HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU BALITA SERTA STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN TAMANSARI, KABUPATEN BOGOR TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
97
Embed
HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU DENGANPENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU BALITA
SERTA STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN TAMANSARI,KABUPATEN BOGOR
TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT
Tagor Syaputra Halomoan: Correlation between Mother’s Participation inPosyandu with Knowledge, Attitude, Behavior and Nutritional Status of ChildrenUnder-Five In Tamansari, Bogor. Under Direction of Dadang Sukandar andYayat Heryato.
The objective of this research is to examine correlation between mother’sparticipation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy levelof children under-five nutrition in Tamansari, Bogor. This research is part of theresearch which its title was “a Multi-Approach Intervention to Empower PosyanduNutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas” wasconducted on February 2012 by using a cross sectional study design. 120 peoplebecome sample in this research were selected purposively with sample criteriaare (1)have children under-five (male or female 0-60 month), (2)registered as ausers of posyandu, (3)ready to be interviewed. The data which used are primarydata including characteristic of family and individu sample (big of families, incomeof families, age, education, and job of sample, characteristic of children under-five (gender and age), mother’s participation in posyandu, knowledge, attitude,behavior of nutrition, food consumption of children under-five, and nutritionalstatus of children under-five. Secondary data including general image ofresearch location. The analysis was carried out with Structural Equation Modeling(SEM). Based on the analysis of SEM, mother’s participation has a significanteffect on the level of nutrition knowledge (T-value =-2.59E16). Nutritionknowledge has a significant effect with nutrition attitude (T-value = -3.8323).Nutrition attitude has a significant effect with nutrition behavior (T-value =-3.8323). Nutrition knowledge has a significant effect with nutrition behavior (T-value = -3.8323). Nutrition attitude has a significant effect with nutritional status ofchildren (T-value = -3.8323). Nutrition behavior has a significant effect withnutritional status of children (T-value = -5.1027).
Tagor Syaputra Halomoan. Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandudengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balitadi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.Dadang Sukandar M.Sc dan Yayat Heryatno, SP., MPS.
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mengkaji hubungan partisipasiibu balita di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balitaserta status gizi balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Tujuankhusus dari penelitian ini, yaitu 1) Mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga,ibu dan balita. 2) Mengkaji partisipasi ibu balita di posyandu. 3) Mengkajipengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita. 4) Mengkaji tingkat kecukupangizi balita. 5) Mengkaji status gizi balita. 6) Menganalisis hubungan antarapartisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita,serta status gizi balita.
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasipenelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya,Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan bagian daripenelitian yang berjudul “a Multi-Approach Intervention to Empower PosyanduNutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas”. Pemilihanlokasi penelitian dilakukan secara purposive yang dilakukan pada bulan Februari2012. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu balita yang dipilih secara purposive,dengan kriteria: (1) mempunyai balita (laki-laki atau perempuan berumur 0-60bulan), (2) terdaftar sebagai pengguna Posyandu, (3) bersedia untukdiwawancarai. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 ibubalita dan anak balita. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga danindividu contoh (besar keluarga, pendapatan keluarga, umur, pendidikan, danpekerjaan ibu), karakteristik balita ( jenis kelamin dan umur ), partisipasi ibu balitadi posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, konsumsi panganbalita, serta status gizi balita. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasipenelitian. Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisisdata menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 5 orang. Rata-ratapendapatan keluarga sebesar Rp.362.081. Sebagian besar umur contoh beradapada kategori dewasa dini (92.5%). Sebagian besar tingkat pendidikan contohberada pada tingkat SMP/sederajat (47.5%). Sebagian besar conoth berprofesisebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja (89.2%). Persentase Jenis kelaminbalita hampir sama antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan, yaitu 50.8%laki-laki dan 49.2% perempuan. Sebagian besar balita berada pada golonganumur 12-23 bulan (32.5%) dan 24-35 bulan (30.8%).
Sebagian besar contoh (60%) memiliki tingkat partisipasi sedang.Sebagian besar contoh (67.5% ) menyatakan rutin mengunjungi Posyandu dalamtiga bulan terakhir. Sebagian besar contoh (58.3%) memiliki motivasi kunjungantingkat sedang ke posyandu. Hampir seluruh contoh (99.2%) memiliki partisipasiyang rendah terhadap pelaksanaan posyandu. Sebanyak 54% contoh memilikipersepsi yang tergolong sedang tentang posyandu.
Persentase terbesar contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizinyadiklasifikasikan ke dalam tingkat sedang (70%). Secara keseluruhan sikap gizi
contoh tergolong sedang (58.3%). Begitu juga perilaku gizi contoh tergolongsedang (64.2%).
Konsumsi energi balita secara keseluruhan rata-rata sebesar 758 kkal.Konsumsi energi ini rata-rata hanya memenuhi 71.5% (defisit tingkat sedang)angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan AKG. Sebanyak 50.8% balita memilikitingkat kecukupan energi defisit tingkat berat. Konsumsi protein balita secarakeseluruhan rata-rata sebesar 17.5 gram. Konsumsi protein ini juga hanyamemenuhi 87.9% (defisit tingkat ringan) angka kecukupan zat gizi yangdianjurkan AKG. Sebanyak 46.7% balita memiliki tingkat kecukupan proteindefisit tingkat berat. Sebanyak 50.8% balita memiliki tingkat kecukupan kalsiumyang tergolong defisit. Sebanyak 52.5% balita memiliki tingkat kecukupanphosphor yang tergolong normal. Sebagian besar balita (65%) memiliki tingkatkecukupan besi yang tergolong defisit. Sebanyak 58.3% balita memiliki tingkatkecukupan vitamin A yang tergolong defisit. Sebagian besar balita (84.2%)memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 yang tergolong normal. Sebagian besarbalita (67.5%) ,mengalami defisit vitamin C.
Sebagian besar balita (86.7%) memiliki status gizi baik menurut BB/U.Sebanyak 50.8% balita yang memiliki status gizi normal menurut TB/U. Sebagianbesar balita (83.3%) memiliki status gizi normal menurut BB/TB.
Berdasarkan hasil analisis SEM, terdapat pengaruh signifikan partisipasicontoh di posyandu terhadap tingkat pengetahuan gizi contoh (T-value=-2.59E16). Tingkat Pengetahuan gizi contoh berpengaruh signifikan terhadapsikap gizi contoh (T-value= -3.8323). Tingkat pengetahuan dan sikap gizi contohberpengaruh signifikan terhadap perilaku gizi contoh (T-value= -3.8323). Sikapdan perilaku gizi contoh berpengaruh signifikan terhadap status gizi balita contoh(T-value= -3.8323).
Perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi ibu balita untukberpartisipasi lebih di posyandu. Adapun upaya yang dapat dilakukan diantaranya meningkatkan pelayanan posyandu yang memadai baik dari segisarana maupun prasarana. Selain itu, perlu dilakukan program penyuluhan bagimasyarakat agar masyarakat benar-benar memahami pentingnya posyanduserta dapat meningkatkan kesadaran untuk memanfatkan pelayanan posyandudalam upaya perbaikan gizi. Diharapkan juga kepada pemerintah setempat untuklebih memperhatikan kondisi balita di lokasi penelitian. Perlu digalakkanbeberapa program perbaikan gizi anak balita oleh pemerintah setempat gunamemperbaiki kecukupan energi dan zat gizi balita.
HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU DENGANPENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU BALITA
SERTA STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN TAMANSARI,KABUPATEN BOGOR
TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi padaDepartemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Nama : Tagor Syaputra Halomoan
NIM : I14080009
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc
NIP. 19590725 198609 1 001
Yayat Heryatno, SP, MPS
NIP. 19690112 199601 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sarjana yang berjudul
“Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Gizi Ibu Balita serta Tingkat Kecukupan Zat Gizi Balita di Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor”. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan, doa, semangat, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya
kepada:
1. Kedua orang tua penulis, H. Hasyiruddin S.Sos dan Hj. Elvi Fitriani yang
telah memberikan doa, semangat, nasihat, motivasi dan pengorbanan
serta kasih sayang kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir Dadang Sukandar, M.Sc dan Yayat Heryatno, SP, MPS selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan
bimbingan, motivasi, perhatian dan semangat kepada penulis.
3. Dr.Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu dan dosen penguji yang
telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
4. Saudara penulis, Fitri Alanri S.Kep, Marissa Novi Rumondang, Imam
Hidayat, Ilham Ramadan, Iqbal Zubair beserta seluruh keluarga besar
penulis yang telah memberikan semangat dan doanya.
5. Mbak Wiwi, mbak Okta, mbak Iin, dan mbak Ryan atas semangat,
bantuan, dan motivasi untuk perjuangan yang luar biasa ini.
6. Rika Ameliana Harahap yang telah memberikan motivasi, semangat,
Latar Belakang......................................................................................... 1Tujuan...................................................................................................... 3Tujuan Umum .......................................................................................... 3Tujuan Khusus ......................................................................................... 3Hipotesis .................................................................................................. 3Kegunaan................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5Posyandu ................................................................................................. 5Besar Keluarga ........................................................................................ 6Pendapatan Keluarga............................................................................... 7Umur ....................................................................................................... 7Pendidikan ............................................................................................... 7Pekerjaan................................................................................................. 8Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ............................................................ 8Pengetahuan Gizi Ibu balita ..................................................................... 9Sikap Gizi Ibu Balita ................................................................................ 9Perilaku Gizi Ibu Balita ............................................................................. 9Konsumsi Pangan dan Zat Gizi Balita ...................................................... 10Status Gizi Balita dan Pengukurannya ..................................................... 11
Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian .................................................... 15Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh.................................................... 15Jenis dan Cara Pengambiilan Data .......................................................... 15Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 16Definisi Operasional ................................................................................. 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 24Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 24Karakteristik Keluarga dan individu balita ................................................. 28
Besar Keluarga.................................................................................. 28Pendapatan Keluarga........................................................................ 28Umur ................................................................................................. 29Pendidikan ........................................................................................ 30Pekerjaan.......................................................................................... 31
Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ............................................................ 33Frekuensi Kunjungan ke Posyandu ................................................... 34Motivasi Kunjungan ke Posyandu...................................................... 36Pelaksanaan Posyandu..................................................................... 39
ii
Persepsi Tentang Posyandu.............................................................. 42Pengetahuan Gizi Ibu Balita ..................................................................... 46Sikap Gizi Ibu Balita ................................................................................ 48Perilaku Gizi Ibu Balita ............................................................................. 50Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita ......................................... 52
Status Gizi balita ...................................................................................... 55Analisis Antar Variabel ............................................................................. 58
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 62Kesimpulan .............................................................................................. 62Saran ....................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 64LAMPIRAN................................................................................................... 67
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Indikator tingkat kemandirian posyandu................................................. 5
2 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak ....................... 11
3 Kategori status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB...................... 12
4 Data primer dan cara pengumpulannya ................................................. 16
5 Pengkategorian variabel penelitian ........................................................ 19
6 Luas tanah dan pola pemanfaatannya ................................................... 25
7 Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari menurut jenis kelamin............ 25
8 Jumlah usaha kecil, menengah, dan besar di Kecamatan TamansariTahun 2011............................................................................................. 27
9 Sebaran ibu balita berdasarkan besar keluarga ...................................... 28
10 Sebaran ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga ............................ 29
11 Sebaran ibu balita berdasarkan umur ..................................................... 29
12 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pendidikan................................. 30
13 Sebaran ibu balita berdasarkan jenis pekerjaan...................................... 31
14 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin............................................... 32
15 Sebaran balita berdasarkan umur ........................................................... 33
16 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat partisipasi di posyandu .............. 33
17 Sebaran ibu balita berdasarkan kunjungan balita ke Posyandu dalamtiga bulan terakhir.................................................................................... 34
18 Sebaran ibu balita berdasarkan rencana kunjungan ke Posyanduhingga balita berusia lima tahun.............................................................. 35
19 Sebaran ibu balita berdasarkan frekuensi kunjungan ke Posyandu ........ 36
20 Sebaran ibu balita yang langsung mengantarkan anaknya ke Posyandu 36
21 Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang tidakmendukung ibu balita ke Posyandu......................................................... 37
22 Sebaran ibu balita berdasarkan tiga alasan mengunjungi posyandu....... 38
23 Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu .......... 39
24 Sebaran ibu balita yang memberikan sumbangan dana ke posyandu..... 39
25 Sebaran ibu balita yang pernah memberikan bantuan PMT ke posyandu 40
26 Sebaran ibu balita yang memiliki KMS untuk anak.................................. 40
27 Sebaran ibu balita berdasarkan pelaksanaan posyandu ......................... 41
28 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pentingnya posyandu bagi ibu .... 42
29 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pelayanan posyandu................... 42
30 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kelengkapan sarana posyandu ... 43
iv
31 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kegiatan dalam Posyanduyang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya ...................................... 44
32 Sebaran ibu balita mengenai persepsi tentang kader posyandu ............. 45
33 Sebaran ibu balita berdasarkan persepsi tentang posyandu................... 46
34 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaanmengenai pengetahuan gizi ibu balita ..................................................... 47
35 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu balita ........ 48
36 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikapgizi ibu balita .......................................................................................... 49
37 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat sikap gizi ................................... 50
38 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban ya mengenai pernyataanperilaku gizi ibu ...................................................................................... 51
39 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat perilaku gizi ............................... 52
40 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein ......... 52
41 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral ....... 53
42 Rata-rata AKG, konsumsi, dan TKG balita.............................................. 55
43 Sebaran status gizi balita menurut BB/U................................................. 56
44 Sebaran status gizi balita menurut TB/U................................................. 56
45 Sebaran status gizi balita menurut BB/TB............................................... 57
46 Nilai loading factor,standar error, dan T-value untuk semua manifest ..... 61
6 Status gizi balita Berat badan dan panjangbadan balita
pengukuran antropometribalita
Pengolahan dan Analisis DataPengolahan data
Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis
data yang dilakukan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 for
windows, Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.0
dan Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Data hasil penelitian dianalisis
secara deskriptif dan statistik inferensia yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Data karakteristik keluarga dan individu contoh meliputi besar keluarga,
pendapatan keluarga, umur contoh, tingkat pendidikan contoh, dan pekerjaan
contoh. Umur dikelompokkan menjadi dewasa dini (18-39 tahun), dewasa madya
(40-60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun) (Hurlock 1980). Tingkat pendidikan
formal dikelompokkan berdasarkan data sebaran, yaitu tidak tamat SD,
SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Jenis
pekerjaan ayah dikelompokkan menjadi petani, pedagang, buruh tani, buruh non-
tani, jasa, dan lain-lain. Sedangkan jenis pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi
petani, pedagang, buruh tani, buruh non-tani, jasa, IRT/tidak bekerja. Besar
keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang),
besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1993).
17
Pendapatan keluarga diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan
seluruh anggota keluarga, baik dari hasil pekerjaan utama, maupun pekerjaan
tambahan selama satu bulan, yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan
dinyatakan dalam satuan Rp/kapita/bulan. Hasil tersebut kemudian dikategorikan
menjadi dua kategori berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Bogor (BPS
2011), yaitu miskin (<Rp209.777/kapita/bulan) dan tidak miskin
(≥Rp209.777/kapita/bulan).
Data karakteristik balita meliputi umur dan jenis kelamin. Umur balita
dikelompokkan menjadi kelompok umur ≤5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 24-35
bulan, 36-47 bulan. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan
perempuan.
Variabel analisis partisipasi ibu balita dikelompokkan ke dalam empat
aspek, yaitu frekuensi kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu,
pelaksanaan posyandu, dan persepsi tentang posyandu. Penilaian partisipasi
ibu balita di posyandu berdasarkan kemampuan ibu balita dalam menjawab
berbagai pertanyaan terkait empat aspek tersebut. Skor partisipasi ibu balita
dihitung berdasarkan persentase terhadap skor maksimal. Selanjutnya partisipasi
ibu balita di posyandu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Kategori rendah apabila skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal,
kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal,
dan kategori baik apabila skor yang diperoleh > 80% dari skor maksimal
(Khomsan 2000).
Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita dinilai berdasarkan
kemampuan ibu balita dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang gizi.
Penilaian dilakukan dengan cara menjumlahkan skor jawaban dari setiap
pertanyaan dengan kriteria. Penilaian jawaban pengetahuan gizi, yaitu skor
1=benar dan skor 0=salah. Penilaian jawaban sikap gizi, yaitu skor 2=setuju, skor
1=ragu-ragu, dan skor 0=tidak setuju, atau sebaliknya skor 0=setuju, skor
1=ragu-ragu, dan skor 2=tidak setuju tergantung dari pertanyaan yang diajukan.
Penilaian jawaban perilaku gizi ada beberapa model, yaitu skor 1=ya, skor
2=kadang-kadang, skor 0=tidak pernah, atau sebaliknya skor 0=ya, skor
1=kadang-kadang, skor 2=tidak pernah, dan ada juga skor 2=ya, skor 0=tidak.
18
Pemakaian skor tergantung pertanyaan yang diberikan. Kemudian skor
yang diperoleh dibandingkan dengan skor maksimal. Kategori rendah apabila
skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal, kategori sedang apabila skor
yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal, dan kategori baik apabila skor
yang diperoleh > 80% dari skor maksimal (Khomsan 2000).
Kandungan zat gizi dari suatu jenis pangan dihitung dengan rumus
(Hardinsyah & Briawan 1994):
Keterangan:KGij : jumlah zat gizi idari setiap jenis pangan jBj : berat pangan j (gram)Gij : kandungan zat gizi I dari pangan jBDDj : persen jumlah pangan j yang dapat dimakan
Tingkat konsumsi gizi dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah &
Briawan 1994):
Keterangan:TKGi : tingkat konsumsi gizi iKi : konsumsi gizi iAKGi : kecukupan gizi i yang dianjurkan
Status gizi balita ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan
menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-
rata atau median dan standar deviasi dari suatu angka acuan standar WHO.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai Z-skor adalah (Supariasa et al.
2001):
nilai individu subjek – nilai median baku rujukanZ-skor =
nilai simpangan baku rujukan
Adapun ringkasan pengkategorian variabel dan batasan nilai yang akan
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
KGij= (Bj/100)xGijx(BDDj/100)
TKGi= (Ki/AKGi)x100%)
19
Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian
No Variabel Kategori Batas nilai1 Karakteristik keluarga
Besar keluarga (Hurlock1993)
1. Kecil2. Sedang3. Besar
≤ 4 orang5-7 orang≥ 8 orang
Pendapatan keluarga (BPS2010)
1. Miskin2. Tidak miskin
<Rp209.777/kapita/bulan≥Rp209.777/kapita/bulan
Umur (Hurlock 1980)1. Dewasa dini2. Dewasa Madya3. Dewasa lanjut
18-39 tahun40-60 tahun>60 tahun
Pendidikan
1. Tidak tamat SD2. SD/sederajat3. SMP/sederajat4. SMA/sederajat5. Perguruan Tinggi
-----
Pekerjaan
1. Petani2. Pedagang3. Buruh tani4. Buruh non tani5. Jasa6. Ibu rumah tangga7. lain-lain
-------
2 Karakteristik balita
Jenis kelamin 1. Laki-laki2. Perempuan
--
Umur -
≤5 bulan6-11 bulan
12-23 bulan24-35 bulan36-47 bulan
3 Partisipasi ibu balita diPosyandu (Interval kelas)
1. Rendah2. Sedang3. Tinggi
< 60%60-80%>80%
4Pengetahuan, sikap, danperilaku gizi ibu balita(Khomsan 2000)
1. Kurang2. Sedang3. Baik
< 60%60-80%>80%
5Tingkat konsumsi energi danprotein (Depkes 1996, diacudalam Rahmawati et al. 2001)
1. Defisit tingkat berat2. Defisit tingkat sedang3. Defisit tingkat ringan4. Normal5. Di atas AKG
<70%70-79%80-89%
90-119%≥120%
6 Tingkat konsumsi vitamin danmineral (Gibson 2005)
1. Defisit2. Normal
Tk<77%Tk≥77%
7 Status gizi balita (WHO 2007)1. BB/U
1. Gizi buruk2. Gizi kurang3. Gizi baik4. Gizi lebih
z-score <-3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2
z-score > +2
2. TB/U
1. Sangat pendek2. Pendek3. Normal4. Tinggi
z-score < -3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2
z-score > +2
3. BB/TB
1. Sangat kurus2. Kurus3. Normal4. Gemuk
z-score < -3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2
z-score > +2
20
Analisis dataHubungan antar variabel dianalisis menggunakan analisis Structural
Equation Modeling (SEM). Menurut Wijayanto (2008) model persamaan
struktural (Structural Equation Modeling) adalah teknik analisis multivariate yang
memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks,
baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh
mengenai keseluruhan model.
SEM memiliki dua konstruk yang harus diukur. Variabel yang tidak bisa
diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi
disebut variabel laten. Sedangkan, indikator-indikator yang dapat diukur dikenal
sebagai variabel manifest. Jika suatu variabel tidak dipengaruhi oleh variabel
lainnya dalam model, maka dalam SEM sering disebut variabel eksogen dimana
setiap variabel eksogen selalu independen. Variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain dalam suatu model penelitian disebut variabel endogen. Berikut
adalah model SEM yang digunakan pada penelitian ini.
ε2
δ1 ε1
λy22
δ2 ζ2 ε4
λx11 λy11 β21 β42
λx21 γ11 λy44
β32
λx31 λy54
λx41 ζ1 β31 β43 ζ4
δ3 ε5
ζ3 λy33
δ4
ε3
Gambar 2 Model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian
ξ1 η1 η4
η2
x1
x2
x3
x4
y5
y1
y2
y3
y4
η3
21
Berikut adalah notasi matematik dari model Structural Equation Modeling
(SEM) penelitian.
Model pengukuran:
x1= λx11 ξ1 + δ1
x2= λx21 ξ1 + δ2
x3= λx31 ξ1 + δ3
x4= λx41 ξ1 + δ4
y1= λy11 η1 + ε1
y2= λy22 η2 + ε2
y3= λy33 η3 + ε3
y4= λy44 η4 + ε4
y5= λy54 η4 + ε5
Model struktural:
η1 = γ11 ξ1 + ζ1
η2 = β21 η1 + ζ2
η3 = β31 η1 + β32 η2 + ζ3
η4 = β42 η2 + β43 η3 + ζ4
Keterangan:
Variabel laten eksogen:
ξ1 (KSI1)= partisipasi ibu balita di Posyandu
Variabel laten endogen:
η1 (ETA1) = pengetahuan gizi ibu balita
η2 (ETA2) = sikap gizi ibu balita
η3 (ETA3) = perilaku gizi ibu balita
η4 (ETA4) = status gizi balita
Manifest laten eksogen:
x1 = frekuensi kehadiran ibu balita ke posyandu
x2 = besar keluarga
x3 = pendapatan keluarga
x4 = pekerjaan ibu balita
Manifest laten endogen:
y1 = indikator pengetahuan gizi ibu balita
y2 = indikator sikap gizi ibu balita
y3 = indikator perilaku gizi ibu balita
22
y4 = tingkat kecukupan energi balita
y5 = tingkat kecukupan protein balita
Definisi OperasionalIbu balita adalah ibu yang mempunyai anak balita yang terdafar sebagai peserta
Posyandu.
Anak balita adalah anak yang berusia 0-60 bulan yang tinggal bersama kedua
orang tuanya.
Besar keluarga adalah jumlah/banyaknya orang yang tinggal dalam satu
keluarga dan menjadi tanggungan kepala keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh anggota
keluarga dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan dalam bentuk
uang dan dibagi dengan seluruh tanggungan keluarga yang dinyatakan
dalam rupiah perkapita perbulan.
Umur ibu balita adalah lamanya hidup ibu balita dalam tahun yang dihitung
sejak dilahirkan hingga diwawancarai.
Pendidikan ibu balita adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah
ditempuh oleh ibu balita yang dikelompokkan menjadi empat kelompok,
yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan tinggi.
Pekerjaan ibu balita adalah jenis pekerjaan atau mata pencaharian utama untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang dikelompokkan ke dalam
bekerja dan tidak bekerja.
Partisipasi ibu balita di Posyandu adalah keterlibatan ibu balita di posyandu
pada saat balita seharusnya dibawa ke posyandu, meliputi aspek frekuensi
kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu, pelaksanaan
posyandu, dan persepsi tentang posyandu.
Pengetahuan gizi ibu balita adalah kemampuan ibu balita dalam menjawab
pertanyaan tentang gizi menggunakan kuisioner, kemudian diberi skor dan
dikategorikan menjadi kurang (skor<60%), sedang (60-80%), dan baik
(skor>80%).
Sikap gizi ibu balita adalah kecenderungan ibu balita dalam menyikapi
pernyataan dalam kuisioner tentang gizi yang diukur dengan skor jawaban
dari pernyataan yang diberikan dan dikategorikan menjadi kurang
(skor<60%), sedang(60-80%), dan baik (skor>80%).
23
Perilaku gizi ibu balita adalah perbuatan atau penerapan pola hidup ibu balita
terhadap anak balita sehari-hari yang diukur dengan skor jawaban dari
pernyataan yang diberikan dan dikategorikan menjadi kurang (skor<60%),
sedang (60-80%), dan baik (skor>80%).
Konsumsi pangan dan gizi balita adalah jumlah pangan dan gizi yang dimakan
oleh balita yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall
selama 2x24 jam.
Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan jumlah konsumsi energi dan zat
gizi aktual terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi rata-rata sehari
yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen.
Status gizi balita adalah keadaan gizi balita yang diukur berdasarkan standar
baku WHO 2005 dengan menggunakan metode antropometri dengan
indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi PenelitianKondisi Geografis
Kecamatan Taman Sari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bogor yang memiliki luas 2.630.936 Ha. Kecamatan taman sari terdiri dari 8
desa, 25 lingkungan/dusun, 91 RW, 360 RT, dengan jumlah penduduk laki-laki
44.075 jiwa dan perempuan 41.803 jiwa. Secara administrasi Kecamatan Taman
Sari mempunyai batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan
dengan Kec. Ciomas dan Bogor selatan; sebelah barat berbatasan dengan
Gunung Salak; sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Tenjolaya dan Kec.
Dramaga; sebelah timur berbatasan dengan Kec. Cijeruk. Kecamatan Taman
Sari beriklim sejuk dengan temperatur suhu rata-rata 25ºC pada siang hari dan
30ºC pada malam hari, dengan ketinggian antara 700 meter di atas permukaan
laut, yang merupakan kawasan berbukit di bawah kaki Gunung Salak.
Berdasarkan karakteristik wilayah dan pola interaksi dan eksternal yang
didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional,
Kecamatan Taman Sari termasuk ke dalam pembangunan wilayah Kabupaten
Bogor Selatan yang merupakan kawasan penyangga resapan air dan kawasan
hijau dengan mengintensifkan dan melestarikan tanaman tahunan dan
mengadakan gerakan rehabilitasi lahan kritis (penanaman pohon). Sebagai
wilayah pengembangan pertanian dan wisata, Kecamatan Taman sari yang
menonjol produksi pertaniannya adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela
rambat, kacang tanah dan sayur-sayuran. Di samping itu juga sebagai sentra
tanaman hias yang pemasarannya telah memasuki pangsa local, regional, dan
mancanegara. Pengembangan lainnya adalah industrI sedang berjumlah 27
buah dengan tenaga kerja 77 orang, kecil 400 buah dengan pekerja 1200 orang,
dan home industry 74 buah dengan pekerja 400 orang. Untuk pengembangan
pariwisata ada Kampung Budaya Sindang Barang, Bumi Perkemahan, Curug
Nangka, dan Wisata Situs yang tersebar di Desa Pasireurih, Sukamantri, dan
tamansari.
25
Tabel 6 Luas tanah dan pola pemanfaatannya
No Pemanfaatan Luas (Ha)1 Pemukiman -2 Sawah 981.943 Darat 237.784 Perkebunan 1610.755 Pertanian -6 Rawa/Situ 35.007 Hutan -8 Lapangan olahraga 8.60
Sumber : Data Monografi Kecamatan Tamansari Tahun 2011
Kondisi DemografisPenduduk Kecamatan Tamansari sampai dengan bulan Desember 2011
berjumlah 85,878 jiwa terdiri dari 44,075 jiwa laki-laki dan 41,803 jiwa
perempuan. Total jumlah penduduk yang ada tersebar di delapan desa yang
terdapat di Kecamatan Tamansari dengan jumlah yang berbeda-beda. Desa
yang paling padat penduduknya adalah Desa Sukamantri, sedangkan jumlah
yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Desa Sukajadi.
Tabel 7 Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari menurut jenis kelamin
Persentase terbesar jenis pekerjaan suami pada penelitian ini adalah
sebagai buruh non-tani (60.8%). Pekerjaan buruh non-tani ini dapat juga diartikan
sebagai pengrajin sepatu dan sandal, baik untuk pria dan wanita serta untuk
anak-anak dan dewasa. Selain itu, mereka juga lihai dalam membuat sepatu
sepak bola beserta bolanya. Sementara itu, persentase terkecil jenis pekerjaan
suami dikelompokkan ke dalam kategori lain-lain (5%). Kategori lain-lain ini terdiri
dari pekerjaan sebagai PNS, karyawan swasta, sales, bendahara desa, guru
sekolah,dan guru les.
32
Persentase terbesar jenis pekerjaan ibu balita berada pada kategori ibu
rumah tangga atau tidak bekerja (89.2%). Sementara itu, ibu yang bekerja untuk
mendapatkan penghasilan hanya dalam jumlah yang kecil, yaitu pedagang
(5.8%), petani (1.7%), jasa (1.7%), buruh tani (0.8%), dan buruh non-tani (0.8%).
Peranan ibu rumah tangga dalam usaha perbaikan gizi keluarga
sangatlah penting. Peran ibu di dalam keluarga di antaranya sebagai pengasuh
anak dan pengatur konsumsi pangan anggota keluarga. Menurut Suhardjo
(1989a), ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan
makanan bagi keluarga, namun seorang ibu yang turut bekerja akan
meningkatkan pendapatan keluarga.
Karakteristik BalitaJenis kelamin
Salah satu karakteristik balita yang diteliti adalah karakteristik balita
berdasarkan jenis kelamin. Sebaran ibu balita berdasarkan jenis kelamin balita
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin n %Laki-laki 61 50.8Perempuan 59 49.2Total 120 100.0
Besarnya persentase Jenis kelamin balita pada penelitian ini hampir
sama antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan, meskipun balita yang
berjenis kelamin laki-laki persentasenya sedikit lebih besar daripada balita
berjenis kelamin perempuan, yaitu 50.8% laki-laki dan 49.2% perempuan.
UmurUsia balita merupakan periode paling kritis dalam pertumbuhan dan
perkembangan motorik anak. Pertumbuhan anak secara pesat terutama terjadi
pada masa bayi, yaitu pada tahun pertama kehidupan. Umur balita pada
penelitian ini dibagi ke dalam lima kategori berdasarkan Riskesdas (2010), yaitu
≤5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 24-35 bulan, 36-47 bulan. Sebaran ibu balita
berdasarkan umur balita disajikan pada Tabel 15.
33
Tabel 15 Sebaran balita berdasarkan umur
Umur n %≤5 bulan 11 9.26-11 bulan 22 18.312-23 bulan 39 32.524-35 bulan 37 30.836-47 bulan 11 9.2Total 120 100.0Rata-rata ± sd 20.1 ± 11.0Minimum – Maksimum 1 – 46
Umur balita terendah pada penelitian ini adalah 1 bulan, sedangkan umur
balita tertinggi adalah 46 bulan dengan rata-rata 20.1 ± 11.0 bulan. Sebagian
besar balita berada pada golongan umur 12-23 bulan (32.5%) dan 24-35 bulan
(30.8%).
Partisipasi Ibu Balita di PosyanduPartisipasi ibu balita di posyandu ditinjau dari empat aspek, yaitu
frekuensi kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu,
pelaksanaan posyandu, dan persepsi tentang posyandu. Tingkat partisipasi ibu
balita di posyandu diukur dari 14 pertanyaan, dengan rincian 3 pertanyaan
mengenai frekuensi kunjungan, 3 pertanyaan mengenai motivasi kunjungan, 5
pertanyaan mengenai pelaksanaan, dan 3 pertanyaan mengenai persepsi
tentang posyandu.
Berdasarkan 14 pertanyaan diperoleh total skor maksimum, yaitu 28.
Pengkategorian tingkat partisipasi ibu balita di posyandu diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh skor dari keempat aspek yang diperoleh ibu balita
kemudian dibagi total skor maksimum dikali 100 persen. Partisipasi ibu balita
dikatakan kurang jika skor kurang dari 60%, dikatakan sedang jika skor berada
diantara 60-80%, dan dikatakan baik jika skor di atas 80%. Tingkat partisipasi ibu
balita disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat partisipasi di posyandu
Sebanyak 90.8% ibu balita menyatakan secara langsung mengantarkan
anaknya ke posyandu. Sementara itu, ada sebanyak 5.8% ibu balita yang
menyatakan hanya kadang-kadang mengantarkan anaknya ke posyandu, serta
ada sebanyak 3.3% ibu balita yang menyatakan tidak pernah mengantarkan
langsung anaknya ke posyandu. Hal ini disebabkan karena ada dua ibu balita
yang baru melahirkan sehingga belum bisa mengantarkan anaknya ke posyandu.
Selain itu, ada dua ibu balita yang menyatakan sibuk, sehingga tidak bisa
mengantarkan anaknya langsung ke posyandu. Sebagai gantinya, anggota
keluarga lain yang mengantarkan anaknya ke posyandu, seperti tante dan kakak
balita itu sendiri.
Posyandu merupakan salah satu sarana layanan masyarakat yang
mudah diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Program-program yang
dijalankan oleh posyandu sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya ibu
balita dan anak balita. Selain itu, biayanya juga tidak terlalu mahal, sehingga
sangat cocok untuk dimanfaatkan oleh masyarakat ekonomi menengah ke
bawah. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi ibu balita untuk tidak
mengunjungi posyandu. Namun, pada kenyataannya masih ada anggota
keluarga peserta posyandu yang tidak mendukung ibu dan anak balita untuk
mengunjungi posyandu. Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang
tidak mendukungnya ke posyandu disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang tidakmendukung ibu balita ke posyandu
Anggota keluarga yang tidak mendukung n %Suami 3 2.5Mertua 1 0.8Tidak ada 116 96.7Total 120 100.0
Hampir seluruh ibu balita (96.7%) menyatakan bahwa tidak ada anggota
keluarga yang tidak mendukung ibu balita ke posyandu. Namun, masih ada
beberapa ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari anggota keluarganya, yaitu
suami (2.5%) dan mertua (0.8%). Adapun alasan yang membuat anggota
keluarga tidak mendukung ibu balita ke posyandu dikarenakan mereka khawatir
anaknya demam setelah diberi imunisasi di posyandu. Padahal demam
merupakan salah satu reaksi tubuh terhadap imunisasi yang akan meningkatkan
kekebalan tubuh anak. Alasan lainnya adalah pihak keluarga merasa
tersinggung ketika kader menyebut anaknya tergolong BGM. Hal ini
38
menunjukkan masih terdapat keluarga yang belum memahami pentingnya
posyandu dan imunisasi pada anak.
Banyak hal yang dapat memotivasi ibu balita mengunjungi posyandu.
Selain dukungan dari keluarga, alasan ibu balita mengunjungi posyandu adalah
untuk kesehatan ibu balita dan anak. Alasan lainnya secara rinci dijelaskan pada
Tabel 22.
Tabel 22 Sebaran ibu balita berdasarkan tiga alasan mengunjungi posyandu
Alasan n %Agar anak sehat 102 85.0Mendapatkan imunisasi/kapsul vitaminA 54 45.0Agar berat badan anak terpantau 76 63.3Mendapatkan KB gratis 1 0.8Bisa bertemu dengan sesama warga (ibu-ibu lain) 10 8.3Mendapatkan makanan tambahan (PMT) 2 1.7Mendapatkan pengetahuan gizi/kesehatan ibu anak 4 3.3Disuruh kader/RT/RW 4 3.3Agar anak cerdas 2 1.7
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat ketiga alasan kenapa ibu balita
mengunjungi anaknya ke posyandu. Adapun alasan pertama yang paling banyak
diutarakan ibu balita adalah agar anak sehat (85%), alasan kedua agar berat
badan anak terpantau (63.3%), dan alasan ketiga untuk mendapatkan
imunisasi/kapsul vitamin A (45%). Dari ketiga alasan tersebut dapat dilihat bahwa
alasan ibu balita mengunjungi posyandu adalah untuk kesehatan anaknya. Hal
ini bisa dikatakan sudah sesuai dengan tujuan dari posyandu itu sendiri. Namun,
sepertinya ibu balita masih kurang menyadari bahwa salah satu fungsi dari
posyandu itu sendiri adalah untuk mendapatkan pengetahuan gizi. Hal ini terlihat
dari kecilnya persentase ibu balita yang memilih alasan tersebut (3.3%).
Padahal, seperti diketahui pengetahuan gizi yang baik bisa memberikan dampak
jangka panjang dalam perbaikan gizi. Dengan demikian, pengetahuan gizi yang
semakin baik akan menjamin perubahan sikap dan prilaku makan yang semakin
baik juga.
Pengkategorian motivasi ibu balita megunjungi posyandu diukur dengan
tiga pertanyaan. Skor maksimum jika semua pertanyaan dapat dijawab dengan
tepat adalah 9. Dari hasil perhitungan diperoleh skor maksimum 100% dan skor
minimum 44%. Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu
disajikan pada Tabel 23.
39
Tabel 23 Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu
Sebanyak 54% ibu balita memiliki persepsi yang tergolong sedang
tentang posyandu. Persepsi ini tidak terlepas dari kemampuan posyadu untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta posyandu. Biasanya,
semakin baik pelayanan yang diberikan oleh posyandu maka semakin baik pula
persepsi yang diberikan. Sebaliknya, kurang maksimalnya pelayanan yang
diberikan oleh posyandu maka persepsi tentang posyandu tersebut juga akan
semakin rendah.
Pengetahuan Gizi Ibu BalitaPengetahuan gizi adalah salah satu faktor untuk memperbaiki kebiasaan
makan, sehingga pada akhirnya dapat berdampak pada perbaikan dan
peningkatan status gizi. Upaya meningkatkan pengetahuan gizi salah satunya
dapat diperoleh melalui penyuluhan di posyandu. Pada penelitian ini, tingkat
pengetahuan gizi ibu balita diukur dari pertanyaan-pertanyaan umum tentang gizi
yang terdiri dari sepuluh pertanyaan. Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban
47
yang benar dari setiap pertanyaan mengenai pengetahuan gizi ibu balita
disajikan pada Tabel 34.
Tabel 34 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaanmengenai pengetahuan gizi ibu balita
Pengetahuan gizi n %Sayuran sebagai sumber protein 4 3.3Kandungan gizi susu kental manis 65 54.2Zat gizi untuk pertumbuhan 109 90.8Manfaat mengkonsumsi daging 115 95.8Anak berusia 2-3 bulan boleh diberi pisang/papaya 70 58.3Sarapan pagi tidak penting 104 86.7Usia pemberian ASI eksklusif 57 47.5Susu mempunyai kandungan kalsium tinggi 118 98.3Tahu mengandung formalin lebih mudah basi 72 60.0Cara mencuci sayuran yang baik 110 91.7
Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada ibu balita, ada sebanyak
lima pertanyaan yang mampu dijawab dengan baik oleh ibu balita. Adapun
pertanyaan yang mampu dijawab dengan baik tersebut adalah pertanyaan
mengenai zat gizi untuk pertumbuhan (90.8%), manfaat mengkonsumsi daging
(95.8%), sarapan pagi tidak penting (86.7%), susu mempunyai kandungan
kalsium yang tinggi (98.3%), dan cara mencuci sayuran yang baik (91.7%).
Sisanya ada lima pertanyaan yang masih belum bisa dijawab dengan baik.
Namun dari kelima pertanyaan tersebut, ada dua pertanyaan yang hanya bisa
dijawab oleh kurang dari 50% ibu balita yang diberikan pertanyaan. Pertanyaan
tersebut adalah sayuran sebagai sumber protein (3.3%) dan usia pemberian ASI
eksklusif (47.5%).
Adapun pertanyaan yang paling banyak dijawab benar dari pertanyaan
yang diberikan adalah pertanyaan mengenai susu mempunyai kandungan
kalsium yang tinggi (98.3%). Hal ini diduga karena pengetahuan mengenai susu
mempunyai kandungan kalsium yang tinggi bukan menjadi sesuatu yang awam
lagi bagi seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun di desa, mengingat
sudah semakin banyaknya produsen susu yang mengiklankan produknya di
berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Sementara itu,
pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan mengenai
sayuran sebagai sumber protein (3.3%). Hal ini diduga karena masih rendahnya
sosialisasi mengenai pangan sumber protein di pedesaan. Oleh Karena itu,
setelah mengetahui hal-hal yang belum diketahui oleh ibu balita, maka kegiatan
penyuluhan di posyandu bisa difokuskan pada aspek-aspek tersebut.
48
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada ibu balita kemudian akan
diberi skor dan diklasifikasikan menjadi kurang, sedang, dan baik.
Pengklasifikasian tingkat pengetahuan gizi ibu balita didasarkan pada Khomsan
(2000) yang membagi tingkat pengetahuan menjadi tiga kelompok, yaitu baik jika
skor lebih dari 80%, sedang jika skor 60-80%, dan kurang jika skor kurang dari
60%. Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizinya disajikan pada
Tabel 35.
Tabel 35 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu balita
Persentase terbesar ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizinya
diklasifikasikan ke dalam tingkat sedang (70%). Sementara itu, hanya sebesar
12.5% ibu balita memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik. Pesentase ini
bahkan masih lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi ibu
balita pada tingkat kurang (17.5%). Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya
jumlah ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Adapun rata-rata
tingkat pengetahuan gizi ibu balita adalah sebesar 68.7%. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu balita pada penelitian ini tergolong ke dalam
tingkat sedang. Banyaknya jumlah ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan
gizi sedang diduga karena tingkat pendidikan ibu balita yang cukup baik, dimana
lebih dari 50% ibu balita mampu menyelesaikan sekolahnya hingga ke tingkat
SMP/sederajat. Persentase ini cukup tinggi mengingat ibu balita hanya tinggal
dan sekolah di pedesaan.
Sikap Gizi Ibu balitaSikap gizi merupakan kecerdasan seseorang untuk menyetujui atau tidak
menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait dengan gizi dan
makanan. Sikap gizi seringkali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Seseorang
yang berpengetahuan gizi baik cenderung akan memiliki sikap gizi yang baik pula
(Khomsan 2009). Sikap gizi diukur dengan menggunakan kuisioner yang terdiri
dari 10 pernyataan dengan pilihan jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju.
Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikap gizi
disajikan pada Tabel 36.
49
Tabel 36 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikapgizi ibu balita
Pernyataan SetujuRagu-ragu
Tidaksetuju
n % n % n %Saya akan menyediakan sayuran tiap hariuntuk konsumsi keluarga saya 113 94.2 4 3.3 3 2.5
Anak saya lebih baik minum susu bubuk/susucair daripada minum susu kental manis 77 64.2 14 11.7 29 24.2Menyediakan lauk-pauk yang bergizi pentinguntuk anak saya 113 94.2 1 0.8 6 5.0Anak tidak perlu mengonsumsi dagingkarena harganya mahal 45 37.5 17 14.2 58 48.3Anak berusia 2-3 bulan boleh diberi pisangagar tidak rewel 63 52.5 6 5.0 51 42.5Anak harus selalu sarapan pagi agar kuatberaktivitas 118 98.3 2 1.7 0 0.0ASI saja (eksklusif) diberikan pada anaksampai usia 3 bulan 58 48.3 5 4.2 57 47.5Minum susu penting bagi anak untukmemperkuat tulang dan gigi 119 99.2 0 0.0 1 0.8Jajanan ciki-cikian kurang baik bagianak 79 65.8 3 2.5 38 31.7Lalap yang direbus lebih aman daripadalalap mentah 107 89.2 3 2.5 10 8.3
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada lima pernyataan
dengan persentase tinggi yang jawabannya sudah sesuai. Hal ini menunjukkan
sikap ibu balita terhadap kelima pernyataan tersebut sudah baik. Sementara itu,
ada tiga pernyataan yang jawabannya masih kurang sesuai. Salah satunya
adalah hanya sebanyak 48.3% yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
pernyataan anak tidak perlu mengonsumsi daging karena harganya mahal.
Padahal, konsumsi daging itu baik untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Bukan semata-mata karena harganya mahal, anak tidak perlu mengkonsumsi
daging. Hal ini sebaiknya harus dipertimbangkan kembali oleh ibu balita, kalau
tidak akan berpengaruh terhadap kecukupan zat gizi anak.
Pernyataan lain yang jawabannya masih kurang sesuai adalah ada
sebanyak 52.5% ibu balita yang setuju terhadap pernyataan anak berusia 2-3
bulan boleh diberi pisang agar tidak rewel. Padahal menurut Roesli (2000) ASI
eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
Artinya, selain ASI, makanan lain tidak boleh dikonsumsi balita, termasuk pisang.
Hal ini menunjukkan masih kurangnya pemahaman ibu balita mengenai
pemberian makanan bayi. Selain itu, ada sebanyak 48.3% ibu balita yang setuju
50
terhadap pernyataan ASI saja (eksklusif) diberikan pada anak sampai usia 3
bulan. Padahal rekomendasi UNICEF dan WHO menetapkan jangka waktu
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (WHO 1991). Hal ini menunjukkan
masih kurangnya pemahaman ibu balita mengenai durasi pemberian ASI
eksklusif yang baik.
Selanjutnya, dari kesepuluh pernyataan mengenai sikap ibu balita diberi
skor dan dikategorikan ke dalam kurang, sedang dan baik. Sebaran ibu balita
berdasarkan tingkat sikap gizi disajikan pada Tabel 37.
Tabel 37 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat sikap gizi
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata skor sikap gizi ibu balita adalah 76.6.
Rata-rata skor ini sedikit lebih baik dibandingkan pengetahuan gizi. Secara
keseluruhan tingkat sikap gizi ibu balita tergolong sedang (58.3%). Hanya
sebesar 34.2% ibu balita yang sikap gizinya baik. Sementara itu, masih ada ibu
balita yang sikap gizinya kurang (7.5%). Hal ini menunjukkan masih perlu
dilakukan peningkatan terhadap sikap gizi ibu balita.
Perilaku Gizi Ibu BalitaMenurut Suhardjo (1996) perilaku gizi adalah tindakan seseorang
mengenai gizi yang telah dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap gizi.
Pada penelitian ini perilaku gizi ibu balita diperoleh dari pernyataan pada
kuisioner yang tidak jauh beda dari pernyataan sikap gizi ibu balita.
Perbedaannya hanya terletak pada perilaku ini pernyataannya di ubah menjadi
pengaplikasian sehari-hari. Perlu untuk diketahui, ada beberapa ibu balita yang
tidak ditanyakan beberapa pernyataan pada kuisioner. Hal ini dikarenakan ada
beberapa pernyataan yang masih belum bisa ditanyakan dikarenakan anaknya
masih bayi. Oleh karena itu, skoring dilakukan dengan cara jumlah ibu yang
menjawab ya dibagi jumlah ibu yang menjawab soal dikali seratus persen.
Sebaran ibu berdasarkan yang menjawab ya mengenai pernyataan perilaku gizi
ibu disajikan pada Tabel 38.
51
Tabel 38 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban ya mengenai pernyataanperilaku gizi ibu
Pernyataan n %Anak saya mengonsumsi sayuran 65 63.7Saya biasa memberi susu kental manis untuk anak saya 61 63.5Saya menyediakan tahu/tempe untuk lauk anak saya 99 99.0Anak saya mengonsumsi daging (sapi/ayam) sebagai lauk-pauk 45 44.1Anak saya ketika berusia 2-3 bulan sudah diberi makan pisang 55 47.8Anak saya biasa sarapan pagi 88 83.8Saya memberikan ASI saja (eksklusif) sampai anak berusia 6bulan 12 10.0Saya membiasakan anak saya minum susu sampai sekarang 65 55.6Anak saya suka jajan ciki-cikian 18 78.3Sayuran untuk anak saya selalu dimasak, bukan disajikan sebagailalap mentah 94 94.9
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase ibu balita
tertinggi menjawab ya adalah pernyataan saya menyediakan tahu/tempe untuk
lauk anak saya (99%). Hal ini diduga harga tahu dan tempe yang terjangkau di
pasaran, sehingga ibu balita tidak kesulitan dalam menyediakan untuk anaknya.
Sementara itu, ada beberapa pernyataan yang persentase menjawab ya nya
sangat kecil. Persentase terkecil adalah pernyataan saya memberikan ASI saja
(eksklusif) sampai anak berusia 6 bulan (10%). Kecilnya persentase ibu balita
yang memberikan ASI eksklusif hingga 6 bulan diduga karena rendahnya
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Minimnya akses informasi bisa menjadi
salah satu faktornya.
Pernyataan lainnya adalah anak saya mengonsumsi daging (sapi/ayam)
sebagai lauk-pauk (44.1%). Rendahnya konsumsi daging sapi pada anak diduga
karena harga daging sapi yang cukup mahal. Sementara itu, ekonomi keluarga
ibu balita belum dikatakan baik. Sehingga, mereka lebih memilih protein nabati
seperti tahu dan tempe untuk memenuhi kecukupan proteinnya. Persentase
terkecil lainnya adalah anak saya ketika berusia 2-3 bulan sudah diberi makan
pisang (47.8%). Hal ini diduga masih banyaknya ibu balita yang belum
memahami apa itu ASI eksklusif.
Selanjutnya, dari kesepuluh pernyataan mengenai perilaku ibu balita
diberi skor dan dikategorikan ke dalam kurang, sedang dan baik. Sebaran ibu
balita berdasarkan tingkat perilaku gizi disajikan pada Tabel 39.
52
Tabel 39 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat perilaku gizi
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu.
Hal ini disebabkan tinggi badan lebih menggambarkan pertumbuhan skeletal
yang dalam keadaan normal berjalan seiring dengan pertumbuhan umur dan
relatif kurang sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek
(Supariasa et al. 2001). Data pada Tabel 44 menunjukkan ada sebanyak 50.8%
57
balita yang memiliki status gizi normal menurut TB/U. Sementara itu ada
sebanyak 32.5% balita yang pendek dan 12.5% yang sangat pendek. Untuk
balita yang memiliki tubuh tinggi hanya sebanyak 4.2%. Menurut Supariasa et al.
(2001), indeks TB/U selain memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga
erat kaitannya dengan status sosial ekonomi keluarga. Banyaknya balita yang
memiliki tubuh yang pendek berbanding lurus dengan tingkat ekonomi keluarga
yang berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah.
Tabel 45 Sebaran status gizi balita menurut BB/TB
BB/TB n %Sangat kurus 0 0.0Kurus 3 2.5Normal 100 83.3Gemuk 17 14.2Total 120 100.0Z-score (rata-rata ± sd) 0.5 ± 1.4
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status
gizi. hal ini dikarenakan BB/TB dapat member gambaran proporsi berat badan
relatif terhadap tinggi badan, sehingga indeks ini dijadikan indikator kekurusan.
Selain itu, ukuran berat badan menurut tinggi badan yang rendah seringkali
menunjukkan kekurangan pangan yang belum lama terjadi (Suhardjo et al.
1985). Menurut soekirman (2000) berat badan berkorelasi linear dengan tinggi
badan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan normal perkembangan berat
badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.
Berdasarkan Tabel 45, sebagian besar balita (83.3%) memiliki status gizi
normal menurut BB/TB. Sementara itu, ada sebanyak 14.2% yang memiliki
badan gemuk. Hanya sebesar 2.5% balita yang memiliki badan kurus. Riyadi
(2001) menyatakan bahwa wasting secara luas digunakan untuk menjelaskan
proses yang mengarah pada terjadinya kehilangan berat badan, sebagai akibat
dari kelaparan akut dan penyakit berat. Berdasarkan kriteria WHO, masalah gizi
dan kesehatan masyarakat tergolong tinggi apabila prevalensi kurus (wasting)
berkisar antara 10-14%. Oleh karena itu, masalah gizi dan kesehatan di lokasi
penelitian masih tergolong rendah.
58
Analisis Hubungan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Pengetahuan,Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu serta Status Gizi Balita
Analisis pengaruh antar variabel pada penelitian ini menggunakan alat
analisis Model Persamaan Struktural (SEM) dengan menggunakan software SAS
9.1.3. Penggunaan alat analisis Model Persamaan Struktural (SEM) bertujuan
untuk mendapatkan model yang terbaik dari model yang dihasilkan oleh Model
Persamaan Struktural (SEM) itu sendiri. Model Persamaan Struktural (SEM)
pada penelitian ini menghasilkan sebuah model yang akan memenuhi Goodness
of Fit. Apabila dari indikator yang menilai fit tersebut nilai yang dihasilkan
memenuhi standar Cut-off-value, maka dapat dikatakan indikatornya adalah good
fit, dan bila indikator yang menilai fit tidak memenuhi standar maka bisa saja
indikatornya termasuk pada marginal fit/close fit/poor fit dengan ketentuan
rentang nilai yang semakin jauh dari standar sebenarnya. Adapun model yang
dihasilkan oleh Model Persamaan Struktural (SEM) dapat dilihat pada Gambar 3.
0
1.0126 0
-51.7869
1.0325 1.0000 5.1386
-16.2148 -16.2148
-3.21E-6 -3.21E-6
-51.7869 -13.2664 -83.9629
864301 -3.21E-6 5.2471
-83.9629 1.0168 -3.21E-6 -3.21E-6 1.0000
1.0003 1.1030
1.0000 864301
1.0857
0
Gambar 3 Model Persamaan Struktural (SEM) penelitian.
ξ1 η1 η4
η2
x1
x2
x3
x4
y5
y1
y2
y3
y4
η3
59
Berikut adalah persamaan matematik dari model SEM yang diperoleh.
Model pengukuran:
x1 = -16.2148 ξ1 + 1.0126 ex1
x2 = -51.7869 ξ1 + 1.0325 ex2
x3 = 864301 ξ1 + 1.0003 ex3
x4 = -83.9629 ξ1 + 1.0857ex4
y1 = -0.8329 η1 + 0.5534 ey1
y2 = -2.2485 η1 + 1.0000 ey2
y3 = 864301 η1 + 30352.9 ey3
y4 = -83.9629 η1 + 5.1386 ey4
y5 = 5.2471 η1 + 1.0130 ey5
Model struktural:
η1 = -13.2664 ξ1 + 1.0168 dη1
η2 = -4.09E-6 η1 + 1.0000 dη2
η3 = -3.21E-6 η1 + -3.21E-6 η2 + 1.0000 dη3
η4 = -3.21E-6 η2 + -3.21E-6 η3 + 1.0000 dη4
Berdasarkan model di atas, maka diperoleh Goodness Of Fit (GOF) yang
menentukan model tersebut layak untuk digunakan. Nilai GFI adalah nilai yang
biasa digunakan untuk menentukan Goodness Of Fit (GOF). Nilai GFI berkisar
antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit), dan nilai GFI>0.90 merupakan good fit
(kecocokan yang baik), sedangkan 0.80≤GFI≤0.90 disebut sebagai marginal fit.
Pada penelitian ini, GFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0.89. Artinya, nilai GFI
tersebut tergolong ke dalam marginal fit dan hampir mendekati nilai good fit. Oleh
karena itu, nilai GFI ini menunjukkan model SEM pada penelitian ini merupakan
model yang cukup baik untuk dianalisis lebih lanjut.
Berdasarkan hasil analisis SEM, partisipasi ibu balita di posyandu
memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan gizi ibu balita
(T-value=-2.59E16). Peningkatan pengetahuan gizi ibu balita di posyandu bisa
dilakukan melalui adanya penyuluhan tentang gizi oleh kader atau petugas
posyandu. namun, tidak menutup kemungkinan informasi yang datang dari luar
juga bisa meningkatkan pengetahuan gizi ibu balita, seperti melalui media
elektronik (TV atau radio) dan media cetak (koran atau majalah).
Peningkatan pengetahuan gizi ibu balita diharapkan dapat meningkatkan
sikap ibu balita. Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh signifikan
pengetahuan gizi terhadap sikap gizi ibu balita (T-value= -3.8323). Menurut
60
Khomsan (2009), seseorang yang berpengetahuan gizi baik, cenderung akan
memiliki sikap gizi yang baik pula.
Idealnya, jika pengetahuan dan sikap gizi ibu balita sudah baik, biasanya
akan tercermin pada perilaku yang baik pula. Hal ini dapat terlihat pada hasil
analisis yang menunjukkan terdapat pengaruh signifikan sikap gizi terhadap
perilaku gizi ibu balita (T-value= -3.8323).
Selain itu, terdapat juga pengaruh signifikan pengetahuan gizi terhadap
perilaku gizi ibu balita (T-value= -3.8323). Hal ini menunjukkan, perilaku yang
baik tidak harus selalu melalui proses memiliki sikap yang baik, tetapi memiliki
pengetahuan yang baik saja sudah bisa menggambarkan perilaku seseorang.
Pengetahuan akan membuat seseorang mengerti suatu hal dan merubah
kebiasaannya, sehingga meningkatnya pengetahuan akan merubah kebiasaan
seseorang mengenai sesuatu. Jika peningkatan itu terjadi pada pengetahuan
gizi, maka akan terjadi perubahan kebiasaan terkait dengan gizi sehingga
menjadi lebih baik (Notoatmodjo 2005).
Hasil uji lainnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan sikap
gizi ibu terhadap status gizi balita (T-value=-3.8323). Begitu juga dengan perilaku
gizi, terdapat pengaruh signifikan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita
(T-value=-5.1027). Menurut kerangka UNICEF (1998), status gizi dipengaruhi
oleh dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung dapat
berupa intake konsumsi zat gizi dan kesehatan, sedangkan faktor tidak langsung
bisa berupa persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, jika faktor-faktor tersebut dapat
dicerminkan oleh perilaku ibu balita, terutama pada faktor langsung, maka bisa
diperkirakan status gizi anak balita akan baik.
Pada analisis SEM, digunakan indikator-indikator untuk mengukur
variabel laten yang diteliti. Berdasarkan besarnya T-value, maka dapat dilihat
indikator mana yang paling berkontribusi terhadap variabel laten. Hasil analisis
disajikan pada Tabel 46 berikut.
61
Tabel 46 Nilai loading factor,standar error, dan T-value untuk semua manifest
Manifest Loading factor Standar error T-value
Frekuensi kehadiran -16.2148 7.27E-15 -2.23E15
Besar keluarga -51.7869 2.4E-13 -2.16E14
Pendapatan keluarga 864301 2.72E-17 0.0
Pendidikan ibu balita -83.9629 1.89E-12 -4.43E13
10 pertanyaan Pengiz -16.2148 7.27E-15 -2.23E15
10 pertanyaan sikap -51.7869 2.4E-13 -2.16E14
10 pertanyaan perilaku 864301 2.72E-17 0.0
TKE -83.9629 1.89E-12 -4.43E13
TKP 5.2471 8.06E-13 6.507E12
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa indikator frekuensi
kehadiran ibu balita di Posyandu merupakan indikator yang paling baik
digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi ibu balita di Posyandu. Hal ini
terlihat dari nilai T-value frekuensi kehadiran adalah yang paling tinggi
dibandingkan indikator lainnya (T-value=-2.23E15). Sementara itu, pertanyaan-
pertanyaan yang digunakan pada kuisioner sudah cukup baik untuk mengukur
tingkat pengetahuan gizi ibu balita dengan T-value=-2.23E15. Begitu juga
dengan pertanyaan mengenai sikap sudah bisa dijadikan alat ukur yang baik
untuk mengukur sikap gizi ibu balita dengan nilai T-value=-2.16E14. Namun,
pertanyaan mengenai perilaku tidak bisa dijadikan alat ukur yang baik. Hal ini
ditunjukkan dari nilai T-value yang di bawah standar (T-value=0.0). Status gizi
bisa diukur dengan baik oleh TKE dan TKP balita. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
pada TKE (T-value=-4.43E13) dan TKP (T-value=6.507E12).
62
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanSebagian besar keluarga ibu balita tergolong keluarga kecil (4< orang).
Rata-rata pendapatan keluarga keluarga ibu balita sebesar
Rp.362.081/kapita/bulan. Rata-rata umur ibu balita adalah 27 tahun. Sebagian
besar tingkat pendidikan ibu balita adalah SMP/sederajat. Kebanyakan ibu balita
berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Persentase jenis kelamin balita laki-laki
dengan perempuan hampir sama banyaknya. Sebagian besar balita berada pada
golongan umur 12-23 bulan dan 24-35 bulan.
Sebagian besar tingkat partisipasi ibu balita di posyandu tergolong
kategori sedang (60%). Secara umum, tingkat pengetahuan gizi ibu balita
tergolong kategori sedang (70%). Selain itu, sebagian besar ibu balita juga
memiliki sikap gizi yang tergolong kategori sedang (58.3%). Begitu juga dengan
perilaku gizi ibu balita yang sebagian besar tergolong kategori sedang (64.2%).
Secara umum, tingkat kecukupan energi dan protein balita tergolong ke
dalam defisit tingkat berat. Begitu juga dengan zat gizi lainnya hanya tingkat
kecukupan phosfor dan vitamin B1 yang tergolong normal, selain itu zat gizi lain
masih tergolong defisit.
Berdasarkan indeks BB/U, sebagain besar balita tergolong ke dalam gizi
baik (86.7%). Berdasarkan indeks TB/U, sebagian besar balita tergolong normal
(50.8%). Demikian pula berdasarkan indeks BB/TB, sebagian besar balita
tergolong normal (83.3%).
Berdasarkan hasil analisis SEM, terdapat pengaruh signifikan partisipasi
ibu balita di posyandu terhadap tingkat pengetahuan gizi ibu balita. Tingkat
Pengetahuan gizi ibu balita berpengaruh signifikan terhadap sikap gizi ibu balita.
Tingkat pengetahuan dan sikap gizi ibu balita berpengaruh signifikan terhadap
perilaku gizi ibu balita. Sikap dan perilaku gizi ibu balita berpengaruh signifikan
terhadap status gizi balita ibu balita.
SaranBerdasarkan fenomena masih sedikitnya ibu balita yang memiliki
partisipasi tinggi di posyandu, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan
motivasi ibu balita untuk berpartisipasi lebih di posyandu. Adapun upaya yang
dapat dilakukan di antaranya perlu adanya peningkatan pelayanan posyandu
yang memadai baik dari segi sarana maupun prasarana. Selain itu, perlu
63
dilakukan program penyuluhan bagi masyarakat agar masyarakat benar-benar
memahami pentingnya posyandu serta dapat meningkatkan kesadaran untuk
memanfatkan pelayanan posyandu dalam upaya perbaikan gizi.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi balita masih tergolong defisit. Oleh
karena itu, sangat diharapkan kepada pemerintah setempat untuk lebih
memperhatikan kondisi balita di lokasi penelitian. Perlu digalakkan beberapa
program perbaikan gizi anak balita oleh pemerintah setempat guna memperbaiki
kecukupan energi dan zat gizi balita.
64
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Didalam: Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: Lembaga PenelitianIndonesia.
Azwar S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. GerakanKeluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Bogor dalam Angka. BPS. Bogor.
Campbel K. 2002. Family foog environments of children: does sosioeconomicsstatus make a difference. Asia Pasific Journal Clinical Nutrition.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 1986. Posyandu. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
_______. 2006 Pedoman Pengelolaan Posyandu. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Gibson R. 1993. Nutritional Assesment, A Laboratory Manual. New York: OxfordUniversity.
Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford UniversityPress.
Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah, Martianto D. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein sertaMutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.
Hardinsyah, Martianto D. 1992. Menaksir Angka Kecukupan Energi dan ProteinSerta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.
Hardinsyah, Suhardjo. 1987. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat danSumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka kecukupan energi, protein, lemak, danserat makanan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI.
Hardjono. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untukhidup sehat [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut PertanianBogor.
65
Hidayat AA. 2004. Pengantar Imu Keperawatan Anak I. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.
__________. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih,penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Jahari AB. 1995. Antropometri Sebagai Indikator Gizi. Gizi Indonesia (hlm 8-9).
Jelliefe DB, Patrice J. 1989. Community Nutritional Assessment. New York:Oxford University Press.
Kasmita. 2000. Kinerja posyandu dan status gizi anak balita di kabupatenpariaman provinsi sumatera barat [tesis]. Bogor: Program PascaSarjana, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan A, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H & Mudjajanto ES. 2009. StudiPeningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu SertaPerbaikan Gizi Balita. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, FakultasEkologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan Nestle Foundation.
Khomsan A. 2000. Tekik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor. Jurusan GiziMasyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.
Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid ke I. Molan B, penerjemah, Jakarta:Prenhallindo.
Madanijah S, Triana N. 2007. Hubungan antara status gizi masa lalu anak danpartisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian tuberculosis pada muridtaman kanak-kanak. Gizi dan Pangan 2 (1): 29-41.
Madanijah S. 2003. Model pendidikan “GI-PSI-SEHAT” bagi ibu serta dampaknyaterhadap perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan danstatus gizi anak usia dini [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.
Marjanka K et al. 2002. Nutritional status and linear growth of indonesians infantsin west java are determined more by prenatal environment than bypostnatal factors. JN The Journal of Nutrition 132: 2202-2207.
Moehdji S. 1986. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Anak. Jakarta: Batara.
Notoadmodjo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan. Jakarta: Andi Ofset.
Notoadmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Riyadi H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Diktat DepartemenGizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.
Roesli, U. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Sajogjo, Rusli S, Hartadi SH, Gunardi. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata diPedesaan dan di Kota (5th ed). Yogyakarta: Gadjahmada UniversityPress.
Sembiring N. 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalamUsaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Bagian Kependudukan danBiostatistik, FKM-USU, Medan.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen PendidikanNasional.
Desa : 1. Sukajadi 2. Sukaresmi 3. Sukaluyu 4. Sukajaya
11. Jam mulai wawancara : IB11____________________________
12. Jam selesai wawancara : IB12____________________________
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Intervensi Terpadu Pemberdayaan Program Gizi Posyandu untukMengatasi Masalah Gizi Kurang di Pedesaan(A multi-approach intervention to empower posyandu nutritionprogram to combat malnutrition problem in rural areas)
IIbbuu && BBaalliittaa00--3366 bbuullaann
69
Sheet 2: SosekbuA. SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA
A1 A2 A3 A4 A6 A7 A8 A9 A10 A11
No.Nama
(2)
Posisi dikeluarga
(3)
JenisKelamin
(4)
Umur(5)
Pend.(thn)
(6)
Membaca
(7)
Menulis
(8)
Pekerjaan
(9)
BB(kg)
(10)
TB(cm)
(11)thn
A51
bln
A52
Kode :(3) Posisi di Keluarga 1=suami (ayah), 2=istri (ibu) , 3=anak, 4= saudara lainnya, 5= kakek/nenek, 6=lainnya sebutkan(4) Jenis Kelamin 1=laki-laki, 2=perempuan(5) Umur dalam bulan dan tahun (tidak tahu=777), balita diisi bulannya saja=A52(6) Pendidikan Jumlah tahun pendidikan yang diselesaikan, 00=tidak sekolah, 77=tidak tahu,
88=belum usia sekolah/anak belum sekolah (N/A)(7) Membaca Apakah anggota keluarga tersebut mampu membaca? (Kode: 0=Tidak, 1=Ya, 7=Tidak Tahu, 8=N/A)(8) Menulis Apakah anggota keluarga tersebut mampu menulis? (Kode: 0=Tidak, 1=Ya, 7=Tidak Tahu, 8=N/A)(9) Pekerjaan Kode: 0=Tidak Bekerja, 1=Petani, 2=Pedagang, 3=Buruh tani, 4=Buruh non tani,
5=PNS/ABRI/Polisi, 6=Jasa (tukang ojek, tukang cukur, penjahit, calo, dan sebagainya),7=Ibu rumah tangga (IRT), 8=lainnya, sebutkan, 9=N/A
(10) BB BB = berat badan (dalam kg) diutamakan untuk dan balita (sampel) dan ibu(11) TB TB = tinggi badan (dalam cm) diutamakan untuk balita (sampel)dan ibu
Sheet3 : IncomebuB. PENDAPATAN RUMAH TANGGA
B1 B2 B3 B4 B5 B6
AnggotaKeluarga
Jenis Pekerjaan(non-tani)
Penghasilan1) :Rp per Jumlah Hari Kerja
Hari Minggu Bulan2) Tahun hari/mgg
mgg/bln
bln/thn
1. Suami1.2.3.
2. Istri1.2.3.
3. Anak1.2.3.
4. Agt klg lain1.2.3.
Keterangan : 1) Pilih salah satu (hari, minggu, bulan, tahun)2) Kolom B3 = bulan digunakan untuk merekap kolom sebelumnya dan harus terisi
Catatan: Semua pendapatan dikonversi ke bulan, dalam perhitungan perhatikan Jumlah waktu kerja
70
C. KARAKTERISTIK ANAK BATITA (USIA 0 - 36 BULAN)
Sheet 4:karaknakSosio Demografi Anak Batita
No. Pertanyaan Jawaban
1. Nama anak batita H11:
2. Jenis kelamin batita H12: 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Tanggal Lahir H13:
4. Usia anak batita H14: bulan
5. Berat lahir H16: kg
6. Panjang lahir H17: cm
7. Berat saat ini H18: kg
8. Tinggi badan saat ini H19: cm
Sheet 5: Pegizbu
D. PENGETAHUAN GIZI IBU
No. Pertanyaan B S Variabel SKOR(B=1, S=0)
1. Mengonsumsi sayuran sangat penting karena sayuranumumnya dapat menjadi sumber protein
I1
2. Susu kental manis kandungan gizinya lebih baik daripadasusu bubuk/ susu cair
I2
3 Zat gizi untuk pertumbuhan disebut protein I34. Mengonsumsi daging bermanfaat untuk pertumbuhan anak I45. Anak berusia 2-3 bulan sudah boleh diberi pisang/pepaya I5
6.Sarapan pagi tidak penting, lebih penting makan siang ataumakan malam
I6
7. ASI saja (eksklusif) diberikan pada anak sampai usia 3 bulan I78. Susu mempunyai kandungan kalsium tinggi I89. Tahu yang mengandung formalin akan lebih mudah basi I9
10. Mencuci sayuran dengan air kran yang mengalir lebih baikdaripada di baskom
I10
Sheet 6: SikgizbuE. SIKAP GIZI IBU
No. Pertanyaan Variabel Jawaban SKOR
1. Saya akan menyediakan sayuran tiap hari untukkonsumsi keluarga saya J1
Keterangan:1. Berikan kode pangan/bahan pada saat editing sesuai kode pangan2. Sebut nama bahan pangan bila pangan tersebut tidak ada dalam DKBM3. Berat bersih = (Hr/URT) - (Hr/URT sisa)
73
Sheet 9:PartisipasiBu
H. PARTISIPASI IBU BATITA DI POSYANDU
H1. FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU
1. Apakah dalam 3 bulan terakhir anak ibu selalu dibawa ke Posyandu? Q1
1. Ya
2. Tidak, alasan Q1AL: 1.lupa 2. tidak perlu 3. sibuk 4.malas 5.lainnya Q1L________________
2. Jika tidak, berapa kali kunjungan ke Posyandu? (dilihat dari data posyandu) Q2 _________kali
3. Apakah ibu akan terus mengikuti posyandu sampai anak ibu berusia 5 tahun? Q3
1.Ya (lanjut no.6) 2.Tidak
4. Apabila tidak, sampai anak usia berapa tahun? Q4 _______________tahun
5. Mengapa Ibu tidak ikut terus di posyandu sampai anak usia 5 tahun? Q5 ____________________________
Q85 5. Lainnya, sebutkan Q85KL: ________________, alasan Q85AL: ___________________________
9. Mengapa ibu ke Posyandu? (Sebutkan 3 alasan, beri tanda V pada kolom jawaban)
No Alasan Kode Jawaban1. Agar anak sehat Q912. Mendapatkan imunisasi/kapsul vitamin A Q923. Agar berat badan anak terpantau Q934. Mendapatkan KB gratis Q945. Bisa bertemu dengan sesama warga (ibu-ibu lain) Q956. Mendapatkan makanan tambahan (PMT) Q967. Mendapatkan pengetahuan gizi/ kesehatan ibu anak, dll Q978. Disuruh kader/RT/RW Q989. Lainnya, Q99L: ……………………………………………. Q99
H3. PELAKSANAAN POSYANDU
10. Apakah ibu memberikan sumbangan dana kepada posyandu? Q10
1. Ya, setiap bulan:Q10Y: Rp.________________ 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah
74
11. Apakah ibu pernah memberikan bantuan PMT atau makanan ke Posyandu? Q11
1. Ya, setiap bulan 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah
12. Apakah ibu memiliki KMS untuk anak? Q12
1. Ya, dipegang ibu 2. Ya, dipegang kader 3. Tidak
H4. PERSEPSI TENTANG POSYANDU
13. Seberapa penting posyandu bagi ibu? Q17
1. Tidak penting 2. Kurang penting 3. Penting
14. Menurut ibu, bagaimanakah pelayanan posyandu? Q18
1. Kurang 2. Cukup 3. Baik
15. Bagaimanakah tanggapan ibu tentang kelengkapan sarana posyandu? Q19
1. Kurang lengkap, dalam hal apa saja:Q19L:______________________________________________
2. Lengkap
16. Kegiatan apa dalam program posyandu yang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya?
1. Penyuluhan Q201 1. Ya 2.Tidak
2. PMT Q202 1. Ya 2. Tidak
3. Penimbangan balita Q203 1. Ya 2. Tidak
4. Imunisasi Q204 1. Ya 2. Tidak
5. Tablet besi Q205 1. Ya 2. Tidak
6. Penyediaan KMS Q206 1. Ya 2. Tidak
7. Pelayanan KB Q207 1. Ya 2. Tidak
8. Pemeriksaan kehamilan Q208 1. Ya 2. Tidak
9. Kapsul Vitamin A Q209 1. Ya 2. Tidak
17. Bagaimana tanggapan ibu tentang kader posyandu?
1. Keterampilan kader Q211 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik
2. Keaktifan kader Q212 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik
3. Keramahan kader Q213 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik
4. Jumlah kader Q214 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik
75
Lampiran 2 Program SASproc calis data=psk cov;
lineqs x1=lamda1 ft + ex1,
x2=lamda2 ft + ex2,
x3=lamda3 ft + ex3,
x4=lamda4 ft + ex4,
fp=lamda ft + dfp,
fs=beta fp + dfs,
fk=beta fp + beta fs + dfk,
fg=beta fs + beta fk + dfg,
y1=lamda1 fp + ey1,
y2=lamda2 fs + ey2,
y3=lamda3 fk + ey3,
y4=lamda4 fg + ey4,
y5=lamda5 fg + ey5;
std ex1=vx1,
ex2=vx2,
ex3=vx3,
ex4=vx4,
ft=v_ft,
dfp=v_dfp,
dfs=v_dfs,
dfk=v_dfk,
dfg=v_dfg,
ey1=v_ey1,
ey2=v_ey2,
ey3=v_ey3,
ey4=v_ey4,
ey5=v_ey5;
cov ey4 ey5=1.22163,
ey3 ex1=0.00987,
ey2 ey4=-0.00883,
ey2 ey3=-0.18637,
ey1 ey2=0.17210,
ex3 ey3=0.19730,
ex4 ey2=0.20843;
run;
76
OutputThe CALIS Procedure
Covariance Structure Analysis: Maximum Likelihood Estimation