Top Banner
1 HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Length Weight Relationship and Gonado Somatic Index of Tembang Fish (Sardinella fimbriata) at Labu Beach Waterway Deli Serdang Regency North Sumatera 1) Cherin Monalisa S, 2) Hasan Sitorus, 2) Ani Suryanti 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email: [email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The objective of the research was to determine the growth and reproduction aspects based on relationship between of length weight and Gonad Maturity Index (IKG) of Fringescale Sardine (Sardinella fimbriata). The research had been conducted in Labu coastal water, Deli Serdang District of North Sumatera Province for 3 (three) months starting from November 2014 until January 2015. The result are expected to be a source of information that useful for fish resource management to gain the optimal and sustainable utilization.The number of fish samples was 270 fishes which consist of 119 female fishes and 151 male fishes. The result showed that the length range of female fishes was larger than male fishes. Female fish growth pattern was isometric, and male fish was negative allometric.Conditions factor and IKG of female fish was larger than male fish. The correlation of length weight with IKG of fish was strong. Keywords : Length Weight, IKG, Tembang Fish, Labu Coastal Waters. PENDAHULUAN Perairan Pantai Labu terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah estuari dengan zona transisi antara dua lingkungan perairan yakni air asin dari Selat Malaka dan air tawar dari beberapa sungai yang bermuara ke Pantai Labu. Daerah pesisir Pantai Labu merupakan daerah yang telah mengalami eksploitasi disebabkan kawasan Pantai Labu telah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai aktivitas seperti pariwisata pantai, pertambakan, pemukiman, penangkapan ikan dan kerang. Menurut Ditjen Perikanan (2011), estimasi potensi sumberdaya ikan di Pantai Timur Sumatera Utara (Selat Malaka dan Laut Andaman) menurut hasil survei adalah 276.000 ton/tahun terdiri atas ikan pelagis besar 27.700 ton/tahun, ikan pelagis kecil
13

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

Nov 04, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

1

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD

IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU

KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

Length – Weight Relationship and Gonado Somatic Index of Tembang Fish

(Sardinella fimbriata) at Labu Beach Waterway Deli Serdang Regency North

Sumatera

1)Cherin Monalisa S,

2)Hasan Sitorus,

2)Ani Suryanti

1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, (Email: [email protected]) 2)

Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The objective of the research was to determine the growth and reproduction

aspects based on relationship between of length weight and Gonad Maturity Index

(IKG) of Fringescale Sardine (Sardinella fimbriata). The research had been

conducted in Labu coastal water, Deli Serdang District of North Sumatera Province

for 3 (three) months starting from November 2014 until January 2015. The result are

expected to be a source of information that useful for fish resource management to

gain the optimal and sustainable utilization.The number of fish samples was 270

fishes which consist of 119 female fishes and 151 male fishes. The result showed that

the length range of female fishes was larger than male fishes. Female fish growth

pattern was isometric, and male fish was negative allometric.Conditions factor and

IKG of female fish was larger than male fish. The correlation of length weight with

IKG of fish was strong.

Keywords : Length Weight, IKG, Tembang Fish, Labu Coastal Waters.

PENDAHULUAN

Perairan Pantai Labu terletak di

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi

Sumatera Utara merupakan daerah

estuari dengan zona transisi antara dua

lingkungan perairan yakni air asin dari

Selat Malaka dan air tawar dari

beberapa sungai yang bermuara ke

Pantai Labu. Daerah pesisir Pantai

Labu merupakan daerah yang telah

mengalami eksploitasi disebabkan

kawasan Pantai Labu telah

dimanfaatkan oleh masyarakat dengan

berbagai aktivitas seperti pariwisata

pantai, pertambakan, pemukiman,

penangkapan ikan dan kerang.

Menurut Ditjen Perikanan

(2011), estimasi potensi sumberdaya

ikan di Pantai Timur Sumatera Utara

(Selat Malaka dan Laut Andaman)

menurut hasil survei adalah 276.000

ton/tahun terdiri atas ikan pelagis besar

27.700 ton/tahun, ikan pelagis kecil

Page 2: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

2

143.300 ton/tahun, ikan demersal

82.400 ton/tahun dan ikan karang

konsumsi 5.000 ton/tahun. Salah satu

potensi sumberdaya perikanan tangkap

tersebut adalah ikan tembang (S.

fimbriata).

Ikan Tembang (S. fimbriata)

adalah satu diantara beberapa ikan

pelagis yang hidup di perairan pantai

dan suka bergerombol pada area yang

luas sehingga sering tertangkap

bersama ikan pelagis lainnya. Ikan

Tembang hidup pada kedalaman

kurang dari 100 m. Ikan tembang

merupakan salah satu jenis ikan

ekonomis penting dan banyak

dikonsumsi oleh masyarakat sehingga

dijadikan sebagai salah satu komoditas

perikanan tangkap di Perairan Pantai

Labu dan sumber bahan pangan

berprotein tinggi.

Pada umumnya proses

reproduksi ikan dapat dibagi dalam

tiga periode yaitu prapemijahan,

periode pemijahan, periode pasca

pemijahan. Dengan mengetahui

hubungan panjang bobot dan indeks

kematangan gonad dapat memberikan

informasi mengenai rasio kelamin,

indeks kematangan gonad dan

hubungan panjang bobot dengan

indeks kematangan gonad dari ikan

Tembang.

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan November 2014 sampai

dengan Bulan Januari 2015 di Perairan

Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu,

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

Sumatera Utara. Identifikasi sampel

akan dilakukan di Laboratorium

Terpadu Manajemen Sumberdaya

Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam

penelitian adalah jaring insang dengan

ukuran mata jaring 1,5 inchi dengan

ukuran panjang 20 m dan lebar 2 m,

penggaris, cool box, timbangan

analitik, kertas millimeter, botol

sampel, satu set alat bedah, camera,

alat tulis, Secchi disk, termometer,

refraktometer dan pH meter.

Bahan yang digunakan adalah

ikan Tembang (Sardinella fimbriata),

es, alkohol 70%, plastik dan kertas

label.

Prosedur Penelitian

Deskripsi Stasiun Penelitian

Penentuan stasiun pengambilan

sampel air dan ikan disesuaikan

dengan lokasi tangkapan nelayan

Pantai Labu sebagai berikut.

Stasiun I : Berada di Pantai Labu

yang berjarak 5 km

dari stasiun III dan

terletak pada koordinat

3°40'59.81" LU dan

98°54'54.27" BT.

Stasiun II : Berada di PantaiLabu

yang berjarak 3km dari

stasiun I dan terletak

pada koordinat

3°41'7.72" LU dan

98°54'20.66" BT.

Stasiun III : Berada di daerah ujung

muara Pantai Labu dan

terletak pada koordinat

3°40'42.63 LU dan

98°54'29.5" BT.

Page 3: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

3

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan

sebanyak tiga kali dengan selang

waktu dua minggu sekali. Ikan contoh

diambil secara acak, yaitu

pengambilan seluruh ikan sebanyak

tiga kali ulangan dan ikan contoh

diperoleh dari tiga nelayan yang

menangkap di Perairan Pantai Labu

yang menggunakan alat tangkap jaring

insang dengan ukuran mata jaring 1,5

inchi dengan ukuran panjang 20 m dan

lebar 2 m. Sampel ikan yang ditangkap

dimasukkan ke dalam coolbox yang

telah berisi es kemudian diukur

panjang total (mm) dan ditimbang

bobotnya (g) serta dibedakan jenis

kelaminnya.

Pengukuran Sampel Ikan di

Laboratorium

Ikan tembang yang diperoleh

diukur panjang dan bobotnya terlebih

dahulu serta diberi label dan nomor

urut pengambilan sampel. Kemudian

ikan dibedah dimulai dari bagian anus

menuju bagian dorsal di bawah linea

lateralis sampai ke belakang

operkulum, kemudian ke arah ventral

hingga ke dasar perut dengan

menggunakan alat set bedah untuk

mengambil gonadnya dan menentukan

jenis kelamin serta tingkat kematangan

gonadnya. Gonad kemudian ditimbang

dengan menggunakan timbangan

analitik (ketelitian 0,001 g), di ukur

volumenya dan diawetkan

menggunakan alkohol 70%. Gonad

diperoleh kemudian dibandingkan

dengan bobot ikan awal untuk

menentukan IKG (Indeks Kematangan

Gonad).

Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran parameter fisika

dan kimia dilakukan pada setiap

stasiun selama penelitian. Parameter

yang diukur yaitu suhu, kecerahan,

salinitas, pH dan DO.

Analisis Data Secara umum, hubungan

panjang bobot ikan hampir mengikuti

hukum kubik, yaitu bahwa bobot ikan

sebagai pangkat tiga dari panjangnya.

Tetapi hubungan yang terdapat pada

setiap jenis ikan sebenarnya berbeda-

beda karena bentuk panjang ikan yang

berbeda. Menurut Effendi (1979),

hubungan tersebut dapat dinyatakan

dengan rumus :

W = aLb

Keterangan :

W = bobot (gram),

L = panjang (mm),

a dan b = konstanta.

Faktor Kondisi Faktor kondisi (Ponderal

Index) menurut Effendie (2002)

dianalisis dengan menggunakan rumus

berikut.

PI = W

L3 × 105

Keterangan:

W = Bobot rata-rata ikan yang

sebenarnya yang terdapat

dalam suatu kelas.

L = Panjang rata-rata ikan yang

sebenarnya dalam suatu kelas.

Page 4: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

4

Rasio Kelamin

Dalam menentukan rasio

kelamin dihitung melalui

perbandingan jumlah ikan jantan

dengan jumlah ikan betina dengan

rumus :

Rasio Kelamin =M

F,

Keterangan :

M = jumlah ikan jantan,

F = jumlah ikan betina.

Selanjutnya untuk menguji

keseimbangan rasio kelamin

digunakan rumus menurut Walpole

(1992) sebagai berikut :

X2 = ∑i=1

n oi−ei 2

ei

Keterangan :

X2 = Chi Square (nilai peubah acak X

2

yang sebaran penarikan

contohnyamendekati Chi

kuadrat).

oi = Frekuensi ikan jantan atau betina

ke - i yang diamati.

ei = Jumlah frekuensi harapan dari

ikan jantan dan ikan betina yang

frekuensi ikan jantan ditambah

frekuensi ikan betina.

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat Kematangan Gonad

diamati secara morfologis dengan

memperhatikan warna, bentuk, ukuran

panjang dan bobot, perkembangan isi

gonad. Gonad dipisahkan antara gonad

jantan dan gonad betina, setelah

itugonad diamati secara morfologis

yang mengacu kepada Effendi (1979).

Indeks Kematangan Gonad (IKG) Menghitung Indeks

Kematangan Gonad (IKG) dapat

dilakukan pengukuran bobot gonad

dan bobot total tubuh menurut Effendi

(1979) dengan rumus :

IKG =Bg

BT×100%

Keterangan : IKG = indeks kematangan gonad BG = bobot gonad (gram) BT = bobot tubuh (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air Perairan Pantai Labu

Hasil pengukuran parameter

kualitas air di perairan Pantai Labu

memiliki nilai yang bervariasi pada

setiap stasiun, tetapi tidak

menunjukkan perbedaan yang

signifikan antar masing-masing

stasiun. Hasil parameter kualitas air di

Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air Perairan Pantai Labu

Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Suhu oC 28 29 29,4

Salinitas ppt 35 33 28

Kecerahan cm 120 110 100

pH - 8,2 8,2 7,8

DO mg/l 6,4 6,1 5,6

Page 5: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

5

Hasil pengukuran suhu pada

Tabel 1 memperlihatkan bahwa suhu

diperairan Pantai Labu berkisar antara

28 ºC – 29,4 ºC masih tergolong aman

bagi kehidupan biota termasuk ikan.

Hal ini sesuai dengan baku mutu air

laut termasuk pada ikan Tembang.

Menurut pernyataan Romimohtarto

dan Juwana (2007), pada perairan

tropis nusantara perbedaan/variasi

suhu air laut sepanjang tahun tidak

besar, suhu permukaan laut berkisar

antara 27 °C – 32 °C. Hasil penelitian

ini sesuai dengan yang dilaporkan

oleh Mahrus, (1996) bahwa ikan

Sardinella sp. hidup normal pada

perairan dengan suhu 26 – 29 ºC.

Hasil pengukuran salinitas pada

Tabel 1 memperlihatkan bahwa

salinitas di perairan Pantai Labu

berkisar antara 28 – 35 ppt masih

tergolong aman bagi kehidupan biota

termasuk ikan. Hal ini sesuai dengan

baku mutu air laut termasuk pada ikan

Tembang. Menurut pernyataan

Nybakken (1988) perairan pantai

memiliki kisaran salinitas > 34,5 ppt.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang

dilaporkan oleh Bintoro (2005) bahwa

salinitas di perairan Selat Madura

berkisar 31 ppt – 34,5 ppt.

Hasil pengukuran kecerahan

pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa

kecerahan di perairan Pantai Labu

berkisar antara 100 cm – 120 cm yang

tidak normal bagi perairan laut. Hal ini

sesuai dengan baku mutu air laut

termasuk pada ikan Tembang.

Menurut pernyataan Riyadi, dkk

(2005) bahwa kecerahan yang baik

untuk biota laut adalah >500 cm. Hasil

penelitian ini sesuai dengan yang

dilaporkan oleh Affan (2010) bahwa

kecerahan di perairan Pantai Timur

berada pada 4,611 m.

Hasil pengukuran pH pada

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pH di

perairan Pantai Labu berkisar 7,8 – 8,2

masih mendukung bagi kelangsungan

hidup biota laut. MenurutNybakken

(1988), di lingkungan laut pH relatif

stabil dan biasanya berada dalam

kisaran antara 7,5 – 8,4. Hasil

penelitian ini sesuai dengan yang

dilaporkan oleh Sitorus (2008) bahwa

pH di perairan Pantai Labu berkisar

7,2 ‒ 8,1.

Nilai Oksigen terlarut (DO)

perairan yang diperoleh selama

penelitian berkisar 5,6 mg/l – 6,4 mg/l

masih mendukung bagi ikan termasuk

ikan Tembang. Menurut Sutamiharja

(1978) kadar oksigen terlarut di

permukaan laut yang normal berkisar

5,7 – 8,5 ppm. Hasil penelitian sesuai

dengan dilaporkan oleh Nasution,

(2009) bahwa kadar oksigen terlarut di

Selat Malaka berkisar antara 3,26 –

3,98 ppm.

Panjang Bobot Ikan

Jumlah ikan Tembang yang

diperoleh selama penelitian sebanyak

270 ekor, yang terdiri dari 119 ekor

ikan betina dan 151 ekor ikan jantan.

Setiap bulan penangkapan terdiri dari

90 ekor ikan yang dapat dilihat pada

Tabel 2.222222222222222222222222

Page 6: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

6

Tabel 2. Hasil Penangkapan Ikan Tembang (S. fimbriata)

Bulan Betina Jantan Gabungan

N

Panjang

(cm) Bobot (g) N

Panjang

(cm) Bobot (g) N

Panjang

(cm) Bobot (g)

November 51 14.5- 19.5 30.51 - 68.76 39 15 - 18 31.96 - 54.43 90 14.5 - 19.5 30.51 - 68.76

Desember 40 15.5 - 17 30.35 - 49.57 50 15.5 - 17 32.00 - 47.96 90 15 – 17 30.35 - 49.57

Januari 28 14 - 18.2 25.83 - 50.99 62 15 - 17.4 28.74 –50.62 90 14 - 18.2 25.83 -50.99

Jumlah 119 151

270

Rataan 16.30 41.52 16.20 39.97 16.30 40.65

Panjang dan bobot ikan

Tembang pada Tabel 2

memperlihatkan bahwa kelompok

ukuran panjang ikan jantan dan betina

ikan Tembang 15,5 cm- 16,5 cm

adalah 50 dan 71 ekor (Gambar 4).

Pada kelompok ukuran bobot paling

banyak adalah berkisar 36 g - 42 g

pada ikan jantan dan betina adalah 58

ekor dan 46 ekor. Hal ini sesuai

dengan ukuran tangkapan yang layak

tangkap di laut dengan ukuran dan

bobot yang bervariasi. Menurut

Peristiwady diacu Syakilla (2006)

perbedaan ukuran panjang total ikan

dapat disebabkan oleh beberapa

kemungkinan seperti perbedaan lokasi

pengambilan ikan contoh,

keterwakilan ikan contoh yang diambil

dan tekanan penangkapan yang tinggi

terhadap ikan dan karena adanya

faktor dalam dan faktor luar yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan

tersebut. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilaporkan Robiyanto

(2006), jumlah ikan Tembang yang

tertangkap di perairan Ujung Pangkah,

Gresik, Jawa Timur sebaran ukuran

panjang ikan Tembang yang

tertangkap antara 70 mm ‒ 157 mm.

Hasil Penelitian ini juga sesuai

dengan dilaporkan Sari (2013) di

Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur

bahwa jumlah tangkapan ikan

Tembang sebanyak 765 ekor dengan

panjang berkisar 80 mm – 189 mm.

Hubungan Panjang − Bobot Ikan

Tembang

Hubungan panjang bobot ikan

Tembang menghasilkan model

pertumbuhan dan kurva hubungan

panjang bobot dengan nilai koefisien

determinasi (R2) 0,515 untuk ikan

jantan dan 0,802 untuk ikan betina.

Nilai b untuk ikan jantan dan betina

masing-masing 2,193 dan 3,082.

Grafik hubungan panjang berat ikan

Tembang dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 7: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

7

Gambar 1.Grafik Hubungan Panjang Bobot Ikan Tembang Jantan Dan Betina

Hasil hubungan panjang bobot

pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa

nilai b ikan Tembang jantan 2,193

termasuk allometrik negatif dan ikan

betina 3,082 termasuk isometrik. Hal

ini sesuai dengan pertambahan panjang

dan bobot. Menurut Effendi (2002),

pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh

faktor dalam maupun faktor luar.

Faktor dalam umumnya sulit dikontrol

yang meliputi keturunan, sex dan

umur. Faktor luar utama yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan

adalah ketersediaan makanan dan suhu

perairan serta parasit dan penyakit.

Hasil penelitian ini sesuai

dengan dilaporkan Syakilla (2009) di

Teluk Pelabuhan Ratu didapatkan pola

pertumbuhan ikan jantan dan betina

bersifat isometrik (b = 2,99).

Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan dilaporkan oleh Robiyanto

(2006), di perairan Ujung Pangkah

Jawa Timur diperoleh pola

pertumbuhan Ikan Tembang jantan dan

betina bersifat allometrik negatif (b =

2,6).kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Faktor Kondisi

Nilai faktor kondisi tertinggi

ikan Tembang yang didapat selama

penelitian berdasarkan kurva panjang ‒

bobot memiliki rata-rata 1,0197 −

1,0593 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Kisaran Panjang bobot dan Faktor Kondisi Ikan Tembang (S .fimbriata)

berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Kisaran Panjang

Total (cm)

Kisaran Bobot

Tubuh (g)

Faktor Kondisi

Kisaran Rata-rata

Betina 14 – 19,5 25,83 – 68,76 1,0666 – 1,0919 1,0593

Jantan 15 – 18 28,74 – 54,43 0,9740 – 1,0641 1,0197

Rata-rata faktor kondisi ikan

Tembang pada Tabel 3

memperlihatkan berkisar antara 1,01 −

1,05 dan tergolong kurang pipih.

Page 8: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

8

Menurut Effendie (2002), jika harga K

berkisar antara 1−3 maka ikan tersebut

memiliki badan yang kurang pipih.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

dilaporkan oleh Wudianto dkk (2012)

mengenai ikan Sardinella sp.di Selat

Bali didapatkan nilai faktor kondisi

ikan tertinggi sebesar 1,28.

Aspek Reproduksi Ikan Tembang

Rasio Kelamin

Rasio kelamin ikan Tembang

bervariasi secara keseluruhan terdiri

dari 119 ekor ikan betina dan 151 ekor

ikan jantan. Jumlah jenis kelamin ikan

jantan lebih dominan dibandingkan

ikan betina baik dalam semua TKG

yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 2. Rasio Kelamin Ikan Tembang

Hasil rasio kelamin pada

Gambar 2 memperlihatkan bahwa

rasio kelamin ikan jantan dengan ikan

betina secara keseluruhan adalah

1 : 1,27 atau ikan betina 44,07% dan

55,62% ikan jantan. Hal ini tidak

sesuai dengan rasio kelamin yang

mengikuti perbandingan 1 : 1. Menurut

Nikolsky (1963) bahwa perbandingan

kelamin dapat berubah menjelang dan

selama musim pemijahan. Penelitian

ini sesuai dengan dilaporkan oleh

Shelvinawati (2012), di PPP Labuan

Banten rasio kelamin ikan Tembang

yang diperoleh dari bulan Maret –

Oktober berbeda-beda setiap bulannya

dengan jumlah persentase keseluruhan

37% ikan jantan dan 63% ikan betina.

Hasil ini juga sesuai dengan

dilaporkan oleh Baginda (2006) yang

mendapatkan rasio kelamin ikan

Tembang di Perairan Ujung Pangkah

dengan perbandingan jantan dan betina

adalah 1 : 1,4.

Page 9: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

9

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Persentase Tingkat kematangan

gonad ikan Tembang mulai dari

TKG I – TKG V bervariasi setiap

waktu dengan jumlah ikan matang

gonad tertinggi terdapat pada bulan

November yang dapat dilihat Pada

Tabel.

Tabel 4. Persentase Komposisi Ikan Tembang (S. fimbriata) Jantan dan Betina

berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad

Bulan TKG Jantan Betina

N Frekuensi (%) N

Frekuensi

(%)

November

I 2 1.31 1 0.84

II 18 11.84 14 11.86

III 14 9.21 10 8.47

IV 4 2.63 23 19.49

V 1 1.97 3 2.54

I 5 3.28 1 0.84

II 31 20.39 19 15.25

Desember III 12 7.89 15 12.71

IV 2 1.31 5 4.23

V 0 0 0 -

Januari

I 1 0.65 3 2.54

II 21 13.81 15 12.71

III 34 22.36 8 6.77

IV 6 3.94 2 1.69

V 0 0 0 0

Jumlah

151 100 119 100

Hasil pada Tabel 4

memperlihatkan jumlah tingkat

kematangan gonad ikan Tembang tiap

bulannya bervariasi dan yang paling

dominan didapat TKG II sebanyak 117

ekor dan paling rendah TKG V

sebanyak 6 ekor. Hal ini sesuai dengan

nilai tingkat kematangan gonad pada

bulan November yang meningkat dan

menurun pada bulan Desember dan

Januari. Sehingga berlangsungnya

musim pemijahan berlangsung pada

bulan November. Ikan yang sudah

mencapai TKG III dan IV merupakan

indikator adanya ikan yang memijah

pada perairan tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai

dengan dilaporkan oleh Prasetyo,

(2006) bahwa musim pemijahan ikan

Tembang di Perairan Ujung Pangkah

Kabupaten Gresik, Jawa Timur

berlangsung pada bulan Agustus dan

September.

Page 10: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

10

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Kisaran nilai indeks

kematangan gonad (IKG) ikan

Tembang berdasarkan tingkat

kematangan gonad (TKG) diperoleh

nilai IKG tertinggi yaitu pada TKG IV

untuk ikan betina dengan kisaran

6,749% – 9,994% dengan nilai rataan

7,912% dengan Standar Deviasi

sebesar 3,409 dan nilai IKG terendah

yaitu pada TKG I untuk ikan betina

dengan kisaran 0,459% – 1,198%

dengan nilai Standar Deviasi sebesar

0,886 yang dapat dilihat pada Tabel 5

dan Tabel 6.

Tabel 5. Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Tembang Betina berdasarkan

Tingkat Kematangan Gonad (TKG).

TKG

IKG Betina Standar Deviasi

Kisaran (%) Rataan N

I 0,459 ‒ 1,158 0,886 5 0,388

II 1,806 – 4,644 3,240 39 0,706

III 3,391– 6,931 4,565 33 2,509

IV 6,749 – 9,994 7,912 30 3,409

V 1,089 – 4,194 2,203 5 0,099

Jumlah 119 7,111

Tabel 6. Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Tembang Jantan berdasarkan

Tingkat Kematangan Gonad (TKG).

TKG IKG Jantan Standar Deviasi

Kisaran (%) Rataan N

I 0,386 – 2,092 1,477 8 0,050

II 1,551 – 3,097 2,617 70 0,476

III 2,903 – 4,947 3,788 60 0,594

IV 3,766 – 5,716 4,704 12 5,889

V 1,261 1,261 1 -

Jumlah 151 6,979

Berdasarkan Tabel 5 dan 6

nilai kisaran IKG ikan betina tertinggi

yaitu pada TKG IV untuk dengan

kisaran 6,749 – 9,994 % dengan nilai

rataan 7.912 %. Untuk ikan jantan IKG

tertinggi pada TKG IV dengan kisaran

3.766 −5.716% IKG terendah ikan

jantan yaitu pada TKG II untuk dengan

kisaran 0.386 – 2,092% dan pada ikan

betina IKG terendah 0.459 – 1,198%.

Nilai IKG betina lebih besar

dibandingkan ikan jantan. Hal ini

sesuai dengan Tang dan Affandi

(2001) bahwa indeks kematangan

gonad betina lebih tinggi dibandingkan

ikan jantan disebabkan pertambahan

gonad ikan betina berkisar antara

10% ‒ 25% dari bobot tubuhnya,

sedangkan gonad jantan berkisar 10%−

15% atau 5% − 10% dari bobot

Page 11: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

11

tubuhnya. Hasil penelitian ini sesuai

dengan dilaporkan oleh Tampubolon

(2002) memperoleh nilai IKG ikan

S.longiceps di Teluk Sibolga jantan

3,51% dan betina 4,35%. Hasil

penelitian ini sesuai dengan dilaporkan

oleh Adisti (2010), nilai IKG ikan

S.maderensis di Teluk Jakarta ikan

jantan dan betina berkisar 0,86 −

11,2% dan 1,03 − 15,2%. Penelitian ini

juga sesuai dengan dilaporkan oleh

Prasetyo (2008), bahwa nilai Indeks

Kematangan Gonad ikan Tembang

jantan dan betina berkisar 1,05% −

1,87% dan 0,80% − 2,30%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

Ikan Tembang di perairan pantai Labu,

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

Sumatera Utara diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ikan Tembang jantan mempunyai

pola pertumbuhan allometrik

negatif dan ikan betina

menunjukkan pola pertumbuhan

isometrik. Faktor kondisi ikan

tembang betina lebih besar

dibandingkan ikan jantan dan

tergolong kurang pipih. Rasio

kelamin ikan tembang betina dan

jantan yang tertangkap setiap

bulannya tidak seimbang. Puncak

pemijahan ikan Tembang terjadi

pada bulan November.

2. Indeks Kematangan Gonad ikan

Tembang betina lebih besar dari

ikan tembang jantan.

Perlu adanya penelitian

lanjutan mengenai aspek pertumbuhan

dan biologi reproduksi Ikan Tembang

dengan jangka waktu yang lebih lama

(satu tahun) agar dapat mengetahui

pertumbuhan, musim pemijahan dan

puncak pemijahan ikan tembang di

Perairan Pantai Labu, Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Adisti. 2010. Kajian Biologi

Reproduksi Ikan Tembang

(Sardinella maderensis Lowe,

1838) di Perairan Teluk Jakarta

Yang Didaratkan di PPI Muara

Angke, Jakarta Utara. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor.

Affan, J. M. 2010. Analisis Potensi

Sumberdaya Laut dan Kualitas

Perairan Berdasarkan

Parameter Fisika Dan Kimia di

Pantai Timur Kabupaten

Bangka Tengah. Jurnal

Spektra. 10 (1) : 99 – 115.

Bintoro, G. 2005. Pemanfaatan

Berkelanjutan Sumberdaya

Ikan Tembang (Sardinella

fimbriataVallenciennes 1847)

di Selat Madura Jawa Timur.

Page 12: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

12

[Skripsi]. Universitas

Indonesia.

Dirjen Perikanan. 2011. Statistik

Perikanan Indonesia (Produksi

Perikanan Laut). Departemen

Kelautan dan Perikanan.

Jakarta.

Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi

Perikanan.Yayasan Dewi

Sri.Bogor.

Effendi, M. I. 2002. Biologi

Perikanan.Yayasan Pustaka

Nusantara. Bogor.

Lubis, R. S. 2013. Potensi Tingkat

Pemanfaatan, dan

Keberlanjutan Ikan Tembang

(Sardinella fimbriata) di

Perairan Selat Malaka,

Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara. Jurnal. USU

Press. Medan.

Mahrus, 1996. Studi Tentang

Reproduksi Ikan Lemuru

(Sardinella lemuru Bleeker

1853) di Perairan Selat Alas

Nusa Tenggara Barat. [Tesis].

Institut Pertanian Bogor.

Nasution, A. 2009. Analisis Ekologi

Ikan Kurau, Eleutheronema

tetradactylum (Shaw,1804)

pada Perairan Laut Bengkalis

Propinsi Riau. Tesis.

Universitas Indonesia.

Nikolsky, G. V. 1963.The Ecology of

Fishes. Academic Press. New

York.

Nybakken, 1988. Marine Biology:An

Ecology Approachs. PT

Gramedia. Jakarta

Prasetyo, B. 2006. Studi Biologi

Reproduksi Ikan Tembang

(Sardinella fimbriata) di

Perairan Ujung Pangkah,

Kabupaten Gresik Jawa

Timur. [Skripsi]. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Riyadi, A., L. Widodo dan K.

Wibowo. 2005. Kajian

Kualitas Perairan Laut Kota

Semarang dan Kelayakannya

Untuk Budidaya Laut.Teknik

Lingkungan P3TL – BPPT 6

(3): 497 – 501.

Robiyanto, M. 2006. Kebiasaan

Makanan Ikan Tembang

(Clupea fimbriata) di Perairan

Ujung Pangkah, Jawa Timur.

[Skripsi]. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Sari,A. P. 2013. Aspek Reproduksi

Ikan Tembang (Sardinella

fimbriata Cuvier dan

Valenciennes 1847) di Perairan

Teluk Banten. [Skripsi].

Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Shelvinawati, R. 2012. Reproduksi

Ikan Tembang (Sardinella

fimbriata Cuvier dan

Valienciennes 1847) Yang

didaratkan di PPP Labuan,

Kabupaten Pandeglag, Banten.

[Skripsi]. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Page 13: HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN …

13

Sitorus, D. 2008. Keanekaragaman dan

Distribusi Bivalvia Serta

Kaitannya dengan Faktor Fisik-

Kimia di Perairan Pantai Labu

Kabupaten Deli

Serdang.[Tesis]. Universitas

Sumatera Utara.

Sutamihardja, R. T. M. 1978. Kualitas

dan Pencemaran Lingkungan.

Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor. [Tesis].

Institut Pertanian Bogor.

Syakilla, S. 2009. Studi Dinamika Stok

Ikan Tembang (Sardinella

fimbriata) di Perairan Teluk

Palabuhan Ratu, Kabupaten

Sukabumi, Provinsi Jawa

Barat. [Skripsi]. Institut

Pertanian Bogor.

Tampubolon, R V. 2012. Aspek

Biologi Reproduksi dan

Pertumbuhan Ikan Lemuru

(Sardinnella longiceps C.V.) di

Perairan Teluk Sibolga. Jurnal

Iktiologi Indonesia. 2 (1) : 1 –

7.

Walpole. R. E. 1990. Pengantar

Statistika. Edisi ke-3.

Diterjemahkan oleh B.

Sumantri. Penerbit PT

Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Wudianto dkk, 2012. Biologi

Reproduksi dan Musim

Pemijahan Ikan Lemuru

(Sardinellalemuru Bleeker

1853) di Perairan Selat Bali.

Jurnal Pusat Penelitian dan

Konservasi Sumberdaya Ikan.

5 (1): 49-57.