i HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana keperawatan Oleh : Budi Isriyadi NIM. ST13012 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
67
Embed
HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-budiisriya... · i HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana keperawatan
Oleh :
Budi Isriyadi
NIM. ST13012
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ni :
Nama : Budi Isriyadi
NIM : ST13012
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitiansaya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuandalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
sayabersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Budi Isriyadi
NIM : ST13012
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur selalu kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha ESA atas nikmat dan karunia-Nya yang tak henti-hentinya
dilimpahkan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1) Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi dukungan dalam penyusunan
skripsi ini.
2) Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi
dukungan dalam penyusunan skripsi.
3) Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberi saran, arahan dan dukungan dalam menyusun skripsi.
4) Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberi saran, arahan dan dukungan dalam
menyusun skripsi.
v
5) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermafaat dalam penyusunan
skripsi.
6) Direktur Rumah Sakir Jiwa Daerah Surakarta yang telah memberi ijin untuk
melakukan penelitian.
7) Ayah dan ibu yang selalu memberi do’a dan dukungan untuk selalu kuat
dalam menghadapi segala kesulitan.
8) Istri dan anak-anakku yang telah memberi semangat, kekuatan dan inspirasi.
9) Teman-teman seangkatan yang telah memberi masukan dan bantuan dalam
penyusunan skripsi.
10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, demi kesempurnaan skripsi, penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat
khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk pembaca.
Wassalamu’alakum.wr.wb.
Surakarta, Juli 2015.
Budi Isriyadi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................ xii
ABSTRACK …………………………………………………............. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................... 6
5. Distribusi frekwensi hubungan masa kerja dengan
tingkat kecemasan perawat 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1 : Surat Permohonan Studi Pendahuluan
2 : Surat Balasan Studi Pendahuluan
3 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
4 : Surat Balasan ijin Penelitian
5 : Lembar Permohonan Menjadi respnden
6 : Lembar Persetujuan Menjadi responden
7 : Lembar Kuisiooner
8 : Tabulasi Data Uji Coba Penelitian
9 : Analisa Data
10 : Lembar Konsultasi
11 : JadwalPenelitian
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA2015
Budi Isriyadi
HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWATDI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ABSTRAK
Salah satupekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah perawat.Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai pengalaman kerja yanglebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan ancaman yang ada. Kecemasan akanselalu terjadi pada perawat di ruang akut karena ancaman verbal abuse ataupunkekerasan fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan masa kerjadengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa DaerahSurakarta.
Metode penelitian adalah kuantitatif non eksperimental dengan studi diskriptifkorelasional. Sampel penelitian sebanyak 31 responden yang di ambil secara totalsampling. Instrumen yang digunakan kuesioner. Analisis data menggunakan ujikoefisien kontingensi lambda. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masa kerjaperawat adalah lama (>3 tahun) sebanyak 23 orang (74,2%), kecemasan perawat adalahringan sebanyak 16 orang ( 51,6%).
P value 0,035 (p < 0,05) danuji Koefisien Kontingensi Lambda sebesar 0,478.Ada hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruangakut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Untuk peneliti selanjutnya perlu mengembangkan penelitian denganperlakuan/eksperimen dengan relaksasi antara kelompok intervensi dengan kelompokkontrol terhadap perawat ruang akut Rumah Sakit Jiwa untuk menggurangikecemasan.
Kata kunci : Masa kerja, tingkat kecemasanDaftar pustaka : (17; 2004 - 2015)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Budi Isriyadi
CORRELATION BETWEEN NURSES’ LENGTH OF EMPLOYMENT ANDTHEIR ANXIETY LEVEL AT THE ACUTE UNIT OF LOCAL
PSYCHIATRIC HOSPITAL OF SURAKARTA
ABSTRACT
One of the professions that can make an anxiety is nurse. The longemployment time can make the nurses have many employment experiences so thatthey are accustomed to threats. Anxiety will always happen to the nurses employed atthe Acute Unit due to the verbal abuse or physical abuse. The objective of thisresearch is to investigate the correlation between the nurses’ length of employmentand their anxiety level at the Acute Unit of Local Psychiatric Hospital of Surakarta.
This research used the non-experimental descriptive correlational quantitativemethod. The samples of research consisted of 31 respondents and were taken byusing the total sampling technique. The data of research were collected throughquestionnaire and analyzed by using the lambda’s contingency coefficient.
The result of research shows that 74.2% (23 people) of respondents had thelength of employment more than three years. 51.6% (16 people) of the respondentshad the low anxiety level as indicated by the p-value = 0.035 which was less than0.05, and the value of the lambda’s contingency coefficient was 0.478. Thus, therewas a correlation between the nurses’ length of employment and their anxiety level atthe Acute Unit of Local Psychiatric Hospital of Surakarta.
Therefore, the future researchers need to develop this research with relaxationtreatment to reduce anxiety level of the nurses employed at the Acute Unit ofPsychiatric Hospital by comparing its result on the experimental group and thecontrol group.
Keywords: Length of employment, anxiety levelReferences: 17 (2004 - 2015)
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang pasti mengalami kecemasan di sepanjang rentang
hidupnya. Kecemasan merupakan respon dari ancaman yang tidak diketahui,
samar-samar, internal, dan konfliktual. (Sadock, 2007; Stuart, 2006).
Kecemasan yang ringan dapat memberi stimulus pertumbuhan dan
perkembangan. Cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah
menjadigangguan berat atau panik akan menghambat fungsi seseorang
dalam kehidupannya. Pada dasarnya kapasitas untuk menjadi cemas
diperlukan untuk bertahan hidup, tapi tingkat cemas atau ansietas yang berat
maupun panik tidak sejalan dengan kehidupan (Sadock, 2007; Stuart, 2006).
Kecemasan dalam kerja dapat terjadi pada bebagai macam pekerjaan,
namun ada pekerjaan yang memilik resiko kecemasan yang lebih tinggi dari
pekerjaan yang lain. Salah satu pekerjaan yang paling dapat membuat rasa
cemas adalah perawat (National safety council, 2004). Perawat yang
bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam lingkungan yang terbatas
(small space), yang memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien
untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta mengevaluasi tindakan
perawatan yang dilakukan (krikson, 2008). Beberapa studi yang meneliti
tentang kecemasan pada perawat mengidentifikasi bahwa banyak stresor
kecemasan pada perawat karena kompleksitas kerja perawat baik yang
1
15
berada di area perawatan umum maupun perawat kesehatan mental /
psikiatri.
Perawat psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan
mekanisme koping terhadap stres (Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke
ruang akut biasanya berada dalam situasi krisis, demikian juga mekanisme
pertahanan diri mereka yang kurang efektif, sehingga selama periode ini
tindakan menyerang atau kekerasan mungkin terjadi. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku kekerasan oleh pasien merupakan salah satu sumber
kecemasan perawat yang bekerja di unit kesehatan mental/psikiatri.
Penelitian membuktikan bahwa 225 perawat yang bekerja di unit psychiatry
sebuah rumah sakit di Jepang, 61,8% perawat mengalami kekerasan fisik
maupun verbal (verbal abuse) dari pasien (Inoue, 2006). Kekerasan fisik
maupun verbal tersebut menjadi ancaman bagi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien.
Pasien psikiatri akut dengan dramatic admission biasanya datang
dengan dibawa oleh petugas kepolisian,karena perilaku menyerang dan
mengancam orang lain. Penelitian yang dilakukan the National Alliance For
The Mentally III (NAMI), menyatakan bahwa 10,6% pasien dengan
gangguan mental serius seperti skizofrenia paranoid melukai orang lain, dan
12,2% mengancam menciderai orang lain (Morison, 2005).Pada beberapa
keadaan pasien dengan perilaku kekerasan tidak dapat diajak berkomunikasi
dengan baik, kondisi tersebut akan menimbulkan kecemasanpada perawat di
ruang akut psikiatri.
2
16
Kecemasan selain disebabkan kerena perubahan ekonomi dan
kemajuan teknologi juga dapat disebabkan oleh tiga kategori,yaitu:
penyebab organisasi, antara lain : hubungan perawat dengan perawat,
hubungan perawat dengan atasan (kepala ruang), dan hubungan perawat
dengan manajemen. Penyebab lingkungan, meliputi : lingkungan yang
kurang nyaman, diskriminatif, perlakuan tidak menyenangkan dan
pelecehan, kekerasan ditempat kerja, beban kerja yang terlalu tinggi atau
jam kerja yang terlalu padat. Adapun Penyebab individu adalahusia,
pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, pelatihan yang pernah diikuti,
masa kerja sebagai perawat dan masa kerja di ruang akut psikiatri. (National
safety Council, 2004).
Perawat yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak
memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa kerja
belum lama. Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai
pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan
ancaman yang ada, hal tersebut dapat meringankan atau mengurangi risiko
kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Nursalam,
2007).
Kecemasan akan selalu terjadi pada perawat di ruang akut, baik pada
perawat yang memiliki masa kerja lama maupun baru karena ancaman
verbal abuse, kekerasan fisik dan stresor kerja lain terjadi sepanjang waktu,
3
17
bukan hanya di tahun awal bekerja maupun tahun-tahun akhir bekerja.
Verbal abuse dan violence yang dilakukan tiap pasien gangguan jiwa akan
tetap menjadi ancaman bagi perawat sekalipun perawat pernah
menanganinya, sehingga tetap memberikan dampak bagi psikologis perawat
(Inoue, 2006).
Data yang diperoleh selama studi pendahuluan di Rumah Sakit Jiwa
daerah Surakarta, bahwa selama tahun 2013 ada sebanyak 2.605 kunjungan
pasien. Bulan November 2014 ada 214 kunjungan pasien, 85,6% nya rawat
inap dan sebanyak 25% pasien yang rawat inap masuk dengan perilaku
kekerasan
Studi pendahuluan melalui wawancara dengan kepala ruang akut pria
RSJD Surakarta tanggal 27 November 2014, ditemukan data bahwa perawat
yang bertugas di ruang akut memiliki masa kerja yang beragam, tapi rata-
rata antara satu sampai lima tahun. Hal ini kemungkinan dapat
mempengaruhi proses adaptasi perawat di ruang akut terhadap masalah-
masalah yang dihadapi. Kepala ruang juga mengatakan bahwa perawat di
ruang akut sering mengalami perilaku kekerasan dari pihak pasien baik
secara fisik maupun verbal. Studi pendahuluan melalui wawancara tanggal
28 November 2014, ditemukan data enam perawat mengatakan tetap merasa
cemas karena ancaman fisik maupun verbal dari pasien yang tidak terduga
dan adanya stresor kerja yang lain seperti ketidaksiapan ditempatkan di
ruang akut karena bebankerja yang lebih dibandingkan dengan di bangsal
inap, sekalipun sudah pernah mengalaminya sejak beberapa tahun yang lalu.
4
18
Tiga perawat dengan masa kerja kurang lebih satu tahun mengatakan cemas,
tegang, takut, dan beberapa kali mengalami kesulitan tidur. Satu perawat
dengan masa kerja lima tahun mengatakan hal serupa dengan tiga perawat
yang baru bekerja selama satu tahun, namun dua perawat yang telah bekerja
lima tahun lainnya mengatakan tetap merasa takut jika ada ancaman
kekerasan dari pasien, namun tidak mempunyai gangguan tidur dan
ketegangan serta kecemasan yang berarti.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang
akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Perawat yang bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam
lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan perawat
sangat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta
mengevaluasi tindakan perawatan yang dilakukan (krikson, 2008). Perawat
psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan mekanisme
koping (Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke ruang akut basanya berada
dalam situasi krisis, demikian juga mekanisme pertahanan diri mereka yang
kurang efektif, sehingga selama periode ini tindakan menyerang atau
kekerasan mungkin terjadi.
5
19
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian
adalah “adakah hubungan antara masa kerja dengan tingkat kecemasan
perawat yang bertugas di ruang akut RSJD Surakarta?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan masa kerja
dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi gambaran masa kerja perawat ruang akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
1.3.2.2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan perawat di ruang akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
1.3.2.3. Mengidentifikasi hubungan masa kerja perawat dengan
kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.
1.3. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tentang tingkat kecemasan
perawat yang bertugas di ruang akut, sehingga bisa dijadikan
pertimbangan untuk menentukan kebijakan rotasi penempatan
6
20
perawat dengan psiko tes khususnya di ruang akut, yang berdampak
terhadap mutu pelayanan rumah sakit.
1.4.2. Bagi perawat ruang akut
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
tentang kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, sehingga perawat yang bertugas di ruang akut mampu
beradaptasi dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan
kepada pasien.
1.4.3. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam
mengembangkan dan memajukan ilmu keperawatan,khususnyailmu
keperawatan jiwa.
1.4.4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari peneltian ini diharapkan bisa menjadi referensi
penelitian selanjutnya khususnya tentang kecemasan pada perawat
yang bekerja di ruang akut Rumah Sakit Jiwa dan mampu
memotivasi peneliti lain untuk meneliti lebih jauh tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan perawat di ruang akut
rumah sakit jiwa.
1.4.5. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga
bagi peneliti dengan segala kendala dan keterbatasan.
7
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan teori
2.1.1. Masa kerja
2.1.1.1. Pengertian masa kerja
Masa kerja ada karena adanya hubungan kerja, oleh
karenanya perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau sejak
pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu
dengan berdasarkan pada perjanjian kerja (psl. 50 UU
ketenagakerjaan)
Masa kerja pekerja dihitung dari tanggal masuknya
pekerja sesuai jenis status dalam perjanjian kerja. Ada 2
(dua) status pekerja yaitu PKWT (perjanjian kerja untuk
waktu tertentu) / tenaga kerja kontrak dan PKWTT
(perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu) / tenaga kerja
tetap. Pekerja dengan status PKWT maka masa kerjanya
otomatis sesuai periode waktu perjanjian yang sudah di
tandatangani dan disepakati antara perusahaan dan pekerja,
tidak berlaku lagi tanggal masuk dari pekerja tersebut sesuai
surat kontrak sebelumnya. Kemudian berlaku masa kerja
yang baru dengan surat kontrak yang baru.
8
22
Status PKWTT ada yang namanya probation
(percobaan 3 atau 6 bulan) dengan status surat perjanjianya
adalah kontrak sampai 3 bulan, kemudian perusahaan akan
mengangkat pekerja tersebut sebagai pekerja tetap apabila
lulus evaluasi kinerja selama probation 3 bulan yang sudah
dijalani dan diangkat menjadi pekerja tetap. Status pkwtt ini
masa kerja dari pekerja dihitung dari sejak probation 3
bulan sampai diangkat menjadi tetap. (UU RI tentang
tenaga kerja no 13 tahun 2003)
Masa kerja atau lama kerja adalah waktu untuk
melakukan suatu kegiatan atau lama waktu seseorang sudah
bekerja (Tim penyusun KBBI, 2010). Masa kerja adalah
suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di
suatu tempat (Handoko, 2010). Masa kerja adalah rentang
waktu yang telah ditempuh oleh seseorang perawat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Masa kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui
seseorang sejak menekuni pekerjaan. Masa kerja dapat
menggambarkan pengalamannya dalam menguasai bidang
tugasnya. Pada umumnya, pertugas dengan pengalaman
kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan
dibangdingkan dengan petugas yang pengalamannya
sedikit. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu
9
23
organisasi maka akan semakin berpengalaman orang
tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik.
(Ranupendoyo dan Saud, 2005)
2.1.1.2. Klasifikasi
Masa kerja dikategorikan menjadi 2 yaitu:
1). Masa kerja kategori baru ≤ 3 tahun
2). Masa kerja kategori lama > 3tahun (Handoko, 2010)
2.1.2. Kecemasan
2.1.2.1. Pengertian
Kecemasan merupakan respon individu terhadap
suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari
(Herdman, 2010). Kecemasan sebagai respon dari ancaman
yang tidak diketahui, samar-samar, internal, dan konfliktual
(saddock, 2007)
Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan
penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah
10
24
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Dalam buku
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011,
ansietas merupakan masalah keperawatan yang
didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak terhadap ancaman.
Kapasitas untuk menjadi cemas sebenarnya diperlukan
untuk bertahan hidup, tapi tingkat ansietas yang berat tidak
sejalan dengan kehidupan (Tomb, 2004).
2.1.2.2. Tingkat kecemasan (Stuart, 2006)
Kecemasan dikategorikan menjadi empat tingkatan
yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan
tingkat panik dari ansietas.
1). Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
11
25
2). Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain.
Ansietas ini mempersempit lapang persepsi. Individu
mengalami perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3). Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
4). Tingkatan ansietas yang terakhir adalah panik.Panik
berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror.Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Individu
yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan karena kehilangan
kendali. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional.Tingkat ansietas ini tidak
sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus
12
26
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
Tingkat kecemasanringan terjadi padawanita dan perawat dirumah sakitmempunyai tingkatkecemasan yang lebihtinggi. Terdapathubungan lemah antarapengalaman kerja diUGD dengan stateanxiety. Manifestasiyang paling seringmuncul adalah gejalapsikis gangguan tidur,mood cemas, mooddepresi.
2. MakotoInoue, et.al,2006.
Psychologicalimpact of verbalabuse andviolence bypatients onnurses workingin psychiatricdepartments
Survey Hasil penelitianmenunjukkan dari 225perawat, 141 perawatyang menyatakanpernah mengalamiverbal abuse dankekerasan fisikmengalami dampakpsikologi yang buruk.
Variabel kepuasankerja dan motivasikerja berpengaruhpositif terhadap kinerjakaryawan, dan variabellama bekerjamemoderasi kepuasankerja terhadap kinerjakaryawan, sedangkanvariabel lama bekerjatidak berhasilmemoderasi motivasikerja terhadap kinerja.
24
25
38
2.1. Kerangka teori
Factor
Penyebab
Keterangan : : kotak yang diteliti
: kotak yang tidak diteliti
Gambar 2.2.
Kerangka teori
Kecemas Perawat
Stress kerja
Masakerja
Ruangakut psikiatri
Organisasi
pendidikan
Lingkungan
Individu
Pelatihan
Statusperkawinan
usia
Jeniskelamin
39
Sumber : (National safety council, 2004), (sadock, 2007), (Davies, 2009)
40
2.4. Kerangka konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.3. Kerangka konsep
2.5. Hipotesis
Hipotesis (H1) adalah ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat
kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta.
Hipotesis (H0) adalah tidak ada hubungan masa kerja dengan tingkat
kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta
Masa Kerja Tingkat KecemasanPerawat
26
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non
eksperimental.Desain yang digunakan adalah studi diskriptif korelasional,
yaitu mengidentifikasi hubungan antar variabel.Peneliti dapat mencari,
menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori
yang ada (Hamid, 2007). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui
hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat yang bertugas di
ruang perawatan akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
3.2. Populasi dan sampel penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perawat yang bekerja di ruang akut Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta yang berjumlah 32 orang. Enam belas
orang perawat di ruang akut pria (Ruang Puntadewa) dan 16 orang
perawat di ruang akut wanita (Ruang Subadra).
27
42
3.2.2. Sampel
Sampel adalah objek penelitian atau objek yang diteliti
dalam penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil dengan car-cara tertentu (Wasis, 2008). Tehnik
pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik total
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel
(Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil
sampel dari seluruh perawat yang bekerja di ruang akut RSJD
Surakarta sebanyak 31 orang.
3.3.Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
tepatnya di ruang akut psikiatri pria dan wanita.Penelitian dilaksanakan
padabulan Juni2015.
28
43
3.4. Variabel, definisi operasional, alat ukur dan skala pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, definisi operasional, alat ukur dan skala ukur
No.
Variabel Definisi operasional Alatukur
Hasil ukur skala
1. Independen:Masakerja
Lama perawatbekerja di ruang akutpsikiatri RumahSakit Jiwa DaerahSurakarta yangdinyatakan dalamberapa tahun telahbekerja sampai saatpengukuran/penelitian
Masakerja
≤ 3 tahun:Masa kerjabaru
> 3tahun:Masa kerjalama
Nominal
2. Dependen:Tingkatkecemasan perawat
Perasaan khawatir,ketidaknyamanan,dan ketidakamananatas kejadian yangdialami perawat saatbekerja di ruang akutyang dinyatakanmelalui responfisiologis,emosional/ perilaku,dan kognitif.
KuisionerHARS,dengan14pertanyaankecemasan
6-14:cemasringan
15-27:cemassedang
28-36:cemasberat
>36:Cemasberatsekali/panik
Ordinal
3.5. Alat penelitian dan cara pengumpulan data
3.5.1. Alat penelitian
Alat penelitian berupa kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner
Hamilton Anxiety Rating Scaleuntuk mengukur kecemasan.
29
44
Kuesioner berisi:
1. Nama inisial responden
2. Lama kerja perawat : dikategorikan menjadi 2, yaitu baru dan
lama.
3. Kecemasan
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup tentang tanda-tanda
kecemasan perawat yang akan ditanyakan oleh peneliti dengan
bahasa yang mudah dipahami. Peneliti membagi tingkat kecemasan
perawat kedalam 4 kategori yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
Pertimbangan penggunaan kuisioner HARS, antara lain :
1) Kuesioner HARS adalah alat ukur yang lengkap (menyajikan
14 gejala kecemasan secara lengkap baik respon fisiologis,
emosional/perilaku, dan kognif. Empat belas gejala kecemasan
tersebut adalah perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,