HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM CSR PT HOLCIM INDONESIA TBK DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DI KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF I34120088 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
111
Embed
HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM CSR PT HOLCIM … · TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF I34120088 DEPARTEMEN ... materi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM CSR PT HOLCIM
INDONESIA TBK DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT DI KECAMATAN KLAPANUNGGAL
KABUPATEN BOGOR
TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF
I34120088
DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan
Kesesuaian Program CSR PT Holcim Indonesia Tbk dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat di Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Tazkiyah Syakira Alkaff
NIM I34120088
iv
v
ABSTRAK
TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF. Hubungan Kesesuaian Program CSR PT
Holcim Indonesia Tbk dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan MURDIANTO.
Agar suatu perusahaan dapat terus sustain, keseimbangan perusahaan
dengan pihak lain harus tetap dijaga. Salah satunya melalui hubungan antarpihak
yang baik melalui implementasi program CSR dengan mempertimbangkan
kesesuaian program tersebut dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, dibutuhkan
partisipasi aktif dari stakeholders yaitu masyarakat sebagai sasaran program.
Dengan menerapkan falsafah triple-bottom line diharapkan agar keberadaan PT
Holcim dapat bermanfaat dan dapat dirasakan oleh pemangku kepentingan dari
semua kalangan. Penelitian ini dilakukan guna menganalisis kesesuaian program
dan hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat, dan bagaimana
kemanfaatan program itu sendiri bagi masyarakat. Pendekatan yang digunakan
pada penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR PT Holcim
Indonesia Tbk memiliki kesesuaian yang tinggi, begitu pula dengan tingkat
partisipasi masyarakatnya. Selain itu, diketahui pula bahwa program tersebut
memberikan manfaat yang sedang bagi masyarakat, di bidang ekonomi maupun
sosial. Terdapat hubungan di antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program
dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, dan hubungan antara
kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan.
Sementara itu, kesesuaian program dengan tingkat partisipasi tahapan lainnya
tidak terdapat hubungan. Pada kemanfaatan sosial program terdapat hubungan
hanya dengan tingkat partisipasi tahap evaluasi saja. Kemudian pada kemanfaatan
ekonomi program, tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tahap
apapun.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, kesesuaian program, partisipasi,
kemanfaatan program
ABSTRACT
TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF. The relation of PT Holcim Indonesia Tbk
CSR program’s compatibility with community participation level at Klapanunggal
district. Under guidance of MURDIANTO.
In order to keep the sustainability of a company, the balance between the
company and other’s needs to be maintained. This can be done by many ways, one
of them is by keeping good relation among all parties through the CSR
implementation with a brief consideration between the program’s suitability with
community’s needs. Moreover, an active participation from the stakeholders, in
this case; the community as the program’s target, is an essential matter. By
vi
implementing triple-bottom line’s philosophy, PT Holcim expected to be
beneficial and perceived by all kind of stakeholder. This study was conducted to
analyze the compatibility of the program and its relationship with the level of
community participation, and how beneficial the program to the society. A
quantitative research approach is used in this study, supported by qualitative
approach. This study results indicate that PT Holcim Indonesia Tbk CSR
program’s compatibility is high, as well as community’s participation level.
Moreover, the program’s provide a moderate benefit towards community, in
economic sector nor social. There’s a relation between program’s location
compatibility with planning stage of participation, and relation between
program’s material compatibility with implementation stage of participation.
Meanwhile, the compatibility of the program with other stage of participation has
no relation at all. In program’s social benefit, there is a relation with only
evaluation stage of participation. Thereafter, the program’s economic benefit has
no relation with any stage of participation.
Keywords: Corporate Social Responsibility, program’s compatibility,
participation, program’s benefit
vii
HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM CSR PT HOLCIM
INDONESIA TBK DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT DI KECAMATAN KLAPANUNGGAL
KABUPATEN BOGOR
TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF
I34120088
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
viii
x
xi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Kesesuaian Program CSR PT Holcim
Indonesia Tbk dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat perolehan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penerapan Corporate Social Responsibility di Indonesia sudah diatur oleh
regulasi melalui UU No. 40 sejak tahun 2007. Meskipun begitu, masih terdapat
simpang siur mengenai bagaimana sebenarnya praktek CSR harusnya dilakukan.
Anggapan bahwa CSR dapat menganggu sistem finansial perusahaan, membuat
implementasi CSR tidak berjalan efektif. Implementasi yang dilakukan oleh
perusahaan harusnya kembali lagi ke esensi dasar tujuan penerapan CSR itu
sendiri, yaitu sebagai bentuk tanggung jawab atas dampak yang dihasilkan
perusahaan terhadap lingkungan maupun sistem sosial sekitarnya.
Skripsi ini membahas mengenai gambaran CSR yang dilaksanakan oleh
PT Holcim Indonesia Tbk, serta bagaimana implementasi program CSR yang
dilakukan perusahaan tersebut. Skripsi ini juga menjelaskan bagaimana
kesesuaian program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk yang
dilakukan serta hubungannya dengan tingkatan partisipasi masyarakat yang
berujung kepada manfaat yang dihasilkan oleh program itu sendiri.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Murdianto, Msi selaku
dosen pembimbing, dosen penguji, teman satu bimbingan Dijako dan Debby,
pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji
petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Pengambilan data lapang
dilakukan terhitung selama 2 bulan, yaitu bulan Maret 2016 hingga April 2016.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari responden dan
juga informan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif
adalah kuesioner. Kuesioner berisi beberapa variabel yaitu karakteristik peserta,
kesesuaian program, tingkat partisipasi, serta kemanfaatan program. Sementara
itu, data kualitatif dari informan diperoleh melalui wawancara mendalam yang
juga digunakan untuk menyempurnakan perolehan informasi dari kuesioner.
Topik wawancara mendalam meliputi bagaimana karakteristik program CSR yang
dilaksanakan oleh PT Holcim Indonesia Tbk di antaranya termasuk bagaimana
kesesuaian program, tingkat partisipasi penerima program, dan manfaat yang
dihasilkan program.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara survei,
22
observasi, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden
maupun informan melalui panduan pertanyaan wawancara untuk mendapatkan
data mengenai kesesuaian program, tingkat partisipasi, dan kemanfaatan program.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa dan kantor
kecamatan untuk mendapatkan data mengenai penduduk dan monografi desa,
serta data peserta program pemberdayaan ekonomi dari PT Holcim Indonesia
Tbk. Jenis dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Jenis dan metode pengumpulan data
No. Data yang dibutuhkan Metode
1. Peta dan data monografi
Desa
Data Sekunder: Sumber data dari kantor Desa
Kembang Kuning berupa Profil Desa
2. Warga yang ikut menjadi
peserta program CSR
Data Sekunder: Koperasi Wanita Mandiri
berupa Data Anggota
3. Kesesuaian Program
Data Primer: Sumber data dari wawancara
kepada responden (Warga Desa Kembang
Kuning yang menjadi peserta program CSR)
menggunakan panduan kuesioner melalui
wawancara
4. Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Data Primer: Sumber data dari wawancara
kepada responden (Warga Desa Kembang
Kuning yang ikut dalam Program CSR)
menggunakan panduan kuesioner melalui
wawancara
5. Kemanfaatan Program
Data Primer: Sumber data dari wawancara
kepada responden (Warga Desa Kembang
Kuning yang menjadi peserta program CSR)
menggunakan panduan kuesioner melalui
wawancara
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Subyek pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu responden dan
informan. Responden dalam penelitian ini ialah peserta program pemberdayaan
ekonomi oleh CSR PT Holcim Indonesia yang merupakan anggota Koperasi
Wanita Mandiri di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor. Informan merupakan pihak fasilitator CSR PT Holcim Indonesia Tbk,
masyarakat atau stakeholders terkait.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim di Desa Kembang Kuning. Unit analisis yang digunakan
ialah individu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random
sampling atau sampel acak sederhana yaitu sampel diambil sedemikian rupa
sehingga setiap unit responden dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi 2012). Pemilihan
responden tersebut ditentukan melalui kerangka sampling dengan menggunakan
software Microsoft Excel 2007, kemudian jika terdapat calon responden yang
23
menolak diwawancarai, akan digantikan dengan sisa populasi yang ada. Peneliti
hanya mengambil sebanyak 30 responden yang merupakan peserta program
pemberdayaan ekonomi di Desa Kembang Kuning, karena populasi bersifat
homogen dan tidak terlalu tersebar secara geografis.
Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan dengan
teknik bola salju (snowball sampling) dengan jumlah yang tidak ditentukan.
Penetapan informan dengan teknik ini memungkinkan perolehan data dari satu
informan ke informan lainnya sehingga jika pertambahan informasi tidak lagi
menghasilkan pengetahuan baru, maka pencarian informasi akan diberhentikan.
Penetapan informan ini dilakukan dengan menentukan orang-orang tertentu yang
mengetahui mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, khususnya program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk di lokasi penelitian. Informan
kunci yang dipilih ialah pihak officer community relations PT Holcim Indonesia
Tbk.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan
pertanyaan terstruktur sebagai pedoman wawancara mendalam. Data kuesioner
yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
pertama menanyakan mengenai kesesuaian program yang mencakup materi,
metode, media, waktu pelaksanaan, dan lokasi pelaksanaan program. kemudian
yang kedua ialah tingkat partisipasi pada setiap tahapannya yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil. Terakhir ialah
kemanfaatan program yang mencakup kemanfaatan ekonomi dan kemanfaatan
sosial program. Setelah seluruh data diperoleh, kemudian diolah menggunakan
software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS (Statictical Program for Social
Sciences) for Windows versi 20.0. Tahap pertama yang dilakukan ialah
pengkodean data indikator masing-masing variabel, kemudian dilakukan
perhitungan persentase jawaban responden dalam bentuk tabel frekuensi dan juga
dilakukan uji reliabilitas (Lampiran 1). Software SPSS digunakan untuk mengukur
data kuantitatif dengan uji korelasi Rank Spearman yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal
dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal (Lampiran 2 dan
Lampiran 3).
Hubungan antara kesesuaian program dengan tingkat partisipasi disajikan
menggunakan tabulasi silang. Berikut hipotesis hubungan kedua hubungan
variabel tersebut:
H0 = tidak terdapat hubungan positif antara kesesuaian program dengan
tingkat partisipasi.
H1 = terdapat hubungan positif antara kesesuaian program dengan
tingkat partisipasi.
Data yang diperoleh tentang hubungan kedua variabel tersebut kemudian
digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemanfaatan program
memiliki hipotesis sebagai berikut:
24
H0 = tidak terdapat hubungan positif antara tingkat partisipasi dengan
kemanfaatan program.
H1 = terdapat hubungan positif antara tingkat partisipasi dengan
kemanfaatan program.
Data yang diperoleh tentang hubungan kedua variabel tersebut kemudian
digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan adalah jika
0,00 maka tidak terdapat hubungan, jika 0,01-0,09 berarti terdapat hubungan yang
kurang berarti, jika 0,10-0,29 maka hubungannya lemah, 0,30-0,49 berarti
hubungan yang moderat, jika 0,50-0,69 maka terdapat hubungan yang kuat, jika
0,70-0,89 terdapat hubungan yang kuat, dan jika >0,9 maka hubungan antar
variabel tersebut mendekati sempurna.
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan catatan
tematik (Lampiran 4) digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian
kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dengan cara mereduksi hasil wawancara
mendalam dengan para responden dan informan.
Definisi Operasional
Definisi Operasional Kesesuaian Program
Kesesuaian program ialah program terhadap pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan akses pelayanan bagi peserta program berdasarkan kemampuan dan
potensi lokal (Hilarius dan Prayogo 2012). Kesesuaian program diukur melalui
empat faktor pendukung efektivitas program, yaitu: metode, materi, media, serta
waktu dan lokasi. Dalam Tabel 5 faktor tersebut ditinjau pula dengan prinsip-
prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000. Keterangan penilaian berikut dengan
skor:
Rendah: penghitungan skor X ≤
SD
Sedang: penghitungan skor
SD< X <
SD
Tinggi: X ≥
SD
Tabel 5 Definisi Operasional Kesesuaian Program
Variabel Definisi Operasional Skala
Ukur
Materi Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan
program yang diukur melalui segala sesuatu yang
disampaikan dalam kegiatan program yang
menyangkut ilmu atau teknologi dengan
memperhatikan prinsip penerapan CSR dalam ISO
26000
Ordinal
Metode Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan
program yang diukur melalui teknik pendekatan
maupun pelaksanaan program dengan memperhatikan
prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000
Ordinal
Media Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan Ordinal
25
program yang diukur melalui alat bantu yang
digunakan untuk menyampaikan materi selama
program berlangsung dengan memperhatikan prinsip
penerapan CSR dalam ISO 26000
Waktu
Pelaksanaan
Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan
program yang diukur melalui ketepatan jadwal
pelaksanaan program dengan memperhatikan prinsip
penerapan CSR dalam ISO 26000
Ordinal
Lokasi
Pelaksanaan
Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan
program yang diukur melalui kemudahan lokasi
pelaksanaan program dengan memperhatikan prinsip
penerapan CSR dalam ISO 26000
Ordinal
Definsi Operasional Tingkat Partisipasi
Partisipasi masyarakat ialah tingkat keterlibatan oleh sasaran dalam suatu
program. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Tingkat partisipasi
diukur melalui tingkatan partisipasi oleh Arnstein (2007) menjadi 8 tingkatan
dengan 3 kategori yaitu non-partisipasi, tokenism, dan citizen power pada setiap
tahapan program. Lebih jelas dapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Definisi Operasional Tingkat Partisipasi
Variabel Definisi Indikator Pengukuran Skala
Ukur
Perencanaan Keikutsertaan responden
dalam mengikuti kegiatan
perencanaan program yang
diukur menggunakan
Delapan tangga partisipasi
(Arnstein, 2007) yaitu,
manipulation, therapy,
informing, consultation,
placation, partnership,
delegated power, dan citizen
control.
a. Rendah: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 1 dan 2
b. Sedang: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 3 sampai
5
c. Tinggi: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 6 sampai
8
Ordinal
Pelaksanaan Keikutsertaan responden
dalam pelaksanaan kegiatan
program yang diukur
menggunakan Delapan
tangga partisipasi (Arnstein,
2007) yaitu, manipulation,
therapy, informing,
consultation, placation,
a. Rendah: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 1 dan 2
b. Sedang: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 3 sampai
Ordinal
26
partnership, delegated
power, dan citizen control.
5
c. Tinggi: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 6 sampai
8
Evaluasi Keikutsertaan responden
dalam memantau setiap
kegiatan CSR perusahaan
yang diukur menggunakan
Delapan tangga partisipasi
(Arnstein, 2007) yaitu,
manipulation, therapy,
informing, consultation,
placation, partnership,
delegated power, dan citizen
control.
a. Rendah: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 1 dan 2
b. Sedang: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 3 sampai
5
c. Tinggi: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 6 sampai
8
Ordinal
Menikmati
Hasil
Keikutsertaan responden
dalam memanfaatkan setiap
hasil kegiatan CSR
perusahaan yang diukur
menggunakan Delapan
tangga partisipasi (Arnstein,
2007) yaitu, manipulation,
therapy, informing,
consultation, placation,
partnership, delegated
power, dan citizen control.
a. Rendah: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 1 dan 2
b. Sedang: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 3 sampai
5
c. Tinggi: jika
responden
menjawab pada
tingkatan 6 sampai
8
Ordinal
Definisi Operasional Kemanfaatan Program
Kemanfaatan program ialah seluruh hasil atau keluaran dari
dilaksanakannya suatu program. Keterangan penilaian berikut dengan skor:
Rendah: penghitungan skor X ≤
SD
Sedang: penghitungan skor
SD< X <
SD
Tinggi: X ≥
SD
Secara ekonomi, diukur dari peningkatan kualitas sarana dan prasarana,
kemandirian masyarakat secara ekonomis, dan peningkatan peluang ekonomi
masyarakat. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7.
27
Tabel 7 Definisi Operasional Kemanfaatan Ekonomi Program
Indikator Definisi Skala
Ukur
Pertambahan
Kualitas Sarana dan
Prasarana
Perbaikan jumlah, mutu, atau apapun terkait
segala bentuk jenis fasilitas fisik maupun
nonfisik yang mendukung pelaksanaan
kegiatan.
Ordinal
Kemandirian
Ekonomi
Bertambahnya kemampuan masyarakat dalam
mengelola perekonomiannya sendiri melalui
pertambahan pengetahuan dan pengembangan
keterampilan.
Ordinal
Kualitas Hidup Kondisi kehidupan masyarakat setelah
mengikuti program serta pengetahuan dan
keterampilan yang didapatkan dan
keberlanjutannya.
Ordinal
Sementara itu, kemanfaatan program secara sosial diukur dari frekuensi
gejolak sosial, kualitas hubungan masyarakat dan perusahaan, dan kepuasan
masyarakat. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Definisi Operasional Kemanfaatan Sosial Program
Variabel Definisi Skala Ukur
Frekuensi Gejolak
Sosial
Kondisi masyarakat dimana terjadinya
perselisihan yang melibatkan lapisan
masyarakat dan disebabkan oleh masalah
tertentu seperti masalah ekonomi, sosial,
dan individual dan mempengaruhi
keamanan di desa.
Ordinal
Kualitas Hubungan
Masyarakat dan
Perusahaan
Tingkat baik atau buruknya interaksi
timbal balik antara masyarakat dengan
perusahaan.
Ordinal
Kepuasan
Masyarakat
Terpenuhinya harapan dan keinginan
masyarakat melalui dilaksanakannya
program CSR oleh perusahaan.
Ordinal
28
29
PROFIL LOKASI PENELITIAN
PT Holcim Indonesia Tbk
Sejarah PT Holcim Indonesia Tbk
Saat ini, PT Holcim Indonesia Tbk merupakan produsen semen ketiga
terbesar di Indonesia dengan core business yang terintergrasi dengan penyediaan
10 jenis semen, beton, dan produksi agregat. PT Holcim Indonesia Tbk
mengoperasikan tiga pabrik semen yang terletak di Narogong, Jawa Barat, di
Cilacap, Jawa Tengah, Tuban 1 di Jawa Timur dan fasilitas penggilingan semen di
Ciwandan, Banten dengan total kapasitas gabungan per tahun 11 juta ton semen.
Kami mengoperasikan banyak batching plant beton, dua tambang dan jaringan
logistik lengkap yang mencakup pula gudang dan silo.
Pada awalnya, PT Holcim Indonesia Tbk memiliki nama PT Semen
Cibinong, perusahaan swasta yang didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 dan
memiliki produk andalan bernama Semen Kujang. Pada tahun 1973, unit
pertamanya yang berlokasi di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor
dibangun dan mulai beraktifitas pada tahun 1975.
Seiring perkembangannya, pada 10 Agustus 1977 PT Semen Cibinong
menjadi perusahaan produsen semen yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta yang kemudian pada setahun kemudian juga terdaftar di Bursa Efek
Surabaya. Perluasan perusahaan dilakukan dengan melakukan akuisisi atas
mayoritas saham PT Semen Nusantara Cilacap pada tahun 1993 dan pembelian
100 persen atas saham PT Semen Dwima Agung pada tahun 1995.
Awal mula pergantian nama PT Semen Cibinong menjadi PT Holcim Tbk
Indonesia ialah ketika Grup Holcim resmi menjadi pemegang dan pengawas
saham mayoritas PT Semen Cibinong. Sebesar 77,3 persen saham perusahaan
tersebut dimiliki oleh Group Holcim.
Group Holcim merupakan produsen semen, agregat, beton jadi dan aspal
secara global yang terkemuka beserta jasa layanan pendukunganya. Group Holcim
berdiri pada tahun 1912, yang berhubungan dengan konstruksi sebuah pabrik
semen di Holderbank, Switzerland. Pada awal tahun 1920, Holcim berinvestasi
secara selektif di Eropa dan Negara-negara lain. Saat ini, Group Holcim telah
beroperasi di lebih dari 70 negara di seluruh benua dan mempekerjakan kurang
lebih 90.000 karyawan.
Mayoritas saham Group Holcim atas PT Semen Cibinong membuat
perusahaan tersebut masuk menjadi salah satu bagian dari Group Holcim. Pada 1
Januari 2006 nama PT Holcim Indonesia Tbk resmi menggantikan PT Semen
Cibinong. Komitmen perusahaan atas kualitas produksi dan profesionalisme
terbukti melalui sertifikasi internasional yang diberikan oleh SGS (Societe
Generale de Surveillance) bidang Sistem Mutu atau ISO 9002 serta bidang
Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001 untuk Pabrik Narogong dan
Cilacap. Prestasi tersebut merupakan suatu yang membanggakan bagi PT Holcim
Indonesia Tbk karena PT Holcim Indonesia Tbk telah menjadi perusahaan
pertama di Group Holcim Asia Pasifik yang memperoleh sertifikasi berbasis
internasional.
30
Prestasi membanggakan lain yang dicapai oleh PT Holcim Indonesia Tbk
ialah mendapatkan penghargaan pencapaian terbaik di Hewlett Packard di bidang
teknologi informasi dan juga penghargaan medali emas untuk Kendali Mutu di
Konvensi Mutu Indonesia pada tahun 2000.
Visi dan Misi Perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk
PT Holcim Indonesia Tbk ialah salah satu perusahaan di sektor industri
bahan bangunan dan menyediakan solusi yang mengandalkan produk inovatif,
dengan strategi usaha yang bertumpu pada pembangunan berkelanjutan.
Perusahaan ini memiliki visi dan misi yang dilakukan berdasarkan nilai yang
mereka anut. Nilai-nilai tersebut di antaranya ialah menjalin kekuatan yang
berdasarkan kemitraan, kinerja yang tercermin dari pemenuhan janji, dan
semangat yang terwujud dalam kepedulian
Visi dari perusahaan ini ialah untuk membangun solusi yang berkelanjutan
bagi masa depan masyarakat. Sementara misi dari perusahaan ini ialah perusahaan
ini akan berusaha untuk terus tumbuh menjadi perusahaan yang bermanfaat bagi
para pemangku kepentingannya melalui penyediaan solusi pembangunan
berkelanjutan bagi masing-masing segmen pelanggan, peduli akan keselamatan
kerja dan kelestarian lingkungan, serta mengembangkan kemampuan karyawan,
melakukan inovasi untuk menjadi yang terbaik dan membentuk jaringan yang
terpadu.
Struktur Organisasi
PT Holcim Indonesia Tbk dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang
membawahi 7 direktur masing-masing bidang, yaitu Direktur Keuangan, Direktur
RMX dan Agregat, Direktur Sumber Daya Manusia, Direktur Independen dan
Sekretaris Perusahaan, Direktur Manufaktur, Direktur Pemasaran, dan Direktur
Rantai Pasok. Selain itu, terdapat bidang CEO perusahaan yang membawahi di
antaranya ialah Pembangunan Berkelanjutan dan CSR (Community Relations)
yang mengurusi bidang hubungannya dengan masyarakat . Struktur organisasi PT
Holcim Indonesia Tbk dapat dilihat pada Gambar 3.
CSR PT Holcim Indonesia Tbk
PT Holcim Indonesia Tbk sebagai perusahaan terkemuka dalam
memproduksi semen, beton, dan agregat berkomitmen untuk melakukan
pembangunan yang berkelanjutan demi menjamin kemampuan generasi yang akan
datang. Bentuk komitmen tersebut ialah melalui peningkatan kinerja lingkungan
hidup secara berkesinambungan dalam memproduksi dan juga membantu
menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat.
Falsafah triple-bottom line; pembangunan berkelanjutan di bidang
ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial menjadi prinsip penting yang diterapkan
oleh PT Holcim Indonesia Tbk agar manfaat dari keberadaan perusahaan dapat
dirasakan pemangku kepentingan yang juga termasuk masyarakat. Falsafah
tersebut sudah terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan sehingga menjadi
dasar pelaksanaan CSR bagi PT Holcim Indonesia Tbk.
31
Sumber: Annual Report, 2014.
Gambar 3 Struktur Organisasi PT Holcim Indonesia Tbk
Motivasi perusahaan dalam melakukan kegiatan tanggungjawab sosial
ialah selain sebagai bentuk kompensasi atas eksternalitas yang dihasilkan oleh
aktivitas perusahaan namun juga untuk melakukan ketertiban sosial, yaitu dengan
berupaya mewujudkan perusahaan yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan
dari semua kalangan. PT Holcim juga selalu berupaya untuk memberikan
kontribusi kepada masyarakat yaitu dengan melibatkan masyarakat secara
berkesinambungan dalam setiap programnya. Tidak hanya melibatkan
masyarakat saja, tetapi PT Holcim juga memberikan pendanaan dan juga
pemberdayaan bagi masyarakat. Kemudian, dalam menyusun program
Community
Relations
Keamanan
Komunikasi
Hubungan Pemerintahan
Perencanaan Strategi dan Resiko
Bisnis
Pembangunan
Berkelanjutan dan
CSR
Community
Relations
Presiden
Direktur
Dewan
Komisaris
CEO
Direktorat
Keuangan
Direktorat RMX
dan Agregat
Direktorat Sumber
Daya Manusia
Direktorat Independen dan
Sekretaris Perusahaan
Direktorat
Manufaktur
Direktorat Pemasaran
Direktorat Rantai Pasok
32
pemberdayaan masyarakat, PT Holcim selalu mempertimbangkan masukan warga
di sekitar unit kerjanya, yaitu pihak yang langsung merasakan manfaat program
(Holcim Special Report, 2013).
Selain itu, terdapat juga enam pilar kebijakan CSR perusahaan (Green
Industry Presentation, 2010) yang dianut oleh PT Holcim Indonesia Tbk. Salah
satunya ialah keterlibatan masyarakat, yaitu identifikasi atas kebutuhan
masyarakat yang dilanjutkan dengan memberdayakan masyarakat dengan tujuan
untuk meningkatkan pendidikan, ekonomi, serta sosial dan budaya.
Pelaksanaan CSR oleh PT Holcim Indonesia dilakukan oleh Departemen
Community Relations yang dibawahi CEO Perusahaan. Saat ini, Departemen
Community Relations memfokuskan kegiatannya pada beberapa pilar kegiatan,
yaitu:
1) Infrastruktur: mencakup kegiatan pembuatan jalan, bantuan untuk material
pembuatan drainase, pembangunan kantor desa, gedung sekolah, dan
sarana prasarana umum lainnya. Kegiatan yang termasuk pada program
pilar infrastruktur ialah di antaranya pembeton-an jalan setapak,
pembangunan gedung sekolah dan juga fasilitas lainnya.
2) Pemberdayaan Ekonomi: mencakup pelaksanaan kegiatan dana bergulir
untuk usaha masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan dengan
menyesuaikan potensi yang dimiliki masyarakat setempat.
3) Pendidikan: mencakup pemberian dana beasiswa untuk pendidikan bagi
warga desa mitra perusahaan yang tergolong kurang mampu untuk
melanjutkan pendidikan SD, SMP, maupun SMA.
4) Kesehatan: mencakup pemberian penyuluhan kesehatan, pemberian dana
posyandu, dan penyelenggaraan kegiatan kesehatan skala kecamatan.
5) Sosial: mencakup bantuan sosial, penyuluhan-penyuluhan, pelatihan, dan
pemberian dana santunan. Pilar ini merupakan bukti bahwa PT Holcim
Indonesia Tbk memperhatikan bagaimana kehidupan sosial maysarakat
sekitarnya. Kegiatan yang termasuk didalamnya ialah pemberian bantuan
kepada rumah tangga miskin, pemberian hewan qurban dan sembako.
Prestasi membanggakan yang dicapai oleh PT Holcim Indonesia di
antaranya ialah penghargaan Green Proper Award atas kinerja lingkungan dan
CSR yang baik dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2009. Selain
penghargaan, banyak juga bentuk kerjasama yang dilakukan PT Holcim Indonesia
Tbk dengan perusahaan maupun pemerintahan baik nasional maupun
internasional dengan tujuan kehidupan yang lebih baik.
Program Pemberdayaan Ekonomi
Program kemitraan dengan lembaga sekitar masyarakat yang dilakukan
oleh CSR PT Holcim Indonesia Tbk merupakan salah satu program yang
dijalankan oleh Departemen Community Relations pada pilar program
pemberdayaan ekonomi. Program pemberdayaan ekonomi ini memang ditujukan
kepada masyarakat sekitar Pabrik Narogong dalam mengupayakan peningkatan
perekonomiannya.
Program pemberdayaan ekonomi sengaja ditujukan kepada lembaga-
lembaga atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat dengan tujuan agar
manfaat yang didapat kemudian dapat digunakan secara bersama. Kelompok-
33
kelompok tersebut pada awalnya diidentifikasi terlebih dahulu mengenai potensi
maupun kebutuhannya, kemudian jika memang sesuai dengan kriteria yang
dimiliki oleh PT Holcim Indonesia Tbk maka kemudian dibentuk hubungan
kemitraan di antara pihak perusahaan dengan lembaga atau kelompok tersebut.
Program pemberdayaan ekonomi sudah berlangsung dan memberikan
manfaat bagi masyarakat, di antaranya ialah Kelompok Swadaya Membangun
Bersama (KSMB) yaitu kemitraan antara kelompok-kelompok di masyarakat
dengan perusahaan dan termasuk di dalamnya kemitraan dengan Koperasi Wanita
Mandiri, Posdaya, dan yang paling baru ialah Galeri Sampireun di mana
masyarakat bisa menjual hasil keterampilan maupun hasil usahanya di sebuah
tempat yang telah disediakan oleh CSR PT Holcim Indonesia Tbk.
Koperasi Wanita Mandiri
Koperasi Wanita Mandiri (Kopwama) nmerupakan suatu bentuk koperasi
simpan pinjam yang dilakukan oleh anggota PKK di Kampung Narogong, Desa
Kembang Kuning. Kopwama merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank
yang memberikan pelayanan berupa penghimpunan dana oleh masyarakat dan
penyaluran kembali melalui bentuk pinjaman kepada anggota dalam rangka
pengembangan ekonomi mikro.
Anggota PKK di Kampung Narogong sepakat untuk menjalani Kopwama
sejak tahun 2012 yang dibina oleh PT Holcim Indonesia Tbk. Koperasi ini
didirikan pada tanggal 9 Juli 2012 dengan anggota sekitar 60 orang. Kopwama
memiliki jadwal buka yaitu setiap hari senin, rabu dan jumat di kantor yang juga
digunakan sebagai tempat pelaksanaan posyandu, berlokasi tepat di belakang
kantor Kecamatan Klapanunggal. Jumlah anggota yang tercatat saat ini ialah
mencapai 148 orang yang juga merupakan anggota PKK. Saat ini, Kopwama
dipimpin oleh Susilo Setyawati. Pada Gambar 4 disajikan bagan struktur
organisasi Koperasi Wanita Mandiri.
Sumber: Kopwama
Gambar 4 Struktur organisasi Koperasi Wanita Mandiri
Ketua
Pembina:
PT Holcim Pengawas
Wakil Ketua
Sekretaris Bendahara
Anggota
34
Kegiatan yang dilakukan oleh Kopwama banyak dilakukan sekaligus
dengan acara PKK, di antaranya ialah: pelatihan, arisan, pertunjukkan
keterampilan tiap bulannya, pengajian rutin, serta pelaksanaan posyandu yang
dibina pula oleh PT Holcim Indonesia Tbk.
Teknis pelaksanaan Kopwama ialah pertahunnya diakhiri dengan tutup
buku dan penghitungan Sistem Hasil Usaha (SHU) di bulan Desember, namun
sejak 2015 dirubah menjadi persepuluhbulan, yang diakhiri di bulan Oktober.
Pada saat tutup buku, pengurus melakukan penghitungan untung yang terdiri dari
untung kotor dan untung bersih. Untung kotor masih belum dipotong oleh biaya
sarana dan prasarana seperti alat tulis kantor, biaya listik, biaya air, dan lainnya.
Untung bersih merupakan untung yang keuntungan bersih yang diperoleh
koperasi atas hasil administrasi dan dapat dibagikan ke seluruh anggota. Besarnya
jumlah SHU yang diterima anggota, dihitung berdasarkan keseringan anggota
dalam melakukan penyimpanan dan peminjaman.
Peminjaman hanya boleh dilakukan oleh anggota koperasi saja, sehingga
untuk melakukan simpan pinjam harus melakukan pendaftaran ke kantor untuk
melakukan administrasi dan pembayaran awal sebesar Rp. 100.000,- sebagai
simpanan pokok yang kemudian dilanjutkan dengan simpanan wajib sebesar Rp.
10.000,- perbulannya. Dana tersebut bisa ditarik kembali oleh anggota jika
anggota tersebut berhenti menjadi anggota Kopwama.
Syarat yang diperlukan untuk melakukan peminjaman di Kopwama tidak
menyulitkan, yaitu sudah terdaftar menjadi anggota dan memiliki tabungan
minimal Rp. 500.000,- dan Rp. 100.000,- sebagai deposit. Proses pencairan
tergantung dengan availabilitas dana, namun tidak membutuhkan waktu yang
lama. Pembayaran dilakukan dengan melakukan cicilan 5 kali dalam jangka
waktu sampai tutup buku (Oktober) namun jika ada yang mengalami kesulitan
ekonomi bisa diperbanyak menjadi 10 kali cicilan.
Manajemen yang dilakukan oleh pengurus ialah hanya dengan melakukan
pencatatan pada umumnya, namun untuk memberikan pinjaman pengurus
melakukan analisis terlebih dahulu yaitu dengan melihat sejarah penyimpanannya.
Pada awalnya, anggota Kopwama merupakan bagian dari anggota PKK Kampung
Narogong yang sudah terbentuk sejak tahun 1987. Kegiatan simpan pinjam juga
sudah dilakukan sebagai bagian dari kegiatan rutin bulanan anggota PKK yaitu
UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga) dengan modal awal hanya
sejumlah 200 ribu rupiah.
Pada tahun 2012, PT Holcim Indonesia Departemen Community Relations
mengajak anggota PKK untuk menjadi mitra binaannya, sehingga dibentuklah
Koperasi Wanita Mandiri yang pada tahun pertamanya mencapai keuntungan
sekitar 16,5 juta rupiah. Proses pembentukan koperasi sepenuhnya dibantu oleh
Holcim, mulai dari registrasi hukum, pelatihan administrasi maupun manajemen
operasionalnya, hingga pendanaan. Pendanaan yang Holcim berikan kepada
Kopwama sebesar 15 juta rupiah ditambah dengan keuntungan awal yang didapat
dari UP2K, Kopwama berjalan dengan lancar dari awal hingga sekarang sudah
mencapai keuntungan sekitar 60 juta rupiah.
Bentuk kerjasama yang diberikan oleh perusahaan ialah berupa dana serta
bermacam pelatihan yang bertujuan untuk mendidik anggota. Pelatihan yang
dilakukan pada awalnya yaitu pengenalan kepada seluruh anggota mengenai
koperasi dan cara kerjanya, kemudian pelatihan manajemen koperasi yang baik
35
dan benar, serta bermacam pelatihan lain yang bertujuan untuk mengembangkan
usaha mikro masyarakat. Program ini berlangsung sejak sebelum koperasi
didirikan yaitu sekitar tahun 2012 dan berkelanjutan hingga tahun 2014, meskipun
begitu pendanaan bergulir dan pemantauan tetap dilakukan pihak PT Holcim
Indonesia Tbk hingga sekarang.
Profil Desa Kembang Kuning
Desa Kembang Kuning merupakan salah satu desa yang terletak di
wilayah Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa
Kembangkuning memiliki luas 546,7 Ha yang terdiri atas tiga wilayah dusun,
yaitu Dusun Narogong, Dusun Kembangkuning, dan Dusun Tegal dengan jumlah
7 RW dan 25 RT.
Desa ini berbatasan dengan beberapa desa lainnya di Kecamatan
Klapanunggal di antaranya yaitu Desa Klapanunggal dan Desa Nambo, dan juga
berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri. Jumlah penduduk Desa Kembang
Kuning sampai dengan bulan November 2015 tercatat 13.446 jiwa dan jumlah
KK sebanyak 3.827. Jumlah penduduk desa tersebut terdiri atas jumlah laki-laki
sebanyak 6.599 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 6.847 jiwa.
Menurut Rogovsky (2000) terdapat beberapa manfaat dari keterlibatan di
antara perusahaan dan masyarakat yaitu di antaranya memberikan keamanan yang
lebih besar, infrastruktur dan lingkungan sosial-ekonomi yang baik, serta dapat
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Saat ini mayoritas penduduk
memiliki mata pencaharian sebagai pegawai swasta yaitu sejumlah 2.520 jiwa dan
buruh pabrik sejumlah 1.870 jiwa. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa manfaat
tersebut cukup menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Secara umum kondisi sosial politik serta ketentraman dan ketertiban di
wilayah Desa Kembang Kuning cukup kondusif, didukung dengan jumlah Linmas
yang sudah mencapai 50 orang dari tahun 2009 hingga 2015. Aspirasi masyarakat
terkait dunia politik maupun mengenai regulasi dapat tersalurkan dengan baik
kepada pihak pemerintah desa (Profil Desa Kembang Kuning, 2015).
Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Kembang Kuning di antaranya
ialah sarana pemerintahan desa, sarana perhubungan seperti jalanan yang dibeton
yang juga terdapat bantuan dari PT Holcim Indonesia Tbk, sarana pendidikan,
sarana kesehatan, sarana peribadatan, fasilitas perekonomian, serta sarana maupun
prasarana lainnya.
Desa Kembangkuning merupakan salah satu desa yang menjadi mitra PT
Holcim Indonesia Tbk Pabrik Narogong. Desa Kembangkuning berbatasan
langsung dengan lingkungan perusahaan sehingga termasuk pada ring 1 dalam
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh Departemen
community relations.
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini ialah anggota Kopwama yang aktif pada
tahun pertama Kopwama didirikan hingga saat ini sehingga mereka terlibat dalam
seluruh kegiatan program pemberdayaan ekonomi yang intens pada tahun 2012
hingga tahun 2014. Responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang, dengan
36
karakteristik yaitu merupakan anggota Ibu-Ibu PKK Kampung Narogong Desa
Kembang Kuning sehingga usia responden termasuk dewasa. Peneliti
mengkategorikan usia berdasarkan usia kronologis selama rentang atau siklus
kehidupan manusia, yaitu usia 18-30 tahun (masa dewasa awal), usia 31-55 tahun
(masa dewasa pertengahan), usia ≥56 tahun (masa dewasa tua). Jumlah dan
persentase anggota berdasarkan usia pada program pemberdayaan ekonomi dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut usia pada program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning
tahun 2016
Usia Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
18-30 tahun 0 0,0
31-55 tahun 22 73,3
≥56 tahun 8 26,7
Total 30 100.0
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebaran usia anggota Kopwama berada pada
kategori 31-55 tahun, yakni 22 orang dengan persentase 73,3 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa partisipan program termasuk kategori usia masa dewasa
pertengahan. Usia tersebut merupakan usia di mana masa-masa produktif manusia
untuk bekerja. Pekerjaan anggota Kopwama yang menjadi responden pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut usia pada program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jenis Pekerjaan
Responden
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Guru 3 10,0
Ibu Rumah Tangga 21 70,0
Officer Holcim 1 3,3
Pembantu Rumah
Tangga
1 3,3
Pedagang/Buka Usaha 4 13,3
Total 30 100.0
Pada Tabel 10 diketahui bahwa mayoritas dari anggota Kopwama yang
menjadi responden pada penelitian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga
dengan jumlah 21 orang atau 70,0 persen. Kemudian selain itu ada juga anggota
yang berprofesi sebagai guru, officer dari PT Holcim Indonesia Tbk, pembantu
rumah tangga (PRT), dan pedagang atau membuka usaha.
37
KESESUAIAN PROGRAM, TINGKAT PARTISIPASI, DAN
KEMANFAATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
Bab ini menguraikan tentang bagaimana kesesuaian program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk, serta tingkat partisipasi dan
juga manfaatnya pada Koperasi Wanita Mandiri di Desa Kembang Kuning.
Kesesuaian program ditinjau melalui empat faktor pendukung efektivitas
penyuluhan oleh Setiana (2005). Bab ini juga membahas mengenai tingkat
partisipasi yang dilihat pada tiap tahapan program menurut Cohen dan Uphoff
(1977) yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi,
serta tahap pemanfaatan hasil berdasarkan tipologi tangga partisipasi Arnstein
(2007) yaitu non-participation, degrees of tokenism, dan degrees of citizen
control. Selanjutnya, pada bab ini juga dibahas mengenai kemanfaatan program,
yang ditinjau melalui indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi
oleh Wibisono (2007).
Tingkat Kesesuaian Program Pemberdayaan Ekonomi
Kesesuaian program pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
seberapa sesuai program binaan oleh pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia Tbk terhadap kebutuhan dan potensi masyarakat, yaitu anggota
Kopwama. Kesesuaian program merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
efektivitas program menurut Hilarius dan Prayogo (2012). Kesesuaian program
diukur melalui daftar pertanyaan yang tersusun dalam bentuk kuesioner. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, variabel ini ditinjau menggunakan 5 indikator
pendukung efektivitas program oleh Setiana (2005) yang di antaranya ialah
materi, metode, media, serta waktu dan lokasi program. Hasil penelitian oleh
Mutmainna (2014) menyatakan bahwa kesesuaian program pada program
pemberdayaan ekonomi lokal tergolong tinggi karena program tersebut telah tepat
sasaran dan sesuai dengan apa yang penerima program butuhkan. Selain itu,
kesesuaian program yang tinggi dalam penelitian Mutmainna (2014) juga
dikarenakan program yang mudah untuk dilaksanakan di kehidupan nyata.
Mayoritas anggota Kopwama merasa bahwa program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk berkesesuaian yang tinggi, dengan alasan
mereka merasa lebih aman jika melakukan simpan pinjam pada Koperasi Wanita
Mandiri yang dibina oleh PT Holcim. Selain merasa aman, anggota lain juga
merasa bahwa untuk melakukan simpan pinjam di Kopwama tidak memerlukan
syarat yang menyulitkan sehingga mudah jika para anggota ingin melakukan
pinjaman untuk modal usaha. Meskipun begitu, terdapat juga masyarakat yang
merasa tidak ada perubahan signifikan dengan dibentuknya koperasi, dengan
alasan bahwa mereka tidak terlalu mengembangkan hasil pinjaman menjadi usaha
melainkan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
38
Materi Program
Materi program yang dimaksudkan ialah segala sesuatu yang disampaikan
dalam seluruh rangkaian kegiatan program. Menurut Setiana (2005) materi yang
baik dalam suatu program adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik,
dapat memperbaiki kehidupan, meningkatan pendapatan, dan dapat memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran program. Materi pada program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia mencakup materi-materi pokok
mengenai manajemen operasional koperasi dan juga materi penunjang lainnya
seperti keterampilan ataupun materi terkait usaha mikro. Jumlah dan persentase
anggota menurut kesesuaian materi program pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian materi
pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Materi Program Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 8 26,7
Sedang 4 13,3
Tinggi 18 60,0
Total 30 100,0
Tabel 11 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian
materi program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia. Data
tersebut menunjukkan bahwa kesesuaian materi program termasuk tinggi dalam
program pemberdayaan ekonomi, yaitu sejumlah 60 persen. Penilaian yang tinggi
tersebut ialah karena terdapat anggota yang merasa bahwa materi yang diberikan
saat kegiatan program sudah sesuai dengan kebutuhan maupun potensi yang
dimiliki anggota Kopwama. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu
anggota Kopwama sebagai berikut:
“..materi yang disampaikan itu berkaitan dengan koperasi, kan kita kan
orang awam yah jadi kita tau disitu bahwa koperasi bisa jalan kalo ada
legalitas, dan butuh anggota-anggotanya juga...” (S, 45 tahun)
Anggota merasa bahwa informasi yang disampaikan pada kegiatan dalam
program pemberdayaan ekonomi sesuai dengan tujuan dari Kopwama itu sendiri,
dan merasa bahwa informasi-informasi yang disampaikan dapat berguna baik
secara kelompok maupun individu.
Metode Program
Metode program merupakan cara ataupun teknik yang digunakan
berdasarkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari program itu sendiri. Menurut
Setiana (2005) terdapat banyak metode dalam suatu program, di antaranya yaitu
berdasarkan pendekatan sasaran program, teknik komunikasinya, serta indera
partisipan program. Jumlah dan persentase anggota menurut kesesuaian metode
program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 12.
39
Tabel 12 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian metode
pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Metode Program Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 9 30,0
Sedang 4 13,3
Tinggi 17 56,7
Total 30 100,0
Tabel 12 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian
metode program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia.
Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa kesesuaian metode pada program ini
termasuk tinggi. Sejumlah 56,7 persen anggota memberikan penilaian yang tinggi
terhadap kesesuaian metode pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia Tbk. Menurut Setiana (2005) metode dalam suatu program baiknya
disesuaikan dengan kebutuhan sasaran program itu sendiri, yaitu dengan cara
mengkombinasikan berbagai metode agar memberi manfaat yang lebih baik
dalam pencapaian tujuannya. Anggota merasa bahwa pendekatan, teknik
komunikasi, maupun metode lain yang digunakan oleh pihak PT Holcim
Indonesia Tbk pada program ini sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Selain itu, metode yang digunakan oleh pihak perusahaan cukup
persuasif sehingga anggota Kopwama bersedia untuk terus terlibat dalam
rangkaian kegiatan program. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu
anggota Kopwama sebagai berikut:
“..caranya Holcim itu bagus, mengajak masyarakat untuk berorganisasi,
awalnya kan kita hanya berbentuk PKK terus tiba-tiba digandeng sama
Holcim ya kita senang, berterima kasih malah. Terus dengan caranya
begitu kita jadi lebih inisiatif sendiri, buka buka internet buat tau tentang
koperasi untuk buka usaha...” (S, 45 tahun)
Media Program
Media yang digunakan dalam suatu program ialah seluruh alat bantu yang
berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan antara penyampai program
dengan sasaran program. Media program digunakan agar informasi atau pesan
yang disampaikan menjadi lebih jelas, nyata, dan mudah dimengerti peserta
program. Pada program pemberdayaan ekonomi, media yang digunakan ialah
berupa gambar yang diproyeksikan, yaitu slide presentation. Jumlah dan
persentase anggota menurut kesesuaian media pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian
media program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia.
Media yang digunakan dalam program yang baik menurut Setiana (2005) ialah
alat bantu yang digunakan harus cocok dengan pesan atau informasi yang akan
disampaikan.
40
Tabel 13 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian media
program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Media Program Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 10 33,3
Sedang 7 23,3
Tinggi 13 43,3
Total 30 100,0
Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa terdapat 43,3 persen anggota
memberikan penilaian tinggi terhadap kesesuaian media program karena dianggap
cukup menarik perhatian anggota sehingga anggota lebih memperhatikan apa
yang disampaikan saat kegiatan berlangsung. Selain hal tersebut, dengan sajian
materi dalam bentuk slide presentation media yang digunakan pada program ini
cukup memudahkan materi untuk dipahami sehingga sesuai dengan kebutuhan
maupun kemampuan anggota. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu
anggota Kopwama sebagai berikut:
“..pake proyektor trus pake ada slidenya gitu ya jadi merhatiin sih terus
kan emang jadi lebih ngerti, tapi sayangnya kita ga dapet kertasnya gitu
sih ya, kan diganti slidenya cepet...” (I, 44 tahun)
Waktu Pelaksanaan Program
Waktu pelaksanaan program merupakan jadwal yang digunakan saat
melakukan kegiatan dalam program. Setiana (2005) menyatakan bahwa pada
umumnya masyarakat sudah memiliki jadwal atau waktu rutinan yang dilakukan
pada umumnya pagi hingga sore dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Pemilihan waktu pelaksanaan program baiknya disesuaikan dengan jadwal serta
kebutuhan masyarakat, agar tujuan program dapat dicapai. Jumlah dan persentase
anggota menurut kesesuaian waktu pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian waktu
pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa
Kembang Kuning tahun 2016
Waktu Pelaksanaan
Program Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 7 23,3
Sedang 6 20,0
Tinggi 17 56,7
Total 30 100,0
Tabel 14 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian
waktu pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia.
Berdasarkan data tersebut terdapat sebanyak 56,7 persen memberikan penilaian
yang tinggi terhadap kesesuaian waktu pelaksanaan program. Anggota merasa
bahwa pelaksanaan kegiatan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia Tbk dilaksanakanan pada waktu yang sesuai, karena anggota memilih
waktu tersebut atas kesepakatan bersama, sehingga tidak merugikan pihak
41
manapun karena keputusan sepenuhnya berada pada pilihan anggota dan pengurus
Kopwama. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama
sebagai berikut:
“...kumpul gitu mah kita sendiri yang nentuin, jadi maunya hari apa
minggu ke berapa tinggal pilih, trus kalo udah ada tanggalnya mah
tinggal masing-masing ketua kelompoknya kasih tau ke anak buahnya...
(A, 42 tahun)
Lokasi Pelaksanaan Program
Setiana (2005) berpendapat bahwa ada masyarakat yang tidak tinggal
sepenuhnya menetap di desa, sehingga pemilihan tempat pelaksanaan program
seharusnya disesuaikan pula dengan jadwal dan lokasi yang mendukung. Jumlah
dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian lokasi pelaksanaan
program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian lokasi
pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa
Kembang Kuning tahun 2016
Lokasi Pelaksanaan
Program Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 13 43,3
Sedang 4 13,3
Tinggi 13 43,3
Total 30 100,0
Tabel 15 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian
lokasi pelaksanaan program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia. Berdasarkan data tersebut terdapat sebanyak 43,3 persen memberikan
penilaian yang tinggi terhadap kesesuaian lokasi pelaksanaan program. Anggota
merasa bahwa lokasi pelaksanaan dalam program pemberdayaan ekonomi
dilakukan di tempat yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu berada di lokasi yang
dekat dengan perumahan masyarakat seperti yang disebutkan oleh salah satu
anggota sebagai berikut: “...lokasi mah deket neng kan cuma di Club House, deket
tinggal nyebrang...” (I, 44 tahun). Namun berdasarkan data tersebut pula,
sejumlah 43,3 persen anggota memberikan penilaian rendah atas lokasi
pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi. Hal tersebut ialah karena meskipun
lokasi yang ditentukan tergolong dekat dan tidak menyusahkan, namun tempat
yang dipilih untuk menjadi lokasi pelaksanaan pogram terlalu besar sehingga
situasi saat program berlangsung menjadi kurang kondusif. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut: “...di mana tuh
Club House yah, kegedean neng jadi jauh proyektornya tapi kalo di kantor
koperasi mah kan juga kekecilan yah...” (A, 42 tahun).
42
Tingkat Partisipasi pada Program Pemberdayaan Ekonomi
Tingkat partisipasi pada penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh
mana keterlibatan anggota Kopwama pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia Tbk. Tingkat partisipasi pada penelitian ini secara garis besar
merujuk pada tahapan partisipasi oleh Cohen dan Uphoff (1977) yakni tahap
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil. Kemudian, pada
setiap tahapan tersebut dilakukan penggolongan tingkatan partisipasi yang
merujuk pada Arnstein (2007) yaitu non-participation, tokenism, dan citizen
power. Penggolongan tersebut diukur melalui daftar pertanyaan yang tersusun ke
dalam kuesioner.
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada pelaksanaan program CSR ialah merupakan
tahap pengambilan keputusan pada saat merencanakan kegiatan maupun agenda
yang akan dilakukan pada saat program berjalan. Termasuk didalamnya ialah
penggalian ide, perumusan pilihan, melakukan evaluasi dari tiap pilihan yang ada,
dan pengambilan keputusan atas pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk
melaksanakan pilihan yang telah ditetapkan (Cohen dan Uphoff 1977). Jumlah
dan persentase anggota menurut partisipasinya dalam tahap pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi
tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tahap Perencanaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Non Partisipasi 6 20,0
Tokenisme 4 13,3
Citizen Power 20 66,7
Total 30 100,0
Tabel 16 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi masyarakat tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia Tbk. Data tersebut menunjukkan bahwa partisipasi
masyarakat pada tahap ini tergolong tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya anggota yang berada pada tingkat partisipasi citizen power yaitu sejumlah
66,7 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota terlibat secara penuh dan
aktif dalam tahap perencanaan yaitu dengan menghadiri kegiatan program,
menyuarakan pendapat, memberikan saran maupun kritik dan melibatkan dirinya
pada saat pengambilan keputusan. Contohnya ialah ketika diadakan rapat bersama
antara anggota Kopwama dengan pihak pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia Tbk yang membahas perubahan UP2K dari PKK Kampung Narogong
menjadi koperasi anggota dapat menyuarakan pendapat dengan bebas. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:
“...mau ngasih saran, kritik atau apa mah bebas sih menyuarakan pendapatnya
ga ada dibatesin atau kayak gak didengar atau apa...” (SS, 56 tahun).
43
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan bagian yang penting dalam suatu program
yang di dalamnya diperlukan keterlibatan dalam bentuk sumbangan materi,
sumbangan pemikiran, ataupun tindakan sebagai anggota program (Cohen dan
Uphoff 1977). Pelaksanaan pada program mitra binaan koperasi oleh
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk ialah termasuk pemantauan
kegiatan koperasi tiap bulannya, serta pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada
anggota Koperasi. Jumlah dan persentase anggota menurut partisipasinya pada
tahap pelaksanaan program dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi
tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tahap Pelaksanaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Non Partisipasi 5 16,7
Tokenisme 2 6,7
Citizen Power 23 76,7
Total 30 100,0
Tabel 17 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi masyarakat tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia Tbk. Partisipasi pada tahap pelaksanaan dapat digolongkan
tinggi, dibuktikan dengan sejumlah 76,7 persen anggota berada pada tingkat
partisipasi citizen power. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota terlibat secara
penuh dan aktif dalam tahap perencanaan yaitu dengan menghadiri kegiatan
program, menyuarakan pendapat, memberikan saran maupun kritik dan
melibatkan dirinya pada saat pengambilan keputusan. Anggota merasa terlibat
pada setiap kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, di antaranya ialah
kegiatan rutin bulanan oleh Kopwama dan juga berbagai pelatihan keterampilan
dari PT Holcim. Meskipun begitu, terdapat juga anggota yang tidak mengikuti
kegiatan karena ada halangan atau merasa selalu ikut namun tidak terlalu
melibatkan diri didalam kegiatan tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
salah satu anggota Kopwama yaitu sebagai berikut: “...kalo ada pendapat, saran,
dan lainnya itu pasti dipertimbangin sih sama anggota, bareng-bareng
ditentuin...” (S, 45 tahun).
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap dimana masyarakat atau anggota
program dapat memberikan umpan balik atas pelaksanaan program yang telah
dilaksanakan sebagai masukan bagi pelaksanaan program ke depannya. Pada
program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk, tahap evaluasi
dilakukan setiap tahunnya, sesuai dengan jadwal tutup pembukuan Kopwama
yang dilakukan di akhir tahun. Tahap evaluasi dilakukan dengan melakukan
pelaporan penggunaan dana oleh Kopwama terhadap pihak PT Holcim, yang
kemudian sambil dilakukan diskusi untuk membahas pembagian SHU (sistem
hasil usaha) dan kegiatan penutup tahunan. Jumlah dan persentase anggota
menurut partisipasinya pada tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 18.
44
Tabel 18 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi
tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tahap Evaluasi Jumlah (Orang) Persentase (%)
Non Partisipasi 15 50,0
Tokenisme 1 3,3
Citizen Power 14 46,7
Total 30 100,0
Pada Tabel 18 diketahui bagaimana persebaran anggota Kopwama
menurut tingkat partisipasi masyarakat tahap evaluasi pada program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Berdasarkan data tersebut,
didapatkan bahwa 50,0 persen dari anggota berada pada tingkat partisipasi non
partisipasi. Separuh dari total anggota berada pada tingkat partisipasi non
partisipasi, karena meskipun terdapat anggota yang menghadiri kegiatan
program, namun mereka tidak merasa harus terlibat pada tahap evaluasi dan
cenderung melimpahkan keputusan kepada pengurus Kopwama dan pihak
perusahaan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama
sebagai berikut:
“...kalo pas kumpul laporan ke Holcim saya pernah denger sih, tapi saya
gaikutan itumah, kalo buat nentuin sesuatu mah lebih ke pengurus aja kali
yah saya mah sebagai anggota ngikut aja, kan pasti pengurus mah
mutusin yang terbaik buat koperasi...” (A, 42 tahun)
Tahap Pemanfaatan Hasil
Tahap pemanfaatan hasil dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan
suatu program dalam pencapaiannya terhadap sasaran program. Agar hasil yang
diharapkan dari suatu program dapat dirasakan, tentunya membutuhkan partisipasi
pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Hasil dari program ini
ialah berbentuk SHU (sistem hasil usaha) yang merupakan keuntungan yang
didapat masing-masing anggota atas keaktifannya dalam melakukan simpan
pinjam di koperasi. Kemudian, setiap akhir tahun atau setelah tutup pembukuan
dilakukan kegiatan pengajian sekaligus pembukaan buku selanjutnya yang
sekaligus dilakukan untuk berdiskusi mengenai rencana bagi koperasi tahun
selanjutnya. Jumlah dan persentase anggota menurut partisipasinya dalam tahap
pemanfaatan hasil dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi
tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tahap Pemanfaatan
Hasil
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Non Partisipasi 0 0,0
Tokenisme 1 3,3
Citizen Power 29 96,7
Total 30 100,0
45
Tabel 19 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi masyarakat tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi pada
tahap pemanfaatan hasil berada pada level tertinggi yaitu citizen power. hal
tersebut dibuktikan dengan sejumlah 96,7 persen anggota berada pada level
tersebut, karena manfaat dari program dirasa memuaskan dan mudah untuk
didapatkan. Anggota merasa pada tahap tersebut tidak ada yang ditutup-tutupi
ditandai dengan pembagian SHU yang transparan, sehingga anggota melibatkan
dirinya secara sukarela. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota
Kopwama yaitu I, 44 tahun sebagai berikut: “...kalo hasil kita pasti dapet ga ada
ditahan-tahan, informasi jelas ga ditutup-tutupin...”
Kemanfaatan Program Pemberdayaan Ekonomi
Suatu program dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu yang
tentunya akan memberikan manfaat bagi perusahaan maupun masyarakat.
Kemanfaatan program pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa
besar manfaat yang dirasakan bagi masyarakat sebagai subyek program.
kemanfaatan program pada penelitian ini merujuk pada Wibisono (2007) yang
mengemukakan indikator keberhasilan dari suatu program. Indikator keberhasilan
tersebut di ukur dari aspek ekonomi dan juga aspek sosial masyarakat.
Kemanfaatan program diukur melalui daftar pertanyaan yang disusun dalam
sebuah kuesioner.
Kemanfaatan Ekonomi
Kemanfaatan ekonomi program merupakan manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dalam kehidupan ekonominya. Manfaat ekonomi program dinilai
melalui perbaikan kualitas sarana maupun sarana yang masyarakat miliki,
kemandirian ekonomi masyarakat, serta bagaimana kualitas hidupnya. Jumlah dan
persentase anggota menurut kemanfaatan ekonomi yang dirasa oleh masyarakat
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kemanfaatan
ekonomi program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di
Desa Kembang Kuning tahun 2016
Kemanfaatan
Ekonomi
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 8 26,7
Sedang 11 36,7
Tinggi 11 36,7
Total 30 100,0
Tabel 20 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut
kemanfaatan ekonomi program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia
Tbk. Berdasarkan Tabel tersebut anggota yang memberikan penilaian rendah
maupun tinggi berada pada jumlah yang sama yaitu sebesar 36,7 persen. Hal
tersebut dikarenakan ada sebagian anggota yang membuka bisnis ekonomi dari
46
dana pinjaman koperasi, sehingga merasa ada pertambahan pendapatan. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:
“...saya jadi lebih mandiri ya keuangannya, saya kan bisnis katering gitu
yah sama kalo pas lebaran suka bikin kue saya jualin, nah itu modalnya
kan dari koperasi tinggal pinjam...” (E, 34 tahun)
Meskipun begitu, terdapat anggota yang hanya menggunakan dana
pinjaman dari koperasi hanya untuk biaya kehidupan sehari-hari. Hal ini
menandakan bahwa dari program pemberdayaan ekonomi memiliki manfaat
ekonomi yang berbeda-beda pada masing-masing individu anggota. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:
“...saya belum merasakan adanya kesempatan ekonomi yang lebih besar
sih, soalnya saya emang gak jualan atau usaha warung, tapi saya jadi
lebih mandiri sih kan bisa pinjam dan menabung...”(I, 44 tahun)
Kemanfaatan Sosial
Kemanfaatan sosial program merupakan manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya. Manfaat sosial
proram dinilai melalui penilaian atas frekuensi gejolak sosial, kualitas
hubungannya dengan perusahaan, serta kepuasan yang masyarakat rasa selama
program dilaksanakan. Jumlah dan persentase anggota menurut kemanfaatan
sosial yang dirasakan oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kemanfaatan sosial
program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Kemanfaatan Sosial Jumlah (Orang) Persentase (%)
Rendah 8 26,7
Sedang 15 50,0
Tinggi 7 23,3
Total 30 100,0
Tabel 21 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut
kemanfaatan sosial program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk.
Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas anggota memberikan penilaian yang
sedang atas kemanfaatan sosial yang dirasakan dari program yaitu sejumlah 50,0
persen. Hal tersebut ialah karena anggota merasa puas atas pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi pada Kopwama, namun tidak merasakan adanya
perbaikan kondisi kehidupan secara ekonomi maupun sosial. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut: “...kalo
permasalahan ekonomi di antara anggota mah gak berkurang ya, tapi manfaat
mah tetep ada kerasa...” (SS, 56 tahun).
47
HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
Hasil analisis tiap variabel yaitu kesesuaian program, tingkat partisipasi
serta kemanfaatan program telah dibahas pada bab sebelumnya. Pada bab ini,
dibahas hubungan dua variabel pada penelitian ini, yaitu hubungan di antara
kesesuaian program dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapannya.
Kesesuaian program merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas
program menurut Hilarius dan Prayogo (2012). Kesesuaian program kemudian
ditinjau menggunakan 5 indikator pendukung efektivitas program oleh Setiana
(2005) yaitu materi, metode, media, serta waktu dan lokasi pelaksanaan program.
Tingkat partisipasi dalam penelitian secara garis besar merujuk pada tahapan
partisipasi oleh Cohen dan Uphoff (1977) yakni tahap perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pemanfaatan hasil yang kemudian dibagi menjadi tiga penggolongan
menurut Arnstein (2007) yaitu non-participation, tokenism, dan citizen power.
Berikut dibahas hubungan 5 indikator kesesuaian program dengan masing-masing
tahapan partisipasi.
Hubungan Kesesuaian Materi Program dengan Tingkat Partisipasi
Materi program merupakan segala sesuatu informasi yang disampaikan
saat berlangsungnya program. Tingkat partisipasi ialah keterlibatan anggota dalam
setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Hubungan Kesesuaian Materi Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Perencanaan
Hubungan antara kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Hubungan antara kesesuaian materi dengan tingkat partisipasi tahap
perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Materi Program
Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 0 0,0 2 50,0 6 30,0
Sedang 1 16,7 0 0,0 3 15,0
Tinggi 5 83,3 2 50,0 11 55,0
Total 6 100,0 4 100,0 20 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,324 dan koefisien korelasi -0,186.
48
Tabel 22 menunjukkan bahwa mayoritas anggota yang tingkat
partisipasinya pada tahap perencanaannya tinggi, memberikan penilaian yang
tinggi atas kesesuaian materi program dengan jumlah persentase sebesar 55
persen. Kemudian bagi anggota Kopwama yang berada pada tingkat partisipasi
yang rendah atau non partisipasi, juga memberikan penilaian yang tinggi atas
kesesuaian materi program dengan jumlah persentase sebesar 83,3 persen. Tidak
terdapat kecenderungan yang menyatakan hubungan kedua variabel ini, karena
bagaimanapun tingkat partisipasinya, mayoritas anggota berada memberikan
penilaian atas kesesuaian materi yang tinggi.
Partisipasi yang tinggi didasari oleh adanya kemauan serta nilai solidaritas
yang dimiliki anggota Kopwama karena sebelumnya memang sudah termasuk
sebagai anggota PKK. Anggota merasa bahwa materi yang diberikan oleh
program sudah sesuai dengan kondisi koperasi dan mudah dilakukan di kehidupan
nyata, namun ada juga yang sebaliknya. Kemudian, terdapat juga anggota yang
telah berpartisipasi penuh namun merasa materi yang diberikan memiliki
kekurangan, yaitu anggota tidak diberikan materi secara fisik sehingga agak
menyulitkan anggota dalam mengingat isi materi dalam waktu yang lama.
Ketidakcenderungan tersebut didukung oleh uji korelasi yang dilakukan
untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian materi program dengan tingkat
partisipasi pada tahap perencanaan. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan
bahwa diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,186 pada selang kepercayaan atau α
sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,324 yang lebih
besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian
materi program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan tidak memiliki
hubungan.
Hubungan Kesesuaian Materi Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Pelaksanaan
Hubungan antara kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Hubungan antara kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi
tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Materi Program
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 3 60,0 1 50,0 4 17,4
Sedang 1 20,0 0 0,0 3 13,0
Tinggi 1 20,0 1 50,0 16 69,6
Total 5 100,0 2 100,0 23 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,030 dan koefisien korelasi 0,396*. *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
49
Pada Tabel 23 didapatkan bahwa kesesuaian materi program yang rendah
dinilai oleh anggota yang berada pada tingkat partisipasi tahap pelaksanaan yang
rendah, dengan jumlah persentase sebesar 60 persen. Berbeda dengan penilaian
tinggi atas kesesuaian materi program yang mengerucut pada tingkat partisipasi
citizen power, yaitu dengan jumlah persentase 69,6 persen. Hal itu dikarenakan
bagi anggota yang berpartisipasi penuh atau citizen power dalam tahap
pelaksanaan tentu akan mendapatkan materi secara keseluruhan dan utuh
dibandingkan dengan anggota yang berada pada tingkat partisipasi non partisipasi.
Terdapat kecenderungan yaitu semakin tinggi penilaian atas kesesuaian
materi program, semakin tinggi pula tingkat partisipasinya. Kecenderungan
tersebut didukung oleh uji korelasi yang menyatakan koefisien korelasi kedua
variabel tersebut ialah sebesar 0,396 pada selang kepercayaan atau α sebesar 0,05.
Diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,030 yang lebih kecil dari pada nilai α,
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, kesesuaian materi program dengan
tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan memiliki hubungan yang positif.
Hubungan pada dua variabel tersebut merupakan hubungan positif yang tergolong
moderat.
Hubungan Kesesuaian Materi Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Evaluasi
Hubungan antara kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung dengan
hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi silang secara
lengkap disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Hubungan antara kesesuaian materi dengan tingkat partisipasi tahap
evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Materi Program
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 5 33,3 0 0,0 3 21,4
Sedang 2 13,3 0 0,0 2 14,3
Tinggi 8 53,3 1 100,0 9 64,3
Total 15 100,0 1 100,0 14 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,506 dan koefisien korelasi 0,126.
Tabel 24 menunjukkan bahwa anggota yang berada pada tingkat
partisipasi tahap evaluasi manapun memberikan penilaian yang tinggi atas
kesesuaian materi program. Terdapat anggota yang tidak aktif berpartisipasi pada
tahap ini, namun mereka merasa bahwa materi yang diberikan dalam program
cukup sesuai dengan tujuan Kopwama itu sendiri.
Meskipun begitu, tedapat 33,3 persen anggota yang berada pada tingkat
partisipasi tahap evaluasi memberikan penilaian rendah atas kesesuaian materi
program. Hal itu dikarenakan anggota yang kurang berpartisipasi tidak
mendapatkan materi secara keseluruhan sehingga merasa bahwa materi yang
50
diberikan kurang atau belum sesuai. Selain itu, pada tahap ini anggota cenderung
untuk tidak mau terlibat dengan alasan bahwa saat evaluasi merupakan urusan
pihak pengurus dan perusahaan saja. Jika dilihat dari Tabel 24 ada kecenderungan
bahwa semakin tinggi kesesuaian materi maka akan semakin tinggi partisipasinya
pada tahap evaluasi, tetapi menurut uji korelasi yang dilakukan hasilnya
bertentangan.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian materi
program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Hasil uji korelasi tersebut
menunjukkan bahwa diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,126 pada selang
kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung
sebesar 0,506 yang lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1
ditolak. Artinya, kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi pada tahap
evaluasi tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Materi Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Pemanfaatan Hasil
Hubungan antara kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasij uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Hubungan antara kesesuaian materi dengan tingkat partisipasi tahap
pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Materi Program
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 0 0,0 1 100,0 7 24,1
Sedang 0 0,0 0 0,0 4 13,3
Tinggi 0 0,0 0 0,0 18 60,0
Total 0 0,0 1 100,0 29 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,149 dan koefisien korelasi 0,270.
Tabel 25 menunjukkan bahwa anggota yang memberikan penilaian atas
kesesuaian materi rendah, sedang, maupun tinggi berada pada tingkat partisipasi
citizen power. Partisipasi anggota pada tahap pemanfaatan hasil tinggi karena
memang anggota merasa perlu untuk mengambil SHU (Sistem Hasil Usaha) atas
hasil aktifitas simpan pinjamnya dikoperasi sekaligus kumpul untuk diskusi
perencanaan kegiatan Kopwama selanjutnya. Materi yang diberikan program
dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan anggota dan selaras dengan tujuan
koperasi. Kemudian pada penilaian kesesuaian materi rendah terdapat anggota
yang berada pada tahap tokenism, hal itu karena ada anggota yang merasa
pembagian SHU kurang jelas ia dapatkan. Dengan begitu, tidak ada
kecenderungan jika semakin tinggi kesesuaian materi maka semakin tinggi pula
partisipasinya karena berdasarkan data Tabel 25 tidak ada kecenderungan
tersebut.
51
Hal tersebut juga didukung oleh uji korelasi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi hubungan kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,270 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,149 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian materi
program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil tidak memiliki
hubungan.
Hubungan Kesesuaian Metode Program dengan Tingkat Partisipasi
Metode suatu program merupakan cara, teknik, ataupun pendekatan yang
dilakukan fasilitator program kepada sasaran program. Tingkat partisipasi ialah
keterlibatan anggota dalam setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara kesesuaian metode program
pemberdayaan ekonomi dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapannya.
Hubungan Kesesuaian Metode Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Perencanaan
Hubungan antara kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Hubungan antara kesesuaian metode dengan tingkat partisipasi tahap
perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Metode Program
Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 3 50,0 2 50,0 4 20,0
Sedang 1 16,7 0 0,0 3 15,0
Tinggi 2 33,3 2 50,0 13 65,0
Total 6 100,0 4 100,0 20 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,123 dan koefisien korelasi 0,288.
Tabel 26 menunjukkan bahwa mayoritas anggota Kopwama yang
memberikan penilaian tinggi atas kesesuaian metode program juga berada pada
tingkat partisipasi pada tahap perencanaan yang tinggi pula dengan jumlah
persentase sebesar 65 persen. Hal tersebut dikarenakan ada sebagian anggota
Kopwama yang sudah merasa metode yang dilakukan oleh pihak perusahaan
dalam program pemberdayaan ekonomi sudah sesuai dan mendorong anggota
untuk tetap terlibat dalam program. Kemudian terdapat anggota yang memberikan
penilaian kesesuaian metode program rendah dan berada pada tingkat partisipasi
yang rendah pula dengan jumlah persentase 50 persen, hal ini dikarenakan mereka
52
masih merasa metode oleh pihak perusahaan belum sepenuhnya sesuai, terutama
pada hal intensitas pihak perusahaan dalam menjalin hubungan dengan Kopwama.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian
metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,288 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,123 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Metode Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Pelaksanaan
Hubungan antara kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Hubungan antara kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi
tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi pt holcim indonesia di desa kembang kuning tahun 2016
Metode Program
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 3 60,0 1 50,0 5 21,7
Sedang 1 20,0 0 0,0 3 13,0
Tinggi 1 20,0 1 50,0 15 65,2
Total 5 100,0 2 100,0 23 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,059 dan koefisien korelasi 0,349.
Tabel 27 menunjukkan pada kesesuaian metode yang tinggi berada pada
tingkat partisipasi tahap pelaksanaan yang tinggi pula, dengan jumlah persentase
sebesar 65,2 persen. Metode program pada tahap pelaksanaan di antaranya
termasuk pada kontrol atas pihak perusahaan pada setiap kegiatan Kopwama,
sehingga semakin berpartisipasi anggota maka akan semakin cenderung
memberikan penilaian tinggi atas kesesuaian metode program. Meskipun begitu,
terdapat anggota yang memberikan penilaian rendah atas kesesuaian metode
program dengan tingkat partisipasi non partisipasi yaitu sebesar 60 persen,
sehingga memberikan kecenderungan bahwa semakin tinggi penilaian atas
kesesuaian metode program maka akan semakin tinggi tingkat partisipasinya.
Namun, kecenderungan tersebut bertentangan dengan hasil uji korelasi yang
dilakukan.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian
metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,349 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,059 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
53
kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan
tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Metode Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Evaluasi
Hubungan antara kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung dengan
hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi silang secara
lengkap disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28 Hubungan antara kesesuaian metode dengan tingkat partisipasi tahap
evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di
Desa Kembang Kuning tahun 2016
Metode Program
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 7 46,7 0 0,0 2 14,3
Sedang 1 6,7 0 0,0 3 21,4
Tinggi 7 46,7 1 100,0 9 64,3
Total 15 100,0 1 100,0 14 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,175 dan koefisien korelasi 0,255.
Tabel 28 menunjukkan bahwa anggota yang berada pada tingkat
partisipasi tahap evaluasi non partisipasi, memberikan penilaian yang sama
besarnya atas kesesuaian metode program rendah maupun sedang dengan
persentase masing-masng 46,7 persen. Hal itu dikarenakan selain karena terdapat
anggota yang tidak mau melibatkan diri saat tahap evaluasi karena merasa
evaluasi hanya untuk pengurus saja, intensitas perusahaan dinilai semakin
memudar. Kemudian, penilaian yang tinggi atas kesesuaian metode program
mayoritas berada pada anggota yang tingkat partisipasinya tinggi atau citizen
power dengan jumlah persentase 64,3 persen. Meskipun pemantauan oleh pihak
perusahaan memudar, banyak anggota yang merasa bahwa apa yang dilakukan
pihak perusahaan selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan koperasi dan
mendorong anggota agar tetap mau berpartisipasi. Dengan begitu, berdasarkan
data Tabel 28 dapat dilihat terdapat kecenderungan yaitu semakin tinggi
kesesuaian metode program maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Namun,
hal tersebut bertentangan dengan uji korelasi yang telah dilakukan.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian
metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,255 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,175 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian
metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi tidak memiliki
hubungan.
54
Hubungan Kesesuaian Metode Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Pemanfaatan Hasil
Hubungan antara kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29 Hubungan antara kesesuaian metode dengan tingkat partisipasi tahap
pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Metode Program
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 0 0,0 1 100,0 8 27,6
Sedang 0 0,0 0 0,0 4 13,8
Tinggi 0 0,0 0 0,0 17 58,6
Total 0 0,0 1 100,0 29 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,176 dan koefisien korelasi 0,254.
Tabel 29 menunjukkan bahwa kesesuaian metode rendah, sedang, maupun
tinggi sama-sama berada pada tingkat partisipasi citizen power. Partisipasi pada
tahap pemanfaatan hasil memang tergolong tinggi, yaitu dengan adanya kesadaran
masing-masing anggota atas manfaat yang didapat dari program serta kumpul
untuk diskusi perencanaan aktifitas koperasi selanjutnya. Bagi kesesuaian metode
rendah terdapat anggota yang berada pada tingkat partisipasi tokenism pada tahap
pemanfaatan hasil. Hal ini dikarenakan kesesuaian metode yang rendah ternyata
tidak terlalu mendorong anggota agar tetap berpartisipasi, sehingga pada tahap
pemanfaatan hasil pun anggota tidak melibatkan diri sepenuhnya. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat kecenderungan hubungan atas kedua variabel
tersebut.
Hal tersebut juga didukung oleh uji korelasi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi hubungan kesesuaian metode program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil. Dari uji tersebut, diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,254 pada selang kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh
nilai signifikan hitung sebesar 0,176 yang lebih besar dari pada nilai α, sehingga
H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian metode program dengan tingkat
partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Media Program dengan Tingkat Partisipasi
Media suatu program ialah seluruh alat bantu yang berfungsi sebagai
perantara yang menghubungkan antara penyampai program dengan sasaran
program. Tingkat partisipasi ialah keterlibatan anggota dalam setiap tahapan
program yang di antaranya ialah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
55
Berikut adalah hubungan antara kesesuaian media program pemberdayaan
ekonomi dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapannya.
Hubungan Kesesuaian Media Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Perencanaan
Hubungan antara kesesuaian media program dengan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat partisipasi tahap
perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Media Program
Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 1 16,7 2 50,0 7 35,0
Sedang 3 50,0 1 25,0 3 15,0
Tinggi 2 33,3 1 25,0 10 50,0
Total 6 100,0 4 100,0 20 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,733 dan koefisien korelasi 0,065.
Tabel 30 menunjukkan bahwa pada mayoritas anggota non partisipasi
pada tahap perencanaan memberikan penilaian sedang atas kesesuaian media
program dengan jumlah persentase sebesar 50 persen. Kemudian pada anggota
yang tingkat partisipasinya tokenism memberikan penilaian kesesuaian media
yang rendah dengan jumlah persentase sebesar 50 persen. Hal itu dikarenakan
media yang digunakan dalam suatu program (dalam program pemberdayaan
ekonomi ialah proyektor) dirasa memiliki kekurangan maupun kelebihan yang
bisa langsung dirasakan oleh partisipan program, yaitu media proyektor dinilai
cukup menarik perhatian namun dinilai juga menyusahkan bagi anggota yang
sudah lanjut usia karena ukuran tulisan yang kecil.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,065 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,733 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan tidak memiliki
hubungan.
Hubungan Kesesuaian Media Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Pelaksanaan
Hubungan antara kesesuaian media program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 31.
56
Tabel 31 Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat partisipasi tahap
pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Media Program
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 2 40,0 0 0,0 8 34,8
Sedang 2 40,0 1 50,0 4 17,4
Tinggi 1 20,0 1 50,0 11 47,8
Total 5 100,0 2 100,0 23 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,624 dan koefisien korelasi 0,093.
Tabel 31 menunjukkan bahwa pada anggota yang non partisipasi pada
tahap pelaksanaan memberikan penilaian yang sama besar pada kesesuaian media
program rendah maupun sedang, yaitu dengan jumlah persentase masing-masing
sebesar 40 persen. Kesesuaian media memang dirasa memiliki kelebihan dan
kekurangan, di antaranya ialah mudah dipahami namun saat kegiatan berlangsung
pementasan slide presentation berganti secara cepat sehingga agak menyusahkan
anggota. Berikut salah satu pernyataan anggota Kopwama:
“..pake proyektor trus pake ada slidenya gitu ya jadi merhatiin sih terus
kan emang jadi lebih ngerti, tapi sayangnya kita ga dapet kertasnya gitu
sih ya, kan diganti slidenya cepet...” (I, 44 tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,093 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,624 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan tidak memiliki
hubungan.
Hubungan Kesesuaian Media Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Evaluasi
Hubungan antara kesesuaian media program dengan tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung dengan
hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi silang secara
lengkap disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32 menunjukkan bahwa anggota yang non partisipasi pada tahap
evaluasi cenderung tersebar dalam menilai kesesuaian media program, dapat
diketahui dari jumlah persentase yang masing-masing 33,3 persen pada setiap
kategori penilaian kesesuaian media program. Kesesuaian media pada program
pemberdayaan ekonomi menurut anggota Kopwama memang tidak terlalu
mengerucut pada satu kategori saja, karena pada kenyataannya media yang
digunakan memang memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri sehingga
tidak terlalu memiliki pengaruh bagi anggota yang terlibat secara penuh maupun
sebaliknya.
57
Tabel 32 Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat partisipasi tahap
evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Media Program
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 5 33,3 0 0,0 5 35,7
Sedang 5 33,3 0 0,0 2 14,3
Tinggi 5 33,3 1 100,0 7 50,0
Total 15 100,0 1 100,0 14 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,631 dan koefisien korelasi 0,091.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,091 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,631 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Media Program dengan Tingkat Partisipasi pada
Tahap Pemanfaatan Hasil
Hubungan antara kesesuaian media program dengan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Hubungan antara kesesuaian media program dengan tingkat partisipasi
tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Media Program
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 0 0,0 1 100,0 9 31,0
Sedang 0 0,0 0 0,0 7 24,1
Tinggi 0 0,0 0 0,0 13 44,8
Total 0 0,0 1 100,0 29 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,221 dan koefisien korelasi 0,230.
Tabel 33 menunjukkan bahwa kesesuaian media program tidak memiliki
kecenderungan tertentu, karena mayoritas anggota pada tahap pemanfaatan hasil
berada pada satu tingkatan partisipasi saja, yaitu citizen power. Meskipun begitu ,
terdapat anggota yang menilai kesesuaian media rendah berada pada tingkat
partisipasi tokenism yaitu dikarenakan media program kurang membuka akses
bagi anggota untuk melibatkan diri sepenuhnya.
58
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian
metode program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,230 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,221 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
kesesuaian media program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi
Waktu pelaksanaan program ialah jadwal yang digunakan saat melakukan
kegiatan dalam program. Tingkat partisipasi ialah keterlibatan anggota dalam
setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapannya.
Hubungan Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap perencanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 34.
Tabel 34 Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Waktu
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 3 50,0 1 25,0 3 15,0
Sedang 0 0,0 2 50,0 4 20,0
Tinggi 3 50,0 1 25,0 13 65,0
Total 6 100,0 4 100,0 20 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,165 dan koefisien korelasi 0,260.
Tabel 34 menunjukkan bahwa pada anggota yang tingkat partisipasinya
non partisipasi maupun tokenism, memberikan penilaian atas kesesuaian waktu
pelaksanaan program yang sama besarnya pada kesesuaian tinggi maupun rendah.
Penilaian yang rendah atas kesesuaian waktu pelaksanaan dikarenakan bagi
anggota yang tidak berpartisipasi ialah karena anggota berhalangan hadir atau
kurang sesuai dengan jadwal hariannya, sementara itu bagi anggota yang
berpartisipasi waktu pelaksanaan dinilai memakan waktu yang terlalu lama
sehingga memberatkan dirinya sebagai anggota. Namun, terdapat 65 persen
anggota yang memberikan penilaian kesesuaian waktu pelaksanaan yang tinggi
59
berada pada tingkat partisipasi citizen power, karena meskipun butuh waktu yang
lama, namun dirasa tetap menghasilkan manfaat tersendiri.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian waktu
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,260 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,165 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap
perencanaan tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap pelaksanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35 Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Waktu
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 2 40,0 1 50,0 4 17,4
Sedang 1 20,0 0 0,0 5 21,7
Tinggi 2 40,0 1 50,0 14 60,9
Total 5 100,0 2 100,0 23 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,279 dan koefisien korelasi 0,204.
Tabel 35 menunjukkan bahwa penilaian kesesuaian waktu pelaksanaan
yang tinggi berada pada tingkat partisipasi yang tinggi pula, yaitu citizen power
dengan jumlah persentase 60,9 persen. Anggota merasa bahwa pemilihan waktu
pelaksanaan memang didasarkan atas kesepakatan bersama dan pada hari libur
sehingga tidak menganggu jadwal harian anggota. Berikut salah satu pendapat
anggota Kopwama:
“...kumpul gitu mah kita sendiri yang nentuin, jadi maunya hari apa
minggu keberapa tinggal pilih, trus kalo udah ada tanggalnya mah tinggal
masing-masing ketua kelompoknya kasih tau ke anak buahnya... (A, 42
tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian waktu
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,204 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,279 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan tidak memiliki hubungan.
60
Hubungan Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap evaluasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 36.
Tabel 36 Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Waktu
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 5 33,3 0 0,0 2 14,3
Sedang 3 20,0 0 0,0 3 21,4
Tinggi 7 46,7 1 100,0 9 64,3
Total 15 100,0 1 100,0 14 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,267 dan koefisien korelasi 0,209.
Tabel 36 menunjukkan bahwa bagaimanapun tingkat partisipasinya pada
tahap evaluasi, anggota cenderung memberikan penilaian yang tinggi atas
kesesuaian waktu pelaksanaan program. Hal tersebut dapat dilihat dari 46,7 persen
anggota non partisipasi dan 64,3 persen anggota citizen power yang sama-sama
memberikan penilaian tinggi atas kesesuaian waktu pelaksanaan program. Namun,
memang anggota cenderung untuk tidak melibatkan diri sendiri pada saat
evaluasi, padahal saat evaluasi merupakan saat yang tepat untuk menyuarakan
pendapat, pada hal ini ialah waktu pelaksanaan yang dinilai terlalu menyita waktu
dalam sehari. Meskipun waktu pelaksanaan dinilai menyita waktu, pemilihannya
atas persetujuan seluruh anggota sehingga dianggap menghormati waktu pribadi
anggota.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian waktu
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,209 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,267 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap
evaluasi tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil dianalisis menggunakan tabulasi silang
dan didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 37.
61
Tabel 37 Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Waktu
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 0 0,0 1 100,0 6 20,7
Sedang 0 0,0 0 0,0 6 20,7
Tinggi 0 0,0 0 0,0 17 58,6
Total 0 0,0 1 100,0 29 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,140 dan koefisien korelasi 0,276.
Tabel 37 menunjukkan bahwa kesesuaian waktu pelaksanaan pada tahap
pemanfaatan hasil berada pada tingkat partisipasi paling tinggi yaitu citizen
power. Sejumlah 58,6 persen anggota yang memberikan penilaian tinggi atas
kesesuaian waktu pelaksanaan program berada pada tingkat partisipasi citizen
power. Pada tahap pemanfaatan hasil memang anggota melibatkan dirinya secara
sukarela karena manfaat program pemberdayaan ekonomi dapat dirasakan
sepenuhnya oleh anggota. Namun, pada kesesuaian waktu pelaksanaan rendah,
terdapat anggota yang berada pada tingkat partisipasi tokenisme. Hal itu
dikarenakan anggota merasa waktu yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
program terlalu lama, namun merasa manfaat yang diperoleh oleh program belum
jelas sehingga lebih merasa bahwa posisinya sebagai anggota tidak dapat
memberikan pengaruh yang besar pada saat pengambilan keputusan. Hal itu
diperkuat dengan pernyataan anggota, yaitu:
“...ya kadang sih suka kelamaan, dari pagi sampe hampir sore, kan
kasihan suami dan anak ditinggal neng... ga ngerti sih kalo yang
pembagian SHU itu gimana sistemnya, saya mah taunya dapet segini jumlahnya yaudah terima aja...” (K, 48 tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian waktu
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil.
Dari uji tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,276 pada selang
kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung
sebesar 0,140 yang lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1
ditolak. Artinya, kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Lokasi Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi
Lokasi program merupakan tempat dan situasi pelaksanaan program.
Tingkat partisipasi ialah keterlibatan anggota dalam setiap tahapan program yang
di antaranya ialah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap
pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapannya.
62
Hubungan Kesesuaian Lokasi Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap perencanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 38.
Tabel 38 Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Lokasi
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 4 66,7 3 75,0 6 30,0
Sedang 1 16,7 1 25,0 2 10,0
Tinggi 1 16,7 0 0,0 12 60,0
Total 6 100,0 4 100,0 20 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,017 dan koefisien korelasi 0,432*.
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pada tabel 38 didapatkan 66,7 persen anggota dengan tingkat partisipasi
non partisipasi dan 75,0 persen anggota dengan tingkat partisipasi tokenism
memberikan penilaian yang rendah atas kesesuaian lokasi pelaksanaan program.
Hal itu dikarenakan anggota menilai bahwa tempat yang digunakan sebagai lokasi
pelaksanaan program memang sangat dekat dan mudah dijangkau, namun situasi
yang diberikan oleh tempat tersebut kurang mendukung, seperti sempit atau malah
terlalu luas yang membuat pelaksanaan program kurang kondusif. Namun dapat
diketahui pula bahwa terdapat 60 persen anggota yang memberikan penilaian
tinggi atas kesesuaian lokasi pelaksanaan program berada pada tingkat partisipasi
citizen power. Dengan begitu, terdapat kecenderungan atas semakin tinggi
penilaian kesesuaian lokasi pelaksanaan program, maka tingkat partisipasi tahap perencanaan juga cenderung berada pada tingkat yang paling tinggi pula.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian lokasi
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi kedua variabel sebesar 0,432 pada selang
kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung
sebesar 0,017 yang lebih kecil dari pada nilai α, sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya, kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap perencanaan memiliki hubungan yang positif. Hubungan
pada dua variabel tersebut merupakan hubungan positif yang tergolong moderat.
Hubungan Kesesuaian Lokasi Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap pelaksanaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
63
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 39.
Tabel 39 Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Lokasi
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 3 60,0 1 50,0 9 39,1
Sedang 1 20,0 1 50,0 2 8,7
Tinggi 1 20,0 0 0,0 12 52,2
Total 5 100,0 2 100,0 23 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,184 dan koefisien korelasi 0,249.
Tabel 39 menunjukkan bahwa terdapat 60 persen anggota dengan tingkat
partisipasi non partisipasi memberikan penilaian atas kesesuaian lokasi
pelaksanaan program yang rendah. Kemudian, penilaian yang tinggi atas
kesesuaian lokasi pelaksanaan program mayoritas berada pada tingkat partisipasi
yang tinggi pula yaitu citizen power dengan persentase sebesar 52,2 persen. Hal
tersebut dikarenakan pada tahap pelaksanaan, anggota yang berpartisipasi penuh
tentu saja ikut andil dalam penentuan lokasi tiap pertemuannya, sehingga dapat
menyesuaikan dengan keinginan ataupu kebutuhannya. Tabel 39 menunjukkan
adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi kesesuaiannya maka semakin tinggi
tingkat partisipasinya. Namun, hal tersebut bertentangan dengan uji korelasi yang
dilakukan.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian lokasi
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi kedua variabel tersebut ialah sebesar 0,249
pada selang kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan
hitung sebesar 0,184 yang lebih kecil dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan
H1 ditolak. Artinya, kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Lokasi Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap evaluasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 40.
Tabel 40 menunjukkan bahwa terdapat 53,3 persen anggota dengan tingkat
partisipasi non partisipasi memberikan penilaian yang rendah atas kesesuaian
lokasi pelaksanaan program. Lokasi yang dipilih oleh anggota memang dianggap
belum terlalu sesuai, berikut salah satu pendapat anggota: “...dimana tuh Club
House yah, kegedean neng jadi jauh proyektornya tapi kalo dikantor koperasi
mah kan juga kekecilan yah...” (A, 42 tahun).
64
Tabel 40 Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Lokasi
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 8 53,3 0 0,0 5 35,7
Sedang 1 6,7 1 100,0 2 14,3
Tinggi 6 40,0 0 0,0 7 50,0
Total 15 100,0 1 100,0 14 100,0
Dengan nilai signifikansi 0,442 dan koefisien korelasi 0,146.
Tabel 40 juga menunjukkan bahwa terdapat 50 persen anggota citizen
power yang memberikan penilaian tinggi atas kesesuaian lokasi pelaksanaan
program. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan bahwa
semakin tinggi kesesuaian maka semakin tinggi tingkat partisipasi. Namun hal
tersebut bertentangan dengan uji korelasi yang dilakukan.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian lokasi
pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi kedua variabel tersebut ialah sebesar 0,146
pada selang kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan
hitung sebesar 0,442 yang lebih kecil dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan
H1 ditolak. Artinya, kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap evaluasi tidak memiliki hubungan.
Hubungan Kesesuaian Lokasi Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat
partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil dianalisis menggunakan tabulasi silang
dan didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 41.
Tabel 41 Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Lokasi
Pelaksanaan
Program
Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Non Partisipasi Tokenisme Citizen Power
n % n % n %
Rendah 0 0,0 1 100,0 12 41,1
Sedang 0 0,0 0 0,0 4 13,8
Tinggi 0 0,0 0 0,0 13 44,8
Total 0 0,0 1 100,0 29 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,291 dan koefisien korelasi 0,199.
65
Tabel 41 menunjukkan bahwa kesesuaian lokasi pelaksanaan program
berada pada tingkat partisipasi paling tinggi yaitu citizen power dengan masing-
masing persentase sebesar rendah 41,1 persen, sedang 13,8 persen, dan tinggi 44,8
persen. Hal tersebut tidak menandakan adanya kecenderungan hubungan antara
kedua variabel tersebut. Pada tahap pemanfaatan hasil, anggota memang
melibatkan diri sepenuhnya, dengan alasan bahwa pada tahap inilah manfaat
paling besar dapat dirasakan. Hal tersebut seperti pendapat salah satu anggota
Kopwama: “kalo pas akhir-akhir mah kita ada pembagian SHU neng, dapet uang
makanya ikut aja kumpul ngambil uang sekalian rapat dan pengajian..” (A, 42
tahun).
Uji korelasi yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kesesuaian
lokasi pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan
hasil. Dari uji tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,199 pada selang
kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung
sebesar 0,291 yang lebih kecil dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1
ditolak. Artinya, kesesuaian lokasi pelaksanaan program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil tidak memiliki hubungan.
66
67
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANFAATAN
PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
Hasil analisis tiap variabel yang di antaranya meliputi kesesuaian program,
tingkat partisipasi serta kemanfaatan program telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya. Pada bab ini, akan dibahas hubungan dua variabel pada penelitian
ini, yaitu hubungan di antara tingkat partisipasi pada tiap tahapannya dengan
kemanfaatan program.
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan dengan
Kemanfaatan Program
Kemanfaatan program pada penelitian ini terdiri atas dua indikator, yaitu
kemanfaatan ekonomi dan kemanfaatan sosial. Tingkat partisipasi ialah
keterlibatan anggota dalam setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan
dengan kemanfaatan program pemberdayaan ekonomi.
Kemanfaatan Ekonomi Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dengan
kemanfaatan ekonomi program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 42.
Tabel 42 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap perencanaan dengan
kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Perencanaan
Kemanfaatan Ekonomi Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 1 12,5 2 18,2 3 27,3
Tokenism 3 37,5 0 0,0 1 9,1
Citizen Power 4 50,0 9 81,8 7 63,6
Total 8 100,0 11 100,0 11 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,916 dan koefisien korelasi 0,020.
Berdasarkan Tabel 42, didapatkan bahwa tidak terdapat kecenderungan
apapun, karena dapat dilihat bahwa penilaian atas kemanfaatan ekonomi program
rendah, sedang, maupun tinggi mayoritas pada anggota yang tingkat partisipasi
tahap perencanaannya tinggi, yaitu citizen power. Kemudian berdasarkan data
lapang, anggota memberikan pernyataan bahwa program pemberdayaan ekonomi
tidak memberikan manfaat apapun dalam hal peningkatan kualitas sarana dan
prasarana, dilihat dari belum adanya peningkatan kualitas sarana atau prasana
yang signifikan bagi Kopwama.
68
“...disini mah ga dikasih bantuan sarana apa-apa sih neng, paling ya
buku-buku, alat tulis kantor, laci, sama ada komputer lama tapi ya gitu
kurang bermanfaat aja sih apalagi secara ekonomi, tapi ya lumayan
berguna ya...” (SS, 56 tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dengan kemanfaatan ekonomi program. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,020 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,916 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, kesesuaian media
program dengan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil tidak memiliki
hubungan.
Kemanfaatan Sosial Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dengan
kemanfaatan sosial program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 43.
Tabel 43 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap perencanaan dengan
kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Perencanaan
Kemanfaatan Sosial Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 2 25,0 2 13,3 2 28,6
Tokenism 1 12,5 3 20,0 0 0,0
Citizen Power 5 62,5 10 66,7 5 71,4
Total 8 100,0 15 100,0 7 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,807 dan koefisien korelasi 0,046.
Tabel 43 menunjukkan bahwa terdapat 66,7 persen anggota yang tingkat
partisipasinya citizen power memberikan penilaian yang sedang atas kemanfaatan
sosial program Hal tersebut dikarenakan anggota menyatakan bahwa frekuensi
gejolak sosial tidak mengalami perubahan, karena meskipun program
pemberdayaan ekonomi ini dinilai memberikan cukup manfaat, namun ternyata
belum cukup memberikan manfaat yang berarti. Seperti apa yang disampaikan
oleh salah satu anggota Kopwama: “...kalo permasalahan ekonomi di antara
anggota mah gak berkurang ya, tapi manfaat mah tetep ada kerasa...” (SS, 56
tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dengan kemanfaatan sosial program. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,046 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,807 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dengan kemanfaatan sosial program tidak memiliki
hubungan.
69
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan dengan
Kemanfaatan Program
Kemanfaatan program pada penelitian ini terdiri atas dua indikator, yaitu
kemanfaatan ekonomi dan kemanfaatan sosial. Tingkat partisipasi ialah
keterlibatan anggota dalam setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan
dengan kemanfaatan program pemberdayaan ekonomi.
Kemanfaatan Ekonomi Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan dengan
kemanfaatan ekonomi program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 44.
Tabel 44 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pelaksanaan dengan
kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Pelaksanaan
Kemanfaatan Ekonomi Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 1 12,5 2 18,2 2 18,2
Tokenism 2 25,0 0 0,0 0 0,0
Citizen Power 5 62,5 9 81,8 9 81,8
Total 8 100,0 11 100,0 11 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,510 dan koefisien korelasi 0,125.
Tabel 44 menunjukkan pada tingkat partisipasi tokenisme seluruhnya
memberikan penilaian atas kemanfaatan ekonomi program rendah. Namun,
berdasarkan Tabel 43 juga dapat diketahui bahwa anggota yang berada pada
tingkat partisipasi non partisipasi dan citizen power tersebar pada penilaian atas
kemanfaatan ekonomi program yang sedang dan juga tinggi. Pada tingkat
partisipasi non partisipasi memiliki persentase masing-masing sebesar 18,2
persen. Sementara itu, pada tingkat partisipasi citizen power memiliki persentase
masing-masing sebesar 81,8 persen. Kemandirian ekonomi yang dirasa oleh
anggota memiliki perbedaan pada setiap individunya, bagi anggota yang
membuka usaha dengan modal dari hasil pinjaman Kopwama maka akan merasa
lebih mandiri dalam keuangannya, begitupun sebaliknya.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi pada
tahap pelaksanaan dengan kemanfaatan ekonomi. Dari uji tersebut, diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,125 pada selang kepercayaan atau α sebesar 0,05.
Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,510 yang lebih besar dari
pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan dengan kemanfaatan ekonomi tidak memiliki hubungan.
70
Kemanfaatan Sosial Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan dengan
kemanfaatan sosial program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 45.
Tabel 45 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pelaksanaan dengan
kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Pelaksanaan
Kemanfaatan Sosial Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 1 12,5 3 20,0 1 14,3
Tokenism 1 12,5 1 6,7 0 0,0
Citizen Power 6 75,0 11 73,3 6 85,7
Total 8 100,0 15 100,0 7 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,733 dan koefisien korelasi 0,065.
Tabel 45 menunjukkan bahwa terdapat 75 persen anggota dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan yang tinggi namun memberikan penilaian yang
rendah atas kemanfaatan sosial program. Kualitas hubungan antara anggota tidak
dapat dilihat pada tahap pelaksanaan, dikarenakan masih banyak anggota yang
belum terlalu mengenal commrel officer yang bertugas khususnya pada program
ini. Kalaupun anggota merasa mengenal officer, hubungan yang terjalin pun
belum terlalu dekat sehingga anggota masih cenderung segan untuk
menyampaikan pendapat maupun kritik atas dilaksanakannya program.
“...kalo mau nyampein keluhan apa saran gitu ya neng paling ke pengurus
aja dulu, ke ketua paling enggak...” (A, 42 tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan dengan kemanfaatan sosial program. Dari uji tersebut,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,065 pada selang kepercayaan atau α sebesar
0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,733 yang lebih besar
dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan dengan kemanfaatan sosial program tidak memiliki
hubungan.
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi dengan Kemanfaatan
Program
Kemanfaatan program pada penelitian ini terdiri atas dua indikator, yaitu
kemanfaatan ekonomi dan kemanfaatan sosial. Tingkat partisipasi ialah
keterlibatan anggota dalam setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap evaluasi
dengan kemanfaatan program pemberdayaan ekonomi.
71
Kemanfaatan Ekonomi Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dengan
kemanfaatan ekonomi program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 46.
Tabel 46 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap evaluasi dengan kemanfaatan
ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia
di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Evaluasi
Kemanfaatan Ekonomi Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 3 37,5 8 72,7 4 36,4
Tokenism 1 12,5 0 0,0 0 0,0
Citizen Power 4 50,0 3 27,3 7 63,6
Total 8 100,0 11 100,0 11 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,589 dan koefisien korelasi 0,103.
Pada Tabel 46 dapat diketahui bahwa anggota yang berada pada tingkat
partisipasi tokenisme memberikan penilaian rendah atas kemanfaatan ekonomi
program pada tahap evaluasi program. Pada tahap evaluasi, anggota Kopwama
cenderung untuk melimpahkan kuasa atas keputusan kepada pengurus koperasi
dan pihak perusahaan saja, namun anggota yang berada pada tokenisme yang
merasa bahwa keputusan antara anggota, pengurus dan perusahaan setara
memberikan penilaian yang justru rendah. Berbeda dengan anggota yang berada
pada tingkat partisipasi citizen power sebesar 63,6 persen memberikan penilaian
yang tinggi pula. Hal tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan di antara
tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dengan kemanfaatan ekonomi program
pemberdayaan ekonomi.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi pada
tahap evaluasi dengan kemanfaatan ekonomi program. Dari uji tersebut, diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,103 pada selang kepercayaan atau α sebesar 0,05.
Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,589 yang lebih besar dari
pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi dengan kemanfaatan ekonomi program tidak memiliki
hubungan.
Kemanfaatan Sosial Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dengan
kemanfaatan sosial program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 47.
72
Tabel 47 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap evaluasi dengan kemanfaatan
sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Evaluasi
Kemanfaatan Sosial Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 6 75,0 8 53,3 1 14,3
Tokenism 0 0,0 1 6,7 0 0,0
Citizen Power 2 25,0 6 40,0 6 85,7
Total 8 100,0 15 100,0 7 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,018 dan koefisien korelasi 0,429*.
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 47 menunjukkan bahwa anggota yang berada pada tingkat
partisipasi citizen power merasakan kemanfaatan sosial yang cukup tinggi, dapat
dilihat dari jumlah persentase sejumlah 85,7 persen. Kemudian pada anggota yang
berada pada tingkat partisipasi non partisipasi memberikan penilaian atas
kemanfaatan sosial yang rendah dengan jumlah persentase 75,0 persen. Hal
tersebut sesuai dengan uji korelasi yang dillakukan untuk mengidentifikasi
hubungan kedua variabel tersebut.
Koefisien korelasi kedua variabel tersebut ialah sebesar 0,429 pada selang
kepercayaan atau α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung
sebesar 0,018 yang lebih kecil dari pada nilai α, sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya, tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dengan kemanfaatan
sosial program memiliki hubungan yang positif. Hubungan pada dua variabel
tersebut merupakan hubungan positif yang tergolong moderat. Kemanfaatan sosial
pada tahap evaluasi memiliki hubungan yang cukup moderat, karena anggota
merasa pada saat evaluasi dengan jarak waktu sejak perencanaan sampai
pelaksanaan selesai, secara perlahan perbedaan pendapat di antara anggota cukup
berkurang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan sebagai berikut:
“...ya pas akhir-akhirnya sih lagi pas tutup buku dan laporan ke Holcim
baru deh agak berkurang itu ibu-ibu yang agak gak setuju sama koperasi,
apalagi kan waktu itu abis tutup buku mau ada penutupan sekalian jalan-
jalan pada seneng...” (I,44 tahun)
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil dengan
Kemanfaatan Program
Kemanfaatan program pada penelitian ini terdiri atas dua indikator, yaitu
kemanfaatan ekonomi dan kemanfaatan sosial. Tingkat partisipasi ialah
keterlibatan anggota dalam setiap tahapan program yang di antaranya ialah tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil.
Berikut adalah hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan
hasil dengan kemanfaatan program pemberdayaan ekonomi.
73
Kemanfaatan Ekonomi Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil dengan
kemanfaatan ekonomi program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan
didukung dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan
tabulasi silang secara lengkap disajikan pada Tabel 48.
Tabel 48 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pemanfaatan hasil dengan
kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Pemanfaatan Hasil
Kemanfaatan Ekonomi Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Tokenism 0 0,0 1 9,1 0 0,0
Citizen Power 8 100,0 10 90,9 11 100,0
Total 8 100,0 11 100,0 11 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,857 dan koefisien korelasi 0,034.
Tabel 48 menunjukkan bahwa anggota yang berada pada tingkat
partisipasi citizen power memberikan penilaian yang cenderung tinggi atas
kemanfaatan ekonomi program. Berdasarkan penuturan beberapa anggota, mereka
merasakan adanya kesempatan ekonomi yang lebih besar dengan adanya program
pemberdayaan ekonomi pada Kopwama yang menyediakan fasilitas untuk simpan
pinjam uang bagi anggota. Meskipun begitu, terdapat 90,9 persen anggota yang
memberikan penilaian sedang atas kemanfaatan ekonomi program. Hal itu
dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengelolaan uang hasil pinjaman pada
masing-masing anggota sehingga manfaat yang dirasa dapat berbeda-beda. Seperti
apa yang disampaikan oleh salah satu anggota:
“...saya belum merasakan adanya kesempatan ekonomi yang lebih besar
sih, soalnya saya emang gak jualan atau usaha warung, tapi saya jadi
lebih mandiri sih kan bisa pinjam dan menabung...”(I, 44 tahun)
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil dengan kemanfaatan ekonomi program. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,034 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,857 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil dengan kemanfaatan ekonomi
program tidak memiliki hubungan.
Kemanfaatan Sosial Program
Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil dengan
kemanfaatan sosial program dianalisis menggunakan tabulasi silang dan didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisa berdasarkan tabulasi
silang secara lengkap disajikan pada Tabel 49.
74
Tabel 49 Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pemanfaatan hasil dengan
kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Tingkat Partisipasi
pada Tahap
Pemanfaatan Hasil
Kemanfaatan Sosial Program
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Non-Partisipasi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Tokenism 0 0,0 1 6,7 0 0,0
Citizen Power 8 100,0 14 93,3 7 100,0
Total 8 100,0 15 100,0 7 100,0
Ket: nilai signifikansi 0,951 dan koefisien korelasi -0,012.
Tabel 49 menunjukkan bahwa anggota yang berada pada tingkat
partisipasi citizen power memberikan penilaian atas kemanfaatan sosial program
yang sedang dengan jumlah persentase sebesar 93,3 persen. Berdasarkan hasil
wawancara, terdapat perbedaan pendapat masing-masing anggota dalam hal
kepuasan atas program, cukup banyak anggota yang merasa puas atas kesesuaian
program atas kebutuhan serta manfaat yang didapat, namun masih belum puas
atas pelaksanaan program. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara kedua variabel tersebut yang kemudian didukung oleh hasil uji korelasi
yang dilakukan.
Uji korelasi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil dengan kemanfaatan sosial program. Dari uji
tersebut, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,012 pada selang kepercayaan atau
α sebesar 0,05. Selain itu diperoleh nilai signifikan hitung sebesar 0,951 yang
lebih besar dari pada nilai α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya,
kesesuaian tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil dengan kemanfaatan
sosial program tidak memiliki hubungan.
75
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan kepada Kopwama sudah
sesuai dengan kebutuhan anggota. Materi yang disajikan dalam program sudah
membantu anggota untuk memahami bagaimana sistem kerja koperasi
sesungguhnya. PT Holcim juga melakukan pendekatan yang persuasif, sehingga
anggota mau melibatkan dirinya dalam program. Waktu pelaksanaannya pun
dianggap tidak mengganggu jadwal sehari-hari. Namun, media yang digunakan
selama program berlangsung dianggap agak menyusahkan sebagian anggota dan
lokasi pelaksanaan dianggap kurang kondusif.
Pada perencanaan, pelaksanaan, serta pemanfaatan hasil pada program
pemberdayaan ekonomi, anggota sudah terlibat. Hal tersebut dibuktikan dengan
tingkat partisipasi yang tergolong tinggi yaitu citizen power. Namun pada tahap
evaluasi, anggota cenderung untuk melimpahkan kuasa atas keputusan kepada
pengurus koperasi dan pihak perusahaan saja, sehingga anggota tidak melibatkan
dirinya pada tahap tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat partisipasi
yang tergolong rendah yaitu non partisipasi.
Manfaat yang di rasakan oleh anggota dilihat dari dua aspek, yaitu
ekonomi dan sosial. Meskipun manfaat ekonomi dirasakan secara langsung oleh
anggota yang aktif melakukan simpan pinjam, namun selama 4 tahun Kopwama
telah didirikan belum terdapat perkembangan yang signifikan, khususnya
dibidang kewirausahaan. Kemudian, kemanfaatan sosial program dinilai tidak
terlalu memberikan perubahan atas permasalahan sosial yang terjadi di antara
anggota.
Berdasarkan hasil tabel tabulasi silang yang didukung dengan uji korelasi
Rank Spearman, terdapat hubungan yang positif dan moderat antara kesesuaian
program dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan serta pelaksanaan.
Pada tahap perencanaan hanya berhubungan dengan lokasi pelaksanaan. Pada
tahap tersebut, pihak perusahaan melakukan pendekatan serta sosialisasi dengan
anggota dengan cara mengikuti kegiatan rutinan PKK sehingga lokasi yang
digunakan merupakan pilihan anggota sepenuhnya. Kemudian jika ada pergantian
lokasi, pihak perusahaan akan menyediakan pilihan tempat. dan anggota
menentukan atas kesepakatan bersama. Tahap pelaksanaan memiliki hubungan
dengan kesesuaian materi program, karena dinilai sudah sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dan sesuai dengan kemampuan anggota untuk dilakukan di kehidupan
nyata.
Sementara itu, pada variabel tingkat partisipasi dengan kemanfaatan
program juga terdapat hubungan tetapi hanya pada tahap evaluasi dan berupa
hubungan yang moderat. Hubungan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi hanya
berhubungan dengan kemanfaatan sosial program. Hal ini dikarenakan pada tahap
evaluasi anggota sudah mulai menyimpulkan bagaimana pelaksanaan program
dan apa manfaat yang dirasakan, dan juga merasa bahwa perbedaan pendapat di
antara anggota dirasa berkurang.
76
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa hal yang
dapat dijadikan masukan atau saran di antaranya:
1. Materi pada tahap pelaksanaan program memiliki hubungan yang moderat
di antara keduanya, sehingga peningkatan penyajian materi pada kegiatan-
kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan diperlukan agar dapat
efektifitas program dapat tercapai.
2. Pada tahap perencanaan, pemilihan lokasi yang digunakan berpengaruh
pada bagaimana masyarakat menilai kesesuaian program dan menentukan
bagaimana partisipasinya sendiri, sehingga peningkatan kenyamanan
peserta program perlu diperhatikan.
3. Pengetahuan masyarakat mengenai perusahaan pelu ditingkatkan, agar
masyarakat merasa lebih terbuka dalam menyampaikan pendapat dan mau
berpartisipasi aktif pada setiap tahapan program.
4. Meningkatkan alat-alat yang dapat membantu perekonomian masyarakat
dan lembaga seperti Koperasi Wanita Mandiri agar manfaat program dapat
dicapai sepenuhnya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Achda TB. 2006. Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Implementasinya di Indonesia. Seminar Nasional:
A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR. Jakarta.
Akib H, Tarigan A. 2008. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif,
Model dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal Baca. 1(8):1-19. [Internet]
[Dikutip 14 Februari 2016]. Tersedia pada: https://www.scribd.com/doc