Top Banner
i Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita Karier SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi Oleh : MARTINA KUSUMAWATI 03320190 FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
88

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

Nov 10, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

i

Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada

Wanita Karier

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh :

MARTINA KUSUMAWATI 03320190

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi

Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Pada Tanggal

__________________

Mengesahkan,

Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia

Ketua Program Studi,

Qurotul Uyun, S.Psi, M.Si

Dewan Penguji Tanda Tangan,

1. Thobagus Muh. Nu’man, S.Psi., Psikolog ______________

2. Qurotul Uyun, S.Psi, M.Si ______________

3. Sukarti, Dr ______________

Page 3: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan

dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti

penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Jika pada saat ujian skripsi saya

melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima sanksi dari dewan

penguji. Apabila kemudian hari saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya

sanggup menerima konsekwensi berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah

saya peroleh.

Yang menyatakan,

Martina Kusumawati

Page 4: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

xiv

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN PERILAKU AGRESIF

PADA WANITA KARIER

Martina Kusumawati Thobagus Muh. Nu’man

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif pada wanita karier. Semakin tinggi konflik peran ganda, semakin tinggi perilaku agresif. Sebaliknya semakin rendah konflik peran ganda, semakin rendah perilaku agresif.

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawati yang sudah menikah, minimal mempunyai satu orang anak, masa kerja minimal dua tahun, dan berusia 25 tahun - 45 tahun. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala konflik peran ganda yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Pareek (dalam Widyasari, 1997) dan Kopelman & Burley (Arinta dan Azwar, 1993) dan skala perilaku agresif yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Berkowitz (dalam Sari, 2005).

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.5 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif. Korelasi Product Moment dari Pearson one-tiled menunjukkan korelasi sebesar r = 0,589 dengan p = 0,00 (p<0,01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Konflik Peran Ganda, Perilaku Agresif

Page 5: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur nikmat tercurah hanya pada-Mu ya Allah SWT,

karya sederhana ini dapat terselesaikan

Terima Kasih untuk segala cinta, perhatian, do’a dan dukungan

dari orang-orang terdekat di hati:

Kedua Orang Tua, Kakak dan Adikku

Ayahanda Hasto Waluyo, SH dan Ibunda Hartini tercinta serta Hesty, SE dan

Bagus tersayang atas ketulusan limpahan cinta, kasih sayang yang tiada

terkira yang selalu menyertai langkah ananda, dukungan dan do’a yang takkan

pernah terbalas. Semoga Allah SWT memberkahi dan menyayangi kita semua.

Amin.

Eyang Kakung tersayang

Terimakasih atas semua bentuk dukungan, do’a, perhatian dan bimbingan yang

diberikan.

Teman Terbaikku Iwar

Terima kasih atas segala limpahan kasih sayang, rasa cinta, kesabaran, dukungan

semangat, do’a, pengertian, perhatian dan juga kesedihan, semua yang ada

menjadikanku lebih dewasa dan mengerti tentang hidup. “Thanks for everything”.

Page 6: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

v

HALAMAN MOTTO

Artinya : “ …Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,… Oleh karena itu,

jika kamu telah selesai dari suatu tugas, kerjakan tugas lain dengan

sungguh-sungguh…” (Q.S. Alam Nasyrah 6-7)

Artinya : “…Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dari Allah dengan

kesabaran dan salat, Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang

sabar…” (Q.S. Al-Baqarah 153)

“Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan

dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,

maka ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar

menyesali. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri. Jika

anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan

dengan dorongan, maka ia belajar untuk percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan

sebaik-bainya perlakuan, maka ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa

aman, maka ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan,

maka ia belajar menyayangi diri. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan

persahabatan, maka ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.” (Pepatah Bijak)

Page 7: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur Kehadirat Allah SWT, atas petunjuk

dan pertolongan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semata-mata adalah rahmat Yang Maha

Pemurah lagi Maha penyayang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa telah banyak pihak yang memberikan

bantuan berupa dorongan, arahan dan data yang diperlukan mulai dari persiapan,

tempa dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunya skripsi ini. Tidak berlebihan

kiranya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi

dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Bapak Thobagus Muh. Nu’man, S.Psi., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi. Terimakasih atas segala waktu, bimbingan, ilmu dan kesabarannya

dalam membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Emi Zulaifah, Dra., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

mendampingi penulis dalam menuntut ilmu.

4. Segenap dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia yang telah mengajarkan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.

Page 8: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

vii

5. Bapak Ir. I Ketut Manuartha, MM, selaku Pimpinan Bank Rakyat Indonesia

Cabang Wonosobo yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan

penelitian.

6. Ibu Lilik Mulyani, SE, selaku Pimpinan BKK Kertek Wonosobo, yang telah

memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

7. Ibu Sriwidayati SE, selaku Pimpinan BKK Sapuran Wonosobo, yang telah

memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

8. Bapak Bardal, selaku Pimpinan BKK Kepil Wonosobo, yang telah memberikan

ijin penulis untuk mengadakan try out.

9. Ibu Nuraini Ariswari, A.md, selaku Direktur LSM Upipa Wonosobo, yang telah

memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

10. Para responden yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis selama

proses pengambilan data.

11. Seluruh keluargaku, terimakasih atas semua bentuk dukungan, perhatian dan

bimbingan yang diberikan.

12. Farrel dan I’am, sahabat kecilku yang selalu membuat tersenyum dan

memberikan keceriaan.

13. Sahabatku Mba’ Citra, Vika, Ria, Mama Neira, terima kasih atas dukungan, do’a,

dan persahabatan yang indah.

14. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

15. Teman-teman angkatan 2003 yang tidak dapat disebut satu persatu terimakasih

atas masukkan dan diskusinya dengan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

viii

Semoga Allah SWT mencatat semua kebaikan yang telah ditebarkan sebagai

amal sholeh, diberikan pahala dan kebaikan yang sepantasnya oleh Allah SWT.

Akhir kata dan tiada kata yang pantas dari penulis selain memohon maaf apabila

selama penulisan skripsi ini melakukan kekhilafan dan semoga karya ini

memberikan manfaat dan kebaikan bagi kita semua, amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, September 2007

Penulis

Page 10: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................ ...................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................ ....................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN............................ ........................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................ .................................................... iv

HALAMAN MOTTO............................ ................................................................... v

PRAKATA............................ ................................................................................. vi

DAFTAR ISI............................ .............................................................................. ix

DAFTAR TABEL............................ ...................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................ ............................................................... xiv

INTISARI............................ ................................................................................. xv

BAB I PENGANTAR............................ .............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ ... 1

B. Tujuan Penelitian...............................................................................6

C. Manfaat Penelitian.............................................................................6

D. Keaslian Penelitian............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................ .................................... 10

A. Perilaku Agresi ..... ...........................................................................10

1. Pengertian Perilaku Agresif........................................ .............. 10

2. Teori-teori tentang Perilaku Agresif............................... ........... 12

Page 11: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

x

3. Aspek-asperk Perilaku Agresif......................................... ......... 16

4. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Agresif................................ .. 19

B. Konflik Peran Ganda ..................... ..................................................25

1. Pengertian Konflik Peran Ganda Wanita Karier........................ 25

2. Aspek-aspek Konflik Peran Ganda .................................. .........28

C. Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita

Karier…………………………………… ............................................ 30

D. Hipotesis Penelitian ……………… .............. …………………………35

BAB III METODE PENELITIAN........................................... ............................... 36

A. Identifikasi Variebel-variabel Penelitian................. ......................... 36

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian..........................................36

C. Subjek Penelitian........................................................................... . 37

D. Metode Pengumpulan Data........ ................................................... .37

1. Skala Konflik Peran Ganda .. .....................................................38

2. Skala Perilaku Agresif.................................. ............................. 40

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur................................................. 41

1. Uji Validitas......................................... ...................................... 42

2. Uji Reliabilitas.................................... ....................................... 42

F. Metode Analisis Data..................................................... ................. 43

Page 12: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

xi

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN.......................................... . 44

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Pengumpulan Data..................... 44

1. Orientasi Kancah............................... ....................................... 44

a. Struktur Organisasi Bank Rakyat Indonesia........................ 44

b. Sistem Kerja dan Peraturan Bank Rakyat Indonesia..... .....47

2. Persiapan Penelitian....................................... .......................... 49

a. Persiapan Administrasi................................ ....................... 49

b. Persiapan Alat Ukur...................................... ...................... 50

c. Uji Coba Alat Ukur.... ........................................................... 51

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian...................... ..............................55

C. Hasil Penelitian...................... ......... ................................................56

1. Deskripsi Subjek Penelitian................................................ ...... 56

2. Deskripsi Statistik ...................................................................... 57

3. Uji Asumsi ................................................................................. 59

a. Uji Normalitas...................... ................................................ 60

b. Uji Linieritas.............. ........................................................... 60

4. Uji Hipotesis .............................................................................. 61

D. Pembahasan........................................ ........................................... 61

BAB V PENUTUP................................... ............................................................ 69

A. Kesimpulan ................................ .....................................................69

B. Saran................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................71

Page 13: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba..................39

Tabel 2 Variasi Jawaban dan Skor Aitem Konflik Peran Ganda ................................40

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Perilaku Agresif Sebelum Uji Coba..........................41

Tabel 4. Variasi Jawaban dan Skor Aitem Perilaku Agresif.......................................41

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Konflik Peran Ganda .... ...........................................52

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Konflik Peran Ganda Setelah Dilihat Validitas Isi ... .54

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Perilaku Agresif............................ ........................... 55

Tabel 8. Deskripsi Subjek Penelitian............................ ............................................. 56

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian............................ ................................................ 57

Tabel 10. Rumus Norma Kategorisasi............................ ........................................... 57

Tabel 11. Kriteria Kategorisasi Skala Konflik Peran Ganda............................ .......... 58

Tabel 12. Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Agresif............................ .................. 59

Page 14: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Angket Try-out ..................................................................... ..................75

Lampiran 2. Data Try-out .......................................................... ................................77

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Try-out .......... ..........................89

Lampiran 4. Angket Penelitian ........................................... .......................................98

Lampiran 5. Data Penelitian ......................................... ...........................................100

Lampiran 6. Data Analisis Penelitian............................ ........................................... 115

Lampiran 7. Hasil Analisis Penelitian............................ .......................................... 118

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dan Bukti Penelitian............................ ................. 126

Page 15: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini terdapat banyak berita-berita di media massa, berita-berita

mengenai kriminalitas dan tindakan kekerasan selalu mewarnai dan dalam porsi

yang semakin meningkat. Perilaku agresi yang termanifestasi dalam bentuk

kekerasan fisik, verbal, seksual, dan ekonomi. Di Indonesia sebagian besar (85%)

korban kekerasan dalam keluarga adalah anak-anak dan wanita, sisanya laki-laki.

Kekerasan dalam keluarga tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja akan tetapi

terdapat sebagian kecil (2%) kekerasan yang dilakukan oleh wanita (Hidayat, 2007).

Menurut Solihin dalam surat kabar harian Kompas, Kamis 23 Mei 2002,

kekerasan atau agresivitas domestik atau kekerasan yang terjadi didalam

lingkungan keluarga, 80% kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh

keluarga, 10% terjadi dilingkungan pendidikan, dan sisanya orang tidak dikenal. Dan

sebanyak 60% merupakan kekerasan ringan berupa kekerasan verbal atau caci

maki, sedang 40% sisanya mengalami kekerasan fisik. Ketika berusia 10 tahun,

Keiza dianiaya oleh ibu kandungnya sampai mendapat 50 jahitan. Keiza anak

tunggal dan masih mempunyai ayah yang kurang peduli dengan Keiza dan ibunya.

Hal ini terjadi karena ibu Keiza mendapat tekanan, dimana harus menjalankan tugas

sebagai ibu rumah tangga dan bekerja diluar rumah untuk mencukupi kebutuhan

hidup (www.google.com).

Page 16: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

2

Dalam Samarinda Pos Online, Selasa 6 Maret 2007, terdapat kasus seperti

di atas yang menimpa artis, yaitu Maia Ratu. Maia melakukan aksi pelemparan

remote ke wajah suaminya. Hal ini termasuk perilaku agresi yang diakibatkan

adanya konflik peran ganda. Disini jelas bahwa Maia Ratu sangat sibuk dengan

kegiatan di luar rumah, sedangkan suaminya menuntut Maia untuk sering berada di

rumah dan mengasuh anak-anaknya. Selain itu Maia sendiri sedang menghadapi

masalah dengan pekerjaanya, pada dasarnya Maia masih ingin berkarier. Dengan

demikian kedua perannya saling menghambat satu sama lainnya (www.sapos.co.id).

Menurut Koeswara (1988) bahwa ada peningkatan agresivitas pada wanita,

hal ini terjadi karena wanita semakin meninggalkan kegiatan-kegiatan tradisionalnya

(hanya berperan sebagai ibu rumah tangga) di lingkungan keluarga, dan karena

memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Selain

itu menurut Gibson (Salimon, 1995) yang melakukan pengkajian atas perbedaan

wanita bekerja dan ibu rumah tangga dibeberapa negara menyatakan bahwa ada

pandangan wanita bekerja cenderung agresif, suka memberontak, dan menjadi

liberal. Hal ini dikarenakan karena wanita dibebankan dengan tugas yang banyak

(www.google.com).

Moore dan Fire (Koewara, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku

kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap

objek-objek. Perilaku agresif akan berkembang dan terwujud oleh beberapa sebab

yang mempengaruhinya. Ada kalanya perilaku agresif termanifestasi dalam wujud

kekuasaan atau dalam bentuk emosi. Menurut Moyer (Koeswara, 1988) agresi

Page 17: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

3

ketakutan merupakan agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk

menghindari dari ancaman.

Adapun faktor-faktor pengarah dan pencetus kemunculan agresi menurut

Koeswara (1988), adalah frustasi, stress, deindividuasi, kekuasaan dan kepatuhan,

efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-obatan, serta suhu udara. Sementara

Berkowitz & Dollard (Faturochman, 2006) menyatakan bahwa frustrasi dianggap

sebagai faktor yang paling menonjol memunculkan perilaku agresi. Sementara

frustrasi terjadi apabila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai

tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu (Mu’tadin, 2002).

Sejalan dengan Miller (Berkowitz, 1995) yang mengemukakan frustasi

merupakan faktor pendorong terjadinya perilaku agresif. Hal ini biasanya terjadi jika

mendapati diri tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan, kecenderungan awalnya

mungkin adalah melakukan sesuatu yang bukan menyerang rintangan yang

dihadapi. Akan tetapi jika rintangan itu terus menerus dan atau berulang, perilaku

agresif mungkin meningkat intensitasnya.

Sementara Dollard (Sarwono, 2002) mengemukakan bahwa frustrasi akan

memicu munculnya perilaku agresi dan individu yang mengalaminya akan

memunculkan perilaku agresi. Kemudian Rini (2002) menyatakan salah satu

masalah yang seringkali dialami oleh wanita bekerja adalah frustrasi, karena dalam

pelaksaan perannya, salah satu peran yang dijalankan menghalangi perlaksanan

peran lainnya. Menurut Katz & Kahn (Arinta & Azwar, 1993) kejadian sehari-hari dari

dua atau lebih peran yang pemenuhan salah satu peran dapat menghasilkan

Page 18: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

4

kesulitan atau menghalangi pemenuhan peran lain bagi seseorang semacam ini

merupakan konflik peran ganda.

Sosialisasi peran ganda wanita Indonesia berlangsung melalui harapan

bahwa wanita adalah pendamping suami, wanita adalah ibu yang bertanggung

jawab terhadap kualitas pendidikan anak, wanita adalah manajer rumah tangga,

wanita adalah pencari nafkah yang kedua, dan wanita adalah anggota masyarakat.

Dengan waktu, tenaga, dan komitmen yang terbatas, mereka harus bisa

menyeimbangkan peran mereka di tempat kerja dan di rumah. Hal ini menjadi

prinsip sehari-hari, terutama bagi wanita menikah yang bekerja. Namun, sering

didengar pernyataan dari mereka bahwa "tanganku ki mung loro", yang dalam

bahasa Indonesia berarti "tangan saya hanya dua". Ungkapan ini bermakna bahwa

mereka mempunyai keterbatasan tenaga, yang artinya bahwa dengan keterbatasan

itu mereka mengalami konflik peran (Hardyastuti, 2001).

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, memainkan dua peran sekaligus

menimbulkan konflik peran dalam diri individu. Hal ini disebabkan karena masih ada

pandangan tradisional yang menyatakan bahwa seorang istri harus

bertanggungjawab penuh terhadap keberesan rumah tangga, kesejahteraan suami

dan anak-anaknya. Tidak peduli apakah isteri bekerja diluar rumah atau hanya

sebagai ibu rumah tangga. Menurut hasil penelitian, konflik peran lebih banyak

dirasakan oleh kaum wanita daripada lelaki (Hardyastuti, 2001). Sementara Budiman

(Irvanus, 2002) menyatakan bahwa ada beberapa perempuan yang berperan ganda

menerima keadaan untuk menjadi ibu rumah tangga dan sebagai wanita bekerja,

Page 19: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

5

bahkan menerima peran yang diberikan sebagai sesuatu yang mulia dan harus

dijunjung tinggi sehingga tidak menjadi konflik peran ganda.

Berbeda dengan kaum pria, pada wanita karier lebih-lebih yang telah

menikah, seringkali terpaksa dihadapkan pada suatu dilemma ataupun konflik di

dalam memilih peran. Disatu sisi wanita dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga

yang baik, yang selalu siap mengasuh dan melayani segala kebutuhan suami dan

anak-anaknya. Disisi yang lain wanita juga dituntut untuk menjalankan pekerjaan

sebagai wanita karier dengan baik. Dengan demikian wanita dihadapkan pada

pilihan yang sulit, menjadi ibu rumah tangga yang baik atau menjadi wanita karier.

Kondisi semacam ini akan dinamakan konflik peran ganda.

Kemudian Gibson (Widyasari, 1997) menyatakan konflik peran ganda akan

terjadi ketika individu memainkan beberapa peran dan diantaranya memiliki harapan

yang bertentangan atau salain menghalangi. Sementara Chaplin (2002) menyatakan

bahwa adanya rintangan dan penggagalan untuk mencapai sesuatu dapat

menyebabkan frustrasi. Frustrasi sendiri dinyatakan sebagai pengarah atau

pencetus munculnya perilaku agresif.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif yang muncul

pada wanita berperan ganda dipicu atau didorong oleh adanya kemungkinan

terjadinya frustasi. Frustasi yang menyebabkan munculnya perilaku agresif dapat

terjadi jika ada sebuah rintangan. Wanita berperan ganda seringkali menemui

rintangan atau hambatan dalam menjalankan perannya. Seperti diketahui, konflik

peran ganda terjadi ketika satu peran yang dimainkan bertentangan atau

menghalangi peran yang lain. Hal semacam ini terjadi karena adanya hambatan

Page 20: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

6

maupun terkanan yang muncul dari lingkungan keluarga dan lingkungan kerja

terhadap pelaksanaan tugas atau peran pada wanita berperan ganda.

Mengingat hal ini telah demikian merebak dalam kehidupan saat ini, dimana

banyak wanita yang memainkan peran gandanya sebagai ibu rumah tangga dan

sebagai wanita karier, maka rumusan pokok permasalahan penelitian ini adalah

apakah ada hubungan konflik peran ganda dan perilaku agresif pada wanita karier?.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui

apakah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif

pada wanita karier.

C. Manfaat Penelitian

Di samping tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat secara praktis dan teoritis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperkaya

wawasan dalam bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial sebagai usaha

menetapkan, menguji teori-teori tentang agresi dalam hubungannya dengan

konflik peran ganda pada wanita karier.

Page 21: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

7

2. Secara Praktis

a. Bagi wanita karier yang melakukan peran ganda agar dapat

mengembangkan potensi-potensinya namun tidak meninggalkan kodrat

kewanitaannya dan dapat menempatkan sebaik-baiknya apa yang menjadi

prioritas tugasnya berdasarkan tempat dan waktu dimana dirinya berada,

sehingga terwujud keserasian antara peran sebagai wanita karier dan

sebagai ibu rumah tangga.

b. Bagi wanita karier yang mengalami konflik peran ganda agar supaya lebih

mampu mengatasi ketidakmampuan dalam pembagian peran, sehingga tidak

menimbulkan frustasi yang dapat memicu munculnya perilaku agresif.

c. Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mempertegas pilihan sebagai

wanita karier atau sebagai ibu rumah tangga ataupun keduanya, sehingga

dapat mengantisipasi konflik yang mungkin timbul dengan pilihan tersebut.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan konflik peran ganda wanita karier yang

sejenis yang pernah dilakukan antara lain adalah :

1. Penelitian Arinta yang dilakukan di Indonesia dengan judul Peran Jenis

Androgini Dan Konflik Peran Ganda Pada Ibu Bekerja, pada tahun 2003. Subjek

penelitian tersebut dilakukan terhadap karyawati PT. Telkom Kandatel Semarang

dan Kandatel Yogyakarta. Dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah wanita

yang berperan ganda, semakin tinggi tingkat androginitas akan semakin rendah

kemungkinan timbulnya konflik peran ganda dan sebaliknya.

Page 22: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

8

2. Penelitian Diansari Everina yang dilakukan di Indonesia dengan judul Hubungan

Antara Konflik Pada Wanita Peran Ganda Dengan Aspirasi Karier, pada tahun

2006. Subjek penelitian tersebut dilakukan terhadap wanita yang berumah

tangga dan aktif bekerja pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Belitung. Dengan

hasil penelitian yang diperoleh ada hubungan negatif yang signifikan antara

konflik pada wanita peran ganda dengan aspirasi karier.

3. Penelitian Ashari Vonna yang dilakukan di Indonesia dengan judul Hubungan

Pemahaman Jender Dan Dukungan Suami Dengan Konflik Peran Ganda Pada

Wanita Karier, pada tahun 2005. Subjek penelitian tersebut dilakukan terhadap

yang wanita berumah tangga, memiliki anak dan aktif bekerja dikantor otoritas

Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam di Batam. Dengan hasil penelitian

yang diperoleh ada hubungan pemahaman jender dengan konflik peran ganda

wanita dan ada hubungan dukungan suami dengan konflik peran ganda ditolak.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini dapat dikatakan orisinil dengan

alasan dilihat dari:

1. Keaslian Topik

Banyak penelitian mengenai peran ganda wanita karier sebagai variabel bebas

yang telah dilakukan dengan variabel tergantung yang berbeda. Penelitian ini

menhubungankan konflik peran ganda dan perilaku agresif. Konflik peran ganda

merupakan kejadian sehari-hari dari dua atau lebih peran, yang pemenuhan

salah satu peran dapat menghasilkan kesulitan pemenuhan peran lain bagi

seseorang. Sedangkan perilaku agresif adalah tindakan individu yang ditujukan

Page 23: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

9

untuk melukai dan mencelakakan individu lain secara sengaja. Semakin tinggi

konflik peran ganda, maka semakin tinggi perilaku agresif, dan sebaliknya.

2. Keaslian Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sintesa dari beberapa

teori. Konflik peran ganda menggunakan beberapa teori dari Pareek, Kopelman

dan Burley. Sedangkan perilaku agresif menggunakan beberapa teori dari Freud,

Dollard & Miller, dan Berkowitz.

3. Keaslian Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam skala yang

dibuat sendiri oleh peneliti. Skala ini terdiri dari skala konflik peran ganda wanita

karier dan skala perilaku agresif.

4. Keaslian Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini karakteristiknya adalah karyawati yang sudah

menikah, minimal mempunyai satu anak, berusia 25 tahun - 45 tahun (yang

merupakan usia produktif) dan masa kerja minimal dua tahun.

Page 24: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, agresi diartikan sebagai perasaan

marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan, kegagalan dalam mencapai pemuas

atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda. Agresi merupakan

konsep yang familiar tetapi nampaknya tidak mudah untuk mendefinisikannya.

Aronson (Koeswara, 1988) mengemukakan agresi adalah tingkah laku yang

dijalankan individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan

ataupun tanpa tujuan tertentu. Menurut Baron (Koeswara, 1988) agresi adalah

tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai dan mecelakakan individu lain

yang tidak menginginkan datanganya tingkah laku tersebut. Definisi agresi dari

Baron ini mencakup empat faktor, tingkah laku, tujuan untuk melukai atau

mencelakakan (termasuk mematikan atau membunuh), individu yang menjadi pelaku

dan individu yang menjadi koban, dan ketidakinginan korban menerima tingkah laku

pelaku.

Sementara itu Moore dan Fine (Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi

sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap individu lain

atau terhadap objek-objek. Sejalan dengan Myers (Sarwono, 2002) menyatakan

perilaku agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk

menyakiti atau merugikan orang lain. Selain itu Atkinson (1983) menyatakan agresi

Page 25: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

11

sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain (secara fisik maupun

verbal) atau merusak harta benda.

Agresi (Agression) yaitu siksaan yang diarahkan secara sengaja dari

berbagai bentuk kekerasan terhadap orang lain (Baron, 2005). Sedangkan

Manstead dan Hewstone (Faturochman, 2006) menyatakan agresi merupakan

segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan tujuan melukai

dan pihak yang dilukai tersebut berusaha menghindarinya. Selain itu Breakwell

(1998) mendefinisikan agresi secara tipikal sebagai bentuk perilaku yang

dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan

kemauan orang tersebut, berarti menyakiti orang lain secara sengaja, bukanlah

agresi, apabila pihak yang dirugikan menghendaki hal tersebut terjadi.

Pendapat lain Chalpin (2002) mengartikan agresivitas adalah kecenderungan

habitual (yang dibiasakan) untuk memancarkan permusuhan, pernyataan diri secara

tegas, penonjolan diri, penuntutan atau pemaksaan diri, pengejaran penuh dengan

semangat suatu cita-cita, dominasi sosial, khususnya secara ekstrem. Pola agresif

dicirikan dengan tindakan atau sikap-sikap agresif yang bertujuan menghilangkan

perasaan inferior, artinya yang terjadi adalah kompleks superioritas.

Sementara Sarason (Dayakisni, 2001) menyatakan agresi sebagai suatu

serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain, atau

bahkan pada dirinya sendiri. Sejalan dengan Murray (Anshari, 1996) menyatakan

agresi merupakan keinginan untuk menyerang atau melukai orang lain, memerangi,

memfitnah, menghakimi, atau melangsungkan praktek kesadisan.

Page 26: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

12

Berkowitz (Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustasi mengakibatkan

terangsangnya suatu dorongan yang tujuan utamanya adalah menyakiti beberapa

orang atau objek, terutama yang dipersepsikan sebagai penyebab frustasi. Selain

itu Berkowitz membedakan agresi ke dalam dua macam agresi, yakni agresi

instrumental (instrumental aggression) dan agresi benci (hostile aggression) atau

disebut juga agresi impulsive (impulsive aggression). Yang dimaksud dengan agresi

instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat

atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan agresi benci atau agresi

impulsif adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan

untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif merupakan

tingkah laku kekerasan fisik maupun verbal yang ditujukan kepada orang lain atau

objek-objek (benda) yang bersifat mencelakakan, merugikan atau merusak yang

mengandung unsur kesengajaan serta adanya usaha menghindar yang dilakukan

oleh pihak yang dilukai atau dirugikan.

2. Teori-teori Tentang Perilaku Agresi

Menurut Sarwono (2002) teori-teori tentang perilaku agresi terbagi ke dalam

beberapa kelompok yang antara lain, adalah:

a. Teori Naluri dan Biologi

1) Teori Naluri dan Psikoanalisa

Menurut teori psikoanalisa milik Freud (1955), agresi adalah satu dari dua

naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos merupakan pasangan dari

Page 27: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

13

naluri seksual atau eros. Jika naluri seks berfungsi untuk melanjutkan

keturunan, sementara naluri agresi berfungsi untuk mempertahankan jenis

dan keduanya berada dalam alam ketidaksadaran. Selain itu Breakwell

(1998) menjelaskan teori instink milik Freud bahwa individu melakukan

tindakan agresi karena tidak ada tindakan lainnya yang mungkin dilakukan,

hal ini dikaitkan bahwa orang tidak mengendalikan tindakan-tindakannya

sendiri, serta menganggap agresi adalah suatu kebutuhan dan memiliki nilai

survival. Selain itu Wrighsman dan Deaux (Dayakisni, 2001) yang merupakan

suatu revisi yang dilakukan pengikut-pengikut Neo Freudian menyatakan

dorongan agresi adalah sehat, karena merupakan usaha untuk

menyesuaikan dengan lingkungan yang nyata dari manusia. Kemudian

pendapat Lorenz (1976) tentang naluri agresi yang menjelaskan bahwa

tingkah laku naluriah tertentu ada atau bertahan pada organisme karena

memiliki nilai survival bagi organisme tersebut, kesimpulannya adalah agresi

dianggap bagian dari naluri pada organisme yang diperlukan untuk survival

(bertahan) dalam proses evolusi, dan bersifat adaptif (menyesuaikan diri

terhadap lingkungan) bukan destruktif (merusak lingkungan).

2) Teori Biologi

Moyer (1976) berpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh proses

tertentu yang terjadi diotak dan susunan syaraf pusat, selain itu hormon pada

laki-laki (testoteron) dipercaya sebagai pembawa sifat agresif. Sementara

Brigham (Helmi, 1998) menyatakan bahwa hormon testosteron saja tidak

Page 28: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

14

memunculkan perilaku agresif secara langsung, namun harus ada pemicu

dari luar.

b. Teori Lingkungan

1) Teori Frustrasi-Agresi Klasik

Teori yang dikemukakan Dollard dkk (1939) dan Miller (1941) pada intinya

menjelaskan bahwa agresi dipicu oleh frustrasi, frustrasi sendiri diartikan

sebagai hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan, sehingga agresi

merupakan bentuk pelampiasan dari perasaan frustrasi. Dollard & Miller

(Baron, 2005) mengemukakan teori dorongan atas agresi, dalam bentuk

aslinya hipotesis frustasi-agresi (frustration-aggression hypothesis) terdapat

dua pernyataan penting yaitu frustasi selalu memunculkan bentuk tertentu

dari agresi dan agresi selalu muncul dari frustasi. Secara singkat, teori ini

memandang bahwa orang yang frustasi selalu terlibat dalam suatu tipe

agresi dan semua tindakan agresi. Sejalan dengan pendapat Gloria (Baron,

2005) frustasi merupakan perjalanan yang tidak menyenangkan, dan frustasi

dapat menyebabkan agresi. Frustasi kadang mengahasilkan agresi karena

adanya hubungan mendasar antara efek negatif (perasaan tidak

menyenagkan) dengan perilaku agresif. Selain itu Dollard & Miller (Baron,

2005) menyatakan bahwa teori dorongan atas agresi merupakan perilaku

agresi yang didesak dari dalam oleh dorongan untuk menyakiti dan melukai

orang lain. Dorongan-dorongan ini muncul dari berbagai kejadian eksternal

seperti frustasi. Kemudian Berkowitz (Baron, 2005) menyatakan bahwa

frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu dorongan yang tujuan

Page 29: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

15

utamanya adalah menyakiti beberapa orang atau objek, terutama yang

dipersepsikan sebagai penyebab frustasi.

2) Teori Frustrasi-Agresi Baru

Modifikasi terhadap teori frustrasi-agresi klasik dilakukan oleh Burnstein dan

Worchel, yang membedakan antara frustrasi dan iritasi. Iritasi terjadi jika

hambatan terhadap pencapaian tujuan dapat dimengerti alasannya,

sedangkan frustrasi adanya pandangan bahwa seharusnya tidak terjadi

kegagalan dalam usaha pencapiannya. Kemudian Berkowitz (1988)

menyatakan bahwa frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi marah

yang memicu agresi. Selain itu frustrasi lebih disebabkan oleh keadaan

subjektif daripada keadaan objektif, yang dimaksud dengan keadaan

subjektif atau depriviasi (kekurangan) adalah adanya kesenjangan antara

harapan dan kenyataan sehingga orang yang bersangkutan merasa

kekurangan.

3) Teori Belajar Sosial

Penelitian Bandura (Krahé, 2005) tentang pembentukan agresivitas pada

anak-anak yang menyatakan bahwa agresi dapat dipelajari dan terbentuk

pada individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan

individu lain. Selain itu penelitian yang dilakukan White & Humphrey (Krahé,

2005) yang menyatakan bahwa wanita-wanita yang agresif, telah mengalami

sendiri perlakuan agresif terhadap dirinya, baik yang dilakukan oleh orang

tua ataupun teman prianya.

Page 30: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

16

c. Teori Kognisi

Menurut Kawakami & Dion (Krahé, 2005) teori kognisi ini berintikan pada proses

yang terjadi pada kesadaran dalam membuat penggolongan (kategorisasi),

pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembuatan keputusan. Sejalan

dengan Johnson & Rule (Krahé, 2005) yang menyatakan kesalahan atau

penyimpangan dalam pemberian atribusi dapat memunculkan agresi, sebagai

contoh ada seorang (orang pertama) yang melihat kearah orang lain (orang

kedua), orang kedua merasa bahwa orang pertama melototinya dengan

pemberian atribusi yang salah mengakibatkan orang kedua merasa bahwa orang

pertama ingin memusuhi orang kedua. Peristiwa semacam ini dapat

memunculkan perilaku agresif.

Dari uraian di atas, terdapat beberapa teori agresi namun penelitian akan

menggunakan teori frustrasi agresi pada penelitian ini karena sesuai dengan

penelitian yang dilakukan untuk mengungkap hubungan konflik peran ganda dengan

perilaku agresi. Dimana teori frustrasi agresi menjelaskan bagaimana perilaku agresi

muncul dikarenakan adanya frustrasi yang dialami oleh individu atau dapat

dikatakan adanya hambatan terhadap pencapaian tujuan yang dilakukan individu.

3. Aspek-aspek Perilaku Agresif

Medinus dan Johnson (Dayakisni, 2001) menyebutkan aspek-aspek perilaku

agresif, sebagai berikut:

a. Menyerang fisik, yang termasuk dalam penyerangan fisik adalah memukul,

mendorong, menendang, menggigit, meninju, meludahi dan merampas.

Page 31: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

17

b. Menyerang suatu objek, yang dimaksud disini adalah menyerang benda mati

atau binatang.

c. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah mengancam

secara verbal memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap

menuntut.

d. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

Sementara Berkowitz (dalam Sari, 2005) mengelompokkan perilaku agresif

ke dalam tiga aspek, yaitu:

a. Agresi fisik, merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang

secara fisik, misalnya menendang, memukul, dan sebagainya.

b. Agresi verbal, merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang

sebagai umpatan bahkan ancaman, misalnya memaki, mengancam, dan

sebagainya.

c. Agresi pasif, merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti tidak

secara fisik maupun verbal, misalnya menolak bicara, bungkam, dan tidak

peduli.

Selain itu Buss (Dayakisni, 2003) mengelompokkan agresi manusia ke dalam

delapan aspek, yaitu:

a. Agresi fisik aktif langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau

kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau

kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung,

seperti memukul, mendorong, menembak, dan sebagainya.

Page 32: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

18

b. Agresi fisik pasif langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan individu

atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau

kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara

langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok kerja, aksi diam, dan sebagainya.

c. Agresi fisik aktif tidak langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan

individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan

individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti merusak harta

korban, membakar rumah, menyewa tukuang pukul, dan sebagainya.

d. Agresi fisik pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan

individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan

individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik

secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh dan sebagainya.

e. Agresi verbal aktif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan individu

atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau

kelompok lain, seperti menghina, memaki, marah, mengumpat, dan sebagainya.

f. Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan individu

atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau

kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti

menolak berbicara, bungkam, dan sebagainya.

g. Agresi verbal aktif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan

oleh individi atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung

dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar

fitnah, mengadu domba, dan sebagainya.

Page 33: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

19

h. Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan

oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau

kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara

langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara, dan

sebagainya.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang merupakan aspek-

aspek perilaku agresif adalah agresi fisik, agresi verbal, dan agresi pasif.

4. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Agresif

Konsep motivasi menerangkan bahwa, sebagaimana umumnya tingkah laku,

agresi bukanlah variabel yang muncul secara kebetulan atau otomatis, melainkan

variabel yang muncul karena terdapat kondisi-kondisi atau faktor-faktor tertentu yang

mengarahkan atau mencetuskannya, yang sering dibedakan ke dalam dua jenis

faktor, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor-faktor yang

berasal dari luar individu (eksternal). Menurut Koeswara (1988) faktor-faktor

pengarah dan pencetus kemunculan agresi, yakni:

a. Frustrasi

Gagasan bahwa frustasi bisa mengarahkan individu kepada agresi adalah

gagasan yang pertama kali dikemukakan oleh Dollard, dkk. Yang dimaksud

dengan frustasi itu sendiri adalah situasi dimana individu terhambat atau gagal

dalam berusaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami

hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Pada saat

individu mengalami frustrasi, maka akan lebih cenderung melakukan perilaku

Page 34: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

20

agresif karena tujuan yang ingin dicapai mengalami hambatan bahkan

kegagalan.

b. Stress

Menurut Selye (1946) stress sebagai reaksi, respon, atau adaptasi fisiologis

terhadap stimulus eksternal atau perubahan lingkungan. Dalam hal ini efek

stress merupakan efek behavioral berupa kemunculan agresi.

c. Deindividuasi

Deindividuasi mempunyai peran memperbesar keleluasaan melakukan agresi

atau memperbesar terjadinya agresi, karena deindividuasi suatu usaha

menyingkirkan atau mengurangi peran beberapa aspek yang terdapat pada

individu, yaitu identitas diri atau personalitas individu pelaku maupun identitas

diri korban agresi, dan keterlibatan emosional individu pelaku agresi terhadap

korbannya (Dunn dan Rogers, 1979; Diener, 1980; Mann, Newton dan Innes,

1982).

d. Kekuasan dan kepatuhan

Lord Acton (Koeswara, 1988) menyatakan kekuasaan itu sering disalahgunakan.

Dalam penyalahgunaan kekuasaan yang mengubah kekuasaan menjadi

kekuatan yang memaksa (coercive), memiliki efek langsung maupun tidak

langsung terhadap kemunculan agresi seperti ditunjukkan oleh tindakan-tindakan

Nero, Hitler, Mussolini, Stalin, Triumvirat militer Argentina, Somosa, Baby Doc,

Marcos, dan sejumlah manipulator kekuasaan lainnya. Kekuasaan diartikan

sebagai kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk

merealisasikan keinginan-keinginannya dalam tindakan komunal bahkan

Page 35: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

21

meskipun harus berhadapan dengan perlawanan dari seseorang atau

sekelompok orang yang lainnya berpartisipasi dalam tindakan komunal tersebut.

Sedangkan agresi manusia adalah suatu cara yang dilakukan individu untuk

mencapai tujuannya dengan cara apapun bahkan berusaha menggunakan

kekuasaannya sebagai alat atau cara pencapaian tujuan.

e. Efek senjata

Menurut Koeswara (1988) senjata memainkan peran dalam agresi tidak saja

karena fungsinya mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan agresi, tetapi

juga karena efek kehadirannya. Beredarnya senjata api dan syarat –syarat

kepemilikan yang begitu longgar, mengakibatkan tingginya kecenderungan

perilaku agresif pada masyarakat yang menggunakan senjata api.

f. Provokasi

Provokasi bisa mencetuskan agresi karena provokasi itu sering merupakan

serangan terhadap sesuatu yang oleh setiap orang selalu dipelihara

keutuhannya, yakni rasa harga diri (self-esteem) (Geen, 1968).

g. Alkohol dan obat-obatan

Dari hasil penelitian Taylor dan Schmut (1982), seseorang yang menerima

alkohol dalam takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresivitas lebih tinggi

dibanding dengan subjek-subjek yang menerima alkohol dalam takaran yang

rendah. Selain itu banyak kasus-kasus yang muncul dari tindakan agresi dengan

pelaku yang mengkonsumsi alkohol atau yang mempunyai kebiasaan mabuk.

Page 36: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

22

h. Suhu udara

Dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya, suhu udara adalah faktor yang

jarang diperhatikan oleh peneliti agresi meski sesungguhnya sejak lama ada

dugaan bahwa suhu udara memiliki pengaruh terhadap tingkah laku, termasuk

tingkah laku agresif (Koeswara, 1988). Namun di Amerika Serikat, perilaku

agresif banyak sekali memunculkan kasus-kasus kriminal pada musim panas,

dengan alasan pada musim panas hari-hari “lebih panjang” dan individu

mempunyai keleluasaan bertindak dibandingkan pada musim-musim yang

lainnya.

Sedangkan menurut Baron (2005) faktor-faktor penyebab munculnya perilaku

agresi adalah, sebagai berikut:

a. Faktor sosial

1) Frustrasi

Frustrasi selalu munculkan bentuk tertentu dari agresi (Dollard, 1939). Disini

frustrasi dinyatakan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, individu

akan melakukan perilaku agresif jika merasa berada pada keadaan yang

tidak nyaman atau tidak menyenangkan.

2) Provokasi

Provokasi adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi

pada diri si penerima provokasi, serta seringkali tindakan tersebut

dipersepsikan berasal dari maksud yang jahat.

Page 37: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

23

3) Pemaparan terhadap kekerasan di media

Banyaknya gambaran aksi kekerasan dimedia, memicu munculnya perilaku

agresif. Menurut Botha (1990) makin banyak film atau program televisi

dengan kandungan kekerasan yang ditonton pada masa kanak-kanak, makin

tinggi tingkat agresi ketika remaja atau dewasa.

4) Keterangsangan

Keterangsangan yang meningkat dapat menimbulkan perilaku agresi, jika

keterangsangan masih tetap ada setelah melalui kejadian atau situasi yang

tidak menyenangkan dan salah diinterpretasikan sebagai rasa marah.

b. Faktor pribadi

1) Pola perilaku

Pola perilaku terdiri dari dua tipe, tipe A menunjukkan karakteristik individu

yang tingkat kompetitif, urgensi waktu, dan hostility yang tinggi, sedangkan

tipe B menunjukkan karakteristik yang berlawanan dengan tipe A. Tipe A

lebih cenderung melakukan agresi hostile dibanding tipe B, namun

sebaliknya tipe A lebih cenderung untuk tidak melakukan agresi instrumental.

2) Bias atribusional hostile

Bias atribusional hostile merupakan kecenderungan untuk mempersepsikan

maksud atau motif hostile dalam tindakan orang lain ketika tindakan itu

dirasa ambigu.

3) Gender

Perbedaan gender dalam agresi menjadi lebih besar dengan ada atau

tidaknya provokasi. Pria lebih cenderung agresif dibandingan wanita, namun

Page 38: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

24

adanya provakasi yang intens menunculkan persamaan agresif yang sama

pada pria dan wanita (Betancourt & Miller,1996).

c. Faktor situasional

1) Suhu udara

Agresi meningkat pada suhu udara pertengahan 80 derajat Fahrenheit,

namun agresi mengalami penurunan pada suhu yang lebih tinggi (Bell &

Baron, 1976). Artinya suhu panas meningkatkan agresi, namun hanya pada

batas titik tertentu.

2) Alkohol

Alkohol memberi pengaruh munculnya perilaku agresif pada individu yang

mempunyai kecenderungan agresi rendah, tetapi berbeda dengan individu

yang mempunyai kecenderungan agresi tinggi akan sedikit berkurang dalam

pengaruh alkohol.

3) Belief budaya dan nilai-nilai

Breakwell (1998) menjelaskan ada penilaian sub-kultural terhadap agresi

yang berbeda pada masyarakat, misalnya pada masyarakat tertentu agresi

diharapkan diekspresikan secara fisik namun masyarakat lain secara verbal,

selain itu perbedaan antara cara atau bentuk agresi yang diekspresikan pada

kaum pria atau wanita.

Sementara Harris (Baron, 2005) menyatakan bahwa pria lebih banyak

melakukan perilaku agresif daripada wanita. Ini menjelaskan bahwa perbedaan

gender dalam agresi lebih kompleks. Pria secara umum lebih cenderung dari wanita

untuk melakukan perilaku agresif dan menjadi target dari perilaku tersebut. Namun

Page 39: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

25

pendapat lain Penrod (Koeswara, 1988) bahwa ada peningkatan perilaku agresi

yang dilakukan wanita. Peningkatan perilaku agresi ini terjadi karena adanya

gerakan wanita yang menuntut kebebasan dan persamaan hak serta banyaknya

kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan di luar rumah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menjadi

penyebab atau pencetus perilaku agresif, yaitu frustrasi, stress, deindividuasi,

kekuasaan dan kepatuhan, efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-obatan, suhu

udara, pemaparan terhadap kekerasan di media, keterangsangan, pola perilaku,

bias atribusional hostile, gender, belief budaya dan nilai-nilai serta pada wanita

karena adanya gerakan yang menuntut kebebasan dan persamaan hak dan

banyaknya kesempatan melakukan kegiatan di luar rumah. Dimana faktor-faktor

tersebut menpunyai pengaruh yang berbeda terhadap munculnya perilaku agresif,

namun faktor yang dianggap paling menonjol adalah frustrasi.

B. Konflik Peran Ganda Wanita Karier

1. Pengertian Konflik Peran Ganda Wanita Karier

Konflik secara umum merupakan suatu proses dimana individu atau

kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera mengambil

tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi individu tersebut (Baron,

2005). Selain itu Webster (Pruitt, 2004) mengartikan konflik sebagai persepsi

mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-

pihak berkonflik tidak dapat dicapai. Sedangkan peran diartikan seperangkat

Page 40: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

26

patokan yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang, yang

menduduki suatu posisi (Suhardono, 1994).

Kemudian Pareek (dalam Widyasari, 1997) yang menyatakan bahwa konflik

peran terjadi karena adanya harapan-harapan yang saling bertentangan pada waktu

yang sama. Selain itu Newcomb (1981) menyatakan konflik peran berasal dari

kumpulan-kumpulan harapan yang bertentangan, hal ini dirasakan individu jika salah

satu dari dua kumpulan harapan-harapan peran salaing bertentangan, dalam

keadaan ini akan menimbulkan konflik karena menghadapi harapan-harapan yang

tidak dapat disatukan sekaligus. Sementara Gibson (1990) menyatakan konflik

peran terjadi apabila seseorang menghadapi suatu situasi dimana terdapat dua atau

lebih persyaratan untuk melaksanakan peran yang satu dapat menghalangi

pelaksanaan peran yang lain khususnya dalam hal ini adalah peran ganda.

Peran ganda adalah peran yang sekaligus harus dimainkan seseorang sebab

orang tersebut menduduki banyak jabatan, seperti seorang wanita yang berperan

sebagai karyawati suatu perusahaan dan sebagai ibu rumah tangga (Gibson, 1990).

Pendapat lain Arinta & Azwar (1993) menyatakan peran ganda adalah suatu

pandangan yang menekankan bahwa urusan dalam lingkup rumah tangga tidak

boleh dilupakan oleh perempuan, meskipun aktif di luar rumah. Hal ini terjadi karena

banyak peran berbeda yang diduduki dalam berbagai organisasi dan dalam tiap-tiap

organisasi mencoba untuk menduduki dan menampilkan peran tertentu, jadi

kebanyakan orang melakukan peran ganda. Selain itu Arinta & Azwar (1993)

menjelaskan bahwa konflik peran ganda bersifat psikologis dengan gejala antara

lain, rasa bersalah, gelisah, tergantung, dan frustrasi. Konflik peran ganda muncul

Page 41: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

27

karena peran dengan orientasi berbeda sama-sama membutuhkan pengabdian yang

baik.

Wanita karier adalah seseorang wanita yang melaksanakan suatu tugas

pada waktu dan tempat tertentu menjadi pekerja atau karyawan (Vuuren, 2001).

Selain itu Wolfman (1995) menyatakan wanita karier adalah wanita yang bekerja di

luar rumah. Pendapat lain Anoraga (2006) menyatakan wanita karier adalah wanita

yang memperoleh atau mengalami perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan,

jabatan, dan lain-lain. Sementara pengertian karier itu sendiri adalah sikap dan

perilaku yang berhubungan dengan pengalaman dan kegiatan kerja sepanjang hidup

orang tersebut (Gibson, 1990). Definisi ini sejalan dengan pengertian karier yang

dikemukakan Flippo (1990) bahwa karier adalah rangkaian kegiatan kerja yang

terpisah tetapi berkaitan, yang memberi kesinambungan, ketentraman dan arti

dalam hidup seseorang.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda wanita

adalah suatu konflik atau pertentangan batin yang dialami wanita yang sudah

berkeluarga dan bekerja diluar rumah, dimana wanita kurang mampu

mengkoordinasi secara efektif perannya, baik sebagai ibu rumah tangga dan

sebagai wanita karier, sehingga menghadapi kondisi dimana tiap-tiap peran yang

memang mengandung persyaratan tertentu dan menghalangi pelaksanaan peran

satu sama lain.

Page 42: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

28

2. Aspek-aspek Konflik Peran Ganda Wanita Karier

Menurut Pareek (dalam Widyasari, 1997) yang aspek-aspek konflik peran

ganda berdasarkan role stress scale adalah sebagai berikut:

a. Berkarier sepenuhnya, yang diwujudkan sebagai pandangan terhadap

keberhasilan kerja.

b. Keinginan hanya sebagai ibu dan istri, diwujudkan sebagai perasaan bersalah

mengabaikan tangguang jawab.

c. Tuntunan kedua peran, diwujudkan dengan kebinggungan dan keraguan dalam

melaksanakan peran sebagai wanita karier dan sebagai ibu rumah tangga.

d. Pembagian tugas rumah tangga, diwujudkan kurang adanya toleransi dari suami

dalam mengatur rumah tangga dan mendidik anak.

e. Mendampingi suami berkarier, diwujudkan dengan mendorong suami baik

secara moril maupun dengan berbagi kegiatan ditempat suami bekerja namun

terbentur dengan kurangnya waktu.

f. Memperhatikan kebutuhan anak, diwujudkan dengan rasa ragu dan cemas tidak

mampu memenuhi segala tuntutan dari kenginan anak, baik yang menyangkut

sekolah maupun rekreasi.

g. Perbedaan jenis kelamin, diwujudkan dengan pandangan bahwa wanita kurang

mampu dalam menyelesaikan tugas kantor.

h. Rekan sekerja, diwujudkan dengan rekan sekerja merasa terganggu.

i. Hambatan promosi, diwujudkan dengan pandangan diskriminasi pria dan wanita.

Page 43: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

29

Pendapat lain Kopelman dan Burley (Arinta dan Azwar, 1993) dalam konflik

peran ganda terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu:

a. Masalah pengasuhan anak, pada umumnya wanita peran ganda mencemaskan

kesehatan jasmani dan emosi anak-anaknya. Ini berarti menuntut perhatian,

tenaga dan pikiran mereka di rumah sewaktu berada di tempat kerja.

b. Bantuan pekerjaan rumah tangga, wanita berperan ganda membutuhkan

bantuan dari berbagai pihak baik dari suami, anak maupun pembantu untuk turut

serta dalam urusan pekerjaan rumah tangga.

c. Komunikasi dan interaksi dengan keluarga, komunikasi merupakan sarana untuk

untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan komunikasi dapat

mengutarakan kebutuhan, keinginan bahkan keluhan pada seseorang.

d. Waktu untuk keluarga, wanita peran ganda sering merasa kekurangan waktu

untuk suami, anak-anak bahkan untuk dirinya sendiri.

e. Penentu prioritas, prioritas disusun tergantung pada kepentingan individu yang

bersangkutan agar tidak menimbulkan pertentangan antara kepentingan yang

satu dengan kepentingan yang lain.

f. Tekanan karier dan keluarga, dalam bekerja akan terdapat banyak masalah

yang menuntut para pekerja untuk menyelesaikannya. Begitu juga dirumah, akan

terdapat banyak pekerjaan rumah yang menuntut untuk diselesaikan. Tuntutan

tersebut dapat menjadi sebuah tekanan bagai seseorang yang kemudian akan

menjadi konflik dalam diri wanita peran ganda.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan aspek-aspek konflik peran

ganda adalah masalah pengasuhan anak, masalah pembagian tugas rumah tangga,

Page 44: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

30

tuntutan kedua peran, berkarier sepenuhnya, keinginan hanya sebagai ibu rumah

tangga, mendampingi suami berkarier, perbedaan jenis kelamin, hubungan dengan

rekan sekerja, hambatan promosi, dan waktu untuk keluarga. Dimana wanita peran

ganda seringkali mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan permasalahan-

permasalahan tersebut. Aspek-aspek tersebut dipilih dan digabungkan dengan

tujuan untuk saling melengkapi, pada aspek yang diungkapkan oleh Pareek (dalam

Widyasari, 1997) tidak terdapat aspek waktu untuk keluarga padahal hal ini

dianggap cukup penting dalam mengungkap konflik peran ganda yang dialami

wanita karier, begitu juga sebaliknya aspek yang dikemukakan oleh Kopelman dan

Burley (Arinta dan Azwar, 1993) tidak terdapat aspek mengenai hubungan dengan

rekan sekerja, perbedaan jenis kelamin dan hambatan promosi.

C. Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita

Karier

Pada dasarnya peran seorang wanita yang telah menikah sangat penting

dalam perkembangan dan pembinaan anak dan keluarga. Dalam sebuah keluarga

inti peran utama wanita adalah sebagai isteri, ibu rumah tangga, dan sebagai

pengurus rumah tangga (Munandar, 1985). Ketiga peran tersebut memberi

pengertian bahwa wanita diberikan diri yang sepenuhnya guna kesejahteraan

keluarga. Namun, zaman yang terus berkembang menyebabkan peran wanita

bergeser dari sektor domestik menjadi sektor publik. Ini berarti, wanita memiliki dua

peran yang harus dijalankan secara bersamaan dalam kehidupannya.

Page 45: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

31

Saat ini banyak wanita berkarier tetapi tetap mendapatkan porsi yang sama

dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sehingga peran ganda bagi wanita

yang telah berkeluarga sama dengan beban ganda. Wanita dengan peran ganda

seringkali dihadapakan dengan situasi yang mengharuskan memilih dan

mengorbankan salah satu kepentingan, karena tidak jarang tuntutan dari tugas

kantor saling bertentangan dengan tugas rumah tangga.

Menjalankan dua peran sekaligus secara tidak langsung memberikan

dampak baik bagi wanita itu sendiri maupun bagi lingkungan keluarga dan

lingkungan kerja. Wanita berperan ganda dituntut untuk berhasil dalam dua peran

yang bertentangan, dirumah wanita dituntut untuk berperan subordinat (memiliki

kedudukan dibawah suami) dan menunjang kebutuhan keluarga dengan mengurus

suami dan anak-anak. Sementara ditempat kerja mereka dituntut untuk mampu

bersikap mandiri dan dominan (Munandar, 1985). Disebutkan juga untuk

memuaskan tuntutan dari satu atau dua peran tertentu, individu membutuhkan

sebagian besar waktu dan usahanya.

Memadukan kehidupan rumah tangga dan pekerjaan membutuhkan

penyesuaian diri agar berhasil (Hurlock, 1992). Keberhasilan seseorang dalam

menyelesaikan tugas atau dapat terpenuhinya segala sesuatu yang dibutuhkan,

akan mendatangkan kepuasan. Demikian pula didunia kerja, apabila seorang wanita

karier dapat mencapai dan mendapatkan apa yang diharapkan, maka individu akan

merasa puas dan wanita akan merasa dirinya diperlakukan adil dalam lingkungan

kerjanya. Adanya rasa keadilan dan tercapainya suatu harapan akan membawa

pengaruh terhadap perilakunya kearah yang positif, baik yang menyangkut

Page 46: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

32

hubungan dengan keluarga, hubungan sosial dengan rekan kerja serta lingkungan

kerjanya.

Namun sebaliknya, konflik yang dialami wanita peran ganda akan lebih

dirasakan sebagai suatu beban apabila pada saat wanita berkeluarga menerjunkan

dirinya dalam dunia kerja, perusahaan kurang memberikan kesempatan bagi

pengembangan kariernya. Jika demikian konflik bisa terjadi dan akan membawa

dampak perilaku yang negatif terhadap tugas dan tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya. Selain itu dengan bekerja wanita akan merasa bersalah jika

menelantarkan urusan rumah tangga, yang oleh Rini (2002) dikatakan bahwa

perasaan bersalah mempengaruhi tindakan atau perilaku individu tersebut.

Disatu sisi wanita peran ganda menginginkan dirinya untuk mendapatkan

keberhasilan dalam pekerjaanya. Sebagai wanita karier harus melakukan pekerjaan

dengan sepenuhnya atau sungguh-sungguh untuk mencapai keberhasilan tersebut.

Sedyono & Hasibuan (1998) menyatakan tantangan terbesar wanita karier dalam

mencapai sebuah keberhasilan adalah masalah kekurangan waktu, dimana ada

perbedaan besar antara waktu yang dimiliki dengan jumlah tugas yang harus

dikerjakan. Dengan demikian wanita peran ganda mengalami kesulitan dalam

mencapai keberhasilan dalam berkarier, hal ini berkaitan dengan permasalahan

dalam rumah tangga tidak kalah penting dengan masalah pekerjaan di luar rumah

yang harus ditangani oleh wanita peran ganda. Menurut Munandar (1985) pada

dasarnya, perhatian wanita adalah terutama terhadap keluarganya dan cinta kasih,

sedangkan profesi dan “komepetisi” bagi wanita baru pada tempat kedua. Sebagai

ibu rumah tangga, wanita peran ganda mempunyai tanggungjawab untuk memenuhi

Page 47: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

33

tuntutan dari keinginan anak serta suami dan yang paling utama adalah tanggung

jawab terhadap pembinaan dan perkembangan mental anak. Kemudian tuntutan

kedua peran yang dijalankan wanita peran ganda akan memunculkan kebingungan

atau keraguan dalam melaksanakan peran, baik sebagai ibu rumah tangga dan

wanita karier, hal itu merupakan akibat dari keterbatasan kemampuan dan waktu

yang dimiliki oleh wanita peran ganda Ray & Miller (Hardyastuti, 2001).

Selain itu masalah yang dihadapi wanita peran ganda bukan hanya tuntutan

kedua peran yang dijalankan, akan tetapi masalah kurangnya toleransi serta

bantuan yang diberikan oleh orang lain khususnya suami. Rini (2002) menyatakan

jika suami kurang memberikan tolerasi karena merasa terancam, tersaingi, cemburu

dengan status “bekerja” wanita peran ganda, maka kedua peran yang dijalankan

menimbulkan beban ganda, bahkan menganggap suami tidak mengerti dengan

keadaan wanita peran ganda. Kemudian adanya hambatan promosi menjadi

permasalahan pada wanita peran ganda karena muncul pandangan bahwa wanita

yang telah berkeluarga dianggap kurang mampu menjalankan pekerjaan dengan

baik, karena selain tugas kantor, ada tugas lain yang harus dikerjakan (sebagai ibu

rumah tangga) meskipun pada dasarnya mampu dan berprestasi. Hal semacam ini

membuat wanita peran ganda merasa diperlakukan tidak adil dalam tempat

kerjanya, sehingga dengan masalah-masalah yang muncul mengakibatkan konflik

peran ganda pada wanita karier. Dimana konflik peran ganda secara umum

dikatakan sebagai konflik antara dua peran yang bertentangan. Sementara

(Atkinson, 1983) menyatakan konflik antara dua motif yang bertentangan dapat

menjadi sumber utama frustrasi.

Page 48: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

34

Frustrasi sendiri diartikan sebagai situasi dimana individu terhambat atau

gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami

hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan (Koeswara, 1988).

Selain itu Gerungan (2002) menjelaskan bahwa orang-orang yang mengalami

frustrasi apabila maksud-maksud dan keinginan-keinginannya yang diperjuangkan

dengan intensif mengalami kegagalan, sebagai akibat dari frustrasi mungkin akan

timbul perasan jengkel atau perilaku agresif. Sementara Berkowitz (1995)

mengatakan bahwa frustasi dan agresi sangat berkaitan erat. Artinya, frustasi dapat

mengarahkan individu kepada tindakan agresif karena frustasi bagi individu

merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan ingin mengatasi atau

menghindarinya dengan berbagai cara termasuk cara agresif. Biasanya individu

akan memilih tindakan agresif sebagai rekasi atau cara untuk mengatasi frustasi.

Selain itu Koeswara (1988) yang menyatakan bahwa peningkatkan

agresivitas pada wanita terjadi karena wanita semakin meninggalkan kegiatan-

kegiatan tradisionalnya (hanya berperan sebagai ibu rumah tangga) di lingkungan

keluarga, dan karena memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan

di luar rumah. Sesuai dengan wanita peran ganda yang harus membagi waktunya

untuk urusan atau masalah rumah tangga dan pekerjaan di luar rumah, bahkan

peran yang dijalankan dirasa saling menghambat, maka wanita peran ganda mudah

mengalami frustrasi dan berpotensi untuk melakukan agresi. Kemudian Atkinson

(1983) menyatakan agresi sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang

lain (secara fisik maupun verbal) atau merusak harta benda.

Page 49: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

35

Pada individu yang mengalami frustrasi, mungkin untuk melakukan perilaku

agresif untuk mengurangi atau meghilangkan frustrasi (Dayakisni, 2001). Hal ini

sejalan dengan individu yang mengalami konflik antara dua peran yang dijalankan

sehingga menimbulkan frustrasi dan memungkinkan untuk memunculkan perilaku

agresif, seperti munculnya perasaan jengkel dan marah.

Dari uraian diatas, dapat disimpulakan bahwa konflik peran ganda pada

wanita karier sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas, memungkinkan

timbulnya frustrasi jika banyak hambatan atau rintangan dalam menjalankan kedua

peran, baik sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karier. Untuk mengurangi atau

menghilangkan perasaan frustrasi, maka wanita peran ganda dapat memunculkan

perilaku agresif atau mencoba berusaha untuk mencari sasaran terhadap pihak atau

sumber yang dirasa sebagai penghambat dalam pencapaian tujuannya.

D. Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan

positif antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif pada wanita karier.

Semakin tinggi konflik peran ganda, maka semakin tinggi pula perilaku agresif dan

sebaliknya.

Page 50: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian

Sesuai dengan hipotesa yang diajukan, maka variabel pada penelitian ini

adalah :

1. Variabel Bebas : Konflik Peran Ganda

2. Variabel Tergantung : Perilaku Agresif

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Konflik peran ganda pada wanita karier adalah suatu konflik atau

pertentangan batin yang dialami wanita yang sudah berkeluarga dan bekerja diluar

rumah, dimana wanita kurang mampu mengkoordinasi secara efektif perannya, baik

sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karier, sehingga menghadapi kondisi

dimana tiap-tiap peran yang memang mengandung persyaratan tertentu dan

menghalangi pelaksanaan peran satu sama lain. Tinggi rendahnya konflik peran

ganda diukur dengan menggunakan skala yang dibuat peneliti berdasarkan teori

Pareek (dalam Widyasari, 1997) dan Kopelman & Burley (Arinta dan Azwar, 1993).

Aspek-aspek yang akan diukur dalam penelitian ini adalah masalah pengasuhan

anak, masalah pembagian tugas rumah tangga, tuntutan kedua peran, berkarier

sepenuhnya, keinginan hanya sebagai ibu rumah tangga, mendampingi suami

berkarier, hubungan dengan rekan sekerja, hambatan promosi, perbedaan jenis

kelamin, dan waktu untuk keluarga. Konflik peran ganda pada wanita karier diketahui

Page 51: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

37

dengan skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala konflik peran ganda wanita

karier. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi juga konflik peran

ganda wanita karier.

Perilaku agresif adalah tingkah laku yang merupakan kekerasan fisik maupun

verbal yang ditujukan kepada orang lain atau objek-objek (benda) yang bersifat

mencelakakan, merugikan atau merusak yang mengandung unsur kesengajaan

serta adanya usaha menghindar yang dilakukan oleh pihak yang dilukai atau

dirugikan. Tinggi rendahnya perilaku agresif diukur dengan menggunakan skala

perilaku agresif yang dibuat peneliti berdasarkan teori Berkowitz (dalam Sari, 2005).

Aspek yang akan diukur dalam penelitian ini adalah fisik, agresi verbal dan agresi

pasif. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi juga perilaku agresif.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang erat

dengan karakteristik penelitian. Adapun karakteristik subjek penelitian ini adalah

karyawati yang sudah menikah, minimal mempunyai satu anak, berusia 25 tahun -

45 tahun (yang merupakan usia produktif) dan masa kerja minimal 2 (dua) tahun.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala

konflik peran ganda dan skala perilaku agresif, dimana subjek diminta untuk mengisi

skala tersebut. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode

purposive sampling. Aitem-aitem skala dibuat bervariasi antara pernyataan yang

Page 52: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

38

bersifat favorable dan unfavorable untuk menghindari stereotipe jawaban.

Pernyataan favorable adalah pertanyaan yang memihak objek penelitian, sedangkan

unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung atau tidak memihak pada

objek penelitian. Skala pada penelitian ini menggunakan metode likert yang

memberikan empat alternatif jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju

(TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Alternatif jawaban yang terdiri dari empat

dilakukan agar tidak terjadi kekaburan perbedaan antara jenjang alternaif yang ada

serta meghindari ketidakpekaan subjek apabila terlalu banyak alternatif jawaban.

Kemudian jawaban netral (N) atau “tidak menentukan pendapat” sengaja ditiadakan,

hal ini bertujuan untuk menghindari jawaban yang ragu-ragu oleh subjek serta

kecenderungan subjek untuk memilih alternatif jawaban hanya pada satu pilihan

tersebut (Azwar, 2004). Skala pengukuran yang akan digunakan adalah:

1. Skala Konflik Peran Ganda

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dikembangkan

sendiri oleh peneliti. Variabel konflik peran ganda diukur berdasarkan jumlah skor

yang diperoleh individu atas respon yang diberikan terhadap skala tersebut. Jumlah

aitem pada skala konflik peran ganda adalah 43 aitem yang terdiri dari 32 aitem

favorable dan 11 aitem unfavorable. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka

konflik peran ganda pun semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Aspek-aspek konflik

peran ganda berdasarkan teori Pareek (dalam Widyasari, 1997) dan Kopelman &

Burley (Arinta dan Azwar, 1993) yang akan diukur adalah sebagai berikut:

a. Masalah pengasuhan anak,

b. Pembagian pekerjaan rumah tangga,

Page 53: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

39

c. Tuntutan kedua peran,

d. Berkarier sepenuhnya,

e. Keinginan hanya sebagai ibu rumah tangga,

f. Mendampingi suami berkarier,

g. Hubungan dengan rekan sekerja,

h. Hambatan promosi,

i. Perbedaan jenis kelamin, dan

j. Waktu untuk keluarga.

Tabel 1. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba

Aspek Butir Favourable Butir Unfavourable

Total Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah

Masalah pengasuhan anak Pembagian pekerjaan rumah tangga Tuntutan kedua peran Berkarier sepenuhnya Keinginan hanya sebagai ibu rumah tangga Mendampingi suami berkarier Hubungan dengan rekan sekerja Hambatan promosi Perbedaan jenis kelamin Waktu untuk keluarga

1, 11, 21 2, 12, 22 3, 13, 23, 33, 42 4, 14, 24 5, 15, 25 6, 16, 26 7, 17, 27 8, 18, 28 9, 19, 29 10, 20, 30

3

3

5

3

3

3

3

3

3

3

31 32 41, 43 34 35 36 37 38 39 40

1

1

2

1

1

1

1

1

1

1

4

4

7

4

4

4

4

4

4

4

32 11 43

Page 54: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

40

Bentuk aitem pada skala konflik peran ganda adalah pernyataan dengan

pilihan jawaban, sebagai berikut:

Tabel 2. Variasi Jawaban dan Skor Aitem pada Skala Konflik Peran Ganda

Variasi Jawaban Skor

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

2. Skala Perilaku Agresif

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dikembangkan

sendiri oleh peneliti. Variabel perilaku agresif diukur berdasarkan jumlah skor yang

diperoleh individu atas respon yang diberikan subjek terhadap skala tersebut.

Jumlah aitem pada skala perilaku agresif adalah 45 aitem yang terdiri dari 30 aitem

favorable dan 15 aitem unfavorable. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka

perilaku agresif pun semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Aspek-aspek konflik

peran ganda berdasarkan teori Berkowitz (dalam Sari, 2005) yang akan diukur

adalah sebagai berikut:

a. Agresi fisik,

b. Agresi verbal, dan

c. Agresi pasif.

Page 55: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

41

Tabel 3. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Perilaku Agresif Sebelum Uji Coba

Aspek Butir Favourable Butir Unfavourable

Total Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah

Agresi fisik Agresi verbal Agresi pasif

1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 25, 34, 40 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 26, 35, 41 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 27, 36,42

10

10

10

22, 28, 31, 37, 43 23, 29, 32, 38, 44 24, 30, 33, 39, 45

5

5

5

15

15

15

30 15 45

Bentuk aitem pada skala kecenderungan perilaku agresif adalah pernyataan

dengan pilihan jawaban, sebagai berikut:

Tabel 4. Variasi Jawaban dan Skor Aitem pada Skala Perilaku Agresif

Variasi Jawaban Skor

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Sebelum alat ukur digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya, perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Tujuannya agar alat yang

digunakan dalam penelitian lebih akurat dan dapat dipercaya (Azwar, 2005).

Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan agar skala psikologis dapat

dipertanggung jawabkan. Kedua pengujian tersebut tetap dilakukan selama skala

yang bersangkutan masih digunakan. Uji relaibilitas dan validitas merupakan

langkah awal dalam melakukan uji korelasi maupun uji beda. Validitas dan

Page 56: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

42

reliabilitas diperlukan dalam rangka kelayakan suatu alat ukur untuk dapat

digeneralisasi.

1. Uji Validitas

Validitas adalah sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Validitas lebih mengarah pada derajat fungsi atau derajat

kecermataan suatu alat ukur atau alat tes (Suryabrata, 2006). Validitas alat ukur

artinya alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan

tujuan ukurnya. Sebuah alat ukur yang reliabilitasnya terpenuhi belum dapat

dipastikan tentang validitas atau keabsahannya.

Relevansi aitem dengan tujuan alat ukur sebenarnya sudah dapat dievaluasi

dengan akal sehat, tetapi yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah apakah

skala layak digunakan untuk mengungkap atribut yang dikehendaki oleh perancang

skalanya (Azwar, 2005).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan

alat tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas alat ukur menunjukkan pada sejauh mana

perbedaan-perbedaan skor perolehan tersebut dapat mencerminkan perbedaan-

perbedaan atribur sebenarnya. Reliabilitas ditunjukkan oleh taraf keajegan

(konsistensi) skor yang diperoleh subjek yang diukur dengan alat yang sama atau

diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda (Suryabrata, 2006).

Selain itu reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah kesalahan

pengukuran. Kesalahan pengukuran menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil

pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama dengan waktu yang

Page 57: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

43

berbeda. Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan konsisten dari waktu ke waktu

sehingga dalam menggunakannya pun masih dipertanyakan (Azwar, 2005).

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode statistik. Model analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasi Product Moment (r) dari Pearson one-tiled, karena penelitian ini ingin

mengukur korelasi atau hubungan antara dua variabel serta untuk mengetahui

seberapa besar korelasi atau hubungan tersebut. Korelasi product moment dapat

digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua gejala interval (Hadi, 2000).

Analisis data penelitian yang diperoleh dalam bentuk angka akan dianalisis dengan

memanfaatkan fasilitas komputerisasi SPSS versi 11.5 for windows.

Page 58: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

44

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Pengumpulan Data

1. Oreintasi Kancah

a. Struktur Organisasi Bank Rakyat Indonesia

Dari kantor cabang BRl yang tersebar di Indonesia salah satunya adalah BRl

Cabang Wonosobo ditempat dimana penulis melakukan kegiatan pelatihan kerja.

BRl Cabang Wonosobo didirikan di Jalan Ahmad Yani No. 1 Wonosobo, sebagai

tempat untuk melancarkan kegiutan operasi perbankannya. BRl Cabang W onosobo

tersebut didirikan berdasarkan surat keputusan Direksi Pusat No. S. II. POR /2/ 1986

tentang pemberian ijin usaha kantor cabang BRI daerah Propinsi Jawa Tengah yang

terdapat di Kabupaten Wonosobo. Kantor cabang BRl Wonosobo ini diresmikan

pada tanggal 5 Desember 1985 oleh Direksi Pusat BRI. Operasinya secara resmi

pada tanggal 3 Februari 1986 dengan jumlah karyawan sebanyak 56 orang terdiri

dari 49 karyawan laki- laki dan 7 orang karyawan perempuan.

Semakin lama perkembangan operasi perbankan semakin luas dan nasabah

yang dilayani datang dari pelosok dan berbagai kalangan sehingga perlu adanya

sebuah sarana berupa gedung untuk mendukung kegiatan perbankan. Tahun 1991

dimulai pembangunan gedung baru yang diharapkan mampu menampilkan wajah

baru yang dapat menumbuhkan semangat dalam melayani nasabah dengan lebih

baik. Dalam jangka waktu 100 hari kalender gedung bank BRI cabang Wonosobo

selesai dibangun dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 26 luni 1993 dengan

Page 59: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

45

penandatanganan prasasti oleh Dirut BRI yaitu Bapak Iwan R. Prawiranata. Gedung

baru tersebut dibangun di atas sebidang tanah seluas 2.979 M2 dengan banguan

permanen berlantai dua (luas bangunan secara keseluruhan 1100 M2, termasuk

bangunan penunjang) serta letaknya yang cukup strategis, berada dipertigaan alun-

alun Wonosobo sebagai pintu gerbang Kabupaten Wonosobo serta berhadapan

dengan pendopo Kabupaten.

Arsitektur bangunan ini dibuat dalam bentuk Joglo, suatu bangunan khas

Jawa. Pendekatan ini diharapkan akan mampu menarik masyarakat untuk menjadi

nasabah BRI Cabang Wonosobo. Tokoh utama pendiri BRI cabang Wonosobo ialah

Direksi Pusat BRI Propinsi Jawa Tengah. Kantor cabang BRI Wonosobo saat ini

memiliki karyawan sebanyak 141 orang termasuk pramubakti, pekerja kontrak baik

unit maupun cabang. Pimpinan BRI Cabang Wonosobo saat ini dijabat oleh Bapak

Ir. I Ketut Manuartha, MM.

Di bawah ini peneliti mengupas sedikit struktur organisasi BRl Cabang

Wonosobo. Struktur organisasi yang terdapat di BRI Cabang Wonosobo adalah

sebagai berikut :

1) Pimpinan Cabang, membawahi :

a) Staff

b) AO Kredit Umum

c) AO Kredit Program

d) AO Tapsum

e) Mantri BKD

f) Pengawas TPSP

Page 60: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

46

g) OPK Umum

h) OPK Tapsum

i) Operating Officer

j) Sekertariat

k) Satpam

l) Pengemudi

m) Pramubakti

2) Asisten Manager Operasional membawahi :

a) UPN

b) Administrasi dan Jasa

c) Teller

3) Asisten Manager Bisnis Mikro membawahi 15 unit BRI dan Pos

Pelayanan Desa, yaitu :

a) BRI Unit Kertek dan PPD Pasar Kertek

b) BRI Unit Selomerto dan PPD Sukoharjo

c) BRI Unit Ruko

d) BRI Unit Kaliwiro

e) BRI Unit Sapuran

f) BRI Unit Wadaslintang

g) BRI Unit Garung

h) BRI Unit Kepil

i) BRI Unit Kalikajar

j) BRI Unit Mojotengah

Page 61: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

47

k) BRI Unit Kejajar

l) BRI Unit Reco

m) BRI Unit Leksono

n) BRI Unit Wonosobo Asri

o) BRI Unit Watumalang

4) Kepala Unit membawahi :

a) Mantri BRI unit

b) Deskman BRI unit

c) Teller BRI unit

b. Sistem kerja dan peraturan pada Bank Rakyat Indonesia

Adanya sistem kerja dan peraturan yang berlaku pada Bank Rakyat

Indonesia secara garis besar mempunyai tujuan untuk mencapai apa yang menjadi

visi dan misi yang telah ada. Bagi Bank Rakyat Indonesia yang merupakan salah

satu bank yang terbesar di Indonesia, yang bergerak dibidang pelayanan jasa

masyarakat yang tentu saja dituntut disiplin, tanggung jawab dan profesionalitas

yang tinggi. Setiap karyawan, karyawati, serta pramubakti dan pekerja kontrak harus

mematuhi peraturan yang ada. Seluruh karyawan mempunyai kewajiban berada di

kantor sebelum jam kerja dimulai (pukul 07.30) sampai dengan jam kerja berakhir

(pukul 16.30) dan waktu istirahat pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00. Selain itu,

karyawan harus bertanggung jawab atas pekerjaannya dan dilarang keras

menggunakan uang perusahaan, apabila rekan kerja lain mengetahui kesalahan

yang dilakukan oleh karyawan lain namun tidak melaporkan kepada atasan maka

akan mendapat sanksi. Setiap karyawan yang melanggar akan mendapatkan

Page 62: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

48

sanksi, pertama akan mendapat teguran lisan dari atasan, kedua berupa teguran

secara tertulis, selanjutnya adanya penggurangan tunjangan yang diberikan,

penurunan jabatan, serta pemecatan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Seluruh karyawan Bank Rakyat Indonesia diberikan cuti kerja selama 12 hari

kerja dalam satu tahun dan mendapatkan tunjangan cuti. Untuk karyawati juga

mendapatkan keringanan cuti kerja pada saat akan hamil dan melahirkan (cuti

hamil). Selain itu seluruh karyawan harus siap ditempatkan di seluruh kantor Bank

Rakyat Indonesia. Karyawan Bank Rakyat Indonesia harus siap dalam menjalankan

pekerjaannya yang bisa dikatakan monoton, tetapi sangat membutuhkan ketelitian,

kecermatan serta kecepatan dalam pengerjaanya karena banyak sekali pekerjaan

yang setiap harinya harus diselesaikan dengan baik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Setiap karyawan mempunyai kesempatan yang sama dalam promosi, akan

tetapi ada beberapa kejadian seorang karyawati yang menjabat sebagai mantri

salah satu kantor unit Bank Rakyat Indonesia Cabang Wonosobo, merasa tidak

mampu untuk menjalankan tugasnya karena pekerjaan sebagai mantri sangat berat

untuk dijalankan oleh seorang wanita. Disini tugas seorang mantri adalah meninjau

keadaan nasabah (khususnya yang akan melakukan kredit) yang berada di desa-

desa, sehingga karyawati lebih sering menjabat sebagai deskman maupun teller.

Sementara untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi, para karyawati harus

menjabat sebagai mantri terlebih dahulu kemudian dapat menjabat sebagai kepala

unit dan seterusnya. Hal semacam ini dirasakan para karyawati sebagai hambatan

dalam pencapaian karier.

Page 63: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

49

Selain itu pada akhir bulan karyawan harus membuat laporan keuangan,

yang biasanya memakan waktu cukup lama sehingga memungkinkan sekali untuk

kerja lembur. Kerja lembur tidak hanya pada akhir bulan saja, jika ada pekerjaan

yang harus diselesaikan atau dilaporkan kepada atasan hari itu juga maka kerja

lembur tetap harus dilakukan. Hal semacam ini menuntut profesionalitas para

karyawan. Dilihat dari sistem kerja dan peraturan yang ada, maka seluruh karyawan

maupun karyawati mempunyai tanggung jawab pekerjaan yang cukup berat dan

padat serta membutuhkan usaha dan waktu. Bagi karyawati mungkin akan

mengalami sedikit kendala karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan selain

pekerjaan kantor, yaitu pekerjaan rumah tangga.

2. Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

persiapan penelitian yang meliputi persiapan administrasi mengenai administrasi

tempat untuk melaksanakan penelitian dan persiapan alat ukur.

a. Persiapan Administrasi

Untuk dapat melakukan pengambilan data try out dan penelitian, peneliti

menggunakan surat perizinan yang dikeluarkan oleh pihak Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Surat–surat tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 64: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

50

1) Surat Permohonan Ijin Try Out untuk Skripsi dengan nomor:

484/Dek/70/Akd/VI/2007, tertanggal 18 Juni 2007 dan ditujukan kepada

Kepala LSM Upipa, Kepala Kantor BKK Kertek, BKK Sapuran, BKK Kepil,

Wonosobo.

2) Surat Permohonan Ijin Penelitian untuk Skripsi dengan nomor:

491/Dek/70/Akd/VI/2007, tertanggal 21 Juni 2007, ditujukan kepada

Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Wonosobo.

Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, peneliti menyerahkannya kepada Kantor

BKK Kertek, Kantor BKK Sapuran, Kantor BKK Kepil, Kantor LSM Upipa dan Bank

Rakyat Indonesia Kantor Cabang Wonosobo beserta proposal penelitian.

Persetujuan try out diberikan lima hari setelah pengajuan permohonan ijin try out

sedangkan untuk penelitian diberikan dua minggu setelah pengajuan permohonan

ijin penelitian. Setelah peneliti mendapatkan surat pengantar persetujuan penelitian

dari Kepala Kantor yang bersangkutan, peneliti dapat langsung melakukan

pengambilan data.

b. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah skala yaitu

skala konflik peran ganda dan skala perilaku agresif.

1) Skala Konflik Peran Ganda

Skala yang digunakan untuk mengukur konflik peran ganda disusun sendiri

oleh peneliti berdasarkan aspek konflik peran ganda yang dikemukakan oleh Pareek

(dalam Widyasari, 1997) dan Kopelman & Burley (Arinta dan Azwar, 1993), yaitu:

Page 65: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

51

masalah pengasuhan anak, masalah pembagian tugas rumah tangga, tuntutan

kedua peran, berkarier sepenuhnya, keinginan hanya sebagai ibu rumah tangga,

mendampingi suami berkarier, hubungan dengan rekan sekerja, hambatan promosi,

perbedaan jenis kelamin, dan waktu untuk keluarga. Dari kesepuluh aspek tersebut

dapat diketahui konflik peran ganda yang dimiliki oleh wanita karier. Peneliti

kemudian menyusun blueprint skala konflik peran ganda yang berjumlah 32 aitem

favourable dan 11 aitem unfavourable yang siap untuk diujicobakan.

2) Skala Perilaku Agresif

Skala Perilaku Agresif ini disusun peneliti berdasar aspek yang dikemukakan

oleh Berkowitz (dalam Sari, 2005). Aspek-aspek yang tercakup dalam perilaku

agresif ini meliputi: agresi fisik, agresi verbal, dan agresi pasif. Dari aspek-aspek

tersebut dapat menunjukkan perilaku agresif yang dimiliki oleh wanita karier.

Selanjutnya peneliti menyusun blueprint dengan 30 aitem favourable dan 15 aitem

favourable yang siap untuk diujicobakan.

c. Uji coba alat ukur

Pengujian terhadap kedua alat ukur ini bertujuan untuk melakukan seleksi

dan memilih aitem-aitem yang berkualitas sehingga dapat dipakai sebagai alat ukur

yang valid dan reliabel pada penelitian sesungguhnya. Tahap selanjutnya adalah

evaluasi kuantitatif dalam format skala semi-final yang siap untuk diuji coba secara

empiris (field-tested). Uji coba ini dilakukan pada tanggal 25 Juni sampai dengan 2

Juli 2007 terhadap 30 orang karyawati Kantor BKK Kepil, Kantor BKK Sapuran,

Kantor BKK Kertek dan Kantor UPIPA. Pembagian skala yang akan diujicobakan

dilakukan sendiri oleh peneliti, karena peneliti harus menjelaskan secara rinci

Page 66: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

52

informasi tentang latar belakang, tujuan, dan prosedur pengisian skala terutama

mengenai pentingnya pengisian lembar identitas. Kesemuanya ini dilakukan untuk

mengantisipasi kebingungan yang mungkin dialami subjek.

Jumlah skala yang disebarkan sebanyak 35 eksemplar dan tidak semua

skala yang disebarkan dapat kembali secara keseluruhan. Jumlah skala yang

kembali sebanyak 30 eksemplar dan kesemuanya memenuhi syarat yang telah

ditentukan dalam penelitian ini.

Setelah skala terkumpul kembali, maka selanjutnya dilakukan analisis secara

kuantitatif menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science

(SPSS) for Windows 11.5 untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas skala.

1) Skala Konflik Peran Ganda

Hasil analisis aitem yang dilakukan pada skala konflik peran ganda

menunjukkan bahwa dari 43 aitem yang diujicobakan diperoleh 28 aitem yang sahih.

Adapun aitem yang gugur adalah aitem nomer 2, 3, 4, 11, 12, 17, 18, 27, 29, 31, 32,

34, 35, 36 dan 41. Koefisien validitasnya bergerak antara 0.3002 sampai dengan

0.7982 dan koefisien reliabilitas sebesar 0.8458

Berikut ini distribusi penyebaran aitem pada skala konflik peran ganda

setelah melalui uji coba:

Tabel 5 Distribusi Penyebaran Aitem Skala Konflik Peran Ganda Setelah Uji Coba

Aspek Butir Favourable Butir Unfavourable

Total Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah

Masalah pengasuhan anak Pembagian pekerjaan rumah tangga

1(1), 11, 21(14) 2, 12, 22(15)

2

1

31 32

0

0

2

1

Page 67: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

53

Tuntutan kedua peran Berkarier sepenuhnya Keinginan hanya sebagai ibu rumah tangga Mendampingi suami berkarier Hubungan dengan rekan sekerja Hambatan promosi Perbedaan jenis kelamin Waktu untuk keluarga

3, 13(8), 23(16), 33(22), 42(27) 4, 14(9), 24(17) 5(2), 15(10), 25(18) 6(3), 16(11), 26(19) 7(4), 17, 27 8(5), 18, 28(20) 9(6), 19(12), 29 10(7), 20(13), 30(21)

4

2

3

3

1

2

2

3

41, 43(28) 34 35 36 37(23) 38(24) 39(25) 40(26)

1

0

0

0

1

1

1

1

5

2

3

3

2

3

3

4

23 5 28

Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut aitem baru setelah uji coba

Selanjutnya aitem-aitem yang telah diuji cobakan, diperiksa validitas isinya

untuk melihat apakah aitem-aitem tersebut dapat mengungkap aspek-aspek konflik

peran ganda. Akan tetapi terdapat beberapa aitem yang memiliki validitas isi kurang

baik. Adapun aitem yang gugur adalah aitem nomer 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 15, 17, 19,

20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28. Koefisien reliabilitas sebesar 0.5946.

Berikut distribusi aitem yang memiliki validitas isi yang cukup baik pada skala

konflik peran ganda:

Page 68: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

54

Tabel 6 Distribusi Penyebaran Aitem Skala Konflik Peran Ganda Setelah Uji Coba dan Dilihat Validitas Isinya

Aspek Butir Favourable Butir Unfavourable

Total Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah

Masalah pengasuhan anak Pembagian pekerjaan rumah tangga Tuntutan kedua peran Berkarier sepenuhnya Keinginan hanya sebagai ibu rumah tangga Mendampingi suami berkarier Hubungan dengan rekan sekerja Hambatan promosi Perbedaan jenis kelamin Waktu untuk keluarga

1(1), 11, 21(14) 2, 12, 22(15) 3, 13(8), 23(16), 33(22), 42(27) 4, 14(9), 24(17) 5(2), 15(10), 25(18) 6(3), 16(11), 26(19) 7(4), 17, 27 8(5), 18, 28(20) 9(6), 19(12), 29 10(7), 20(13), 30(21)

2

0

3

0

3

1

0

0

0

1

31 32 41, 43(28) 34 35 36 37(23) 38(24) 39(25) 40(26)

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

2

2

3

1

0

0

0

1

10 0 10

Catatan: angka dalam kurung O adalah nomor urut aitem baru setelah uji coba dan dilihat validitas isinya

2) Skala Perilaku Agresif

Analisis aitem juga dilakukan pada skala perilaku agresif. Dari 45 aitem yang

diujicobakan diperoleh 33 aitem yang sahih. Adapun aitem yang gugur adalah aitem

nomer 4, 10, 11, 17, 25, 28, 31, 32, 33, 37, 40 dan 41. Rentang koefisien validitas

yang dihasilkan antara 0.3018 sampai 0.8587 dengan koefisien reliabilitas sebesar

Page 69: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

55

0.9148. Berikut ini distribusi penyebaran aitem pada skala perilaku agresif setelah

melalui uji coba:

Tabel 7 Distribusi Penyebaran Aitem Skala Perilaku Agresif Setelah Uji Coba

Aspek Butir Favourable Butir Unfavourable

Total Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah

Agresi fisik Agresi verbal Agresi pasif

1(1), 4, 7(6), 10, 13(10), 16(13), 19(15), 25, 34(25), 40 2(2), 5(4), 8(7), 11, 14(11), 17, 20(16), 26(21), 35(26), 41 3(3), 6(5), 9(8), 12(9), 15(12), 18(14), 21(17), 27(22), 36(27),42(30)

6

7

10

22(18), 28, 31, 37, 43(31) 23(19), 29(23), 32, 38(28), 44(32) 24(20), 30(24), 33, 39(29), 45(33)

2

4

4

8

11

14

23 10 33

Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut aitem baru setelah uji coba

B. Laporan Pelaksaan Penelitian

Pengambilan data penelitian berlangsung pada tanggal 5 – 20 Juli 2007.

Pemilihan subjek untuk penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu

pemilihan subjek penelitian berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik yang telah

peneliti tetapkan, dimana dalam hal ini peneliti melakukan koordinasi dengan

karyawan Bank Rakyat Indonesia Cabang Wonosobo.

Pengawasan terhadap pengisian skala dapat dikontrol secara langsung oleh

peneliti, namun ada beberapa karyawati yang membawa pulang angket untuk diisi di

rumah karena pada saat di kantor banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Pengambilan data harus mendatangi satu persatu kantor unit Bank Rakyat

Page 70: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

56

Indonesia yang berada dibawah Bank Rakyat Indonesia Cabang Wonosobo, yang

terdiri dari 15 kantor unit dan satu kantor cabang sehingga memakan waktu yang

cukup lama. Selain itu karena pekerjaan karyawati yang cukup padat, maka

pelaksanaan pengambilan data harus menunggu waktu senggang para karyawati.

Peneliti membagikan 50 eksemplar kepada subjek, namun hanya 40 eksemplar

yang kembali dan memenuhi karakteristik yang ada. Masing–masing versi skala

dilengkapi dengan identitas diri subjek, seperti: nama, status, pekerjaan, jumlah

anak, masa kerja, dan usia. Data tersebut digunakan sebagai data tambahan

apabila diperlukan dalam penelitian sekaligus untuk mempermudah cross-check.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karyawati di Bank Rakyat Indonesia Kantor

Cabang Wonosobo, Jawa Tengah. Yang sudah menikah, memiliki minimal satu

anak, masa kerja minimal dua tahun dan berusia 25 tahun – 45 tahun.

Tabel 8 Deskripsi Subjek Penelitian

No. Faktor Kategori n Total

1. Jumlah anak a. 1 b. 2 c. 3

16 15 9

40

2. Masa kerja a. 2 – 7 tahun b. 8 – 13 tahun c. 14 – 19 tahun

12 9

19

40

3. Usia a. 26 – 30 tahun b. 31 – 35 tahun c. 36 – 40 tahun d. 41 – 45 tahun

13 8 9

10

40

Page 71: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

57

2. Deskripsi Statistik

Data penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian

Variabel

Skor Hipotetik Skor Empirik

X max

X min

Mean SD X

max X

min Mean SD

Konflik Peran Ganda

40 10 25 5 35 20 26,30 3,391

Perilaku Agresif

132 33 82,5 16,5 94 47 69,78 9,864

Berdasarkan deskripsi statistik penelitian di atas dapat diketahui tinggi

rendahnya konflik peran ganda dan perilaku agresif subjek melalui pengkategorian

skor total yang diperoleh oleh masing-masing subjek pada kedua skala. Tujuan

pengkategorian ini adalah untuk menempatkan subjek dalam kelompok-kelompok

terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur,

sehingga dapat diketahui kontinum jejang dari tingkat rendah hingga ke tingkat

tinggi.

Terdapat lima kategorisasi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Untuk menentukan

batasan kategori akan digunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 10 Rumus Norma Kategorisasi

No. Kategori Rumus Norma

1. Sangat Rendah x < (µ - 1,8σ)

2. Rendah (µ - 1,8σ) ≤ x ≤ (µ - 0,6σ)

3. Sedang (µ - 0,6σ) ≤ x ≤ (µ + 0,6σ)

4. Tinggi (µ + 0,6σ) < x ≤ (µ + 1,8σ)

5. Sangat Tinggi x > (µ + 1,8σ)

Ket: µ : Mean Hipotetik σ : Standar Deviasi

Page 72: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

58

a. Konflik Peran Ganda

Kategorisasi variabel Konflik Peran Ganda ditentukan berdasarkan skor total

subjek pada Skala Konflik Peran Ganda. Skala tersebut terdiri dari 12 aitem dengan

skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang skor minimum dan maksimum skala

tersebut adalah 10x1 sampai dengan 10x4, yaitu 10 – 40. Standar deviasinya

adalah 5,5 sedangkan mean-nya adalah 27,5. Berdasarkan data tersebut dapat

ditentukan kategorisasi untuk variabel konflik peran ganda sebagai berikut:

Tabel 11 Kriteria Kategorisasi Skala Konflik Peran Ganda

Kategori Rumus Norma Jumlah Persentase

Sangat Rendah x ≤ 16 0 0 %

Rendah 16 ≤ x ≤ 22 6 15 %

Sedang 22 ≤ x ≤ 28 26 65 %

Tinggi 28 < x ≤ 34 7 17,5 %

Sangat Tinggi X > 34 1 2,5 %

40 100 %

Berdasarkan hasil kategorisasi diatas, dapat dilihat bahwa tidak terdapat

subjek dengan konflik peran ganda yang sangat rendah dan sangat tinggi. Sebagian

besar jumlah subjek (65%) memiliki tingkat konflik peran ganda pada kategori

sedang sementara sisanya (15%) berada pada kategori rendah, sisanya (17,5%)

berada pada kategori tinggi dan (2,5%) pada kategori sangat tinggi. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda subjek berada pada kategori

sedang, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 22 – 28 lebih banyak

jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.

b. Perilaku Agresif

Kategorisasi variabel perilaku agresif juga dapat diperoleh melalui cara yang

sama. Skala kecenderungan perilaku agresif terdiri dari 33 aitem, dengan skor

Page 73: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

59

minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang skor minimum dan maksimumnya antara

33x1 sampai dengan 33x4, yaitu 33 – 132. Standar deviasinya adalah 16,5,

sedangkan mean-nya adalah 82,5. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan

kategorisasi untuk variabel perilaku agresif sebagai berikut:

Tabel 12 Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Agresif

Kategori Rumus Norma Jumlah Persentase

Sangat Rendah x ≤ 52,8 2 5 %

Rendah 52,8 ≤ x ≤ 72,6 18 45 %

Sedang 72,6 ≤ x ≤ 92,4 19 47,5 %

Tinggi 92,4 < x ≤ 112,2 1 2,5 %

Sangat Tinggi x > 112,2 0 0 %

40 100 %

Berdasarkan hasil kategorisasi diatas, dapat diketahui bahwa subjek yang

termasuk kategori sangat rendah sebanyak 2 orang (5%), kategori rendah sebanyak

18 orang (45%), kategori sedang sebanyak 19 orang (47,5%), kategori tinggi

sebanyak 1 orang (2,5%) dan tidak ada kategori sangat tinggi (0%). Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif subjek berada pada kategori sedang,

karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 72,6 – 92,4 lebih banyak jika

dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.

3. Uji asumsi

Sebelum melakukan analisis data penelitian dengan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu

berupa uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas sebagai syarat untuk

pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari

Page 74: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

60

kebenaran yang seharusnya. Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 11.5.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor

jawaban subjek normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan terhadap

distribusi skor konflik peran ganda dan perilaku agresif, dengan menggunakan teknik

One Sample Kolmogorov Smirnov test pada program komputer SPSS for windows

11.5. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data

adalah jika p>0,05 maka sebaran dinyatakan normal, namun jika p<0,05 maka

sebaran dinyatakan tidak normal. Dari hasil pengolahan data konflik peran ganda

diperoleh koefisien K-SZ = 0,726 dengan p = 0,668 (p>0,05) dan data perilaku

agresif diperoleh K-SZ = 1,355 dengan p = 0,051 (p>0,05). Hasil uji normalitas

tersebut menunjukkan bahwa data konflik peran ganda dan perilaku agresif

terdistribusi atau tersebar dengan normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan

variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel konflik peran ganda dengan perilaku agresif mengikuti garis linier atau tidak,

dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 11,5. Dari hasil

pengolahan data diperoleh F = 20,135 dengan p = 0,000. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa hubungan antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif

bersifat linier atau mengikuti garis lurus.

Page 75: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

61

4. Uji Hipotesis

Uji normalitas dan uji linearitas sebelumnya menunjukkan bahwa data

penelitian memenuhi syarat normalitas yaitu skor kedua variabel berdistribusi normal

dan memiliki korelasi linear. Dengan terpenuhinya syarat tersebut, maka uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson one-

tiled. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif

antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif. Pengujian terhadap hipotesis

tersebut menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson one-tiled pada

program komputer SPSS for windows 11,5.

Dari hasil pengolahan data konflik peran ganda dengan perilaku agresif

diperoleh koefisien korelasi r = 0,589 dan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa

ada hubungan yang sangat signifikan antara konflik peran ganda dan perilaku

agresif. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Hasil analisis

juga menunjukkan koefisien determinasi (R squared) variabel konflik peran ganda

dengan perilaku agresif sebesar 0,346. Dengan demikian sumbangan efektif konflik

peran terhadap perilaku agresif sebesar 34,6% sedangkan 65,4% sumbangan

lainnya dipengaruhi oleh variabel lain.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan

positif antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif. Setelah melalui beberapa

proses pengolahan data diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada hubungan

Page 76: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

62

antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif. Ini menunjukkan bahwa

hipotesis diterima.

Hubungan antara kedua variabel ini menujukkan bahwa konflik peran ganda

dapat memicu munculnya perilaku agresif pada wanita yang berperan ganda atau

wanita karier. Subjek dalam penelitian ini mengalami konflik peran ganda pada

kategori sedang. Hai ini dibuktikan dari rata-rata empirik sebagian besar subjek

adalah 22 ≤ x ≤ 28 (kategori sedang), demikian juga pada perilaku agresif wanita

karier yang memiliki rata-rata empirik sebagaian besar adalah 72,6 ≤ x ≤ 92,4

(kategori sedang), yang berarti subjek penelitian memiliki perilaku agresif pada

kategori sedang pula.

Kontribusi variabel konflik peran ganda terhadap perilaku agresif dalam

penelitian ini adalah 0.346, hal ini menunjukkan bahwa konflik peran ganda memberi

sumbangan efektif sebesar 34,6% terhadap munculnya perilaku agresif pada wanita

karier. Sisanya sebesar 65,4% adalah faktor lain yang memungkinkan memberikan

pengaruh terhadap munculnya perilaku agresif. Seperti pola perilaku yang

merupakan faktor intrinsik yang dimiliki oleh subjek (pola perilaku), stress, serta nilai-

nilai yang dianut oleh subjek, namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini.

Dari hasil wawancara dengan beberapa subjek penelitian, peneliti

mendapatkan beberapa kendala atau masalah yang dialami oleh subjek. Beberapa

subjek seringkali merasa kebinggungan bahkan kesulitan dalam menjalankan tugas

atau perannya secara seimbang, meskipun subjek telah berusaha menjalankan

tugasnya dengan sebaik mungkin. Sebagai contoh, pagi hari subjek harus berada di

tempat kerja yang keberadaannya jauh dari rumah, sementara itu subjek harus

Page 77: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

63

bertugas menyiapkan kebutuhan untuk keluarga seperti menyiapkan pakaian atau

sarapan untuk keluarga. Selain itu beban kerja di kantor seringkali mengharuskan

subjek untuk lembur terutama pada akhir bulan. Hal semacam ini yang

memungkinkan munculnya konflik peran ganda pada wanita karier.

Menurut Rini (2002) tinggi rendanya konflik peran ganda pada wanita karier

dapat dipengaruhi oleh beberapa masalah yaitu, kemampuan untuk memanajemen

waktu. Manajemen waktu adalah strategi penting yang perlu diterapkan oleh para

ibu bekerja untuk dapat mengoptimalkan perannya sebagai ibu rumah tangga, istri

dan sekaligus karyawati. Sebagai wanita kerier harus mampu mentukan dan

tetapkan tujuan dalam bekerja, mampu menentukan prioritas, dan mendelegasikan

beberapa tugas (baik tugas kantor maupun tugas rumah) kepada orang lain. Hal ini

sesuai dengan wanita karier yang mempunyai tuntutan kedua peran, pada saat

wanita karier mampu memanajemen waktu dengan baik maka masalah tersebut

juga akan berjalan dengan baik juga, begitu juga sebaliknya.

Selanjutnya adalah kemampuan memanajemen keluarga, artinya berperan

ganda membutuhkan komitmen yang tinggi baik sebagai karyawan atau profesional

maupun sebagai ibu (Rini, 2002). Hal ini berkaitan dengan masalah pembagian

tugas rumah tangga dan masalah pengasuhan anak. Jika di rumah, seorang ibu

akan dituntut komitmennya untuk memberikan perhatian pada anggota yang lain,

seperti suami dan anak sementara tidak melupakan pula tanggung jawab rumah

tangga. Untuk itu, mempekerjakan pembantu rumah tangga akan sangat membantu

meringankan pekerjaan rutin. Selain itu mengajarkan prinsip kerja sama dan

Page 78: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

64

tanggung jawab sejak dini pada anak, agar anak terbiasa bersikap mandiri,

berinisiatif dan dapat diandalkan.

Kemudian kemampuan untuk memanajemen pekerjaan mempengaruhi

upaya quality time bersama keluarga. Hal ini sesuai dengan masalah yang yang

dialami oleh wanita karier yaitu waktu untuk keluarga dan keikutsertaan dalam

mendampingi suami berkarier. Karena tidak efisien dan produktif dalam melakukan

pekerjaan, makin banyak pekerjaan yang tertunda dan makin malas untuk

menyelesaikannya, hingga menghambat hubungan dengan keluarga. Meskipun

berada di rumah, pikiran melayang ke kantor atau pekerjaan dan menjadi tegang

terus mengingat deadline yang sudah dekat. Akibatnya, muncul sensitif terhadap

anak-anak dan suami. Jadi, manajemen keluarga yang baik, dipengaruhi pula oleh

manajemen waktu dan produktivitas yang baik di tempat kerja (Rini, 2002).

Selain itu adalah kemampuan memanajemen diri artinya wanita karier harus

mengetahui akan potensinya dan mampu menciptakan suasana atau kondisinya

yang nyaman untuk dirinya. Dalam hal ini wanita karier seharusnya mampu

menyeimbangkan antara keinginan berkarier sepenuhnya dan keinginan hanya

sebagai ibu rumah tangga yang harus ditanamkan pada diri wanita karier. Dan yang

terakhir adalah kemampuan memelihara dukungan sosial, sebagai wanita karier

mampu memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan di sekerja serta atasan,

karena menjadi penting untuk mencegah timbulnya masalah yang tidak perlu.

Bahkan, dukungan moril dan emosional dari rekan-rekan dan atasan, dapat

membuat lebih bersemangat kerja. Keberadaan rekan sekerja, juga dapat berperan

dalam membantu saat menghadapi masalah keluarga. Pengertian dan perhatian dari

Page 79: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

65

rekan-rekan sekerja, membuat merasa lebih nyaman saat harus meninggalkan

kantor atau menunda pekerjaan karena masalah-masalah berat dan penting di

keluarga. Keberadaan rekan sekerja, akan membantu dalam mendelegasikan

beberapa pekerjaan (Rini, 2002).

Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan dan keselarasan dalam

memanajemen waktu, memanajemen keluarga, memanajemen pekerjaan,

memenajemen diri dan memelihara dukungan dukungan sosial, sangat berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya konflik peran ganda. Sesuai dengan penelitian ini, konflik

peran ganda pada wanita karier dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang kurang

memungkinkan subjek untuk melimpahkan tugas dan tanggung jawab mengurus

rumah tangga secara mudah kepada pembantu atau anggota keluarga lainnya

(suami), selain itu kondisi kerja yang kurang mendukung dalam hal ini wanita yang

berperan ganda merasakan adanya dalam pencapaian karier. Sejalan dengan

Anoraga (2006) yang menyatakan bahwa cukup banyak wanita yang tidak cukup

mampu mengatasi hambatan, sekalipun mempunyai teknis yang cukup tinggi.

Dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa semakin tinggi konflik peran

ganda, maka semakin tinggi pula perilaku agresi pada wanita karier, begitupula

sebaliknya. Pada dasarnya wanita karier adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas

begitu saja dari lingkungan keluarga. Karenanya dalam meniti karier, wanita

mempunyai beban ganda dan hambatan yang lebih berat dibanding rekan pria.

Dalam artian, wanita lebih dahulu harus mengatasi urusan keluarga dan lain-lain

yang menyangkut urusan rumah tangga. Menjadi seorang ibu yang baik di rumah

tidaklah selalu mudah bagi para wanita yang bekerja. Diferensiasi dalam beberapa

Page 80: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

66

peran itu dapat menimbulkan kompetisi dalam penggunaan waktu, energi, perhatian,

dan komitmen. Hal ini dapat memicu timbulnya konflik peran, sehingga dapat

dikatakan konflik peran ganda sebagai akibat dari munculnya pertentangan dalam

diri perempuan yang telah menikah atas peran yang dimainkan, telah menyebabkan

timbulnya dilema dalam diri wanita.

Konflik peran ganda dapat timbul karena kecemasan akan terjadinya efek

negatif terhadap keluarga, seperti berkurangnya kesempatan atau kemampuan

membina rumah tangga yang ideal, serta dilema psikologos atau moral yang harus

dihadapi saat mengalami peran ganda Sedyono. Sementara penelitian yang

dilakukan Coke dan Resseou (dalam, Afifah 2004), membuktikan bahwa semakin

besar harapan yang diberikan, baik di tempat kerja maupun di rumah pada karyawan

perempuan yang memiliki anak, maka memungkinkan timbulnya konflik antar peran

yang semakin besar pula.

Secara singkat, perilaku agresif pada wanita kareir muncul karena adanya

pertentangan dari dalam diri wanita yang telah menikah kemudian atas perannya

yang dimainkan menyebabkan timbulnya dilema psikologis dalam diri wanita

tersebut. Berbagai masalah yang dialami wanita saat berperan ganda, memberi

kontribusi bagi terjadinya konflik peran ganda yang berakhir dengan frustrasi karena

terhambatnya kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya. Dengan

kata lain konflik peran ganda yang berujung pada frustrasi dapat memicu munculnya

perilaku agresif. Menurut Kartono (2002) jika seseorang ingin sekali memecahkan

satu kesulitan hidup dan mencapai suatu tujuan, namun pelaksaananya terhalangi

Page 81: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

67

maka dapat dikatakan bahwa individu ini mengalami frustrasi, sementara frustrasi

dapat memberikan reaksi negatif yaitu memunculkan perilaku agresif.

Sejalan dengan pendapat Berkowitz (Baron, 2005) yang menyatakan kondisi-

kondisi eksternal terutama frustrasi membangkitkan motif yang kuat untuk menyakiti

orang lain. Tinggi rendahnya perilaku agresi pada wanita karier juga dipengaruhi

konflik peran ganda yang dialaminya. Konflik peran ganda memberi kontribusi

munculnya frustrasi yang berujung pada perilaku agresi.

Sementara karena banyaknya tugas yang harus dijalankan oleh wanita peran

ganda, pastinya akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan juga disebut sebagai

pemicu munculnya perilaku agresi sehingga sangat mungkin terjadi pada wanita

yang memiliki konflik peran ganda yang tinggi. Pendapat ini sejalan dengan

Breakwell (1998) yang menyatakan bahwa kelelahan adalah pemicu agresi yang

sudah mapan.

Selain beberapa alasan yang telah disampaikan diatas, menurut Freud

(Sears, 1991) pada dasarnya setiap individu memiliki dorongan bawaan atau naluri

untuk berkelahi. Sebagaimana pengalaman fisiologis rasa lapar, haus atau

bangkitnya dorongan seksual, maka dibuktikan bahwa manusia mempunyai naluri

bawaan untuk berperilaku agresif. Walaupun mekanisme fisiologis yang berkaitan

dengan perasaan agresif, seperti yang berkaitan dengan dorongan-dorongan lain,

dijelaskan bahwa agresi merupakan dorongan dasar.

Sejalan dengan Wrighsman dan Deaux (Dayakisni, 2001) yang merupakan

suatu revisi yang dilakukan pengikut-pengikut Neo Freudian. Mereka mengatakan

bahwa agresi merupakan bagian dari ego (bagian kepribadian yang beroreientasi

Page 82: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

68

pada kenyataan) daripada menempatkan agresi diantara proses-proses irasional id.

Menurut mereka dorongan agresi adalah sehat, karena merupakan usaha untuk

menyesuaikan dengan lingkungan yang nyata dari manusia.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi pada wanita

karier dipicu adanya konflik peran ganda yang berujung dengan frustrasi serta

adanya kelelahan yang dialami wanita karier karena harus menjalankan kedua

perannya dalam waktu yang bersamaan serta adanya dorongan dasar (agresi) yang

dimiliki oleh setiap individu. Namun pada penelitian ini masih terdapat beberapa

kelemahan dalam skala konflik peran ganda pada content validity-nya terutama

setelah diperiksa kembali aitem-aitem yang telah dibuat. Selain itu konflik peran

ganda lebih baik untuk diuji sebagai variabel tergantung dan mencari variabel lain

sebagai variabel bebas.

Page 83: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

69

BAB. V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, dapat diambil

kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan perilaku

agresif pada wanita karier. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran-saran yang dapat diajukkan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi subjek penelitian

Bagi wanita karier agar dapat menempatkan prioritas tugasnya berdasarkan

tempat dan waktu dimana wanita karier berada, sehingga kedua peran yang

dijalankan seimbang. Selain itu dalam menghadapi kodrat sebagai ibu rumah tangga

dan peran ganda, wanita karier harus mampu mengambil hikmah, dimana tantangan

dan hambatan hendaknya dijadikan peluang untuk maju sehingga tujuan dari

pekerjaan yang dilakukan tercapai. Serta dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan dan menjaga hubungan baik dengan keluarga, rekan sekerja

maupun lingkungan sekitarnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik dan bermaksud melakukan penelitian

yang sama, diharap untuk mengadakan penelitian terhadap variabel konflik peran

Page 84: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

70

ganda namun digunakan sebagai variabel tergantung dan dikaitkan dengan variabel

lain (mencari variabel bebas). Selain perlu adanya pengujian ulang terhadap skala

konflik peran ganda, jika akan digunakan sebagai alat ukur. Serta lebih diperhatikan

content validity-nya pada skala konflik peran ganda.

3. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan dimana wanita karier bekerja, diharapkan memberikan

beberapa alternatif pilihan dalam usaha pencapaian karier yang dilakukan oleh

karyawati. Selain itu untuk menghindari kejenuhan yang dapat terjadi karena adanya

pekerjaan yang monoton, perlu adanya rotasi karyawan bank, misalnya teller pada

suatu unit tertentu pindah ke unit yang lain, sehingga terasa suasana baru yang

tidak membosankan.

Page 85: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

71

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, D. 2004. Hubungan antara Religiusitas dengan Konflik Peran Ganda Wanita Karier. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Ahmad, M. 2007. Dari Dulu Saya Fokus ke Anak. http : // www.sapos.co.id/berita/index.asp?IDKategori=86&id=79227. Diakses Maret 2007

Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Anshari. 1996. Kamus Psichologi. Surabaya: Usaha Nasional.

Arinta, I. L., Azwar, S. 1993. Peran Jenis Androgini dan Konflik Peran Ganda Pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Ashari, V. 2005. Hubungan Pemahanan Jender Dan Dukungan Suami Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Karier. Skripsi (Tidak Terbit). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Hilgard, E. R. 1983. Introduction To Psychology.

Eighth Edition. (Alih Bahasa Nurdjannah Taufiq). Harcourt Brace Jovanovich.

Azwar, S. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A. 2005. Psikologi Sosial. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Berkowitz, L. 1995. Agresi I : Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior. Jakarta: Penerbit PPM.

Breakwell, G. M. 1998. Coping with Aggression Behaviour. Yogyakarta: Kanisius.

Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 86: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

72

Dayakisni, T, dkk. 2001. Psikologi Sosial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Dayakisni, T, dkk. 2003. Psikologi Sosial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Diansari, E. 2006. Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Aspirasi Karier Pada Ibu Bekerja. Skripsi (Tidak Terbit). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Faturochman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka.

Flippo. 1990. Manajemen Personalia. Jilid I. (Terjemahan dari : Masud). Jakarta: Erlangga.

Gerungan. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gibson, J. L. 1990. Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Edisi Kelima. (Terjemahan dari : Djarkasih). Jakarta: Erlangga.

Hadi, S. 2000. Statistik I. Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.

Hardyastuti, S. 2001. Pengurangan Konflik Peran Kerja dan Peran Keluarga: Siapa Pelakunya. http : // www.google.com. Diakses Februari 2007

Hasibuan. & Sedyono. 1998. Perempuan Di Sektor Formal. Jakarta: Gramedia.

Helmi, A. F., Soedardjo. 1998. Beberapa Perspektif Perilaku Agresi. http : // avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perspektifagresi_avin.pdf. Diakses Februari 2007

Hidayat, T. 2007. Ancaman Kekerasan Orang Dekat. http ://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/02/selisik/lainnya.htm. Diakses Februari 2007

Holland. 1993. Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Page 87: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

73

Irvanus, E. 2002. Dilema Peran Ganda Perempuan Bekerja. http : //www.sinarharapan.com/cetak/2002/dilema/perempuan.htm. Diakses Februari 2007

Kartono, K. 1994. Psikologi Wanita: Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Jilid

III. Bandung: Mandar Maju.

Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, dan Industri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Koeswara. 1988. Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco.

Krahé, B. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

Munandar, U. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia: Suatu Tinjauan Psikologis. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Mu’tadin, Z. 2002. Faktor Penyebab Perilaku Agresi. http : // www.e-psikologi.com/remaja/100602.htm. Diakses Februari 2007

Newcomb, T. M, dkk. 1981. Psikologi Sosial. Bandung: CV. Diponegoro.

Pruitt, D. G. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rini, J. F. 2002. Wanita Bekerja. http : // www.e-psikologi.com/keluarga/280502.htm. Diakses Februari 2007

Salimon, A. M. 1995. Sikap Wanita Bekerja Terhadap Status Sosial Tanggung Jawab Dan Keluarga. http://72.14.235.104/search?q=cache:LKToI24djsMJ:tapnm.melaka.gov.my/UserFiles/File/wanita%2520kerjaya%2520cabaran%2520dan%2520harapan.pdf+Sikap+Wanita+Bekerja+Terhadap+Status+Sosial+Tanggung+Jawab+Dan+Keluarga&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id. Diakses September 2007

Sari, C. 2005. Hubungan Antara Kepuasan Perkawinan Dengan Agresivitas Suami Istri. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Page 88: HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN …

74

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sears, D. O, dkk. Psikologi Sosial. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Solihin, L. 2004. Tindakan Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga. http : // www.bpkpenabur.or.id/jurnal/03/129-139.pdf. Diakses Februari 2007

Suhardono, E. 1994. Teori Peran : Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suryabrata, S. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susanto. 2006. Wanita dan Karier. http : // www.jakartaconsulting.com/art-15-11.htm. Diakses Februari 2007

Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Vuuren, N. 2001. Wanita dan Karier: Bagaimana Mengenal dan Mengatur Karya. Yogyakarta: Kanisius.

Widyasari, G. 1997. Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita Karier Dengan Sikap Terhadap Kerja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Wolfman, B. R. 1995. Peran Kaum Wanita: Bagaimana Menjadi Cakap dan Seimbang Dalam Aneka Peran. Yogyakarta: Kanisius.

Yasim, S. 1995. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah.