepaya13. Pisang14. Salak15. Semangka16. Sirsak

Sub total

F Susu dan hasilolahan

1. SKM2. Susu instan3. Es krim4. Yoghurt5. Keju

SubtotalG Jajanan1. Cimol2. Cilok3. Cireng4. Keripik singkong5. Keripik kentang

6.Chiki/Snack

Ringan7. Jamur Krispy8. Makroni9. Otak-otak10. Batagor11. Usus12. Minuman ringan

Sub TotalTotal skor

Page 78: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Page 79: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Page 80: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Page 81: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Page 82: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Lampiran 7HASIL UJI STATISTIK

Statistics

JENIS

KELAMIN

UMUR KELAS BERAT

BADAN

TINGGI

BADAN

STATUS

GIZI

PENGETAHUAN POLA MAKAN

N

Valid 81 81 81 81 81 81 81 81

Missin

g0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 10,80 31,9136137,681

5

Median 11,00 31,0000136,800

0

Std. Deviation ,714 7,51199 7,30308

Minimum 9 21,00 121,90

Maximum 12 60,00 157,20

STATUS GIZI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

NORMAL 3 3,7 3,7 3,7

GEMUK 8 9,9 9,9 13,6

KURUS 14 17,3 17,3 30,9

NORMAL 52 64,2 64,2 95,1

OBESITAS 3 3,7 3,7 98,8

SANGAT KURUS 1 1,2 1,2 100,0

Total 81 100,0 100,0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

TIDAK BAIK 11 13,6 13,6 13,6

BAIK 70 86,4 86,4 100,0

Total 81 100,0 100,0

Page 83: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

POLA MAKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

TIDAK BAIK 79 97,5 97,5 97,5

BAIK 2 2,5 2,5 100,0

Total 81 100,0 100,0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BERAT BADAN 81 100,0% 0 0,0% 81 100,0%

TINGGI BADAN 81 100,0% 0 0,0% 81 100,0%

NILAI IMT/U 81 100,0% 0 0,0% 81 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

BERAT BADAN

Mean 31,9136 ,83467

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 30,2525

Upper Bound 33,5746

5% Trimmed Mean 31,5034

Median 31,0000

Variance 56,430

Std. Deviation 7,51199

Minimum 21,00

Maximum 60,00

Range 39,00

Interquartile Range 11,00

Skewness ,964 ,267

Kurtosis 1,089 ,529

TINGGI BADAN

Mean 137,6815 ,81145

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 136,0666

Upper Bound 139,2963

5% Trimmed Mean 137,5691

Median 136,8000

Variance 53,335

Std. Deviation 7,30308

Page 84: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Minimum 121,90

Maximum 157,20

Range 35,30

Descriptives

Statistic Std. Error

TINGGI BADAN Interquartile Range 10,20

Skewness ,305 ,267

Kurtosis -,047 ,529

NILAI IMT/U

Mean -,5474 ,14349

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound -,8330

Upper Bound -,2618

5% Trimmed Mean -,5843

Median -,7000

Variance 1,668

Std. Deviation 1,29144

Minimum -3,07

Maximum 2,55

Range 5,62

Interquartile Range 1,85

Skewness ,349 ,267

Kurtosis -,297 ,529

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BERAT BADAN ,126 81 ,003 ,926 81 ,000

TINGGI BADAN ,075 81 ,200* ,987 81 ,591

NILAI IMT/U ,072 81 ,200* ,976 81 ,126

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 85: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

BERAT BADAN

TINGGI BADAN

Page 86: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

NILAI IMT/U

PENGETAHUAN * KELOMPOK STATUS GIZI

Crosstab

KELOMPOK STATUS GIZI Total

TIDAK NORMAL NORMAL

PENGETAHUAN

TIDAK BAIKCount 3 8 11

% within PENGETAHUAN 27,3% 72,7% 100,0%

BAIKCount 23 47 70

% within PENGETAHUAN 32,9% 67,1% 100,0%

TotalCount 26 55 81

% within PENGETAHUAN 32,1% 67,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square ,136a 1 ,712

Continuity Correctionb ,000 1 ,983

Likelihood Ratio ,139 1 ,709

Fisher's Exact Test 1,000 ,504

N of Valid Cases 81

Page 87: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,53.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for PENGETAHUAN

(TIDAK BAIK / BAIK),766 ,186 3,163

For cohort KELOMPOK

STATUS GIZI = TIDAK

NORMAL

,830 ,299 2,305

For cohort KELOMPOK

STATUS GIZI = NORMAL1,083 ,728 1,611

N of Valid Cases 81

POLA MAKAN * KELOMPOK STATUS GIZI

Crosstab

KELOMPOK STATUS GIZI Total

TIDAK NORMAL NORMAL

POLA MAKAN

TIDAK BAIKCount 26 53 79

% within POLA MAKAN 32,9% 67,1% 100,0%

BAIKCount 0 2 2

% within POLA MAKAN 0,0% 100,0% 100,0%

TotalCount 26 55 81

% within POLA MAKAN 32,1% 67,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square ,969a 1 ,325

Continuity Correctionb ,047 1 ,828

Likelihood Ratio 1,572 1 ,210

Fisher's Exact Test 1,000 ,458

N of Valid Cases 81

Page 88: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,64.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort KELOMPOK

STATUS GIZI = NORMAL,671 ,575 ,783

N of Valid Cases 81

SAVE OUTFILE="D:\MY KTI\SPSS\my data'81.sav"/COMPRESSED.

Page 89: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Lampiran 8

MASTER DATA

NO NAMA SISWA JK UMUR(THN)

SEKOLAH KELAS TEMPAT TANGGALLAHIR

BB (KG) TB (CM)STATUS

GIZI(IMT/U)

PENGETAHUAN POLAMAKAN

1 Agsil Mutiara Bilqis P 12 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya,19/04/2003 25 130,9 Normal BAIK TIDAK BAIK

2 Azmi Alvina Fahriyah P 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya,18/06/2003 43 148,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

3 Candika Saputra L 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya,30/09/2003 41 134 Normal BAIK TIDAK BAIK

4 Danniel Muhammad Ghimayana L 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya,18/10/2003 60 152 Gemuk BAIK TIDAK BAIK

5 Maysara Hawra'Adnin P 11 SD N Sukasenang V A Cianjur,15/01/2004 26 132,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

6 Rangga Riyadi L 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya, 31/07/2003 43 149,5 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

7 Ridwan Maulana L 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya, 24/04/2004 31 138,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

8 Syifa Zulfa Nabila P 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya, 10/12/2003 31 139,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

9 Shofia Zahra Rizqia P 11 SD N Sukasenang V A Tasikmalaya, 04/09/2003 24 134,6 Kurus BAIK TIDAK BAIK

10 Abdul Fikri Nasihin L 12 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 27/04/2003 27 136,6 Kurus BAIK TIDAK BAIK

11 Deis Putria Nurmilati P 11 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 14/07/2004 45 153,8 Normal BAIK TIDAK BAIK

12 Gladys Dike Anggariani P 12 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 18/09/2003 35 157,2 Kurus BAIK TIDAK BAIK

13 Helizar Firza Adikusuma L 11 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 15/01/2004 26 133,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

14 Memmy Maulida Azhar P 12 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 18/05/2003 34 143,8 Normal BAIK TIDAK BAIK

15 Mochamad Danial Syahril Syaban L 10 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 13/10/2004 40 139,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

16 Nadzwa Nahdatun Niessa P 11 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 03/02/2004 29 142,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

17 Shofya Shofwatil Millah P 11 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 19/08/2003 40 146,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

18 Vina Apriliani P 12 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 16/04/2003 32 139,5 Normal BAIK TIDAK BAIK

19 Yuni Nur Faujiah P 11 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 13/06/2003 33 142,5 Normal BAIK TIDAK BAIK

20 Ahmad Rifa'i L 11 SD N Sukasenang V B Tasikmalaya, 08/11/2003 37 143,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

21 Adji Setia Budi L 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 22/05/2003 32 139,4 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

22 Alysha Salsabila Zatnika P 10 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 29/08/2004 27 130,7 Normal BAIK TIDAK BAIK

23 Anggi Mayusri L 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 11/06/2004 39 147,8 Normal BAIK BAIK

24 Azka Aldila L 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 27/10/2003 34 140,5 Normal BAIK TIDAK BAIK

25 Dina Sidikah P 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 07/09/2003 42 145,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

26 Hamzah Pansyuri Kamil L 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 06/05/2004 28 129,2 Normal BAIK TIDAK BAIK

Page 90: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

27 Hilma Sidna Zakiyatun Nazilah P 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 07/03/2003 32 141,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

28 Lulu Siti Kamilah P 11 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 06/05/2004 25 129,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

29 Purwa Farizan L 12 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya ,26/04/2003 25 130,2 Normal BAIK BAIK

30 Wulan Nurul Afifah P 12 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 16/04/2003 38 145,9 Normal BAIK TIDAK BAIK

31 Farhat Rizky Hafiz L 12 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 16/01/2003 35 143,9 Normal BAIK TIDAK BAIK

32 Ihsan Burhanudin L 12 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 11/08/2002 41 152,7 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

33 Nazwa Octavia Ramdani P 10 SD N Sukasenang V C Tasikmalaya, 22/10/2004 22 126,7 Kurus BAIK TIDAK BAIK

34 Ade Iman Setiawan L 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 23/12/2003 25 133,5 Kurus BAIK TIDAK BAIK

35 Akbar Patoni L 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 31/10/2004 25 134,6 Kurus BAIK TIDAK BAIK

36 Muhamad Arya Budiman L 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 13/04/2004 27 130,7 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

37 Muhamad Ihsan Taufik L 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 25/10/2003 31 140 Normal BAIK TIDAK BAIK

38 Muhamad Subhan Faturohman L 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 26/01/2004 34 146,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

39 Nova Samrotul Puadah P 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 28/11/2003 39 147,4 Normal BAIK TIDAK BAIK

40 Shofa Walmarwah Wata Aprilia P 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 16/04/2004 26 130,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

41 Zam Zam Nafisatul Fu'adah P 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 08/03/2004 36 133,4 Normal BAIK TIDAK BAIK

42 Hendi Hermawan L 12 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 12/02/2002 30 132,8 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

43 Sopi P 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 28/08/2003 45 137,4 Normal BAIK TIDAK BAIK

44 Muh Faznur Muladi L 12 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 16/06/2003 32 137,4 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

45 Tatin Prihatini P 11 SD N Sukasenang V D Tasikmalaya, 26/11/2003 35 143,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

46 Almanda Nursalsabila P 11 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 26/12/2004 29 136 Normal BAIK TIDAK BAIK

47 Arfin Satrya Prayudha L 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 16/09/2004 39 145,2 Normal BAIK TIDAK BAIK

48 Fauzy Pahrurrozy L 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 17/03/2005 29 132,1 Normal BAIK TIDAK BAIK

49 Muhammad Afkar Faza Farih A L 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 26/08/2004 26 132,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

50 Nurfadillah P 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 22/09/2004 35 138,9 Normal BAIK TIDAK BAIK

51 Rio Abdullah Sthyss Supriyadi L 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 14/01/2005 47 141,9 Gemuk TIDAK BAIK TIDAK BAIK

52 Salma Fitriani P 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 24/11/2004 37 136,8 Normal BAIK TIDAK BAIK

53 Ari Surya Nugraha L 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 19/01/2005 27 135,6 Normal BAIK TIDAK BAIK

54 Meisya Fitra Wafi P 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 30/10/2004 29 137,8 Normal BAIK TIDAK BAIK

55 Azzahra Nur Aulia P 10 SD N Sukasenang IV A Tasikmalaya, 23/03/2005 22 128 Kurus BAIK TIDAK BAIK

56 Adha Fadhil Muhammad L 11 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya, 01/02/2004 25 133,6 Kurus BAIK TIDAK BAIK

57 Ari Ardiansyah L 11 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya, 11/05/2004 31 139 Normal BAIK TIDAK BAIK

Page 91: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

58 Ria Febrianti P 11 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya, 23/02/2004 33 139 Normal BAIK TIDAK BAIK

59 Rahma Noor Maulida P 10 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya, 18/04/2005 25 136,4 Kurus BAIK TIDAK BAIK

60 Raden Rifki Rahadian Gemelly L 10 SD N Sukasenang IV B Bandung, 25/05/2005 22 130,5 Normal BAIK TIDAK BAIK

61 Ani Maulida P 11 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya, 01/05/2004 43 144,8 Normal BAIK TIDAK BAIK

62 Ristan Fazriel Al-Lutfi L 10 SD N Sukasenang IV B Bandung, 15/02/2005 46 139,3 Gemuk BAIK TIDAK BAIK

63 MuhamaD Taufiq Hidayat L 10 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya , 06/09/2004 21 124,1 Kurus BAIK TIDAK BAIK

64 Davita Nurani Intan P 10 SD N Sukasenang IV B Tasikmalaya, 17/04/2005 25 137 Kurus BAIK TIDAK BAIK

65 Alia Sri Dewi Lestari P 10 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 20/03/2005 36 135,3 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

66 Cahya Kamilah P 10 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 19/11/2004 29 135 Normal BAIK TIDAK BAIK

67 Denia Putri Sumpena P 10 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 22/07/2004 33 145,7 Normal BAIK TIDAK BAIK

68 Fikri Fadhilah Maulidan L 11 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 03/05/2004 25 134,3 Kurus BAIK TIDAK BAIK

69 Muhammad Ridwan Firdaus L 11 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 19/04/2004 23 128,7 Kurus BAIK TIDAK BAIK

70 Muhammad Zibran L 11 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 26/07/2004 26 126 Normal BAIK TIDAK BAIK

71 Ridho Yudha Prasetya L 11 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 14/04/2004 25 138,6SangatKurus BAIK TIDAK BAIK

72 Tedy Kurniawan L 10 SD N Sukasenang IV C Tasikmalaya, 12/01/2005 23 133,1 Kurus BAIK TIDAK BAIK

73 Adi Hadiansyah L 11 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 04/01/2004 25 132,1 Normal BAIK TIDAK BAIK

74 Aldi Febia Susanto L 11 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 07/02/2004 33 136,2 Normal BAIK TIDAK BAIK

75 Hendrik Afriana L 11 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 20/04/2004 27 132,7 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

76 Raisya Julia Aini Syifa P 9 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 05/07/2005 24 121,9 Normal BAIK TIDAK BAIK

77 Resa Fuji Febriyanti P 11 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 17/02/2004 28 134,3 Normal BAIK TIDAK BAIK

78 Riska Aryanti Nur Fauziah P 9 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 20/07/2005 34 135,7 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

79 Tiara Junita P 9 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 05/07/2005 24 121,9 Normal BAIK TIDAK BAIK

80 Rahmawati P 11 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya, 13/08/2004 45 148,7 Normal TIDAK BAIK TIDAK BAIK

81 Paujan Ahmad Albar L 11 SD N Sukasenang IV D Tasikmalaya , 27/01/2004 27 134,2 Normal BAIK TIDAK BAIK

Page 92: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Lampiran 9

a. Komponen Pengetahuan Gizi dan Status Gizi

NO

Jawaban Responden Benar Salah

Komponen Pengetahuan GiziStatus Gizi

Tidak Normal Normal Tidak Normal Normaln % n % n % n %

1 Makanan yang bersih dan tertutupaman untuk dimakan

21 27,2% 59 72,8% 1 100% 0 0%

2 Kalau jajan harus memilih di tempatyang bersih

21 26,6% 58 73,4% 1 50% 1 50%

3 Sayuran yang dimakan mesih mentahatau lalapan tidak perlu dicuci dulusebelum dimakan

20 27,4% 53 72,6% 2 25% 6 75%

4 Makanan yang sudah bau atau busuktidak aman untuk dimakan

19 27,1% 51 72,9% 3 27,3% 8 72,7%

5 Makanan yang sudah berbau tengiktidak boleh dimakan

19 27,1% 51 72,9% 3 27,3% 8 72,7%

6 Makanan yang banyak mengandungvetsin atau penyedap rasa dan terlalugurih baik untuk dimakan karenarasanya enak

19 27,5 50 72,5% 3 25% 9 75%

7 Jajanan atau snack yang banyakmengandung pewarna seperti saosberbahaya bagi kesehatan

18 26,5% 50 73,5% 4 30,8% 9 69,2%

8 Minuman yang menggunakansakarin atau pemanis buatan adalahminuman yang menyehatkan

21 30% 49 70% 1 9,1% 10 90,9%

9 Makanan yang dibungkus lebihterjamin kebersihannya

20 27% 54 73% 2 28,6% 5 71,4%

10 Makanan yang kemasan ataubungkusnya menarik pasti amanuntuk dimakan

15 26,3% 42 73,7% 7 29,2% 17 70,8%

11 Makanan yang bungkusnya sudahrusak tidak boleh dimakan

15 24,6% 46 75,4% 7 35% 13 65%

12 Jajanan yang di bungkus denganpembungkus yang bersih lebih amanuntuk dimakan

20 26,7%4 55 73,3% 2 23,3% 4 66,7%

13 Jajanan yang harus diolah dulu harusdiperhatikan kebersihan alat yangdigunakan untuk mengolah

20% 25,6% 58 74,4% 2 66,6% 1 33,3%

14 Setiap membeli makanan kemasanperlu membaca kandungan gizi padabungkusnya

21 26,6% 58 73,4% 1 50% 1 50%

15 Makanan yang mengandung banyakzat gizi baik untuk pertumbuhan

22 27,5% 58 72,5% 0 0% 1 100%

16 Sarapan dengan menu lengkap (adanasi, sayur, lauk, susu) lebih bergizidaripada membeli jajan di sekolah

22 27,8% 57 72,2% 0 0% 2 100%

17 Snack atau jajanan yang digorenglebih banyak lemaknya daripadayang direbus atau dikukus

19 29,7% 45 70,3% 3 17,6% 14 82,4%

18 Dalam memilih makanan kemasantidak perlu melihat tanggalkedaluarsa

21 27,6% 55 72,4% 1 20% 4 80%

Page 93: Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN SUkasenang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

19 Makanan yang sudah melewatitanggal kedaluarsa berbahaya bagikesehatan

20 26% 57 74% 2 50% 2 50%

20 Kebiasaan mencuci tangan sebelummakan dapat mencegah diare

18 26,1% 51 73,9% 4 33,3% 8 66,7%

21 Jajanan yang banyak pengawet dapatmenurunkan konsentrasi belajar

20 30,8% 45 69,2% 2 12,5% 14 87,5%

22 Makanan yang banyak mengandungzat gizi dapat meningkatkankecerdasan anak

21 26,9% 57 73,1% 1 33,3% 2 66,7%

23 Makanan yang kandungan gizinyakurang akan menganggupertumbuhan

20 28,9% 47 70,1% 2 14,3% 12 85,7%

24 Makanan yang tidak tertutup dandihinggapi lalat dapat menyebabkanpenyakit

19 26% 54 74% 3 37,5% 5 62,5%

25 Memilih jajanan yang dijual disekitarsekolah yang penting enak danharganya murah

17 27,4% 45 72,6% 5 26,3% 14 73,7%

b. Komponen Pola Makan dan Status gizi

NO

Jawaban Responden Benar SalahStatus Gizi

Komponen Pola Makan TidakNormal

Normal TidakNormal

Normal

n % n % n % n %1 Frekuensi makan dalam sehari 14 23,7% 45 76,3% 8 36,4% 14 63,6%2 Kebiasaan sarapan pagi 13 26% 37 74% 9 29% 22 71,%3 Waktu sarapan setiap hari 14 25,9% 43 74,1% 7 30,4% 16 69,6%4 Menu setiap sarapan 22 31,9% 47 68,1% 0 0% 12 100%5 Waktu makan siang 12 27,5% 37 72,5% 8 26,7% 22 73,3%6 Waktu makan malam 17 30,4% 39 69,6% 5 20% 20 80%7 Frekuensi jajan sehari 10 36,3% 21 67,7% 12 24% 38 76,%8 Snack yang dikonsumsi 12 30,8% 27 69,2% 10 23,8% 32 76,2%9 Waktu makan snack 14 29,8% 33 70,2% 8 23,5% 26 76,5%