Page 1
1
HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD
IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU
KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA
Length – Weight Relationship and Gonado Somatic Index of Tembang Fish
(Sardinella fimbriata) at Labu Beach Waterway Deli Serdang Regency North
Sumatera
1)Cherin Monalisa S,
2)Hasan Sitorus,
2)Ani Suryanti
1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, (Email: [email protected] ) 2)
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The objective of the research was to determine the growth and reproduction
aspects based on relationship between of length weight and Gonad Maturity Index
(IKG) of Fringescale Sardine (Sardinella fimbriata). The research had been
conducted in Labu coastal water, Deli Serdang District of North Sumatera Province
for 3 (three) months starting from November 2014 until January 2015. The result are
expected to be a source of information that useful for fish resource management to
gain the optimal and sustainable utilization.The number of fish samples was 270
fishes which consist of 119 female fishes and 151 male fishes. The result showed that
the length range of female fishes was larger than male fishes. Female fish growth
pattern was isometric, and male fish was negative allometric.Conditions factor and
IKG of female fish was larger than male fish. The correlation of length weight with
IKG of fish was strong.
Keywords : Length Weight, IKG, Tembang Fish, Labu Coastal Waters.
PENDAHULUAN
Perairan Pantai Labu terletak di
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara merupakan daerah
estuari dengan zona transisi antara dua
lingkungan perairan yakni air asin dari
Selat Malaka dan air tawar dari
beberapa sungai yang bermuara ke
Pantai Labu. Daerah pesisir Pantai
Labu merupakan daerah yang telah
mengalami eksploitasi disebabkan
kawasan Pantai Labu telah
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan
berbagai aktivitas seperti pariwisata
pantai, pertambakan, pemukiman,
penangkapan ikan dan kerang.
Menurut Ditjen Perikanan
(2011), estimasi potensi sumberdaya
ikan di Pantai Timur Sumatera Utara
(Selat Malaka dan Laut Andaman)
menurut hasil survei adalah 276.000
ton/tahun terdiri atas ikan pelagis besar
27.700 ton/tahun, ikan pelagis kecil
Page 2
2
143.300 ton/tahun, ikan demersal
82.400 ton/tahun dan ikan karang
konsumsi 5.000 ton/tahun. Salah satu
potensi sumberdaya perikanan tangkap
tersebut adalah ikan tembang (S.
fimbriata).
Ikan Tembang (S. fimbriata)
adalah satu diantara beberapa ikan
pelagis yang hidup di perairan pantai
dan suka bergerombol pada area yang
luas sehingga sering tertangkap
bersama ikan pelagis lainnya. Ikan
Tembang hidup pada kedalaman
kurang dari 100 m. Ikan tembang
merupakan salah satu jenis ikan
ekonomis penting dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat sehingga
dijadikan sebagai salah satu komoditas
perikanan tangkap di Perairan Pantai
Labu dan sumber bahan pangan
berprotein tinggi.
Pada umumnya proses
reproduksi ikan dapat dibagi dalam
tiga periode yaitu prapemijahan,
periode pemijahan, periode pasca
pemijahan. Dengan mengetahui
hubungan panjang bobot dan indeks
kematangan gonad dapat memberikan
informasi mengenai rasio kelamin,
indeks kematangan gonad dan
hubungan panjang bobot dengan
indeks kematangan gonad dari ikan
Tembang.
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan November 2014 sampai
dengan Bulan Januari 2015 di Perairan
Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara. Identifikasi sampel
akan dilakukan di Laboratorium
Terpadu Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah jaring insang dengan
ukuran mata jaring 1,5 inchi dengan
ukuran panjang 20 m dan lebar 2 m,
penggaris, cool box, timbangan
analitik, kertas millimeter, botol
sampel, satu set alat bedah, camera,
alat tulis, Secchi disk, termometer,
refraktometer dan pH meter.
Bahan yang digunakan adalah
ikan Tembang (Sardinella fimbriata),
es, alkohol 70%, plastik dan kertas
label.
Prosedur Penelitian
Deskripsi Stasiun Penelitian
Penentuan stasiun pengambilan
sampel air dan ikan disesuaikan
dengan lokasi tangkapan nelayan
Pantai Labu sebagai berikut.
Stasiun I : Berada di Pantai Labu
yang berjarak 5 km
dari stasiun III dan
terletak pada koordinat
3°40'59.81" LU dan
98°54'54.27" BT.
Stasiun II : Berada di PantaiLabu
yang berjarak 3km dari
stasiun I dan terletak
pada koordinat
3°41'7.72" LU dan
98°54'20.66" BT.
Stasiun III : Berada di daerah ujung
muara Pantai Labu dan
terletak pada koordinat
3°40'42.63 LU dan
98°54'29.5" BT.
Page 3
3
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak tiga kali dengan selang
waktu dua minggu sekali. Ikan contoh
diambil secara acak, yaitu
pengambilan seluruh ikan sebanyak
tiga kali ulangan dan ikan contoh
diperoleh dari tiga nelayan yang
menangkap di Perairan Pantai Labu
yang menggunakan alat tangkap jaring
insang dengan ukuran mata jaring 1,5
inchi dengan ukuran panjang 20 m dan
lebar 2 m. Sampel ikan yang ditangkap
dimasukkan ke dalam coolbox yang
telah berisi es kemudian diukur
panjang total (mm) dan ditimbang
bobotnya (g) serta dibedakan jenis
kelaminnya.
Pengukuran Sampel Ikan di
Laboratorium
Ikan tembang yang diperoleh
diukur panjang dan bobotnya terlebih
dahulu serta diberi label dan nomor
urut pengambilan sampel. Kemudian
ikan dibedah dimulai dari bagian anus
menuju bagian dorsal di bawah linea
lateralis sampai ke belakang
operkulum, kemudian ke arah ventral
hingga ke dasar perut dengan
menggunakan alat set bedah untuk
mengambil gonadnya dan menentukan
jenis kelamin serta tingkat kematangan
gonadnya. Gonad kemudian ditimbang
dengan menggunakan timbangan
analitik (ketelitian 0,001 g), di ukur
volumenya dan diawetkan
menggunakan alkohol 70%. Gonad
diperoleh kemudian dibandingkan
dengan bobot ikan awal untuk
menentukan IKG (Indeks Kematangan
Gonad).
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran parameter fisika
dan kimia dilakukan pada setiap
stasiun selama penelitian. Parameter
yang diukur yaitu suhu, kecerahan,
salinitas, pH dan DO.
Analisis Data Secara umum, hubungan
panjang bobot ikan hampir mengikuti
hukum kubik, yaitu bahwa bobot ikan
sebagai pangkat tiga dari panjangnya.
Tetapi hubungan yang terdapat pada
setiap jenis ikan sebenarnya berbeda-
beda karena bentuk panjang ikan yang
berbeda. Menurut Effendi (1979),
hubungan tersebut dapat dinyatakan
dengan rumus :
W = aLb
Keterangan :
W = bobot (gram),
L = panjang (mm),
a dan b = konstanta.
Faktor Kondisi Faktor kondisi (Ponderal
Index) menurut Effendie (2002)
dianalisis dengan menggunakan rumus
berikut.
PI = W
L3 × 105
Keterangan:
W = Bobot rata-rata ikan yang
sebenarnya yang terdapat
dalam suatu kelas.
L = Panjang rata-rata ikan yang
sebenarnya dalam suatu kelas.
Page 4
4
Rasio Kelamin
Dalam menentukan rasio
kelamin dihitung melalui
perbandingan jumlah ikan jantan
dengan jumlah ikan betina dengan
rumus :
Rasio Kelamin =M
F,
Keterangan :
M = jumlah ikan jantan,
F = jumlah ikan betina.
Selanjutnya untuk menguji
keseimbangan rasio kelamin
digunakan rumus menurut Walpole
(1992) sebagai berikut :
X2 = ∑i=1
n oi−ei 2
ei
Keterangan :
X2 = Chi Square (nilai peubah acak X
2
yang sebaran penarikan
contohnyamendekati Chi
kuadrat).
oi = Frekuensi ikan jantan atau betina
ke - i yang diamati.
ei = Jumlah frekuensi harapan dari
ikan jantan dan ikan betina yang
frekuensi ikan jantan ditambah
frekuensi ikan betina.
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat Kematangan Gonad
diamati secara morfologis dengan
memperhatikan warna, bentuk, ukuran
panjang dan bobot, perkembangan isi
gonad. Gonad dipisahkan antara gonad
jantan dan gonad betina, setelah
itugonad diamati secara morfologis
yang mengacu kepada Effendi (1979).
Indeks Kematangan Gonad (IKG) Menghitung Indeks
Kematangan Gonad (IKG) dapat
dilakukan pengukuran bobot gonad
dan bobot total tubuh menurut Effendi
(1979) dengan rumus :
IKG =Bg
BT×100%
Keterangan : IKG = indeks kematangan gonad BG = bobot gonad (gram) BT = bobot tubuh (gram)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Air Perairan Pantai Labu
Hasil pengukuran parameter
kualitas air di perairan Pantai Labu
memiliki nilai yang bervariasi pada
setiap stasiun, tetapi tidak
menunjukkan perbedaan yang
signifikan antar masing-masing
stasiun. Hasil parameter kualitas air di
Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air Perairan Pantai Labu
Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Suhu oC 28 29 29,4
Salinitas ppt 35 33 28
Kecerahan cm 120 110 100
pH - 8,2 8,2 7,8
DO mg/l 6,4 6,1 5,6
Page 5
5
Hasil pengukuran suhu pada
Tabel 1 memperlihatkan bahwa suhu
diperairan Pantai Labu berkisar antara
28 ºC – 29,4 ºC masih tergolong aman
bagi kehidupan biota termasuk ikan.
Hal ini sesuai dengan baku mutu air
laut termasuk pada ikan Tembang.
Menurut pernyataan Romimohtarto
dan Juwana (2007), pada perairan
tropis nusantara perbedaan/variasi
suhu air laut sepanjang tahun tidak
besar, suhu permukaan laut berkisar
antara 27 °C – 32 °C. Hasil penelitian
ini sesuai dengan yang dilaporkan
oleh Mahrus, (1996) bahwa ikan
Sardinella sp. hidup normal pada
perairan dengan suhu 26 – 29 ºC.
Hasil pengukuran salinitas pada
Tabel 1 memperlihatkan bahwa
salinitas di perairan Pantai Labu
berkisar antara 28 – 35 ppt masih
tergolong aman bagi kehidupan biota
termasuk ikan. Hal ini sesuai dengan
baku mutu air laut termasuk pada ikan
Tembang. Menurut pernyataan
Nybakken (1988) perairan pantai
memiliki kisaran salinitas > 34,5 ppt.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
dilaporkan oleh Bintoro (2005) bahwa
salinitas di perairan Selat Madura
berkisar 31 ppt – 34,5 ppt.
Hasil pengukuran kecerahan
pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa
kecerahan di perairan Pantai Labu
berkisar antara 100 cm – 120 cm yang
tidak normal bagi perairan laut. Hal ini
sesuai dengan baku mutu air laut
termasuk pada ikan Tembang.
Menurut pernyataan Riyadi, dkk
(2005) bahwa kecerahan yang baik
untuk biota laut adalah >500 cm. Hasil
penelitian ini sesuai dengan yang
dilaporkan oleh Affan (2010) bahwa
kecerahan di perairan Pantai Timur
berada pada 4,611 m.
Hasil pengukuran pH pada
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pH di
perairan Pantai Labu berkisar 7,8 – 8,2
masih mendukung bagi kelangsungan
hidup biota laut. MenurutNybakken
(1988), di lingkungan laut pH relatif
stabil dan biasanya berada dalam
kisaran antara 7,5 – 8,4. Hasil
penelitian ini sesuai dengan yang
dilaporkan oleh Sitorus (2008) bahwa
pH di perairan Pantai Labu berkisar
7,2 ‒ 8,1.
Nilai Oksigen terlarut (DO)
perairan yang diperoleh selama
penelitian berkisar 5,6 mg/l – 6,4 mg/l
masih mendukung bagi ikan termasuk
ikan Tembang. Menurut Sutamiharja
(1978) kadar oksigen terlarut di
permukaan laut yang normal berkisar
5,7 – 8,5 ppm. Hasil penelitian sesuai
dengan dilaporkan oleh Nasution,
(2009) bahwa kadar oksigen terlarut di
Selat Malaka berkisar antara 3,26 –
3,98 ppm.
Panjang Bobot Ikan
Jumlah ikan Tembang yang
diperoleh selama penelitian sebanyak
270 ekor, yang terdiri dari 119 ekor
ikan betina dan 151 ekor ikan jantan.
Setiap bulan penangkapan terdiri dari
90 ekor ikan yang dapat dilihat pada
Tabel 2.222222222222222222222222
Page 6
6
Tabel 2. Hasil Penangkapan Ikan Tembang (S. fimbriata)
Bulan Betina Jantan Gabungan
N
Panjang
(cm) Bobot (g) N
Panjang
(cm) Bobot (g) N
Panjang
(cm) Bobot (g)
November 51 14.5- 19.5 30.51 - 68.76 39 15 - 18 31.96 - 54.43 90 14.5 - 19.5 30.51 - 68.76
Desember 40 15.5 - 17 30.35 - 49.57 50 15.5 - 17 32.00 - 47.96 90 15 – 17 30.35 - 49.57
Januari 28 14 - 18.2 25.83 - 50.99 62 15 - 17.4 28.74 –50.62 90 14 - 18.2 25.83 -50.99
Jumlah 119 151
270
Rataan 16.30 41.52 16.20 39.97 16.30 40.65
Panjang dan bobot ikan
Tembang pada Tabel 2
memperlihatkan bahwa kelompok
ukuran panjang ikan jantan dan betina
ikan Tembang 15,5 cm- 16,5 cm
adalah 50 dan 71 ekor (Gambar 4).
Pada kelompok ukuran bobot paling
banyak adalah berkisar 36 g - 42 g
pada ikan jantan dan betina adalah 58
ekor dan 46 ekor. Hal ini sesuai
dengan ukuran tangkapan yang layak
tangkap di laut dengan ukuran dan
bobot yang bervariasi. Menurut
Peristiwady diacu Syakilla (2006)
perbedaan ukuran panjang total ikan
dapat disebabkan oleh beberapa
kemungkinan seperti perbedaan lokasi
pengambilan ikan contoh,
keterwakilan ikan contoh yang diambil
dan tekanan penangkapan yang tinggi
terhadap ikan dan karena adanya
faktor dalam dan faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan
tersebut. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilaporkan Robiyanto
(2006), jumlah ikan Tembang yang
tertangkap di perairan Ujung Pangkah,
Gresik, Jawa Timur sebaran ukuran
panjang ikan Tembang yang
tertangkap antara 70 mm ‒ 157 mm.
Hasil Penelitian ini juga sesuai
dengan dilaporkan Sari (2013) di
Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur
bahwa jumlah tangkapan ikan
Tembang sebanyak 765 ekor dengan
panjang berkisar 80 mm – 189 mm.
Hubungan Panjang − Bobot Ikan
Tembang
Hubungan panjang bobot ikan
Tembang menghasilkan model
pertumbuhan dan kurva hubungan
panjang bobot dengan nilai koefisien
determinasi (R2) 0,515 untuk ikan
jantan dan 0,802 untuk ikan betina.
Nilai b untuk ikan jantan dan betina
masing-masing 2,193 dan 3,082.
Grafik hubungan panjang berat ikan
Tembang dapat dilihat pada Gambar 1.
Page 7
7
Gambar 1.Grafik Hubungan Panjang Bobot Ikan Tembang Jantan Dan Betina
Hasil hubungan panjang bobot
pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa
nilai b ikan Tembang jantan 2,193
termasuk allometrik negatif dan ikan
betina 3,082 termasuk isometrik. Hal
ini sesuai dengan pertambahan panjang
dan bobot. Menurut Effendi (2002),
pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
faktor dalam maupun faktor luar.
Faktor dalam umumnya sulit dikontrol
yang meliputi keturunan, sex dan
umur. Faktor luar utama yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan
adalah ketersediaan makanan dan suhu
perairan serta parasit dan penyakit.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan dilaporkan Syakilla (2009) di
Teluk Pelabuhan Ratu didapatkan pola
pertumbuhan ikan jantan dan betina
bersifat isometrik (b = 2,99).
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan dilaporkan oleh Robiyanto
(2006), di perairan Ujung Pangkah
Jawa Timur diperoleh pola
pertumbuhan Ikan Tembang jantan dan
betina bersifat allometrik negatif (b =
2,6).kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Faktor Kondisi
Nilai faktor kondisi tertinggi
ikan Tembang yang didapat selama
penelitian berdasarkan kurva panjang ‒
bobot memiliki rata-rata 1,0197 −
1,0593 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Kisaran Panjang bobot dan Faktor Kondisi Ikan Tembang (S .fimbriata)
berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Kisaran Panjang
Total (cm)
Kisaran Bobot
Tubuh (g)
Faktor Kondisi
Kisaran Rata-rata
Betina 14 – 19,5 25,83 – 68,76 1,0666 – 1,0919 1,0593
Jantan 15 – 18 28,74 – 54,43 0,9740 – 1,0641 1,0197
Rata-rata faktor kondisi ikan
Tembang pada Tabel 3
memperlihatkan berkisar antara 1,01 −
1,05 dan tergolong kurang pipih.
Page 8
8
Menurut Effendie (2002), jika harga K
berkisar antara 1−3 maka ikan tersebut
memiliki badan yang kurang pipih.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
dilaporkan oleh Wudianto dkk (2012)
mengenai ikan Sardinella sp.di Selat
Bali didapatkan nilai faktor kondisi
ikan tertinggi sebesar 1,28.
Aspek Reproduksi Ikan Tembang
Rasio Kelamin
Rasio kelamin ikan Tembang
bervariasi secara keseluruhan terdiri
dari 119 ekor ikan betina dan 151 ekor
ikan jantan. Jumlah jenis kelamin ikan
jantan lebih dominan dibandingkan
ikan betina baik dalam semua TKG
yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 2. Rasio Kelamin Ikan Tembang
Hasil rasio kelamin pada
Gambar 2 memperlihatkan bahwa
rasio kelamin ikan jantan dengan ikan
betina secara keseluruhan adalah
1 : 1,27 atau ikan betina 44,07% dan
55,62% ikan jantan. Hal ini tidak
sesuai dengan rasio kelamin yang
mengikuti perbandingan 1 : 1. Menurut
Nikolsky (1963) bahwa perbandingan
kelamin dapat berubah menjelang dan
selama musim pemijahan. Penelitian
ini sesuai dengan dilaporkan oleh
Shelvinawati (2012), di PPP Labuan
Banten rasio kelamin ikan Tembang
yang diperoleh dari bulan Maret –
Oktober berbeda-beda setiap bulannya
dengan jumlah persentase keseluruhan
37% ikan jantan dan 63% ikan betina.
Hasil ini juga sesuai dengan
dilaporkan oleh Baginda (2006) yang
mendapatkan rasio kelamin ikan
Tembang di Perairan Ujung Pangkah
dengan perbandingan jantan dan betina
adalah 1 : 1,4.
Page 9
9
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Persentase Tingkat kematangan
gonad ikan Tembang mulai dari
TKG I – TKG V bervariasi setiap
waktu dengan jumlah ikan matang
gonad tertinggi terdapat pada bulan
November yang dapat dilihat Pada
Tabel.
Tabel 4. Persentase Komposisi Ikan Tembang (S. fimbriata) Jantan dan Betina
berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad
Bulan TKG Jantan Betina
N Frekuensi (%) N
Frekuensi
(%)
November
I 2 1.31 1 0.84
II 18 11.84 14 11.86
III 14 9.21 10 8.47
IV 4 2.63 23 19.49
V 1 1.97 3 2.54
I 5 3.28 1 0.84
II 31 20.39 19 15.25
Desember III 12 7.89 15 12.71
IV 2 1.31 5 4.23
V 0 0 0 -
Januari
I 1 0.65 3 2.54
II 21 13.81 15 12.71
III 34 22.36 8 6.77
IV 6 3.94 2 1.69
V 0 0 0 0
Jumlah
151 100 119 100
Hasil pada Tabel 4
memperlihatkan jumlah tingkat
kematangan gonad ikan Tembang tiap
bulannya bervariasi dan yang paling
dominan didapat TKG II sebanyak 117
ekor dan paling rendah TKG V
sebanyak 6 ekor. Hal ini sesuai dengan
nilai tingkat kematangan gonad pada
bulan November yang meningkat dan
menurun pada bulan Desember dan
Januari. Sehingga berlangsungnya
musim pemijahan berlangsung pada
bulan November. Ikan yang sudah
mencapai TKG III dan IV merupakan
indikator adanya ikan yang memijah
pada perairan tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan dilaporkan oleh Prasetyo,
(2006) bahwa musim pemijahan ikan
Tembang di Perairan Ujung Pangkah
Kabupaten Gresik, Jawa Timur
berlangsung pada bulan Agustus dan
September.
Page 10
10
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Kisaran nilai indeks
kematangan gonad (IKG) ikan
Tembang berdasarkan tingkat
kematangan gonad (TKG) diperoleh
nilai IKG tertinggi yaitu pada TKG IV
untuk ikan betina dengan kisaran
6,749% – 9,994% dengan nilai rataan
7,912% dengan Standar Deviasi
sebesar 3,409 dan nilai IKG terendah
yaitu pada TKG I untuk ikan betina
dengan kisaran 0,459% – 1,198%
dengan nilai Standar Deviasi sebesar
0,886 yang dapat dilihat pada Tabel 5
dan Tabel 6.
Tabel 5. Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Tembang Betina berdasarkan
Tingkat Kematangan Gonad (TKG).
TKG
IKG Betina Standar Deviasi
Kisaran (%) Rataan N
I 0,459 ‒ 1,158 0,886 5 0,388
II 1,806 – 4,644 3,240 39 0,706
III 3,391– 6,931 4,565 33 2,509
IV 6,749 – 9,994 7,912 30 3,409
V 1,089 – 4,194 2,203 5 0,099
Jumlah 119 7,111
Tabel 6. Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Tembang Jantan berdasarkan
Tingkat Kematangan Gonad (TKG).
TKG IKG Jantan Standar Deviasi
Kisaran (%) Rataan N
I 0,386 – 2,092 1,477 8 0,050
II 1,551 – 3,097 2,617 70 0,476
III 2,903 – 4,947 3,788 60 0,594
IV 3,766 – 5,716 4,704 12 5,889
V 1,261 1,261 1 -
Jumlah 151 6,979
Berdasarkan Tabel 5 dan 6
nilai kisaran IKG ikan betina tertinggi
yaitu pada TKG IV untuk dengan
kisaran 6,749 – 9,994 % dengan nilai
rataan 7.912 %. Untuk ikan jantan IKG
tertinggi pada TKG IV dengan kisaran
3.766 −5.716% IKG terendah ikan
jantan yaitu pada TKG II untuk dengan
kisaran 0.386 – 2,092% dan pada ikan
betina IKG terendah 0.459 – 1,198%.
Nilai IKG betina lebih besar
dibandingkan ikan jantan. Hal ini
sesuai dengan Tang dan Affandi
(2001) bahwa indeks kematangan
gonad betina lebih tinggi dibandingkan
ikan jantan disebabkan pertambahan
gonad ikan betina berkisar antara
10% ‒ 25% dari bobot tubuhnya,
sedangkan gonad jantan berkisar 10%−
15% atau 5% − 10% dari bobot
Page 11
11
tubuhnya. Hasil penelitian ini sesuai
dengan dilaporkan oleh Tampubolon
(2002) memperoleh nilai IKG ikan
S.longiceps di Teluk Sibolga jantan
3,51% dan betina 4,35%. Hasil
penelitian ini sesuai dengan dilaporkan
oleh Adisti (2010), nilai IKG ikan
S.maderensis di Teluk Jakarta ikan
jantan dan betina berkisar 0,86 −
11,2% dan 1,03 − 15,2%. Penelitian ini
juga sesuai dengan dilaporkan oleh
Prasetyo (2008), bahwa nilai Indeks
Kematangan Gonad ikan Tembang
jantan dan betina berkisar 1,05% −
1,87% dan 0,80% − 2,30%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
Ikan Tembang di perairan pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ikan Tembang jantan mempunyai
pola pertumbuhan allometrik
negatif dan ikan betina
menunjukkan pola pertumbuhan
isometrik. Faktor kondisi ikan
tembang betina lebih besar
dibandingkan ikan jantan dan
tergolong kurang pipih. Rasio
kelamin ikan tembang betina dan
jantan yang tertangkap setiap
bulannya tidak seimbang. Puncak
pemijahan ikan Tembang terjadi
pada bulan November.
2. Indeks Kematangan Gonad ikan
Tembang betina lebih besar dari
ikan tembang jantan.
Perlu adanya penelitian
lanjutan mengenai aspek pertumbuhan
dan biologi reproduksi Ikan Tembang
dengan jangka waktu yang lebih lama
(satu tahun) agar dapat mengetahui
pertumbuhan, musim pemijahan dan
puncak pemijahan ikan tembang di
Perairan Pantai Labu, Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Adisti. 2010. Kajian Biologi
Reproduksi Ikan Tembang
(Sardinella maderensis Lowe,
1838) di Perairan Teluk Jakarta
Yang Didaratkan di PPI Muara
Angke, Jakarta Utara. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Affan, J. M. 2010. Analisis Potensi
Sumberdaya Laut dan Kualitas
Perairan Berdasarkan
Parameter Fisika Dan Kimia di
Pantai Timur Kabupaten
Bangka Tengah. Jurnal
Spektra. 10 (1) : 99 – 115.
Bintoro, G. 2005. Pemanfaatan
Berkelanjutan Sumberdaya
Ikan Tembang (Sardinella
fimbriataVallenciennes 1847)
di Selat Madura Jawa Timur.
Page 12
12
[Skripsi]. Universitas
Indonesia.
Dirjen Perikanan. 2011. Statistik
Perikanan Indonesia (Produksi
Perikanan Laut). Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi
Perikanan.Yayasan Dewi
Sri.Bogor.
Effendi, M. I. 2002. Biologi
Perikanan.Yayasan Pustaka
Nusantara. Bogor.
Lubis, R. S. 2013. Potensi Tingkat
Pemanfaatan, dan
Keberlanjutan Ikan Tembang
(Sardinella fimbriata) di
Perairan Selat Malaka,
Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Jurnal. USU
Press. Medan.
Mahrus, 1996. Studi Tentang
Reproduksi Ikan Lemuru
(Sardinella lemuru Bleeker
1853) di Perairan Selat Alas
Nusa Tenggara Barat. [Tesis].
Institut Pertanian Bogor.
Nasution, A. 2009. Analisis Ekologi
Ikan Kurau, Eleutheronema
tetradactylum (Shaw,1804)
pada Perairan Laut Bengkalis
Propinsi Riau. Tesis.
Universitas Indonesia.
Nikolsky, G. V. 1963.The Ecology of
Fishes. Academic Press. New
York.
Nybakken, 1988. Marine Biology:An
Ecology Approachs. PT
Gramedia. Jakarta
Prasetyo, B. 2006. Studi Biologi
Reproduksi Ikan Tembang
(Sardinella fimbriata) di
Perairan Ujung Pangkah,
Kabupaten Gresik Jawa
Timur. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Riyadi, A., L. Widodo dan K.
Wibowo. 2005. Kajian
Kualitas Perairan Laut Kota
Semarang dan Kelayakannya
Untuk Budidaya Laut.Teknik
Lingkungan P3TL – BPPT 6
(3): 497 – 501.
Robiyanto, M. 2006. Kebiasaan
Makanan Ikan Tembang
(Clupea fimbriata) di Perairan
Ujung Pangkah, Jawa Timur.
[Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sari,A. P. 2013. Aspek Reproduksi
Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Cuvier dan
Valenciennes 1847) di Perairan
Teluk Banten. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Shelvinawati, R. 2012. Reproduksi
Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Cuvier dan
Valienciennes 1847) Yang
didaratkan di PPP Labuan,
Kabupaten Pandeglag, Banten.
[Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Page 13
13
Sitorus, D. 2008. Keanekaragaman dan
Distribusi Bivalvia Serta
Kaitannya dengan Faktor Fisik-
Kimia di Perairan Pantai Labu
Kabupaten Deli
Serdang.[Tesis]. Universitas
Sumatera Utara.
Sutamihardja, R. T. M. 1978. Kualitas
dan Pencemaran Lingkungan.
Fakultas Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. [Tesis].
Institut Pertanian Bogor.
Syakilla, S. 2009. Studi Dinamika Stok
Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata) di Perairan Teluk
Palabuhan Ratu, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor.
Tampubolon, R V. 2012. Aspek
Biologi Reproduksi dan
Pertumbuhan Ikan Lemuru
(Sardinnella longiceps C.V.) di
Perairan Teluk Sibolga. Jurnal
Iktiologi Indonesia. 2 (1) : 1 –
7.
Walpole. R. E. 1990. Pengantar
Statistika. Edisi ke-3.
Diterjemahkan oleh B.
Sumantri. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wudianto dkk, 2012. Biologi
Reproduksi dan Musim
Pemijahan Ikan Lemuru
(Sardinellalemuru Bleeker
1853) di Perairan Selat Bali.
Jurnal Pusat Penelitian dan
Konservasi Sumberdaya Ikan.
5 (1): 49-57.