MAKALAH Hubungan Anak dan Orang Tua Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadis-Hadis Muamalah Dosen Pengampu : Dr. Zuhad, M. Ag. Disusun Oleh : Febryan Hidayat (124211045) Fakultas Ushuluddin INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 0
MAKALAH
Hubungan Anak dan Orang Tua
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadis-Hadis Muamalah
Dosen Pengampu : Dr. Zuhad, M. Ag.
Disusun Oleh :
Febryan Hidayat (124211045)
Fakultas Ushuluddin
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG0
2014
I. Pendahuluan
Keluarga merupakan hubungan yang pertama dan utama bagi
perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini,
peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Anak adalah mutiara yang berharaga manakala orang tua
berhasil mendidik dan menanamkan nilai-nilai etika
perilaku secara baik dan benar. Namun anak juga dapat
menjadi sumber malapetaka apabila kurang mendapatkan
sentuhan kasih sayang dan bimbingan moral dan spiritual.
Ketika seorang anak pada akhirnya menjadi liar, berani
kepada orang tua, serta kurang mengindahkan norma asusila,
hal ini bukanlah semata kesalahan si anak, melainkan
kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Oleh karena itu,
peran orang tua sangatlah penting dalam men
Orang tua harus benar-benar memahami karakteristik anak
agar dapat memberikan pemeliharaan dan asuhan yang
bersifat mendidik.
II. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak ?
2. Jelaskan Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua ?
III. Pembahasan
A. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
1
1. Memberikan Nama yang Baik
Memberikan nama kepada anak hukumnya wajib,
sebagaimana ucapan Ibnu Hazm rahimahullah: “Para ulama
telah sepakat, bahwasannya memberikan nama kepada anak
laki-laki dan perempuan adalah wajib.” Nama adalah
lafal dimana seseorang dipanggil dengannya dan islam
memberikan perhatian sangat besar terhadap hal ini,
oleh karena itu wajib bagi setiap orang tua memberikan
nama yang baik kepada anak-anaknya sebagaimana sabda
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:
Dari Abu Dardaa’, ia berkata: Telah bersabda
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: “Sesungguhnya
kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan
nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian”
(HR Abu Dawud)
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih
kecil, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
2
Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI
Baqarah: 233)
Dan sebagaima sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam :
“... Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan,
tiba-tiba aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-
cabik ular yang ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu
menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui
anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR Ibnu Hibban dan Ibnu
Khuzaimah)
Al-‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata: “Mengandung
sampai menyapihnya adalah tiga puluh tiga bulan.
Maksudnya adalah jumlah waktu selama itu dihitung
mulaih hamil sampai disapih.” 1
Dari ayat dan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa,
seorang ibu wajib menyusui anaknya minimal 2 tahun dan
terdapat pula ancaman bagi seorang ibu yang tidak mau
menyusui anaknya tanpa ada udzur syar’i.
3. Mendidiknya
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat
seorang ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-1 Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban
Ibu, (2004) hal 1-2
3
anaknya dengan akhlak yang baik, seperti akhlak
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan para
Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Mendidik anak bukanlah kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban
dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu,
berikut beberapa perkara yang wajib di perhatikan oleh
ibu dalam mendidik anak-anaknya :
a.Menanamkan Akidah yang Bersih
Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. sebagaimana
firman Allah :
Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan
yang haq melainkan Allah. (QS Muhammad: 19)
Begitu juga sebuah hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, ia berkata:
“Pada Suatu hati aku membonceng dibelakang Nabi, kemudian
beliau berkata: ‘Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu
beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di
hadapanmu. Apablla engkau meminta, maka mintalah kepada
Allah. Dan apabila engkau mohon pertotongan, maka mohonlah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat
berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak
akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang
telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk
4
memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa
membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah
tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah
kering’.” (HR Tirmidzi)
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana
sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan
berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah
orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah
ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini
kepada anak-anaknya. 2
b.Menanamkan Keimanan
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata:
“Suatu ketika Rasullah shalallahu alaihi wasalam, mengerjakan
shalat malam, ketika akan witir beliau mengatakan: “Bangunlah,
dan dirikanlah shalat witir wahai Aisyah”. “Allah mengasihi laki-
laki yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan
isterinya sehingga shalat, jika tidak mau ia memerciki wajahnya
dengan air.” (HR Bukhori-Muslim)
Membiasakan dan menganjurkan para anggota keluarga
dengan sedekah adalah sesuatu yang bisa menambah
iman, ia adalah perkara agung yang dianjurkan oleh
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, beliau
bersabda :
“Wahai segenap wanita, bersedekahlah kalian. Sesungguhnya
aku melihat bahwa kalian adalah sebanyak-banyak penduduk
Neraka.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
2 Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan KewajibanIbu, ... hal 2-3
5
Jika anggota keluarga melihat seorang panutan yang
membiasakan puasa pada ayyaamul biidh (puasa pada
pertengahan bulan Qamariyah), hari Senin-Kamis, hari
Asyura, hari Arafah, niscaya akan mendorong anggota
keluarga yang lain untuk mengikutinya. 3
c.Menanamkan Cinta Terhadap Sunnah
Syaikh Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan:
Sebaiknya anak-anak diberikan pengetahuan tentang
hukum-hukum sesuatu beserta dalil-dalilnya,
misalnya: ketika kamu mengatakan kepada anakmu:
“Bacalah basmalah saat akan makan, dan bacalah
hamdalah saat kamu selesai makan!”, jika kamu
mengatakan itu; maka maksud perintahnya sudah
tercapai.
Tapi bila kamu mengatakan: “Bacalah basmalah saat
akan makan, dan bacalah hamdalah saat kamu selesai
makan, karena Nabi shalallahu alaihi wasalam
menyuruh (kita) agar membaca basmalah sebelum makan,
beliau juga mengatakan: “Sungguh Allah meridhoi
seorang hamba yang memakan sesuap makanan dan dia
membaca hamdalah karenanya, dan (seorang hamba) yang
meminum seteguk minuman dan dia membaca hamdalah
karenanya.”
Jika kamu melakukan hal ini, kamu akan mendapatkan
2 manfaat: Pertama: Kamu membiasakan anakmu untuk
mengikuti dalil. Kedua: Kamu mendidik anakmu untuk
mencintai Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, dan
3 Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid, E-book 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga, (Jakarta: al-Sofwah) hal 6
6
bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam adalah
seorang pemimpin panutan yang wajib diikuti arahan-
arahannya.
Dan hakekat ini banyak dilalaikan, kebanyakan
orang mengarahkan anaknya kepada hukum-hukumnya
saja, namun dia tidak mengaitkan arahan itu dengan
sumbernya, yaitu: Kitabullah dan As-Sunnah.
d.Mengajari Anak Sholat
Mengajarkan anak-anak sholat yaitu dalam hal-hal
yang utamanya, wajib-wajibnya, waktunya, cara
berwudhu dan dengan shalat dihadapan mereka.
Demikian pula dengan pergi bersama mereka ke masjid,
berdasarkan sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam:
“Perintahkan anak untuk sholat apabila telah mencapai usia 7
tahun dan apabila telah mencapai usia 10 tahun maka pukullah
dia apabila tidak melaksanakannya.” (HR Tirmidzi dan Abu
Dawud)
Hendaknya para ibu mengajarkan kepada mereka,
bahwa shalat bukan hanya sekedar gerakan atau
rutinitas seorang hamba kepada Rabbnya. Akan tetapi,
shalat merupakan hubungan yang dalam dan kuat antara
seorang hamba dengan Rabb-nya. Maka peringatkanlah
mereka dengan sungguh-sungguh, supaya tidak
meninggalkan shalat. Berilah mereka ancaman bila
meninggalkan perbuatan tersebut.
7
Suruhlah mereka untuk senantiasa bersegera
menunaikan shalat pada awal waktu. Sebagaimana
firman Allah ta’ala:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan
hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan
beramal saleh, maka mereka itu akan masuk syurga dan
tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS Maryam:
59-60)
e.Mengajarkan Al-Qur’an
Seharusnya, para ibu ketika bersama anak-anaknya
dirumah, ia mengajarkan Al-Qur’an dimulai dari
menghafal surat al-Fatihah dan ayat-ayat pendek
lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam:
ا ن� ث�� د ح اج� ج� ن� ح �هال ب ن� ا م ن� ث�� د ة� ح عب� ال ش �ي# ق � ن% ر ب� خ� مة� أ* �لق ن� ع �د ب ث1 معت� مر س
عد ن� ش �دة� ب ن# ب: ن� ع ي# ع ن�� د أ* ن� ع من� ح لمي# ألر ن� ألس مان� ع ث ي# ع رض� ة أهلل ب� ن� ع ع8
ي# ب� ي ألن� ل ص ة أهلل لب# م ع ل ال وس �م ق رك ب# ن� خ� م م عل �ن� ت Xرأ�ق مة أل ل ال وع ��رأ* ق ق وأ*و ب�1 د أ* ن� ع من� ح ي# ألر مرة� ف� مان� أ ث ي ع �ب ان� ح ك اج� حج� ال أل �أكe ق ي# وذ� د� أل
ي# � iن عد �ق عدي# أ* �ق أ م د� هTelah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal
Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata,
Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku
mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As
Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Orang
yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-
Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhori) 4
Para ibu pada masa kejayaan Islam, benar-benar
memotivasi anak-anaknya untuk mendapatkan kebaikan,
terlebih lagi dari Al-Qur'an, sebagaimana mereka
mengusahakan kebaikan bagi jiwa anak-anaknya. 5
4. Memberikan Nafkah
Seorang ayah bertanggung jawab memberikan nafkah
bagi istri dan anak-anaknya, sebagaimana sabda
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:
4 Abu Ahmad As-Sidokare, E-book Shohih Bukhori, (PustakaPribadi, 2009), Bab Keutamaan Al-Qur’an hal 20
5 Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu, ... hal 2-6
9
“Satu dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah, satu dinar yang
engkau infaqkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang
engkau sedekahkan pada orang miskin dan satu dinar yang engkau
infaqkan pada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya
adalah satu dinar yang engkau infaqkan pada keluargamu.” (HR
Muslim)
Dan dalam riwayat lain, Beliau shalallahu alaihi
wasalam juga bersabda: “Tidaklah kamu menafkahkan suatu
nafkah dengan tujuan untuk mencari ridha Allah, melainkan kamu
akan mendapatkan pahala dari nafkah itu, hingga sesuap makanan
yang kamu suguhkan ke mulut isterimu.” (HR. Bukhari) 6
Sehingga termasuk dosa besar jika seorang ayah,
tidak memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya,
sebagimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam :
“Seseorang dianggap melakukan dosa, jika dia menyia-yiakan
orang yang wajib ia nafkahi.” (HR Abu Dawud) 7
5. Mengaqiqohkan dan Mengkhitan6 Mahmud Mahdi al-Istanbuli, E-book Kado Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000) hal 3557 Khalid Abdurrahman Al-‘Ikk, Kado Pintar Nikah, (Semarang: Pustakan Adnan, 2012) hal 258
10
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Fitrah itu ada 5 yaitu: Khitan, mencukur bulu kemaluan,
memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak." (HR
Bukhari-Muslim)
Dinukil dari kitab Hayatuna Al Jinsiyah, yang di
tulis oleh DR. Shabri Al Qabani: “Sesungguhnya khitan
merupakan salah satu bentuk mempersiapkan kesehatan
seorang anak untuk melindungi dirinya dari segala
macam penyakit.”
Dalam majalah Is-al Thabiibuka, melalui hasil
pengumpulan data statistik menunjukkan, bahwa kanker
rahim yang terjadi pada wanita muslimah lebih sedikit
jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah penderita
yang terjadi terhadap para wanita (isteri) yang
suaminya tidak di khitan.
Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
“Setiap bayi yang baru di lahirkan itu tergadai dengan aqiqahnya,
disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh, mencukur rambutnya
dan memberinya nama.” (HR Abu Dawud, An Nasa'i dan
Tirmdzi serta yang lainnya).
Imam Al Baihaqi menyebutkan dari Sulaiman bin
Syarhabil, bahwa Yahya bin Hamzah bercerita kepada
11
kami, dimana ia bertanya kepada 'Atha Al Khurasani:
“Apa yang dijaminkan oleh pelaksanaan aqiqah?” Ia
menjawab: “Memberi jaminan kesucian serta syafa'at
(karena telah melaksanakan perintah Rasulullah) pada
anaknya.”
Jawaban ini mengisyaratkan adanya kewajiban pada
aqiqah. Adapun prosesi (pelaksanaan) pencukuran rambut
pada saat diberlangsungkannya aqiqah adalah untuk
tujuan mendapatkan hasil yang bagus, seperti rambut
yang tebal dan ikal.
Nabi shalallahu alaihi wasalam memberi minyak rambut
pada saat mencukur rambut anaknya yang baru
dilahirkan. Sedangkan untuk mencukurnya beliau
menggunakan pisau cukur yang biasa di pakai.
Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda:
“Bagi bayi laki-laki (aqiqahnya) dua ekor kambing dan bagi bayi
perempuan satu ekor kambing.” (HR Abu Dawud, Ahmad dan
Tirmidzi)
Dalam riwayat lain:
“Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melakukan aqiqah untuk
Hasan dan Husein serta mengkhitankan mereka berdua pada saat
berumur 7 hari.” (HR Abu Dawud dan An Nasa’i)
Aqiqah itu merupakan kewajiban agama 'hanya' bagi
mereka yang mampu. Sayangnya, tidak semua orang
12
mengetahui akan hal ini. Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata di dalam kitabnya yang berjudul
Tuhfatul Wadud bi Ahkaamil Mauluud:
“Bahwa salah satu manfaat dari pelaksanaan aqiqah
yang sesungguhnya adalah merupakan wujud dari
pengorbanan yang akan mendekatkan anak yang baru di
lahirkan pada permulaan waktu kelahirannya ke dunia.
Adapun manfaatnya yang lain adalah membebaskan sang
anak dari apa yang di sebutkan oleh Rasulullah sebagai
'gadaian'.” 8
B. Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua
1. Berbakti Kepada Kedua Orang tuanya
د عن� ن� ع ن� أهلل �مرو ب ع ن� �عاص ب ال أل �ل ق ب� �ق ل أ* �لي رح أ ي# ب� � ث ي أهلل ل ص أهللة لب# م ع ل ال وس �ق �عكe ق #ات ث�� لي أ* رة� ع هج� هاذ أل ج� ي# وأل غ� �ت �ث ر أ* �ج ن� ألأ* م ال أهلل �هل ق �ف
ن� � مeك ي�# د د وأل ح ال حي# أ* �عم ق �ل ت �ما ي لأه ال ك �ي# ق غ� �ت ن� �ب �ر ق �ج ن� ألأ* م ال أهلل �قعم �ال ت �ع ق �ارج �لي ق كe أ ي�# د سن� وأل ح ا* �هم ق �ن ب� ج اص
Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhyiallahu anhu, dia
berkata: "Pada suatu hari ada seorang laki-laki menghadap kepada
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan berkata: “Ya Rasulullah, saya
8 Mahmud Mahdi al-Istanbuli, E-book Kado Pernikahan, ... hal 365-368
13
berbai'at kepada engkau untuk berhijrah dan berjihad agar saya
memperoleh pahala dari Allah azza wajalla.” Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam bertanya kepadanya: “Apakah salah seorang dari dua
orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Ya dan bahkan
keduanya masih hidup.” Lalu Rasulullah bertanya lagi kepadanya:
“Apakah kamu menginginkan pahala dari Allah Azza wa Jalla?” Laki-laki
tersebut menjawab: "Ya." Rasulullah pun akhirnya berkata: “Kalau
begitu, pulanglah kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada
keduanya.” (HR Muslim) 9
Dari telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib
Muhammad bin Ala’, telah menceritakan kepada kami Abu
Usamah dari Hisyam dari bapaknya dari Asma' binti Abu
Bakar radhyiallahu anha dia berkata: "Aku pernah bertanya
kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ibuku (seorang musyrik) pernah datang kepadaku
karena rindu dan ingin berjumpa denganku. Apakah aku boleh
menghormati dan bergaul dengannya?” Rasulullah menjawab: “Ya.”
(HR Muslim) 10
Sebagai seorang anak, sudah menjadi kewajiban kita
untuk berbakti kepada keduanya, tidak menyusahkan
mereka, serta tidak melawan mereka. Bahkan, kita
diharamkan untuk berkata “ah” kepada orang tua apabila
9 Yoga Permana, E-book Mukhtasar Shohih Muslim, (Kampung Sunnah, 2009) Bab Perbuatan Baik hal 310 Yoga Permana, E-book Mukhtasar Shohih Muslim, ... Bab Zakat hal 25
14
diperintah mengerjakan sesuatu. Allah telah berfirman
dalam QS. Al-Israa ayat 23 yang bunyinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa: 23)
Jika perkataan “ah” saja tidak diperbolehkan, maka
bagaimana halnya jika kita mengatakan kata-kata kasar
terhadap ibu dan bapak kita ? Atau bahkan memukul mereka
? Kita tidak boleh mencontoh perilaku orang-orang kafir
yang sering muncul di tivi-tivi dan di majalah-majalah
yang menyebutkan kedurhakaan mereka terhadap orang tua.
2. Tidak Mencelanya
Banyak diantara kita, jika memanggil temannya dengan
sebutan nama orangtuanya, atau terkadang memanggilnya
dengna panggilan yang menhina orangtuanya, padahal
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melarang hal ini
dan hal ini termasuk dosa besar, sebagaimana hadis yang
15
di riwayatkan oleh Abdullah bin amr bin ash radhiyallahu
‘anhu,
Dari Abdullah bin amr bin ash radhiyallahu ‘anhu
berkata : Rasullah shalallahu alaihi wasalam bersabda :
“Sesungguhnya diantara dosa-dosa besar adalah melaknat
seseorang kepada kepada kedua orang tuanya, para sahabat
bertanya: ya Rasulullah, apakah mungkin seseorang
melaknat kedua orang tuanya ?, Rasulullah menjawab: Iya,
dia mencela bapak seseorang, lalu orang tersebut
membalas mencela bapaknya, lalu dia mencela ibunya, lalu
membalas mencela ibunya.” (HR Bukhori, Muslim, Abu Dawud
dan Tirmidzi) 11
Seburuk-buruknya mereka, mereka adalah orangtua yang
telah melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawa.
Mereka membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan
harapan. Mereka menafkahi kita dengan bekerja keras
membanting tulang bermandikan peluh dan tak jarang air
mata. Bahkan ridha Allah pun ada pada ridha orang tua,
ini menunjukan betapa mereka seharusnya diperlakukan
dengan baik, bukan malah di cela.
3. Mendo’akan keduanya
11 http://www.lidwa.com/app/
16
Mendo’akan kedua orangtua merupakan prihal yang sangat
urgen sebab do’a juga merupakan wujud ungkapan
terimakasih anak kepada orangtuanya, sebagaimana dalam
firman Allah:
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang
masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang
beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kebinasaan". (QS Nuh: 28)
Adapun jika keduanya telah meninggal dunia kita tetap
bisa berbakti kepada keduanya dengan berbagai cara,
sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam:
Dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu,
beliau menceritakan: “Ketika kami sedang duduk bersama
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, tiba-tiba datang
seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti
kepada orang tuaku setelah mereka meninggal?’ Jawab Nabi
shalallahu alaihi wasalam :
“Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk
mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal,
memuliakan sahabat mereka, dan menyambung silaturahmi
17
yang terjalin karena sebab keberadaan mereka.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim
dan disetujui adz-Dzahabi).
IV. Kesimpulan
Diantara hubungan orangtua terhadap anaknya adalah:
memberikan nama yang baik, menyusui, mendidiknya,
memberikan nafkah, mengaqiqohkan dan mengkhitan
Diantara hubungan anak terhadap orangtuanya adalah:
berbakti kepada keduanya, tidak mencelanya dan
mendo’akannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Ikk, Khalid Abdurrahman. Kado Pintar Nikah. Semarang.
Pustakan Adnan. 2012.
Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi. E-book Kado Pernikahan. Jakarta.
Pustaka Azzam. 2000.
Al-Munajjid, Muhammad Sholih. E-book 40 Nasehat Memperbaiki
Rumah Tangga. Jakarta. Al-Sofwah.
As-Sidokare, Abu Ahmad. E-book Shohih Bukhori. Pustaka
Pribadi. 2009.
18