1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah Sejak dilahirkan, setiap orang tumbuh dan berkembang menurut masa dan irama perkembangan sendiri sendiri, membawa daya kemampuan kodratnya sendiri, yang ditumbuhkembangkan lingkungannya sendiri pula, sehingga hasilnya merupakan suatu yang kompleks dan unik yang seakan akan tidak seorang pun ada persamaan dengan orang yang lain, dalam hal apapun. Sebenarnya diantara manusia yang satu dengan yang lain ada persamaanya, misalnya tentang masa-masa yang dilalui sepanjang hidupnya, sejauh manusia berada didalam kehidupan yang normal. Tegasnya, setiap manusia akan selalu bersama-sama melewati masa bayi, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Tiap masa mempunyai tugas yang hampir bersamaan pula. Masa anak, bertugas mengembangkan diri dengan belajar. Masa remaja, bertugas membekali diri untuk kehidupan yang bahagia, dan masa dewasa bertugas membina keluarga dengan pekerjaan- pekerjaan yang dapat mendatangkan hasil, guna mempertahankan hidup dan kehidupan selanjutnya. Untuk mempertahankan hidup dan menjalani kehidupan seorang harus memiliki pribadi yang baik dan sehat. Menurut agus sujanto (2008:157) tanda tanda seseorang memiliki kepribadian baik dan sehat adalah: 1. Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain 2. Tidak malu-malu dan ragu-ragu tapi berani 3. Inisiatifnya berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa
62
Embed
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang masalah
Sejak dilahirkan, setiap orang tumbuh dan berkembang menurut masa dan
irama perkembangan sendiri sendiri, membawa daya kemampuan kodratnya
sendiri, yang ditumbuhkembangkan lingkungannya sendiri pula, sehingga
hasilnya merupakan suatu yang kompleks dan unik yang seakan akan tidak
seorang pun ada persamaan dengan orang yang lain, dalam hal apapun.
Sebenarnya diantara manusia yang satu dengan yang lain ada persamaanya,
misalnya tentang masa-masa yang dilalui sepanjang hidupnya, sejauh
manusia berada didalam kehidupan yang normal. Tegasnya, setiap manusia
akan selalu bersama-sama melewati masa bayi, masa kanak-kanak, masa
sekolah, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Tiap masa mempunyai
tugas yang hampir bersamaan pula. Masa anak, bertugas mengembangkan diri
dengan belajar. Masa remaja, bertugas membekali diri untuk kehidupan yang
bahagia, dan masa dewasa bertugas membina keluarga dengan pekerjaan-
pekerjaan yang dapat mendatangkan hasil, guna mempertahankan hidup dan
kehidupan selanjutnya.
Untuk mempertahankan hidup dan menjalani kehidupan seorang harus
memiliki pribadi yang baik dan sehat. Menurut agus sujanto (2008:157) tanda
tanda seseorang memiliki kepribadian baik dan sehat adalah:
1. Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain
2. Tidak malu-malu dan ragu-ragu tapi berani 3. Inisiatifnya berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau
berdosa
2
4. Tidak merasa harga diri kurang, tetapi memiliki semangat kerja
5. Bersikap jujur terhadap diri sendiri 6. Mampu berdedikasi 7. Senang mengadakan kontak dengan sesama
8. Integritas
Berdasarkan pendapat diatas bahwa seseorang yang memiliki keperibadian
yang sehat di antaranya memiliki rasa kepercayaan yang mendalam pada diri
sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri
adalah orang yang mau menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
serta tidak selalu menggantungkan hidupnya kepada orang lain, memiliki
gagasan-gagasan positif dan juga memiliki kesadaran bahwa kehidupan ini
juga menawarkan kesulitan-kesulitan yang luar biasa.
Kepercayaan diri menurut gomelan (2003) (dalam Rissyo dan Aziza, 2006)
adalah:
Kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri. Orang
dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat
keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. (http://rac.uii.ac.id/server/document/publik/2008052303090201312307.pdf)
Kepercayaan diri merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia dan
ini tidak dibawa sejak lahir namun dikembangkan melalui tiga lingkungan
pendidikan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Artinya, tiga pusat
pendidikan yang secara bertahap dan terpadu serta berkesinambungan
mengemban tangung jawab terhadap perkembangan kepribadian manusia
yang positif terutama adalah perkembangan kepercayaan diri.
Berdasarkan beberapa kutipan pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri adalah sikap seseorang yang memiliki keyakinan
akan kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan,
bertanggung jawab terhadap tindakannya dan terpengaruh oleh orang lain.
2. Karakteristik kepercayaan diri
Menurut Rini, 2002 (http://www.e-psikologi.com/118/0j/2010, TinaAfatin)
Menyebutkan beberapa karakteristik kepercayaan diri, yakni:
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain - berani
menjadi diri sendiri
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung / mengharapkan bantuan orang lain)
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Menurut Aaron Lumpkin (2005:82) keeprcayaan diri merupakan suatu
konsep yang menarik. Rasa percaya diri yang sejati berarti kita memiliki
beberapa hal yang meliputi: “integritas diri, wawasan pengetahuan,
keberanian, sudut pandang yang luas, dan harga diri yang positif”.
Seseorang bisa saja merasa percaya diri, tetapi sekaligus rendah diri,
Seseorang mungkin saja memiliki rasa percaya diri, tetapi tidak
mempunyai banyak pengaruh. Sebagai contoh: seorang pria dengan
kehendaknya kepada orang lain. Bila semua ini dilakukan maka dalam
diri individu telah memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi/positif.
b. Bersikap tegas dan teguh pada pendirian sendiri
Seseorang memiliki tingkat kepercayaan tinggi terindikasi dari
sikapnya yang tegas dan teguh pendiriannya dalam melakukan
tindakan, tidak terpengaruh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
orang lain. Siap mempertahankan pendiriannya bila itu memang benar
dan bertindak tegas tanpa kompromis bila sesuatu itu dianggap salah
atau menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Disamping itu, mau
mengataakan yang sebenarnya tanpa harus malu atau takut
mendapatkan kritikan atau teguran dari orang lain.
c. Bertanggung jawab dalam tugas
Individu yang bertanggung jawab dalam tugas adalah individu yang
memiliki kesanggupan menyelesaikan persoalan atau pekerjaan yang
dibebankannya dan dapat menyelesaikannya dengan baik, tepat waktu,
serta berani mengambil resiko untuk setiap keputusan yang dibuat atau
tindakan yang dilakukan. Tidak pernah melemparkan kesalahan yang
dibuatnya kepada orang lain. Irang yang memiliki tanggungjawab juga
memiliki sikap tegas dan teguh dalam mempertahankan
pendapat,gagasan atau ide-ide yang dianggap benar tanpa harus
melaksanakan kehendaknya kepada orang lain. Bila semua ini
18
dilakukan maka dalam diri individu telah memiliki tingkat
kepercayaan diri tinggi/positif.
d. Dapat tampil bebas dalam situasi sosial
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri positif adalah orang yang
dapat tampil bebas dalam situasi sosial, misalnya dalam rapat, diskusi,
atau mengemukakan pendapatnya tanpa harus malu, ragu-ragu atau
merasa tidak mampu melaksanakannya seperti gugup, takut,cemas, dan
lain-lainnya. Bila saat tertentu diberikan kesempatan untuk tampil
dalam suatu kegiatan dengan penuh keyakinan melaksanakan
kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya.
e. Memiliki harapan realistis terhadap diri sendiri
Dalam menghadapi kehidupan ini individu memiliki harapan, cita-cita,
tujuan hidup yang realistis sesuai dengan keadaan diri sendiri tanpa
harus membandingkan atau melihat orang lain. Ketika harapan tersebut
tidak menjadi kenyataan, ia tetap menaggapi secara positif terhadap
harapan, cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai dengan memahami
sepenuhnya terhadap situasi yang dihadapi saat ini. Ia mampu untuk
membangkitkan semangat lebih baik dalam meraih harapan, cita-cita,
dan tujuan hidupnya tanpa mempersilahkan diri sendiri atau situasi
yang menjadi penyebab tidak terpenuhinya harapan tersebut.
19
2.2.Komunikasi Dalam Keluarga
1. Pengertian Komunikasi Dalam Keluarga
Setiap pribadi manusia akan selalu berada dan mengalami
perkembangan dalam ketiga lembaga pendidikan (keluarga, sekolah,
dan masyarakat).
Berdasarkan reality dan peranan ketiga lembaga ini, oleh ahli
pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga
lembaga pendidikan sebagai tripusat pendidikan.Artinya, tiga pusat
pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggung
jawab bagi generasi mudanya. Orientasi kelembagaan tripusat
pendidikan bersifat wajar (alamiah) sesuai dengan kenyataandalam
tata kehidupan dan kebudayaan manusia:
Salah satu tripusat pendidikan yang terbentuk berdasar kan rasa suka
rela dan cinta-kasih yang asasi antara dua subjek manusia (suami-
istri). Merurut Abu Ahmadi (2002:234), "Keluarga adalah merupakan
satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang
belum dewasa yang terikat dalam perkawinan", Yasin Musthofa
.(2007:52) mengatakan "Keluarga adalah sebagai suatu kelompok
individu yang terkait oleh ikatan perkawinan atau darah yang secara
khusus mencakup ayah dan ibu (orang tua) serta anak". Dikemukakan
pula oleh prayitno (2004:245), bahwa "Keluarga merupakan satuan
persekutuan hidup antara dua individu (suami-iitri) yang terikat oleh
perkawinan yang sah yang paling mendasar merupakan pangkal
20
kehidupan bermasyarakat". Menurut Undang-Undang Perkawinan Bab
II Tentang DasarDasar Perkawinan Pasal 2 Tahun 1974 dijelaskan,
"Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang
sangat kuat atau miitsaaaqon gholiidhan untuk"mentaati perintah
Alloh dan bertujuan mewujudkan rumah tangga yang sakinah,
mawadah, dan rahmah".
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah unit sosial yang terkecil terdiri dari suarni-istri dan anak
yang terkait perkawinan yang sah dan merupakan pangkal kehidupan
bermasyarakat.
Adapun beberapa pengertian komunikasi dapat dikemukakan sebagai-
berikut.Menurut Jalaludin Rakhmat (2005:4), bahwa ada enam
pengertian komunikasi, yaitu:
a) Penyampaian, perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti daidm sistem syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara;
b) Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme; c) Pesan yang disampaikan;
d) Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan;
e) Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain
sehingga perubahan selain satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain;
f) Pesan pasien,kepada pemberi terapi dalam psikoterapis
Husaini Usman (2006:346) mengatakan "Komunikasi adalah proses
penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain,
baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa
isyarat".
21
Dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (2007:14) bahwa
"Komunikasi adalah keterlibatan dua orang atau lebih dalam suatu
interaksi, komunikator menjadi suatu pesan, lalu menyampaikan kepada
kornunikan, dan kornunikan mengawasandi pesan tersebut".
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise),
terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada
kesempatan untuk melakukan umpan balik (Joseph A. Derito 1991:23.)
Dijelaskan pula oleh Agus M Hardjana, (2003:11). Komunikasi dapat
didefinisikan sebagai proses penyampain makna dalam benttuk gagasan
atau informasi dari seeorang kepada orang lain melalui media tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi dan keluarga yang telah
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam
keluarga adalah proses interaksi atau proses pengiriman pesan antar
anggota keluarga (ayah, ibu, dan anak) baik secara verbal maupun
nonverbal yang terlibat langsung, multi arah guna menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan terwujudnya keselarasan hubungan dalam
keluarga.
2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi dalam Keluarga
Menurut Husaini Usman (2006:346), tujuan komunikasi dalarn
keluarga,antara lain:
22
a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan hubungan sosial
b. Menyampaikan atau menerima informasi c. Menyampailkan dan menjawab pertanyaan d. Mengubah pikiran (pola pikir), perasaan, dan tindakan
e. Mengubah keadaan sosial f Ada dua hal yang dapat mengubah perilaku dan keadaan sosial adalah
komunikasi dan pengambilan keputusan. Berdasarkan kutipan di atas, bahwa komunikasi dalam keluarga memiliki
tujuan yang kompleks, di antaranya meningkatkan kemampuan menajerial
dan hubungan social, ` menyampaikan, menerima informasi, dan
menjawab pertanyaan, mengubah pola pikir, keadaan sosial, dan
pengambilan keputusan.
Adapun fungsi komunikasi dalam keluarga, di antaranya:
a. Membantu perkembangan intelektual dan sosial; b. Identitas atau jati diri terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan
anggota keluarga.
c. Mengembangkan kesehatan mental d. Pengakuan atau tanggapan dari anggota keluarga
e. Untuk mendukung dan Baling menolong antaranggota keluarga, f. Memecahkan konflik dan bentuk masalah-masalah pribadi dalam
keluarga;
g. Membina keakraban dan saling membutuhkan antaranggota keluarga (Supratiknya, 2001:9).
Dari kutipan di atas, fungsi komunikasi keluarga adalah membina
hubungan antar anggota keluarga untuk mencapai kebahagiaan hidup
dalam keluarga.
3. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi
Ada beberapa hal yang menjadi penghambat atau penghalang dalam proses
komunikasi. Penghambat tersebut dikenal dengan istilah barrier, noises,
atau bottle neck communication. Dalam komunikasi dikenal hambatan
23
psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, dan
pengetahuan. Hambatan fisik misalnya kelelahari, sakit, keterbatasan
panca indera atau cacat tubuh.
Komunikasi bisa juga dihambat oleh kultur/budaya seperti perbedaan adat
istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai panutan.Tanda
setuju di Indonesia dengan menganggukan kepada. Sebaliknya, di India
menanggukkan kepala berarti tidak setuju (Husaini Usman, 2006:353),
Menurut Massa (1998) (dalam Husaini Usman, 2006:353) mengatakan
hambatan-hambatan dalam berkomunikasi, antara lain:
a. Komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami;
b. Perbedaan persepsi akibat perbedaan latar belakang; c. Terjemahan yang salah;
d. Kegaduhan; e. Reaksi emosional seperti selalu bertahan (depensif) dan terlalu
menyerang (agressif)
f. Gangguan fisik (tuli,bisu,dan buta); g. Pesan bermakna ganda (semantik);
h. Belum berbudaya baca dan tulis serta budaya diam; i. Kecurigaan; j. Teknik bertanya yang buruk;
k. Teknik menjawab yang buruk; l. Tidak jujur
m. Tertutup, n. Destruktif; o. Kurang dewasa;
p. Kurang respek; q. Kurang menguasai materi;
r. Kurang persiapan; s. Kebiasaari menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2001:42)„ ada beberapa kesalahan
umum yang sering dilakukan dalam berkomunikasi, antara lain:
a. Sebagai pengirim pesan
1) Cepat-cepat berbicara, tanpa menyusun pikiran kita terlebih dahulu;
24
2) Menjejalkan terlalu benyak gagasan dalam pesan kita, apalagi gagasan
itu kadang-kadang sering tidak saling berhubungan; 3) Atau sebaliknya, merumuskan pernyataan-pernyataan terlalu pendek; 4) Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah
dimiliki oieh penerima; 5) Tidak menyesuaikan perumusan pesan kita dengan sudut pandang
penerima.
b. Sipenerima:
1) Tidak menaruh perhatian kepada pengirim;
2) Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak dikatakan oleh pengirim;
3) Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi, dan
sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan; 4) Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami
sepenuhnya pesan yang dikirim. Cara mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangat penting dalam
berkomunikasi. Agar komunikasi kita menjadi lebih intim dan personal,
kita perlu mengkomunkasikan kepada lawan bicara kita bahwa kita telah
mendengarkan dan memahaminya. Komunikasi disebut impersonal apabila
penerima mengkomunikasikan kepada pengirim bahwa ia tidak
mendengarkan dan tidak memahaminya. Hal ini jelas menghambat
komunikasi.
Hambatan lain untuk membangun komunikasi yang intim dan personal
adalah kecenderungan untuk menilai, menghakimi, membenarkan atau
sebaliknya, menyalahkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
pengirim.
4. Keterampilan Dasar dalam Berkomunikasi
Pada umumnya selaras dengan pengertian komunikasi di atas, komunikasi
yang paling banyak terjadi dan mudah dilihat adalah komunikasi antar
25
manusia. Namun, tidak menutup kemungkinan komunikasipun bisa dilakukan
dengan objek yang lain. Kumunikasi termasuk bentuk kebutuhan alamiah
manusia. Manusia membutuhkan dan melakukan komunikasi terhadap diri
sendiri, orang lain, makhluk hidup lainnya, dan kepada Tuhan.
Ketika manusia menimbang dan ingin mengambil suatu keputusan tertentu
yang selaras dengan nuraninya, berarti is sedang berkomunikasi dengan diri
sendiri. Proses pertimbangan dan perenungan diri sebelum mengambil sikap
atas keputusan adalah bentuk komunikasi pribadi.
Komunikasi secara luas adalah sebagai bentuk tingkah laku seseorang, baik
verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain, tidak sekedar
pertukaran kata atau sejumlah menerima melalui tingkah laku tersebut dengan
sadar dimaksudkan untuk mempengaruhi tingkah laku atau sikap dan
mengubah opini atau pandangan orang lain. Dalam setiap bentuk komunikasi,
orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu,
bersifat verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa ekspresi dan
gerak tubah.
Proses komunikasi adalah proses alamiah yang dilakukan oleh manusia
namun, agar setiap komunikasi dapat efektif maka dibutuhkan beberapa
keterampilan dasar. Agar mampu memulai, mengembangkan, dan memiliki
komunikasi yang akrab, hangat, dan produktif dengan orang lain, maka perlu
memiliki sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Beberapa keterampilan
dasar yang dimaksud antara lain;
a. Harus mampu saling memahami;
26
b. Harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kits secara tepat
dan jelas; c. Harus mampu saling menerima dan memberi dukungan atau saling
menolong;
d. Harus mampu memecahkan konflik (Jhonson dalam Supratiknya.2001:11).
Lebih jelas bentuk-beptuk keterampilan dasar yang dikemukakan di atas dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Harus mampu saling memahami
Secara rinci, kemampuan ini mencakup beberapa sub kemampuan yaitu
sikap percaya, pembukaan diri, keinsyafan, dan penerimaan diri. Agar
dapat saling memahami, pertama-tama harus saling percaya, sesudah
saling percaya harus saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan
tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang
ducapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikati. Untuk
membuka diri seperti itu, tentu raja sebelumnya individu harus menginsafi
diri sendiri, yakni menyadari perasaan-perasaan maupun tanggap-
tanggapan batin lainnya. Namun, untuk sampai- pada keinsafan diri
semacam itu, individu perlu menerima diri, menerima dan mengakui
pikiran perasaannya, bukan menyangkal, menekan, atau
menyembunyikannya. Selain itu, tentu saja individu harus mampu
mendengarkan orang lain. Membuka diri kepada orang lain dan
mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka
diri kepada individu adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara
komunikasi.
27
b. Harus mampu mengkornuiiikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan
jelas
Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap
hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan Cara
yang akan menunjukkan bahwa individu memahami lawan
komunikasinya. Dengan saling mengungkapkan pikiran-pikiran dan
perasaan serta saling mendengarkan, individu memulai, mengembangkan,
dan memelihara komunikasi dengan orang lain.
c. Harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau
saling menolong
Individu harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara
bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia
menolong sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya agar
orang tersebut mampu mengemukakan pemecahan-pemecahan yang
konstruktif terhadap masalahnya yaitu melalui komunikasi antar individu.
d. Harus mampu memecahkan konflik
Individu harus manpu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah
antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi individu
dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif (membangun).
Artinya, dengan cara-cara yang semakin mendekatkan individu dengan
lawan komunikasi dan menjadikan komunikasi individu itu semakin
tumbuh dan berkembang. Kemampuan ini sangat penting untuk
mengembangkan dan menjaga perasaan serta kelangsungan komunikasi
28
individu. Kemampuan memecahkan konflik merupakan langkah yang
tepat bagi individu karena tanpa kemampuan ini, komunikasi antarpribadi
tidak berjalan lancar dan efektif. Di samping itu, proses penerimaan pesan
oleh komunikator tidak sesuai dengau harapannya.
5. Aspek-aspek Koimunikasi dalam Keluarga
Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara alamiah
memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab
ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakikatnya juga dijiwai
oleh tanggung jawab moral. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban
untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri
(dewasa) baik secara fisik, sosial-ekonomi maupun moral. orang tua
meletakkan dasar-dasar untuk mandiri.
Untuk menciptakan pola seperti di atas, perlu dilakukan komunikasi yang
menimbuikan kehangatan, keakraban, pengertian dan tindakan positif serta
hubungan baik antara seluruh anggota keluarga melalui komunikasi antara
anggota keluarga (komunikasi interpersonal).Teknik komunikasi_dalam
keluarga yang perlu dikembangkan adalah komunikasi multi arah, sehingga
anak mampu mengidentifikasi peran dari dirinya sendiri dan juga anggota
keluarga yang lain. Adapun aspek-aspek komunikasi dalam keluarga yang
diperlukan untuk menumbuhkan komunikasi interpersonal yang baik, di
antaranya:
a. Keakraban
b. Kesenangan
29
c. Sikap terbuka
d. Kejujuran
e. Memuaskan
(Jalaludin Rakhmat, 2005:1.29).
Untuk lebih jelas, aspek-aspek komunikasi dalam keluarga di atas dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Keakraban
Salah satu indikasi proses komunikasi dalam keluarga adalah adanya
unsur keakraban. Keakraban antaranggota keluarga terlihat adanya rasa
aman dan nyaman bila antara anak dan anggota keluarga (orang tua).
Mereka memiliki rasa saling ketergantungan/saling membutuhkan antara
satu dengan lainnya. Biasanya anak dan orang tua selalu ada waktu untuk
mengemukakan pendapat, suka bercanda di saat bersama-sama di rumah
dan akan merasa kesepian bila salah satu anggota keluarga tidak ada di
rumah dan antara anak dengan anak (kakak-adik) saling berbagi
pengalaman atau bermain-main bersama dan ini nampak sekali kearaban
antar anggota keluarga.
b. Kesenangan
Di samping adanya unsur keakraban antaranggota keluarga dalam
menjalin hubungan di rumah dan di luar rumah juga ada hubungan
kesenangan. Anak dan anggota keluarga juga betah di rumah, merasa
senang belajar bersama-sama dengan adik dan kakak serta orang tua bila
pada saat bersamaan sedang berkumpul. Di samping itu, orang tua
30
biasanya memahami apa yang menjadi kebutuhan anak dan keluarga dan
akan selalu berusaha memenuhinya melalui bekerja, baik di rumah
maupuh di luar rumah. Orang tua juga selalu melindungi, merawat dan
menjaga keamanan dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak karena
biasanya anak menjadikan sumber inspirasi dan motivasi tersendiri bagi
orang tua untuk memenuhi kebutuhan. Di samping itu, diberikan pula
kesempatan untuk saling memahami, saling memperhatikan, dan adanya
penghargaan anak terhadap orang yang lebih tua dalam keluarga tersebut
serta bisa juga memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
keluarga untuk berhubungan dengan orang lain di luar lingkungan
rumahnya.
c. Sikap terbuka
Sikap terbuka besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi dalam
keluarga, Adapun karakteristik sikap terbuka dalam komunikasi keluarga,
antara lain:
1) Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan
logika; 2) Membedakan dengan mudah, melihat nuansa dan sebagainya; 3) Berorientasi pada isi;
4) Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya; 5) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya (Rakhmat, 2005:136). Agar komunikasi dalam keluarga melahirkan hubungan interpersonal yang
efektif, dogmatisme harus diganti dengan sikap terbuka.
Melalui sikap terbuka, sikap percaya, dan sikap suportif mendorong
timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan paling penting saling
31
mengembangkan kualitas hubungan interpersonal antaranggota
keluarga.Bila anggota keluarga memahami bagaimana perasaan dan
pandangan saya, tanpa berkeinginan untuk menganalisis atau menilai saya,
barulah saya dapat tumbuh dan berkembang pada iklim kondusif dalam
kehidupan saya (keluarga).
d. Kejujuran
Kejujuran adalah aspek ketiga yang menumbuhkan sikap terbuka dalam
komunikasi antara anggota keluarga, menerima dan empati mungkin saja
dipersepsi oleh orang tua/anggota keluarga positif. Komunikasi seperti ini
tercermin adanya sikap bersahabat, saling memperhatikan, empati
ditanggapi anggota keluarga dengan baik, sehingga antar anggota
keluarga tidak menyembunyikan isi hatinya atau membungkus pendapat
dan sikap dengan lambang-lambang verbal dan nonverbal. Kejujuran
menyebabkan perilaku anggota keluarga dapat diduga. Ini mendorong
orang lain dalam keluarga percaya pada anggotanya serta saling
memperhatikannya.
e. Memuaskan
Komunikasi dalam keluarga yang memuaskan akan terlihat dari orang tua
dalam memberikan rasa aman dan nyaman setiap saat pada anak dan
keluarga. Orang tua menanamkan disiplin moral dari baik terhadap anak
dan keiuarga melalui kebasaan-kebiasaan yang dilakukan anggota
keluarga. Di sini orang tua, memenuhi kebutuhan lahir dan batin terhadap
anak dan keluarga, orang tua menghargai setiap kelebihan dan kelemahan
32
yang ada pada anak dan anggota kelurga dan akan menjaga dengan sebaik-
baiknya pola interaksi yang dilakukan di dalam rumah, sehingga orang lain
menganggap keluarga ini harmonis atau adanya kesejahteraan di rumah.
2.3.Kerangka Pikir dan Hipotesis
1. Kerangka pikir
Sesuai dengan tinjauan pustaka dan variabel yang diteliti maka penulis
dapat menjelaskan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:
Suasana harmonis dalam keluarga merupakan syarat mutlak untuk
berkembangnya watak dan kepribadian anak menjadi positif. Suasana
ini akan tercemin dalam menjalin komunikasi interpersonal antar
anggota keluarga. Pola atau suasana komunikasi yang baik dalam
keluarga ditandai oleh adanya sikap keakraban, kesenangan, sikap
terbuka, kejujuran dan memuaskan.
Komunikasi dalam keluarga yang baik akan memberikan rasa aman
dan menumbuhkan serta mengembangkan rasa percaya diri. Rasa
percaya diri ini akan tumbuh dalam diri individu yang tercermin dari
adanya keyakinan akan kemampuan pada diri sendiri, bersikap tegas
dan teguh pendirian, bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, dapat tampil bebas dalam situasi sosial, dan memiliki
harapan yang realistis terhadap diri sendiri.
33
Berdasarkan uraian diatas, secara teoritis akan dijelaskan tentang
hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat keparcayaan diri
pada siswa dalam skema kerangka pikir berikut ini:
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
Komunikasi dalam Keluarga
(X)
a. Keakraban
b. Kesenangan
c. Sikap terbuka
d. Kejujuran
e. Memuaskan
2. Hipotesis
“Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, oleh karena itu perlu dilakukan penlitian secara
empirik” (Sugiyono,2008:13)
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian
ini sebagai berikut:
“Ada hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat
kepercayaan diri pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1
Pringsewu Tahun pelajaran 2014/2015”
Tingkat kepercayaan diri
(Y)
a. Merasa yakin akan kemampuan
pribadi
b. Bersiakp tegas dan teguh
pendirian
c. Bertanggung jawab dalam tugas
d. Dapat tampil bebas dalam situasi
sosial
e. Memiliki harapan realistis
terhadap diri sendiri
34
III. METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan cara mengukur
variabel. Adapun definisi operasional variabel sebagai berikut:
3. Variabel bebas; Komunikasi dalam Keluarga (X) adalah proses interaksi
antar anggota keluarga baik secara verbal maupun non verbal yang
terlibat langsung, multi arah guna menciptakan lingkungan keluarga
kondusif dan keselarasan hubungan.
Secara operasional indikator- indikator variabel bebas meliputi:
a. Keakraban adalah rasa aman dan nyaman serta rasa saling
ketergantungan, saling membutuhkan antara satu dengan lainnya
b. Kesenangan adalah adanya saling memaharni dan penghargaan antara
individu anggota keluarga
c. Sikap terbuka adalah mau menerima dan diterima antar anggota
keluarga tanpa dipaksa atau merasa terpaksa
d. Kejujuran adalah tidak ada unsur-unsur yang ditutupi, apa adanya
sesuai apa yang diperbuat dan dikatakannya
e. Memuaskan adalah rasa aman dan nyaman antara kebutuhan dan
pemenuhannya pada setiap anggota keluarga
4. Variabel terikat; Tingkat Kepercayaan Diri (Y) adalah sikap seseorang
yang memiliki keyakinan akan kemampuan untuk bertingkah laku sesuai
35
dengan yang diharapkan, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan
tidak terpengaruh oleh orang lain.
Secara operasional indikator- indikator tingkat kepercayaan diri meliputi:
a. Merasa yakin akan kemampuan pribadi adalah kesanggupan mengatasi
berbagai persoalan tanpa memaksakan kehendaknya kepada orang lain
b. Bersikap tegas dan teguh pendirian adalah tidak terpengaruh terhadap
tindakan yang dilakukan orang lain dan memiliki keyakinan yang mampu
dipertahankan kebenarannya
c. Bertanggung jawab dalam tugas adalah dapat melaksanakan tugas secara
baik sesuai yang dibebankan kepadanya
d. Dapat tampil bebas dalam situasi sosial adalah tidak merasa malu, ragu-
ragu atau cemas melaksanakan kegiatan bersama orang lain
e. Memiliki harapan realistis terhadap diri sendiri adalah memiliki
keyakinan akan kemampuan, cita-cita, dan keinginan sesuai keadaan diri
sendiri.
3.2.Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode
dokumentasi dan angket. Setelah data terkumpul kemudian diadakan
pengukuran sesuai instrument yang telah disiapkan.
Jenis instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, yaitu angket yang langsung diberikan kepada responden dengan
jumlah butir soal masing-masing variabel sebanyak 24 item dan setiap
36
pertanyaan terdapat lima alternatif jawaban yang dengan kriteria penskoran
sebagai berikut:
Rentang skor positif adalah 5,4,3,2,1 dengan alternatif jawaban sebagai
berikut:
a. Jika pertanyaan dijawab selalu (SL), Artinya aktivitas dalam pernyataan
tersebut selalu dilakukan setiap waktu diberi skor 5
b. Jika pertanyaan dijawab sering (SR) Artinya aktivitas dalam pernyataan
tersebut sering dilakukan setiap waktu diberi skor 4
c. Jika pertanyaan dijawab jarang (JR) Artinya aktifitas dalam pernyataan
tersebut Jarang dilakukan setiap waktu diberi skor 3
d. Jika pertanyaan dijawab kadang-kadang (KD) Artinya aktifitas dalam
pernyataan tersebut kadang-kadang dilakukan setiap waktu diberi skor 2
e. Jika pertanyaan dijawab tidak pernah (TP) Artinya aktifitas dalam
pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan setiap waktu diberi skor 1
Berdasarkan kriteria pengukuran yang telah ditetapkan, secara teoritis
diperoleh skor tertinggi 120 dan sekor terendah 24 pada masing-masing
variabel. Kemudian variabel komunikasi dalam keluarga akan
dikelompokan dalam tiga kategori yaitu komunikasi baik, cukup baik, dan
kurang baik. Variabel kepercayaan diri akan dikelompokkan pada
katagori, kepercayaan diri tinggi, sedang dan rendah. Penetapan Skala
interval menggunkan ketentuan berikut:
37
i = 𝑁𝑇 −𝑁𝑅
𝐾
= 110 −22
3
= 29
Keterangan:
I : interval NT : Nilai Tertinggi
NR : Nilai Terendah K : Kategori (Sutrisno Hadi, 1986:283)
Dengan interval (i=26), maka diperoleh:
a. Pengkatagorian komunikasi dalam keluarga sebagai berikut:
- Skor 24-55, komunikasi dalam keluarga berkategori kurang baik
- Skor 56-87, komunikasi dalam keluarga berkategori cukup baik
- Skor 88-120, kepercayaan diri berkategori Baik
b. Pengkatagorian tingkat kepercayaan diri sebagai berikut:
- Skor 24-55, tingkat kepercayaan diri berkategori Rendah
- Skor 56-87, tingkat kepercayaan diri berkategori Sedang
- Skor 88-120, tingkat kepercayaan diri berkategori Tinggi
Selanjutnya, sebelum alat ukur digunakan pada sampel penelitian, perlu
dilakukan ujicoba (try out) yang dikenakan pada 10 responden di luar
sampel. Tujuan ujicoba ini adalah untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas alat ukur .
a. Validitas Alat Ukur
Suharsimi Arikunto dalam Riduwan (2009:109) menjelaskan,
"Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
38
atau keandalan suatu alat ukur." Sedangkan Sugiyono (2008:172)
mengemukakan, "Intrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur ana yang
seharunya diukur".
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa
validitas adalah alat ukur yang mampu mengukur dengan tepat sesuai
yang dikehendaki si pembuatnya. Kemudian pada umumnya, validitas
alat ukur dapat dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu:
1. Validitas tampang/lahir (face validity),
2. Validitas logis (logical validity)
3. Validitas isi (content validity),
4. Validitas faktor (factorial validity )
5. Validitas empiris (empercal validity)
Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi yang
ditempuh melalui konsep pembuatan kisi-kisi dengan berdasarkan pada
konsep-konsep teoritis yang ada.
b. Reliabilitas Alat Ukur Menurut Arikunto mengatakan, "Reliabilitas
suatu test adalah taraf sejauhmana test itu sama dengan dirinya sendiri
atau keajegan suatu test", Sedangkan Kartini Kartono (2001:111)
menjelaskan, "Masalah reliabilitas pengukuran itu berkaitan dengan
stabilitas dan kematangan (konstansi) hasil pengukuran".
39
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa
reliabilitas test adalah stabilitas dan kejegan sebuah test hasil