1 HUBUNGAN MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 BULUSULUR DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh: YULIATUN S 840208140 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
2. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Mengetahui
Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc, Ph.D.
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.
NIP. 131427192 NIP. 130692078
4
PERNYATAAN
Nama : Yuliatun
NIM : S 840208140
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Mei 2009
Yang membuat pernyataan
Yuliatun
5
MOTTO
“Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik,
tetapi berusaha menjadikan yang terbaik setiap hal yang hadir dalam hidupnya”
6
PERSEMBAHAN
1. Suamiku tercinta Djauhari Ma’muri
2. Anak-anakku tersayang (M. Aknan S., M.
Ari S., dan M. Azhar S.)
3. Cucuku A.H. Faizal Z.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadhirat Allah SWT atas
karunia-Nya dan ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini. Dalam penyusunan tesis ini peneliti banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini peneliti menyampaikan terima kasaih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp. KJ., Rektor Universitaas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian;
2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc, Ph.D., Direktur PPs Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian;
3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia yang telah memberikan pengarahan dan persetujuan atas
permohonan tesis ini;
4. Dr. Suyatno Kartodirdjo dan Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd., Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh
kesabaran dan ketelatenan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
5. Drs. Miyono, Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur Kabupaten Wonogiri
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
sekolah yang dipimpinnya.
6. Suyati, A.Ma. dan Wahyudi, S.Pd., guru SD Negeri 2 Bulusulur Kecamatan
8
Wonogiri Kabupaten Wonogiri yang telah membantu peneliti dalam proses
penelitian, terutama dalam hal pengumpulan data penelitian.
Semoga semua amal kebajikan tersebut mendapat imbalan yang setimpal
dari Allah SWT.
Surakarta, Mei 2009
Peneliti
YLT
9
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS .................................................................. iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
LAMPIRAN..................................................................................................... xv
ABSTRAK....................................................................................................... xix
ABSTRACT..................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS .... 10
A. Kajian Teori ................................................................................ 10
X1X2 dengan Y ............................................................... 186
LAMPIRAN 32 Kontribusi X1 terhadap Y................................................ 187
LAMPIRAN 33 Kontribusi X2 terhadap Y................................................ 188
LAMPIRAN 34 Kontribusi X1X2 terhadap Y............................................ 189
LAMPIRAN 35 Tabel Distribusi Normal Baku ....................................... 190
LAMPIRAN 36 Tabel Nilai F0,05;v1;v2 ....................................................... 191
LAMPIRAN 37 Tabel Distribusi Nilai t.................................................... 193
LAMPIRAN 38 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ..................................... 194
18
LAMPIRAN 39 Tabel Nilai r Product Moment ....................................... 195
LAMPIRAN 40 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................ 196
LAMPIRAN 41 Surat Ijin Penelitian......................................................... 197
LAMPIRAN 42 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian........... 198
19
ABSTRAK
Yuliatun. S 840208140. Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
(1) minat membaca dan keterampilan berbicara, (2) penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara, dan (3) minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri pada bulan November 2008 sampai Mei 2009. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif melalui studi korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI se Gugus Kenanga di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Bulusulur, yang jumlahnya 31 siswa. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan berbicara, angket minat membaca dan tes penguasaan kosakata. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi dan korelasi (sederhana, ganda).
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) ada hubungan positif yang siginifikan antara minat membaca dan keterampilan berbicara (ry.1 = 0,84 koefisien korelasi diuji signifikansinya dengan uji-t diperoleh t hitung = 8,34 pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 31 diperoleh t tabel = 2,045); (2) ada hubungan positif penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara (ry.2 = 0,81 koefisien korelasi diuji signifikansinya dengan uji-t diperoleh t hitung = 7,44 pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 31 diperoleh t tabel = 2,045); (3) ada hubungan positif minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara (ry.12 = 0,89 koefisien korelasi signifikansi dengan uji-F diperoleh F hitung = 52,42, pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 28 diperoleh Ft sebesar 3,34).
Dari hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama minat membaca dan penguasaan kosakata memberikan sumbangan yang berarti terhadap keterampilan berbicara. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi keterampilan berbicara.
Dilihat dari kuatnya hubungan tiap variabel prediktor (bebas) dengan variabel respons (terikat), hubungan minat membaca dengan keterampulan berbicara lebih kuat dibandingkan dengan hubungan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara. Ini menunjukkan bahwa minat membaca menjadi prediktor yang lebih baik dari pada penguasaan kosakata. Konsekuensinya, guru yang mengajar pelajaran bahasa Indonesia perlu lebih memprioritaskan aspek minat membaca dalam meningkatkan keterampilan berbicara dari pada aspek penguasaan kosakata.
20
ABSTRACT
Yuliatun. S 840208140. The Correlation Reading Interest and
Vocabulary Mastery with The Skill of Speaking at The Six Grade Students Elementery School of Bulusulur 2 in Wonogiri Sub District of Wonogiri Regency. Thesis. Surakarta: Study Program of Indonesian Education at Post Graduate Program, Sebelas Maret University of Surakarta, May 2009.
This research intends to having know the correlation between (1) reading
interest and the skill of speaking, (2) vacabulary mastery and the skill of speaking, and (3) reading interest and vacabulary mastery together with the skill of speaking.
The research was conducted at Elementery School of Bulusulur 2 in Wonogiri Sub District of Wonogiri Regency from November 2008 to May 2009. The research method is by using quantitative research method pass through correlational study. The research population were the six grade students at Elementery School of Bulusulur 2 in Wonogiri Sub District of Wonogiri Regency. The samples of this research were all student at Elementery School of Bulusulur 2, that is 31 student. The instrument to colected of data were skill of speaking ability test, reading interest questionnaire ability test, and vocabulary mastery ability test. Technique analisys that used is correlation and regretion (simple, double).
Analisys result showed that (1) there is a significant positive correlation between reading interest and the ability of speaking skill (ry.1 = 0,84 correlation coefficient tested of the signicancy with t-test and founded t-count = 8,34 at the level of significance α = 0,05 with n = 31 achieved t-table = 2,045); (2) there is a positive corelation of vocabuary mastery with the skill of speaking (ry.2 = 0,81 correlation coefficient tested of the signicancy with t-test and founded t-count = 7,44 at the level of significance α = 0,05 with n = 31 achieved t-table = 2,045); (3) there is a positive correlation reading interest and vocabulary mastery together with the skill of speaking ability (ry.12 = 0,89 significancy correlation coefficient by F-test achieved F-count = 52,42 , at the level of significance α = 0,05 with numerator dk 2 and denominator dk 28 is achieved Ft amount of 3,34).
From the result of research above can be explained that according by together reading interest and vocabulary mastery signicantly influence toward speaking skill. Showing that both of that variabel can be good predictor toward skill of speaking.
Ralizing from the strongthly relationship each predictor variable (free) with respons variable (bound), the relationship reading interest with speaking skill is stronger than the relationship vocabulary mastery with speaking skill. Showing that reading interest become better predictor than vocabulary mastery. Consequently, teacher of Indonesian linguistic need more priority of reading interest aspect in hand of increasing speaking skill than vocabulary aspect.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP
(2007:73) di Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Bangsa Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD)
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Kemampuan atau keterampilan berbicara merupakan bagian dari
pengajaran bahasa Indonesia Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar (2007: 74) dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif
dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis,
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
Esensi bahasa adalah berbicara (berkomunikasi). Bahasa saat ini
merupakan sesuatu yang dianggap penting akan keberadaannya dan peranannya.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bisa dinikmati oleh semua makhluk di
belahan bumi ini, karena dengan bahasa, kita akan mengetahui berbagai macam
2
informasi.
Bloomfield (1977:42) mengatakan bahwa semua aktivitas manusia yang
terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar
berupa ucapan atau lisan. Jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah
belajar komunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara.
Hal senada disampaikan oleh Bygate (1987:26) bahwa dalam berbicara
sesorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan
keterampilan interaktif. Maka, agar dapat bercerita dengan baik seseorang harus
mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang
menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Unsur-unsur
tersebut adalah lafal, intonasi, ejaan, kosakata dan sebagainya.
Sementara itu kemampuan atau keterampilan berbicara, dianggap sebagai
salah satu kemampuan berbahasa yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan
kualitas kemampuan berpikir seseorang. Berbicara merupakan ekspresi dari
gagasan-gagasan seseorang yang menekankan komunikasi yang bersifat dua arah,
yaitu memberi dan menerima.
Apabila dicermati dalam keseharian, tidak semua siswa dalam berbicara
memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang
lain. Kemampuan itu adalah kemampuan dalam menyelaraskan atau
menyesuaikan dengan tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya
dengan apa yang diucapkannya, sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat
memiliki pengertian dan pemahaman yang sama atau pas dengan keinginan si
pembaca.
3
Pada hakikatnya, siswa telah menyadari bahwa kemampuan berbicara
merupakan sarana untuk berkomunikasi, atau bekal melanjutkan studi ke jenjang
yang lebih tinggi. Namun perlu diketahui bahwa setiap mendapat tugas berbicara
siswa seringkali mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan
dalam pemilihan kosakata yang tepat, kurang lancar berbicara, maupun kurang
jelas dalam mengungkapkan gagasannya.
Kosakata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan penting
dalam kegiatan berbicara. Melalui kata-kata, kita dapat mengekspresikan pikiran,
gagasan, serta perasaan terhadap orang lain.
Keluhan tentang rendahnya keterampilan berbicara siswa, juga sering
dilontarkan oleh beberapa guru Sekolah Dasar (SD). Padahal di jenjang Sekolah
Dasar inilah merupakan awal dan dasar dalam pembinaannya. Namun, di sisi lain
berdasarkan kondisi objektif yang ada harus diakui bahwa guru atau pengajar
kurang intensif terhadap penanganan pembelajaran berbicara. Pemilihan metode
yang kurang tepat, pengelolaan pembelajaran yang kurang optimal, rendahnya
kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berlatih dalam mengutarakan
pendapatnya merupakan penyebab lain dari kegagalan siswa dalam berbicara.
Apabila dicermati lebih mendalam, faktor dalam diri siswa sebagai faktor
dominan dalam pembelajaran berbicara. Faktor yang diduga sebagai penyebab
rendahnya keterampilan berbicara adalah rendahnya pengetahuan tentang kaidah
bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan kosakata siswa, dan terbatasnya
pengetahuan atau pengalaman yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau
pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Henry Guntur Tarigan (1993: 2)
4
mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung
kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi keterampilan berbicara adalah
minat membaca. Minat membaca yang tinggi, siswa akan senang membaca dan
pada gilirannya siswa memperoleh sejumlah konsep, pengetahuan, maupun
teknologi. Dengan perolehan seperti itu akan mendukung siswa untuk terampil
berbicara.
Satu di antara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya
minat membaca yang tinggi adalah peranan perpustakaan sekolah. Perpustakaan
sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan harus benar-benar dapat memainkan
peranannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perpustakaan merupakan
jantung sekolah. Sekolah yang perpustakaannya hidup akan berkembang pesat dan
lebih maju, sebaliknya sekolah yang perpustakaannya mati, pengembangan ilmu
pengetahuan dari sekolah tersebut juga akan terhambat. Seiring dengan
keberadaan perpustakaan sekolah, pemerintah menaruh perhatian terhadap
perkembangannya. Oleh karena itu digalakkan lomba perpustakaan sekolah.
Semua itu untuk mendukung terciptanya pembelajar yang cerdas, terampil dan
berkualitas.
Kegiatan membaca dapat bermakna dan berkualitas apabila didorong oleh
minat membaca yang tinggi. Sayangnya, tidak semua siswa mempunyai minat
membaca yang tinggi. Minat membaca yang rendah diduga sebagai pemicu
rendahnya penguasaan kosakata. Dengan demikian siswa yang minat bacanya
rendah akan rendah pula penguasaan kosakatanya. Hal itu akan berlanjut pada
5
kegiatan berbahasa yang lain yang berbentuk berbicara.
Henry Guntur Tarigan (1984: 53), menyatakan bahwa tanpa kemampuan
berbicara yang memadai, siswa tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan baik. Keterampilan
berbicara siswa tidak dapat dimiliki dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui latihan
yang teratur.
Mengacu beberapa perkiraan-perkiraan jawaban di atas, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya hubungan signifikan
antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara.
Untuk itu, penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca
berpengaruh terhadap keterampilan berbicara. Keduanya diduga mempunyai
hubungan yang sangat erat. Selain itu penguasaan kosakata seseorang juga
dianggap berpengaruh terhadap keterampilan berbicara sehingga antara minat
membaca, penguasaan kosakata, dan keterampilan berbicara saling berhubungan
dan mempengaruhi.
B. Identifikasi Masalah
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting
dimiliki oleh siswa. Namun demikian masih banyak keluhan tentang
ketidakmampuan siswa berkomunikasi dengan lancar dan baik.
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterampilan berbicara siswa ?
6
2. Apakah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah benar-benar sudah mencakup
beberapa keterampilan berbahasa ?
3. Apakah minat membaca dan penguasaan kosakata siswa berpengaruh terhadap
keterampilan berbicara ?
4. Adakah faktor-faktor lain mempengaruhi keterampilan berbicara siswa ?
5. Apakah setiap siswa dalam berinteraksi menyebabkan rendahnya nilai
berbicara ?
6. Apakah faktor lingkungan keluarga dan masyarakat sudah mendukung
kegiatan berbicara siswa ?
7. Sejauh mana peranan perpustakaan sekolah dalam membangkitkan motivasi
membaca siswa ?
C. Pembatasan Masalah
Berhubung banyak masalah yang timbul, maka dalam penelitian ini perlu
dibatasi. Hal ini dimaksudkan agar lebih tajam dan mendalam dalam
pembahasannya. Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasai pada :
Keterampilan berbicara khusunya berpidato dan kaitannya dengan minat
membaca dan penguasaan kosakata.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara ?
7
2. Adakah hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan
berbicara ?
3. Adakah hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara
bersama-sama dengan keterampilan berbicara ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
ada tidaknya hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata
secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI Sekolah
Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya:
a. hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara siswa
kelas VI SD Negeri 2 Bulusulur;
b. hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara
siswa kelas VI SD Negeri 2 Bulusulur;
c. hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara
bersama-sama dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri 2
Bulusulur.
8
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
secara teoretis maupun praktis kepada guru khusunya guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dan kepada siswa SD Negeri 2 Bulusulur, Kecamatan Wonogiri,
Kabupaten Wonogiri serta para pembaca pada umumnya.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
a. memberikan informasi tentang ada tidaknya hubungan signifikan antara
minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
b. memberikan masukan tentang sejauh mana hubungan antara minat
membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan
keterampilan berbicara.
c. memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran tentang berbicara
serta variabel-variabel yang mendukung keterampilan berbicara.
d. menambah wawasan ilmu khususnya bidang pembelajaran bahasa
Indonesia sehingga mendorong peneliti lain untuk melaksanakan
penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada:
a. Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk mengetahui
9
kemampuannya dalam hal keterampilan berbicara, minat membaca dan
penguasaan kosakata sehingga mereka dapat mengukur kemampuannya.
b. Guru
1) Sebagai bahan pertimbangan tentang arti penting minat membaca dan
penguasaan kosakata siswa bagi pengembangan keterampilan
berbicara, sehingga mendorong para guru untuk mengajarkan empat
keterampilan berbahasa secara merata.
2) Memberi masukan kepada guru bahasa Indonesia tentang komponen-
komponen bahasa dan komponen lainnya yang mendukung
keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
3) Memberikan masukan kepada guru bahasa Indonesia dalam
menentukan strategi pembelajaran berbicara yang tepat sehingga
tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai.
c. Kepala Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi kepala sekolah adalah untuk memberikan
dorongan kepada guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar
menerapkan pembelajaran yang integral.
d. Pengelola Pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
kondisi faktual pembelajaran keterampilan berbicara di SD, khususnya di
SD Negeri 2 Bulusulur Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Untuk
pengembangannya, tambahan buku bacaan baru sangat diperlukan guna
membangkitkan motivasi siswa dalam membaca.
10
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Masing-masing variabel dalam penelitian ini akan dikaji secara rinci.
Variabel-variabel tersebut adalah : (1) hakikat keterampilan berbicara, (2) hakikat
minat membaca, dan (3) hakikat penguasaan kosakata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 335), hakikat adalah inti
sari atau dasar. Sedangkan menurut Mahmud Yunus (1989: 106), hakikat ialah arti
yang sebenarnya. Dengan demikian dalam kajian berikut ini akan dipaparkan
mengenai arti dari istilah yang merupakan inti sari sebenarnya.
1. Hakikat Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Kata language (bahasa) berasal dari bahasa Latin lingua yang
berarti lidah. Pada kenyataannya lidah lebih banyak digunakan dalam
menghasilkan suara dibandingkan dengan alat ucap lainnya. Bloomfield
(1933: 21) mengemukakan lebih tegas bahwa ’’tulisan bukanlah bahasa,
melainkan hanya sarana untuk mencatat bahasa, semua bahasa diucapkan
atau dilisankan (all language were spoken)”. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dasar dari bahasa adalah berbicara (bahasa lisan) dengan
menggunakan lidah sebagai faktor yang sangat penting dalam berbicara.
Suharyanti dan Edi Suryanto (1996: 28) memberi batasan berbicara
adalah suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
11
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga
maksud tersebut dipahami oleh orang lain..
Pengertian lain disampaikan oleh Sujianto (1988: 189). Dia
menyatakan bahwa efektif tidaknya seseorang dalam berbicara tergantung
pula pada alat-alat ujar, apakah dapat berfungsi dengan baik ataukah
terganggu yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran berbicara..
Burhan Nurgiyantoro (1988: 252) menyatakan bahwa berbicara
merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan, berdasarkan
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya, kemudian manusia belajar
mengucapkan dan akhirnya mampu berbicara.
Berbicara adalah merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia
normal yang sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat
berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat,
menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala
kondisi emosional dan lain sebagainya. (http://www.bpplsp-
reg5.go.id/download/ket.bicara.doc.)
Henry Guntur Tarigan (1984: 15) mengatakan bahwa berbicara
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif
lisan. Dikatakan produktif lisan, karena dalam kegiatan ini orang yang
berbicara (pembicara) dituntut dapat menghasilkan paparan secara lisan
yang merupakan cerminan dari gagasan, perasaan, dan pikirannya. Lebih
lanjut dikatakan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-
12
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan suatu
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neorologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif,
sehingga dapat dianggap sebagai alat kontrol sosial.
Berbicara (speaking) merupakan salah satu dari empat kemampuan
berbahasa atau kemampuan komunikatif (communication competence).
Menurut Mish, secara harfiah berbicara berarti mengekspresikan pikiran
atau perasaan dengan bahasa lisan (Joko Nurkamto, 1999: 47). Dalam
definisi di atas terlihat seolah-olah berbicara merupakan kegiatan yang
melibatkan hanya satu orang, yaitu pembicara. Dalam kehidupan sehari-
hari hampir tidak pernah dijumpai keadaan yang demikian. Yang lazim
adalah berbicara melibatkan pihak lain yang bertindak sebagai penyimak.
Keduanya terlibat dalam interaksi atau komunikasi. (Gamble dan Camble,
dalam Joko Nurkamto 1999: 47).
Sementara Haryadi dan Zamzami (1997: 54) memberi batasan
bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi
sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat
lain. Hal ini sejalan dengan penjelasan Marie M. Stewart dan Kenneth
Zimmer (dalam Suharyanti dan Edy Suryanto, 1996: 129) bahwa hakikat
berbicara adalah suatu proses pemindahan pesan dari suatu sumber kepada
orang lain. Proses komunikasi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
diagram seperti berikut ini :
13
Gambar 1. Proses Komunikasi
Menurut Marie M. Stewart dan Kenneth Zimmer
(dalam Suharyanti dan EdySuryanto, 1996: 129)
Melalui diagram di atas dapat dijelaskan bahwa dalam proses
komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara)
kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang
memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan terlebih
dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.
Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada
komunikan. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya,
simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena
simbol yang disampaikan itu dipahami olah komunikan, ia dapat mengerti
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Tahap selanjutnya, komunikan
memberi umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi
yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa
saluran
lambang
pesan
komunikator
umpan balik
komunikan
14
jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil
ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah
dipahami dengan cara membandingkan diagram komunikasi dengan
diagram peristiwa berbahasa.
PEMBICARA PENDENGAR
Maksud (praucap) Pemahaman (pastucap)
Penyandian (encoding) Pembacaan sandi (decoding)
Fonasi (pengucapan) Audisi (pendengaran)
Transisi (peralihan)
Gambar 2. Alur Peristiwa Bahasa
Brook (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 12)
Pendapat lebih lengkap diungkapkan oleh St. Y. Slamet (2009: 35),
bahwa berbicara adalah ekspresi diri, bila si pembicara memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang
bersangkutan dapat menguraikan pengetahuan dan pengalamnnya.
Sebaliknya, bila si pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka
ia akan mengalami ketersendatan dan kesukaran dalam berbicara.
Berbicara (speaking) adalah perbuatan menghasilkan bahasa untuk
berkomunikasi. Berkomunikasi ini dimaksudkan agar pembicara dan
pendengar dapat memahami maksud pembicaraan. Dalam proses
15
komunikasi inilah terjadi interaksi antara pembicara dan pendengar (Tim,
1989: 10).
Dengan demikian berbicara dapat diartikan sebagai ekspresi diri
untuk menghasilkan ujaran, dan bertujuan untuk menyampaikan gagasan,
pendapat, isi hati kepada orang lain dalam rangka mempertahankan
hubungan sosial atau hanya sekedar menyampaikan informasi.
b. Pengertian Keterampilan Berbicara
Dalam pemakaian istilah sehari-hari untuk menyebut keterampilan
berbicara sering juga digunakan istilah kemampuan berbicara. Padahal
Noam Chomsky membedakan istilah performance dan competence.
Performance menurut Chomsky mengacu pada penggunaan bahasa dalam
situasi yang sesungguhnya (nyata) atau merujuk pada perilaku berbahasa
yang diamati, sedangkan competence mengacu pada konsep yang bersifat
abstrak, luas, rumit, tidak tampak. Chomsky menyatakan bahwa
competence menyangkut segala pengetahuan bahasa.
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa itu
mempunyai dua aspek yaitu aspek kompetensi bahasa dan aspek
keterampilan dalam berbahasa. Kompetensi bahasa bersifat abstrak, berupa
potensi yang dimiliki seseorang pemakai bahasa. Karena sifatnya yang
abstrak kompetensi bahasa tidak dapat dilihat, didengar,atau dibaca
meskipun selalu mengikuti pengguna bahasa. Sebaliknya, keterampilan
berbahasa bersifat konkret dan mengacu kepada penggunaan bahasa apa
adanya dalam bentuk lisan yang dapat didengar atau dalam bentuk tulisan
16
yang dapat dibaca.
Berkaitan dengan keterampilan berbicara, ada dua hal yang perlu
dipahami. Pertama, bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang
diucapkan, dan kedua bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi. Kenyataan bahwa hakikat keterampilan berbahasa itu
adalah lambang bunyi yang diucapkan menempatkan kemampuan
berbicara sebagai kemampuan berbahasa yang utama.
Berdasarkan hal itulah, Brown (2001: 27) memberikan lima konsep
penting dalam berbicara, yaitu (1) kemampuan berbicara adalah yang
sangat penting untuk berkomunikasi, (2) kemampuan berbicara adalah
suatu proses yang kreatif, (3) kemampuan berbicara adalah hasil proses
belajar, (4) kemampuan berbicara sebagai media untuk memperluas
wawasan, dan (5) kemampuan berbicara dapat dikembangkan dengan
berbagai topik.
Pernyataan lebih luas disampaikan Richard, dalam Nunan (1992:
72) bahwa :
“Dalam wacana lisan tidak direncanakan sebelumnya, tetapi diproduksi dalam waktu yang sinambung dengan saling kerja sama, oleh karena itu,wacana lisan menyajikan makna dengan cara yang sama sekali berbeda dengan wacana tulisan. Topik dikembangkan berangsur-angsur dan konvensi. Pengembangan topik dan perubahan topik adalah distingtif terhadap laras budaya lisan. Dalam wacana lisan mempunyai sifat sesaat dan biasanya interaktif pembicara lebih banyak bervariasi tentang keadaan pengetahuan mutakhir pendengarnya .”
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa inti dari
wacana lisan adalah berbicara, sedangkan inti dari berbicara adalah
17
kemampuan mengungkapkan ide-ide dalam bahasa lisan. Juga dalam
Nunan (1998: 39) dalam bukunya Language Teaching Methodology
mengemukakan bahwa menguasai “seni berbicara” adalah aspek yang
paling penting bagi banyak orang dalam mempelajari foreign language
ataupun second language. Keberhasilan seseorang dalam mempelajari
bahasa dapat diukur dari kemampuannya untuk berkomunikasi dalam
bahasa itu. Maidar G. Arsyad (1997: 7) menyatakan bahwa faktor-faktor
penunjang keefektifan berbicara meliputi faktor kebahasaan dan non
kebahasaan.
Mahdum (2006: 144) menyatakan bahwa seseorang yang bisa
“berbicara” dikategorikan sebagai orang yang mempunyai “kemampuan”
tentang bahasa itu. Bila seseorang berbicara, adakalanya orang yang
mendengar tidak mengerti apa yang diucapkan. Hal ini bisa saja disebbkan
kesalahan ucapan, grammar, ataupun vocabulary. Jadi kemampuan
“berbicara” merupakan aplikasi dari kemampuan seseorang itu tentang
berbagai hal: grammar, pronunciation, vocabulary, dan lain-lain.
Pernyataan lebih luas dikemukakan oleh Asep Jolly (2004: 1)
bahwa berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa.
Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud
pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa yang
bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan
suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang
kepada orang lain.. Keterampilan berbicara, sifatnya produktif,
18
menghasilkan, memberi dan menyampaikan. Berbicara bukan hanya cepat
mengeluarkan kata-kata dari alat ucap, tetapi utamanya adalah
menyampaikan pokok-pokok pikiran secara teratur, dalam berbagai ragam
bahasa sesuai dengan fungsi komunikasi. (http://www.pages-
vourfavorite.com/ppsupi/abstrakbahasa2004.html)
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanis.
Semakin banyak berlatih semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam
berbicara. (St. Y. Slamet, 2009: 35)
Pernyataan lain disampaikan oleh Bygate (1997: 1) bahwa untuk
mengetes apakah pembelajar dapat berbicara, ini perlu untuk menyuruhnya
mengatakan sesuatu. Untuk melakukan ini mereka harus mengekspresikan
pengetahuan grammarnya dan kosakatanya dengan memberikan
pembelajar “latihan berbicara” dan ujian lisan.
Lebih jauh, Phopam (1995: 156) memberikan penilaian kinerja
keterampilan komunikasi lisan (berbicara) ke dalam empat aspek, yaitu
cara penyampaian, pengorganisasian, isi, dan bahasa. Cara penyampaian
berhubungan dengan penyampaian pesan (seperti volume suara, kecepatan
dan artikulasi). Pengorganisasian berhubungan dengan bagaimana isi dari
pesan tersebut diatas dan bagaimana ide yang satu dihubungkan dengan
ide yang lain. Isi berhubungan dengan banyaknya relevansi atau pertautan
informasi dalam suatu pesan dan bagaimana isi tersebut disesuaikan
dengan pendengar dan situasi. Bahasa berhubungan dengan tatabahasa dan
kata yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
19
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan dasar berbahasa
yang paling tidak mudah dimanipulasi jika konsep ‘unjuk kerja’ yang
dijadikan tolok ukur. Seseorang tidak mungkin memoles kemampuan
berbicaranya, dalam semalam saja seandainya besok ia harus mengikuti tes
berbicara. Kemampuan berbicara seseorang diperoleh dalam jangka waktu
lama dan dengan usaha yang tidak kenal lelah. http://fs.unitomo.ac.id/wp-
“The patern in reading activity were determind by defferences in the levels of income, education and ege geographical factors (wiban/rural and location) to certain extent, also imfluenced the emount of reading of newspapers and magazzines/jouranals. To a lesser degree, defferenced Newspapers read reading patterns. Ne spapers were re d more than books and magazzines/journals At the some time the response of the various communicaes to the activities of the reading compaigns, like the publication of "Buletin Membaca ", the setting up of village libratis and the sabah book fairs, was not very encouraging”.
Dalam bahasa di Sabah diartikan seperti di bawah ini :
"Pola pembacaan lebih ditentukan oleh tahap pendapatan,
pendidikan dan umur berbanding faktor-faktor lain faktor geografi
(bandar/luar bandar dan kawasaji) sedikit sebanyak mempengaruhi
38
keadaan pembacaan media seperti akhbar dan majalah/jurnal. Faktor etnik
dan jantina juga menampakkan perbedaan di kalangan responder tetapi
tidak begitu ketara. Surat kabar adalah media yang paling digemari dan ini
diikuti buku dan majalah/jurnal. Sementara itu penerimaan masyarakat
terhadap kempen membaca melalui media dan aktiviti tertentu seperti
Buletin Membaca, Bilik Bacaan Desa, dan pesta buku Sabah belum lagi
menggalakkan".
Menurut Dawson dan Bamman (1990: 165) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi minat baca yaitu:
1) Faktor Psikologis
Minat baca akan meningkat Jika kebutuhan dasar anak (rasa
aman, status dan kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan)
lewat bahan-bahan bacaan (topik, isi, pokok persoalan, tingkat
kesulitan dan cara penyajian) terpenuhi sesuai dengan kenyataan
individunya dan tingkat perkembangannya.
2) Faktor Sosiologis, meliputi:
a). Minat baca dipengaruhi oleh kondisi atau status sosial, ekonomi
keluarga masing-masing anak. Hal ini akan dipengaruhi
tersedianya sarana buku bacaan di dalam lingkungan keluarga.
b). Minat baca dipengaruhi kebiasaan dan kesenangan membaca di
kalangan anggota keluarga.
3) Faktor Kurikuler, meliputi:
a). Terjadinya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan
39
sempurna juga merupakan faktor pendorong minat baca anak.
b). Pelaksanaan pelajaran membaca secara intensif dan ekstensif
merupakan kegiatan kurikuler yang sangat mendorong dalam
pembinaan, pengembangan, dan peningkatan minat baca anak.
c). Kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan pada anak
untuk bertukar pengalaman, diskusi, dan sumbang saran serta
saling mempengaruhi dalam hal pemilihan bahan bacaan dapat
juga sebagai pendorong minat baca.
4) Faktor Pendidik
Faktor pendidik yang berupa kemampuan mengelola kegiatan
dan interaksi belajar, khususnya dalam program pengajaran membaca,
kejelian guru dalam memperhatikan selera dan minat baca anak akan
mendorong pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat baca.
5) Faktor Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin secara psikologis juga dapat mendorong
minat baca anak.
Mengacu pada uraian di atas, secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi minat baca dapat dibagi menjadi dua: (a) Faktor internal
yaitu: faktor psikologis dan faktor jenis kelamin; (b) Faktor ekstrenal yaitu
faktor sosiologis, kurikuler dan faktor pendidik.
3. Hakikat Penguasaan Kosakata
a. Pengertian Kata
Gorys Keraf (1984: 53) menyatakan bahwa kata merupakan satuan
40
terkecil yang mengandung ide, yang diperoleh apabila susunan atau
sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya. Hal senada juga
disampaikan oleh Harimurti Kridalaksana (1984: 89) bahwa kata adalah
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
Sedangkan menurut Poerwodarminto (1987: 21) kata adalah suatu
kesatuan bunyi bahasa yang mengandung suatu pengertian.
Sehubungan dengan pengertian kata, Hasan Alwi (2001: 513)
menyatakan bahwa kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Pendapat lain (Chaedar Alwasilah, 1993: 120) menyatakan bahwa
kata adalah satu kesatuan yang terpisah dan tak dapat diuraikan lagi.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata
adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki sifat bebas, dapat diujarkan
dan mengandung suatu pengertian.
b. Pengertian Kosakata
Harimurti Kridalaksana (1984: 110) menyatakan bahwa kosakata
adalah kekayaan atau perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang.
Kekayaan kosakata itu berada dalam ingatannya, yang segera akan
menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca.
Vocabulary is the total number of words in a language. It is also a
collection of words a person knows and uses in speaking and writing.
Kosakata atau perbendaharaan kata adalah jumlah seluruh kata dalam
41
suatu bahasa; juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan
seseorang dalam berbicara dan menulis. Membaca akan lebih mudah dan
menyenangkan bila seseorang tahu banyak mengenai kosa kata dalam
sebuah wacana, oleh karena itu penting untuk mempelajari kosakata.
Kosakata atau pembentukan kata menurut Sujianto (1988: 1)
adalah: (1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa; (2) kekayaan
kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis; (3) kata-kata yang
dipakai oleh suatu bidang ilmu pengetahuan; (4) daftar kata yang disusun
seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis. Senada
dengan pendapat tersebut, Roekhan (1991: 25) istilah kosakata atau
perbendaharaan kata memiliki ciri, antara lain: (1) semua kata yang
terdapat dalam suatu bahasa; (2) kalangan kata yang dimiliki seseorang;
(3) kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang tertentu, dan (4) daftar kata
yang disusun dalam kamus dengan disertai penjelasan singkat dan praktis.
Pengertian kosakata tidak hanya mempersoalkan ketepatan
pemakaian kata dan makna, tetapi juga mempersoalkan diterima atau
tidaknya kata itu oleh semua orang. Hal itu karena masyarakat d2kat oleh
berbagai norma, mengehendaki agar setiap kata yang dipakai harus cocok
dengan situasi kebahasaan yang dihadapi.
Perbendaharaan kata atau kosakata jauh lebih luas dari apa yang
dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja digunakan
42
untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untk mengungkapkan
suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi frasologi, gaya bahasa, dan
ungkapan. Frasologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan
atau susunannya. Gaya bahasa bertalian dengan ungkapan-ungkapan
individual yang memiliki nilai artistik yang tinggi
Kosakata yang bervariasi, memungkinkan seseorang untuk dapat
memilih kata-kata yang paling tepat, sehingga menimbulkan gagasan-
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Adiwinata dalam Sabarti Akhadiah (1991: 41) menyatakan bahwa
kosakata diartikan sebagai berikut :
1) Semua kata yang terdapat dalam bahasa;
2) Kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang dipakai
oleh segolongan orang dari lingkungan yang sama;
3) Kata-kata yang dipakai dalam ilmu pengetahuan;
4) Dalam linguistik, walaupun tidak semua morfem yang ada dalam satu
bahasa tertentu merupakan kosakata, namun sebagian terbesar morfem
itu dikenai sebagai kosakata; dan
5) Dapat sejumlah kata, ungkapan, dan istilah dari suatu bahasa yang
disusun secara alfabilitas yang disertai batasan dan keterangan.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud kosakata adalah sejumlah kata yang dapat digunakan dalam
menyusun kalimat untuk berkomunikasi atau menyampaikan ide dan
43
gagasan kepada orang lain.
c. Penguasaan Kosakata
Menguasai kosakata bukan hanya mengetahui arti kata secara
terpisah dan lepas, tetapi harus mengerti arti kata tersebut apabila sudah
ada dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. Bahkan mampu
menerapkan kata-kata tersebut dalam kalimat secara benar baik secara
lisan maupun tertulis.
Soenardi Djiwandono (1996: 43) mengatakan bahwa penguasaan
kosakata dapat dibedakan dalam penguasaan yang aktif-produktif dan
penguasaan yang pasif-reseptif. Lebih jauh lagi ia menjelaskan bahwa
kosakata merupakan bagian dari penguasaan aktif-produktif sering dikenal
sebagai kosakata aktif, yaitu kosakata yang dapat digunakan seorang
pemakai bahasa secara wajar, dan tanpa banyak kesulitan dalam
mengungkapkan dirinya. Sebaliknya kosakata yang merupakan bagian dari
penguasaan pasif-reseptif (kosakata-pasif), seorang pemakai bahasa orang
lain, tanpa mampu menggunakannya sendiri secara wajar dalam ungkapan-
ungkapannya.
Sementara menurut Amran Halim, Jazir Burhan, dan Haroen Al
Rasyid (1988: 71) menyatakan, penguasaan kosakata dibagi menjadi dua,
yaitu penguasaan kosakata ekspresif dan reseptif. Penguasaan kosakata
ekspresif digunakan untuk keperluan berbicara dan menulis, sedangkan
penguasaan kosakata reseptif digunakan untuk keperluan menyimak dan
membaca.
44
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata
ada dua yaitu secara reseptif (pasif) dan produktif (aktif). Penguasaan
kosakata reseptif digunakan untuk komunikasi yang bersifat menerima
seperti menyimak dan membaca. Penguasaan kosakata produktif
digunakan untuk komunikasi yang bersifat mengeluarkan atau
menyampaikan ide kepada orang lain seperti berbicara dan menulis.
Menguasai suatu bahasa berarti dapat memahami kosakata,
memahami ejaan dengan baik, memahami makna kosakata tersebut, dan
menggunakannya dalam kalimat. Dalam mengartikan kata-kata, seseorang
harus memperhatikan makna yang tersurat dan tersirat.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Kosakata
Penguasaan kosakata antara seseorang dengan yang lain tidak
sama. Kosakata yang dikuasai seseorang semakin lama semakin bertambah
sejalan dengan tingkat perkembangan orang tersebut. Menurut Yudiono
(1984: 47) ada beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat
penguasaan kosakata seseorang yaitu latar belakang pengetahuan atau
disiplin ilmu tertentu, usia, tingkat pendidikan, dan referensi. Sementara
ada pendapat yang menyatakan bahwa proses penguasaan kosakata
seseorang berjalan pelan-pelan. Kosakata seseorang semakin banyak dan
diperluas sesuai dengan usia. Semakin dewasa seseorang, semakin banyak
hal yang diketahuinya. (Gorys Keraf, 1986: 64)
Tingkat pendidikan, sewajarnya mempengaruhi penguasaan
kosakata seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
45
luas pula cakupan penguasaan kosakatanya. Hal ini dapat diterima karena
mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan berbeda,
banyak istilah baru yang diperkenalkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Banyak sedikitnya referensi yang dibaca, juga mempengaruhi
penguasaan kosakata seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Roekhan
dan Martutik (1991: 51) yang menyatakan, semakin banyak membaca,
semakin banyak pula jumlah kosakata yang dikuasai seseorang.
Perpustakaan merupakan media yang sangat tepat dalam mendukung
perbendaharaan kosakata lewat kegiatan membaca.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi penguasaan kosakata seseorang antara lain: latar
belakang pengetahuan, usia, tingkat pendidikan, dan referensi.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ani Sriningsih pada Tahun 2004
dengan judul ”Keterampilan Mengembangkan Paragraf Keterkaitannya dengan
Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata.” Hasil penelitian itu menyimpulkan
bahwa: ada keterkaitan antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan
keterampilan mengembangkan paragraf.
Penelitian yang dilakukan Sumanto dengan judul ”Hubungan Penguasaan
Kosakata dan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis Deskripsi siswa Kelas 2
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Boyolali pada Tahun 2004.”
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: (1) ada hubungan positif yang
46
berarti antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis deskripsi; (2) ada
hubungan positif yang berarti antara minat baca dengan kemampuan menulis
deskripsi, (3) ada hubungan positif yang berarti antara penguasaan kosakata dan
minat baca secara bersama-sama dengan kemampuan menulis deskripsi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pregi Wuryaningsih pada Tahun 2007 yang
berjudul ”Hubungan antara Derajat Ekstroversi dan Penguasaan Kosakata dengan
Kemampuan Berbicara siswa SMP Negeri se-Kecamatan Baturetno.” Dari
penelitiannya menyimpulkan bawa ada hubungan positif antara derajat ekstroversi
dan penguasaan kosakata baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan
kemampuan berbicara.
Penelitian-penelitian yang disebutkan di atas, relevan dengan variabel-
variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu variabel keterampilan
berbicara, variabel minat membaca, dan variabel penguasaan kosakata.
C. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Minat Membaca dengan Keterampilan Berbicara
Minat merupakan dorongan yang kuat untuk berbuat atau beraktifitas.
Minat berkaitan erat dengan kebutuhan. Dorongan kebutuhan inilah yang
menstimulasi seseorang untuk melakukan apa yang dikehendaki. Ketika siswa
menyadari betapa besar manfaat atau nilai dari membaca terhadap
kehidupannya, maka ia akan menaruh perhatian yang besar pada kegiatan
membaca. Siswa yang minat bacanya tinggi berarti intensitas membacanya
juga tinggi.
47
Berdasarkan pemikiran di atas, dapat diprediksi dengan adanya minat
membaca yang tinggi, berkecenderungan keterampilan berbicara akan
meningkat. Dengan kata lain minat membaca yang tinggi, akan meningkatkan
keterampilan berbicara yang pada gilirannya akan membantu siswa mengenali
karakteristik yang ada pada tulisan yang dibacanya. Sehubungan dengan itu
diduga ada hubungan positif antara minat membaca dan keterampilan
berbicara.
2. Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara
Kosakata merupakan pembentuk kata, pembentuk kalimat, ucapan,
semantik, ejaan dan semantik linguistik. Hal ini secara langsung
memfokuskan pada pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
memahami dan mengungkapkan secara tepat makna ungkapan-ungkapan
secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian kompetensi gramatikal
merupakan unsur penting dalam program pembelajaran bahasa kedua.
Dari uraian di atas terkandung salah satu unsur bahasa yaitu kosakata
yang dibutuhkan untuk memahami makna ungkapan-ungkapan secara lisan
dengan tepat.
Penggunaan kosakata yang tepat merupakan bagian yang sangat
penting pada saat orang berbicara. Dengan pemilihan kosakata yang tepat, ide
atau gagasan pembicara yang ingin disampaikan kepada orang lain akan
dimaknai sama seperti maksud pendengar.
Secara logika dapat dikatakan jika seseorang banyak menguasai
kosakata atau pilihan kata, maka kemampuan berbahasanya juga baik. Begitu
48
juga dalam keterampilan berbicara. Untuk mencapai kemampuan yang
diharapkan pembelajar harus banyak berlatih menggunakan kosakata,
sehingga diduga makin tinggi tingkat penguasaan kosakata seseorang, makin
tinggi kualitas mereka dalam berbicara. Sebaliknya apabila seseorang minim
akan kosakata, maka akan mengalami kesulitan dalam berbicara.
3. Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata Secara Bersama-
sama dengan Keterampilan Berbicara
Minat membaca yang tinggi akan mendorong seseorang untuk
membaca. Dengan membaca akan memperkaya penguasaan kosakata.
Berbekal minat membaca dan penguasaan kosakata yang banyak akan
mengantarkan seseorang untuk terampil berbicara. Dalam penelitian ini adalah
terampil berpidato. Keterampilan berbicara akan berkembang dengan optimal
manakala didukung oleh minat membaca yang tinggi dan penguasaan kosakata
yang memadai.
Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dapat diduga bahwa ada
hubungan yang positif antara minat membaca dan penguasaan kosakata
dengan keterempilan berbicara. Siswa yang mempunyai minat membaca tinggi
disertai penguasaan kosakata yang tinggi maka keterampilan berbicara
semakin berkualitas.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
49
1. Ada hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara siswa
kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri
Kabupaten Wonogiri.
2. Ada hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara
siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri
Kabupaten Wonogiri.
3. Ada hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara
bersama-sama dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI Sekolah Dasar
Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di
Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, pada siswa kelas VI tahun
pelajaran 2008/2009. Alasan peneliti memilih SD Negeri 2 Bulusulur karena
SD tersebut merupakan SD inti di mana mempunyai sarana prasarana yang
lengkap dan memiliki gedung perpustakaan tersendiri yang dapat mendukung
siswa dalam mengembangkan minat membaca.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai
dengan bulan Mei 2009. Ini berarti jangka waktu penelitian selama 6 bulan,
yang kegiatannya dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan No. Kegiatan Penelitian
Nov 2008
Des 2008
Jan 2009
Feb 2009
Mar 2009
Apr 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Menyusun Usulan Penelitian
V
2. Observasi Lapangan V
51
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Menyusun Alat Pengumpul data
V
4. Penyelesaian Perijinan V
5. Uji Coba Instrumen V - -
6. Analisa Data Uji Coba V
7. Perbaikan Instrumen V
8. Pelaksanaan Penelitian V
9. Analisa Data Penelitian V V V
10. Menyusun Laporan Penelitian
V
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey melalui studi korelasional, sebab melalui jenis penelitian korelasional ini
dapat dipakai untuk mendeteksi sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan
dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi.
Dengan studi korelasional pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling
hubungan di antara variabel-variabel dapat dilakukan serentak dalam kondisi yang
realistis. (Saifuddin Azwar, 1997: 5). Pendapat lebih konkrit dari Suharsimi
Arikunto (2000: 326) mengatakan sebagai berikut :
“Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi seseorang peneliti dapat mengetahui hubungannya variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain.”
Sesuai dengan metode penelitian yang diterangkan di atas, maka desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional.
Penelitian ini menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
52
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas (X1
dan X2 ) dan satu variabel terikat (Y).
Variabel bebas pertama adalah minat membaca (X1) dan variabel bebas
kedua adalah penguasaan kosakata (X2). Sebagai variabel terikatnya adalah
keterampilan berbicara (Y).
Berdasarkan sifat dan jenis hipotesis yaitu mencari hubungan minat
membaca dengan keterampilan berbicara, hubungan penguasaan kosakata dengan
keterampilan berbicara, dan hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata
secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara. Di bawah ini dapat
digambarkan desain penelitiannya.
Desain Penelitian Korelasi
Keterangan:
Variabel bebas : Minat Membaca (X1), Penguasaan Kosakata (X2)
Variabel terikat : Keterampilan Berbicara (Y)
1 : Hubungan antara Minat Membaca dengan Keterampilan
Berbicara
1Minat Membaca
(X1)
Penguasaan Kosakata
(X2)
Keterampilan Berbicara
(Y)
3
2
53
2 : Hubungan antara Penguasaan Kosakata dengan
Keterampilan Berbicara
3 : Hubungan antara Minat Membaca dan Penguasaan
Kosakata secara bersama-sama dengan Keterampilan
Berbicara
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2002: 52).
Menurut Suharsini Arikunto (1997: 108), mengatakan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Sementara Margono (2003: 108)
mengatakan populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian di dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang sudah ditentukan.
Pendapat lain dipaparkan Hadani Nawawi (1983: 141) populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu di dalam sustu penelitian.
Populasi di dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar
Negeri 2 Bulusulur Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.
54
2. Sampel Penelitian
Sejalan dengan permasalah yang teliti di dalam penelitian ini, maka
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling
(Suharsini Arikunto, 1997:120), mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-
ancer maka apanila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Menurut Surakhmad (1994:100), menyarankan apabila ukuran
populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100 (seratus), pengambilan
sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran
populasi sama dengan atau lebih dari 100, ukuran sampel diharapkan
sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.
Dari pernyataan di atas, maka sampel penelitian dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Bulusulur, yang jumlahnya 31
siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
Tes lisan, berbentuk berpidato digunakan untuk mendapatkan data
tentang keterampilan berbicara. Untuk menghindari kesubjektifan, penilaian
berpidato siswa dilakukan oleh tiga orang yaitu peneliti, guru bahasa
Indonesia dan wali kelas VI. Nilai akhir hasil berpidato siswa merupakan nilai
rata-rata dari ketiga penilai tersebut.
Aspek yang dinilai dan penskoran dalam berpidato sebagai berikut :
55
Aspek yang dinilai Rentang nilai Nilai /skor maksimal
1 2 3
Kesesuaian Ide dengan Isi 0 s.d.10 10
Ketepatan Struktur Kalimat 0 s.d. 10 10
Ekspresi 0 s.d.10 10
Ketepatan Pilihan Kata 0 s.d. 10 10
Kejelasan Suara 0 s.d. 10 10
Ketepatan Melafalkan 0 s.d 10 10
Tes objektif berbentuk pilihan ganda digunakan untuk mendapatkan
data tentang penguasaan kosakata. Aspek yang dinilai meliputi: (1)
dengan menggunakan rumus korelasi Point Biseral di atas dapat dikemukakan
validitas tes penguasaan kosakata kalimat (X2) dari 40 butir soal yang
diujicobakan ternyata yang dinyatakan valid ada 37 butir soal, sedangkan yang
tidak valid atau drop ada 3 butir soal, yaitu soal nomor 4, 20, 39 (lihat
61
lampiran 5B).
Sementara itu hasil uji reliabilitas tes penguasaan kosakata (X2)
dinyatakann memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi, sebab setelah
dianalisis dengan teknik KR- 20 diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar
0,91 (lihat lampiran 5C).
3. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Keterampilan Berbicara (Y)
Hasil uji reliabilitas tes keterampilan berbicara (Y) dinyatakan reliabel,
sebab setelah diadakan perhitungan dengan rumus Product Moment diperoleh
nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,78 (lihat lampiran 6).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam analisis data penelitian ini adalah :
1. Uji persyaratan analisis yang meliputi :
a. Uji normalitas data dengan teknik Lilliefors.
b. Uji keberartian dan linearitas regresi dengan teknik anava dalam regresi
ganda
Pengujian normalitas (kenormalan) ditempuh melalui prosedur atau
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengamatan x1, x2 . . ., xn dijadikan bilangan baku z1, z2 . . ., zn dengan
menggunakan rumus:
x1 – x2 zi =
s
62
(x dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
b. Untuk tiap bilangan ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung F(zi) = P ( z ≤ zi )
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2 . . ., zn yang lebih kecil atau sama
dengan z1. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:
d. Hitung selisih F(zi) – S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo. Untuk menerima atau menolak
hipotesis nol, kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil
dari Daftar Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors untuk taraf nyata α yang
dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi
berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi
dari daftar. Dalam hal ini hipotesis nol diterima. (Sudjana, 1992: 466 –
467)
Sementara itu, uji linieritas (kelinieran) dan keberartian regresi,
prosedur atau langkah-langkahnya oleh Sudjana (1992: 15) dijelaskan sebagai
berikut:
Pemeriksaan kelinieran regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol bahwa regresi linear melawan h2potesis tandingan bahwa regresi non-linear, sedangkan keberartian regresi, khususnya koefisien arah b, sama dengan nol (tidak berarti) melawan hipotesis tandingan baha koefisien arah regresi tidak sama dengan nol (atau bentuk lain bergantung pada persoalannya).
∑ z1, z2 . . ., zn yang ≤ z S(zi) =
n
63
Setelah hipotesis kelinearan dan keberartian regresi dirumuskan,
dilakukan langkah-langkah pengujiannya sesuai dengan prosedur yang
dijelaskan Sudjana sebagai berikut:
a. Menyusun tabel pasangan data (Xi , Yi) dengan pengulangan pengamatan
terhadap X.
b. Menghitung jumlah kuadrat-kuadrat, disingkat JK, untuk sumber variasi:
total disingkat JK (T), koefisien (a) disingkat JK (a); regresi (b/a) disingkat
JK (b/a); sisa disingkat JK (S); tuna cocok disingkat JK (TC); dan galat
disingkat JK (G). Rumus-rumus untuk menghitung sumber-sumber variasi
tersebut adalah sebagai berikut:
JK (T) = ∑ Y2
(∑ Y)2
JK (a) = n
(∑ Xi)
2 (∑ Y)2 JK (b/a) = b { ∑ XiY –
n }
JK (S) = JK (T) – JK (a) – JK (b/a)
(∑Y)2
JK (G) = ∑ Xi { ∑ Y2 – ni
}
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
c. Menentukan derajat kebebasan (dk) untuk setiap sumber variasi, yang
besarnya sebagai berikut:
(1) dk total = n
64
(2) dk koefisien (a) = 1
(3) dk regresi (b/a) = 1
(4) dk sisa = n – 2
(5) dk tuna cocok = k – 2
(6) dk galat = n – k
d. Menentukan kuadrat tengah (KT) yang diperoleh dengan cara membagi JK
dengan dk-nya, sehingga masing-masing sumber variasi KT-nya diperoleh
dengan rumus sebagai berikut:
JK (T) (1) kuadrat tengah total, rumusnya KT(T) =
n
JK (a) (2) kuadrat tengah koefisien, rumusnya KT(a) =
1
JK (b/a) (3) kuadrat tengah regresi, rumusnya KT(b/a) =
1
JK (S) (4) kuadrat tengah sisa, rumusnya KT(S) =
n – 2
JK (TC) (5) kuadrat tengah tuna cocok, rumusnya KT(TC) =
k – 2
JK (G) (6) kuadrat tengah galat, rumusnya KT(G) =
n – k
Perlu diketahui untuk KT (b/a) dilambangkan pula dengan S2reg; KT(S)
dilambangkan pula dengan S2sis; KT(TC) dilambangkan pula dengan S2
TC;
dan KT(G) dilambangkan pula dengan S2G.
e. Menyusun besaran-besaran yang telah diperoleh pada butir d, ke dalam
tabel varians (ANAVA) sebagai berikut:
65
Tabel 2. Analisis Varians (ANAVA) untuk menguji Keberartian dan
Kelinearan Persamaan Regresi Sederhana Y = a + bX
Sumber varians dk JK KT Fo
Total N JK (T) ∑Y2 -
(∑Y)2 Koefisien (a) L JK (a)
n
-
Regresi (b/a) L JK (b/a) s2 = JK (a)
s2reg
JK (S) s2sis
Sisa / residu n – 2 JK (S) s2 = n – 2
JK (TC) s2
TC Tuna Cocok k – 2 JK (TC) s2TC=
k – 2 s2g
JK (G) Galat n – k JK (G) s2
G= n – k
f. Menguji hipotesis nol (i) yang menyatakan bahwa koefisien arah regresi
tidak berarti (sama dengan nol), melawan koefisien arah regresi berarti
dengan menggunakan statistik s2reg F =
s2sis
dan selanjutnya
gunakan distribusi F beserta tabelnya dengan dk pembilang satu dan dk
penyebut (n – 2). Kriteria pengujian adalah: tolak hipotesis nol bahwa arah
regresi tidak berarti jika statistik F yang diperoleh lebih besar dari harga F
tabel berdasarkan taraf nyata yang diplih dan dk yang bersesuaian.
g. Menguji hipotesis (2) yang menyatakan bahwa bentuk regresi linear,
dengan menggunakan statistik s2reg F =
s2sis
melawan bentuk
regresi non-linear dan selanjutnya gunakan distribusi F beserta tabelnya
dengan dk pembilang (k – 2) dan dk penyebut (n – k). Kriteria pengujian
66
adalah: tolak hipotesis nol bahwa bentuk regresi linear jika statistik F
untuk tuna cocok yang diperoleh lebih besar dari harga F tabel berdasarkan
taraf nyata yang diplih dan dk yang bersesuaian. (Sudjana, 1995: 15 – 19).
2. Analisis Data Penelitian
a. Analisis deskriptif, digunakan untuk pemaparan atau penyajian data.
Analisis data secara deskriptif meliputi tendensi dan penyajian data.
Tendensi ini mencakup tendensi sentral dan penyajian data. Sementara
untuk penyajian data mencakup distribusi frekuensi, histogram/polygon
atau frekuensi nilai, dan diagram pencar regresi.
b. Analisis data inferensial, digunakan untuk pengujian hipotesis. Analisis
data secara inferensial menggunakan teknik regresi (sederhana dan ganda).
Adapun model atau bentuk garis regresi linier yang akan dicari adalah :
1) Regresi Y atas X1 dengan model Ŷ = a + bX1
2) Regresi Y atas X2 dengan model Ŷ = a + bX2
3) Regresi Y atas X1, X2 dengan model Ŷ = bo + b1X1 + b2X2
Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y
serta X2 dan Y digunakan rumus korelasi product moment:
n(∑XY) – (∑X) (∑Y) rxy =
√ { n (∑X2) – (∑X)2 } { n (∑Y2) – (∑Y)2 )
Keterangan:
rx.y : koefisien korelasi antara skor X dan Y yang dicari
n : jumlah responden uji coba
67
y : skor keterampilan berbicara
x : skor minat membaca atau skor penguasaan kosakata
(Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, 2000: 117)
Sedangkan untuk menghitung koefisien ganda antara X1, X2 dengan
Y menggunakan rumus :
JK (reg) Ry.12 =
∑Y2
√
Keterangan:
Ry.12 : koefisien korelasi ganda (bersama-sama)
JK(reg) : jumlah kuadrat regresi
(Sudjana, 1992: 107)
H. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji untuk penelitian ini dapat dituliskan
sebagai berikut :
4. Hipotesis Pertama
a. Ho : ρ y.1 = 0
b. H1 : ρ y.1 > 0 Keterangan : ρ y.1 = koefisien korelasi antara x1 dan y
5. Hipotesis Kedua
a. Ho : ρ y.2 = 0
b. H1 : ρ y.2 > 0 Keterangan : ρ y.2 = koefisien korelasi antara x2 dan y
68
6. Hipotesis Ketiga
a. Ho : R y.12 = 0
b. H1 : R y.12 > 0 Keterangan : ρ y.12 = koefisien korelasi antara x1, x2 dan y
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dibicarakan lima pokok bahasan yaitu: deskripsi data
masing-masing variabel, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis,
pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian.
A. Deskripsi Data
1. Data Minat Membaca (X1)
Data minat membaca ini merupakan skor yang diperoleh melalui
angket minat membaca. Data ini memiliki skor tertinggi 166 dan terendah 120.
Mean sebesar 139,90; Modus sebesar 130; Median sebesar 138. Varians data
ini adalah 152,42 dengan simpangan baku sebesar 12,35. Harga-harga statistik
ini, pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan program Excel dan
hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Distribusi frekuensi data ini dapat
dilihat pada Tabel 3, dan histogram frekuensinya pada Gambar 3 berikut ini:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Membaca (X1)
Interval fabsolut frelatif (%)
120 – 129 3 9,68
130 – 139 14 45,16
140 – 149 7 22,58
150 – 159 3 9,68
160 – 169 4 12,90
Jumlah 31 100,00
70
Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Minat Membaca (X1)
2. Data Penguasaan Kosakata (X2)
Data penguasaan kosakata ini merupakan skor yang diperoleh melalui
tes penguasaan kosakata. Data ini memiliki skor tertinggi 32 dan terendah 15.
Mean sebesar 25,35; Modus sebesar 25; Median sebesar 25. Selain itu, dapat
dideskripsikan varians data ini adalah 17,30 dengan simpangan baku sebesar
4,16. Harga-harga statistik ini, pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan
program Excel dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Distribusi
frekuensi data ini dapat dilihat pada Tabel 4, dan histogram frekuensinya pada
Gambar 4 berikut ini:
119,5
129,5
139,5
149,5
159,5
169,5
4 3
14
0
Y
X
2
4
6
8
10
12
14
7
3
71
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Kosakata (X2)
Interval fabsolut frelatif (%)
15 – 18 3 9,68
19 – 22 1 3,23
23 – 26 15 48,39
27 – 30 8 25,81
31 – 34 4 12,90
Jumlah 31 100,00
Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Kosakata (X2)
8
1
4 3
0
Y
X
2
4
6
8
10
12
14
14,5
18,5
22,5
26,5
30,5
34,5
15
16
72
3. Data Keterampilan Berbicara (Y)
Data keterampilan berbicara merupakan skor yang diperoleh melalui
tes keterampilan berbicara. Data ini memiliki skor tertinggi 51 dan terendah
21. Mean sebesar 36,48; Modus sebesar 35; Median sebesar 35. Selain itu,
dapat dideskripsikan varians data ini adalah 77,19 dengan simpangan baku
sebesar 8,79. Harga-harga statistik ini, pengerjaannya dilakukan dengan
menggunakan program Excel dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada Tabel 5, dan histogram
frekuensinya pada Gambar 5 berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara (Y)
Interval fabsolut frelatif (%)
21 – 26 6 19,35
27 – 32 2 6,45
33 – 38 10 32,26
39 – 44 7 22,58
45 – 50 3 9,68
51 – 56 3 9,68
Jumlah 31 100,00
73
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara (Y)
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Karakteristik data penelitian yang telah dikumpulkan sangat menentukan
teknik analisis yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum analisis data secara
inferensial untuk kepentingan pengujian hipotesis terlebih dahulu data-data
tersebut perlu diadakan pemeriksaan atau diuji. Pengujian yang dilakukan
menyangkut (1) uji normalitas, dan (2) uji signifikansi dan linearitas regresi
sederhana. Uraian berikut ini mengetengahkan hasil pengujian tersebut.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan mempergunakan teknik
Lilliefors (Sudjana, 1992: 466 – 467). Pengujian normalitas terhadap data
7
3
3
10
2
6
0
Y
X
2
4
6
8
10
12
14
20,5
26,5
32,5
38,5
44,5
50,5
56,5
74
minat membaca (X1) menghasilkan Lo maksimum 0,1260 (lihat Lampiran 8).
Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 31 dan taraf nyata
α = 0,05 didapat harga Lt = 0,1591. Dari perbandingan harga Lo dan Lt
tersebut dapat dilihat bahwa harga Lo lebih kecil dari Lt. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data “Minat Membaca” (X1) berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Pengujian normalitas terhadap data penguasaan kosakata (X2)
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,0843 (lihat Lampiran 9). Dari daftar
nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 31 dan taraf nyata α = 0,05
didapat harga Lt = 0,1591. Dari perbandingan harga Lo dan Lt tersebut dapat
dilihat bahwa harga Lo lebih kecil dari Lt. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data “Penguasaan Kosakata” (X2) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Pengujian normalitas terhadap data keterampilan berbicara (Y)
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1159 (lihat Lampiran 10). Dari daftar
nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 31 dan taraf nyata α = 0,05
didapat harga Lt = 0,1591. Dari perbandingan harga Lo dan Lt tersebut dapat
dilihat bahwa harga Lo lebih kecil dari Lt. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data “Keterampilan Berbicara” (Y) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas dan Signifikansi Regresi
Pada bagian ini akan diuji apakah persamaan regresi sederhana Y atas
X1 dan Y atas X2 linear dan signifikan. Hasil analisis regresi sederhana Y atas
dan signifikansi regresi Ŷ = – 6,92 + 1,71 X2 masing-masing menghasilkan
Fo sebesar 78,13 dan 1,90 (lihat Tabel Anava pada Lampiran 21C). Dari daftar
distribusi F pada taraf nyata 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 29
untuk hipotesis (1) bahwa regresi tidak signifikan/ tidak berarti diperoleh
Ft = 4,18; dan dengan dk pembilang 11 dan dk penyebut 20 untuk hipotesis (2)
bahwa regresi bersifat linear diperoleh Ft sebesar 2,32. Tampak bahwa
hipotesis nol (1) ditolak karena karena Fo = 78,13 lebih besar dari Ft = 4,18
( Fo > Ft ). Dengan demikian koefisien arah regresi nyata sifatnya sehingga
76
dari segi ini regresi yang diperoleh signifikan. Sebaliknya, hipotesis nol (2)
diterima karena Fo = 1,90 lebih kecil dari Ft = 2,32 ( Fo < Ft ). Jadi, ternyata
bahwa regresi Y atas X2 berbentuk linear dapat diterima.
Diagram pencar dan diagram linear regresi Linear Y atas X1 dan Y atas
X2 sebagai berikut:
Gambar 6. Diagram Pencar Regresi Linear Sederhana Y atas X1
Ŷ = – 47,64 + 0,60 X1 Ŷ
60
50
40
30
20
10
0 X1 110
120
130
140
150
160
170
77
Gambar 7. Diagram Pencar Regresi Linear Sederhana Y atas X2
C. Pengujian Hipotesis
Setelah uji persyaratan analisis memenuhi syarat sesuai dengan yang
diharuskan, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan.
1. Hubungan antara Minat Membaca dan Keterampilan Membaca
Analisis korelasi sederhana antara X1 dengan Y menghasilkan
0
Ŷ
X2
10
15
20
25
30
35
40
60
50
40
30
20
10
Ŷ = – 6,92 + 1,71 X2
78
koefisien korelasi sebesar ry.1 = 0,84 (lihat Lampiran 23). Pengujian
signifikansi (keberartian) koefisien korelasi dengan menggunakan uji t
menghasilkan thitung (t1) = 8,34 (lihat Lampiran 25). Dari daftar distribusi t
untuk dk 29 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh tt = 1,699. Tampak bahwa nilai
t yang diperoleh dari analisis (thitung) lebih besar dari nilai t pada tabel (tt).
Hal ini menunjukkan bahwa to signifikan, dan oleh karenanya koefisien
korelasi sebesar 0,84 pun signifikan. Dengan demikian hipotesis nol
sebagaimana dinyatakan di atas gagal diterima atau ditolak. Sebaliknya,
hipotesis alternatif (H) diterima. Kesimpulannya ialah ada hubungan positif
yang signifikan antara minat membaca dan keterampilan berbicara.
2. Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Keterampilan Membaca
Analisis korelasi sederhana antara X2 dengan Y menghasilkan
koefisien korelasi sebesar ry.2 = 0,81 (lihat Lampiran 24). Pengujian
signifikansi (keberartian) koefisien korelasi dengan menggunakan uji t
menghasilkan thitung (t1) = 7,44 (lihat Lampiran 26). Dari daftar distribusi t
untuk dk 29 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh tt = 1,699. Tampak bahwa nilai
t yang diperoleh dari analisis (thitung) lebih besar dari nilai t pada tabel (tt). Hal
ini menunjukkan bahwa to signifikan, dan oleh karenanya koefisien korelasi
sebesar 0,81 pun signifikan. Dengan demikian hipotesis nol sebagaimana
dinyatakan di atas gagal diterima atau ditolak. Sebaliknya, hipotesis alternatif
(H) diterima. Kesimpulannya ialah ada hubungan positif yang signifikan
antara penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara.
79
3. Hubungan antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata secara
Bersama dengan Keterampilan Membaca
Analisis korelasi ganda antara X1 dan X2 secara bersama dengan Y
menghasilkan koefisien korelasi sebesar Ry.12 = 0,89 (lihat Lampiran 30). Uji
signifikansi (keberartian) koefisien korelasi ganda menghasilkan Fhitung
sebesar 52,42 (lihat Lampiran 31). Dari daftar distribusi F dengan dk
pembilang 2 dan dk penyebut 28 pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh Ft
sebesar 3,34. Tampak bahwa nilai Fhitung jauh lebih besar dari nilai Ft. Hal itu
menunjukkan bahwa Fhitung signifikan. Dan oleh karenanya, koefisien korelasi
ganda sebesar 0,89 juga signifikan. Dengan demikian, hipotesis nol yang
dinyatakan di atas gagal diterima atau ditolak. Dan konsekuensinya, hipotesis
alternatif (H1) diterima. Kesimpulannya ialah ada hubungan positif yang
signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-
sama dengan keterampilan berbicara.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan ini
mengandung makna bahwa secara umum bagi para siswa kelas VI SD Negeri II
Bulusulur di Kabupaten Wonogiri terdapat hubungan positif antara minat
membaca, dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara, baik sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama (simultan).
Secara rinci, pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis tersebut
80
diuraikan berikut ini.
Pertama, mengenai hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan antara
minat membaca dan keterampilan berbicara. Terdapatnya hubungan positif antara
kedua variabel tersebut mengandung arti bahwa semakin baik minat membaca
siswa, semakin baik pula keterampilan berbicara mereka. Dengan derajat (kadar)
kekuatan hubungan sebesar 0,84 dan sumbangan efektif sebesar 70,56% (lihat
Lampiran 32), maka dapatlah dikatakan bahwa sekitar 70,56% varians skor
ketermpilan berbicara para siswa kelas VI SD Negeri II Bulusulur di Kabupaten
Wonogiri dapat dijelaskan oleh minat membaca yang mereka miliki. Atau dengan
kata lain, minat membaca memberi kontribusi (sumbangan) sekitar 70,56%
kepada skor keterampilan berbicara.
Kedua, mengenai hasil analisis yang berkaitan dengan hubungan antara
penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara.dengan diperolehnya harga
kekuatan hubungan yang signifikan yang tercermin melalui koefisien korelasi
sebesar 0,81 maka dapat diartikan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan
positif. Artinya, semakin baik penguasaan kosakata, semakin baik pula
keterampilan berbicara. Sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel
penguasaan kosakata ini kepada varians skor keterampilan berbicara adalah
sekitar 65,61% (lihat Lampiran 33).
Dengan demikian, hasil pengujian ini menunjukkan bahwa penguasaan
kosakata terbukti merupakan variabel penentu (prediktor) bagi variabel
keterampilan berbicara.
Ketiga, berkenaan dengan hubungan antara kedua variabel bebas secara
81
bersama-sama dengan keterampilan berbicara. Diterimanya hipotesis penelitian
yang menyatakan terdapat hubungan positif antara minat membaca dan
penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara,
mengandung arti bahwa kedudukan kedua variabel bebas ini sebagai prediktor
varians skor keterampilan berbicara tidak perlu diragukan lagi.
Dengan diperolehnya koefisien korelasi ganda sebesar 0,89 dan
sumbangan efektif yang diberikan oleh minat membaca dan penguasaan kosakata
secara bersama-sama kepada keterampilan berbicara ialah sekitar 79,21% (lihat
Lampiran 34), berarti masih ada sekitar 20,79% ditentukan oleh variabel lain
selain kedua variabel tersebut.
Di antara kedua variabel tersebut diketahui bahwa sumbangan efektif
terbesar diberikan oleh minat membaca. Ini artinya bahwa dalam berbicara, minat
membaca lebih dipentingkan. Hal ini dapat disebabkan karena berbicara pada
hakikat sebuah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk melakukan komunikasi
secara lisan. Sebuah kegiatan apa pun, termasuk kegiatan berbicara akan
memperoleh hasil yang baik kalau yang melakukan kegiatan tersebut memiliki
minat atau ketertarikan terhadap objek yang dilakukan. Minat atau perasaan
tertarik, senang, suka, inilah yang akan mendorong semangat orang (dalam hal ini
siswa) untuk mengerjakan secara sungguh-sungguh, dan bertanggung jawab akan
apa yang sikerjakannya. Jadi, bila siswa diberi tugas untuk berbicara (dalam
konteks berpidato), misalnya, mereka akan melakukan kegiatan tersebut dengan
penuh kesungguhan. Dengan demikian pekerjaan yang dilakukan dengan
semangat yang tinggi akan memperoleh hasil yang tinggi pula. Untuk itulah minat
82
membaca diperlukan. Meskipun sebenarnya penguasaan kosakata juga diperlukan,
sebab dalam penelitian ini kedua variabel memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan keterampilan berbicara. Hanya saja, variabel penguasaan
kosakata ternyata lebih kecil kontribusinya terhadap keterampilan berbicara bila
dibandingkan dengan minat membaca.
E. Keterbatasan Penelitian
Betapapun penelitian ini telah diupayakan pelaksanaannya secara hati-hati
dan mengacu pada prosedur suatu penelitian yang baku, namun tetap saja kajian
yang disimpulkannya memiliki keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini berkaitan
dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini hanya mengungkapkan keterampilan berbicara siswa yang
berkaitan dengan variabel penelitian dengan populasi yang terbatas pada siswa
kelas VI SD Negeri II Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten
Wonogiri. Oleh karena itu, generalisasi kesimpulan penelitian ini hanya dapat
digunakan terhadap populasi yang memiliki kriteria dan karakteristik yang
sama dengan populsi penelitian ini.
2. Ketiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini semuanya bukan
merupakan instrumen baku. Sebagai instrumen buatan sendiri dengan segala
kekurangannya, antara lain hanya sekali saja diujicobakan dan belum
mengukur semua indikator variabel (aspek substansial) yang seharusnya
diukur, karena keterbatasan pengetahuan peneliti, jelas mengakibatkan ketiga
instrumen tersebut mengandung kelemahan baik dari segi validitas maupun
83
reliabilitasnya, jika dibandingkan dengan instrumen yang sudah dibakukan.
3. Dalam penelitian ini sebagian data dikumpulkan lewat tes dan sebagian
dikumpulkan dengan menggunakan angket, seperti instrumen pelitian yang
mengukur angket minat membaca siswa, instrumen penelitian semacam ini
kurang mampu menjangkau aspek-aspek kualitatif dari indikator-indikator
yang diukur, selain mengandung pula kelemahan. Ini dapat dimaklumi, karena
data yang diperoleh dari responden dengan cara self report sebagaimana
pengisisan angket (kuesioner) ini memiliki keterbatasan, yaitu (1) kemampuan
seseorang dalam memahami pernyataan, (2) pandangan dan pengertian pribadi
seseorang, dan (3) kesungguhan untuk mengungkapkan semua keadaan
pribadi yang sesungguhnya.
Dari ketiga keterbatasan tersebut, perlu dipertanyakan keterbatasan
mengenai kemauan siswa dalam mengungkapkan keadaan pribadi yang
sebenarnya. Dalam hal ini meyebabkan adanya kecenderungan responden
untuk memilih alternatif jawaban/ tanggapan yang “baik-baik” saja atas butir-
butir pernyataan yang disediakan. Kondisi inilah yang membuat data angket
minat membaca siswa belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
karena itu perlu ditafsirkan secara hati-hati. Untuk mengatasi hal itu,
sebenarnya sudah diupayakan oleh peneliti dengan jalan menghimbau pada
responden agar memberikan jawaban yang sejujurnya terhadap setiap butir
pernyataan.
84
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dipaparkan di depan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis
yang menyatakan “ada hubungan positif yang berarti (signifikan) antara minat
membaca dengan keterampilan berbicara” pada siswa kelas VI SD Negeri 2
Bulusulur di Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Keduanya berjalan
seiring, artinya semakin tinggi minat membaca siswa, semakin baik pula
keterampilan berbicaranya.
Kedua, hasil analisis korelasi sederhana juga menunjukkan bahwa
hipotesis yang menyatakan “ada hubungan positif yang berarti (signifikan) antara
penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara” pada siswa kelas VI SD
Negeri 2 Bulusulur di Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Kedua
variabel ini berjalan seiring, artinya semakin baik penguasaan kosakata semakin
baik pula keterampilan berbicaranya.
Ketiga, hasil analisis korelasi ganda menunjukkan bahwa hipotesis yang
menyatakan “ada hubungan positif yang berarti (signifikan) antara minat
membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan dengan
keterampilan berbicara” pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Bulusulur di Kabupaten
Wonogiri telah teruji kebenarannya.
85
Kedua variabel bebas (prediktor) yaitu minat membaca dan penguasaan
kosakata tersebut berjalan seiring dengan variabel terikat (respon) nya yaitu
keterampilan berbicara. Berjalan seiring di sini berarti memiliki hubungan positif
yang ditunjukkan dengan semakin baik minat membaca dan penguasaan kosakata
siswa, maka semakin baik pula keterampilan berbicara mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ketiga hipotesis
penelitian yang diajukan diterima, yaitu minat membaca dan penguasaan kosakata
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan keterampilan berbicara para siswa kelas VI SD Negeri 2
Bulusulur di Kabupaten Wonogiri.
B. Implikasi
Dengan ditemukannya hubungan positif yang signifikan antara minat
membaca dan penguasaan kosakata baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dengan keterampilan berbicara, maka dapat dihasilkan beberapa implikasi
penelitian sebagai berikut:
Pertama, model konseptual-teoritik yang dicerminkan melalui hubungan
hipotetik antar variabel penelitian telah teruji kebenarannya secara empirik.
Implikasi teoritiknya ialah bahwa keterampilan berbicara tidak akan muncul
begitu saja, tetapi ditentukan oleh beberapa faltor dan dua diantaranya adalah
minat membaca dan penguasaan kosakata.
Kedua, implikasi teoritik tersebut selanjutnya melakukan implikasi
kebijakan pokok bahwa peningkatan keterampilan berbicara siswa dapat
86
diupayakan melalui peningkatan minat membaca dan penguasaan kosakata
mereka. Secara rinci beberapa implikasi kebijakan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
a. Upaya meningkatkan minat membaca siswa untuk meningkatkan
keterampilan berbicara
Temuan empiris menunjukkan bahwa minat membaca mempunyai
hubungan positif dengan keterampilan berbicara. Dengan temuan ini,
mengisyaratkan bahwa upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan minat membacanya. Minat
membaca siswa perlu ditumbuhkembangkan agar semakin meningkat. Upaya
ini tidak sia-sia jika hal ini sudah merupakan kebutuhan minat membaca yang
timbul berdasarkan kebutuhan faktor penggerak siswa dalam membaca.
Minat berhubungan dengan kesenangan, tetapi antara minat dan
kesenangan berbeda. Perbedaannya ialah bahwa minat relatif tetap, tetapi
kalau kesenangan bersifat sementara. Pada waktu kesenangan ada intensitas
membaca tinggi, namun begitu rasa senang berkurang aktivitas membaca
menjadi menurun atau semakin jarang. Minat lebih bersifat tetap karena
merasa merupakan kebutuhan seseorang.
Kaitannya dengan peningkatan keterampilan berbicara, minat
membaca telah terbukti memberikan sumbangan yang berarti. Oleh karena itu
upaya meningkatkan minat membaca siswa dilakukan secara sistematis dan
terus menerus. Kemudian upaya peningkatan minat membaca menjadi
tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan pemerintah.
87
Keluarga dalam hal ini orang tua mempunyai peranan yang sangat
besar dalam upaya meningkatkan minat membaca. Orang tua harus
memperhatikan minat membaca putera-puterinya, khususnya yang sudah
mulai sekolah. Masalah ini sering terabaikan dari keluarga. Kemudian orang
tua hendaknya dapat mengarahkan anak-anaknya untuk tidak menghabiskan
waktu di depan televisi, tetapi menonton televisi hanya yang penting saja
kemudian waktu yang lebih banyak digunakan untuk membaca dan belajar.
Dengan meyediakan buku-buku ataupun bacaan lain yang relevan dengan
tingkat perkembangan yang mendorong aktivitas membaca harus diperhatikan
lebih oleh orang tua.
Sekolah (lembaga pendidikan) termasuk guru juga mempunyai
tanggung jawab untuk meningkatkan minat membaca siswa. Upaya yang
dilakukan guru untuk meningkatkan minat membaca siswa, yaitu: (1)
memberikan penjelasan arti penting membaca agar siswa sadar dan terdorong
untuk melakukan aktivitas membaca secara teratur, (2) memberikan
penjelasan tentang cara membaca yang efektif, (3) memberikan tugas kepada
siswa untuk membaca buku yang menunjang dengan proses belajar mengajar
kemudian disuruh membuat laporan, (4) menyuruh siswa membaca majalah
atau komik yang berisi tentang pendidikan dan relevan dengan tingkat
perkembangan psikologi siswa, (5) memberikan masukan kepada petugas
perpustakaan tentang buku-buku yang harus ada. Tentu saja kalau guru
memberi tugas jangan lupa tugas itu harus dikoreksi dan dikembalikan kepada
siswa untuk diketahui hasilnya demi perbaikan ke depan.
88
Terakhir, peranan pemerintah sangatlah penting dalam mendorong
peningkatan minat membaca siswa. Masalah seperti ini dari tahun ke tahun
tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Adapun langkah-langkah
yang harus diambil pemerintah untuk meningkatkan minat membaca siswa
adalah: (1) menyediakan semua buku pelajaran (buku wajib) kepada siswa di
semua jenjang pendidikan, (2) melengkapi buku-buku di perpustakaan agar
koleksi buku di perpustakaan lengkap, (3) menyediakan buku perpustakaan di
perpustakaan sekolah, (4) penambahan buku ke sekolah secara bertahap, dan
(5) mengembangkan dan menggelorakan lomba mengarang, sinopsis,
mengarang buku ke seluruh pelosok wilayah.
b. Upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa untuk untuk
meningkatkan keterampilan berbicara
Berkaitan dengan temuan penelitian yang mengatakan bahwa
penguasaan kosakata ada hubungan positif dengan keterampilan berbicara,
maka secara empiris mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan
berbicara, guru perlu meningkatkan penguasaan kosakata para siswanya.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kosakata sebagai salah satu komponen
bahasa, secara signifikan akan menunjang tercapai keterampilan berbicara
yang baik. Untuk itulah, perlu diupayakan kecakapan dalam meguasai
kosakata.
Upaya-upaya dalam meningkatkan penguasaan kosakata harus dikaji
mulai dari pemahaman atas unsur-unsur kosakata, yaitu terdiri dari kata,
peribahasa, dan istilah. Kata itu sendiri terdiri dari kata yang bermakna
89
denotasi, bermakna konotasi, kata umum, dan kata khusus.
Dalam peribahasa termasuk di dalamnya bidal, ungkapan, dan
perumpamaan. Kemudian istilah selalu berkembang pesat dari waktu ke waktu
selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan penguasaan kosakata
seseorang merupakan cerminan dari penguasaan kosakata terhadap ketiga
unsur tersebut. Oleh karena itu, upaya-upaya dalam meningkatkan ketiga
unsur tersebut selaras dengan upaya-upaya dalam meningkatkan kosakata
seseorang. Usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan penguasaan
kosakata dapat saling berkaitan pada penguasaan ketiga konsep tersebut.
Tiap kata mengandung sebuah ide atau gagasan kata-kata merupakan
sarana penyalur ide atau gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain.
Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide yang
mampu diungkapkan. Dengan demikian jika mempunyai banyak ide atau
gagasan didukung penguasaan kosakata yang banyak, maka akan dapat
dengan mudah mengkomunikasikan idenya kepada orang lain.
Berkait dengan hal di atas, hakikat penguasaan kosakata harus
dipandang sebagai penguasaan terhadap makna kata, yaitu mengetahui
hubungan antar bentuk dan barang yang diwakilinya (referen). Sebagai
contoh, dalam suatu kasus tertentu secara populer orang akan mengatakan
bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati
ataupun menyidik, karena kata-kata tersebut bersinonim.
Dalam hal ini orang yang mempunyai pendapat tersebut dapat
90
dikatakan bahwa dia belum sepenuhnya menguasai kata, karena belum
mengkaji kata tersebut secara cermat. Bahwa kata meneliti dalam kalimat
“Dokter itu sedang meniliti masalah kesehatan” tidak dapat begitu saja
diganti dengan menyidik.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penguasaan kosakata merupakan
suatu bentuk kemampuan dalam memahami dan menggunakan kata. Jadi,
penguasaan tersebut tidak hanya bersifat pasif, tetapi juga harus bersifat aktif.
Bahwa seseorang harus menggunakan kata tersebut sesuai dengan konteks
pemakaian secara cermat. Atau dengan kata lain penguasaan kosakata tidak
sebatas pada pemahaman tentang sinonim, antonim, homonim, ataupun
polisemi, tetapi sampai pada ketepatan dalam menggunakannya. Sehingga
pemahaman terhadap makna kata secara detail sangat penting artinya dalam
upaya meningkatkan penguasaan kosakata yang berimplikasi terhadap
peningkatan keterampilan berbicara.
Dari uraian di atas, masalah utama dalam rangka meningkatkan
penguasaan kosakata siswa adalah upaya untuk dapat memahami dan
menggunakan relasi makna kata, idiom, dan istilah. Penguasaan kosakata ini
dapat ditingkatkan melalui suatu proses pembelajaran dan pembiasaan
membaca. Membaca di sini tidak terbatas pada membaca buku pelajaran tetapi
dapat juga membaca berbagai buku atau media massa termasuk membaca
komik atau majalah yang isinya mendidik siswa.
Dengan demikian, peningkatan penguasaan kosakata dapat terjadi
apabila siswa melakukan kegiatan membaca tersebut di atas dengan sungguh-
91
sungguh. Siswa akan berusaha mengerti arti kata yang belum diketahuinya
yang dapat mengganggu proses pemahaman bacaan. Sehingga kamus sebagai
media untuk mengetahui arti kata secara umum maupun khusus sangatlah
diperlukan. Dengan demikian, diharapkan siswa yang membaca tersebut dapat
memahami secara optimal isi bacaan, yang pada gilirannya akan
meningkatkan penguasaan kosakata.
C. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi yang telah
diuraikan di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut:
Pertama, kepada guru bahasa Indonesia, dalam upaya meningkatkan
keterampilan siswa dalam berbicara secara optimal, guru diharapkan tidak hanya
menekankan pada kemampuan linguistik, namun juga harus memperhatikan
aspek-aspek lain yang menunjang pencapaian hasil yang d2nginkan, misalnya
minat membaca dan penguasaan kosakata. Selain hal tersebut, dalam pengajaran
mata pelajaran bahasa Indonesia haruslah mempunyai tujuan utama yaitu pada
aspek penggunaan bahasa, bukan pada pengetahuan bahasa. Sehingga guru harus
memberikan tugas-tugas yang bersifat mengembangkan dan memotivasi pola pikir
siswa untuk menguasai kosakata.
Kedua, kepada siswa, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa minat
membaca memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap keterampilan
berbicara. Oleh karena itu usaha meningkatkan minat membaca siswa perlu
dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Selain dari sekolah (dalam hal ini
92
guru), peran orang tua untuk menumbuhkembangkan minat membaca juga sangat
penting. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan buku-buku dan bacaan-
bacaan segar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Ketiga, memperhatikan siswa dengan kemampuan yang heterogen tidak
semudah menghadapi siswa yang kemampuannya homogen. Untuk menghadapi
kelas dengan kemampuan siswa heterogen, guru bahasa Indonesia harus memilih
dan menggunakan teknik pengajaran yang tepat dan menarik sehingga dapat
diterima oleh siswa yang kemampuannya rendah maupun tinggi.
Keempat, dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa
kelas VI SD Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri,
guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan aspek minat membaca
dan penguasaan kosakata secara bersama-sama, karena kedua aspek tersebut telah
terbukti memiliki peran yang penting dalam berbicara. Dengan kata lain, aktivitas
berbahasa, khususnya berbicara, perhatian harus diarahkan tidak saja pada minat
membaca siswa tetapi juga pada penguasaan kosakata siswa.
Kelima, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, disarankan agar
menyelenggarakan kegiatan Lomba Berpidato secara periodik dan berjenjang,
mulai dari antar siswa dalam kelas, antar kelas sampai dengan antar sekolah di
tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi maupun nasional.
Penyelenggaraan lomba berpidato ini dapat dipakai sebagai momentum untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara. Siswa perlu secara terus-
menerus dimotivasi untuk mengikuti lomba tersebut. Sehingga konsekuensinya,
guru bahasa Indonesia perlu menyediakan waktu yang lebih banyak untuk
93
memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa.
Keenam, kepada sekolah, supaya minat membaca dapat tumbuh dan
berkembang semakin tinggi, sekolah perlu menciptakan wahana untuk
pertumbuhan minat membaca dengan mengupayakan perpustakaan sekolah
menarik dan majalah dinding yang terpelihara. Untuk menciptakan agar
perpustakaan sekolah diminati siswa, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut: (1) pengelola perpustakaan berkemampuan memadai, (2) jumlah dan jenis
buku selalu bertambah dari waktu ke waktu, (3) ruangan yang bersih, dan
kondusif, sehingga minat membaca siswa dapat terpelihara yang nantinya akan
menunjang penguasaan kosakata siswa.
94
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Levis R. 1994. Psychological Testing and Assessment. M.A. Allyn and Bacon.
Arman Agung. Keterampilan Berbicara Rhetorika dan Berbicara Efektif. Dalam http://www.bpplsp-reg5.go.id/download/ket_bicara.doc. Diakses tanggal 25 November2008.
Asep Jolly. 2004. Model Pembelajaran Berbicara Bahasa Jepang dengan Pendekatan Komunikatif. (http://www.pagesvourfavorite. com/ppsupi/abstrakbahasa2004.html). Diakses tanggal 25 November 2008
Bloomfield, Leonard. 1977. Language. London: George Allen & Unwin
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles:An InteractiveApproach to Language Pedagogy, Second Edition. San Francisco State University: Addison Wesley Longman.
Burhan Nurgiyantoro. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPEF.
___________. 1991. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPEF.
Bygate, Martin. 1997. Speaking. Great Clarendon Street, Oxford OX2 6DP: Oxford University Press.
Cennedy, Eddy. 1981. Methods in Teaching Development Reading. Hasealionis: F. E. Peachok Publisher. Inc.
Chaedar Alwasilah. 1933. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Chomsky, Noam. 1962. Aspect of Theory of Syntax. Cambridge: The MIT Press.
Crow, L.D; and Crow, A. 1989. Psikolog Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Dawson and Bamman. 1960. Fundamentals of Basic Reading Instruction. New York. Longmans, Green and Co.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.
Djaali; Pudji Mulyono; dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs UNJ.
Gie, the Liang. 1994. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.
Gorys Keraf. 1984. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
___________. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende, Flores: Nusa Indah.
95
Hadani Nawawi. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University. Press.
___________. 1993. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Jazir Burhan. 1988. Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Ganaco.
Juniawati, Nita. Hubungan Penggunaan Metode Dengan Ucap Dalam Pengajaran Kosakata Bahasa Arab dengan Kemampuan Berbicara. (Studi Korelasional Pada siswa Kelas 1 MAN 1 Bandung Tahun Ajaran 2005/2006) dalam http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1129106-105138/. Diakses tanggal 25 November 2008.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.01 / Th.I / Maret 2002. Penguasaan Kosa Kata dan Kemampuan Membaca Bahasa Inggris dalam http://www. bpkpenabur.or.id/files/Hal.8793%20Penguasaan%20Kosa%20Kata%20Dan%20Kemampuan%20Membaca%20Bahasa%20Inggris.pdf. Diakses tanggal 25 November 2008.
Margono, S. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nunan, Davis. 1992. Mengembangkan Pemahaman Wacana: Teori dan Praktek (terjemahan Elly W. Silangen). Jakarta: Rebia Indah Prakasa.
Parera, Jos Daniel. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.
Poerwodarminto, W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
96
Popham, James.W. 1995. Classroom Assessent. What Teachers Need to Know. Los Angeles : University of california.
Pregi Wuryaningsih. 2007. Hubungan antara Derajat Ekstroversi dan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Berbicara siswa SMP Negeri se-Kecamatan Baturetno.
Rats, LE. Meril Harimin, and Sidney B. Simon. 1996. Valus and Teaching: Working with value in The Classroom. Columbus, Ohio: Charles E. Meril Publishing Co.
Roekhan dan Martutik. 1991. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
Sabarti Akhadiah; Maidar G. Arsyad; dan Sakura H. Ridwan. Menulis I. Jakarta: Depdikbud (Dirjen Dikdasmen).
Slamet St.Y. 2009. Dasar-dasar Keterampilan Bernahasa Indonesia. LPP UNS dan UNS Press. Surakarta.
Soenardi Djiwandono. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.
Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sumanto. 2004. Hubungan Penguasaan Kosakata dan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis Deskripsi siswa Kelas II Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Boyolali pada Tahun 2004.
Survey of Reading Habits and Reading Interest in Sabah. (http://www.ids.org.my/publication/researchpaper/ReportAndertaken/Sosial Development/ Report 44.htm)
97
Tidjan. 1977. Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah. Jogyakarta: Swadaya.
Tri Budhi Sastrio, Keterampilan Dasar Berbahasa antara Harapan dan Realita dalam http://fs.unitomo.ac.id/wp-content/uploads/2008/10/keterampilan-dasar berbahasa.doc. Diakses tanggal 25 November 2008.
Winarno Surakhmad.1994. Pengantar Pendidikan Ilmiah. Bandung Tarsito.
Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Yudiono, K.S. 1984. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah. Semarang: Undip.
a. Nama Siswa : ......................................................................................
b. Kelas : ......................................................................................
c. Nomor Absen : ......................................................................................
d. Asal Sekolah : ......................................................................................
II. Petunjuk Mengerjakan Soal :
1. Tulis nama, kelas, dan nomor presensi anda pada lembar jawaban ! 2. Jumlah butir soal ini ada 40 soal. Anda diminta mengerajakan semuanya ! 3. Jawablah setiap pertanyaan dengan cara memberikan tanda (X) pada huruf
a, b , c, d dan e di lembar jawaban yang telah disediakan ! 4. Kerjakan menurut pendapat anda, jangan terpengaruh orang lain ! 5. Teliti kembali pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada petugas ! 6. Hasil tes ini tidak mempengaruhi nilai apapun prestasi anda ! 7. Waktu yang disediakan untuk mengejakan soal 60 menit.
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan cara memberi tanda silang pada huruf a, b, c, d dan e yang merupakan jawaban yang paling benar pada lembar jawaban ! 1. Apakah kalian merasa senang dalam membaca ?
a. sangat senang d. kadang-kadang senang b. senang e. tidak senang c. agak senang
2. Apakah kalian setiap hari membaca buku pelajaran ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
3. Apakah kalian membaca buku-buku Bahasa Indonesia ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
4. Apakah kalian menyisihkan waktu untuk membaca karya-karya sastra seperti
novel, cerpen, puisi, dan sebagainya ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
100
5. Berapa lama waktu yang kalian perlukan untuk membaca di perpustakaan ? a. 120 menit d. 60 menit b. 90 menit e. 30 menit c. 75 menit
6. Apakah kalian sering membaca buku-buku ilmu pengetahuan? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
7. Selain buku paket dari sekolah, dalam mempelajari bahasa Indonesia, saya
juga membaca dari sumber: a. buku-buku pelajaran yang tersedia di perpustakaan b. artikel-artikel pada majalah pendidikan c. artikel-artikel di surat kabar d. buku-buku seadanya e. tidak pernah
8. Berapa kalikah dalam seminggu kalian mengunjungi perpustakaan ? a. 5 – 6 kali d. 1 – 2 kali b. 3 – 4 kali e. tidak pernah c. 2 – 3 kali
9. Kegiatan saya setelah pulang sekolah adalah membaca. Hal itu saya lakukan:
a. sering sekali d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
10. Setujukah kalian bila di Sekolah diadakan lomba membaca ? a. sangat setuju d. tidak setuju b. setuju e. sangat tidak setuju c. kurang setuju
11. Apakah maksud kalian mengunjungi perpustakaan ? a. membaca b. diskusi c. memenuhi tugas d. bertemu dengan teman e. mengobrol
12. Jumlah buku bacaan yang sudah saya baca ada . . . . a. 7 buku atau lebih d. 2 buku b. 5 – 6 buku e. 1 buku c. 3 – 4 buku
101
13. Berapa sering kalian memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku-buku di rumah ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. agak sering
14. Berapa jumlah buku-buku bacaan yang kalian miliki ? a. lebih dari 5 buku d. hanya 1 buku saja b. 2 – 4 buku e. tidak memiliki c. 1 – 2 buku
15. Apakah kalian senang mengajak teman untuk membaca ? a. sangat senang d. kadang-kadang senang b. senang e. tidak senang c. agak senang
16. Untuk memperluas wawasan saya tentang karya sastra, saya menoleksi buku-buku sastra sejumlah . . . . a. lebih dari 4 buku d. 1 buku b. 3 buku e. tidak ada satu bukupun c. 2 buku
17. Pada waktu meminjam buku-buku bacaan, saya melakukannya dengan . . . . a. sangat senang sekali d. agak senang b. senang sekali e. tidak senang c. senang
18. Dalam membaca buku-buku bacaan, kalian memerlukan waktu: a. lebih dari 2 jam sehari d. kurang dari 1 jam sehari b. sekitar 1,5 jam sehari e. sekitar 0,5 jam sehari c. hanya 1 jam sehari
19. Pada saat kalian membaca, tiba-tiba saja ada kegiatan lain yang harus segera dilaksanakan, maka kalian . . . . a. sangat kecewa sekali d. sedikit kecewa b. kecewa sekali e. tidak kecewa c. kecewa
20. Bila guru kalian tidak hadir memberi pelajaran apakah kalian mengisi waktu dengan membaca ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. agak sering
102
21. Sebuah toko buku menjual buku yang bermacam-macam jenisnya, mengetahui hal ini kalian akan . . . . a. sangat tertarik sekali d. kurang tertarik b. tertarik sekali e. tidak tertarik c. tertarik
22. Dalam rangka meminjam buku-buku bacaan, saya melakukan dengan . . . .
a. sangat senang sekali d. agak senang b. senang sekali e. tidak senang c. senang
23. Pada waktu libur semester selama 2 minggu, berapa menitkah kalian meluangkan waktu untuk membaca dalam setiap hari ? a. ± 40 menit d. ± 10 menit b. ± 30 menit e. tidak sempat c. ± 20 menit
24. Membaca buku buku bacaan saya lakukan pada waktu . . . .
a. setiap saat saya ingin melanjutkan membaca b. setiap malam selama kurang lebih 0,5 jam c. setiap malam lebih dari 1 jam d. pada saat akan ada ulangan e. setiap diperintah guru
25. Membaca buku-buku atau bacaan lain merupakan pilihan yang baik bagi
kalian dalam mengisi waktu luang. a. sangat setuju sekali d. tidak setuju b. setuju sekali e. sangat tidak setuju c. setuju
26. Bagaimana perasaan kalian apabila diberi hadiah buku bacaan ?
a. sangat senang sekali d. kurang senang b. senang sekali e. tidak senang c. senang
27. Waktu yang kalian sediakan untuk membaca dalam sehari semalam . . . . a. lebih banyak daripada kegiatan lainnya b. sama atau seimbang dengan kegiatan lainnya c. lebih sedikit daripada kegiatan lainnya d. banyak sekali e. tidak menyediakan waktu khusus
28. Keinginan kalian untuk mengetahui isi bacaan . . . .
a. sangat besar d. kurang beasr b. besar e. tidak ada c. entahlah
103
29. Buku-buku bacaan yang sudah saya beli berjumlah . . . . a. 4 buku atau lebih d. 1 buku b. 3 buku e. tidak ada satu bukupun c. 2 buku
30. Bagaimanakah keadaan tempat (ruang) membaca yang ada di rumah kalian ? a. sangat terang d. remang-remang b. terang e. gelap c. kurang terang
31. Pada saat kalian sedang melakukan kegiatan di rumah, tiba-tiba ada teman yang datang untuk mengajak membaca bersama-sama, maka kalian akan . . . . a. sangat bersedia sekali d. tidak bersedia b. bersedia sekali e. sangat tidak bersedia c. bersedia
32. Apakah kalian merasa senang setelah membaca buku bacaan ? a. sangat senang sekali d. agak senang b. senang sekali e. tidak senang c. senang
33. Apakah pada saat kalian santai kalian mengisi waktu luang dengan membaca ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. agak sering
34. Pada saat meminjam buku-buku di perpustakaan, kalian cenderung memilih buku . . . . a. buku yang jenisnya beragam d. buku yang sejenis b. lebih dari dua jenis buku e. tidak dipertimbangkan c. dua jenis buku
35. Pada saat perasaan kalian risau, pernahkah kalian mengambil inisiatif untuk membaca ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
36. Jika liburan sekolah telah tiba, apakah kalian mengisinya dengan membaca ? a. selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. agak sering
104
37. Bagaimana sikapmu bila di rumah temanmu banyak memiliki jenis-jenis bacaan ? a. ingin sekali meminjam dan membaca b. ingin meminjam dan membaca c. entahlah d. kurang tertarik e. seolah-olah tidak tahu
38. Bagaimana sikapmu bila melihat perpustakaan sekolah hanya sedikit buku
bacaannya ? a. menyesal dan berpikir mengapa terjadi b. menyesal c. entahlah d. tidak masalah e. masa bodoh
39. Selama kegiatan membaca berlangsung, pernahkah kalian membuat ringkasan
atau memberi tanda pada bacaan itu ? a. ya, selalu d. kadang-kadang b. sering e. tidak pernah c. entahlah
40. Buku perpustakaan di sekolah sebaiknya . . . .
a. berjenis-jenis d. sebaiknya dua jenis b. hanya beberapa jenis e. satu jenis saja c. hanya tiga jenis
105
LAMPIRAN 1C
LEMBAR JAWABAN
Nama :
Kelas :
MINAT
MEMBACA
Nomor Presensi
:
1. a b c d e
2. a b c d e
3. a b c d e
4. a b c d e
5. a b c d e
6. a b c d e
7. a b c d e
8. a b c d e
9. a b c d e
10. a b c d e
11. a b c d e
12. a b c d e
13. a b c d e
14. a b c d e
15. a b c d e
16. a b c d e
17. a b c d e
18. a b c d e
19. a b c d e
20. a b c d e
21. a b c d e
22. a b c d e
23. a b c d e
24. a b c d e
25. a b c d e
26. a b c d e
27. a b c d e
28. a b c d e
29. a b c d e
30. a b c d e
31. a b c d e
32. a b c d e
33. a b c d e
34. a b c d e
35. a b c d e
36. a b c d e
37. a b c d e
38. a b c d e
39. a b c d e
40. a b c d e
106
Lampiran 2A
Kisi-kisi Angket Penguasaan Kosakata (Uji coba)
Aspek No
Yang Dinilai Nomor Soal Jumlah
1 Konseptual 2, 9, 14, 23 24, 25, 39 7
2 Standar 4, 5, 11, 12, 8, 21, 37 7
3 Asosiatif 1, 19, 30, 34, 35 5
4 Khusus 13, 15, 17, 29 4
5 Formal 3, 16, 22, 27 4
6 Konkret 6, 7, 18, 26, 38 5
7 Situasional 10, 28, 31, 32, 36 5
8 Kata Ulang 20, 33, 40 3
Jumlah 40
107
Lampiran 2B
INSTRUMEN PENELITIAN
TES PENGUASAAN KOSAKATA
I. Identitas Siswa
a. Nama Siswa : ......................................................................................
b. Kelas : ......................................................................................
c. Nomor Absen : ......................................................................................
d. Asal Sekolah : ......................................................................................
II. Petunjuk Mengerjakan Soal :
1. Tulis nama, kelas, dan nomor presensi anda pada lembar jawaban ! 2. Jumlah butir soal ini ada 40 soal. Anda diminta mengerajakan semuanya ! 3. Jawablah setiap pertanyaan dengan cara memberikan tanda (X) pada huruf
a, b , c, atau d di lembar jawaban yang telah disediakan ! 4. Kerjakan menurut pendapat anda, jangan terpengaruh orang lain ! 5. Teliti kembali pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada petugas ! 6. Hasil tes ini tidak mempengaruhi nilai apapun prestasi anda ! 7. Waktu yang disediakan untuk mengejakan soal 60 menit.
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan cara memberi tanda silang pada huruf a, b, c, d dan e yang merupakan jawaban yang paling benar pada lembar jawaban ! 1. Tindakan polisi . . . tembakan ke arah penjahat tidak . . . aturan asal penjahat
yang . . . mengadakan perlawanan yang . . . jiwa petugas. Kata-kata yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas adalah . . . . a. membawa – bertentangan – tahu – menentang b. membidik – melanggar – terkena – menantang c. menahan – membantah – terlibat – menantang d. melepaskan – menyalahi – terlibat – mengancam
2. Ia harus menghadap . . . Baginda Raja untuk melaporka kejadian di Istana. Isian yang tepat untuk kalimat di atas adalah . . . . a. si c. sri b. tuan d. hang
3. Bilamana seseorang bermaksud mengungkapkan keluhan, kritik, saran atau
pendapat untuk dimuat dalam sebuah media cetak, maka rubrik yang paling tepat adalah . . . . a. iklan c. tajuk rencana
108
b. editorial d. surat pembaca 4. Perusahaan itu akan menerima . . . baru.
Kata yang tepat untuk menyempurnakan kalimat tersebut adalah . . . . a. buruh c. bantuan pekerja b. karyawan d. pekerja
5. Penggunaan pestisida secara berlebihan dapat . . . kesuburan tanah. Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . .
a. turunkan c. menurunkan b. menurun d. penurunan
6. Listrik masuk desa dapat mencegah dan mengurangi arus . . . ke kota besar. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah . . . . a. transmigrasi c. urbanisasi b. emigrasi d. antisipasi
7. Kata yang tepat untuk menyatakan pengakuan dalam kalimat di bawah ini
adalah . . . . a. Mustahil dia bisa mengerjakan dengan baik. b. Ya, benar saya yang mengerjakan soal itu. c. Barangkali saya akan datang malam nanti. d. Mungkin dia yang mengerjakan soal-soal itu.
8. Kemenangan Hariyanto Arbi . . . nama Indonesia ke mata dunia.
a. meningkatkan c. membuat b. menciptakan d. mengangkat
Kata yang tepat untuk menyempunakan makna kalimat tersebut adalah . . . . a. kredit c. inflasi b. rabat d. transaksi
10. Kata yang tepat yang bisa dipakai untuk menyatakan perasaan senang dalam
kalimat di bawah ini adalah . . . . a. Dia tidak suka dengan perbuatan itu. b. Orang itu sedih ketika menyaksikan kejadian itu. c. Kami sekeluarga ikut berbela sungkawa atas meninggalnya ibu kamu. d. Orang itu sangat peduli dengan lingkungannya.
11. Situasi jalan raya ketika dilaksanakan operasi Zebra sangat . . . . e. lenggang c. riuh f. ramai d. gaduh
12. Penggundulan hutan akan berakibat hilangnya . . . yang sangat diperlukan oleh
tumbuhan. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah . . . . g. oksigen c. humus
109
h. asimilasi d. pupuk hijau 13. Petugas melakukan . . . untuk menanggulagi wabah demam berdarah.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . i. foging c. imunisasi j. joging d. vaksinasi
14. Sudah lama kami tidak . . . nenek di desa. Kata yang tepat untuk melengkapi
kalimat tersebut adalah . . . . a. melihat c. menatap b. menengok d. Mengintip
15. Andri . . . dengan kencangnya sehingga ia terjatuh. Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas adalah . . . . k. berjalan-jalan c. berlari-lari l. bermain-main d. berloncat-loncat
16. Ia tetap bermain . . . cedera kakinya belum sembuh betul. Kata yang tepat
untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. hingga c. ketika b. karena d. walaupun
17. Sawah . . . masih banyak kita jumpai di daerah Wonogiri. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. tumpang sari c. tadah hujan b. supra insus d. tanah gundul
18. Ismail Marzuki . . . serba bisa, ia telah menciptakan lagu daerah, hiburan, dan
lain-lain. Istilah bidang kesenian yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas ialah . . . . a. dirigen c. komponis b. pengarang d. seniman
19. Badannya selalu . . . karena rajin berolah raga. Kata yang tepat untuk mengisi
titik-titik pada kalimat di atas adalah .... a. sehat c. segar b. kuat d. tegar
20. Tidak baik kamu . . . seperti itu, nanti cepat tua.
Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik pada kalimat di atas adalah .... a. malas-malas c. manja-manja b. malu-malu d. marah-marah
21. Jangan membeli obat sembarangan, harus sesuai dengan . . . yang diberikan
dokter. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. resep c. ukuran
110
b. aturan d. takaran 22. Kami beritahukan dengan hormat bahwa surat . . . sudah kami terima.
a. kamu c. anda b. saudara d. kalian
23. Nenek Ijah telah . . . dengan tenang setelah tiga hari dirawat di rumah sakit. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. mati c. berpulang b. mangkat d. meninggal dunia
24. Orang asing : (berdiri) Apakah tidak takut sendirian di rumah terpencil ini,
hanya ada dua perempuan malam-malam seperti ini ? Ibu : Apa yang ditakutkan ? Apa yang akan dirampok dari kami, dan
siapa yang mau dengan saya ? Sinah akan menghajar mereka. Ia lebih kuat dai kebanyakan laki-laki.
Watak tokoh ibu pada kutipan drama di atas adalah . . . . a. pemarah c. pengecut b. pendendam d. pemberani
25. Penggunaan kata yang tepat dalam kalimat di bawah ini adalah :
a. Ruangan ini cukup merdeka untuk mengadakan pesta. b. Ruangan ini cukup bebas untuk mengadakan pesta. c. Ruangan ini cukup lepas untuk mengadakan pesta. d. Ruangan ini cukup leluasa untuk mengadakan pesta.
26. Pemerintah masih perlu . . . sekolah kejuruan.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. membuat c. mengadakan b. membuka d. memulai
27. Presiden Soekarno telah berhasil . . . seluruh suku bangsa di Indonesia. Kata
berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. menyatukan b. membulatkan c. mengumpulkan d. mengorganisasikan
28. Kita harus dapat . . . diri dari pengaruh buruk yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. memisahkan c. menceraikan b. meleraikan d. mengendalikan
29. Kapal terbang itu mengalami kerusakan pada . . . akan mendarat.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. waktu c. situasi
111
b. masa d. lepas 30. Rapat itu . . . pada pukul 12.00 WIB.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah . . . . a. habis c. tamat b. berakhir d. berkesudahan
31. Kata yang bergaris bawah ini merupakan kata yang tepat dalam sebuah kalimat . . . . a. Hari lahir ABRI jatuh pada tanggal 5 Oktober b. Hari keberhasilan ABRI jatuh pada tanggal 5 Oktober c. Hari jadi ABRI jatuh pada tanggal 5 Oktober d. Hari sukses ABRI jatuh pada tanggal 5 Oktober
32. . . . , akhirnya kamu terpilih untuk mewakili Wonogiri dalam temu pelajar
tingkat nasional di Jakarta ! Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah . . . . a. Wah c. Aduh b. Syukurlah d. Hai
33. Uang . . . Rina telah hilang tiga lembar di pasar.
Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik pada kalimat tersebut adalah . . . . a. seribu c. seribuan b. ribu d. ribuan
34. Karena lukanya parah, maka dia kami . . . di rumah sakit.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah . . . . a. pelihara b. pertahankan c. rawat d. jaga
35. Kapan Saudara bisa . . . ke kantor kami? Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah . . . . a. tiba c. datang b. sampai d. tercapai
36. Tahun berapa dia berhasil . . . studinya?
a. menyelesaikan b. mengatur c. membereskan d. mengurus
37. Kalimat yang benar sesuai bahasa standar di bawah ini adalah . . . . a. Ia sedang memperbaiki mobil yang rusak. b. Ia sedang bikin betul mobil yang rusak. c. Ia bilang bahwa mobilnya sedang dibetulkan.
112
d. Saya dikasih tahu bahwa dia sedang memperbaiki mobil yang rusak. 38. Kepala Sekolah akan menghadiri rapat di Kantor Pendidikan Nasional, . . .
menulis pesan yang ditujukan kepada Wakil Kepala Sekolah. Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik tersebut adalah . . . . a. ia c. dia b. mereka d. beliau
39. Tukang kayu itu menyuruh anaknya mengambil . . . untuk menajamkan
gergaji yang tumpul. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah . . . . a. water pas c. paku b. kikir d. sagu
40. Penggunaan kata ulang yang tepat terdapat pada kalimat . . . .
a. Adi menangkap-tangkap burung yang lepas. b. Kakak sedang melompat-lompati tali yang terbentang. c. Adik sedang duduk-duduk di beranda.
113
LAMPIRAN 2C
LEMBAR JAWABAN
Nama :
Kelas :
PENGUASAAN
KOSAKATA
Nomor Presensi
:
1. a b c d
2. a b c d
3. a b c d
4. a b c d
5. a b c d
6. a b c d
7. a b c d
8. a b c d
9. a b c d
10. a b c d
11. a b c d
12. a b c d
13. a b c d
14. a b c d
15. a b c d
16. a b c d
17. a b c d
18. a b c d
19. a b c d
20. a b c d
21. a b c d
22. a b c d
23. a b c d
24. a b c d
25. a b c d
26. a b c d
27. a b c d
28. a b c d
29. a b c d
30. a b c d
31. a b c d
32. a b c d
33. a b c d
34. a b c d
35. a b c d
36. a b c d
37. a b c d
38. a b c d
39. a b c d
40. a b c d
114
Lampiran 3A
Kisi-kisi Tes Keterampilan Berbicara
(Berpidato)
No Aspek yang dinilai Rentang nilai Nilai /skor maksimal
1 Kesesuaian ide dengan isi 0 s.d.10 10
(sangat tidak sesuai – sangat sesuai)
2 Ketepatan struktur kalimat 0 s.d. 10 10
(sangat tidak tepat – sangat tepat)
3 Ekspresi 0 s.d.10 10
(sangat tidak tepat – sangat tepat)
4 Ketepatan pilihan kata 0 s.d. 10 10
(sangat tidak tepat – sangat tepat)
5 Kejelasan suara 0 s.d. 10 10
(sangat tidak jelas – sangat tepat)
6 Ketepatan melafalkan 0 s.d 10 10
(tidak tepat – sangat tepat)
Jumlah 60
115
Lampiran 3B
INSTRUMEN PENELITIAN
UJI COBA KETERAMPILAN BERBICARA
(BERPIDATO)
III. Petunjuk Pelaksanaan !
8. Pilih salah satu tema pidato di bawah ini:
e. Perpisahan Kelulusan Kelas VI
f. Perayaan Ulang Tahun Sekolah
g. Perayaan HUT Kemerdekaan RI
h. Perpisahan Guru Kelas yang akan pindah tugas mengajar
9. Lakukan pidato ke depan kelas sesuai dengan metode berpidato yang
kamu kuasai !
10. Waktu yang disediakan untuk berpidato ± 10 menit.
IV. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato :