HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Kependidikan Islam Oleh: DEWI ISTIANA (073311029) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
100
Embed
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-dewiistian-5846-1-dewiist-c.pdf · membimbing anak-anak didik menuju ... Tipe kepala sekolah yang baik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT
CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Kependidikan Islam
Oleh:
DEWI ISTIANA
(073311029)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Istiana
NIM : 073311029
Jurusan : Kependidikan Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 22 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Dewi Istiana
NIM. 073311029
iii
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 5 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT
CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG
Nama : Dewi Istiana
NIM : 073311029
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Fatkurroji, M.Pd
NIP: 19771130 200701 1 032
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 5 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT
CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG
Nama : Dewi Istiana
NIM : 073311029
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Drs. Wahyudi, M.Pd
vi
ABSTRAK
Judul : Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan
Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang
Penulis : Dewi Istiana
Nim : 073311029
Skripsi ini membahas hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesional mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Kajiannnya
dilatar belakangi oleh begitu pentingnya keberadaan guru dan kepala sekolah
dalam proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dan
bagaimana cara kepala sekolah dalam berinteraksi dengan bawahan sangat
mempengaruhi akan berhasil atau tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut
mempengaruhi profesionalitas mengajar guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ada atau tidaknya hubungan
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru, 2)
Seberapa besar hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru.
Penelitian ini menggunakan metode angket, observasi dan dokumentasi.
Subjek penelitian sebanyak 21 responden, menggunakan teknik populasi.
Pengumpulan instrumen untuk menjaring data x dan y.
Dapat penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
data statistik. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis product
moment. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: Terdapat hubungan positif
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di
SDIT Cahaya Bangsa Mijen, ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,468,
kemudian dikonsultasikan dengan harga rtabel pada taraf signifikan 5% = 0,433.
artinya rhitung lebih besar dari pada rtabel menunjukkan korelasi antara x dan y
signifikan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang dengan tingkat kontribusi sebesar 21,9%.
Hasil penelitin ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan
bagi mahasiswa, seluruh lembaga pendidikan, guru dan kepala sekolah khususnya.
vii
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyiroh:6)
viii
PERSEMBAHAN
Seiring berjalannya waktu, telah jauh langkah yang kutempuh, rasa syukur yang
dalam tercurah kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan kebahagiaan
kepada hamba-Nya, telah banyak do’a, harapan, kasih sayang dan dorongan.
Yang mengenang dikalbu, dengan segenap rasa dan asa, kupersembahkan skripsi
ini yang tidak mungkin usai tanpa mereka yang telah mendorong penulis untuk
segera menyelesaikannya. Bagi penulis, mereka adalah “mentari” yang terus
memberi cahaya dan semangat dalam hidup, dan untuk itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih dan salam silaturahmi untuk mereka semua. Skripsi ini
penulis persembahkan untuk mereka...
1. Ayah dan Bundaku tercinta (Bp. Sodri & Ibu Partini), yang selalu
mengisi relung hati dan derai darahku dengan cinta dan kasih sayang,
yang telah mengajariku tentang arti kehidupan, mereka yang tak akan
pernah dapat tergantikan dengan apapun, atas segala pengorbanan harta,
jiwa dan dorongan semangatnya. Terimakasih atas doa dan pengorbanan
yang tak terhingga selama ini, semoga karya ini menjadi wujud baktiku
kepadanya.
2. Kakakku tersayang (Sulis), yang selama ini telah memberikan semangat
serta dukungan moril maupun real hingga akhir studiku.
3. Adikku tersayang (Lukman), dia adalah alasanku untuk dewasa
4. Mon Amour (Nizar Rizky), yang selalu memotivasi dan membuat penulis
terpacu untuk menyelesaikan naskah ini, dia yang telah mendewasakanku
untuk lebih bisa memaknai arti kehidupan, pengorbanan, kasih sayang
dan keikhlasan. Terimakasih telah mewarnai jalanku dalam proses
pembuatan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat KI-07, persahabatan yang kalian berikan telah
mengajariku arti kebersamaan dan pertolongan. Terimakasih untuk
semuanya. Semoga Allah senantiasa meneguhkan ukhuwah di antara kita.
6. Rekan seperjuangan fakultas tarbiyah angkatan 2007.
7. Almamaterku tercinta, IAIN Walisongo Semarang.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
karunia dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Profesionalitas Mengajar
Guru Di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang pada Program Sarjana 1 Jurusan
Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa umat dari alam kegelapan menuju alam
yang penuh dengan nur Islam.
Penulis yakin bahwa skripsi tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa
rahmat Allah Swt., serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung, baik secara material maupun spiritual. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Dr. Mustofa Rahman, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Kependidikan
Islam
3. Bapak Fatkurroji, M.Pd sebagai pembimbing I (Bidang Materi) dan Bapak
Drs. Wahyudi, M.Pd sebagai pembimbing II (Bidang Metodologi).
4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Bapak Kepala sekolah dan Ibu Ari selaku waka sekolah bagian kepegawaian
di SDIT Cahaya Bangsa.
6. Semua pihak dan seluruh rekan seperjuangan KI 2007 dan teman-teman
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo angkatan 2007, atas segala bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
7. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang secara
tidak langsung turut membantu penyusunan skripsi ini.
x
Kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah khairan katsiran“.
Semoga amal baiknya di terima dan di lipat gandakan oleh Allah SWT. Jauh dari
pada itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini kurang mendekati
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangsih dari pembaca
berupa kritik dan saran yang membangun guna bisa tercapainya penyusunan karya
lain di kemudian hari. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin
Semarang,22 Desember 2011
Penulis,
Dewi Istiana
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. vi
MOTTO .................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik ................................................................. 7
1. Profesionalitas Mengajar Guru ........................................ 7
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ...................................... 17
C. Rumusan Hipotesis ...............................................................
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 36
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 36
D. Variabel dan Indikator Penelitian ......................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 41
xii
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SDIT Cahaya Bangsa .............................. 44
B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .......................................... 45
C. Deskriptif Data Hasil Penelitian ............................................ 48
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 60
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
B. Saran-Saran ......................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab
membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan.1 Rendahnya kualitas sumber
daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan
dan perkembangan ekonomi nasional Penataan sumber daya manusia perlu
diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang
berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai
dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.2 Dikatakan lebih lanjut oleh
Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas
perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan
yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.3
Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan
tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan
efisien.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan
menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki
komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala
1Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.293 2E, Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS
dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. hlm. 4. 3E, Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm. 25.
2
sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui
program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala
sekolah sebagai pemimpin tertinggi sangat berpengaruh dalam menentukan
kemajuan sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi, memiliki komitmen
tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah yang baik harus
dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan
kemampuan tenaga kependidikan. harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan
kemampuan serta ketrampilan-ketrampilan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan.4 Dalam Al- Qur’an surat As-Syu’ara ayat 215 Allah berfirman5:
sebagai tenaga professional.6 Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peran
yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan,
dalam arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan
pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan semaksimal mungkin
demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral,
baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran.7
Guru dalam pandangan masyarakat modern, dipandang sebagai sosok yang
memiliki kecakapan keilmuan yang terlatih atau ahli dan dapat melakukan transfer
keilmuan kepada orang lain. Guru tak ubahnya sebagai penjual jasa yang dibayar
oleh negara atau satuan pendidikan tempat guru mengabdikan diri. Asumsi yang
menempatkan guru sebagai tenaga pengajar, melakukan transfer keilmuan belaka.
Sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini
guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.8
Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan
pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik, karena itu tenaga pendidik
yang profesional akan melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga
menghasilkan siswa yang lebih bermutu. Untuk meningkatkan profesionalitas
mengajar guru, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah
kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan orang yang
berperan penting dalam mengatur aktivitas proses belajar mengajar dan kepala
sekolah juga bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan segala jenis dan
bentuk peraturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan baik oleh guru maupun
siswa. SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang adalah termasuk SD yang terbilang
6 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005, hlm. 125 7A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar.html
8Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 125.
4
baru, karena SD tersebut baru berdiri 6 tahun, meskipun SD tersebut terbilang baru,
akreditasi yang diraih pun baik, Oleh karena itu bagaimana cara kepala sekolah
dalam berinteraksi dengan bawahan sangat mempengaruhi akan berhasil atau
tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut mempengaruhi profesionalitas
mengajar guru dalam proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga memegang
peranan penting karena kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola
dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya.
Untuk keperluan tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai: “Hubungan
Kepemimpinan kepala sekolah dengan Profesionalitas mengajar guru di SD IT
Cahaya Bangsa Mijen Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Dari judul penelitian yang penulis kemukakan diatas, terdapat permasalahan
yang penulis rumuskan yaitu:
1. Adakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas
mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa?
2. Seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas
mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan skripsi ini adalah
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa
2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah
dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan kepemimpinan
kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang dan seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan deskripsi atau gambaran
tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD
IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan isi skripsi dengan
menyampaikan beberapa kajian pustaka yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini.
Skripsi karya Aliyati Janah 3105111, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang 2009 dengan judul Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala
madrasah terhadap profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran
Pekalongan Tahun 2009/2010,9 dengan hasil studinya memaparkan bagaimana
persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
bagaimana pengaruhnya terhadap profesionalisme guru MA Salafiyah. Dalam skripsi
Aliyati Janah ini menyinggung arti pentingnya persepsi guru dalam tugas supervisi
kepala sekolah terhadap profesionalisme guru, maka tidak ada kesamaan dengan
pembahasan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas
mengajar guru.
Skripsi karya Aini Maghfiroh 3105269 yang berjudul Peran kepala sekolah
sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang.10
Skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah dan problematika yang dialami oleh kepala sekolah sebagai
supervisor untuk meningkatkan mutu guru. Dalam skripsi ini hanya menunjukkan
peran kepala sekolah sebagai supervisor yang memegang kunci bagi perbaikan dan
kualitas guru. Akan tetapi dalam pembahasannya tidak ditemukan tentang hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru.
Skripsi Nur Hidayah 3102021, IAIN Walisongo Semarang tahun 2007,
dengan skripsinya yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam
9Aliyati Janah, Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap
profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun 2009/2010, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
10Aini Maghfiroh, Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang. (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
7
Mencapai Visi dan Misi Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang.11 Telah
memberikan pandangan yang positif bagi para kepala sekolah secara umum untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara utuh. Dalam skripsi ini memang
dijelaskan tentang kepemimpinan, akan tetapi dalam skripsi ini tidak ada kesamaan
dengan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar
guru.
Dari beberapa referensi yang telah disebutkan dan dijelaskan diatas, Skripsi
karya Aliyati Janah mementingkan persepsi guru dalam tugas supervisi kepala
sekolah terhadap profesionalisme guru. Dan skripsi karya Aini Maghfiroh fokus pada
peran kepala sekolah sedangkan pada skripsi karya Nur Hidayah memang dijelaskan
tentang kepemimpinan akan tetapi yang menjadi fokus penelitiannya adalah
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan visi dan misi sekolah. Dari
penjelasan tersebut jelas terlihat adanya perbedaan antara karya-karya ilmiah tersebut
dengan tema penelitian yang hendak penulis bahas, selain itu penulis belum
menemukan pembahasan khusus tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
B. Kerangka Teoritik
Untuk memudahkan pemahaman judul skripsi ini terlebih dahulu akan penulis
uraikan mengenai istilah-istilah dan pengertian dari judul yang dimaksud.
Hal ini penulis lakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkan
apa yang tertera pada judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan
antara lain sebagai berikut:
1. Profesionalitas Mengajar Guru
a. Pengertian Profesionalitas Mengajar Guru
Profesi menurut bahasa adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb). Sedangkan profesionalitas
11Nur Hidayah, Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam Mencapai Visi dan Misi
Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
8
yang berarti kemampuan untuk bertindak secara professional.12 Membicarakan
profesionalitas maka cakupannya ada dua, yakni cakap dalam melakukan
pekerjaan dan jujur dalam menjalaninya.13
Hal penting yang harus diperhatikan dalam profesionalisme staf pengajar
(guru) adalah diusahakan agar guru bangga akan profesinya sebagai pengajar.
Walaupun kadang-kadang pekerjaan ini tidak mendapat penghargaan
sebagaimana mestinya. Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa
mengajar itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Anggapan ini bisa saja benar, akan
tetapi mengajar yang bagaimana yang guru lakukan, sejauh mana guru
mengindahkan kompetensi yang ingin dicapai, bagaimana guru mendorong
siswanya untuk belajar atau sekadar berdiri di depan kelas dan membicarakan
sesuatu. Berbagai hal seperti tersebut yang sebaiknya dipahami oleh pengajar,
sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tujuan
institusi.
Sedangkan pengertian mengajar adalah :
1) Mengajar adalah menyuruh anak menghafal.
2) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan.
3) Mengajar adalah menggunakan satu metode mengajar tertentu.14
Pengertian mengajar dalam arti luas yaitu :
1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Pada definisi ini
tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap
pasif. Pengajaran bersifat teacher centered, karena gurulah yang memegang
peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku
pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-
hari. Pengajaran serupa ini disebut intelektualitas sebab menekankan dari segi
pengetahuan.
12Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). hlm. 897.
13 Bagus H, Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta: Kreasi Wacana Offiset, 2006). hlm.52. 14 A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
9
2) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Menyampaikan
kebudayaan pada anak berarti mengenalkan kebudayaan bangsanya dan
kebudayaan dunia. Bukan saja hanya mengenalkan akan tetapi ada pula yang
mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada,
tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya kebudayaan itu dengan
menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu.
3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses
belajar mengajar. Dalam hal ini mengajar itu suatu usaha dari pihak guru,
yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suatu suasana yang
sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar, yang belajar adalah anak itu sendiri
berkat kegiatannya sendiri, guru hanya dapat membimbing anak. Oleh karena
itu dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya, buku-
buku, alat peraga lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Dalam hal ini
pengajaran lebih bersifat pupil centered, guru berperan sebagai .manager of
learning. 15
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tahapan sebelum memulai
tugas pengajaran. Adapun tahapan tersebut terdiri dari 3 tahap yaitu :
1) Tahap persiapan atau perencanaan.
Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa komponen yang penting
dalam penyusunan program pengajaran adalah sebagai berikut :
a) Penguasaan materi pelajaran
b) Analisis materi pelajaran
c) Program satuan pelajaran
d) Rencana pengajaran16
15A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
16Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2010). Cet.9 .hlm.50.
10
Guru diharapkan mampu membuat persiapan mengajar secara teratur
dan tertulis di samping penguasaan bahan yang di perlukan, dan persiapan
yang telah dibuat sebaiknya dikaji kembali sebelum dilaksanakan di depan
kelas, jika ada hal-hal yang perlu direvisi atau disempurnakan.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini berlangsung pada saat guru memimpin
kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini guru harus senantiasa
mengupayakan dan menjaga agar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Agar kegiatan proses belajar mengajar berjalan dengan baik maka
guru harus menguasai bahan pengajaran yang akan diberikan, memilih
metode yang tepat, menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang
menunjang, mengetahui sistematika bahan yang akan diberikan serta
mengatur tugas siswa.
3) Tahap penilaian atau evaluasi
Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar
mengajar yang baru saja berlangsung. Penilaian tersebut ada yang berkaitan
dengan materi dan juga proses bagaimana murid memperoleh materi
tersebut.
Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan dipahami atau tidak,
dapat dilakukan dengan jalan membuat rangkuman inti pelajaran yang
dilakukan murid. Sedangkan untuk menilai terhadap proses bagaimana murid
memahami bahan pelajaran yang diberikan, dapat dilakukan dengan jalan
memberikan soal-soal yang berkaitan dengan pelajaran yang telah
berlangsung.
Berdasarkan definisi mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengatur, mengorganisasikan
lingkungan yang ada disekitarnya sehingga siswa dapat menumbuhkan dan
mendorong siswa melakukan proses belajar mengajar. Serta adanya proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan belajar
mengajar.
11
Secara umum, mengajar yang baik itu memerlukan keterampilan
dasar untuk mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan bidang ilmu
masing-masing. Menurut Office of Educational Research and Improvement
(1991), untuk mendapatkan status profesional memerlukan ilmu sebagai
ukuran atau standar. Pelaksanaan kegiatan itulah yang akan dipakai sebagai
ukuran untuk menilai cara mengajar seseorang yang selanjutnya akan diukur
dan dijadikan tolok ukur atau standar dalam penilaian profesi mengajar.
Rumusan dari tolok ukur ini akan diperlukan untuk menilai bagaimana
pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk menilai bagaimana
pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk pemberian
sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar tersebut.
The National Board for professional Teaching Standards (1998)
mengidentifikasi dan menemukan bahwa pengajar yang efektif akan
mendorong siswanya untuk belajar dan memperlihatkan sebagai seorang
individu yang memahami ilmu pengetahuan tentang mengajar yang
mendalam, terampil, berkemampuan, dan menjalankan semua tugasnya
sebagai pengajar dengan baik diperlihatkan dalam lima usulan, sebagai
berikut:
a) Guru yang berhasil adalah guru yang dapat menyampaikan keahliannya
untuk semua siswanya. Guru akan memperlakukan siswanya sama,
namun mengetahui perbedaan siswanya satu dengan yang lain, sehingga
dapat memperlakukan siswanya sama berdasarkan perbedaan yang telah
diketahuinya. Guru akan menyesuaikan kegiatannya berdasarkan
observasi serta tentang pengetahuannya akan minat, kecakapan,
kemampuan, keterampilan, ilmu pengetahuan, lingkungan keluarga serta
hubungan satu sama lainnya di antara sesama siswa. Guru yang berhasil
akan memahami bagaimana siswanya berkembang dan belajar. Dia akan
mempergunakan teori kognisi dan intelegensi dalam kegiatan
pembelajarannya. Guru sadar bahwa siswanya akan berperilaku sesuai
dengan konteks yang dipengaruhi budaya. Guru akan mengembangkan
kemampuan kognitif dan menghormati cara siswanya belajar. Salah satu
12
hal yang sangat penting adalah mendorong self-esteem, motivasi,
karakteristik, bertanggung jawab terhadap masyarakat, respek terhadap
perbedaan individu, budaya, kepercayaan, dan ras dari siswanya.
b) Guru yang berhasil sangat memahami bidang ilmu keahlian yang akan
diajarkannya dan menghargai bagaimana pengetahuan tersebut diciptakan,
diorganisasikan, dihubungkan dengan ilmu pengetahuan lainnya serta
diterapkan dalam dunia nyata. Dengan tidak melupakan kebijaksanaan
dari budaya dan disiplin ilmu, serta mengembangkan kemampuan dari
siswanya. Guru yang berhasil akan mengetahui bagaimana cara
menyampaikan ilmu keahliannya kepada siswa, guru akan tahu mana
yang sulit diterima oleh siswa sehingga akan menyampaikannya dengan
cara yang dapat diterima. cara guru mengajar akan memungkinkan bahan
ajar diterima siswa dengan baik karena mempunyai strategi mengajar
yang telah dikembangkannya sesuai kebutuhan siswa yang bervariasi
untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan kemampuan siswa.
c) Guru yang berhasil akan menciptakan, memperkaya, memelihara, dan
menyesuaikan cara mengajarnya untuk menarik dan memelihara minat
siswa dalam mempergunakan waktu mengajar, sehingga mengajarnya
efektif. Guru juga memberikan pertolongan dalam proses belajar dan
mengajar kepada siswa dan teman sejawatnya. Guru yang profesional
akan tahu cara mana yang tepat yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan. Guru juga akan tahu bagaimana mengatur siswa agar dapat
mencapai kompetensi yang diinginkan serta mampu mengarahkan siswa
untuk sampai pada lingkungan belajar yang menyenangkan. Guru yang
profesional harus memahami bagaimana memotivasi siswa termasuk tahu
bagaimana cara mengatasi apabila siswa mengalami kegagalan. Guru juga
harus mampu memahami kemajuan siswa dalam belajar baik perorangan
ataupun kelompok dalam kelasnya, memahami berbagai cara evaluasi
untuk mengetahui perkembangan siswa serta bagaimana
mengkomunikasikan keberhasilan atau kegagalan siswa.
13
d) Guru adalah model dari hasil pendidikan yang akan dijadikan contoh oleh
siswanya, baik keberhasilan dari ilmu pengetahuannya ataupun cara
keterbukaannya, mau berkorban dalam mengembangkan siswa. Guru juga
harus mampu memanfaatkan ilmu tentang perkembangan individu,
keahlian dalam bidang ilmu dan mengajarnya. Untuk keberhasilan proses
mengajar, guru yang profesional akan selalu memikirkan dan
mengembangkan keberhasilan cara mengajarnya serta selalu
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan teori, ide,
atau pun realita.
e) Guru yang profesional akan mengkontribusikan serta bekerja sama
dengan teman sejawatnya tentang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, seperti: pengembangan kurikulum,
pengembangan staf lainnya selain pengajar ataupun kebijakan lainnya dari
seluruh institusi pendidikan. Guru yang baik selalu mendapatkan cara
yang terbaik dalam berhubungan dengan teman sejawatnya untuk
meningkatkan produktivitas hasil pendidikan secara menyeluruh.
Dari kelima aspek tersebut kemudian dikembangkan untuk dirumuskan
tentang sesuatu yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru yang dapat dikategorikan
profesional untuk kemudian disusun sebuah tolok ukur (standar), yakni
kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki
pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan
langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja yang dapat
dikomunikasikan atau communicable, memiliki kapasitas mengorganisasikan
kerja secara mandiri atau self-organization, mementingkan kepentingan orang
lain (altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab
komunitas, mempunyai sistem upah, dan budaya professional.17
17A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
14
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-undang
Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan dosen yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran18.
Sehubungan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik, dan pembimbing”,
maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Adams dan Decey dalam Uzer Usman peranan guru antara
lain; guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan,
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Yang akan
dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan
diklasifikasikan sebagai berikut19:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sebagai pengajar ia pun
harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima,
memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya
mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai
kesempatan. Sehingga guru akan dapat memainkan perannya sebagai
pengajar yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan-
ketrampilan mengajar.
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik.
18 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. pasal 20 tentang Guru dan Dosen 19 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. hlm,. 10-11
15
Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan positif
dengan para siswa. Sedangkan guru sebagai fasilitator hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara
sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4) Guru Sebagai Evaluator
Dalam kegiatan proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan materi
yang diajarkan sudah cukup tepat. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya
mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian guru
dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan
proses belajar mengajar. Melalui evaluasi ini ada umpan balik terhadap proses
belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya sehingga
mencapai hasil yang optimal.
16
b. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis
tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi tugas kemanusiaan, dan tugas
dalam bidang kemasyarakatan.
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih
dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling
mudah terkena pencemaran.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak
akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para
siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat
diserap sehingga setiap lapisan masyarakat (homoludens, homopuber, dan
homosapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan Pancasila.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru
pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang
17
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan
guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh
komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era
kontemporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu
bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup
bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian
canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi
nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasikan diri. 20
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Definisi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pemimpin suatu
organisasi memainkan peranan yang amat penting, dan sangat menentukan
dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seorang pemimpin baik individu maupun sebagai suatu kelompok tidak
mungkin dapat bekerja dengan sendiri. Pimpinan membutuhkan kelompok orang
lain yang disebut bawahan yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para
bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi.
Pengabdian tersebut dapat direalisasikan dengan cara bekerja yang efisien,
efektif, dan produktif.
Menurut Kamus Bahasa Inggris kepemimpinan diambil dari kata lead
yang berarti memimpin, sedangkan leader adalah seorang pemimpin dan
leadership adalah kepemimpinan.21
Ngalim Poerwanto mengutip beberapa definisi kepemimpinan dari
Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :
1) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang
mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk
20 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Hlm 6-8 21 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia), h.351.
18
mencontohkannya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu
pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa
sehingga membuat sekelompok orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya.
2) Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik
(technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi
formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal
mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka
begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya atau bahkan berkorban
untuknya.
3) Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni
pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui .human relation.
dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau
bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala
apa yang menjadi tujuan organisasi.22
Hoy dan Miskel mengutip beberapa definisi dari beberapa sumber:
1) Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat/watak
seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif.
2) Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi untuk mengubah tujuan-tujuan
dan sasaran organisasi.
3) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapai tujuan.23
Menurut Isjoni, kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang
terjadi diantara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-
orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses
kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara
pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
22 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003),
Cet.XII, h. 25-26. 23 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.. 26-27.
19
Dengan demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab
pribadi (personal responbility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. 24
Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi pada dasarnya
kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Sebagian besar perspektif
leadership memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam
memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai
pihak yang dipengaruhi. Pada dasarnya pula kepemimpinan mengacu pada suatu
proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu yang telah
ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka
untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya
seorang pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan
jangka panjang dan benar-benar merupakan upaya memenuhi kepentingan
mereka yang terbaik juga.
Selain itu kepemimpinan juga merupakan suatu kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan kepercayaan dan
kerja sama. Hampir semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada
kepemimpinan.
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sifat-sifat kepribadian seseorang termasuk didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat serta tidak merasa terpaksa. Suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, membimbing,
mengarahkan serta mengelola baik individu maupun kelompok dengan segala
ilmu yang ada agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya suatu tujuan
bersama.
Sedangkan kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang
direkrut sekolah untuk mengelola segala kegiatan di sekolah sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan. Secara teoritis istilah “kepala” mempunyai
24 Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,
2007 ), hlm 20
20
pengertian yang tidak sama dengan “pemimpin”, namun dalam prakteknya
keduanya dipahami dalam makna yang identik. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kepala lebih menonjol faktor kekuasaannya, sedangkan pemimpin lebih
menonjol kewibawaanya.
b. Karakteristik Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional
Kepala sekolah merupakan profil sentral sebagai pemimpin dalam dunia
pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya sekedar sebagai kepala sekolah yang
selalu berhak menonjolkan kekuasaannya saja, akan tetapi lebih diutamakan
fungsinya sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan senantiasa mendambakan
profil pemimpin yang ideal dan dapat dijadikan contoh bagi kelompok yang
dipimpinnya, dikarenakan dunia yang dipimpin adalah pendidikan. Maka kepala
sekolah harus mampu menjadi contoh bagi para tenaga kependidikan yang ada di
sekolahnya.
Disamping itu, kepala sekolah juga berperan penting dalam meningkatkan
prestasi siswa. Berkenaan dengan hal ini kepala sekolah harus mampu menjadi
pemimpin yang dapat memberi contoh dalam memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat dijelaskan karakteristik
kepala sekolah profesional, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sabar dan penuh pengertian.
2) Mampu menjadi tauladan.
3) Mampu menjadi pendorong/motivator.
4) Menguasai visi.
5) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.
6) Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.
7) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan
lembaga/sekolah.
8) Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, dan
masyarakat), bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan
dan keinginannya.
9) Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
21
10) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi
bukti yang kuat.
11) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah
12) Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang
jelas.
13) Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap
penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.
14) Membangun tim kerja yang efektif.
15) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan
evaluasi. 25
c. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kepribadian kepala sekolah
sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung
jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi stabil dan
mampu menjadi teladan. 26
Kepala sekolah sebagai leader harus mempunyai visi, karena visi
merupakan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh
yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan
sebagai gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Visi
adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis
dari tiga sifat kepemimpinannya yakni demokratis, otokratik, dan laissez faire.
Ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader,
sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul
secara situasional. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai leader mungkin
bersifat demokratis dan laissez faire.
25 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah.hlm. 86. 26 E, Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah. hlm 87.
22
Berikut ini akan dikemukakan satu persatu gaya-gaya kepemimpinan
tersebut di atas:
1) Gaya Kepemimpinan Otokratis
Secara etimologis, otoriter berarti berkuasa sendiri, sewenang-
wenang. Sedangkan secara terminologis kepemimpinan otoriter adalah
.menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang
yang diantara mereka tetap ada seorang yang ber kuasa. 27
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai
diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya pemimpin adalah
menggerakkan dan memaksa seseorang. Kekuasaan pemimpin yang otokrasi
hanya dibatasi oleh undangundang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak
lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan
hanyalah mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah ataupun
mengajukan saran.28
Pemimpin yang otokrasi tidak menghendaki rapat-rapat atau
musyawarah. Berkumpul atau rapat berarti untuk menyampaikan instruksi-
instruksi. Setiap perbedaan pendapat di antara anggota-anggota kelompok
diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan atau pelanggaran disiplin
terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.29
Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat.
Kekuasaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa
kritik, sikap asal bapak senang atau sikap sumuhan dawuh terhadap
pemimpin dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika
tidak ada pengawasan langsung. Dominasi yang berlebihan ini akan
menimbulkan sifat apatis, sifat agresif pada anggota kelompok terhadap
pemimpinnya.
27Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekola Dalam Pendidikan, http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html 28 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 48. 29 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.48-49.
23
Beberapa pemimpin otoriter dinilai sebagai benevolent autocrats
(pseudo democratic). Meskipun mereka nampaknya mendengarkan saran-
saran/pendapat-pendapat para anggota kelompok sebelum keputusan dicapai,
toh pada akhirnya keputusan yang diambil adalah atas dasar pendapat
mereka sendiri. Mereka barangkali mempunyai keinginan untuk
mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide bawahan, namun manakala
suatu keputusan dibuat, mungkin lebih otoriter dari pada sebelumnya.30
Seorang pemimpin yang otoriter bersifat ingin berkuasa, sehingga
suasana di sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi
kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam
memutuskan suatu persoalan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi,
sehingga tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka.
Kepala sekolah bebas membuat suatu peraturan sendiri dan peraturan
tersebut harus ditaati dan diikuti oleh anggota.
Salah satu contoh, kepala sekolah yang kurang mau mendengarkan
atau mengindahkan pendapat-pendapat, ide-ide dan saran-saran yang kreatif
dari guru-guru atau staf sekolah yang dipimpinnya. Dalam rapat-rapat
sekolah maka kepala sekolah tersebut hanya memajukan dan melaksanakan
ide-ide dan keinginannya sendiri saja untuk diterima dan dijadikan rapat.
“Dan (bagi) orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka (Assyura:38).
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.44 Demikian pula dikatakan Sumadi Suryasubrata bahwa
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya
masih harus diuji secara empiris.45
Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka hipotesis yang penulis ajukan
adalah sebagai berikut: ada hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Mengingat bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, maka penulis akan
melakukan pengkajian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak sesuai data yang terkumpul secara empiris.
44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm: 96 45 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet..XIV, hlm.21.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat untuk menemukan keterangan mengenai hubungan kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.46
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat melakukan penelitian di SDIT Cahaya Bangsa yang berlokasi di Jl.
Mijen Permai RT 01/RW 01 Kecamatan Mijen-Kota Semarang. Penelitian
dilaksanakan pada tangal 10 Nopember sampai dengan 10 Desember 2011.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek.47 Sampel adalah
himpunan dari bagian suatu populasi sebagai bagian dari populasi sampai
memberikan gambaran yang benar tentang populasi.48
Dalam hal ini peneliti melibatkan seluruh populasi. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru baik yang berstatus swasta ataupun yang negri
yang seluruhnya berjumlah 21 guru. Untuk lebih jelas sampel penelitian diperjelas di
dalam tabel berikut:
46Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 14 47 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 11 48 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 57
37
D. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai arti nihil. Suharsimi
Arikunto mengatakan bahwa variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.49 Variabel juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.50 Adapun yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah profesionalitas kepala
sekolah, dengan indikator:
Tabel 3.1
Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah
No. Variabel Sub Variabel Indikator 1. Kepemimpinan
kepala sekolah
1. Akademik Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.1 Perencanaan
1.2 Pengorganisasian
1.3 Penggerakan
1.4 Pengawasan 2. Penerapan gaya Kepemimpinan
2.1 Kepemimpinan otoriter
2.2 Kepemimpinan laissez faire 2.3 Kepemimpinan demokratis
2. Variabel Terikat (Y)
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penilaian ini adalah
Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Terhadap profesionalitas mengajar Guru (Y), 56
Tabel 4.12 Kriteria Penafsiran, 60
Lampiran 1
Daftar Nama Responden
No Nama L/P
Tempat Tanggal Lahir 1 Nur Royhana M.A,S.Pd. L 2 Ari Yulianingrum,A.Md. P 3 Nur Kholis, S. Pd. P 4 Zainal Muttaqin,S.Pd.I L 5 Siti Aminah, S.E. L 6 Eva Nuriatulfajr, S.Pd.I P 7 Titi Rohmah, S.Pd.I P 8 Rina Marfungah, S.Pd. P 9 Lilis Suspriyatin, A.Md. P 10 Setya Wartono, S.Pd. P 11 Biya Ebi Praheto L 12 Sholihati, S.Pd. L 13 Khofifah, S.Pd. L 14 Agus Nur Fathon P 15 Syahrul Mubarok L 16 Arin Nur Khomsah, S.Pd. L 17 Atika Manggiasih P 18 Dian Eryka Dwi P., S.Pd. P 19 Diah Farida Hanum L 20 Hanik Mutmainnah P 21 Sakdullah L
Lampiran 2
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER UJI COBA
BAGIAN I : IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ……………………………. 2. Unit Kerja : ……………………………. 3. Pangkat/Gol : ……………………………. 4. Masa Kerja : ……………………………. 5. Umur : ……………………………. BAGIAN II : PETUNJUK 1. Bacalah instrumen ini secara seksama 2. Jawaban instrumen ini tidak ada yang benar dan salah dan tidak berpengaruh
terhadap konduite Saudara. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang Saudara berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan penelitian ini.
3. Berilah tanda silang pada salah satu pilihan yang paling sesuai dengan apa yang ada pada diri Saudara
4. Pilihlah : A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D: Tidak pernah
Atas kesediaan Saudara untuk mengisi angket ini penulis sampaikan terima kasih.
Semarang, 20 Oktober 2011
Peneliti,
Dewi Istiana
BAGIAN III: PERNYATAAN A. VARIABEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No Indikator Pernyataan Pilihan
A B C D 1.
Perencanaan
Kepala Sekolah mampu menyusun perencanaan KBM sekolah dengan baik
A B C D
2. Kepala sekolah mampu mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan profesionalitas guru
A B C D
3. Kepala sekolah mampu merumuskan faktor eksternal/internal yang menghambat dan mendorong profesionalitas mengajar guru
A B C D
4. Kepala sekolah mampu memilih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut profesionalitas guru
A B C D
5. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung profesionalitas mengajar guru
A B C D
6. Kepala sekolah mampu melaksanakan kegiatan akademik
A B C D
7. Kepala sekolah mampu menetapkan jangka waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru
A B C D
8. Kepala sekolah mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh para guru
A B C D
9. Kepala sekolah mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
10. Kepala sekolah mampu merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan profesionalitas mengajar guru
A B C D
11. Pengorganisasian
Kepala sekolah mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru
A B C D
12. Kepala sekolah mampu menciptakan suasana harmonis
A B C D
13. Kepala sekolah mampu membina kerja sama yang efektif dengan para guru
A B C D
14. Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara efektif kepada para guru
A B C D
15. Kepala sekolah mampu mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
16.
Penggerakan
Kepala sekolah mampu mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien
A B C D
17. Kepala Sekolah mampu mengarahkan guru untuk memiliki perangakat pengajaran (daftar hadir/buku nilai, silabus, RPP, program semester/tahunan)
A B C D
18. Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
A B C D
19. Kepala sekolah mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan
A B C D
20.
Pengawasan
Kepala sekolah mampu menentukan standar kualitas pekerjaan
A B C D
21. Kepala sekolah mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai oleh guru
A B C D
22. Kepala sekolah mampu menentukan dan mengadakan tindakan perbaikan KBM guru
A B C D
23. Kepala Sekolah mampu memberikan saran dan kritik yang membangun ketika mengadakan pengawasan kepada bawahan
A B C D
24. Kepemimpinan
otoriter
Kepala sekolah sering memarahi bawahan A B C D 25. Kepala sekolah Tidak mau menerima
pendapat, saran, dan kritik dari bawahan A B C D
26. Kepala sekolah terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
A B C D
27. Kepemimpinan
laises faire
Kepala sekolah memberikan kebebasan penuh kepada bawahan untuk menentukan kebijakan
A B C D
28. Kepala sekolah tidak berani menetapkan keputusan tanpa persetujuan bawahan
A B C D
29. Kepemimpinan
demokratis
Kepala sekolah mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
A B C D
30. Kepala sekolah membuat keputusaan bersama dengan menampung aspirasi para guru dalam mengambil keputusan
A B C D
B. VARIABEL PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU
No. Indikator Pernyataan Pilihan A B C D
1.
Merumuskan tujuan
pembelajaran
Guru membuat kompetensi dasar sesuai dengan standar kompetensi
A B C D
2. Dalam membuat tujuan pembelajaran, guru telah menjangkau aspek kognitif, efektif dan psikomotorik
A B C D
3. Sebelum menyampaikan materi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu
A B C D
4. Menentukan alokasi waktu
Guru mampu merumuskan alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelajaran
A B C D
5. Merencanakan materi bahan ajar
Guru merencanakan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
6. Merencanakan metode
pengajaran
Guru merencanakan metode pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
7. Menyajikan materi secara
sistematis
Guru menyampaikan materi secara sistematis A B C D 8. Guru mempelajari materi terlebih dahulu
sebelum disampaikan kepada siswa A B C D
9. Menyajikan materi sesuai alokasi waktu
Guru mampu menyampaikan materi secara efektif dan efisien sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan
A B C D
10.
Menggunakan metode yang
telah direcanakan
Guru menggunakan metode yang bervariasi ketika mengajar
A B C D
11 Materi yang akan disampaikan menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode mengajar
A B C D
12. Mampu melaksanakan
evaluasi belajar
Guru mampu menyusun alat-alat evaluasi hasil belajar berupa tes tertulis dan tes lisan
A B C D
13. Guru mampu melaksanakan penilaian A B C D 14. Mampu
menindaklanjuti evaluasi belajar
Guru menindaklanjuti hasil penilaian dengan mengadakan remidial
A B C D
15. Guru melakukan perbaikan program untuk menindaklanjuti penilaian hasil belajar
A B C D
Lampiran 3
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN ROFESIONALITAS MENGAJAR GURU
BAGIAN I : IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ……………………………. 2. Unit Kerja : ……………………………. 3. Pangkat/Gol : ……………………………. 4. Masa Kerja : ……………………………. 5. Umur : ……………………………. BAGIAN II : PETUNJUK 5. Bacalah instrumen ini secara seksama 6. Jawaban instrumen ini tidak ada yang benar dan salah dan tidak berpengaruh
terhadap konduite Saudara. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang Saudara berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan penelitian ini.
7. Berilah tanda silang pada salah satu pilihan yang paling sesuai dengan apa yang ada pada diri Saudara
8. Pilihlah : A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D: Tidak pernah
Atas kesediaan Saudara untuk mengisi angket ini penulis sampaikan terima kasih.
Semarang, 20 Oktober 2011 Peneliti,
Dewi Istiana
BAGIAN III: PERNYATAAN C. VARIABEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No Indikator Pernyataan Pilihan
A B C D 1.
Perencanaan
Kepala sekolah mampu merumuskan faktor eksternal/internal yang menghambat dan mendorong profesionalitas mengajar guru
A B C D
2. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung profesionalitas mengajar guru
A B C D
3. Kepala sekolah mampu melaksanakan kegiatan akademik
A B C D
4. Kepala sekolah mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh para guru
A B C D
5. Kepala sekolah mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
6. Kepala sekolah mampu merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan profesionalitas mengajar guru
A B C D
7. Pengorganisasian
Kepala sekolah mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru
A B C D
8. Kepala sekolah mampu menciptakan suasana harmonis
A B C D
9. Kepala sekolah mampu mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
10.
Penggerakan
Kepala sekolah mampu mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien
A B C D
11. Kepala Sekolah mampu mengarahkan guru untuk memiliki perangakat pengajaran (daftar hadir/buku nilai, silabus, RPP, program semester/tahunan)
A B C D
12. Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
A B C D
13. Kepala sekolah mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan
A B C D
14.
Pengawasan
Kepala sekolah mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai oleh guru
A B C D
15. Kepala sekolah mampu menentukan dan A B C D
mengadakan tindakan perbaikan KBM guru 16. Kepemimpinan
otoriter Kepala sekolah sering memarahi bawahan A B C D
17. Kepemimpinan laises faire
Kepala sekolah tidak berani menetapkan keputusan tanpa persetujuan bawahan
A B C D
18. Kepemimpinan demokratis
Kepala sekolah mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
A B C D
D. VARIABEL PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU No. Indikator Pernyataan Pilihan
A B C D 1.
Merumuskan tujuan
pembelajaran
Dalam membuat tujuan pembelajaran, guru telah menjangkau aspek kognitif, efektif dan psikomotorik
A B C D
2. Sebelum menyampaikan materi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu
A B C D
3. Menentukan alokasi waktu
Guru mampu merumuskan alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelajaran
A B C D
4. Merencanakan materi bahan ajar
Guru merencanakan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
5. Merencanakan metode
pengajaran
Guru merencanakan metode pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
6. Menyajikan materi sesuai alokasi waktu
Guru mampu menyampaikan materi secara efektif dan efisien sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan
A B C D
7.
Menggunakan metode yang
telah direcanakan
Guru menggunakan metode yang bervariasi ketika mengajar
A B C D
8. Materi yang akan disampaikan menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode mengajar
A B C D
9. Mampu menindaklanjuti evaluasi belajar
Guru menindaklanjuti hasil penilaian dengan mengadakan remidial
A B C D
10. Guru melakukan perbaikan program untuk menindaklanjuti penilaian hasil belajar